UTS Metodologi Penelitian Kualitatif P

UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH PENELITIAN KUALITATIF PEP 8202
PRODI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN

Nama

: Eli Meivawati

NIM

: 16701251017

Hari, Tanggal

: Rabu, 2 November 2016

SOAL
Bagian A
1. Jelaskan konsep dan prinsip-prinsip penelitian kualitatif berdasarkan referensi
buku Robert K. Yin (Qualitative Research from Start to Finish), Sarah J.
Tracy (Qualitative Research Methods), Creswell (Educational Research,

Qualitative Research Design), dan artikel lain yang diunduh di internet !
2. Komparasikan perbedaan paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif
berdasarkan referensi dari buku maupun artikel (On research methods and
their philosophical assumption dan Fundamental of qualitative research) dari
Creswell, Robert K. Yin, Sarah J. Tracy dan lain sebagainya. Komparasikan
dari beberapa aspek secara lengkap agar arti penelitian kualitatif semakin
jelas!
Bagian B
1. Berdasarkan paradigma dan karakteristik penelitian kualitatif maupun
kuantitatif, apa perbedaan identifikasi dan rumusan masalah penelitian
diantara keduanya ?

1

2. Dimana letak ciri atau karakteristik masalah penelitan kualitatif yang anda
identifikasi? Bagaimana rumusannya? (identifying and formulating research
problem)
Bagian C
1. Berdasarkan pada referensi buku-buku Creswell terdapat sejumlah desain
penelitian kualitatif, desain kualitatif mana yang dapat dan tepat untuk

dipergunakan dalam penelitian pendidikan? Berikan alasan rasional dan
argumentasinya !
2. Berdasarkan klasifikasi tersebut, desain mana yang anda pilih? Jelaskan
mengapa anda memilihnya! Uraikan dan deskripsikan bagaimana perencanaan
dari desain yang anda pilih!
Bagian D
1. Berdasarkan pada desain yang anda pilih, susunlah langkah-langkah penelitian
yang anda rencanakan ! (referensi bisa dari Creswell, Robert K. Yin, Sarah,
Bogdan & Bliken atau lainnya)
2. Kemukanlah fungsi dan kedudukan teori dalam penelitian kualitatif ! (bacalah
beberapa artikel, buku metode peneltian kualitatif, atau buku yang juga
membahas penelitian kuantitatif)

2

JAWABAN

Konsep Penelitian Kualitatif

Berbicara mengenai konsep maka akan erat kaitannya dengan bahasan

mengenai rancangan yang berisi ide-ide dasar. Konsep dalam sebuah penelitian
memiliki peranan yang cukup penting dalam memberikan gambaran mengenai
penelitian itu sendiri. Tanpa adanya konsep, seseorang tidak akan tahu apa yang
menjadi ciri khas, ide, atau gagasan dari sebuah penelitian. Peran konsep dalam
penelitian layaknya jembatan antara dunia teori dengan dunia observasi atau antara
hal yang abstrak dengan hal yang konkret. Konsep sangat erat kaitannya dengan
definisi atau pengertian yang dipakai untuk menggambarkan secara abstrak suatu
objek masalah. Sebelum membahas mengenai konsep penelitian kualitatif maka kita
harus memahami definisi dari penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2013: 6)
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi , tindakan, dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah. Pendapat dari Moleong ini sudah
memberikan sedikit pencerahan mengenai konsep penelitian kualitatif itu sendiri yang
pada dasarnya menekankan pada pembahasan yang gamblang namun tanpa
menghiraukan kadar keilmiahannya. Pendapat lain mengenai makna dijelaskan oleh
Creswell (2010) yang menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan
serangkaian cara atau metode untuk menggali lebih dalam dan memahami makna dari
sejumlah individu atau sekelompok orang mengenai persepsinya mengenai masalah

sosial atau kemanusiaan. Creswell lebih megarahkan penelitian kualitatif pada objek
3

