BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Sikap Kepemimpinan dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Tengara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Belajar

  Menurut Slameto, (2010 : 2) belajar ialah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut R. Gagne (dalam Susanto, 2013: 1) Belajar didefinisikan “sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pe ngalaman”. Gagne juga memaknai belajar sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasan dan tingkah laku.

  Sedangkan menurut Winkel (dalam Susanto 2013: 4) belajar adalah “ suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang relatif konstan dan berbekas”.Menurut Susanto, 2013: 4 belajar adalah “suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa maupun bertindak”.

  Setiap orang dapat dikatakan belajar apabila terjadi perubahan sebelum orang itu belajar dan sesudah belajar. Perubahan ini terjadi sebagai akibat dari adanya aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan pengalaman. Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman,keterampilan, dan nilai sikap sebagai latihan dalam interaksi

2.1.2. Hasil Belajar

2.1.2.1 Hakikat Hasil Belajar

  Menurut Furchan (2005:39) hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan “apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan siswa”. Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas (secara berdegradasi) dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik tertentu. Perbedaan antara kompetensi dan hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan-patokan kinerja siswa yang dapat diukur.

  Rusman (2012:123) mengatakan bahwa hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:486), hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan, diciptakan, dibuat, dijadikan dengan usaha pikiran.

  Hasil belajar menurut Mulyasa (2008:212) merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indicator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang berlangsung. Hasil belajar merupakan prestasi peserta didik secara keseluruhan yang mencapai indicator kompetensi dasar yang ada perubahan perilaku secara langsung.

  Menurut Susanto, (2013: 5) Hasil Belajar yaitu “perubahan- perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil kegiatan belajar”.Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3) hasil belajar adalah:

  “hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Hasil belajar dari sisi siswa merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.Sisi guru adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya”.

  Hasil belajar merupakan dampak dari adanya proses belajar dan perubahan pada siswa sebelum mengikuti pembelajaran dan sesudah mengikuti proses belajar. Hasil belajar menyangkut aspek kognitif atau pengetahuan siswa yang mana berhubungan dengan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, afektif berupa sikap siswa yang menunjukkan perubahan ke arah positif setelah mengikuti pelajaran dan psikomotor siswa berupa tindakan aktif siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

  Hasil belajar siswa yang optimal dapat juga menandakan keberhasilan guru dalam menyampaikan pembelajaran, siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan mendapat hasil yang memuaskan.

  Menurut Bloom dalam Sudjana (2011: 22-31) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu: 1)

  Ranah kognitif

  

RanahKognitifberkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek

pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek

berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2) Ranah afektif

  Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut:

  a) Reciving/ attending (penerimaan)

  b) Responding (jawaban)

  c) Valuing (penilaian)

  d) Organisasi

  e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai

  3) Ranah psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan

(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: b) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain.

  c) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.

  d) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

  e) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-

decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

  Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi(dalam Rusman 2012:124) adalahsebagai berikut : a.

  Faktor internal 1.

  Faktor fisiologis Faktor fisiologis meliputi kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek,tidak dalam keadaancacat, jasmani dan sebagainya.

  2. Faktor psikologis Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi kognitif, dan daya nalar siswa.

  b.

  Faktor Eksternal 1.

  Faktor lingkungan.

  Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan sosial, lingkungan alam.

  2. Faktor instrumental 3.

  Faktor-faktor instrumen adalah yang keberadaan dan penggunaanya dirancang sesuaihasil belajar yang diharapkan.

  Sedangkan Clark dalam Sudjana (2011:39) berpendapat bahwa hasil belajar peserta didik disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.Faktor dari luar diri (ekstrinsik) peserta didik yang turut mempengaruhi keberhasilan antara lain adalah: kurikulum, materi ajar, perkaidahan pembelajaran (proses pembelajran, strategi, pendekatan, metode, media, evaluasi) serta kualitas guru dan lingkungan pembelajaran.

