Fungsi dan Pendekatan dan pembahasan

BAB I
PENDAHULUAN
Bimbingan dan Konseling, pada intinya merupakan bagian daari komponen yang ada
dalam sistem pendidikan di sekolah yang sangat mempunyai peranan penting dalam
menentukan dan membantu siswa meraih cita-citanya secara optimal sesuai dengan apa yang
telah mereka miliki, baik potensi-potensi yang telah ada maupun prestasi yang telah
dicapainya atau justru sebaliknya terdapat masalah dalam diri individu sehingga
menyebabkan terjadinya penghambatan dalam meraih prestasi secara optimal. Lantas
bagaimana dengan Fungsi dan pendekatan bimbingan dan konseling itu sendiri? Hal inilah
yang kemudian kami anggap menarik untuk dipelajari dan dikaji sebagai bagian dari
pembelajaran dalam makalah mata kuliah bimbingan dan konseling ini.
Sesuai dengan judul baghasan, makalah ini sangat menarik untuk pembaca yang ingin
mengetahui apa dan bagaimana fungsi dan pendekatan bimbigan dan konseling itu?
Sebagai calon guru, kita pun perlu mengetahui dan mempelajari serta menguasai dan
memahami fungsi dan pendekatan dalam proses bimbingan dan konseling di sekolah terhadap
siswa-siswi kita nanti, agar mereka dapat terpasilitasi dalam mencapai prestasinya secara
optimal dan maksimal yang sesuai dengan apa yang telah mereka miliki mengenai potensipotensi pribadinya masing-masing.

1

BAB II

PEMBAHASAN
A. Fungsi Bimbingan Konseling
Bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didik dapat menemukan
dirinya, mengenal dirinya dan mampu merencanakan masa depannya. Dalam
hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada
peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal
sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Oleh karena itu pelayanan
bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui
kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut.1
1. Fungsi Pemahaman
Yaitu membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya
(potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan potensi
dirinya sacara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis
dan konstruktif.2
Seseorang sebelum melakukan pekerjaan atau kegiatan diharuskan memahaminya
terlebih dahulu, seperti halnya soerang mahasiswa yang ingin mengajar di SMP atau
SMA ketika kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL), maka sebelum ia memberikan
materi tersebut terhadap siswanya diharapkan seorang mahasiswa tersebut memahami
dulu urgensi dan substansi dari apa yang akan ia sampaikan terhadap muridnya.

Sebagaimana juga disebutkan oleh Syaodih dalam perumpamaannya seperti tukang
cangkul dan tuka gergaji kayu dari mereka itu harus memahami “Jenis dan kondisi
tanah dan kayu yang akan dikerjakan perlu dikenal terlebih dahulu sebelum mulai
mengerjakannya”.3Kemudian timbul pertanyaan, bagaimana dalam Bimbingan dan
Konseling itu sendiri? Demikian halnya juga dengan konselor atau guru Bimbingan
dan Konseling, atau guru bidang studi, sebelum memberikan bimbingan maka harus
memahami terlebih dahulu peserta didiknya.

1

Hallen A. 2005. Bimbingan dan Konseling. Ciputat: Ciputat Pers, h.55-56
Syamsu Yusuf dan A Juntika Nurihsan. 2012. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakarya,
h. 16
3
Ibid., h. 22
2

2

Namun menurut salah satu prinsip psikologi ‘tidak ada dua individu yang sama’

ini berarti setiap individu atau antara individu-individu itu banyak perbedaannya baik
dari jasmaniah maupun mental-psikologis yang setiap individu mempunyai kekuatan
untuk berkembang, mengembangkan semua potensi dan kecakapan yang telah
dimilikinya yang kemudian dengan bimbingan dan konseling peserta didik dapat
terbantu dalam menentikan keputusan yang realistis sesuai dengan potensi yang ia
miliki dan mengembangkan kecakapan-kecakapan tersebut. Fungsi pemahaman ini
dapat dilakukan dengan program:
a. Pemahaman tentang klien
b. Pemahaman tentang masalah klien
c. Pemahaman tentang lingkungan4
2. Fungsi Pencegahan (preventif)
Yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang
mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta
didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Fungsi
preventif ini dapat dilakukan dengan program5:
a. Layanan Orientasi
b. Layanan Pengumpulan Data
c. Layanan Kegiatan Kelompok
d. Layanan Bimbingan Karier6

Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para siswa dalam mencegah
terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantranya: bahayanya minuman keras,
merokok, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dropp out dan pergaulan bebas (free
sex).
3. Fungsi Pemeliharaan
adalah

fungsi

bimbingan

dan

konseling

yang

akan

menghasilkan


terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi siswa dan kondisi positif
peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan
berkelanjutan.
4
5
6

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Grafindo Persada, h. 41-45
Syamsu Yusuf, Loc. Cit., h. 16
Tohir, Ibid., h.40-41

3

4. Fungsi Pengembangan
yaitu hal-hal yang dipandang sudah bersifat positif dijaga agar tetap baik dan
dimantapkan. Dengan demikian dapat diharapkan peserta didik dapat mencapai
perkembangan kepribadian secara optimal.7
Agar setiap orang dapat mengembangkan kepribadiannya secara maksimal dan
berprestasi


secara

optimal,

memerlukan

kondisi-kondisi

maksimal

yang

memungkinkan mereka belajar secara efisien dan efektif. Kondisi itu antara lain
suasana studi yang menunjang tumbuhnya kreatifitas dan inovasi, hubungan sosial
yang demokratis, dan peraturan-peraturan yang ketat. Disini peran bimbingan dan
konseling diperlukan agar ‘orang lebih mampu memahami dan menguasai hubunganhubungan antara diri mereka dengan lingkungannya, serta memahami nilai-nilai
pribadi dan sosialnya’,8 yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor
dan personel sekolah lainnya berkerjasama merumuskan dan melaksanakan program

bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa
mencapai tugas-tugas perkembangannya.9
5. Fungsi Penyaluran (distributive)
yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih kegiatan
ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau
jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu berkerjasama dengan peserta didik
lainnya didalam maupun di luar lembaga pendidikan. Dalam pelaksanaan fungsi ini,
konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun d luar
lembaga pendidikan.10
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa setiap orang itu memiliki
kemampuan, bakat,minat, serta potensi-potensi dan kebutuhan-kebutuhan yang
berbeda-beda. Agar seseorang dapat mencapai prestasi yang optimal, perlu mereka
mengetahui saluran-saluran mana yang cocok bagi dirinya. Oleh karena tidak semua
7

Hallen A, Op. Cit., h. 57
Roosdi Syuhada, A. (1988). Bimbingan dan Konseling dalam Mayarakat dan Pendidikan Luar Sekolah.
Jakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret, h. 10
9

Syamsu Yusuf, Loc. Cit., h. 16
10
Syamsu Yusuf dan A Juntika Nurihsan, Loc. Cit., h. 16
8

4

orang sanggup menemukan alternatif-alternatif pilihan yang tepat karena mereka
perlu dibantu agar keputusannya sesuai dengan kemampuannya serta kesempatankesempatan dan atau fasilitas yang ada.11
6. Fungsi Penyesuaian diri (adjustive)
yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu (siswa) agar dapat
menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan,
peraturan sekolah, atau norma agama.12
Hal ini dimaksudkan bimbingan dan konseling dapat berarti penyesuaian
terhadap kemampuan-kemampuan, bakat, minat, serta potensi-potensi yang nyata di
dalam dirinya, dan penyesuaian terhadap lingkungannya, baik lingkungan sekolah,
keluarga maupun masyarakat. Karena tidak sedikit siswa/ mahasiswa yang kurang
mampu menyesuaikan diri terhadap kemampuan, bakat, minat, serta kondisi dirinya
yang sesuai dengan apa yang hendak dicapainya karena itu mereka memerlukan
bantuan.13

7. Fungsi Penyesuaian Lembaga (Adaptive)
yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru
atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan,

minat,

kemampuan,

dan

kebutuhan

individu

(siswa)

dengan

menggunakan informasi yang memadai mengenai individu. Pembimbingan atau

konselor dapat membantu para guru atau dosen dalam memerlukan individu secara
tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi perkuliahan, memilih metode dan
proses perkuliahan, maupun mengadaptasikan bahan perkuliahan sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan individu.14
Sekolah, perguruan tinggi, maupun lembaga-lembaga social dalam masyrakat
mengalami perubahan-perubahan dan perkembangan secara terus-menerus agar
memenuhi fungsinya sesuai dengan tuntutan-tuntutan dalam masyarakat sehingga
disini bimbingan dan konseling dapat diminta pertimbangan-pertimbangannya
didasarkan atas penilitian yang mendalam terhadap kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi
masyarakat sehingga ‘program-program pendidikan, kurikulum, dan ekstra kurikulum
11
12
13
14