kajiannya yaitu yang erat kaitannya dengan masalah sosial kemanusiaan. Lebih luas
lagi Denzin dan Lincoln (2009) menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan
bidang penyelidikan yang berdiri sendiri. Penelitian ini menyinggung aneka disiplin
ilmu, bidang, dan tema. Pada pelaksanaannya menggunakan metode dalam fokus
yang melibatkan interpretif, pendekatan naturalistik untuk materi pokoknya.
Merunut kepada beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian kualitatif merupakan serangkaian kegiatan pengumpulan, pengolahan,
analisis, dan penyajian data yang dilakukan untuk mendeskripsikan fenomena atau
gejala yang terjadi dalam kehidupan secara holistik sehingga lebih menekankan
kepada proses dan makna. Pengertian tentang penelitian kualitatif setidaknya
memberikan gambaran seperti apa konsep penelitian kualitatif itu sendiri. Tracy
(2013, hlm. 2) dalam bukunya menyebutkan terdapat tiga konsep penelitian kualitatif
yaitu self-reflexivity, context, and thick description. Adapun penjelasannya adalah
sebagai berikut.
Self-reflexivity atau dalam bahasa Indonesia berarti refleksi diri jika dipahami
maksudnya maka akan menimbulkan dua persepsi posisi peneliti dalam penelitian
kualitatif. Disatu sisi peneliti harus mampu menafsirkan berbagai gejala yang ada

dengan pemikirannya, namun disisi lain peneliti harus memperhatikan validitas data
yang diperolehnya. Data yang valid tentunya diperoleh dari peneliti yang mampu
menyingkirkan segala macam pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peneliti
ketika berada di lapangan. Self-reflexivity juga berkaitan dengan seseorang yang
mengungkapkan dirinya pada orang lain atau diri sendiri sebagai bentuk dari
refleksivitas, dalam hal ini peneliti harus memiliki rasa empati yang cukup baik untuk
memahami informan atau objek penelitian. Kemampuan interpersonal seorang
peneliti harus diasah agar data yang dihasilkan semakin tajam dan jelas. Penelitian
kualitatif sangat melibatkan peneliti dalam berbagai kegiatan di lapangan. Sehingga
terdapat nilai lebih dari seseorang yang melakukan penelitian kualitatif yaitu
kemampuannya dalam berbaur dan bersosialisasi di masyarakat.

4

Context atau yang berarti konteks memiliki maksud situasi yang ada hubungannya
dengan suatu kejadian. Penelitian kualitatif memiliki fokus pada suatu kejadian atau
bahkan hanya pada satu situasi. Adapun yang menjadikan penelitian kualitatif ini
bersifat kontekstual dapat dilihat dari tujuannya yang mengutamakan kepada
kebermaknaan, sehingga yang menjadi point of view dari penelitian ini adalah isi dan
proses penelitian itu sendiri. Konsep konteks ini berarti peneliti harus memandang

penelitian sebagai sebuah hal yang sangat dekat dengan lingkungan sekitarnya,
lingkungan dalam hal ini berarti masyarakat dan kehidupannya, oleh karena itu
penelitian kualitatif adalah bagian dari kehidupan, lika-liku prosesnya dituangkan
dalam kata-kata yang detail, jelas, dan penuh makna. Sukardi (2006) dalam bukunya
menyinggung sedikit tentang konstekstual dimana peneliti melakukan tindakan yang
paling tepat apabila ia memahami gejala sosial sehingga mampu memperoleh fakta
pendukung yang sumbernya berasal dari persepsi dan ungkapan dari para pelaku itu
sendiri.
Penelitian kualitatif pada pelaksanaannya tidak harus melibatkan jumlah subjek atau
objek penelitian yang besar, tetapi thick description atau deskripsi secara tebal dan
komprehensif dalam penelitian kualitatif adalah sebuah keharusan. Bagaimana tidak,
karena penelitian kualitatif ini identik dengan gambaran yang luas, kaya, hidup, dan
bermakna. Selain dari pada itu, peneliti harus bisa memahami kepribadian, maksud,
persepsi, dan kerangka berpikir seseorang. Interpretasi dan dugaan peneliti dalam
menanggapi informan harus ditempatkan untuk menangkap proses yang terjadi.
Peneliti juga harus memperhatikan kapan ia bisa melakukan probing jika informan
menyampaikan informasi yang kurang jelas. Probing yang dilakukan seperti semacam
teknik bertanya lanjut agar informan menyampaikan informasinya secara luas dan
jelas. Penjelasan yang tebal tentunya berasal dari data yang luas dan penuh makna.
Thick description ini mengantarkan kita pada pembahasan yang jelas dan mudah

dimengerti sehingga tidak diragukan atau dipertanyakan lagi. Kumpulan dari
deskripsi yang gamblang inilah yang mengantarkan kita pada suatu jawaban sehingga
dapat terbangun suatu kesimpulan.