  Cara untuk mengukur hasil belajar adalah dengan melakukan evaluasi hasil belajar. Menurut Hamalik (2011: 159) evaluasi hasil belajar adalah “keseluruhan kegiatan pengukuran pengumpulan dan informasi, pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan”. Tujuan evaluasi belajar adalah : a.

  Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan.

  b.

  Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan belajar siswa lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing individu.

  c.

  Untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan- kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan remedial (perbaikan) d. Untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuannya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan e. Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa, sehingga guru dapat membantu perkembangnya menjadi warga masyarakat dan pribadi yang berkualitas f. Untuk membimbing siswa memilih sekolah, atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat dan bakat. Menurut aliran psikologi kognitif memandang hasil belajar adalah guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama.

  Menurut Hamalik (2011: 163 ) prosedur yang dilakukan dalam mengukur hasil belajar adalah sebagai berikut : a.

  Persiapan Pada tahap ini, guru menyusun kisi-kisi. Melalui instrumen evaluasi yang direvisi terus sesuai dengan kebutuhan proses belajar mengajar. Menurut Purwanto (2010:57) instrument adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam rangka pengumpulan data. Dalam penyusunan kisi-kisi yang dilakukan adalah :

  • diuji berdasarkan pokok bahasan.

  Menetapakan ruang lingkup materi pelajaran yang akan

  • tujuan pembelajaran

  Merumuskan tujuan pengajaran khusus sesuai dengan

  • yang disusun dan tersebar secara proposional

  Menetapkan jumlah butir soal berdasarkan tujuan/ranah,

  • atau bentuk esai

  Mengidentifikasi bentuk-bentuk soal berupa tes obyektif

  • Menetapkan proporsi tingkat kesulitan butir-butir soal yang mencakup keseluruhan perangkat instrumen penelitian.

  b.

  Penyusunan alat ukur dibagi menjadi dua jenis yaitu penilaian dengan tes dan non tes. Menurut Purwanto (2010:56) tes merupakan alat ukur pengumpulan data yang mendorong peserta memberikan penampilan maksimal. Sedangkan non tes merupakan alat ukur yang mendorong peserta untuk melaporkan c.

  Pelaksanaan pengukuran yaitu, dirancang dengan model desain evaluasi yang mencakup evaluasi sumantif, evaluasi formatif, evaluasi reflektif dan kombinasi ketiga model. Di dalam penelitian, inti evaluasi yang digunakan adalah evaluasi formatif yaitu suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan selama berlangsungnya program dan kegiatan pembelajaran. Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh informasi balikan terhadap proses belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi ini berfungsi untuk perbaikan, yang dilakukan dengan metode pengajaran remedial.

2.1.3 Kepemimpinan Belajar

2.1.3.1 Hakikat Kepemimpinan Belajar

  Menurut Shartle pemimpin adalah seseorang yang mempunyai pengaruh terhadap orang lain, yang mempunyai lebih banyak pengaruh positif terhadap orang lain, daripada anggota-anggota lain dalam suatu organisai, yang dipilih dalam kelompok, seseorang yang paling banyak berpengaruh dalam menentukan dan mencapai tujuan kelompok atau organisasi.

  Kepemimpinan menurut Dubin sebagaimana telah dikutip oleh Fieldler dan sMartin M.Chemers, 1974 dalam bukunya “ Leadership and

  

Effective Management by Scott, Foresman and Company, Glenview, Illionis

adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan membuat keputusan. Sedangkan

  “

  

menurut Stogdill, kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas

kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan.

  Pemimpin adalah seseorang yang mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diinginkan. Kepemimpinan adalah suatu proses dalam mempengaruhi orang lain agar mau atau tidak mau melakukan sesuatu yang diinginkan dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan., Gaya kepimpinan sering mempengaruhi berhasil tidaknya suatu kegiatan. Gaya kepimpinan adalah pola sikap dan macam gaya kepimpinan (a) gaya kepimpinan memberitahu (telling), (b) gaya kepimpinan berkonsultasi (consulting), (c) gaya berpartisipasi (participating), (d) gaya kepimpinan mendelegasikan (delegating).

