Bab 15 Pernikahan Perceraian dan Pernika

BAB 15

Pernikahan, Perceraian
dan Pernikahan Kembali
Ajaran Alkitab tentang Pernikahan

Asal Mula Pernikahan-Pernikahan adalah suatu institusi llahi yang didirikan oleh Allah sendiri sebelum kejatuhan, pada saat segala sesuatu, termasuk
pemikahan, "sungguhamatbaiklahadanya"(Kej. 1:31). "Sebabituseoranglaki-laki
akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging" (Kej. 2:24). "Allah merayakan pemikahan yang pertama. Demikian peraturanitu berasal dari Khalikalam semesta. 'Pernikahan itu mulia;' itulah kamniapertamadariAllah kepada manusia, dan itulah salah satu dari dua
peraturan, yang setelah Adam berdosa membawanya ke seberang pintu gerbang
Rrdaus."-Membina Keluaga Bahagia, hlm. 24.
Kesatuan Pernikahan-Allah bermaksudagar pemikahan Adam dan Hawa
menjadi contoh bagi semua pernikahan berikutnya, dan Kristus menyokong konsep
asli tersebut dengan berkata: 'Tidakkah kamu baca, bahwa la yang menciptakan
manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan
isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan
lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia" (Mat. 19:4-6).
Kekalnya Pernikahan-Pernikahan adalah suatu komitmen selama-laman y dari suami dan istri kepada satu samalain dan antara pasanganitu dengan Allah
(Mrk. 10:2-9; Rm. 7:2).Paulus menyatakan bahwa komitmen yang dibuat Kristus
untuk jemaat adalah suatu contoh hubungan antara suami dan istri (Ef. 531, 32).

Allah bermaksud agar hubungan pernikahan itu tetap sebagaimana hubungan
Kristus dengan jemaat.
Keintiman Seks dalam PernikahafiKeintiman seks dalam pemikahan
me~pakansuatu k a ~ n i yang
a kudusdariAllah kepada umat manusia. Itu merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pemikahan, disediakan hanya untuk

PERATURAN JEMAAT
pernikahan(Kej. 2:24; Arns. 5:5-20). Keintimantersebut,dirnaksudkan hanyaterjadi
antarasuami istri saja, meningkatkan keintiman, kebahagiaan, dan keamanan, dan
memberikan kekekalankepadaumat manusia. Selain monogami, peniikahan itu juga adalah hubungan heteroseksual atau hubungan antara pria dan wanita (Mat.
19:4, 5).
Penekutuan dalam Pemikahan-Kesatuandalam pemikahandicapai oleh
saling hormat dan cinta. Tidak ada yang unggul (El. 5:21-28). "Pemikahan, suatu
persatuan untuk kehidupan, adalah suatu simbol persatuan antara Kristus dan jemaat-Nya. Roh yang ditunjukkan Kristus kepada jemaat adalah roh yang hams saling ditunjukkanoleh suamidan istn."-Testimonies,jld. 7, him. 46. FirmanAllah mengutuk kekerasandalam hubungan pribadi (Kej. 6:11,13; Mzm. ll:5; Yes. 58:4,5;
Rm. 13:lO; Gal. 519-21). Roh Kristus adalah mengasihi dan menerima, bemsaha
saling menguatkan dan meninggikan pasangan, bukannya melecehkan atau merendahkan mereka (Rm. 12:lO; 14:19; Ef. 426; 5:28.29; Koi. 33-14; 1 Tes. 5:ll).
Di antara para pengikut Kristus tiiakboleh ada kelaiimandan penyalahgunaan kekuasaan (Mat. 20:25-28; Ef. 6:4). Kekerasandalam pemikahandan keluargaadalah
suatu yang menjijikkan (lihat Membina Keluarga Bahagia, hlm. 326,327).
'Suami atau istri tidak boleh menuntut kekuasaan. Tuhan telah meletakkan
prinsipyang hams menuntun dalam hal ini. Suami hams mengasihi istrinya sebagai

