Instrumen Penilaian dan Kelompok Presentasi

Instrumen Penilaian Kelompok Presentasi
Kelompok ke-

:

Materi
P (DD/MM/YY)
Waktu

:
:

Penilaian Kelompok
No.
1.
2.
3.
4.

Aspek penilaian
Kesesuaian isi materi yang dibahas


Skor
(skor

maks: 40 )
Kemampuan dan kejelasan mempresentasikan materi (skor maks: 20)
Tampilan power point/media menarik dan interaktif
(skor
maks: 20 )
Kerjasama kelompok presentasi

(skor

maks: 20 )
Skor Total

Penilaian Individu
Aspek

Skor


penilaian

Kemampuan

No.

NIM

Nama

Penampilan

Kemampuan

Penguasaan Materi

Persentasi

Menjawab


(Skor maksimal 25)

(Skor

pertanyaan

maksimal 25)

(Skor maksimal 25)

kerjasama
dalam
kelompok
(Skor
maksimal
25)

1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.

NOTULIS SESI TANYA JAWAB

No

Kelompok Penyaji

:

Materi

:

Notulen


:

Nama Penanya

Nama penjawab

Pertanyaan

ASPEK HUKUM WARALABA

Jawaban

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis
Dosen Pembimbing :
LilisSugi R.N, S. Pd., M. Pd.

Oleh :
Khikmatul Aliyah


(1796144031)

Nur Aini

(1796144006)

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
FAKUKTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2017

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
a. Latar belakang................................................................................................
b. Rumusan masalah...........................................................................................
c. Tujuan............................................................................................................
d. Manfaat..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................

a. Pengertian waralaba.......................................................................................
b. Waralaba sebagai tren pola bisnis..................................................................
c. Perkembangan waralaba di dunia...................................................................
d. Perkembangan waralaba di indonesia............................................................
e. Jenis-jenis dan pola waralaba.........................................................................
f. Aspek-aspek hukum dalam perjanjian waralaba ...........................................
BAB III PENUTUPAN..............................................................................................
a. Kesimpulan....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha waralaba sebenarnya telah lama ada dieropa dengan nama
franchise. Pengertian waralaba diambil dari pengertian franchishing yang
disebut orang perjanjian franchisee untuk menggunakan kekhasan usaha
atau ciri pengenal bisnis dibidang perdagangan/jasa berupa jenis produk
dan dan bentuk yang diusahakan termasuk identitas perusahaan.
Beberapa unsur tentang waralaba(franchise) tersebut, ialah:

Merupakan suatu perjanjianPenjualan produk/jasa dengan merk
dagang pemilik waralaba (franchisor)Pemilik maralaba membantu
pemakai waralab (franchisee) dibidang pemasaran, manajemen dan
bantuan tehnik lainnyaPemakai waralaba membayar fee atau royalti atas
penggunaan merk pemilik waralaba.
Perjanjian waralaba merupakan perjian khusus tidak ada dalam kitabkitab Undang-undang Hukum Perdata dan dapat diterima dalam hokum
karena didalam kitab Undang-undang Hukum Perdata ditemui satu pasal
yang mengatakan adanya kebebasan berkontrak, mengakatan bahwa
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang- undang bagi
yang membuatnya (Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata).
B. Rumusan Masalah
1.

Apa yang dimaksud dengan Waralaba?

2.

Mengapa Waralaba menjadi tren pola bisnis?

3.


Bagaimana perkembangan Waralaba di dunia?

4.

Bagaimana perkembangan Waralaba di Indonesia?

5.

Apa saja jenis - jenis dan pola Waralaba?

6.

Apa saja aspek hukum dalam perjanjian Waralaba?

C. Manfaat
1.

Mengetahui dan memahami pengertian dari Waralaba


2.

Mengetahui saat ini Waralaba menjadi tren pola bisnis

3.

Mengetahui perkembangan Waralaba di dunia

4.

Mengetahui perkembangan Waralaba di Indonesia

5.

Memahami jenis dan pola Waralaba

6.