5

Dari penjelasan diatas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa penelitian kualitatif
tidak akan terlepas dari apa yang menjadi ciri dan konsepnya. Konsep diatas
berhubungan satu sama lain yang membangun sebuah penelitian kualitatif.

Prinsip Penelitian Kualitatif

Prinsip secara harfiah diartikan sebagai hal yang fundamental (mendasar)
yang dianggap sebagai kebenaran umum maupun kebenaran individual sebagai
sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak bagi seseorang atau suatu kelompok
tertentu. Yvonna Lincoln and Egon Guba (dalam Denzin & Lincoln, 2009)
menjelaskan prinsip-prinsip dasar dari lima paradigma penelitian ilmu sosial:
positivisme/post-positivisme, teori kritis, konstruktivisme, dan partisipatoris. Pada
penelitian kualitatif yang menjadi prinsipnya adalah pandangan filsafat postpositivisme bisa juga disebut post-modernisme atau naturalistik. Menurut Sukardi
(2006)


pada

prinsipnya

penelitian

kualitatif

ini

berasal

dari

pendekatan

phenomenologis, dimana para ahli yang termasuk pendukung dari pendekatan
tersebut adalah Denzin (2003), Berger dan Lukman (1967), dan Bogdan (1984).
Sukardi (2006, hlm. 6) lebih lanjut menyebutkan terdapat beberapa teori dasar yang

mewarnai penelitian kualitatif diantaranya adalah phenomenologis, undulasi, interaksi
simbolis, budaya, dan antropologi. Kelima teori tersebut tentunya menjadi prinsip
yang dipegang oleh peneliti karena bagaimanapun teori tersebut menjadi pijakan awal
bagi seorang peneliti ketika melakukan penelitian kualitatif. Berikut penjelasan
mengenai teori yang melandasi penelitian kualitatif.
Phenomenologis, berarti melihat fenomena dari apa yang menjadi perilaku, apa yang
dikatakan, dan apa yang diperbuat. Peneliti harus mampu merekam gejala tersebut
dari sumbernya tanpa menambah atau mengurangi hal yang sebenarnya. Setingkat
lebih tinggi dari phenomenologis adalah undulasi. Undulasi menurut Sukardi (2006)
memandang bahwa kebenaran dari suatu objek atau subjek dapat diperoleh melalui
kemampuan peneliti dalam menangkap secara maksimal variasi gejala yang muncul.

6

Gejala-gejala yang muncul ini erat hubunganya dengan kehidupan dan manusia,
sehingga diperjelas dalam teori interaksi simbolis yang memiliki tiga pandangan
yaitu tindakan manusia, proses, dan manusia sebagai aktor. Teori lain yang erat
hubunganya dengan penelitian kualitatif adalah budaya dan antropologi yang
muncul dari fenomena kehidupan manusia.
Denzin dan Lincoln (2009, hlm. 3) menyebutkan pada dasarnya penelitian

kualitatif menempatkan peneliti sebagai seorang bricoleur yang mahir dalam
melaksanakan sejumlah besar pekerjaan, seperti wawancara, observasi, penafsiran
dokumen dan historis, refleksi dan intropeksi diri yang mendalam. Hasil kerja dari
bricoleur adalah berupa brikolase, sebuah ciptaan yang padat, refleksif, mewakili
citra, pemahaman, dan interpretasi peneliti mengenai fenomena yang sedang
dianalisis. Lebih jelasnya Tracy (2013, hlm.34) menyebutkan terdapat beberapa
prinsip dasar dalam penelitian kualitatif yaitu induktif dan emic. Pada
pelaksanaannya

penelitian

kualitatif

berfokus

pada

kasus,

tidak


terlalu

mempersoalkan keluasan daerah penelitian, berusaha memecahkan permasalahan
penelitian dengan dasar gejala yang terjadi di lapangan, dan menggunakan persepektif
emik. Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para
informan dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan
informan.
Merujuk dari beberapa penjelasan dari para ahli mengenai prinsip penelitian kualitatif
maka dapat diperoleh beberapa poin penting mengenai prinsip penelitian kualitatif
diantaranya adalah sebagai berikut.