Kristus mengasihi jemaat Dan ishi hams menghormati dan mengasihi suaminya.
Keduanyahams mempefkembang roh kebaikan, ditentukan untuk tidak menyusahkan atau memgikan yang lain."-Testimonies, jld. 7, hlm. 47.
P e n g a ~ Kejatuhan
h
dalam D m terhadap PemikahaHasuknya dosa
merugikanpernikahan. Ketika Adam dan Hawa berdosa, mereka kehilangan kesatuan yang mereka miliki dengan Allah dan satu sama lain (Kej. 3%-24). Hubungan
merekaditandaidengan rasa bersalah, malu, saling mempersalahkan, dan rasa sakit. Di manadosa befkuasa, penga~hnyayang menyedihkan terhadap pemikahan
mencakup pemisahan diri, meninggalkan-pa&gan, ketidaksetiaan, pengabaian,
pelecehan, tindak kekerasan, perpisahan, perceraian, dominasi satu pihak atas pasangannya, dan ketidakwaiaran seksual. Pemikahan dengan lebih dari satu istri
adalah juga ekspresi dari pengaruhdosa tethadap institusipemikahan. Pemikahan
semacam itu, walaupun dipraktikkan di masa Perjanjian Lama, tiak sesuai dengan
rancangan Allah. Rencana Allah untuk pemikahanmenuntut umat-Nya untuk lebih
baik dari adat istiadat budaya populer yang berientangan dengan pandangan Alkitab.
Pemullhan dan knyembuhan-1. Cita-cita Allah Dipulihkan dalam Kristus-4alam menebus dunia dari dosa dan akibat dosa, Allah juga be~saha
memu-

PERNIKAHAN, PERCERAIAN DAN PERNIKAHANKEMBALI

207


lihkan pemikahan kepada dta-cita aslinya. Ini diharapkan tejadi dalam kehidupan
orang-orang yang tdah dilahirkan kembali ke dalam kerajaan Kristus, orang-orang
yang hatinyatelah disucikandeh Roh Kudus dan yang tujuan utama kehidupanm e
rekaadalahrnemuliakanTuhanYesusKristus.(Lihatjuga1Ptr. 3:7; KhofbahdiAtas
Bukit, hlm. 64.)
2. Kesatuandan PefsamaanDipulihkandalamKrish4mjil menekankansaling mengasihidan saling tunduk antara suami dan istri (1 Kor. 7:3,4; Ef. 521). Contoh untuk kepernimpim swmi adalah kasih dan pelayanan yang penuh pengorbanan din yang Kristusberikan kepadajemaat (Ef. 5:24,250). Baik Petrus dan Paulus berbicara tentang perlunya s a r i hormat dalam hubungan pemikahan (1 Ptr.
57; El. 5:22.23).
3. Kasih Kamnia Tersedia bagiSemua Orang-Allah be~sahamemulihkan
kepada kesempurnaan serta merdamaikan kepada din-Nya sendiri semua orang
yang telah gagA mencapai standar llahi (2 Kor. 5:19). Ini mencakup mereka yang
telah mengalami kehancuranhubungan pemikahan.
4. PeranJernaaCMusa&lam PejanjianLamadan Paulus &lam Pejanjin
Baru menghadaplmasalahyangdisebabkandeh pemikahan-pernikahanyang hancur (UI. 24:l-5; 1 Kor. 7:ll). ~eduan~a,
semenfara menegakkandan menegihkan
citacita pernikahan, bekeja secara k ~ n ~ t ~dan
k l ibertujuan
f
untuk menydamatkan mereka yang telah jauh dari standar Allah. Demikianjvga jemaat sekarang ini
dipanggil untuk menegakkandan meneguhkandtacitaAllah untukpernikahan,dan
pada saat yang sama, menjadi satu umat yang mendamaikan, mengampuni, me