Memahami aspek hukum dalam perjanjian Waralaba


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Waralaba
Waralaba adalah hak yang diberikan kepada seorang individu atau
kelompok untuk memasarkan barang suatu perusahaan atau jasa dalam suatu
wilayah tertentu atau lokasi. Beberapa contoh waralaba populer saat ini
adalah McDonald's, Subway, Domino's Pizza, dan UPS Store.
Menurut Peraturan Menteri Perdagangan No.12 Tahun 2006. Waralaba
(Franchise) merupakan perikatan antara Pemberi Waralaba dengan Penerima
Waralaba dimana Penerima Waralaba diberikan hak untuk menjalankan usaha
dengan memanfaatkan dan/atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau
penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki Pemberi Waralaba dengan suatu
imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh Pemberi Waralaba
dengan sejumlah kewajiban menyediakan dukungan konsultasi operasional
yang berkesinambungan oleh Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba.
Sedangkan

menurut

Asosiasi

Franchise

Indonesia, Pengertian

Waralaba ialah Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada
pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada
individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama,
sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.
B. WaralabasebagaiTren Pola Bisnis
Sistemwaralaba di Indonesia diterapkansetidaknyamenjadi 4 jenisyakni,
waralabadengansistem business format, waralaba bagi keuntungan, waralaba
kerjasama investasi dan waralaba merek dagang. Penerapan ini sangat dinamis,
dimana penggunaannya sangat bergantung terutama pada jenis usaha dan area.
Kriteria status usaha dapat berubah menjadi waralaba setidaknya harus
memenuhi berbagai persyaratan khusus yakni unik, tidak mudah ditiru,
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan tipe usaha sejenisnya sehingga
konsumen akan selalu mencari produk atau jasa tersebut (repeated order).

Mempunyai proven track record atau mempunyai konsep usaha yang telah
terbukti berhasil, yang dapat dilihat dari neraca keuangan, citra perusahaan serta
produk/jasa yang terjamin.
Terwaralaba pun harus pula diuntungkan dengan adanya standarisasi dan
pengoperasian yang jelas, yang dituangkan dalam kerangka kerja yang dikenal
sebagai SOP (Standard Operational Procedure). SOP dapat dikatakan jiwa dari
kehidupan waralaba. Tanpa SOP yang jelas, gamblang mudah dimengerti dan
diaplikasikan, kesuksesan waralaba akan sulit tercapai. SOP akan memuat
secara detail pedoman pengoperasian suatu usaha, mulai dari suplai bahan
baku, manajerial, pelatihan SDM, keuangan, marketing dan promosi, sampai
pada riset pengembangan usaha. Setiap detail akan dibukukan menjadi manualmanual sesuai dengan segmennya masing-masing.
Faktor-faktor yang menjadipersyaratan suatu waralaba seperti yang
tersebut diatas umum disebut dengan istilah franchisibility. Oleh karena
standarisasi yang cukup tinggi, memberikan keuntungan bagi masyarakat yang
ingin membeli waralaba. Banyak peluang bisnis (Business Opportunity – BO)
yang mengklaim diri sebagaiwaralaba, padahaltidakmemenuhipersyaratanpersyaratanuntuklayakdisebutwaralaba.
C. PerkembanganWaralaba di Dunia
Fakta mengenai perkembangan bisnis waralaba di dunia menunjukkan
adanya perkembangan yang sangat pesat. Di Amerika Serikat pada tahun
90-an diperkirakan bahwa bisnis cara waralaba mewakili lebih dari 1/3 total
transaksi bisnis eceran, namun pada tahun 2000 ini diperkirakan akan
meningkat menjadi 50%. Ini berarti bisnis waralaba hadir di hampir semua
tempat belanja baik di sepanjang jalan raya ataupun di pusat belanja.
Kemanapun anda bepergian di Amerika akan sangat mungkin
berjumpa dengan jaringan bisnis ini. Don DeBolt, presiden dari
International Franchise Association seperti yang dilaporkan oleh majalah
Franchise Times, memperkirakan jumlah transaksi melalui waralaba

