Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul IPA Berbasis Strategi Pembelajaran Inkuiri Materi Perubahan Lingkungan dan Pengaruhnya Siswa Kelas IV Semester II Sekolah Dasar

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran IPA
Menurut Powler (dalam Samatowa, 2011:3) bahwa “IPA merupakan ilmu
yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang
tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi
dan eksperimen/sistematis (teratur)”. IPA berkenaan dengan berbagai gejala alam
yang terjadi di alam semesta yang dapat dipelajari secara sistematis melalui
observasi dan eksperimen.
Menurut Nash 1993 (dalam Samatowa, 2011:3) menyatakan bahwa:
IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara IPA
dalam mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta
menghubungkan antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga
keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek
yang diamatinya.
Berdasarkan

beberapa

definisi


IPA

menurut

ahli,

penulis

dapat

menyimpulkan bahwa IPA adalah ilmu untuk mengamati gejala-gejala alam yang
terjadi di alam semesta. Gejala-gejala alam dapat diamati melalui observasi dan
eksperimen dengan menghubungkan berbagai fenomena yang ada sehingga dapat
membentuk suatu perspektif baru tentang objek atau gejala yang diamati.
Samatowa (2011:5) berpendapat bahwa:
Pembelajaran yang tepat dilakukan untuk mata pelajaran IPA adalah
dengan belajar dengan pengalaman secara langsung (learning by doing),
pembelajaran secara langsung ini diharapkan siswa dapat memperkuat
daya ingat siswa bersangkutan dengan pemahamannya terhadap

pelajaran.
Piaget (dalam Samatowa, 2011:5) menyatakan bahwa:
Pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai
pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung
yang terjadi pada anak secara spontan dari kecil (sejak lahir) sampai
umur 12 tahun. Hal tersebut menguatkan bahwa IPA akan lebih mudah
dipelajari dengan pembelajaran secara langsung dan memberikan contoh

6

7

dalah kehidupan sehari-hari siswa terutama
pengalaman dan menguatkan daya ingat siswa.

untuk

menambah

Belajar dengan pengalaman secara langsung akan memudahkan siswa dalam

memahami dan mengingat materi pembelajaran. Selain itu, melalui pengalaman
yang diperoleh akan memberikan gambaran konkret pada siswa mengenai materi
pembelajaran IPA. Siswa diharapkan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran
dalam mengasah potensi yang dimilikinya.
2.1.1.1 Ruang Lingkup IPA
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI menurut BSNP (2006:485)
meliputi aspek-aspek:
(a) Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (b)
Benda / materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi : cair, padat, gas. (c)
Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana. (d) Bumi dan alam semesta meliputi :
tata surya, dan benda-benda langit lainya.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup
IPA meliputi makhluk hidup dan proses kehidupannya, benda/ materi, sifat-sifat
dan kegunaannya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Setiap
aspek yang dipelajari dalam IPA terbagi atas beberapa materi yang berkaitan
dengan kehidupan alam semesta.
2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, disebutkan

bahwa mata pelajaran IPA di SD//MI bertujuan untuk :
(a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
(b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (c)
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat. (d) Mengembangkan keterampilan proses
untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat
keputusan. (e) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam

8

memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. (f)
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. (g) Memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Adanya pembelajaran IPA disekolah bertujuan agar siswa meyakini
kebesaran Tuhan dan semua ilmu yang didapatkan merupakan ciptaan Tuhan,

mampu menerapkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep yang berguna
bagi kehidupan. Selain itu juga dapat memanfaatkan lingkungan dengan
bertanggung jawab serta menjaga dan melestarikan lingkungan dengan seksama
serta memecahkan permasalahan di alam sekitar serta membuat keputusan yang
sesuai dengan kondisi alam.
2.1.1.3 Perlunya Pembelajaran IPA
Terdapat beberapa alasan perlunya mempelajari IPA yang dikemukakan
Samatowa (2011:3-4) sebagai berikut:
(a) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu
dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materiil suatu bangsa banyak
sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab
IPA merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang
punggung pembangunan. (b) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat,
maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan
kesempatan berpikir kritis. (c) bila IPA diajarkan melalui percobaanpercobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah
merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. (d) Mata
pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi
yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA
perlu diajarkan karena IPA bermanfaat dalam kehidupan suatu bangsa. Bila IPA

diajarkan dengan pembelajaran yang sesuai, maka akan dapat melatih siswa
berpikir kritis. Selain itu adanya pembelajaran melalui percobaan yang dilakukan
sendiri oleh siswa dapat memudahkan siswa dalam memahami materi yang
diajarkan.