  Stodgill dalam bukunya Personal Fictors Associated with Leadership yang dikutip oleh A. Lee dalam bukunya Management Theories and

  

Prescription , menyatakan bahwa pemimpin harus memiliki kelebihan yaitu

1.

  Kapasitas kecerdasan 2. Prestasi/achievement 3. Tanggung jawab, mandiri, inisiatif, percaya diri 4. Partisipatif 5. Status

  Menurut Winardi, S.E. sejumlah sifat yang diperlukan sebagai seorang pemimpin adalah

1. Keaneka macam kemampuan 2.

  Menunjukan prestasi sendiri, “ingin ber-arti” di dunia 3. Inisiatif 4. Materialisme pada tingkat tertentu 5. Rangsangan ekspansif 6. Kemampuan untuk meneruskan sesuatu 7. Percaya diri sendiri 8. Kritik terhadap diri sendiri 9. Tanggung jawab dan identifikasi 10.

  Keteraturan dan luwes Teori-teori yang menjadi dasar kemimpinan diantaranya adalah teori

  “Big Bang”, berpandangan bahwa peristiwa besar membuat seseorang menjadi pemimpin, yang sebenarnya adalah manusia biasa.Teori Genetik (heredity theory) menyatakan bahwa pemimpin lahir karena mewarisi bakat yang diturunkan oleh orang tua dan atau leluhur. Teori Sosial, mengatakan bahwa pemimpin bukan diwariskan tetapi diciptakan (the leader is made),

  Sedangkan Teori Ekologi menyatakan bahwa pemimpin diciptakan oleh lingkungan, serta Robert House yang mengemukakan Teori “Jalan-

  Tujuan” (Path-Goal Theory) menyatakan efektifitas seorang pemimpin didasarkan didasarkan atas kemampuannya didalam menimbulkan kepuasan dan motivasi para anggota kelompok dengan menggunakan rancangan insentif untuk ganjaran dan hukuman bagi mereka yang gagal dalam mencapai tujuan kelompok. Teori Kepemimpinan Transformasional (Transformational Leadership) pemimpin membimbing atau memotivasi pengikutnya kearah tujuan yang telah ditentukan dengan cara menjelaskan ketentuan-ketentuan tentang peran dan tugas.

  Teori tentang analisis kepemimpinan berdasarkan ciri dalam Bahasa Inggris dikenal dengan

  “Traits Theory”memberi petunjuk bahwa ciri-ciri

  pemimpin yang ideal adalah a.

  Pengetahuan umum yang luas b. Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang c. Sifat inskuisitif d. Kemampuan analitik e. Daya ingat yang kuat f. Kapasitas integrative g.

  Ketrampilan berkomunikasi secara efektif h. Ketrampilan mendidik i. Rasionalitas j. Objektivitas k.

  Pragmatism l. Kemampuan menentukan skala prioritas m.

  Kemampuan membedakan yang urgen dan yang penting n. Rasa tepat waktu o. Rasa kohesi yang tinggi p. Naluri relevansi s.

  Adaptabilitas t. Ketegasan u.

  Keberanian v. Orientasi masa depan w.

  Sikap yang antisipatif Aspek-aspek sikap kepemimpinan meliputi 4 hal yaitu : 1.

  Membimbing Meminta semua anggota kelompok terlibat langsung dalam mengerjakan tugas.

  2. Motivasi Sangat semangat dalam memberikan penjelasan kepada anggota kelompok.

  3. Tolerasi Meminta seluruh anggota kelompok untuk membantu teman lain yang sedang mengalami kesulitan.

  4. Kerjasama Meminta anggota kelompoknya untuk belajar bersama dengan kelompok lain.

  Pemimpin dan kepemimpinan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu : Pemimpin adalah seorang yang mewarisi bakat yang diturunkan dari orangtua, dibentuk dari lingkungan dan muncul pada peristiwa besar. Kepemimpinan adalah suatu aktivitas membimbing dan memotivasi untuk menimbulkan kepuasan kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan.

