Aspek tugas akhir 1 dan
NAMA:
ANDI FIKA WIDURI
NPM:
10090216007
ILMU EKONOMI (A) 2016
ASPEK HUKUM EKONOMI ISLAM
HARTA DAN KEPEMILIKAN DALAM PANDANGAN ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
Harta merupakan kebutuhan inti dalam kehidupan dimana manusia tidak akan bisa terpisah
darinya. Secara umum, harta merupakan sesuatu yang disukai manusia, seperti hasil pertanian, perak dan
emas, ternak atau barang-barang lain yang termasuk perhiasan dunia. Manusia termotivasi untuk mencari
harta demi menjaga eksistensinya dan demi menambah kenikmatan materi dan religi, dia tidak boleh
berdiri sebagai penghalang antara dirinya dengan harta. Namun, semua motivasi ini dibatasi oleh 3 syarat,
yakni, harta dikumpulkan dengan cara yang halal, dipergunakan untuk hal-hal yang halal, dan dari harta
ini harus dikeluarkan hak Allah dan masyarakat tempat dia hidup.
Harta yang dimiliki setiap individu selain didapatkan dan digunakan juga harus dijaga. Menjaga
harta berhubungan dengan menjaga jiwa, karena harta akan menjaga jiwa agar jauh dari bencana dan
mengupayakan kesempurnaan kehormatan jiwa tersebut. Menjaga jiwa menuntut adanya perlindungan
dari segala bentuk penganiayaan, baik pembunuhan, pemotongan anggota badan atau tindak melukai
fisik.
Harta dalam pandangan islam pada hakikatnya adalah milik ALLAH SWT. Kemudian ALLAH
telah menyerahkannya kepada manusia untuk menguasai harta tersebut melalui izin-Nya sehingga orang
tersebut sah memiliki harta tersebut. Adanya pemilikan seseorang atas harta kepemilikan individu tertentu
mencakup juga kegiatan memanfaatkan dan mengembangkan kepemilikan harta yang telah dimilikinya
tersebut. Setiap muslim yang telah secara sah memiliki harta tertentu maka ia berhak memanfaatkan dan
mengembangkan hartanya. Hanya saja dalam memanfaatkan dan mengembangkan harta yang telah
dimilikinya tersebut ia tetap wajib terikat dengan ketentuan-ketentuan hukum islam yang berkaitan
dengan pemanfaatan dan pengembangan harta. Namun sebaliknya, kondisi saat ini khususnya di
Indonesia ada batas-batas kepemilikan harta yang sebenarnya dapat dimiliki untuk umum. Bahkan banyak
intervensi Negara Asing yang ingin menguasai kepemilikan umum menjadi milik pribadi.
Alasan
Hal ini pun sekaligus menjadi alasan saya memilih judul HARTA DAN KEPEMILIKAN
DALAM PANDANGAN ISLAM, dimana menurut saya, topik ini sudah menjadi permasalahan di
masyarakat islam saat ini, dimana manusia menganggap dirinya sebagai pemilik mutlak atas apa yang ada
1
di muka bumi ini, dimana manusia melupakan tugas-tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini, dimana
manusia dengan gampangnya merusak muka bumi ini, dimana manusia tidak mendistribusikan hartanya
sesuai dengan ajaran islam, dimana larangan-larangan islam sangat marak terutama dalam hal
kepemilikan harta ini.
Harapan
Berangkat dari permasalahan diatas, maka tulisan singkat ini akan menguraikan makna harta dan
kepemilikan harta dalam pandangan islam, bagaimana islam memandang harta, bagaimana islam
mengatur kepemilikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Harapan dengan adanya tulisan
singkat ini adalah, agar manusia dapat memelihara harta sesuai dengan ajaran islam seperti larangan
mengambil harta orang lain secara tidak sah, larangan riba, larangan gharar,larangan maysir, penipuan,
spekulasi, perjudian, dan lain-lain, memelihara harta tentang ketentuan jual beli yang sesuai dengan
syariat islam, dan memelihara harta yang erat kaitannya dengan etika bisnis, etos kerja, dan
profesionalisme yang tinggi.
BAB II
2
PEMBAHASAN
Sejarah
Al-Qur’an telah memberikan gambaran tentang asal usul harta atau hak milik, yang pertama kali
diberikan Allah kepada manusia pertama kemudian turun-temurun kepada generasi berikutnya. Dengan
demikian, awal sejarah kepemilikan sama dengan awal manusia itu sendiri. Selama hidup, manusia tidak
akan pernah lepas dari masalah kepemilikan. Jadi sejarah kepemilikan ini telah tercantum dalam AlQuran. Prinsip dasar yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits sangat memperhatikan masalah
perilaku ekonomi manusia dalam posisi manusia atas sumber material yang diciptakan Allah untuk
manusia. Islam mengakui hak manusia untuk memiliki sendiri untuk konsumsi dan untuk produksi namun
tidak memberikan hak itu secara absolute(mutlak). Penekanan pembatasan hak milik absolute, Al-Qur’an
menunjukkan pola masalah penciptaan sumber-sumber ekonomi bagi Allah terdapat dalam ayat-ayat AlQur’an.
Kepemilikan adalah suatu ikatan seseorang dengan hak miliknya yang disahkan Syari’ah.
Kepemilikan berarti pula hak khusus yang didapatkan si pemilik sehingga ia mempunyai hak
menggunakan sejauh tidak melakukan pelanggaran pada garis-garis Syari’ah. Kepemilikan adalah
hubungan keterikatan antara seseorang dengan harta yang dikukuhkan dan dilegitimasi keabsahannya
oleh syara’. Kata al-Milku digunakan untuk menunjukkan arti sesuatu yang dimiliki, seperti perkataan
“hadza milkii”, yang artinya ini adalah sesuatu milikku baik berupa barang atau kemanfaatan. Menurut
Jati dalam buku Asas-asas ekonomi islam, hakikat harta ada tiga, yaitu: Allah adalah pencipta dan pemilik
harta yang hakiki, harta adalah fasilitas bagi kehidupan manusia dan Allah menganugerahkan pemilikan
harta kepada manusia. Menurut Ibnu Taimmiyah seperti dikutip Euis Amalia dalam buku Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islam, tiap individu, masyarakat dan Negara memiliki hak atas pemilikan hak mmilik
sesuai dengan peran yang dimiliki mereka masing-masing. Hak milik dari ketiga agen kehidupan ini tidak
boleh menjadikannya sebagai sumber konflik antara ketiganya. Hak milik menurutnya adalah sebuah
kekuatan yang didasari atas syariah untuk menggunakan sebuah objek, tetapi kekuatan itu sangat
bervariasi dalam bentuk dan jenisnya.