Penelitian kualitatif dilandasi oleh filsafat post-positivisme.



Penelitian kualitatif diwarnai oleh berbagai teori seperti phenomenologis,
undulasi, interaksi simbolis, budaya, dan antropologi. Begitu banyak teori
yang mewarnainya sehingga penelitian kualitatif menjadi penelitan yang multi
paradigma.



Posisi peneliti pada penelitian kualitatif adalah sebagai seorang bricoleur
dengan karyanya yang disebut brikolase.
7



Penelitian kualitatif bersifat induktif dan emik.



Sifat subjektif dari penelitian kualitatif berjarak antara peneliti dan objek
penelitian.



Penelitian kualitatif memandang fenomena dan manusia secara utuh atau
holistik, sehingga terdapat hubungan yang erat antara teori Gestalt dengan
penelitian kualitatif



Penelitian kualitatif menjadi penelitian yang humanis dengan setting
penelitian yang natural.



Penelitian kualitatif memungkinkan peneliti memperoleh informasi dari orang
pertama mengenai fenomena atau masalah yang terjadi.

Adapun paradigma penelitian kualitatif adalah sebagai berikut.
dikutip dari Professor Lisa High, (Power Point) Qualitative Research Design. University of Windsor



Naturalistic paradigm : Mengetahui akivitas, realitas sosial, dan persepsi
manusia yang tidak dapat diungkap melalui pengukuran.



Soft science : Ilmu yang menempatkan fokusnya pada gejala sosial dan
manusia sebagai subjek sekaligus objek.



Focus: usually broad



Holistic : Memandang suatu fenomena sebagai suatu yang utuh dan tidak
terpisah-pisah sehingga menjadi suatu kebermaknaan.



Subjective : Penelitian kualitatif bersifat subjektif, data yang diperoleh dari
manusia yang mempunyai pikiran, kepercayaan, dan pandangan yang
berbeda-beda. Fenomena yang terjadi direkam dan diterjemahkan oleh peneliti
itu sendiri.



Reasoning (dialectic, inductive) : Data yang diperoleh berasal dari kegiatan
dialektik yang panjang dan luas sehingga penarikan kesimpulan diperoleh
secara induktif.

8



Basis of knowing (meaning, discovery) : Dasar pengetahuan dari penelitian
kualitatif adalah kebermaknaan dan menemukan sesuatu yang baru.



Shared interpretation : Berbagi interpretasi, memungkinkan peneliti untuk
mengembangkan apa yang telah diketahuinya dari responden. Berbagi
pendapat, pandangan, kesan, bahkan pemikiran satu sama lain.



Communication and observation : Pada penelitian kualitatif komunikasi
antar personal sangat diperlukan, namun peneliti tetap harus mengobservasi
apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan.



Basic element of analysis is words : Data yang diperoleh dari berbagai
sumber dijelaskan dalam bentuk kata-kata atau deskriptif.



Individual interpretations : Interpretasi bersifat individual karena penelitian
kualitatif memiliki kadar subjektivitas.



Uniqueness : Penelitian kualitatif ini bersifat unik, masalah yang diteliti
dalam penelitian kualitatif tidak bisa dipecahkan dalam penelitian kuantitatif.

Paradigma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Paradigma secara harfiah berarti kerangka berpikir. Menurut Guba, E.G., and Lincoln
(1988) Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir atau cara pandang
seorang peneliti terhadap realitas yang terjadi dalam kehidupan dan perlakuan peneliti
terhadap ilmu dan teori. Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam
dua

kelompok

yaitu

penelitian

kuantitatif

dan penelitian kualitatif. Adapun

perbedaan antara paradigma penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif adalah
sebagai berikut.
Perbedaan
Asumsi

Penelitian Kualitatif
 Kenyataan terbentuk
dari proses sosial

Penelitian Kuantitatif
 Objektif


Menguji teori

9

 Subjek

penelitian



diutamakan
variabel

kompleks

dan

sulit untuk diukur
 Emik
Tujuan



Terukur



Etik

(Native

Viewpoint)