2.1.3.2 Keterlibatan Murid dalam Kepemimpinan Belajar

  Dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik guru dapat melibatkan siswa secara langsung pada proses pembelajaran. Dengan memperhatikan faktor yang dimiliki siswa selama proses pembelajaran yang sudah berlangsung misalnya perolehan hasil belajar yang tinggi, daya nalar kemampuan lebih, dapat menjadi pemimpin dalam suatu kelompok kecil maupun kelompok besar dapat juga menjadi tutor dalam proses pembelajaran. Dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajar akan menumbuh sikap kepemimpinan yang baik dan mengurangi dampak negatif bagi siswa yang memiliki kelebihan atau keistimewaan yaitu kesombongan.

2.1.4 Pembelajaran Matematika SD

2.1.4.1 Hakikat Matematika

  Menurut Andi Hakim Nasution(dalam Karso dkk, 2011:1.39) Istilah matematika berasal dari bahasa yunani “mathein atau manthenein” artinya mempelajari,namun diduga kata itu ada hubungannya dengan bahasa sansekerta “medha” atau “widya” yang artinya “kepandaian”, “ketahuan”, atau “intelegensi”.

  Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat- sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide; dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.

  Tambunan (dalam Karso dkk, 2011:1.42) menyatakan matematika adalah pengetahuan mengenai kuantiti dan ruang, salah satu cabang dari sekian banyak ilmu yang sistematis, teratur, dan eksak. Menurut Wahyudi dan Inawati (2009:5) mengemukakan bahwa “matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah yang diketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol”.

  Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesai (KBBI) (2008:566)matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam

2.1.4.2 Karakteristik Matematika

  Secara umum matematika memiliki ciri-ciri sebagaimana telah disepakati bersama oleh para ahli yaitu : (Abdul Halim Fathani , 2009: 58)

1. Memiliki objek kajian yang nyata

  Matematika mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak, walaupun tidak setiap yang abstrak adalah matematika. Sementara beberapa matematikawan menganggap objek matematika itu “konkret” dalam pemikiran mereka, maka kita dapat menyebut objek matematika secara lebih tepat sebagai objek mental atau pikiran. Ada empat objek kajian matematika, yaitu fakta, operasi atau relasi, konsep, dan prinsip.

  2. Bertumpu pada kesepakatan Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang disepakati dalam matematika, maka pembahasan selanjutnya aka menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan.

  3. Berpola pikir deduktif Dalam matematika, hanya diterima pola pikir yang bersifat deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.

  4. Konsisten dalam sistemnya Dalam matematika, terdapat berbagai macam sistem yang dibentuk dari beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada sistem-sistem yang berkaitan, ada pula sistem- sistem yang dapat dipandang lepas satu dengan yang lainnya.

  Sistem-sistem aljabar dengan sistem-sistem geometri dapat dipandang lepas satu dengan yang lainnya.

5. Memiliki simbol yang kosong arti

  Secara umum, model atau simbol matematika sesungguhnya kosong dari arti. Ia akan bermakna sesuatu bila kita mangaitkannya dengan konteks tertentu. Secara umum, hal ini pula yang membedakan simbol matematika dengan simbol bukan matematika. Kosong arti dari model-model matematika itu merupakan “kekuatan” matematika, yang dengan sifat tersebut, ia bisa masuk pada berbagai macam bidang kehidupan, dari masalah teknis, ekonomi, hingga kebidang psikologi.

  6. Memerhatikan semesta pembicaraan Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol matematika, bila kita menggunakannya kita seharusnya memmerhatikan pula lingkup pembicaraannya. Lingkup atau sering disebut semesta pembicaraan bisa sembit bisa pula luas.