diseluruh dunia akan melampui nilai 1 triliun US Dollar. Ini sangat masuk
akal karena pada tahun 1998 saja, McDonald’s – pemilik waralaba no 1
diseluruh dunia – telah berhasil mencapai hasil penjualan sebesar US$ 36
milyar melalui 24.813 gerai yang dimilikinya. Ini tidak perlu diherankan
karena 96% dari orang Amerika setiap tahunnya pergi ke McDonald’s.
Apakahbidangbisnisterbesar dalam waralaba di Amerika? Ternyata
yang terbesar dalam waralaba di negara Paman Sam adalah dalam bidang
kendaraan mobil. Ini adalah salah satu jenis waralaba produk. Penjualan
tahunannya diperkirakan lebih dari 300 miliar dollar. Termasuk didalamnya
adalah penjualan truk dan mobil yang mewakili nilai 40% dari total atau
US$ 120 milyar. Untuk penjualan bahan bakar mobil ternyata penjualannya
lebih dari US$100 milyar per tahun (1). Dapat disimpulkan bahwa bisnis
distribusi produk durable atau tahan lama memiliki potensi waralaba.
Bentuk waralaba seperti ini yang tampaknya belum banyak kita lihat di
Indonesia. Di Amerika dua jenis industri lain yang besar selain waralaba
dalam penjualan mobil adalah rumah makan dan eceran.
Waralabadalam Usaha Restoran merupakan industri waralaba no 2
terbesar. Lebih dari 40% tenaga kerja dalam bidang waralaba di Amerika
bekerja di industri makanan dan penjualan per tahunnya diperkirakan lebih
dari US$100 milyar. Untuk jenis makanannya, ternyata 40% dari restoran
waralaba memiliki menu yang berkisar pada: hamburger, cheeseburger,
hotdog, dan produk-produk lain yang berkaitan dengan produk makanan
tadi. Artinya makanan yang disediakan adalah makanan yang memiliki
selera umum atau disukai oleh banyak orang. Jenis rumah makan seperti di
atas menghasilkan omzet 50% dari seluruh total omzet penjualan waralaba
dalam bidang restoran. Ini berarti orang Amerika membelanjakan uangnya
lebih banyak dalam bisnis waralaba makanan untuk jenis makanan:
hamburger,

cheeseburger

dan

hotdog.

Dapatdisimpulkanbahwajenismakanan yang diwaralabakanadalahmakananmakanan

yang

populer

luasdanbesarjumlahnya.

yang

memilikipenggemar

yang

D. PerkembanganWaralaba di Indonesia
Di Indonesia system waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu
dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi.
Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya
sistem pembelian lisensi plus, yaitu franchisee tidak sekedar menjadi
penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya . Agar
waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang
harus dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi
franchisor maupun franchisee. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di
negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas, waralaba berkembang
pesat, misalnya di AS dan Jepang Tonggak kepastian hukum akan format
waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni1997, yaitu dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah(PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang
Waralaba. PP No. 16 tahun 1997 tentang waralaba ini telah dicabut dan
diganti dengan PP no 42 tahun 2007 tentang Waralaba.
Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam
bidang waralaba di Indonesia. Namun saat ini kepastian hukum untuk
berusaha dengan format bisnis waralaba jauh lebih baik dari sebelum tahun
1997. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya payung hukum yang dapat
melindungi bisnis waralaba tersebut. Perkembangan waralaba di Indonesia,
khususnya di bidang rumah makan siap saji sangat pesat. Hal ini ini
dimungkinkan karena para pengusaha kita yang berkedudukan sebagai
penerima waralaba (franchisee) diwajibkan mengembangkan bisnisnya
melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau
menunjuk penerima waralaba lanjutan. Dengan mempergunakan Sistem
Pemerintah

atau

sistemsel,

suatujaringan

format

bisniswaralabaakanterusberekspansi.
Berikut ini adalah definisi dari istilah – istilah tersebut berdasarkan PP
No.16 Tahun 1997, yaitu;
PemberiWaralaba

Adalah badan usaha atau peorangan yang memberikan hak kepada
pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan
intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi
waralaba.
Penerima Waralaba
Adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau
penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba.
Penerima Waralaba Utama
Adalah penerima waralaba yang melasanakan hak membuat perjanjian
Waralaba Lanjutan yang di peroleh dari pemberi waralaba.
Penerima Waralaba Lanjutan
Adalah badan usaha atau perorangan yang menerima hak untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau
penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi Waralaba melaui
penerima waralaba utama.
Perjanjian Waralaba
Adalah perjanjian secara tertulis antara Pemberi Waralaba dengan
Penerima Waralaba.
Perjanjian Waralaba Lanjutan
Adalah perjanjian secara tertulis antara Penerima Waralaba Utama
dengan Penerima Waralaba Lanjutan.
E. Jenis -jenisdanKonsep Waralaba
Jenis-jeniswaralabaantara lain:
1.Waralaba nama dagang dan produk(product and trade name franchise).
Bantuan-bantuan hak menggunakan/menjual nama dagang dan produk yang
telah dikenal luas.