Untuk Harta, Al-Quran telah menggambarkan 5 hal penting yang menggambarkan bagaimana
islam memandang Harta yaitu, Harta sebagai cobaan dan ujian manusia hidup di bumi, Harta sebagai
sarana manusia untuk mencapai surga di akherat nanti, Harta dapat menjadi malapetaka dan memasukkan
manusia kedalam neraka di akherat nanti, Sebagai suatu hak atau kepemilikan terhadap sesama manusia
benar-benar dihormati, Sebagai suatu hubungan antara manusia terhadap Tuhannya harta merupakan
barang titipan kepada manusia.
Harta dalam literature islam (Al- Qur’an dan Al-hadits) dikenal dengan sebutan al-mal, kata
jamaknya al-amwal. Dalam al-quran, ada 24 kali kata al-mal, satu kali kata maliyah dan 61 kata amwal
dalam puluhan surat dan puluhan ayat. Secara harfiah, kata al-mal berasal dari kata mala-yamilu-maylanwa-mayalanan-wa-maylulatan-wa-mamilan, yang artinya miring, condong, cenderung, suka, senang, dan
simpati. Harta dinamakan al-mal mengingat semua orang, siapa, kapan dan dimanapun pasti senang akan
uang, hal ini pun sudah ada di Al-Qur’an Surah Al-Fajr ayat 20 yang melukiskan tentang kegemaran
manusia terhadap harta yang artinya: “Dan kamu mencintao harta benda dengan kecintaan yang
berlebihan.” Oleh karena itu, kecintaan manusia terhadap harta ini harus mendapatkan bimbingan wahyu
yang mengarahkannya bahwa harta bukanlah tujuan hidup ini akan tetapi hanya sebagai wasilah belaka
3
yang nanti di hari kiamat harus dipertanggung-jawabkan. Harta dalam islam dianggap sebagai bagian dari
aktivitas dan tiang kehidupan yang dijadikan Allah sebagai sarana untuk membantu proses tukar menukar
(jual beli), dan juga digunakan sebagai ukuran terhadap nilai. Allah memerintahkan untuk saling
menukarkannya dan melarang menimbunnya. Oleh karena itu syariat islam dengan kaidah dan konsepnya
akan mengontrol cara untuk mendapatkan harta, menyalurkannya, proses pertukaran dengan barang lain
serta pengaturan hak-hak orang lain dalam harta itu.
BAB III
4
HARTA DAN KEPEMILIKAN DALAM PANDANGAN ISLAM
3.1
HARTA
3.1.1
PENGERTIAN HARTA
Secara harfiah, harta (al-mal) adalah malaktahu min kulli sya’i yaitu Harta adalah segala sesuatu
yang engkau punyai. Adapun secara terminologis, harta diartikan sebagai sesuatu yang dimanfaatkan
dalam perkara yang legal menurut hukum islam, seperti bisnis, pinjaman, konsumsi, dan hibah atau
pemberian.
3.1.2
PEMBAGIAN HARTA
Pembagian harta (benda) dapat didasarkan kepada berbagai macam segi, yaitu:
1.
Ditinjau dari segi dapat atau tidaknya dipindahkan, maka harta dibagi dua, yaitu:
a.
Harta (benda) bergerak, adalah benda-benda yang mungkindipindahkan ke tempat lain, yaitu
benda-benda yang ada di atas tanah, yaitu, binatang, bangunan, dan barang-barang.
b.
Harta (benda) tidak bergerak, adalah benda yang tidak mungkin dapat dipindahkan, contohnya
tanah dan pekarangan.
2.
Ditinjau dari segi dapat atau tidaknya diganti dengan benda lain, yaitu:
a.
Harta Mitsli, yaitu benda yang dapat diganti dengan benda yang lain yang sama. Contohnya,
gandum, beras, kapas, besi.
b.
Harta Qimi, yaitu benda yang hanya dapat diganti dengan harga, seperti logam mulia.
3.
Ditinjau dari segi pemanfaatannya, harta terbagi atas:
a.
istimali, yaitu harta harta yang apabila digunakan benda itu tetap utuh
b.
istiqlaqi, yaitu harta yang apabila dimanfaatkan berakibat menghabiskan harta itu.
3.1.3
KEDUDUKAN HARTA
Kedudukan harta dalam Islam, yakni Harta sebagai jalan bukan sebagai tujuan, Harta yang baik
adalah jika diperoleh dari yang halal dan digunakan menurut tempatnya, Harta adalah perhiasan hidup
dunia, Harta untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai kesenangan, Harta mencegah sifat kufur, Harta
sebagai ujian dan cobaan, Harta yang berfungsi sosial untuk kesejahteraan masyarakat dan stabilitas
Negara.
3.1.4
FUNGSI HARTA
Secara syariat, fungsi harta yaitu, kesempatan ibadah madhdhah, seperti shalat memerlukan kain
untuk menutup aurat, memelihara dan meningkatkan keimanan serta ketakwaan kepada Allah SWT,
meneruskan estafet kehidupan, menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat, bekal mencari dan
5
mengembangkan ilmu, keharmonisan hidup bernegara, dan untuk memutarkan peranan-peranan
kehidupan.
4.1
KEPEMILIKAN
4.1.1
PENGERTIAN KEPEMILIKAN
Secara etimologis, kata milik berasal dari bahasa arab al-milk yang berarti penguasaan terhadap
sesuatu. Secara terminologis, al-milk yaitu pengkhususan seseorang terhadap suatu benda yang
memungkinkannya untuk bertindak hukum terhadap benda itu, selama tidak ada halangan syara’.
4.1.2
PANDANGAN ISLAM TENTANG KEPEMILIKAN
Allah adalah pemilik mutlak, sedangkan manusia memegang hak milik relative. Artinya,
manusia hanyalah sebagai penerima titipan, pemegang amanah yang harus mempertanggungjawabkannya
kepada Allah. Jadi, menurtu ekonomi Islam, penguasaan manusia terhadap sumber daya, faktor produksi
hanyalah bersifat titipan dari Allah SWT. Pemilikan manusia atas harta secara absolute bertentangan
dengan Tauhid, karena pemilikan sebenarnya hanya ada pada Allah semata.