9

2.1.2 Strategi Pembelajaran Inkuiri
Hartono (2014:61) menyatakan bahwa:
Strategi pembelajaran inkuiri adalah strategi pembelajaran yang
merangsang, mengajarkan, dan mengajak siswa untuk berpikir kritis,
analitis, dan sistematis dalam rangka menemukan jawaban secara mandiri
dari berbagai permasalahan yang diutarakan. Strategi pembelajaran
inkuiri tidak hanya mengajarkan siswa memahami dan mendalami materi
pembelajaran, melainkan juga kemampuan berpikir siswa dengan baik.
Sanjaya (2007:194), menyatakan bahwa “strategi pembelajaran inkuiri adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan”. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi
pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi inkuiri menekankan pada aktivitas siswa

untuk mencari dan menemukan. Kedua, seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban dari suatu pertanyaan. Ketiga, tujuan
penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis, dan kritis.
Gulo (2004: 84), menyatakan bahwa strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan
mengajar pada strategi ini ialah keterlibatan siswa secara maksimal
dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secaara logis dan
sistematis pada tujuan pengajaran, serta mengembangkan sikap percaya
diri pada diri sendiri (self belief) pada diri siswa tentang apa yang
ditemukan dalam proses inkuiri.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang
merangsang, mengajarkan, dan mengajak siswa untuk berpikir kritis, analitis, dan
sistematis agar melihat apa yang terjadi, dan mencari jawabannya sendiri, serta
memecahkan masalah tentang pengetahuan yang sedang dipelajari. Strategi
pembelajaran inkuiri menuntut siswa untuk mampu mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari permasalahan yang diperolehnya.


10

2.1.2.1 Macam-macam Strategi Pembelajaran Inkuiri
Sund and Trowbridge (dalam Mulyasa, 2011:108-109) membagi strategi
pembelajaran inkuiri menjadi 3 macam, yaitu :
(a) Inkuiri terbimbing (Guided inquiry), siswa memperoleh pedoman
sesuai dengan yang dibutuhkan. Metode ini digunakan terutama pada
siswa yang belum berpengalaman belajar dengan metode inkuiri. (b)
Inkuiri bebas (Free inquiry), pada inkuiri bebas siswa melakukan
penelitian sendiri. Pada pembelajaran ini siswa harus dapat
mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang
akan diselidiki. (c) Inkuiri bebas yang dimodifikasi (Modified free
inquiry), pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan untuk
dipecahkan melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Strategi pembelajaran inkuiri terbagi menjadi tiga macam yaitu inkuiri
terbimbing yang digunakan pada siswa yang belum berpengalaman dalam
pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran inkuiri, inkuiri bebas dilakukan
dengan cara siswa mencari tahu sendiri pemecahan masalah yang ada melalui
penelitian sendiri, inkuiri bebas yang dimodifikasi yang diawali dengan

pemberian masalah oleh guru untuk dipecahkan siswa melalui pengamatan.
2.1.2.2 Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Inkuiri
Langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri dalam Hartono (2014:68-72)
yaitu:
a) Orientasi
b) Merumuskan masalah
c) Merumuskan hipotesis
d) Mengumpulkan data
e) Menguji hipotesis
f) Merumuskan kesimpulan
Sedangkan langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri dalam Sanjaya
(2007:199) yaitu:
a) Orientasi
b) Merumuskan masalah
c) Mengajukan hipotesis

11

d) Mengumpulkan data
e) Menguji hipotesis

f) Merumuskan kesimpulan
Berdasarkan kajian dari dua sumber di atas, dapat disimpulkan langkahlangkah strategi pembelajaran inkuiri sebagai berikut :
a) Orientasi
b) Merumuskan masalah
c) Mengajukan hipotesis
d) Mengumpulkan data
e) Menguji hipotesis
f) Merumuskan kesimpulan
2.1.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran inkuiri dalam Sanjaya
(2007:206), keunggulan strategi pembelajaran inkuiri sebagai berikut :
a) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini
dianggap lebih bermakna.
b) Strategi pembelajaran inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk
belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai
dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap
belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d) Keuntungan lainnya adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani
kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya,
siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat
oleh siswa yang lemah dalam belajar.

