EFEKTIFITAS DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius roxb) SEBAGAI ALTERNATIVE ANTI KANKER SERVIKS ERVIN DWI PRAMITA NIM. 1212010011 SUBJECT pandan wangi, terpenoid flavonoid, kanker serviks DESCRIPTION Tingginya kasus kanker serviks di Indonesia membua

  

EFEKTIFITAS DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius roxb)

SEBAGAI ALTERNATIVE ANTI KANKER SERVIKS

ERVIN DWI PRAMITA

NIM. 1212010011

SUBJECT

  pandan wangi, terpenoid flavonoid, kanker serviks

  

DESCRIPTION

  Tingginya kasus kanker serviks di Indonesia membuat World Health

  

Organization (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah

  penderita kanker serviks terbanyak di dunia. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh lembaga peduli kanker, jumlah penderita kanker serviks mencapai sepertiga dari seluruh penyakit kanker yang berkembang di Indonesia. Kanker Serviks atau kanker rahim terjadi di bagian organ dalam wanita yaitu di dalam leher rahim. Penyebab utama penyakit ini adalah karena infeksi virus yang bernama Human Papiloma Virus (HPV).

  Pengobatan kanker serviks dapat dilakukan baik secara medis maupun tradisional. Terapi yang sudah pernah dilakukan adalah operatif, kemoterapi, imunoterapi, radioterapi, dan terapi hormon. Namun mahalnya pengobatan medis menyebabkan beberapa pasien memutuskan untuk mencari alternatif pengobatan lain yang jauh lebih murah atau bahkan memutuskan untuk tidak mengobati penyakit yang diderita. Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode penelitian yaitu penelusuran pustaka.

  Pandanus amaryllifolius Roxb ditemukan berbagai senyawa, salah satunya

  adalah senyawa terpenoid dan flavonoid. Terpenoid memiliki kemampuan untuk mencegah pembelahan sel ganas dan apoptosis. Penggunaan terpenoid membuat sel kanker pada serviks akan dihambat pertumbuhannya serta secara langsung akan membunuh dirinya sendiri. Senyawa flavonoid juga dapat menghambat proliferasi melalui inhibisi proses oksidatif yang dapat menyebabkan inisiasi kanker. Akibatnya proses oksidasi yang menyebabkan sel kanker menjadi ganas dapat terhambat.

  Penemuan ini diharapkan menjadi salah satu rekomendasi pengobatan alternatif yang tanpa memiliki efek samping karena terbuat dari bahan alam dengan harga yang sangat terjangkau karena mudah budidayanya. Penulis menyarankan untuk dilakukannya penelitian berlanjut (eksperimental) terhadap aktivitas senyawa anti kanker yang terdapat dalam daun pandan wangi dan pengembangan produk daun pandan wangi.

  

ABSTRACT

High incidence of cervical cancer in Indonesia makes the World Health

Organization (WHO) puts Indonesia as the country with the highest number of

cervical cancer in the world. Based on the results of a survey conducted by the

institute of cancer care, the number of cervical cancer sufferers reaches one-third

  

organ, the cervix. The main cause of this disease is a viral infection called the

Human Papilloma Virus (HPV).

  The treatment of cervical cancer can be done both medically and

traditionally. Common therapy are operative, chemotherapy, immunotherapy,

radiotherapy, and hormone therapy. But the high cost of medical treatment led to

some patients decided to seek other treatment alternatives wich are much cheaper

or even decide not to treat the illness. This research is a literature study.

  Pandanus amaryllifolius Roxb contains a variety of compounds, two of

which are terpenoids and flavonoids. Terpenoids have the ability to prevent

malignant cell division and apoptosis. The use of terpenoids make cancer cells in

the cervix be inhibited its growth as well as directly kill themself. Flavonoid

compounds can also inhibit proliferation through inhibition of oxidative processes

that can lead to cancer initiation. As a result of oxidation processes, malignant

cancer cells can be inhibited.