4.1.3
SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN
Yang pertama adalah Bekerja, pemilikan Harta harus didapatkan dengan usaha atau mata
pencaharian yang halal. Yang kedua, kepemilikan bisa didapat dari Warisan. Yang ketiga, kepemilikan
bisa didapat dari Harta untuk menyambung hidup, Harta Pemberian Negara, Harta yang diperoleh oleh
seseorang dengan tanpa mengeluarkan daya dan upaya apa pun. Yang keempat, kepemilikan dapat
diperoleh dengan Transaksi atau Akad, baik itu transaksi pertukaran, maupun transaksi yang berbentuk
percampuran.
4.1.4
ASAS-ASAS KEPEMILIKAN
1) Asas Amanah
Bahwa kepemilikan pada dasarnya merupakan titipan dari Allag SWT untuk didayagunakan bagi
kepentingan hidup, apakah untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, maupun orang lain.
2) Asas Infiradiyah atau Individual
Kepemilikan merupakan hak ekslusif yang harus dihormati oleh pihak lain yang tidak mempunyai hak
atasnya. Namun demikian, harta benda itu masih dapat disatukan dengan hak orang lain dalam bentuk
badan usaha atau korporasi.
3) Asas Ijtima’iyah atau Sosial
Pada prinsipnya mengajarkan agar umat islam mempunyai empati dan kebersamaan dalam kapasitasnya
sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain.
6
4) Asas Manfaat
Pada dasarnya harta kekayaan itu perlu diarahkan unntuk memperbesar manfaat dalam kehidupan, dan
mempersempit mudharat, baik kepada dirinya maupun kepada orang lain.
4.1.5
JENIS-JENIS KEPEMILIKAN
-
Kepemilikan Individu
Kepemilikan individu adalah izin dari syari yang memungkinkan siapa saja untuk memanfaatkan
zat maupun kegunaan suatu barang serta memperoleh kompensasi, baik karena barangnya diambil
kegunaannya oleh orang lain karena disewa ataupun karena dikonsumsi untuk dihabiskan zatnya seperti
dari barang tersebut.
-
Kepemilikan umum
Kepemilikan umum adalah izin dari syariat kepada masyarakat secara bersama-sama
memanfaatkan sumber daya alam. Ini berupa barang barang yang mutlak diperlukan oleh manusia dalam
kehidupan sehari hari seperti air, api, hasil hutan, padang rumput, udara, danau, sunngai, jalan. Syariat
melarang sumber daya yang dikuasai oleh sekelompok kecil seseorang seperti emas, perak, minyak,
tambang, dan sebagainnya.
-
Kepemilikan Negara
Kepemilikan Negara adalah harta yang merupakan hak seluruh kaum muslimin yang
pengelolaannya menjadi wewenang khalifah. Pengelolaan oleh khalifah disebabkan adanya kewenangan
yang dimiliki khalifah untuk mengelola harta seperti itu.
-
Kepemilikan Mutlak
Kepemilikan Hakiki semua kekayaan di alam semesta ini adalah Allah SWT
-
Kepemilikan Relatif
Kepemilikan manusia diakui secara de jure karena Allah sendiri yang mengaruniakan kepadanya
kekayaan itu dan Dia yang mengakui kepemilikan tersebut.
4.1.6
PEMANFAATAN KEPEMILIKAN
Ada dua bentuk pemanfaatan harta yaitu pengembangan harta dan penggunaan harta.
1.
Pengembangan Harta, yaitu pengembangan harta yang berkaitan dengan cara dan sarana
yang menghasilkan pertambahan harta yakni produksi pertanian, perdagangan, iindustri, dan investasi
uang pasa sector jasa. Pada sisi lain, islam melarang beberapa bentuk pengembangan harta seperti riba,
menimbun harta, monopoli, kartel, judi, penipuan, transaksi barang haram, dan sebagainya.
2.
Penggunaan Harta, yaitu pemanfaatan harta dengan atau tanpa manfaat materiil yang
diperoleh. Islam mendorong umat manusia untuk menggunakan hartanya tidak hanya sekedar untuk
7
kepentingan pribadi tetapi juga kepentingan sosial. Tidak hanya memenuhi kebutuhan materiil saja tetapi
juga kepentingan non-materiil seperti nafkah keluarga dan orang tua, anak yatim, zakat, infaq, sekedah,
hadiah, hibah, dan sebagainya. Pada sisi lain, islam mengharamkan beberapa praktik penggunaan harta
seperti risywah atau suap, israf, tabdzir, daan taraf yaitu membeli barang dan jasa yang haram, islam juga
mencela perilaku bakhil.
4.1.7
BERAKHIRNYA KEPEMILIKAN
1.
Pemilik meninggal dunia, sehingga seluruh miliknya berpindah tangan kepada ahli
warisnya.
2.
Harta yang dimiliki itu rusak atau hilang.
Adapun sebab berakhirnya kepemilikan naqisah,yaitu:
4.1.8
1.
Habisnya masa berlaku pemanfaatan itu, contohnya pemanfaatan sawah.
2.
Barang yang dimanfaatkan itu rusak atau hilang, seperti runtuhnya rumah
dimanfaatkan.
3.
Orang yang memanfaatkan wafat, menurut Ulama Hanafiyah, karena manfaat tidak dapat
diwariskan, sedangkan menurut jumhur ulama manfaat dapat diwariskan, karena manfaat
termasuk harta
4.
Wafatnya pemilik harta, apabila pemanfaatan harta itu dilakukan melalui al-I’arah atau
pinjam meminjam dan al-ijarah atau sewa-menyewa menurut Ulama Hanafiyah, karena
akad al-ijarah bagi mereka tidak boleh diwariskan, sedangkan menurut Jumhur Ulama,
baik pinjam meminjam maupun sewa-menyewa tidak berhenti masa berlakunya apabila
pemiliknya meninggal karena kedua akad ini, menurut mereka, boleh diwariskan.
yang
DISTRIBUSI KEKAYAAN
Menurut Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, mekanisme ekonomi yang ditempuh sistem ekonomi
islam dalam rangka mewujudkan distribusi kekayaan di antara manusia yang seadil-adilnya, melalui
sejumlah cara sebagai berikut:
1.
Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab sebab kepemilikan
dalam kepemilikan individu.
