PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA SISWA DI SMAN 1 SOOKO MOJOKERTO ROSI HERDIANTO 1212020023 SUBJECT: Perilaku, Gastritis, Siswa DESCRIPTION: Penyakit grastitismaag memang sudah mulai dialami oleh orang Indonesia dari

  

PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA SISWA

DI SMAN 1 SOOKO MOJOKERTO

ROSI HERDIANTO

  1212020023

  

SUBJECT:

  Perilaku, Gastritis, Siswa

DESCRIPTION:

  Penyakit grastitis/maag memang sudah mulai dialami oleh orang Indonesia dari remaja sampai lanjut usia, salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya perilaku untuk mencegah terjadinya gastritis. Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang terhadap objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pencegahan penyakit gastritis pada siswa.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancang bangun survey. Variabel penelitian adalah perilaku pencegahan penyakit gastritis pada siswa. Populasi adalah 443 siswa dengan sampel sebanyak 34 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling. Pengambilan data dilakukan di SMAN 1 Sooko Mojokerto pada tanggal 6 Mei-6 Juni 2015. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku negatif dalam pencegahan penyakit gastritis sebanyak 18 responden (52,9%). Perilaku negatif yang dilakukan adalah makan tidak teratur (52,9%), tidak menghindari makanan penyebab maag (50%), merokok (15%), minum kopi (76,5%), menggunakan obat-obatan secara berlebihan (26,5%) dan stres (47,1%).

  Perilaku negatif disebabkan karena siswa tidak mempunyai riwayat penyakit gastritis, sehingga responden kurang termotivasi untuk melakukan pencegahan penyakit gastritis.

  Perilaku pencegahan penyakit gastritis pada siswa di SMAN 1 Sooko Mojokerto adalah negatif. Tenaga kesehatan atau perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan anak dan meningkatkan penyuluhan kepada anak-anak tentang pentingnya melakukan pencegahan terhadap penyakit gastritis.

ABSTRACT:

  Grastitis or ulcer has already been suffered by Indonesia from teenagers to the elderly. One contributing factor was the lack of behavior to prevent gastritis. Health behavior is a person's response to objects associated with illness and disease, health care systems, food and beverage, as well as the environment. The purpose of this study was to determine the behavior of gastritis disease prevention in students.

  This research is a descriptive study with survey design. Research variable was gastritis disease prevention behaviors in students. The population was 443 students with a sample of 34 respondents. The sampling technique used was cluster random sampling. Data retrieval was done in SMAN 1 Sooko Mojokerto on 6 May to 6 June 2015. The data was collected by using a questionnaire. Data was analyzed by using frequency distribution.

  The results showed that the majority of respondents have negative attitude in the prevention of gastritis disease as much as 18 respondents (52.9%). Negative behaviors are eating irregularly (52.9%), not avoiding foods cause ulcers (50%), smoking (15%), coffee (76.5%), using drugs to excess (26.5 %) and stress (47.1%).

  Negative behavior are due to students do not have a history of gastritis, so respondents are less motivated to carry out gastritis prevention. Gastritis prevention behaviors in students of SMAN 1 Sooko Mojokerto is negative. The health worker or nurse can provide child health services and improve outreach to the children about the importance of prevention of gastritis.

  Keywords: Behavior, Gastritis, Students Contributor : 1. Vonny Nurmalya M, S.Kep.Ns., M.Kep

  2. dr. Rahmi Syarifatun Abidah : 7 Juli 2015

  Date Type Material : Laporan Penelitian

Identifier

  • - :

  : Open Document

Right

  :

Summary Latar Belakang

  Saat ini dengan semakin modernnya zaman, semakin banyak penyakit yang timbul akibat gaya hidup manusia. Penyakit gastritis yang terjadi karena inflamasi pada lapisan lambung yang mengakibatkan terjadinya nyeri pada bagian perut (Cahyono, 2008). Lambung sebagai organ cerna berfungsi untuk menyimpan makanan dan mencernakan kembali makanan menjadi partikel yang lebih kecil untuk diteruskan ke duodenum (Misnadiarly, 2009). Penyakit gastritis atau sering juga disebut penyakit tukak lambung merupakan tukak (borok, pekung) di dalam lambung, termasuk penyakit pencernaan. Penyakit grastitis lebih populer disebut sebagai penyakit maag. Penyakit grastitis memang sudah mulai dialami oleh orang Indonesia sejak dari remaja sampai lanjut usia (Saydam, 2011). Ada berbagai faktor yang dapat memengaruhi terjadinya gastritis salah satunya yaitu perilaku untuk mencegah terjadinya gastritis. Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang terhadap objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2012).

  Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO) terhadap beberapa negara di dunia, mendapati bahwa jumlah penderita gastritis di Negara Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35% dan Perancis 29,5% (WHO, 2010). Penderita gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Depkes, 2009).

  Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMAN 1 Sooko Mojokerto terdapat program unggulan UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, kegiatan donor darah dan pemeliharaan lingkungan, dari data UKS sepanjang tahun 2015 terdapat 47 kasus maag (gastritis) yang terjadi pada siswa. Hasil data awal wawancara singkat terhadap 10 orang siswa di SMAN 1 Sooko Mojokerto, 7 diantaranya mengatakan sering mengalami maag karena sering mengkonsumsi makanan pedas, asam dan sering makan tidak tepat waktu, ada yang minum minuman bersoda dan sering minum kopi sehingga menyebabkan rasa mual, kembung dan nyeri diulu hati, sedangkan 3 siswa tidak mengalami maag karena selalu menjaga pola makan dan selalu makan tepat waktu.

  Perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pendukung (enabling factor), dan faktor pendorong (reinforcing factor) (Notoatmodjo, 2007). Gastritis dapat dicegah dengan beberapa hal, antara lain makan teratur, menghindari makanan penyebab maag, hindari rokok, kurangi minum kopi, tidak menggunakan obat-obatan secara berlebihan dan hindari stres. Kebiasaan makan adalah ekspresi setiap individu dalam memilih makanan yang akan membentuk pola perilaku makan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lain. Kebiasaan makan yang tidak teratur dan mengabaikan makan pada jam atau waktu yang ditetapkan. Pada dasarnya untuk mencegah terjadinya gastritis dapat melakukan jadwal makan dalam sehari seperti : makan pagi pukul 07.00-08.00, makanan selingan pukul 10.00, makan siang pukul 13.00-14.00, makanan selingan sore pukul 17.00 dan makan malam pukul 19.00 (Kurnia, 2009). Dampak dari penyakit gastritis dapat mengganggu Keadaan gizi atau status gizi. Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, baik atau normal maupun gizi lebih.

  Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan penyakit berupa penyakit defisiensi. Bila kekurangan dalam batas marginal menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunnya kemampuan fungsional. Misalnya kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan badan cepat lelah, sedangkan pada remaja kekurangan zat besi dapat menurunkan prestasi kerja dan prestasi belajar, selain turunnya ketahanan tubuh terhadap infeksi sehingga mudah untuk terserang penyakit (Pratiwi, 2013).

  Gastritis biasanya diawali dengan pola makan yang tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Diharapkan remaja dapat melakukan pencegahan kekambuhan penyakit gastritis dengan menjaga pola makan dan menu seimbang perlu dimulai dan dikenal dengan baik sehingga akan terbentuk kebiasaan makan makanan seimbang dikemudian hari. Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis memerlukan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, 2009).

  Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang perilaku pencegahan penyakit gastritis pada siswa di SMAN 1 Sooko Mojokerto.

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan survei

  Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perilaku pencegahan penyakit gastritis pada siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMAN

  1 Sooko Mojokerto sebanyak 443 siswa dengan sampel sebanyak 82 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling. Penelitian dilakukan di

  SMAN 1 Sooko Mojokerto pada tanggal 14 Mei 2015. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku negatif dalam pencegahan penyakit gastritis sebanyak 18 responden (52,9%). Perilaku negatif yang dilakukan adalah makan tidak teratur (52,9%), tidak menghindari makanan penyebab maag (50%), merokok (15%), minum kopi (76,5%), menggunakan obat-obatan secara berlebihan (26,5%) dan stres (47,1%).

  Faktor resiko yang sering menyebabkan gastritis diantaranya adalah pola makan, rokok, kopi, Helicobacter pylori, AINS (Anti Inflamasi Non Steroid), alkohol, terlambat makan, makanan pedas, usia, stress psikis dan stress fisik (Brunner & Suddarth, 2002 dalam Pratiwi, 2013). Sedangkan pencegahan penyakit gastritis dapat dicegah dengan berbagai cara, antara lain: m akan teratur, menghindari makanan penyebab maag, hindari rokok, kurangi minum kopi, tidak menggunakan obat-obatan secara berlebihan dan Hindari Stres (Puspadewi, 2012).