Syuhada, Op.Cit., h.9
Syamsu Yusuf dan A Juntika Nurihsan, Op.Cit., h. 17
Syuhada, Op.Cit., h. 10
Syamsu Yusuf dan A Juntika Nurihsan, Op.Cit., h. 17


5

yang ditawarkan terhadap siswa atau mahasiswa selalu disesuaikan terhadap
kebutuhan’. McDaniel15
8. Fungsi Pengentasan
Istilah fungsi pengentasan ini dipakai sebagai pengganti istilah fungsi kuratif
atau fungsi terapeutik dengan arti pegobatan atau penyembuhan.tidak dipakainya
kedua istilah tersbeut karena istilah itu berotientasi bahwa peserta didik yang
dibimbing adalah orang sakit serta untuk mengganti isyilah fungsi perbaikan yang
mempunyai konotasi bahwa peserta didik yang dibimbing (klien) adalah orang yang
tidak baik atau rusak. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling pemberian label
atai berasumsi bahwa peserta didik atau klien adalah orang sakit atau rusak sama
sekali tidak boleh. Melalui fungsi ini pelayanan bimbingan konseling akan
menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami
peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha membantu memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik baik.
Proses perkembangan pada diri individu tidak semuannya atau tidak selalu
berjalan lancer dan berhasil, seperti kita belajar dan mengerjakan PR (pekerjaan rumah)
Matematika terkadang ada soal yang mudah kita selesaikan dan kadang pula ada yang
sulit, untuk menyelesaikan soalnya pun tidak hanya berpikir saja dan dapat dikira-kira
namun membutuhkan rumus yang benar dalam mengatasi kesulitan soal tersebut.
Begitu juga dengan perkembangan anak, sebagaimana diungkapkan oleh Syaodih
bahwa“Banyaknya masalah yang dihadapi anak dan pemuda bukan saja dapat
menghambat perkembangan mereka tetapi juga dapat menimbulkan frustrasi konflik,
maladjustment dan mengganggu kebahagiaan dan produktivitas hidupnya”.16
Tujuan lain dari pada pemecahan masalah ini adalah agar anak-anak dan remaja
memiliki kepribadian produktif, dalam arti mereka dapat mneghasilan atau memberikan
sumbanganyang berguna, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Sesuatu yang
diberikan atau dihasilkannya tidak benda tetapi juga bias bentuk jasa, layanan,
perlakuan, tindakan, yang jelas bermanfaat.
Fungsi-fungsi tersebut dapat diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai
jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil
15

Syuhada, Op.Cit., h. 10
Syaodih, Nana Sukmadinata. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek, Mengembangkan Potensi
dan Kepribadian Siswa. Bandung: Maestro, h.28
16

6

sebagaimana yang terkandung di dalam masing-masing fungsi tersebut. Setiap
layanan dan kegiatan bimbingan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung
mengacu kepada satu atau lebih fungsi-sungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak
dicapainya jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.
Secara keseluruhan, jika semua fungsi-fungsi itu telah terlaksana dengan baik,
dapatlah bahwa peserta didik akan mampu berkembang secara wajar dan mantap
menuju aktualisasi dir secara optimal pula. Keterpaduan semua fungsi tersebut akan
sangat membantu perkembangan peserta didik secara terpadu.
B. Pendekatan Bimbingan Konseling
Dilihat dari pendekatan bimbingan, bimbingan itu dibagi menjadi 4 pendekatan
yaitu: pendekatan krisis, pendekatan remedial, pendekatan preventif, dan pendekatan
perkembangan.
1. Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu
yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan bertujuan untuk mengatasi krisis
atau masalah-masalah yang dialami individu. Dalam pendekatan krisis ini,
konselor menunggu klien yang datang, selanjutnya mereka memberikan bantuan
sesuai dengan masalah yang dirasakan klien.
Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikoanalisis. Psikoanalisis
terpusat pada pengaruh masa lampau sebagai suatu hal yang menentukan bagi
berfungsinya kepribadian pada masa kini. Pengalaman-pengalaman pada masa
lima atau enam tahun pertama dari kehidupan individu dipandang sebagai akar
dari krisis individu yang bersangkutan pada masa kini.17
Tetapi menurut Abin Syamsudin pendekatan ini dinamai pendekatan direktif.
Pendekatan ini menurut Abin bahwa:
“Pendekatan layanan bimbingan ini dikenal juga sebagai bimbingan yang
bersifat Counselor centered. Sifat tersebut menunjukkan pihak pembimbing
memegang peranan utama dalam proses interaksi layanan bimbingan.
Pembimbinglah yang berusaha mencari dan menemukan permasalahan yang
dialami kliennya. Kemudian pembimbing juga yang mencari alternatif terbaik
bagi pemecahannya. Pihak terbimbing hanya menerima dan mengikuti atau
melaksanakan apa yang dirasakan pembimbingnya”. Syamsudin (2004: 296).
17