12

Kelemahan strategi pembelajaran inkuiri sebagai berikut :
a) Jika

strategi

pembelajaran

inkuiri

digunakan

sebagai

strategi

pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan
siswa.
b) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu
yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu
yang telah ditentukan.
d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru
2.1.3 Bahan Ajar
National Centre for Competency Based Training (2007) (dalam Prastowo,
2014:16), mengemukakan bahwa “bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses
pembelajaran di kelas”. Sedangkan Pannen (2001) (dalam Prastowo, 2014:17)
menyatakan bahwa “bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun
secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran”.
Berdasarkan kajian dari dua sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan
ajar adalah segala bentuk bahan atau materi pelajaran berisikan materi
pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang disusun
secara sistematis, yang digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam proses
pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Bahan ajar harus
mencakup berbagai pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dipelajari
siswa untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Bahan ajar akan
membantu guru dan siswa dalam pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan.

13

2.1.3.1 Jenis-jenis Bahan Ajar
Heinich, dkk (1996) (dalam Setiawan, dkk., 2007:1.6) mengelompokkan jenis
bahan ajar berdasarkan cara kerjanya, yaitu :
(a) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan (foto, diagram, display, model),
(b) Bahan ajar yang diproyeksikan (slide, filmstrips, overhead
transparencies, proyeksi komputer), (c) Bahan ajar audio ( kaset dan
compact disc), (d) Bahan ajar video dan film, (e) Bahan ajar (media)
komputer (Computer Mediated Intruction (CMI), Computer based
Multimedia atau Hypermedia).
Ellington dan Race (1997) (dalam Setiawan, dkk., 2007:1.7) mengelompokan
jenis bahan ajar berdasarkan bentuknya, yaitu :
(a) Bahan ajar cetak dan duplikatnya, misalnya handout, lembar kerja
siswa, bahan ajar mandiri, bahan untuk belajar kelompok. (b) Bahan ajar
display yang tidak diproyeksikan, misalnya flipchart, poster, model dan
foto. (c) Bahan ajar display diam yang diproyeksikan, misalnya slide,
filmstrips dan lain- lain. (d) Bahan ajar video, misalnya audiodiscs, audio
tapes, dan siaran radio. (e) Bahan ajar audio yang dihubungkan dengan
bahan visual diam, misalnya program slide suara, program flimstrips
bersuara , tape model, dan tape realia. (f) Bahan ajar video, misalnya
siaran televisi, dan rekaman videotape. (g) Bahan ajar komputer,
misalnya Computer Assiated Intruction (CAI) dan Computer Based
Tutorial (CBT).
Berdasarkan sifatnya, Rowntree (1994) (dalam Setiawan, dkk., 2007:1.7)
mengelompokkan bahan ajar menjadi 4, yaitu :
(a) Bahan ajar berbasis cetak (buku, panflet, panduan belajar siswa,
bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto, bahan dari majalah
dan koran, dan lain-lain). (b) Bahan ajar yang berbasiskan teknologi
(audiocassette, siaran radio, slide, filmsftrips, film, video cassette, siaran
televisi, video interaktif, Computer Based Tutorial (CBT) dan
multimedia). (c) Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek
(KIT sains, lembar observasi, lembar wawancara, dan lain-lain). (d)
Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia terutama
dalam pendidikan jarak jauh (telepon dan video conferencing).
Secara umum jenis-jenis bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
a) Bahan ajar cetak, seperti handout, lembar kerja siswa, flipchart, poster,
model foto, peta.