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mempunyai perilaku negatif tentang pencegahan gastritis, hal ini dikarenakan siswa tidak mempunyai riwayat penyakit gastritis, sehingga responden kurang termotivasi untuk melakukan pencegahan penyakit gastritis. Sebagian besar responden tidak pernah mendapat informasi tentang anemia dan cara pencegahan gastritis. Hasil penelitian juga didapatkan sebagian kecil responden sudah melakukan upaya pencegahan gastritis dengan positif, hal ini disebabkan responden telah memahami bagaimana cara melakukan pencegahan gastritis dan responden yang mempunyai riwayat penyakit gastritis akan semakin termotivasi untuk melakukan pencegahan gastritis.

  Berdasarkan parameter makan teratur sebagian besar siswa memiliki perilaku negatif tentang pencegahan gastritis yaitu sebanyak 18 responden (52,9%), hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit ini. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri (Pratiwi, 2013).

  Berdasarkan parameter menghindari makanan penyebab maag hampir setengah siswa memiliki perilaku negatif tentang pencegahan gastritis yaitu sebanyak 17 responden (50%), hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa mengkonsumsi makanan atau minuman pedas dan asam. Hindari makanan berlemak, karena lemak memang sulit dicerna oleh lambung (Supriatna, 2009).

  Berdasarkan parameter menghindari rokok hampir setengah siswa memiliki perilaku negatif tentang pencegahan gastritis yaitu sebanyak 5 responden (15%), hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa asam lambung bisa meningkat akibat rokok dan juga dapat menjadi penghambat kesembuhan luka yang ada dalam lambung (Bayu, 2015). Merokok dapat menurunkan kemampuan penciuman dan pengecapan makanan serta mengganggu absorbsi vitamin C dan asam folat (Miller, 2004 dalam Prio, 2009).

  Berdasarkan parameter kurangi minum kopi sebagian besar siswa memiliki perilaku negatif tentang pencegahan gastritis yaitu sebanyak 26 responden (76,5%), hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa kafein dapat menstimulasi produksi pepsin yang bersifat asam sehingga dapat menyebabkan iritasi dan erosi mukosa lambung (Smeltzer & Bare, 1996 dalam Prio, 2009).

  Berdasarkan parameter tidak menggunakan obat-obatan secara berlebihan hampir setengah siswa memiliki perilaku negatif tentang pencegahan gastritis yaitu sebanyak 9 responden (26,5%), hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa Obat-obatan dapat menjadi faktor risiko terjadinya kerusakan pada saluran pencernaan dan mempengaruhi pemenuhan nutrisi akibat efeknya terhadap proses pencernaan makanan, pola makan dan penyerapan makanan sehingga menyebabkan gastriti (Miller, 2004 dalam Prio, 2009). Obat-obatan yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit gastritis antara lain ádalah pemakaian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) antara lain seperti Aspirin, Ibuprofen, Naproxen dan Piroxicam dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung (Jackson, 2006).

  Berdasarkan parameter hindari stres hampir setengah siswa memiliki perilaku negatif tentang pencegahan gastritis yaitu sebanyak 16 responden (47,1%), hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa stres fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis, ulkus serta pendarahan pada lambung. Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah termasuk pada saluran pencernaan sehingga menyebabkan gangguan pada produksi mukus dan fungsi sel epitel lambung (Wibowo, 2007).

Simpulan

  Perilaku pencegahan penyakit gastritis pada siswa di SMAN 1 Sooko Mojokerto adalah negatif yaitu sebanyak 18 responden (52,9%).

Rekomendasi

  1. Bagi Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan atau perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan anak dan meningkatkan penyuluhan kepada anak-anak tentang pentingnya melakukan pencegahan terhadap penyakit gastritis.

  2. Bagi Siswa Siswa diharapkan dapat melakukan pencegahan terhadap penyakit gastritis terutama pada siswa khususnya siswa mempunyai riwayat penyakit asma, serta dapat melakukan konseling pada petugas UKS tentang kesehatan khususnya tentang pencegahan gastritis.

  3. Bagi Peneliti selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tentang pencegahan penyakit gastritis dan tidak hanya pada usia 10-21 tahun saja.

Alamat Correspondensi :

  Alamat rumah : Sumberwringin Bondowoso - Email - : rosiherdianto92@gmail.com

  • No. HP : 081357634883