  Bila kita bebicara tentang bilangan-bilangan, maka simbol- simbol tersebut menunjukkan bilangan-bilangan pula.

  7. Karakteristik Matematika sekolah.

  Sehubungan dengan karakteristik umum matematika diatas, dalam pelaksanaan pembelajaran matematika disekolah harus memerhatikan ruang lingkup matematika sekolah. Ada sedikit perbedaan antara matematika sebagai “ilmu” dengan matematika sekolah, perbedaan itu dalam hal: 1) penyajian, 2) pola pikir, 3) keterbatasan semesta, dan 4) tingkat keabstrakan.

2.1.4.3 Ruang Lingkup Matematika

  Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

2. Geometri dan pengukuran 3.

  Pengolahan data

2.1.4.4. Teori Pembelajaran Matematika

  Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk Sekolah Dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun, pada tahap ini mereka mengalami dua masa perkembangan yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak usia lebih muda. Mereka senang bermain, rasa ingin tahu besar, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan denang dalam merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.

  Pendidikan matematika diberbagai Negara, terutama dinegara-negara maju telah berkembang dengan cepat, disesuaikan dengan kebutuhan dan tantanganyang bernuansa kemajuan sains dan teknologi. Sebagian pengetahuanmempunyai cirri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis, dan logis. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri-ciri lainnya yang tidak sederhana menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik pada pembelajaran matematika.

  Oleh karena itu guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat agar tidak keliru dalam penerapannya.Model pembelajaran matematika yang berkembang didasarkan pada teori-teori belajar. Teori

  • – terori tersebut antara lain : 1.

  Teori Thorndike yang bersifat behavioristik (mekanistik) 2. Teori Holistik yang merupakan teori kognitif belajar dan dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran bermakna dari

  Aussubel 3. Teori Jean Piaget, menyatakan bahwa kemampuan intelektual anak berkembang secara bertingkat atau bertahap yaitu sensorik th), operasional ≥ 11 th. Teori ini merekomendasikan perlunya mengamati tingkatan perkembangan intelektual anak sebelum suatu bahan pelajaran matematika diberikan.

  4. Teori Vigotsky berusaha mengembangkan model konstruktivistik belajar mandiri dari Piaget menjadi belajar kelompok

  5. Teori Jerome Bruner berkaitan erat dengan perkembangan mental yaitu kemampuan anak berkembang secara bertahap mulai dari yang sederhana ke yang rumit, dari yang mudah ke yang sulit dan dari yang nyata atau konkret ke yang abstrak. Bruner (dalam Karso dkk, 2011:1.12-13) menyebutkan 3 tingkatan yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi keadaan peserta didik yaitu : a.

  Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive) Pada tahap pertama anak belajar konsep adalah berhubungan dengan benda-benda real atau mengalami peristiwa didunia sekitarnya (serupa dengan tahap sensori motor dari Piaget) b. Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic)

  Pada tahap ini, anak telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental (tahap pra operasional dari Piaget) c. Tahap Simbolik (Symbolic)

  Pada tahap terakhir ini anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk symbol dan bahasa (serupa dengan tahap operasi konkrit dan formal dari Piaget)

2.1.4.5 Karakteristik Peserta Didik

  Menurut Havighurst, tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi :

  1. Menguasai ketrampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktifitas fisik

2. Membina hidup sehat

  4. Belajar menjalankan peranan social sesuai dengan jenis kelamin

  5. Belajar membaca, menulis dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat

  6. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berfikir efektif

7. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai 8.

  Mencapai kemandirian pribadi. Dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut guru dituntut untuk memberikan bantuan berupa, menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan ketrampilan fisik, melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya sehingga kepribadian sosialnya berkembang.Selain itu guru juga mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pembelajaran yang konkret atau langsung dalam membangun konsep.