14

b) Bahan ajar non cetak, seperti slide, filmstrips, overhead transparencies,
proyeksi komputer, audiodiscs, audio tapes, dan siaran radio, siaran
televisi, dan rekaman videotape.
2.1.3.2 Prinsip-prinsip Pengembangan Bahan Ajar
Menurut Depdiknas (2008), prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar adalah
sebagai berikut :
(a) Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret
untuk memahami yang abstrak, (b) Pengulangan akan memperkuat
pemahaman. (c) Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap
pemahaman siswa. (d) Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan belajar. (e) Mencapai tujuan ibarat naik tangga,
setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu. (f)
Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus
mencapai tujuan.
Bahan ajar dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada. Bahan ajar
dikembangkan mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit hingga
mempelajari yang konkret untuk memahami yang abstrak. Pengembangan bahan
ajar dilakukan untuk memperkuat pemahaman akan suatu pembelajaran sehingga
diperoleh umpan balik positif dari siswa sehingga motivasi belajar siswa menjadi
lebih baik. Selain itu, dengan meningkatnya motivasi belajar siswa akan
mempermudah pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. Meningkatnya
motivasi belajar siswa akan mendorong siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran sehingga semakin siswa aktif akan semakin kuat pemahamannya
tentang suatu konsep pembelajaran tertentu.
2.1.3.3 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar
Dalam pembelajaran diperlukan adanya bahan ahar sebagai acuan guru dan
siswa untuk memahami materi pembelajaran yang diajarkan, namun guru saat ini
lebih sering menggunakan bahan ajar yang sudah ada. Guru sebenarnya dapat
mengembangkan sendiri bahan ajar yang digunakannya agar sesuai dengan
kebutuhan siswa dan lingkungan sekitar sehingga siswa akan lebih mudah dalam
memahami materi pembelajaran yang diajarkan. Bahan ajar yang sudah tersedia
terkadang kurang mudah dipahami oleh siswa karena tingkat kebutuhan siswa dan

15

lingkungan siswa yang berbeda-beda pada masing-masing daerah, sehingga guru
perlu untuk melakukan pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan
siswa dan lingkungan sekitar agar siswa lebih mudah dalam memahami materi
pembelajaran yang diajarkan. Berikut adalah prosedur pengembangan bahan ajar
dalam Setiawan, dkk (2007:1.24-1.36) :
a) Analisis
Pada tahap ini dilakukan identifikasi

perilaku siswa yang berkaitan

dengan tingkat penguasaan dan kemampuan siswa dalam pembelajaran
yang akan diberikan, serta ciri-ciri dan data demografi siswa.
b) Perancangan
Pada tahap perancangan ini, dilakukan perumusan tujuan pembelajaran,
pengembangan peta konsep, dan pengembangan garis besar pembelajaran.
c) Pengembangan
Pada tahap ini, lengkapi materi, media dan strategi yang diperlukan dalam
pembelajaran.
d) Evaluasi dan Revisi
Evaluasi merupakan proses memperoleh tanggapan dari berbagai pihak
terhadap bahan ajar yang telah dibuat untuk mengetahui efektivitas bahan
ajar yang telah dibuat yang kemudian sebagai bahan pertimbangan dalam
perbaikan bahan ajar agar menjadi bahan ajar yang baik. Secara umum ada
4 cara untuk mengevaluasi bahan ajar, yaitu telaah oleh ahli materi, uji
coba satu-satu, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan.
2.1.4 Modul
Diknas (2004) (dalam Prastowo, 2014:104), “modul diartikan sebagai sebuah
buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa
atau dengan bimbingan guru”. Penggunaan modul dalam pembelajaran dapat
membantu siswa belajar mandiri. Modul yang disusun dengan sistematis dapat
membantu siswa belajar dengan atau tanpa bimbingan guru.
Menurut Surahman (2010) (dalam Prastowo, 2014:105), menyatakan bahwa
“modul adalah satuan program pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari oleh

16

siswa secara perseorangan”. Pembelajaran dalam modul dilakukan secara
bertahap, setelah siswa telah menyelesaikan satu satuan modul maka siswa dapat
mempelajari

bagian

selanjutnya

dalam

modul.