2.Waralaba unit tunggal (single unit franchise). Waralaba jenis ini
merupakan waralaba paling sederhana dan paling banyak digunakan karena
kemudahannya. Pewaralaba memberikan prosedur yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Terwaralaba

hanya

diperkenankan

untuk

menjalankan

usahanya di sebuah gerai yang telah disepakati.
3.Waralaba format bisnis (business format franchise). Menyediakan seluruh
system pemasaran dan petunjuk yang terus-menerus dari pewaralaba.
4.Waralaba dukung mendukung(piggyback franchising). Operasi suatu
waralaba ritel dalam fasilitas fisik/ bangunan toko terwaralaba.
5.Waralaba

pemegang

lisensi

pemilik(master

licensee).

Perusahaan

independen atau individu yang bertindak sebagai agen penjualan produk
dengan tanggungjawab untuk menemukan terwaralaba baru dengan batasan
suatu territorial khusus. Format master franchise memberikan hak kepada
pemegangnya untuk menjalankan usahanya di sebuah territorial ataupun
sebuah system, dan bukan hanya membuka usaha, pemegang hak dapat
menjual lisensi kepada sub-waralaba dengan ketentuan yang telah disepakati
kedua belah pihak.
6.Waralaba

kepemilikan

multiunit/kelipatan (multiple-unit

ownership).

Mengangkat penerima hak (terwaralaba) tunggal untuk memiliki lebih dari
satu gerai waralaba atau dapat membuka beberapa gerai dari perusahaan
yang sama.
7.Waralaba

pengembang

wilayah (area

Peroranganatauperusahaan

developers).
yang

memperolehhakuntukmembukabeberapageraiwaralabadalam wilayah yang
telah ditentukan. Pada waralaba jenis ini, terwaralaba memperoleh hak
untuk menjalankan usahanya dalam sebuah territorial tertentu, misalkan
pada sebuah propinsi atau kota, dengan jumlah cabang yang lebih dari satu
gerai.
Konsep pada Waralaba antara lain:
1.

Nama dan alamat para pemilik

2.

Jenis Hak Kekayaan Intelektual

3.

Kegiatan usaha

4.

Hak dan kewajiban para ppiha

5. Bentuan, fasilitas, bimbingan oprasional, pelatihan, dan pemasaran yang
diberikan pemberi waralaba kepada penerima waralaba
6.

Wilayah usaha

7.

Jangka wakatu pperjanjia

8.

Tata cara pembayaran imbalan

9.

Kepemilikan, perubahan kepemilikan, dan hak ahli waris

10. Penyelesaian sengketa
11. Tata cara perpanjang, pengakhiran, dan pemutusan perjanjian
Atas perjanjian waralaba yang telah dibuat tersebut, maka para pihak
(pewaralaba dan terwaralaba) memilki kewajiban untuk mendaftarkan
perjanjian waralabanya beserta keterangan tertulis kepada Departemen
Perindustrian setempat yang kemudian mengisi daftar isian secara CumaCuma

untuk

mendapatkan

Surat

Tanda

Pendaftaran

Usaha

Waralaba/STPUW.
F. Aspek-aspek Perjanjian dalam HukumWaralaba
Sesungguhnyaaspekhukum yang paling pokok dalam bisnis franchise
ini adalah aspek hukum perjanjian. Namun demikian terdapat beberapa aspek
yang timbul dari perjanjian bisnis ini.
a. Hak cipta, paten dan merek
Di Indonesia masalah logo/desain/merekinidiatur dalam Undang-undang
nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang diperbarui dengan Undangundang nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor
6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta dan Undang-undang nomor 19 Tahun 1992
tentang Merek yang menggantikan Undang-undang nomor 21 Tahun 1961
dan Undang-undang No. 6 Tahun 1989 tentang Paten. Kesemua perundangan