2.1.5 Metode tutor sebaya

2.1.5.1 Hakikat Tutor Sebaya

  Menurut Aria Djalil dkk ( 2012 : 3.45 ) tutor sebaya adalah seorang murid membantu belajar murid lainnya dalam tingkat kelas yang sama. Menurut Ischak dan Warji (dalam Suherman, 2003:276) tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya.

  Aria Djalil ( 2012 : 2.52) mengemukakan langkah-langkah tutor sebaya sebagai berikut

1. Tahap 1

  Berikan tugas khusus untuk membantu temannya dalam bidang tertentu.

  3. Tahap 3 Guru selalu memantau proses saling membantu tersebut.

  4. Tahap 4 Berikan penguatan kepada kedua belah pihak agar baik anak yang membantu maupun yang dibantu merasa senang.

  Menurut Hisyam Zaini (2001:1) (dalam Amin Suyitno, 2004:34) langkah- langkah Tutor Sebaya adalah sebagai berikut : 1)

  Guru memilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri 2)

  Siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang heterogen, siswa yang pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya 3)

  Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi/ kompetensi dasar. Setiap kelompok dibantu siswa yang pandai sebagai tutor

  4) Tutor mendapat penjelasan materi terlebih dahulu dari guru

  5) Tutor kembali kekelompok dan menjelaskan materi kepada teman dalam kelompok

  6) Siswa diberi LKS untuk dikerjakan dalam kelompok

  7) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja LKSnya. Guru memberikan masukan yang kurang dan menyamakan materi tentang persepsi.

  Tutor sebaya dirancang untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan saling membantu antar teman sebaya. Miller ( dalam Aria Djalil 2012 : 2.52- 2.53 ) memberikan beberapa saran untuk berhasilnya program tutorial sebagai berikut :

  1. Mulailah dengan tujuan yang jelas dan mudah dicapai.

  2. Jelaskan tujuan itu kepada seluruh kelas.

  3. Siapkan bahan dan sumber belajar yang memadai.

  6. Pusatkan kegiatan tutorial pada keterampilan pikiran yang diminta di kelas, siswa

  7. Berikan latihan singkat mengenai yang akan dilakukan tutor.

  8. Lakukan pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutorial.

  Seorang tutor hendaknya memiliki criteria sebagai berikut : o Memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas o Memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik o Memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesame o Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya yang terbaik o

  Bersikap pemberani, rendah hati dan tanggung jawab o Suka membantu sesama teman yang mengalami kesulitan

  Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

  1. Memberi tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari

2. Mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis 3.

  Menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai

  4. Melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap materi yang dipelajari Arikunto(1995) mengemukakan beberapa keungulan dan kelemahan dengan menggunakan tutor sebaya sebagai berikut : a.

  Keunggulan dari tutor sebaya 1.

  Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa siswa yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada gurunya.

2. Bagi tutor pekerjaan tutoring akan dapat memperkuat konsep yang sedang dibahas.

  3. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran.

  4. Mempererat hubungan antar siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.

  b.

  Kekurangan dari tutor sebaya : 1.

  Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius karena hanya berhadapan dengan temannya sendiri sehingga hasilnya kurang memuaskan.

  2. Ada beberapa orang siswa yang merasa malu atau enggan untuk bertanya karena takut kelemahannya diketahui oleh temannya.

  3. Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan karena perbedaan jenis kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan.

  4. Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor sebaya karena tidak semua siswa yang pandai dapat mengajarkannya kembali kepada teman-temannya.

  5. Bagi guru harus tetap selalu memantau tutor sebaya karena pada anak usia sekolah dasar memiliki keterbatasan dalam hal berfikir ataupun menyampaikan materi kepada siswa yang lain.

  

anggal 12 Januari 2015 )

  Kelemahan-kelemahan tutor sebaya tersebut dapat ditanggulangi dengan tetap melibatkan guru dalam proses pembelajaran dan memilih materi-materi yang ringan dan tidak terlalu sulit untuk diterima siswa yang menjadi tutor maupun siswa yang lain.

  Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak, untuk memahami konsep matematika yang abstrak dibutuhkan aktifitas dan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru harus adalah dengan menggunakan metode tutor sebaya dalam proses pembelajaran.

  Tutor sebaya tepat digunakan untuk siswa yang memiliki potensi kepandaaian dan kecakapan didalam kelas dalam menjelaskan dan membimbing siswa yang memiliki kepandaian kurang maupun lambat dalam menerima materi yang disampaikan guru. Hal ini sesuai dengan pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan menggunakan metode tutor sebaya dalam penyelesaian soal operasi hitung pengurangan dan penjumlahan pecahan biasa yang dapat memberi peran aktif dan memotivasi siswa agar dapat belajar dengan sungguh-sungguh.

  Sehingga di harapkan dengan penggunaan metode tutor sebaya siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran, dan pada akhir pembelajaran siswa tidak mengalami banyak kesulitan dalam menyelesaikan soal evaluasi pada materi operasi hitung pecahan biasa.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah 1.

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Endang Wiwik Sarwani dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatkan hasil belajar matematika melalui metode tutor sebaya pada siswa kelas V SDN Kalibeluk 01 Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa Pada awal sebelum diadakan penelitian tindakan kelas ketuntasan belajar hanya mencapai 30% dari rata-rata kelas 62. Pada siklus I pertemuan I menjadi 61,5%, pertemuan 2 76,9% dan pertemuan 3 92,3%. Pada siklus 2 pertemuan 1 6,5%, pertemuan 2 84,6% dan pertemuan 3 92,3% rata-rata kelas 74. Dari hasil penelitian tindakan kelas dapat diambil kesimpulan bahwa melalui metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat diterapkan pada mata pelajaran lain sehingga hasil belajar siswa meningkat sebaya dapat menjadi salah satu alternatif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain

2. Penelitian yang dilakukan oleh mariana dengan judul skripsi “Peningkatan

  Hasil Belajar dan Kepemimpinan Melalui Metode Tutor sebaya Mata

  Pelajaran IPA pada Siswa Kelas V SDN 1 Mungeng Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011/2012 ” . Rendahnya hasil belajar siswa dan kepemimpinan dikarenakan siswa pasif saat pembelajaran berlangsung serta guru lebih banyak menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah”Apakah melalui metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN 1 Mungseng Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung?” dan “Apakah melalui melalui metode tutor sebaya dapat meningkatkan kepemimpinan siswa kelas V SDN 1 Mungseng?”.Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dan kepemimpinan siswa kelas V SDN 1 Mungseng mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui metode tutor sebaya.Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari 2 siklus.Siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan dan siklus II terdiri dari 3 kali pertemuan.Teknik pengumpulan data menggunakan bentuk tes pilihan ganda di akhir pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa dan menggunakan angket untuk mengukur kepemimpinan siswa.Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan hasil belajar dan peningkatan kepemimpinan siswa kelas V SDN 1 Mungseng pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui metode tutor sebaya. Dari kedua penelitian yang relevan tersebut menunjukkan peningkatan hasil belajar Matematika dan IPA dengan menggunakan metode tutor sebaya, selain dapat meningkatkan hasil belajar, metode tutor sebaya dapat meningkatkan sikap kepimpinan siswa dalam proses pembelajaran.

2.3 Kerangka Berfikir

  Pendekatan tutor sebaya memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam kelompok dengan teman sebaya, dengan demikian diharapkan siswa dengan mudah dan tidak malu untuk menyampaikan kesulitan yang dialami dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Dengan menggunakan metode tutor sebaya ini siswa menjadi aktif dan mudah memahami materi pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi efektif dan keberhasilan pembelajaran pun dapat meningkat.