nyembuhkan, menunjukkan pengertian dan bebs kasihan bila t e w i kehancuran

Maksud Allah Pada Mulanya-Perceraian batentangan dengan maksud
Allah pada mulanya ketika mendptakan pemikahan (Mat. 19:3-8; Mrk. 10:2-9), tetapi Alkitab tidak berdiamdin dalam hal tersebut. Karmaperceraianmunarlsebapai
bagian dari kehidupanmanusiayang telah berdosa, pengesahan Alkitab berusaia
untuk meninggikanpernikahan dan mencagah perceraian dengan cara menggam.
barkan sukacitadari kasih dan kesetiaan pemikahan (Ams. 5:1820; Ki. 2:16; 4:s
5:1), menyamakanhubungan pemikahan itu seperti hubungan Allah dengan matNya (Yes. 545; Yer. 3:1), memfokwkan pada kemungkinan pengampunan dan
pembaruan pemikahan (Ha. 3:l-3), dan menyatakan kebsncian Allah tehdap
perceraiandan penderitaan yang diakibatkannya. (Mal. 2:15,16). Yesus mengembalikanpandanganpenciptaantentangpemikahansebagaisuatukomitmenseumur
hidup antaraseorangpda danseorangwanita dan anfarapasangan itudenganAllah
(Mat. 19:4-6; Mrk. 105-9). Banyak sekali petunjuk Alkitab yang memperkuat per-

PERATURAN JEMAAT
nikahan dan berkaha untuk memperbaiki masalah-masalahyang cenderung melemahkan atau menghancurkan fondasi pernikahan (Ef. 5:21-33; Ibr. 13:4; 1 Ptr. 3:7).
Pernikahan Bisa Hancur-4ernikahan terletak pada prinsip-prinsip cinta.
kesetiaan, kekhususan, kepercayaan,dandukungan yangdilakukanolehkedua belah pihakdalam penurutankepada Allah (Kej. 2:24; Mat. 19:6; 1 Kor. 13; Ef. 5:21-29;
1 Tes. 41.7). Bila prinsip-prinsip ini dilanggar, pernikahan itu terancam. Kitab suci
mengakui bahwa situasi-situasi yang tragis bisa merusak pernikahan.
Kasih Karunia Allah-Kasih karunia Allah adalah satu-satunya obat untuk

kehancuran akibat perceraian. Bila pemikahan gagal, pasangan terdahulu harus didorong untuk memeriksa pengalaman mereka dan mencaritahu kehendak Allah untuk kehidupanmereka. Allahmemberikan penghiburan bagi mereka yang luka. Allah
jugamene.rimapertobatanorang-orang yang melakukan dosa yang paling merusak,
bahkan dosa-dosa vana mendatanqkan akibat vana tidak daoat dioerbaiki (2 Sam.
11; 12; Mzm. 34:18,865; Yoel 2 4 , 13; YO^. 0 : ~ - i i ;1 ~oh.'1:9).
Alasanglasan Perceraian-Alkitab menyatakan peninaao danlatau percabulan (Mat. 5:32) dan juga ditinggalkanoleh pasangan yang tidak beriman (1 Kor. 7:
10-15) sebagai alasan-alasan untuk perceraian.
Ajaran Alkitab tentang Pernikahan Kembali
Tidak ada ajaran langsungdalam Alkitab mengenai pernikahan kembali setelah perceraian. Namun demikian, ada implikasi kuat dalam kata-kata Yesus dalam
Matius 19:gyang mengizinkanpemikahankembalibagi pihakyangtetapsetia, yang
pasangannya mengkhianati sumpah pemikahannya.
Posisi Gereja dalam Hal Perceraian dan Pernikahan Kembali
Mengakuiajaran-ajaranAlkitab tentang pernikahan, gereja menyadari bahwa
banyak kali hubungan pernikahan itu jauh dari apa yang diharapkan. Problem perceraian dan pemikahan kembali dapat dilihat dalam t&ngnya yang sebenarnya
hanyasebagaimanadipandangdari sudut pandangsurga dan bertentangan dengan
latar belakangdariTaman Eden. Pusatdari rencana Allah yangsuci untukdunia kita
adalah penciptaan makhluk yang dibuat menurut peta-Nya yang akan berkembang
biak dan memenuhi bumi dan hidup bersama dalam kemurnian, keharmonisan, dan
k
dan memberikannya kekebahagiaan. la menjadikanHawadari tulang ~ s u Adam
pada Adam untuk menjadi istrinya. Demikianlahpemikahan itu dilembagakan-Allah pendiri lembaga itu, Allah yang melaksanakan pernikahan yang pertama. Sete-