Modul

memuat

tujuan

pembelajaran, pembaran petunjuk pembelajaran, materi pembelajaran, lembaran
kerja siswa, lembaran evaluasi, serta lembaran kunci jawaban lembaran kerja
siswa dan lembaran evaluasi.
Prastowo (2014:106) menyimpulkan bahwa:
Modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan
bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai tingkat pengetahuan dan
usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri dengan bantuan atau
bumbungan yang minimal dari pendidik.
Penggunaan modul dapat melatih siswa belajar secara mandiri dan
mengetahui tingkat pemahamannya sendiri. Jika siswa sudah memahami materi
yang dipelajari, maka siswa dapat melanjutkan pada materi selanjutnya,
sedangkan jika siswa belum memahami maka siswa dapat mempelajari kembali.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
modul merupakan bahan ajar yang ditulis dan disusun secara sistematis dengan
bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai tingkat pengetahuan dan usia
mereka, agar siswa dapat belajar secara mandiri dengan bantuan atau bimbingan
guru. Modul yang disusun secara sistematis dapat membantu siswa belajar
mandiri dengan atau tanpa bantuan guru. Siswa dapat mengetahui tingkat
pemahamannya sendiri dan dapat melakukan menperdalam pemahamannya
terhadap materi yang dipelajari.
2.1.4.1 Jenis-jenis Modul
Modul pembelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan siswa,
Prastowo (2014 :110-111) mengemukakan jenis modul menurut penggunaannya
dan menurut tujuan penyusunannya:
(a) Menurut penggunaannya modul dibagi menjadi dua jenis, yaitu modul
untuk siswa yang berisi kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dan
modul untuk pendidik yang berisi petunjuk pendidik, tes akhir modul,
dan kunci jawaban tes akhir modul. (b) Menurut tujuan penyusunannya,
modul dibagi menjadi dua jenis yaitu modul inti dan modul pengayaan.

17

Sesuai dengan penggunaannya, isi modul disesuaikan dengan penggunanya.
Modul siswa yang berisi kegiatan belajar siswa diberikan kepada siswa sedangkan
modul pendidik yang berisi petunjuk pendidik, tes akhir modul, dan kunci
jawaban diberikan kepada pendidik atau guru. Berdasarkan penyusunannya,
modul inti disusun dari unit-unit program pembelajaran yang berdasarkan
penjabaran dari kurikulum dasar sesuai dengan kelas dan bidang studinya masingmasing. Modul pengayaan disusun berdasarkan unit-unit program pengayaan
untuk memperdalam materi sehingga siswa yang proses belajarnya cepat tidak
akan terhambat.
2.1.4.2 Langkah-langkah Penyusunan dan Pengembangan Modul
Menurut Prastowo (2014:118-131) dalam penyusunan modul terdapat empat
tahapan yaitu :
a) Analisis kurikulum.
Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan materi-materi yang
memerlukan bahan ajar berdasarkan inti materi yang diajarkan serta
kompetensi dan hasil belajar kritis yang harus dimiliki siswa.
b) Menentukan judul modul.
Penentuan judul modul, didasarkan pada kompetensi dasar atau materi
pokok yang ada dalam kurikulum.
c) Pemberian kode modul.
Kode modul adalah angka-angka yang diberi makna, misalnya angka satu
(1) untuk mata pelajaran IPA, angka dua (2) untuk mata pelajaran IPS, dan
seterusnya.
d) Penulisan modul.
Dalam penulisan modul terdapat lima tahapan yang perlu dijadikan acuan,
yaitu perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai, penentuan alat
evaluasi, penyusunan materi, urutan pengajaran, dan struktur bahan ajar.

18

Selain langkah-langkah penyusunan modul, terdapat juga langkah-langkah
pengembangan modul menurut Rowntree (dalam Prastowo, 2014:133-163) yaitu:
a) Mengidentifikasi

tujuan

pembelajaran,

untuk

mencermati

secara

mendalam mengenai tujuan pembelajaran yang hedak dicapai dalam
modul yang akan dikembangkan.
b) Memformulasikan garis besar materi. Materi yang dipilih harus
disesuaikan dengan pembaca (contohnya: umur dan tingkat pendidikan),
tingkah laku pembaca yang diharapkan dikuasai setelah mempelajari
modul (contohnya: pembaca dapat membuat instrumen penilaian
pembelajaran), serta kondisi tingkah laku dan tingkat kemampuan yang
diharapkan akan dicapai.
c) Menuliskan materi. Pada tahap ini terdapat empat hal penting yang harus
diperhatikan yaitu menentukan materi yang akan ditulis, menentukan
gaya penulisan, menentukan banyaknya kata yang digunakan, serta
menentukan format dan tata letak (layout).
d) Menentukan format dan tata letaknya. Dalam penulisan modul ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemilihan tata letak yaitu,
ukuran halaman dan format modul, kolom dan margin, serta penempatan
tabel, gambar, dan diagram.
2.1.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Modul
Tjipto (1991) (dalam www.kajianpustaka.com, 2013) mengemukakan
kelebihan penggunaan modul dalam pembelajaran, yaitu:
a) Motivasi siswa dipertinggi karena setiap kali siswa mengerjakan tugas
pelajaran dibatasi dengan jelas dan yang sesuai dengan kemampuannya.
b) Sesudah pelajaran selesai guru dan siswa mengetahui benar siswa yang
berhasil dengan baik dan mana yang kurang berhasil.
c) Siswa mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.
d) Beban belajar terbagi lebih merata sepanjang semester.
e) Pendidikan lebih berdaya guna.