2.
Memberikan kesempatan
kepemilikan melalui kegiatan investasi
seluas-luasnya
bagi
berlangsungnya
pengembangan
3.
Larangan menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya. Harta yang
ditimbun tidak akan berfungsi ekonomi. Pada akhirnya akan menghambat distribusi kekayaan tidak
terjadi perputaran harga.
8
4.
Mengatasi peredaran kekayaan di suatu daerah tertentu saja dengan menggalakkan
berbagaii kegiatan syirkah dan mendorong pusat-pusat pertumbuhan.
5.
Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat mendistorsi pasar.
6.
Larangan Judi, riba, Korupsi, pemberian suap, dan hadiah kepada penguasa.
7.
Pemanfaatan secara optimal hasil dari barang-barang sumber daya alam milik umuum
yang dikelola Negara, sepeti hasil hutan, barang tambang, minyak, listrik, air, dan sebagainya demi
kesejahteraan rakyat.
4.1.9
DISTRIBUSI KEKAYAAN YANG DILARANG OLEH SYARIAT
Ada beberapa ketentuan pembelanjaan harta yang dilarang oleh syariat, di antaranya:
1.
Israf (tabdzir) dan tidak pula bersifat kikir
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-furqan ayat 67
(67)
ك قَ َوا ًما
َ ِان بَي َْن َذل
َ ْرفُوا َولَ ْم يَ ْقتُرُوا َو َك
َ َوالّ ِذ
ِ ين إِ َذا أَ ْنفَقُوا لَ ْم يُس
“dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir,
dan adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian”
2.
Berfoya-foya atau bermewah-mewahan
Larangan berfoya-foya ini terdapat dalam al-qur’an surah at-takaatsur ayat 1-2:
َح ّتى ُزرْ ُت ُم ْال َم َق ِاب َر أَ ْل َها ُك ُم ال ّت َك ُاثر
“ bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk dalam kubur”
3.
Harta yang digunakan untuk membiayai tindakan kejahatan (kedzaliman)
4.
Risywah (suap)
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Allah melaknat penyuap dan nerima suap” (HR. Tirmidzi,
Ahmad, dan Ibnu Hibban).
9
BAB IV
PENUTUP
4.1
1.
Kesimpulan
Teori Harta
Harta merupakan komponen pokok dalam kehidupan manusia, unsur dlaruri yang tidak bisa
ditinggalkan begitu saja. Dengan harta, manusia bisa memenuhi kebutuhannya, baik yang
bersifat materi ataupun immateri.
2.
Teori Kepemilikan
Hak milik (kepemilikan) adalah hubungan antara manusia dengan harta yang ditetapkan syara',
dimana manusia memiliki kewenangan khusus untuk melakukan transaksi terhadap harta
tersebut, sepanjang tidak ditemukan hal yang melarangnya. Kepemilikan adalah sesuatu yang
dimiliki oleh manusia, baik berupa harta benda (dzat) atau nilai manfaat.
3.
Harta Dalam Sudut Pandang Islam
Harta dinamakan al-mal mengingat semua orang, siapa, kapan dan dimanapun pada dasarnya
adalah condong, senang, mau dan cinta pada harta khususnya uang. Menurut istilah syar’i harta
diartikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan pada sesuatu yang legal menurut hukum
syara’ (hukum Islam) seperti jual-beli, pinjaman, konsumsi dan hibah atau pemberian.
4.
Kepemilikan Harta Dalam Islam
Kepemilikan harta dalam Islam dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : kepemilikan individu,
kepemilikan umum dan kepemilikan Negara.
5.
Pembagian Harta Dalam Islam
1)
Mutaqawwim dan Ghair Mutaqawwim
Al-maal al mutaqawwim adalah harta yang dicapai atau diperoleh manusia dengan sebuah upaya,
dan diperbolehkan oleh syara' untuk memanfaatkannya, sedangkan al-maal gairu al mutaqawwim
adalah harta yang belum diraih atau dicapai dengan suatu usaha, maksudnya harta tersebut belum
sepenuhnya berada dalam genggaman kepemilikan manusia
2)
'Iqar dan Manqul
Manqul adalah harta yang memungkinkan untuk dipindah, ditransfer dari suatu tempat ke tempat
lainnya, baik bentu fisiknya (dzat atau 'ain) berubah atau tidak, dengan adanya perpindahan
tersebut, sedangkan 'iqar adalah sebaliknya, harta yang tidak bisa dipindah dari satu tempat ke
tempat lainnya, seperti tanah dan bangunan.
3)
Mitsli dan Qilmi
Al maal al mitsli adalah harta yang terdapat padanannya dipasaran, tanpa adaya perbedaan atas
bentuk fisik atau bagian-bagiannya, atau kesatuannya, sedangkan Al maal al qimi adalah harta
10
yang tidak terdapat padanannya di pasaran, atau terdapat padanannya, akan tetapi nilai tiap
satuannya berbeda, seperti domba, tanah, kayu, dan lainnya.
4)
Istikhlaki dan Isti'mali
Al maal al istikhlaki adalah harta yang tidak mungkin bisa dimanfaatkan kecuali dengan merusak
bentuk fisik harta tersebut, seperti aneka warna makanan dan minuman, kayu bakar, BBM, uang,
dan lainnya. Sedangkan Al maal al isti'mali adalah harta yang mungkin untuk bisa dimanfaatkan
tanpa harus merusak bentuk fisiknya.
4.2 Saran
Saran dan masukan mengenai makalah ini sangat membantu penulis untuk melengkapi
kekurangan-kekurangan dalam materi ini, karena penulis akui dalam penulisan makalah ini
adanya keterbatasan literatur yang ditemui.
11
DAFTAR PUSTAKA
1.
Al-Qur’an dan Terjemahnya
2.
Behesti. 1992. Kepemilikan Dalam Islam. Jakarta : Pustaka Hidayah
3.
Rahman, Fazlur, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000)
4.
Suma, Muhammad Amin, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam,
(Jakarta : Kholam Publishing, 2008)
5.
Chapra, Umer. 2001. Masa Depan Ilmu E0konomi, Sebuah Tinjauan Islami. Jakarta :
Gema Insani Press
6.
Mas'adi, Ghufron. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
7.