PERNIKAHAN, PERCERAIANDAN PERNIKAHANKEMBALI

209

lah Tuhan menunjukkankepada Adam bahwa Hawa benar-benartulang dari tulangnya dan daging dari dagingnya, tidak akan timbul keragu-raguan dalam pikirannya
memang mereka berdua adalah satu daging. Jugatidak akan muncul daiam pikiran
pasangan yang suci itu keraguan bahwa Allah ingin Nmah tangga mereka harus
bertahan selama-lamanya.
Gereja menganutpandangantentang pernikahan dan Nmah tanggaini tanpa
syarat, meyakini bahwa segala usaha untuk merendahkan pandangan yang tinggi
ini adalah juga merendahkan cita-cita surga. Keyakinan bahwa pernikahan adalah
lembaga llahi berdasar pada kitab suci. Oleh karena itu, semua pemikiran clan pertimbangan yang membingungkan mengenaiperceraiandan pernikahan kembali haNS tetap disesuaikan dengan cita-cita suci yang dinyatakan di Eden.
Gereja percaya pada hukum Allah; juga percaya pada rahmat pengampunan
Allah. Gereja percaya bahwa kemenangan dan keselamatan dapat diperoleh oleh
mereka yang telah melanggar dalam ha1perceraian dan pemikahan kembali sama
dengan merekayang telah gagal dalam standar kudus Allah yang lainnya. Tidak ada
yang dibicarakan di sini dimaksudkan untuk meremehkan rahmat Allah atau pengampunan Allah. Dalam takut akan Allah, gereja di sini menyusun prinsipprinsip
dan praktik yang hams dianut dalam ha1 pemikahan, perceraian, dan pemikahan
kembali ini.

Walaupun pernikahan itu mula-mula dibentuk oleh Allah, diakui bahwa man~isiasekaranghidupdi bawah pemerintahansipil di dunia ini; oleh sebab itu, pemikahan itu memiliki aspek-aspek llahi dan sipil. Aspek llahi diatur oleh hukum Allah,
aspek sipil diatur oleh hukum negara.
Sesuaidenganpengajaranini, ungkapan-ungkapanberikutini menggambarkan
posisi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh:
1. Ketika Yesus berkata, "Janganlah dipisahkan oleh manusia,Ya memberi
satu patokantingkah laku bagi jemaat pada zaman kemurahan ini, yang mengatasi
semua undang-undang duniawi, yang mungkin mengadakantafsiran yang berlentangan sehubungan dengan pernikahan. Di sini Tuhan memberikan peraturan itu
kepada pengikut-pengikut-Nya, dan mereka harus taat pada perituran itu, apakah
negara atau adat, atau kebiasaan memberi keluasan yang lebih bear atau tidak.
'Dalam Khotbah di Atas Bukit, Yesus dengan jelas menyatakanbahwa tidak boieh
ada pembubarandari ikatan pernikahan, kecuaii karena tidak setia kepada sumpah
pemikahan."-Khofbah di Atas Bukit, him. 73,74. (Mat. 532; Mat. 19:9).
2. Ketidaksetiaan pada sumpah pemikahanumumnya berarli peninaan d a d
atau percabulan. Namun, kata Perjanjian BaN untukpercabulanmencakupperilaku
penyimpangan seks lainnya. (1 Kor. 6:9; 1 Tim. 1:9, 10; Rm. 1:24-27). Dengan demikian, penyimpanganseksual, termasuk praMik homoseksual, diakui juga sebagai
penyalahgunaan kekuatan seks dan pelanggaranatas pola llahi dalam perkawinan.
Karena itu maka ini juga menjadi alasan bagi perceraian.