  This finding is expected to be one of the alternative treatment

recommendations without side effects because it is made from natural materials

with a very affordable price because of easy cultivation. The author suggest to do

further research (experimental) on the activity of anti-cancer compounds

contained in the fragrant pandan leaves and fragrant pandan leaves product

development.

  Key words : fragrant pandan, flavonoids terpenoids, cervical cancer Contributor : 1. Eka Diah Kartiningrum, S.KM., M.Kes

  2. Sunyoto S. Kep., Ns

  Date : 29 Juni 2015 Type Material : Makalah URL : Right : Open Document Summary : Latar Belakang

  Tingginya kasus kanker serviks di Indonesia membuat World Health

  

Organization (WHO) menempatkan Indonesia sebagai Negara dengan jumlah

  penderita kanker serviks terbanyak di dunia. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh lembaga peduli kanker, jumlah penderita kanker serviks mencapai sepertiga dari seluruh penyakit kanker yang berkembang di Indonesia. Hampir 70% kasus penyakit kanker serviks ditemukan sudah pada stadium lanjut yang sudah mustahil diobati (Eko, 2014). Data yang dikeluarkan oleh Yayasan Kanker Indonesia pada tahun 2013 menyebutkan bahwa kanker serviks menempati urutan teratas penyebab kematian perempuan di Indonesia. Data ini mengacu pada data yang dikeluarkan WHO dimana setiap tahun lebih dari 15.000 kasus kanker serviks, dan 8000 kasus diantaranya berakhir dengan kematian. Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), jumlah pasien rawat jalan maupun rawat inap dengan kanker payudara terbanyak yaitu 12.014 orang (28,7%) dan kanker serviks 5.349 orang (12,8%). Baru disusul leukemia sebanyak 4.342 orang (10,4%, lymphoma 3.486 orang (8,3%) dan kanker paru 3.244 orang (7,8%). serviks ternyata sudah pada stadium akhir sehingga belum sempat dirawat inap banyak yang sudah meninggal (Suara Pembaruan, 2015).

  Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2014 menyebut jumlah penderita kanker akan terus meningkat hingga mencapai 24 juta orang pada 2035 (Julianto, 2013). Selama kurun ini jumlah pasien yang meninggal akibat kanker juga naik dari 7,6 juta menjadi 8,2 juta. Sementara berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi kanker di Indonesia sendiri sudah mencapai 1,4 per 1000 penduduk, dan merupakan penyebab kematian nomor tujuh.

  Menurut Indrapraja (2008), fenomena kejadian kanker serviks ibarat fenomena gunung es, jumlah kasus yang timbul ke permukaan lebih sedikit dari kasus yang sesungguhnya karena banyak kasus kanker serviks yang tidak terdeteksi oleh petugas kesehatan. Gejala awal penyakit ini tidak mudah diamati, karena memang hampir tidak ada gejala yang terlihat. Sehingga penderita pada stadium awal tidak akan menyadari dirinya sudah terjangkit penyakit ini. Hal ini dikarenakan perjalanan infeksi HPV (Human Papiloma Virus) sampai menjadi kanker membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 7-10 tahun, namun kanker serviks ini tidak menunjukkan gejala kesakitan sama sekali pada stadium dini. Hal inilah mengakibatkan banyak wanita merasa tidak perlu memeriksakan diri sejak dini. Pada wanita yang tidak pernah melakukan deteksi dini kanker cenderung ditemukan pada stadium lanjut, dimana kanker sudah sulit disembuhkan. Hal ini dikarenakan sel kanker telah menyebar melalui pembuluh darah, pembuluh limfe, dan dapat melalui organ vital langsung seperti organ kemih, rektum, endometrium ataupun organ pencernaan ( Mardiana, 2004) . Usaha pengobatan kanker telah banyak dilakukan tetapi sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mengatasi penyakit tersebut. Pengobatan kanker dapat dilakukan dengan cara medis dan tradisional. Pengobatan medis dilakukan dengan cara operasi, pemberian obat-obatan hasil sintesis, dan kemoterapi, tetapi pengobatan ini dapat menimbulkan efek samping karena obat-obatan itu sendiri bersifat racun terhadap tubuh. Pada stadium awal terapi operatif lebih dipilih, namun pada stadium