Shiddiqiy, Muhammad Hasbiy. 1997. Pengantar Fikih Muamalah. Semarang : Pustaka
Rizki Putra
12
ANDI FIKA WIDURI
NPM:
10090216007
ILMU EKONOMI (A) 2016
ASPEK HUKUM EKONOMI ISLAM
HARTA DAN KEPEMILIKAN DALAM PANDANGAN ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
Harta merupakan kebutuhan inti dalam kehidupan dimana manusia tidak akan bisa terpisah
darinya. Secara umum, harta merupakan sesuatu yang disukai manusia, seperti hasil pertanian, perak dan
emas, ternak atau barang-barang lain yang termasuk perhiasan dunia. Manusia termotivasi untuk mencari
harta demi menjaga eksistensinya dan demi menambah kenikmatan materi dan religi, dia tidak boleh
berdiri sebagai penghalang antara dirinya dengan harta. Namun, semua motivasi ini dibatasi oleh 3 syarat,
yakni, harta dikumpulkan dengan cara yang halal, dipergunakan untuk hal-hal yang halal, dan dari harta
ini harus dikeluarkan hak Allah dan masyarakat tempat dia hidup.
Harta yang dimiliki setiap individu selain didapatkan dan digunakan juga harus dijaga. Menjaga
harta berhubungan dengan menjaga jiwa, karena harta akan menjaga jiwa agar jauh dari bencana dan
mengupayakan kesempurnaan kehormatan jiwa tersebut. Menjaga jiwa menuntut adanya perlindungan
dari segala bentuk penganiayaan, baik pembunuhan, pemotongan anggota badan atau tindak melukai
fisik.
Harta dalam pandangan islam pada hakikatnya adalah milik ALLAH SWT. Kemudian ALLAH
telah menyerahkannya kepada manusia untuk menguasai harta tersebut melalui izin-Nya sehingga orang
tersebut sah memiliki harta tersebut. Adanya pemilikan seseorang atas harta kepemilikan individu tertentu
mencakup juga kegiatan memanfaatkan dan mengembangkan kepemilikan harta yang telah dimilikinya
tersebut. Setiap muslim yang telah secara sah memiliki harta tertentu maka ia berhak memanfaatkan dan
mengembangkan hartanya. Hanya saja dalam memanfaatkan dan mengembangkan harta yang telah
dimilikinya tersebut ia tetap wajib terikat dengan ketentuan-ketentuan hukum islam yang berkaitan
dengan pemanfaatan dan pengembangan harta. Namun sebaliknya, kondisi saat ini khususnya di
Indonesia ada batas-batas kepemilikan harta yang sebenarnya dapat dimiliki untuk umum. Bahkan banyak
intervensi Negara Asing yang ingin menguasai kepemilikan umum menjadi milik pribadi.
Alasan
Hal ini pun sekaligus menjadi alasan saya memilih judul HARTA DAN KEPEMILIKAN
DALAM PANDANGAN ISLAM, dimana menurut saya, topik ini sudah menjadi permasalahan di
masyarakat islam saat ini, dimana manusia menganggap dirinya sebagai pemilik mutlak atas apa yang ada
1
di muka bumi ini, dimana manusia melupakan tugas-tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini, dimana
manusia dengan gampangnya merusak muka bumi ini, dimana manusia tidak mendistribusikan hartanya
sesuai dengan ajaran islam, dimana larangan-larangan islam sangat marak terutama dalam hal
kepemilikan harta ini.
Harapan
Berangkat dari permasalahan diatas, maka tulisan singkat ini akan menguraikan makna harta dan
kepemilikan harta dalam pandangan islam, bagaimana islam memandang harta, bagaimana islam
mengatur kepemilikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Harapan dengan adanya tulisan
singkat ini adalah, agar manusia dapat memelihara harta sesuai dengan ajaran islam seperti larangan
mengambil harta orang lain secara tidak sah, larangan riba, larangan gharar,larangan maysir, penipuan,
spekulasi, perjudian, dan lain-lain, memelihara harta tentang ketentuan jual beli yang sesuai dengan
syariat islam, dan memelihara harta yang erat kaitannya dengan etika bisnis, etos kerja, dan
profesionalisme yang tinggi.
BAB II
2
PEMBAHASAN
Sejarah
Al-Qur’an telah memberikan gambaran tentang asal usul harta atau hak milik, yang pertama kali
diberikan Allah kepada manusia pertama kemudian turun-temurun kepada generasi berikutnya. Dengan
demikian, awal sejarah kepemilikan sama dengan awal manusia itu sendiri. Selama hidup, manusia tidak
akan pernah lepas dari masalah kepemilikan. Jadi sejarah kepemilikan ini telah tercantum dalam AlQuran. Prinsip dasar yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits sangat memperhatikan masalah
perilaku ekonomi manusia dalam posisi manusia atas sumber material yang diciptakan Allah untuk
manusia. Islam mengakui hak manusia untuk memiliki sendiri untuk konsumsi dan untuk produksi namun
tidak memberikan hak itu secara absolute(mutlak). Penekanan pembatasan hak milik absolute, Al-Qur’an
menunjukkan pola masalah penciptaan sumber-sumber ekonomi bagi Allah terdapat dalam ayat-ayat AlQur’an.
Kepemilikan adalah suatu ikatan seseorang dengan hak miliknya yang disahkan Syari’ah.
Kepemilikan berarti pula hak khusus yang didapatkan si pemilik sehingga ia mempunyai hak
menggunakan sejauh tidak melakukan pelanggaran pada garis-garis Syari’ah. Kepemilikan adalah
hubungan keterikatan antara seseorang dengan harta yang dikukuhkan dan dilegitimasi keabsahannya
oleh syara’. Kata al-Milku digunakan untuk menunjukkan arti sesuatu yang dimiliki, seperti perkataan
“hadza milkii”, yang artinya ini adalah sesuatu milikku baik berupa barang atau kemanfaatan. Menurut
Jati dalam buku Asas-asas ekonomi islam, hakikat harta ada tiga, yaitu: Allah adalah pencipta dan pemilik
harta yang hakiki, harta adalah fasilitas bagi kehidupan manusia dan Allah menganugerahkan pemilikan
harta kepada manusia. Menurut Ibnu Taimmiyah seperti dikutip Euis Amalia dalam buku Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islam, tiap individu, masyarakat dan Negara memiliki hak atas pemilikan hak mmilik
sesuai dengan peran yang dimiliki mereka masing-masing. Hak milik dari ketiga agen kehidupan ini tidak
boleh menjadikannya sebagai sumber konflik antara ketiganya. Hak milik menurutnya adalah sebuah
kekuatan yang didasari atas syariah untuk menggunakan sebuah objek, tetapi kekuatan itu sangat
bervariasi dalam bentuk dan jenisnya.