210


PERATURAN JEMAAT

Walaupun Kitab Suci mengizinkan perceraian karena sesuai dengan alasan
yang telah disebutkan di atas, danjuga karena diceraikan oleh pasangan yang tidak
percaya (1 Kor. 7:10-15). usaha yang sungguh-sungguh harus dibuat oleh jemaat
dan orang-orang yang peduli pada akibat dari rekonsiliasi, mendesak pasangan itu
untuk saling menunjukkan roh seperti Kristus yang mengampuni dan memulihkan.
Jemaat didesak untuk menunjukkan kasih dan pengampunan terhadap pasangan
itu untuk membantu &lam proses pendamaian.
3. Bila usahaperdamaianitutiiak berhasil, makapihakyangtidakbersalah itu
berhak, menurut Kitab Suci, untuk menuntut perceraian, dan menikah lagi.
4. Pihak yang melanggar sumpah pemikahan (lihat bagiin 1 dan 2 di atas)
akan dikenakan disiplin oleh jemaat. (Lihat hlm. 195-203). Jika sungguh-sungguh
bertobat, ia lebih baikdikenakandisiplin celaan untuk beberapa wakiu daripada dipecat dari keanggotaan. Bila ia tidak menunjukkan bukli pertobatan yang sungguhsungguh maka ia hams dipecat dari keanggotaanjemaat. Apabila pelanggaran itu
tedalu nyata sehingga mendatangkannoda alas pekerjaan Allah, maka demi mempeftahankan nama baik dan madabat jemaat, orang itu hams dipecat wabupun ia
menunjukkan pertobatan yang nyata dan sungguh.
Semua bentukdisiplinyang akan diterapkan harusdijalankandeh jemaat dalam cara yang akan memungkinkan tercapainya dua tujuan disiplin jemaat-memperbaikidan menyelamatkan.Dalam lnjil Kristus, sisi yang menyelamatkandari disipin id selalu behbungan dewan perubahan surgguh.sungguh dari orang berdosa menjadi suatu ciptaan b a &lam
~ Yesus Kristus.
5. Pihakyangbersalah, yangdiceraikan,tidakmempunyaihakuntukmenikah
dengan orang lain selama pihak yang Mak bersalah masih hidup, dan tetap tidak

menikah dan bersih. Kalau ia (yang bersalah itu) menikah, ia hams dipecat. Orang
yarg dinikahinya, jika ia seorang anggota, juga hams dipecat dari keanggotaanjemaat.
6. Diakui bahwa kadang-kadang hubungan pemikahan menjadi demikian
memburuknyasehingga lebih baik bagi pasangan suami istri itu bercerai. "Kepada
orang-orangyang telah kawin sku-tidak, bukan aku, tetapi Tuhan-perintahkan,
supaya seorang istri tidak boleh menceraikansuaminya. Dan jika ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami
tidak bdeh menceraikan isterinya." (1 Kor. 7:10,11). Dalam banyak kasus seperti
itu, pemeliharaan anak, pembagian harta milik, atau bahkan pedindungan pribadi
mungkin memeriukan adanya pe~bahanstatus pernikahan. Dalam ha1 seperti itu
mungkin &pat diizinkan untuk memperoleh apa yang dikenal di beberapa negara
sebagai pisah secara hukum. Namun, dalam beberapa hukum sipil pisah seperti itu
hanya dapat diperoleh melalui perceraian.
Perpisahan atau perceraian yang disebabkanoleh lakior-faktor seperti kekerasan fisik atau kasus tidak disebabkan deh "ketidaksetiaan pada sumpah perka-

PERNIKAHAN, PERCERAIAN DAN PERNIKAHAN KEMBALI
winan" (lihat butir 1 dan 2 di atas), lidak memberikan hak Aikitabiah untuk menikah
kembali pada kedua beiah pihak, kecualijikadi anlara waktu itu salah seorang telah
menikah kembali; melakukan perzinaan atau percabulan; atau mati. Jika seorang
anggota yang telah bercerai seperti itu menikah kembali tanpa dasar Aikitabiah ini,
maka ia harus dipecat; dan orang yang ia nikahi, jika ia seorang anggota gereja,

akan juga dipecat dari keanggotaan gereja. (Lihat hlm. 197-199).
7. Pihak yang bersalah melanggar sumpah pemikahannya, dan teiah diceraikandan dipecatdari keanggotaanjemaat,dantelah menikahlagi, atau seseorang
yang telah bercerai karena alasan yang tidak disebutkan pada butir 1 dan 2 di atas
telah menikah kembali, dan telah dipecat dari keanggotaanjemaat, hawslah dipandang sebagaiorang yang tidak layakjadi anggotajemaatkecuali sebagaimana yang
ditentukan di bawah ini.
8. Hubunganpemlkahanihr bukanhanyasucitetapi jugajauh lebih ~ m idarit
biasa
mengenai
segala
sesuatu
yang
tersangkut
di
dalamnya
(sepada hubungan
bagai contoh, faktor anak-anak). Oleh karenaitu, bilaada permintaanuntukdiierima
kembali ke dalam keanggotaan jemaat, pilihan yang diberikan kepada orang yang
bertobat itu sangat terbatas. Sebelum keputusan akhir diambil oleh jemaat, maka
permintaantersebut ha~sdibawaolehjemaat melaluipendeta atau ketuadistrik kepada komite konferensIdaeraW11ayahuntuk mendapatkanpetunjuk dan rekomendasi perihal langkah-langkahapa saja yang hams dijalani oleh orang yang bertobat
itu agar penerimaannya kembali sebagai anggota jemaat beijalan aman.