Syamsu Yusuf, h. 81

7

2. Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu
yang mengalami kesulitan. Tujuan bimbingan adalah untuk memperbaiki
kesulitan-kesulitan yang dialami individu. Dalam pendekatan ini konselor
memfokuskan pada kelemahan-kelemahan individu yang selanjutnya berupa
untuk memperbaikinya.
Pendekatan

remedial

ini

banyak

dipengaruhi

oleh

aliran

psikologi

behavioristik. Pendekatan behavioristik ini menekankan pada perilaku klien di sini
dan saat ini. Perilaku saat ini dari individu dipengaruhi oleh suasana lingkungan
pada saat ini pula. Oleh sebab itu untuk memperbaiki perilaku individu perlu
ditata lingkungan yang mendukung untuk perbaikan perilaku tersebut.
3. Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif adalah upaya bimbingan yang diarahkan untuk
mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba mencegah jangan
sampai terjadi masalah tersebut pada individu. Konselor berupaya untuk
mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.
4. Pendekatan Perkembangan
Bimbingan dan konseling yang berkembang pada saat ini adalah bimbingan
dan konseling perkembangan. Visi bimbingan dan konseling adalah edukatif,
pengembangan, dan outreach. Edukatif karena titik berat kepedulian bimbingan dn
konseling terletak pada pencegahan dan pengembangan, bukan pada korektif atau
terapeutik, walaupun hal itu tetap ada dalam kepedulian bimbingan dan konseling
perkembangan. Pengembangan, karena titik sentral tujuan bimbingan dan
konseling adalah perkembangan optimal dan strategi upaya pokoknya ialah
memberikan kemudahan perkembangan bagi individu melalui perekayasaan
lingkungan perkembangan. Outeach, karena target populasi layanan bimbingan
dan konseling tidak terbatas kepada individu bermasalah dan dilakukan secara
individual tetapi meliputi ragam dimensi (masalah, target intervensi, setting,
metode, lama waktu layanan) dalam rentang yang cukup lebar. Teknik yang
digunakan dalam bimbingan dan konseling perkembangan adalah pembelajaran,

8

pertukaran informasi, bermain peran, tutorial dan konseling (Muro and Kottman,
1995:5)18
5. Pendekatan Psikologi
Pendekatan yang berupaya dengan memasuki kondisi psikologi klien, baik itu
kondisi psikologi individu ataupun social klien.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen pendidikan, yang
secara terpadu dan bersinergi dengan dua komponen pendidikan lainnya, yaitu
administrative dan pengajaran berupaya mencapai tujuan pendidikan yang
bermutu. Bimbingan dapat diartikan sebagai upaya pemberian bantuan kepada
peserta didik dalam rangka mencapai perkembangan yang optimal. Konseling
merupakan layanan utama bimbingan dalam upaya membantu individu agar
mampu mengembangkan dirinya dan mengatasi masalahnya, melalui hubungan
face to face atau melalui media, baik secara perorangan maupun kelompok.
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu (siswa) agar
memperoleh pencerahan diri (intelektual, emosional, social, moral-spiritual)
sehingga mampu menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif, dan mampu
mencapai kehidupan yang bermakna (produktif dan kontributif) baik bagi dirinya
sendiri maupun bagi orang lain (masyarakat). Penyelenggaraan bimbingan
didasarkan kepada prinsip-prinsip dan asas-asas yang kokoh secara professional.
Model

bimbingan

dapat

diklasifikasikan

berdasarkan

periodesasi

perkembangannya, yaitu periode awal, periode selanjutnya, dan periode
kontemporer.
C. Peran Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah
Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah dapat dibedakan menjadi
dua yaitu layanan bimbingan dalam kelas dan luar kelas.
1. Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di Kelas
Guru perlu mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas-tugas yang harus
dilakukannya dalam kegiatan bimbingan. Kejelasan tugas ini dapat memotivasi
guru untuk berperan secara aktif dalam kegaiata bimbingan dan mereka ikut
merasa bertanggung jawabatas terlaksananya kegiatan itu. Sehubungan dengan itu
18