Untuk Harta, Al-Quran telah menggambarkan 5 hal penting yang menggambarkan bagaimana
islam memandang Harta yaitu, Harta sebagai cobaan dan ujian manusia hidup di bumi, Harta sebagai
sarana manusia untuk mencapai surga di akherat nanti, Harta dapat menjadi malapetaka dan memasukkan
manusia kedalam neraka di akherat nanti, Sebagai suatu hak atau kepemilikan terhadap sesama manusia
benar-benar dihormati, Sebagai suatu hubungan antara manusia terhadap Tuhannya harta merupakan
barang titipan kepada manusia.
Harta dalam literature islam (Al- Qur’an dan Al-hadits) dikenal dengan sebutan al-mal, kata
jamaknya al-amwal. Dalam al-quran, ada 24 kali kata al-mal, satu kali kata maliyah dan 61 kata amwal
dalam puluhan surat dan puluhan ayat. Secara harfiah, kata al-mal berasal dari kata mala-yamilu-maylanwa-mayalanan-wa-maylulatan-wa-mamilan, yang artinya miring, condong, cenderung, suka, senang, dan
simpati. Harta dinamakan al-mal mengingat semua orang, siapa, kapan dan dimanapun pasti senang akan
uang, hal ini pun sudah ada di Al-Qur’an Surah Al-Fajr ayat 20 yang melukiskan tentang kegemaran
manusia terhadap harta yang artinya: “Dan kamu mencintao harta benda dengan kecintaan yang
berlebihan.” Oleh karena itu, kecintaan manusia terhadap harta ini harus mendapatkan bimbingan wahyu
yang mengarahkannya bahwa harta bukanlah tujuan hidup ini akan tetapi hanya sebagai wasilah belaka
3
yang nanti di hari kiamat harus dipertanggung-jawabkan. Harta dalam islam dianggap sebagai bagian dari
aktivitas dan tiang kehidupan yang dijadikan Allah sebagai sarana untuk membantu proses tukar menukar
(jual beli), dan juga digunakan sebagai ukuran terhadap nilai. Allah memerintahkan untuk saling
menukarkannya dan melarang menimbunnya. Oleh karena itu syariat islam dengan kaidah dan konsepnya
akan mengontrol cara untuk mendapatkan harta, menyalurkannya, proses pertukaran dengan barang lain
serta pengaturan hak-hak orang lain dalam harta itu.
BAB III
4
HARTA DAN KEPEMILIKAN DALAM PANDANGAN ISLAM
3.1
HARTA
3.1.1
PENGERTIAN HARTA
Secara harfiah, harta (al-mal) adalah malaktahu min kulli sya’i yaitu Harta adalah segala sesuatu
yang engkau punyai. Adapun secara terminologis, harta diartikan sebagai sesuatu yang dimanfaatkan
dalam perkara yang legal menurut hukum islam, seperti bisnis, pinjaman, konsumsi, dan hibah atau
pemberian.
3.1.2
PEMBAGIAN HARTA
Pembagian harta (benda) dapat didasarkan kepada berbagai macam segi, yaitu:
1.
Ditinjau dari segi dapat atau tidaknya dipindahkan, maka harta dibagi dua, yaitu:
a.
Harta (benda) bergerak, adalah benda-benda yang mungkindipindahkan ke tempat lain, yaitu
benda-benda yang ada di atas tanah, yaitu, binatang, bangunan, dan barang-barang.
b.
Harta (benda) tidak bergerak, adalah benda yang tidak mungkin dapat dipindahkan, contohnya
tanah dan pekarangan.
2.
Ditinjau dari segi dapat atau tidaknya diganti dengan benda lain, yaitu:
a.
Harta Mitsli, yaitu benda yang dapat diganti dengan benda yang lain yang sama. Contohnya,
gandum, beras, kapas, besi.
b.
Harta Qimi, yaitu benda yang hanya dapat diganti dengan harga, seperti logam mulia.
3.
Ditinjau dari segi pemanfaatannya, harta terbagi atas:
a.
istimali, yaitu harta harta yang apabila digunakan benda itu tetap utuh
b.
istiqlaqi, yaitu harta yang apabila dimanfaatkan berakibat menghabiskan harta itu.
3.1.3
KEDUDUKAN HARTA
Kedudukan harta dalam Islam, yakni Harta sebagai jalan bukan sebagai tujuan, Harta yang baik
adalah jika diperoleh dari yang halal dan digunakan menurut tempatnya, Harta adalah perhiasan hidup
dunia, Harta untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai kesenangan, Harta mencegah sifat kufur, Harta
sebagai ujian dan cobaan, Harta yang berfungsi sosial untuk kesejahteraan masyarakat dan stabilitas
Negara.
3.1.4
FUNGSI HARTA
Secara syariat, fungsi harta yaitu, kesempatan ibadah madhdhah, seperti shalat memerlukan kain
untuk menutup aurat, memelihara dan meningkatkan keimanan serta ketakwaan kepada Allah SWT,
meneruskan estafet kehidupan, menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat, bekal mencari dan
5
mengembangkan ilmu, keharmonisan hidup bernegara, dan untuk memutarkan peranan-peranan
kehidupan.
4.1
KEPEMILIKAN
4.1.1
PENGERTIAN KEPEMILIKAN
Secara etimologis, kata milik berasal dari bahasa arab al-milk yang berarti penguasaan terhadap
sesuatu. Secara terminologis, al-milk yaitu pengkhususan seseorang terhadap suatu benda yang
memungkinkannya untuk bertindak hukum terhadap benda itu, selama tidak ada halangan syara’.
4.1.2
PANDANGAN ISLAM TENTANG KEPEMILIKAN
Allah adalah pemilik mutlak, sedangkan manusia memegang hak milik relative. Artinya,
manusia hanyalah sebagai penerima titipan, pemegang amanah yang harus mempertanggungjawabkannya
kepada Allah. Jadi, menurtu ekonomi Islam, penguasaan manusia terhadap sumber daya, faktor produksi
hanyalah bersifat titipan dari Allah SWT. Pemilikan manusia atas harta secara absolute bertentangan
dengan Tauhid, karena pemilikan sebenarnya hanya ada pada Allah semata.