9.Orang-orang yang telah dipecat oleh sebab kesalahan-kesalahanyang disebut di atas, hanya boleh diterima kembali menjadi anggota jemaat apabila ia dibaptis kembali. (Lihat hlm. 202-203).
10. Bila seseorana yang tersangkut dalam urusan perceraian akhirnya diterima kembali menjadi an-ggoqemaat,-seperti yang dijelikan dalam butir 6, maka
untuk melindunaiDersatuan dan kerukutm iemaat haruslah benar-benardiiaaasup y a kepada orang yang demikian tidak dikrikan jabatan pemimpin; tenriama jabatan yang menuntut upacara pengurapan, kecuali melalui pertimbanganyang sangat berhati-hatidari pimpinan konferens1daeraNwilayah.
11. Pendeta Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh tidak diizinkan mengambil
bagian dalam upacarapemikahan kembali dari seorang yang tidak mempunyai hak
untuk menikah kembali menurut K i Suci, seperti telah dijelaskan dalarn alineaalinea yang terdahulu.
Pelayanan Jemaat Setempat untuk Keluarga-keluarga
Gereja sebagai agen penyelamatan Kristus h a ~ melayani
s
anggota-anggotanya dalam semua kebutuhan mereka dan h a ~ memelihara
s
setiap orang agar
semua boleh bertumbuh ke dalam suatu pengalaman Kristen yang dewasa. Ini sa-

212

PERATURAN JEMAAl

ngat tepal secara khususbila anggota menghadapi keputusan seumur hidup seperti
menikah dan pengalaman yang mengecewakan sepelti perceraian. Bila satu pasangan suami istri terancam bercerai, segala usaha harus dibuat oleh pasangan itu
dan oleh anggota jemaat atau keluargayang menggembalakan mereka untuk mendatangkan perdamaian yang serasi dengan prinsip-prinsip llahi dalam ha1 memulihkan hubungan yang luka (Hosea 33-3; 1 Kor. 7:10, 11; 13:4-7; Gal. 6:1).
Segalabahan yang dapatmembantuanggota-anggotadalammengembangkan
rumah tangga Kristen yang kuat disediakan melalui jemaat atau organisasi jemaat
lainnya. Bahan-bahantersebut meliputi: (1) program-program orientasi bagi pasangan yang bersiap untuk menikah, (2) program-program petunjuk bagi pasangan
suami istri dengan keluarga mereka, dan (3) programprogram sokongan bagi keluarga yang hancur dan orang-orangyang bercerai.
Dukungan pendeta itu sangat penting dalam memberikan petunjuk dan orientasi dalam ha1pernikahan, dan penyembuhan s e a pemulihan dalam kasus perceraian. Fungsi pendeta dalam kasus terakhir adalah mendisiplin dan membantu.
Fungsitersebut mencakup berbagi informasiberkaitandengan kasus itu; namun demikian, penyingkapan informasi-informasiyang sensitif harus dibuat dengan sangat
berhati-hati. Perhatian etik ini pun tidak boleh menjadi dasar untuk menghindari tindakan disiplin yang dibicarakan dalam poin 1.1 1 di atas.
Anggota-anggotajemaat dipanggil untuk mengampunidan menerima mereka
yang telah gagal sebagaimana Allah telah mengampuni mereka (Yes. 545-8; Mat.
6:14,15; Ef. 4:32). Alkitab memintakan kesabaran, belas kasihan, dan pengampunan dalam kepedulian Kristiani bagi mereka yang telah bersalah (Mat; 18:lO-20; Gal.
6:1,2). Selama masa seseorang didisiplin, apakah celaan atau pemecatan,jemaat,
sebagai alat dari misi Allah, harus melakukan semua usaha untuk mempertahankan
kontak pemeliharaan rohani dengan mereka.