Generalisasi

 Interpretasi



Prediksi

 Memahami perspektif



Menjelaskan
hubungan

dengan



hipotesis dan grounded
 Emergence

dan

 Peneliti

dengan

Ada manipulasi dan
kontrol



penggambaran

akibat
Dimulai

sebab

hipotesis dan teori


theory

sebagai

Menggunakan
instrumen

instrumen

yang

formal

 Naturalistik



Eksperimental

 Induktif



Deduktif



Ada komponen yang

 Mencari

pola

dan

kebermaknaan

dianalisis

 Berusaha plural dan

secara

statistik


Berusaha konsensus

 Data dijelaskan secara



Data berupa angka

deskriptif
 Terlibat




Data abstrak
Detasemen

kompleks

Peran Peneliti

(Scientist's

Viewpoint)
 Kontekstual

 Diakhiri

dan

memiliki hubungan

orang lain
Pendekatan

dapat

diidentifikasi

 Memiliki
yang

Varibel

sepenuhnya

secara
atau

parsial

dan

memihak


Objektif

 Menggunakan empati
10

untuk memahami
dikutip dan diterjemahkan dari Marshall, C., & Rossman, G. (1980). Designing Qualitative Research. Newbury Park., CA :
Sage

Dibawah ini adalah tabel perbedaan kualitatif dan kuantitatif menurut Nasution
(1988).
Kualitatif

Kuantitatif

Desain

Desain

-

umum

-

spesifik, jelas, terinci

-

fleksibel

-

ditentukan secara mantap sejak

-

berkembang,

tampil

dalam

proses penelitian

awal
-

menjadi pegangan langkah demi
langkah

Tujuan
-

Tujuan
memperoleh

pemahaman

dan

-

kebermaknaan

menunjukan

mengembangkan teori

-

menguji teori

-

menggambarkan realitas yang

-

mencari

kompleks
Teknik penelitian
observasi, partisipan observasi,

-

-

buku catatan dan tape recorder
deskriptif

-

dokumen
lapangan,

wawancara

terstruktur
Instrumen penelitian

peneliti sebagai instumen

-

yang

eksperimen, survei, observasi
terstruktur,

Instrumen penelitian
Data

generalisasi

memiliki nilai prediktif
Teknik penelitian

wawancara terbuka

-

antar

variabel

-

-

hubungan

pribadi,
ucapan

dokumen, dsb

catatan
responden,

Data

tes, angket, wawamcara, skala
komputer, kalkulator, dsb

-

kuantitatif

-

hasil pengukuran berdasarkan
variabel yang dioperasionalkan
dengan menggunakan instrumen

11

Sampel
-

Sampel
kecil,

tidak

representatif,

purposif
Analisis
-

-

representatif,

terus-menerus sejak awal sampai

-

pada

taraf

akhir

-

- mencari pola, model, atau tema
Usulan desain

deduktif

- menggunakan statistik
Usulan desain

-

singkat

-

luas dan terinci

-

sedikit tanpa literatur

-

banyak

-

pendekatan secara umum

-

masalah yang diduga relevan

-

tidak ada hipotesis

-

fokus penelitian sering ditulis
ada

setelah

pengumpulan data selesai

induktif

setelah

sedapat

mungkin random
Analisis

dengan akhir penelitian
-

besar,

literatur

yang

berhubungan dengan masalah
-

prosedur

yang

spesifik

dan

terinci langkah-langkahnya
data

dikumpulkan dari lapangan

-

yang

masalah diuraikan dan ditujukan
kepada fokus tertentu

-

hipotesis

dirumuskan

dengan

jelas ditulis terinci dan lengkap
sebelum terjun ke lapangan
dikutip dari Nasution (1988, p. 12-13) dalam Fx Sudarsono. (2016). Handbook Kumpulan Materi Kuliah Metodologi Penelitian
Kualitatif. Pascasarjana UNY

Dari kedua tabel diatas dapat dikembangkan menjadi beberapa poin kesimpulan
mengenai perbedaan paradigma penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif
diantaranya adalah sebagai berikut.


Penelitian kuantitatif lebih bersifat formal dari pada penelitian kualitatif
karena lebih terstruktur.