19

Suparman (1993) (dalam www.kajianpustaka.com, 2013) mengemukakan
beberapa kekurangan penggunaan modul dalam pembelajaran, yaitu:
a) Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama.
b) Menentukan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki
oleh siswa pada umumnya dan siswa yang belum matang pada khususnya.
c) Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk terus
menerus mamantau proses belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi
secara individu setiap waktu siswa membutuhkan.
2.1.4.4 Struktur Modul
Menurut Vembriarto dalam Prastowo (2014:114-118) unsur-unsur modul
yaitu sebagai berikut:
a) Rumusan tujuan pembelajaran yang eksplisit dan spesifik
b) Petunjuk untuk pendidik
c) Lembaran kegiatan siswa
d) Lembaran kerja bagi siswa
e) Kunci lembaran kerja
f) Lembaran evaluasi
g) Kunci lembaran evaluasi
2.1.4.5 Format Penulisan Modul
Format penulisan modul dalam Prastowo (2014:142-162) adalah sebagai
berikut:
a) Judul
Dalam penulisan modul, gunakanlah judul yang mencerminkan isi modul.
judul untuk masing-masing bab disesuaikan dengan isi materi pokoknya.
b) Kata Pengantar
Kata pengantar, berisi ucapan terimakasih atasterselesaikannya modul,
alasan penulisan modul serta manfaat yang diperoleh setelah membaca
modul.

20

c) Daftar Isi
Daftar isi, menginformasikan kepada pembaca tentang topik-topik yang
ditampilkan dalam modul.
d) Latar Belakang
Latar belakang berisi alasan dan dasar penyusunan modul yang dapat
berupa dasar teoritis maupun regulatoris.
e) Deskripsi Singkat
Bagian ini berisi penjelasan singkat tentang materi apa saja yang akan
dibahas dalam modul tersebut.
f) Standar Kompetensi
Bagian ini berisi standar kompetensi yang ingin dicapai setelah siswa
membaca modul tersebut sesuai dengan silabus yang digunakan.
g) Peta Konsep
Peta konsep memberikan gambaran tentan ghubungan antar topik yang
akan dibahas.
h) Manfaat
Bagian ini menjelaskan tentang manfaat yang akan diperoleh setelah
membaca modul tersebut.
i) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran berisi tujuan yang akan dicapai setelah membaca
modul tersebut juga sebagai acuan pembaca dalam mempelajari modul.
j) Petunjuk Penggunaan Modul
Bagian ini berisi cara menggunakan modul, apa saja yang harus dilakukan
pembaca ketika membaca modul.
k) Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar, menjadi tujuan pencapaian akhir yang diharapkan
diperoleh pembaca setelah mempelajari modul tersebut.
l) Materi Pokok
Materi pokok berisi sejumlah materi pokok yang akan dibahas agar
pembaca menguasai kompetensi dasar yang hendak dicapai.

21

m) Uraian Materi
Uraian materi merupakan penjabaran dari materi pokok secara lebih
terperinci dan mendetail.
n) Heading
Heading berfungsi untuk membatasi awal atau akhir materi/ bagian,
memberikan posisi topik, serta memperkirakan topik mana yang penting
dan mana yang kurang penting dari jumlah halamannya.
o) Ringkasan
Ringkasan memuat rangkuman materi dalam setiap bab.
p) Latihan atau Tugas
Tugas yang diberikan kepada pembaca perlu dinyatakan secara eksplisit
dan spesifik.
q) Tes Mandiri
Tes mandiri perlu diberikan pada setiap akhir bab untuk mengukur tingkat
penguasaan materi yang dicapai siswa pada setiap kegiatan belajarnya.
r) Post Test
Post test diberikan pada akhir modul untuk mengetahui tingkat penguasaan
siswa terhadap materi yang sudah dipelajari dalam satu modul.
s) Tindak Lanjut
Tindak lanjut berisi umpan balik kepada pembaca. Bagi yang sudah
menguasai materi dapat mengembangkan pengetahuan yang telah
diperoleh, sedangkan bagi yang belum menguasai materi disarankan untuk
mengulangi bagian yang belum dipahami.
t) Harapan
Bagian ini berisi sejumlah saran dan pengharapan bagi pembaca agar lebih
meningkatkan kompetensinya.
u) Glosarium
Glosarium berisi definisi operasional kata yang digunakan dalam modul
v) Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi sejumlah referensi yang digunakan sebagai bahan
rujukan dalam penyusunan modul.