4.1.3
SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN
Yang pertama adalah Bekerja, pemilikan Harta harus didapatkan dengan usaha atau mata
pencaharian yang halal. Yang kedua, kepemilikan bisa didapat dari Warisan. Yang ketiga, kepemilikan
bisa didapat dari Harta untuk menyambung hidup, Harta Pemberian Negara, Harta yang diperoleh oleh
seseorang dengan tanpa mengeluarkan daya dan upaya apa pun. Yang keempat, kepemilikan dapat
diperoleh dengan Transaksi atau Akad, baik itu transaksi pertukaran, maupun transaksi yang berbentuk
percampuran.
4.1.4
ASAS-ASAS KEPEMILIKAN
1) Asas Amanah
Bahwa kepemilikan pada dasarnya merupakan titipan dari Allag SWT untuk didayagunakan bagi
kepentingan hidup, apakah untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, maupun orang lain.
2) Asas Infiradiyah atau Individual
Kepemilikan merupakan hak ekslusif yang harus dihormati oleh pihak lain yang tidak mempunyai hak
atasnya. Namun demikian, harta benda itu masih dapat disatukan dengan hak orang lain dalam bentuk
badan usaha atau korporasi.
3) Asas Ijtima’iyah atau Sosial
Pada prinsipnya mengajarkan agar umat islam mempunyai empati dan kebersamaan dalam kapasitasnya
sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain.
6
4) Asas Manfaat
Pada dasarnya harta kekayaan itu perlu diarahkan unntuk memperbesar manfaat dalam kehidupan, dan
mempersempit mudharat, baik kepada dirinya maupun kepada orang lain.
4.1.5
JENIS-JENIS KEPEMILIKAN
-
Kepemilikan Individu
Kepemilikan individu adalah izin dari syari yang memungkinkan siapa saja untuk memanfaatkan
zat maupun kegunaan suatu barang serta memperoleh kompensasi, baik karena barangnya diambil
kegunaannya oleh orang lain karena disewa ataupun karena dikonsumsi untuk dihabiskan zatnya seperti
dari barang tersebut.
-
Kepemilikan umum
Kepemilikan umum adalah izin dari syariat kepada masyarakat secara bersama-sama
memanfaatkan sumber daya alam. Ini berupa barang barang yang mutlak diperlukan oleh manusia dalam
kehidupan sehari hari seperti air, api, hasil hutan, padang rumput, udara, danau, sunngai, jalan. Syariat
melarang sumber daya yang dikuasai oleh sekelompok kecil seseorang seperti emas, perak, minyak,
tambang, dan sebagainnya.
-
Kepemilikan Negara
Kepemilikan Negara adalah harta yang merupakan hak seluruh kaum muslimin yang
pengelolaannya menjadi wewenang khalifah. Pengelolaan oleh khalifah disebabkan adanya kewenangan
yang dimiliki khalifah untuk mengelola harta seperti itu.
-
Kepemilikan Mutlak
Kepemilikan Hakiki semua kekayaan di alam semesta ini adalah Allah SWT
-
Kepemilikan Relatif
Kepemilikan manusia diakui secara de jure karena Allah sendiri yang mengaruniakan kepadanya
kekayaan itu dan Dia yang mengakui kepemilikan tersebut.
4.1.6
PEMANFAATAN KEPEMILIKAN
Ada dua bentuk pemanfaatan harta yaitu pengembangan harta dan penggunaan harta.
1.
Pengembangan Harta, yaitu pengembangan harta yang berkaitan dengan cara dan sarana
yang menghasilkan pertambahan harta yakni produksi pertanian, perdagangan, iindustri, dan investasi
uang pasa sector jasa. Pada sisi lain, islam melarang beberapa bentuk pengembangan harta seperti riba,
menimbun harta, monopoli, kartel, judi, penipuan, transaksi barang haram, dan sebagainya.
2.
Penggunaan Harta, yaitu pemanfaatan harta dengan atau tanpa manfaat materiil yang
diperoleh. Islam mendorong umat manusia untuk menggunakan hartanya tidak hanya sekedar untuk
7
kepentingan pribadi tetapi juga kepentingan sosial. Tidak hanya memenuhi kebutuhan materiil saja tetapi
juga kepentingan non-materiil seperti nafkah keluarga dan orang tua, anak yatim, zakat, infaq, sekedah,
hadiah, hibah, dan sebagainya. Pada sisi lain, islam mengharamkan beberapa praktik penggunaan harta
seperti risywah atau suap, israf, tabdzir, daan taraf yaitu membeli barang dan jasa yang haram, islam juga
mencela perilaku bakhil.
4.1.7
BERAKHIRNYA KEPEMILIKAN
1.
Pemilik meninggal dunia, sehingga seluruh miliknya berpindah tangan kepada ahli
warisnya.
2.
Harta yang dimiliki itu rusak atau hilang.
Adapun sebab berakhirnya kepemilikan naqisah,yaitu:
4.1.8
1.
Habisnya masa berlaku pemanfaatan itu, contohnya pemanfaatan sawah.
2.
Barang yang dimanfaatkan itu rusak atau hilang, seperti runtuhnya rumah
dimanfaatkan.
3.
Orang yang memanfaatkan wafat, menurut Ulama Hanafiyah, karena manfaat tidak dapat
diwariskan, sedangkan menurut jumhur ulama manfaat dapat diwariskan, karena manfaat
termasuk harta
4.
Wafatnya pemilik harta, apabila pemanfaatan harta itu dilakukan melalui al-I’arah atau
pinjam meminjam dan al-ijarah atau sewa-menyewa menurut Ulama Hanafiyah, karena
akad al-ijarah bagi mereka tidak boleh diwariskan, sedangkan menurut Jumhur Ulama,
baik pinjam meminjam maupun sewa-menyewa tidak berhenti masa berlakunya apabila
pemiliknya meninggal karena kedua akad ini, menurut mereka, boleh diwariskan.
yang
DISTRIBUSI KEKAYAAN
Menurut Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, mekanisme ekonomi yang ditempuh sistem ekonomi
islam dalam rangka mewujudkan distribusi kekayaan di antara manusia yang seadil-adilnya, melalui
sejumlah cara sebagai berikut:
1.
Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab sebab kepemilikan
dalam kepemilikan individu.