ini dapat dijadikan dasar bagi usaha bisnis Franchise dalam rangka memberi
perlindungan terhadap bisnis ini dari pihak ketiga yang dapat merugikan
pemilik bisnis ini.
b. Aspek hukum ketenagakerjaan
Hubungan antara franchisee dan franchisor dalam bisnis ini adalah hubungan
antara pekerja dan pengusaha yang diatur dalam perjanjian kerja. Dalam hal
ini franchisor dapat dianggap sebagai pemimpin perusahaan atau pengusaha
dan franchisee sebagai tenaga kerja.
Tentangkesepakatankerjadalam kontrak tersebut diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. Per-2/MEN/1993 tentang Kesepakatan Kerja
Waktu Tertentu. Demikian pula hal-hal yang menyangkut ketenagakerjaan,
seperti masalah pembinaan profesionalisme pekerja ( Pasal 8 UU no. 14
Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja dan
PP no.71 tahun 1991 tentang Latihan Kerja), masalah pembinaan dan
perlindungan kerja ( Pasal 9 dan 10 UU no. 14 Tahun 1969), masalah
hubungan ketenagakerjaan ( Pasal 11 s/d 15 UU no 14 Tahun 1969, Kepmen
no. 382/1992, UU no 21 Tahun 1954, UU no 7 Tahun 1963, Pasal 6 UU no
22 Tahun 1957, UU no. 3 Tahun 1992, PP no. 14 tahun 1993), dan masalah
pengawasan ketenagakerjaan ( UU no.3 Tahun 1951 dan pasal 16 UU no 14
Tahun 1969).
c. Aspek hukum perpajakan
Hubunganbisnis franchise merupakan hubungan hukum uyang memiliki
potensi fiskal sehingga hubungan ini menjadi obyek kena pajak. Hal ini
adalah konsekwensi dari prinsip hukum perpajakan yang menerapkan asas
yang menegakkan bahwa semua perjanjian niaga berpotensi fiskal. Aturan
pajak yang berhubungan dengan franchise adalah UU no 7 Tahun 1983
tentang pajak penghasilan, UU no. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang Dan Jasa dan Pajak Pertambahan Nilai atau Barang Mewah, PP
no. 75 Tahun 1991 tentang Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Dan
Penyerahan Barang Kena Pajak Yang Dilakukan Oleh Pedagang Eceran
Besar, dan Keputusan Menteri Keuangan RI no. 1289/KMK.04/1991 tentang

Tata Cara Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Dan Penyerahan Barang Kena
Pajak Yang Dilakukan Oleh Pedagang Eceran Besar.

BAB III
PENUTUPAN
A.Kesimpulan
Waralaba adalah hak yang diberikan kepada seorang individu atau
kelompok untuk memasarkan barang suatu perusahaan atau jasa dalam suatu
wilayah tertentu atau lokasi.
Konsep bisnis waralaba (franchise) akhir-akhir ini telah menjadi salah satu
trendsetter yang memberi warna baru dalam dinamika perekonomian
Indonesia. Setidaknya dalam tiga tahun terakhir, animo masyarakat Indonesia
terhadap munculnya peluang usaha waralaba sangat signifikan. Animo ini
terefleksi pada dua cermin yakni : jumlah pembeli waralaba dan jumlah
peluang usaha (business opportunity) yang terkonversi menjadi waralaba.
Fakta mengenai perkembangan bisnis waralaba di dunia menunjukkan
adanya perkembangan yang sangat pesat. Di Amerika Serikat pada tahun 90an diperkirakan bahwa bisnis cara waralaba mewakili lebih dari 1/3 total

transaksi bisnis eceran, namun pada tahun 2000 ini diperkirakan akan
meningkat menjadi 50%. Ini berarti bisnis waralaba hadir di hampir semua
tempat belanja baik di sepanjang jalan raya ataupun di pusat belanja.
Di Indonesia sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu
dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi.
Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya
sistem pembelian lisensi plus, yaitu franchisee tidak sekedar menjadi
penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya . Agar
waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang
harus dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi
franchisor maupun franchisee. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di negara
yang memiliki kepastian hukum yang jelas, waralaba berkembang pesat,
misalnya di AS dan Jepang Tonggak kepastian hukum akan format waralaba
di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni1997, yaitu dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah(PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No.
16 tahun 1997 tentang waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP no 42
tahun 2007 tentang Waralaba.

DAFTAR PUSTAKA
http://uasmedkom2013.blogspot.co.id/2014/01/jenis-dan-polakemitraan.html(diakses tanggal 5 september 2017 )
http://sigit-rh.blogspot.co.id/2011/04/pola-pola-kemitraan-usaha.html(diakses
tanggal 5 september 2017 )