22

w) Kunci Jawaban
Bagian ini berisi jawaban-jawaban dari pertanyaan atau soal-soal yang
digunakan untuk menguji penguasaan materi pembaca.
2.1.4.6 Kriteria Modul yang Baik
Menurut Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara nomor 5 tahun
2009 (dalam abengblog.wordpress.com, 2013), modul yang baik disusun sesuai
dengan kebutuhan belajar siswa dalam pembelajaran, yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Self instructional, yaitu dapat dipelajari oleh siswa secara mandiri, tanpa
bantuan atau seminimum mungkin bantuan dari guru.
b. Self contained, yaitu mencakup deskripsi dan tujuan mata diklat, batasanbatasan, standar kompetensi yang harus dicapai, kompetensi dasar,
indikator keberhasilan siswa, metode, rangkuman, latihan-latihan, yang
secara keseluruhan ditulis dan dikemas dalam satu kesatuan yang utuh.
c. Independent, yaitu dapat dipelajari secara tuntas, tidak tergantung pada
media yang lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media
lain.
d. Self assessed, yaitu memuat alat evaluasi pembelajaran untuk mengukur
tingkat kecakapan siswa terhadap modul.
e. User friendly, yaitu memiliki sistematika penyusunan yang mudah
dipahami dengan bahasa yang mudah dan lugas, sehingga dapat
dipergunakan sesuai dengan tingkat pengetahuan siswa.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian

yang

dilakukan

Sugiyanto,

dkk

(2013)

yang

berjudul

“Pengembangan Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing disertai Multimedia pada
Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup di SMPN 1 Kendal Kabupaten Ngawi”,
dengan hasil perolehan rata-rata penilaian hampir semua tahapan, yaitu pada uji
coba ahli adalah 3,6 dalam skala empat, nilai tersebut termasuk kategori “sangat
baik”. Pada uji coba oleh praktisi total rata-rata keseluruhan adalah 3,8 dalam

23

skala empat (“sangat baik”). Pada uji coba skala kecil total rata-rata keseluruhan
adalah kategori 3,7 dalam skala empat (“sangat baik”). Pada uji coba lapangan
total rata-rata keseluruhan adalah 3,7 dalam tabel skala empat (“sangat baik”);
efektivitas produk dilihat melalui skor rata-rata post test kelompok yang diberi
perlakuan adalah 84,96 dan skor rata-rata post test kelompok yang menggunakan
modul tanpa multimedia adalah 79,21. Hasil uji coba dengan menggunakan uji t
menunjukkan perbedaan yang signifikan nilai yang diperoleh siswa yang
menggunakan modul disertai multimedia dan siswa yang menggunakan modul
tanpa multimedia.
Indriana Afif pada tahun 2013 melakukan penelitian dengan judul
“Penyusunan Modul IPA Terpadu Berbasis Inkuiri dengan Tema Rokok dan
Kesehatan untuk Siswa SMP/MTs Kelas VIII Semester Ganjil Berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan”, dengan hasil penelitian yaitu tersusunnya
modul IPA terpadu berbasis inkuiri denga tema “Rokok dan Kesehatan” untuk
siswa SMP/MTs kelas VIII semester ganjil berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Kualitas modul yang disusun dinyatakan sangat baik (SB)
berdasarkan penilaian oleh tiga guru IPA dengan persentase kualitas produk
sebesar 98,4%. Sedangkan kualitas modul menurut 20 siswa SMP Negeri 1
Ponjong dinyatakan sangat baik (SB) dengan persentase kualitas produk sebesar
97,27%.
2.3 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
2.3.1 Asumsi Pengembangan
Pengembangan modul IPA berbasis strategi pembelajaran inkuiri dengan
materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya dapat digunakan sebagai bahan
ajar dalam pembelajaran IPA secara mandiri maupun berkelompok pada siswa
kelas IV Sekolah Dasar Semester II.