2.
Memberikan kesempatan
kepemilikan melalui kegiatan investasi
seluas-luasnya
bagi
berlangsungnya
pengembangan
3.
Larangan menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya. Harta yang
ditimbun tidak akan berfungsi ekonomi. Pada akhirnya akan menghambat distribusi kekayaan tidak
terjadi perputaran harga.
8
4.
Mengatasi peredaran kekayaan di suatu daerah tertentu saja dengan menggalakkan
berbagaii kegiatan syirkah dan mendorong pusat-pusat pertumbuhan.
5.
Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat mendistorsi pasar.
6.
Larangan Judi, riba, Korupsi, pemberian suap, dan hadiah kepada penguasa.
7.
Pemanfaatan secara optimal hasil dari barang-barang sumber daya alam milik umuum
yang dikelola Negara, sepeti hasil hutan, barang tambang, minyak, listrik, air, dan sebagainya demi
kesejahteraan rakyat.
4.1.9
DISTRIBUSI KEKAYAAN YANG DILARANG OLEH SYARIAT
Ada beberapa ketentuan pembelanjaan harta yang dilarang oleh syariat, di antaranya:
1.
Israf (tabdzir) dan tidak pula bersifat kikir
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-furqan ayat 67
(67)
ك قَ َوا ًما
َ ِان بَي َْن َذل
َ ْرفُوا َولَ ْم يَ ْقتُرُوا َو َك
َ َوالّ ِذ
ِ ين إِ َذا أَ ْنفَقُوا لَ ْم يُس
“dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir,
dan adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian”
2.
Berfoya-foya atau bermewah-mewahan
Larangan berfoya-foya ini terdapat dalam al-qur’an surah at-takaatsur ayat 1-2:
َح ّتى ُزرْ ُت ُم ْال َم َق ِاب َر أَ ْل َها ُك ُم ال ّت َك ُاثر
“ bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk dalam kubur”
3.
Harta yang digunakan untuk membiayai tindakan kejahatan (kedzaliman)
4.
Risywah (suap)
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Allah melaknat penyuap dan nerima suap” (HR. Tirmidzi,
Ahmad, dan Ibnu Hibban).
9
BAB IV
PENUTUP
4.1
1.
Kesimpulan
Teori Harta
Harta merupakan komponen pokok dalam kehidupan manusia, unsur dlaruri yang tidak bisa
ditinggalkan begitu saja. Dengan harta, manusia bisa memenuhi kebutuhannya, baik yang
bersifat materi ataupun immateri.
2.
Teori Kepemilikan
Hak milik (kepemilikan) adalah hubungan antara manusia dengan harta yang ditetapkan syara',
dimana manusia memiliki kewenangan khusus untuk melakukan transaksi terhadap harta
tersebut, sepanjang tidak ditemukan hal yang melarangnya. Kepemilikan adalah sesuatu yang
dimiliki oleh manusia, baik berupa harta benda (dzat) atau nilai manfaat.
3.
Harta Dalam Sudut Pandang Islam
Harta dinamakan al-mal mengingat semua orang, siapa, kapan dan dimanapun pada dasarnya
adalah condong, senang, mau dan cinta pada harta khususnya uang. Menurut istilah syar’i harta
diartikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan pada sesuatu yang legal menurut hukum
syara’ (hukum Islam) seperti jual-beli, pinjaman, konsumsi dan hibah atau pemberian.
4.
Kepemilikan Harta Dalam Islam
Kepemilikan harta dalam Islam dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : kepemilikan individu,
kepemilikan umum dan kepemilikan Negara.
5.
Pembagian Harta Dalam Islam
1)
Mutaqawwim dan Ghair Mutaqawwim
Al-maal al mutaqawwim adalah harta yang dicapai atau diperoleh manusia dengan sebuah upaya,
dan diperbolehkan oleh syara' untuk memanfaatkannya, sedangkan al-maal gairu al mutaqawwim
adalah harta yang belum diraih atau dicapai dengan suatu usaha, maksudnya harta tersebut belum
sepenuhnya berada dalam genggaman kepemilikan manusia
2)
'Iqar dan Manqul
Manqul adalah harta yang memungkinkan untuk dipindah, ditransfer dari suatu tempat ke tempat
lainnya, baik bentu fisiknya (dzat atau 'ain) berubah atau tidak, dengan adanya perpindahan
tersebut, sedangkan 'iqar adalah sebaliknya, harta yang tidak bisa dipindah dari satu tempat ke
tempat lainnya, seperti tanah dan bangunan.
3)
Mitsli dan Qilmi
Al maal al mitsli adalah harta yang terdapat padanannya dipasaran, tanpa adaya perbedaan atas
bentuk fisik atau bagian-bagiannya, atau kesatuannya, sedangkan Al maal al qimi adalah harta
10
yang tidak terdapat padanannya di pasaran, atau terdapat padanannya, akan tetapi nilai tiap
satuannya berbeda, seperti domba, tanah, kayu, dan lainnya.
4)
Istikhlaki dan Isti'mali
Al maal al istikhlaki adalah harta yang tidak mungkin bisa dimanfaatkan kecuali dengan merusak
bentuk fisik harta tersebut, seperti aneka warna makanan dan minuman, kayu bakar, BBM, uang,
dan lainnya. Sedangkan Al maal al isti'mali adalah harta yang mungkin untuk bisa dimanfaatkan
tanpa harus merusak bentuk fisiknya.
4.2 Saran
Saran dan masukan mengenai makalah ini sangat membantu penulis untuk melengkapi
kekurangan-kekurangan dalam materi ini, karena penulis akui dalam penulisan makalah ini
adanya keterbatasan literatur yang ditemui.
11
DAFTAR PUSTAKA
1.
Al-Qur’an dan Terjemahnya
2.
Behesti. 1992. Kepemilikan Dalam Islam. Jakarta : Pustaka Hidayah
3.
Rahman, Fazlur, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000)
4.
Suma, Muhammad Amin, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam,
(Jakarta : Kholam Publishing, 2008)
5.
Chapra, Umer. 2001. Masa Depan Ilmu E0konomi, Sebuah Tinjauan Islami. Jakarta :
Gema Insani Press
6.
Mas'adi, Ghufron. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
7.
Shiddiqiy, Muhammad Hasbiy. 1997. Pengantar Fikih Muamalah. Semarang : Pustaka
Rizki Putra
12