  

invasive sampai saat ini baik dilakukan radioterapi maupun kemoterapi belum

  dapat memperbaiki prognosisnya (Norton, 2000). Mahalnya pengobatan kemoterapi juga menyebabkan masih tingginya angka kematian akibat kanker serviks di Indonesia (Rasjidi, 2007).

  Oleh karena itu, diperlukan obat alternatif dari bahan alam yang dapat menghambat atau menyembuhkan penyakit kanker secara selektif, efektif, dan tidak menimbulkan efek samping (Subahar 2004 dalam Sukmarianti 2012). Daun Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) merupakan tumbuhan perdu tahunan yang tumbuh subur di dataran rendah maupun dataran tinggi seperti halnya Propinsi Jawa Timur. Tumbuhan ini mudah dijumpai di pekarangan atau tumbuh liar di tepi selokan yang teduh. Daun pandan wangi sering digunakan sebagai bahan penyedap, pewangi, dan pemberi warna hijau pada masakan. Selain itu juga berkhasiat untuk menghitamkan rambut, menghilangkan ketombe, rambut rontok, lemah saraf, tidak nafsu makan, rematik, sakit disertai gelisah, serta pegal linu (Dalimartha, 2002). Selama ini belum pernah dikaji tentang pemanfaatan daun pandan sebagai anti kanker. Senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun pandan menurut hasil penelitian Husna (2007), ialah terpenoid, steroid, alkaloid,

  

flavonoid , dan s a p o n i n . Antioksidan seperti terpenoid berperan penting bagi tubuh manusia dalam menetralisir radikal bebas yang mengakibatkan penyakit degeneratif termasuk kanker (Halliwell & Gutteridge 1999).

  Metode Penelitian

  Jenis penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Melakukan studi literature ini dilakukan oleh peneliti antara setelah mereka menentukan topic penelitian dan ditetapkannya rumusan permasalahan, sebelum mereka terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan (Darmadi, 2011). Data yang digunakan berasal dari text book, journal, artikel ilmiah, literature review yang berisikan tentang konsep yang diteliti. Memulai dengan materi hasil penelitian yang secara sekuensi diperhatikan dari yang paling relevan, dan cukup relevan. Cara lain dapat juga, misalnya dengan melihat tahun penelitian diawali dari yang paling mutakhir, dan berangsung–angsur mundur ke tahun yang lebih lama.

  Hasil Dan Pembahasan

  Daun pandan wangi mengandung aktivitas antioksidan sebesar 66,82% (Prameswari 2014). Disinilah peran daun pandan wangi sebagai pencegah kanker juga menghambat terbentuknya sel kanker yang semakin banyak. Antioksidan adalah zat yang dibutuhkan tubuh untuk menangkap dan meredam radikal bebas (free radical avenger). Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya aksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stress oksidatif. Antioksidan yang terkandung dalam daun pandan akan bereaksi dengan radikal bebas dan mengubahnya menjadi senyawa yang tidak reaktif dan relatif stabil sehingga tidak menyebabkan kerusakan membran dan permeabilitas sel. Sehingga sel kanker tidak dapat terbentuk oleh tubuh (Winarsi, 2007).

  Senyawa terpenoid yang terdapat dalam daun pandan wangi diperoleh dari uji dengan ekstrak etil asetat meliputi neofitadiena, 3,7,11,15-tetrametil 2-

  

heksadekena, fitol, skualena , dan gamma–cis-seskuisiklogeraniol. Senyawa

terpenoid dikenal pula sebagai salah satu golongan senyawa kimia dalam tanaman

  yang memiliki aktivitas antikanker dan antioksidan (Lisdawati, 2002).