  Metode tutor sebaya juga dijadikan dalah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap kepemimpinan siswa. Dalam metode pembelajaran tutor sebaya, siswa akan bekerja dalam kelompok, siswa yang memiliki keistimewaan dalam menangkap materi akan menjadi tutor dalam kelompok dan menjadi pemimpin untuk menjelaskan materi kepada kelompok. Dengan melalui metode tutor sebaya, siswa belajar mengenal dan membentuk sikap kepemimpinan.

  Dengan upaya pembelajaran menggunakan metode tutor sebaya diharapkan hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD N Tengaran dapat meningkat

  Akibatnya sikap

  Kondisi Awal Guru menggunakan

  kepemimpinan siswa

  model ceramah dalam tidak terarah dalam proses pembelajaran

  pemecahan masalah matematika. matematika kurang sehingga hasil belajar rendah.

  Akibatnya sikap

  Siklus I Guru menggunakan

  kepemimpinan siswa

  metode tutor sebaya

  dalam pemecahan

  dalam proses

  masalah matematika

  pembelajaran

  meningkat tetapi matematika. belum mencapai KKM sehingga hasil belajar juga belum mencapai KKM.

  Akibatnya sikap

  Siklus II Guru menggunakan

  kepemimpinan siswa

  metode tutor sebaya

  dalam pemecahan

  dalam proses

  masalah matematika

  pembelajaran

  meningkat mencapai matematika. KKM sehingga hasil belajar juga mencapai KKM.

Gambar 2.3.1 Kerangka Berfikir

2.4 Hipotesis Penilitian

  Penggunaan metode tutor sebaya diduga dapat meningkatkan :

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Bonus pada Karyawan Produksi dengan Metode Weighted Product: Studi Kasus PT. Rena Djaja Semarang

0 0 19

Padjadjaran, Sumedang, Jawa Barat email : (dewiunpadgmail.com), (Sara_qantiyahoo.com) Abstrak - ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI MANGGIS TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI MANGGIS DI DESA CIKALONG, KECAMATAN SODONGHILIR, KABUPATEN TASIKMALAYA

0 1 10

Padjadjaran, Sumedang, Jawa Barat email : (citrakurniapgmail.com), (trisna.insan.noorunpad.ac.id) Abstrak - ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH BERDASARKAN LUAS LAHAN DI DESA SINDANGSARI, KECAMATAN BANJARSARI, KABU

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Media Informasi Infografis Interaktif Rute Angkutan Kota Salatiga Menggunakan Live Action

0 0 23

STUDI KOMPARASI PENDAPATAN PETANI LOKAL DENGAN PETANI MODERN PADI SAWAH DI DESA MEKARJAYA, KECAMATAN KIARAPEDES, KABUPATEN PURWAKARTA BERLIANA YUNITA SARI dan MAHRA ARARI HERYANTO

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis dan Perancangan Desain Sistem informasi Geografis Berbasis Web Pengaduan Pelanggan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Salatiga

0 0 22

KEARIFAN LOKAL DALAM SISTEM AGRIBISNIS PADI SAWAH, DESA SUKANAGARA, KECAMATAN LAKBOK, KABUPATEN CIAMIS, PROVINSI JAWA BARAT ARGIT SURYA MUKTI dan TRISNA INSAN NOOR

0 0 11

Kata kunci: Keripik Singkong, Pengendalian mutu dan Proses Kontrol Statistik PENDAHULUAN - REKAYASA SISTEM PENGENDALIAN MUTU PRODUK OLAHAN SINGKONG DENGAN METODE PROSES KONTROL STATISTIK (Studi Kasus Kripik Singkong Merk “Bah Dukun” Di CV. Arva Snac

0 2 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Sikap Kepemimpinan dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Tengaran Semester II Tahun Pela

0 0 6

Kata kunci: Dinamika Agribisnis, Sistem Agribisnis, Budidaya Mangga. PENDAHULUAN - DINAMIKA AGRIBISNIS PETANI MANGGA DI KECAMATAN PANYINGKIRAN KABUPATEN MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT

0 2 8