Syamsu Yusuf dan A Juntika Nurihsan, h. 81-82

9

Rochman Natawidjaja dan Muhammad Surya (1985) menyatakan bahwa fungsi
bimbingan dalam proses belajar mengajar itu merupakan salah satu kompetensi
guru yang terpadu dalam keseluruhan pribadinya. Perwujudan kompetensi ini
tampak pada kemampuannya untik menyesuaikan diri dengan karakteristik siswa
dan suasana belajarnya.
Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang
bersifat otoriter akan menimbulkan suasana tegang, hubungan guru siswa menjadi
kaku, keterbukaan siswa untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan sehubung
dnegan pelajaran itu menjadi terbatas dan sebagainya. Oleh karena itu, guru harus
dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiaatan belajar mengajar
2. Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan Luar Kelas
Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan proses
belajar mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan bimbingan di
luar kelas. Tugas-tugas bimbingan itu antara lain:
a) Memberikan pengajaran perbaikan (remedial teaching)
b) Memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa
c) Melakukan kunjungan rumah (home visit)
d) Menyelenggarakan kelompok belajar, yang bermanfaat untuk:
(1) Membeiasakn anak untuk bergaul dengan teman-temannya, bagaimana
mengemukakan pendapatnya dan menerima pendapat dari teman lain
(2) Merealisasikan tujuan pendidikan dan pengajaran melalui belajar secara
kelompok
(3) Mengatasi kesulitan-kesulitan, terutama dalam hal pelajaran secara
bersama-sama
(4) Belajar hidup bersama agar nantinya tidak canggung dalam masyarakat
yang lebih luas
(5) Memupuk rasa kegotongroyongan
Beberapa contoh kegiatan contoh tersebut memberikan bukti bahwa tugas guru
dalam kegaitan bimbingan sangat penting. Kegiatan bimbingan tidak semata-mata
tugas konselor saja. Tanpa peran serta guru, pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah tidak dapat terwujud secara optimal.

10

Dalam kegiatan pembelajaran pun peran guru sangat penting agar selalu bisa
bekerjasama dngan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses pembelajaran tidak dapat dipisahlan
dari kegiatan bimbingan, sebaliknya layanan bimbingan di sekolah perlu
dukungan atau bantuan guru. Ada beberapa pertimbangan mengapa guru juga
harus melakasanakan kegiatan bimbingan dalam proses pembelajaran.
(1) Proses pembelajaran menjadi sangat efektif apabila bahan yang dipelajari
dikaitkan langsung dengan tujuan-tujuan pribadi siswa.
(2) Guru yang memahani siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya lebih
peka terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran
kegiatan kelas.
(3) Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa
secara lebih nyata.19

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
19

Soetjipto. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta, Rineka Cipta, h. 107-108

11

Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan
kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara
optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Beberapa fungsi tersebut
antara lain: Fungsi Pemahaman, Fungsi Pencegahan (preventif), Fungsi Pemeliharaan,
Fungsi Pengembangan, Fungsi Penyaluran (distributive), Fungsi, Penyesuaian diri
(adjustive), Fungsi Penyesuaian Lembaga (Adaptive), dan Fungsi Pengentasan.
Sedangkan pendekatan bimbingan konseling itu sendiri adalah: Pendekatan Krisis,
Pendekatan Remedial, Pendekatan Preventif, Pendekatan Perkembangan, Pendekatan
Psikologi.
Adapun peran guru dalam layanan bimbingan konseling di sekolah adalah memegang
peranan penting karena dengan adanya kerja sama antara guru dan konselor akan tercapai
hal-hal: pembelajaran yang efektif, guru yang lebih peka dan memahami kesulitankesulitan yang dihadapi oleh murid.

12