  Salah satu jenis terpenoid yaitu monoterpen dalam penelitian Setiadi (2000) yang berkhasiat sebagai antineoplastik (antikanker) dan telah terbukti dapat menonaktifkan pertumbuhan sel kanker payudara dan seskuiterpen sebagai komponen utamanya. Triterpenoid adalah senyawa yang mendominasi senyawa

  

terpenoid dengan jumlah rantai 3 kali rantai terpenoid (Agustina Laura, 2013).

  Termasuk asam ursolat yang juga golongan triterpenoid dapat mencegah pertumbuhan sel abnormal (kanker) sekaligus menyuruh sel abnormal yang sudah ada untuk bunuh diri (apoptosis). Sehingga daun pandan wangi dianjurkan sebagai antikanker alami dengan proses kerja yang tidak menimbulkan efek samping (Admin, 2012).

  Selain senyawa terpenoid terdapat juga senyawa flavonoid dalam daun pandan. Salah satu senyawa flavonoid terdapat dalam daun G. procumbens. Meiyanto et al. (2007) melaporkan bahwa ekstrak etanolik daun G. procumbens mampu menghambat pertumbuhan tumor payudara tikus yang diinduksi karsinogen DMBA (7,12-dimetil benz(a)ntrazena). Pemberian ekstrak sebelum

  

transferase ). Dengan demikian, detoksifikasi metabolit DMBA (epoksida) akan

  meningkat dan dapat diekskresikan dalam bentuk merkapturat (bentuk yang lebih polar) ke dalam urin atau feses. Penurunan metabolit reaktif DMBA menyebabkan penurunan insidensi ikatan dengan DNA (DNA adduct) sehingga proses karsinogenesis dapat dihambat. Jika proses karsinogenesis terhambat maka perkembangan sel kanker dapat terhambat, bahkan sel kanker yang sudah ada dapat berkurang karena senyawa flavonoid yang terdapat dalam daun pandan wangi (Ren et al., 2003).

  Penelitian lebih lanjut melaporkan bahwa flavonoid yang diisolasi dari fraksi etil asetat ekstrak etanolik memiliki efek sitotoksik terhadap sel T47D dan diamati adanya peningkatan ekspresi p53 dan Bax. Senyawa flavonoid juga dapat menghambat proliferasi melalui inhibisi proses oksidatif yang dapat menyebabkan inisiasi kanker. Mekanisme ini diperantarai penurunan enzim xanthin oksidase,

  

siklooksigenase (COX) dan lipooksigenase (LOX) yang diperlukan dalam proses

  prooksidasi sehingga menunda siklus sel (Ren et al., 2003). Aktivitas antikanker juga ditunjukkan flavonoid melalui induksi apoptosis. Flavonoid menghambat ekspresi enzim topoisomerase I dan topoisomerase II yang berperan dalam katalisis pemutaran dan relaksasi DNA. Inhibitor enzim topoisomerase akan menstabilkan kompleks topoisomerase dan menyebabkan DNA terpotong dan mengalami kerusakan. Kerusakan DNA dapat menyebabkan terekspresinya protein proapoptosis seperti Bax dan Bak dan menurunkan ekspresi protein anti apoptosis yaitu Bcl-2 dan Bcl-XL. Dengan demikian pertumbuhan sel kanker terhambat (Ren et al., 2003).