24

2.3.2 Keterbatasan Pengembangan
Pengembangan modul IPA berbasis strategi pembelajaran inkuiri hanya
membahas materi pokok tentang perubahan lingkungan dan pengaruhnya pada
siswa kelas IV Sekolah Dasar Semester II.
2.4 Kerangka Berpikir
Pada tingkatan usia Sekolah Dasar siswa lebih senang dengan pembelajaran
yang mengajak mereka untuk bereksperimen mencari tahu sendiri pemahamanpemahaman berdasarkan bahan ajar yang ada untuk mendapatkan pengalaman
belajar yang lebih optimal. Bahan ajar yang menarik akan membuat siswa lebih
tertarik dalam mempelajari suatu materi. Modul merupakan bahan ajar yang dapat
dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan membantu siswa dalam belajar
mandiri. Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran IPA
tentang materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya akan memudahkan siswa
dalam memahami materi pembelajaran dan memperoleh pengalaman belajar yang
lebih baik.
Bahan ajar berupa modul memudahkan siswa dalam memahami materi
pembelajaran. Modul memuat rumusan tujuan pembelajaran yang diuraikan secara
eksplisit dan spesifik terhadap materi yang dibahas, petunjuk untuk pendidik,
lembaran kegiatan, lembaran kerja, dan lembar evaluasi bagi siswa, serta kunci
lembaran kerja dan lembaran evaluasi. Modul dapat membuat siswa aktif dalam
pembelajaran serta membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa akan
lebih mudah memahami materi yang diajarkan serta bagaimana penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu penerapan strategi pembelajaran inkuiri
yang meliputi orientasi, perumusan masalah, mengajukan hipotesis, pengumpulan
data, pengujian hipotesis, serta perumusan kesimpulan dalam modul dapat
membantu siswa dalam memecahkan masalah sesuai dengan materi yang
diajarkan untuk kemudia di kaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk bahan ajar berupa
modul dengan strategi pembelajaran inkuiri untuk mata pelajaran IPA kelas IV
SD.

25

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI

MODUL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Siswa aktif
dalam
pembelajaran

Rumusan tujuan pembelajaran
yang eksplisit dan spesifik
Petunjuk untuk pendidik
Lembaran kegiatan peserta
didik
Lembaran kerja bagi siswa
Kunci lembaran kerja
Lembaran evaluasi
Kunci lembaran evaluasi

Membangkitka
n
motivasi
belajar siswa.

Siswa
memahami
benar bahan
pelajaran.

1.

Orientasi

2.

Merumuskan masalah

3.

Mengajukan
observasi

4.

Mengumpulkan data/ menganalisis dan
menyajikan hasil observasi

5.

Menguji hipotesis

6.

Merumuskan kesimpulan

Menimbulkan rasa
puas bagi siswa
dan menambah
kepercayaan diri.

hipotesis/

Siswa akan dapat
mentransfer
pengetahuannya dalam
berbagai konteks.

melakukan

Melatih
siswa
belajar
mandiri

Gambar 1 Kerangka Berpikir
2.5 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, kajian teori, dan kerangka berpikir, maka
pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dalam modul IPA
materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya?
b. Bagaimana penerapan latihan soal dalam modul IPA materi perubahan
lingkungan dan pengaruhnya?
c. Bagaimana evaluasi yang digunakan dalam modul IPA materi perubahan
lingkungan dan pengaruhnya?
d. Bagaimana penerapan strategi pembelajaran inkuiri dalam modul IPA
materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya?
e. Apakah materi

yang dimuat dalam modul IPA materi perubahan

lingkungan dan pengaruhnya sudah sesuai dengan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar yang digunakan?

26

f. Apakah bahasa yang digunakan dalam modul IPA materi perubahan
lingkungan dan pengaruhnya mudah dimengerti sesuai dengan tingkat
pemahaman siswa?
g. Apakah modul IPA materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya yang
dikembangkan dapat dipelajari siswa secara mandiri?