  Senyawa golongan flavonoid pada daun pandan wangi mampu menghambat proses karsinogenesis baik secara in vitro maupun in vivo. Penghambatan terjadi pada tahap inisiasi, promosi maupun progresi melalui mekanisme molekuler antara lain inaktivasi senyawa karsinogen, antiproliferatif, penghambatan angiogenesis dan daur sel, induksi apoptosis, dan aktivitas antioksidan (Ren et al., 2003). Sebagian besar senyawa karsinogen seperti hidrokarbon aromatik polisiklik (HAP) memerlukan aktivasi oleh enzim sitokrom P450 membentuk intermediet yang reaktif sebelum berikatan dengan DNA. Ikatan kovalen antara DNA dengan senyawa karsinogen aktif menyebabkan kerusakan DNA. Flavonoid dalam proses ini berperan sebagai agen pencegah tumorigenesis. Pengeblokan aksi karsinogen dapat melalui beberapa mekanisme antara lain melalui inhibisi aktivitas isoenzim sitokrom P450 yaitu CYP1A1 dan CYP1A2 sehingga senyawa karsinogen tidak reaktif. Mekanisme pencegahan yang lain dapat terjadi melalui induksi enzim pemetabolisme fase II yang berperan penting dalam detoksifikasi senyawa karsinogen. Flavonoid juga meningkatkan ekspresi enzim gluthation S-

  (GST) yang dapat mendetoksifikasi karsinogen reaktif menjadi tidak

  transferase

  reaktif dan lebih polar sehingga cepat dieliminasi dari tubuh. Selain itu, flavonoid juga dapat mengikat senyawa karsinogen sehingga dapat mencegah ikatan dengan DNA, (RNA), atau protein target (Ren et al., 2003). Karsinogen aktif seperti radikal oksigen, peroksida dan superoksida, dapat distabilkan oleh flavonoid melalui reaksi hidrogenasi maupun pembentukan kompleks (Ren et al., 2003).

  Aktivitas antioksidan dalam daun pandan wangi dapat menurunkan resiko terjadinya sel kanker serviks. Radikal bebas yang masuk dan terbentuk dalam tubuh dapat berubah menjadi kurang reaktif dan relatif stabil. Sedangkan dengan sel kanker bahkan dapat membunuh sel kanker itu sendiri melalui mekanisme apoptosis. Mekanisme apoptosis adalah kemampuan tubuh untuk mematikan sel tubuh secara alami bagian sel yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh lagi. Sebenarnya dalam tubuh sudah ada mekanisme apoptosis ini secara alami. Tapi jumlahnya hanya sebagian kecil saja. Karena saat tubuh menghasilkan banyak sel kanker, maka mekanisme apoptosis ini hanya pada beberapa sel saja. Mekanisme ini tidak sebanding dengan jumlah sel yang seharusnya mengalami mekanisme apoptosis juga. Dengan senyawa terpenoid yang terdapat dalam daun pandan wangi diharapkan mampu meningkatkan mekanisme apoptosis dalm tubuh penderita. Selain itu, senyawa flavonoid yang terdapat dalam daun pandan wangi dapat menghambat pertumbuhan sel kanker melalui pengaktifan enzim GST (gluthation S-transferase). GST (gluthation S-transferase) mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. Sehingga daun pandan wangi memiliki banyak mekanisme sebagai alternatif kanker serviks yaitu mulai mencegah, menghambat pertumbuhan sel kanker dan membunuh sel kanker melalui mekanisme apoptosis tadi.

  Pengeluaran senyawa terpenoid dan flavonoid sebagai antikanker yaitu dengan diekstrak dan direaksikan dengan asam asetat (Lisdawati, 2012). Untuk memperoleh ekstrak daun pandan wangi, daun pandan wangi yang telah dikeringkan dan dihaluskan, dimaserasi dengan etil asetat (3 x 24 jam), setelah dilakukan penyaringan kemudian ekstrak dipekatkan pada suhu 40–65 °C hingga diperoleh padatan gum berwarna hijau (etil asetat 1,71 g).

  Uji kandungan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Efek toksik masing-masing ekstrak diidentifikasi dengan presentase kematian larva udang menggunakan analisis probit (LC

  50 ). Ekstrak aktif kemudian diuji

  kandungan fitokimianya dan senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan GC-MS 6890 N-5973 Agilent dengan kolom ( HP-5, 0.25 mm * 30 m * 0.25 µm). Berdasarkan analisa GC-MS, salah satu senyawa

  

terpenoid yang diduga bersifat toksik terhadap udang A. salina Leach. yang

  memiliki waktu retensi 22,61, kualitas 98 % dan luas puncak 6,40 % adalah

  

skualena . Senyawa ini bermasa molekul relatif (m/z) 409 (M+1 = 410) dengan

rumus molekul C H (Sukandar, 2007).

  30

  direaksikan dengan etil asetat mampu menghambat sel kanker dengan aktivitas 288,4 ppm. Dengan aktivitas ini maka sel kanker yang terdapat dalam tubuh penderita kanker serviks akan terhambat bahkan mengalami apoptosis.

  Simpulan

  Ekstrak daun pandan wangi dengan etil asetat dapat menghambat pertumbuhan sel kanker.

  Rekomendasi

  1. Penelitian berlanjut (eksperimental) dilakukan terhadap aktivitas senyawa anti kanker yang terdapat dalam daun pandan wangi dan pengembangan produk daun pandan wangi.

  2. Teknik implementasi dilaksanakan dengan adanya riset berkelanjutan mengenai daun pandan wangi sehingga bisa dijadikan sebagai alternatif

  3. Pihak institusi perguruan tinggi, pemerintah, serta pihak-pihak lain yang terkait seperti perawat atau terapis lain memberikan dukungan dalam membantu menerapkan daun pandan wagi sebagai antikanker serviks.

  4. Daun pandan wangi ini bisa membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan dalam penyembuhan penyakit kanker serviks.

  Alamat Correspondensi

  Alamat Rumah : Dsn. Bendungan Ds. Trompo Asri RT/RW 02/01 Kec. Jabon-Sidoarjo

  Email : ervindwipramita@gmail.com No.HP : 085731365364

Dokumen yang terkait

View of KUALITAS HIDUP KLIEN KANKER SERVIKS YANG MELAKUKAN KEMOTERAPI DI RUANG BOUGENVIL RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

0 1 6

View of Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Percepatan Lama Kala II Persalinan di Puskesmas Kota Yogyakarta Tahun 2010

0 0 8

EFEKTIFITAS TANAMAN LAVENDER TERHADAP POPULASI NYAMUK DI DESA MERI RT 02 RW 01 KECAMATAN MAGERSARI KOTA MOJOKERTO

1 2 7

PERKEMBANGAN ANAK USIA 27 BULAN DI DESA GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO SIFANI MEGA LARASATI 11001041 SUBJECT : Perkembangan, Anak, 72 bulan DESCRIPTION :

0 1 7

BLACK GARLIC PENCEGAH KANKER SERVIKS SHINTA SULISTYAN NINGRUM

0 0 5

PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA SISWA DI SMAN 1 SOOKO MOJOKERTO ROSI HERDIANTO 1212020023 SUBJECT: Perilaku, Gastritis, Siswa DESCRIPTION: Penyakit grastitismaag memang sudah mulai dialami oleh orang Indonesia dari

0 0 5

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK CUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI PAUD DARUNNAJAH TAMANSARI WULUHAN JEMBER

0 0 6

TELENURSING SEBAGAI EDUKASI KEGAWATDARURATAN KEHAMILAN

0 1 5

PERSEPSI SISWA SMA DALAM PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT ASMA DI SMAN 2 KOTA MOJOKERTO MEGA AGUSTIA WARDANI NIM. 1212020016 Subject: Persepsi, Siswa, Penyakit Asma Description : Asma merupakan penyakit respiratorik kronik yang paling sering ditemukan di

0 0 5

EFEKTIFITAS BUNGA SEPATU MERAH ( Red Hibiscus rosa-sinesis L.) SEBAGAI ALTERNATIF ANTI KOLESTEROL PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER FITRI NORMEI ANDRIANI NIM. 1212010013 SUBJECT bunga sepatu merah, flavonoid, kolesterol

1 1 6