Penelitian kuantitatif tidak lebih bias dari penelitian kuantitatif karena terdapat
perbedaan dalam teknik mengambil serta mengolah data.



Asumsinya, penelitian kuantitatif bebas nilai sedangkan penelitian kualitatif
sarat dengan nilai.

12



Pada penelitian kuantitatif peneliti independen dari yang diteliti sedangkan
pada penelitian kualitatif peneliti berinteraksi dengan yang diteliti.



Penelitian kuantitatif bebas konteks sedangkan penelitian kualitatif terikat
pada konteks.



Akurasi dan reliabilitas pada penelitian kuantitatif melalui validitas dan
reliabilitas sedangkan pada penelitian kualitatif dibentuk melalui verifikasi.

Perbedaan Identifikasi dan Rumusan Masalah

Terdapat beberapa perbedaan mengenai identifikasi dan rumusan masalah dari
penelitian kualitatif dan kuantitatif. Adapun perbedaannya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Research with subjects (Quantitative)
Apa yang saya tahu tentang masalah

Research with informan (Qualitative)
Apa informan saya tahu tentang budaya

yang akan memungkinkan saya untuk

mereka yang saya cari tahu?

merumuskan dan menguji hipotesis?
Konsep apa yang bisa saya gunakan

Apa konsep yang informan saya

untuk menguji hipotesis ini?

gunakan untuk mengklasifikasikan
pengalaman mereka?

Bagaimana saya bisa operasional

Bagaimana informan saya

mendefinisikan konsep-konsep ini?

mendefinisikan konsep-konsep ini?

Teori

ilmiah

apa

yang

dapat Bagaimana dilakukan informan saya

menjelaskan data?

menjelaskan pengalaman mereka?

Bagaimana saya bisa

Bagaimana saya bisa menerjemahkan

menginterpretasikan hasil dan

pengetahuan budaya informan saya ke

melaporkannya dalam bahasa rekan-

deskripsi pemahaman budaya rekan-

rekan saya?

rekan saya?
13

dikutip dan diterjemahkan dari Spradley, J.P. (1979). The etnographic interview. Fort Worth, TX: Harcout Brace
Jovanovich College Publishers

Dari tabel diatas maka dapat dikembangkan menjadi beberapa poin kesimpulan
mengenai perbedaan identifikasi dan rumusan masalah pada penelitian kualitatif dan
penelitian kuantitatif.


Masalah pada penelitian kuantitaif sudah jelas dan menjadi titik tolak
penelitian.



Masalah pada penelitian kualitatif belum jelas sehingga masih bisa
dikembangkan.



Rumusan pertanyaan pada penelitian kuantitatif lebih mengarah pada
hubungan, sebab-akibat, korelasi, pengaruh, dsb.



Rumusan pertanyaan pada penelitian kualitatif mengarah pada satu fokus
utama yang nantinya bisa dikembangkan menjadi sub-masalah.



Identifikasi masalah pada penelitian kuantitatif beranjak dari kesenjangan
teori dengan realita di lapangan.



Identifikasi masalah pada penelitian kualitatif beranjak dari fenomena atau
gejala yang timbul dari masyarakat namun belum bisa dijelaskan sehingga
menimbulkan suatu pertanyaan.



Jawaban dari rumusan masalah pada penelitian kuantitatif adalah data interval
dan rasio.



Jawaban dari rumusan masalah pada penelitian kualitatif adalah data nominal
dan ordinal yang kemudian dijelaskan dengan kata-kata sehingga muncul
kebermaknaan.



Pertanyaan pada penelitian kualitatif diawali dengan apa, mengapa, dan
bagaimana, sehingga memunculkan jawaban yang memerlukan penjelasan
panjang.



Pertanyaan pada penelitian kuantitaif diawali dengan apa sehingga
memunculkan jawaban singkat seperti ya atau tidak.

14

Karakteristik Masalah Penelitan Kualitatif dan Perumusannya

Pada penelitian kualitatif seorang peneliti membuat rumusan masalah dalam
bentuk penyataan maupun pertanyaan. Rumusan masalah ini bukan sebagai sasaran
penelitian ataupun hipotesis-hipotesis. Rumusan masalah mengikat peneliti agar tetap
berada dalam fokus penelitian. Menurut Creswell (2009) Pertanyaan inti (Rumusan
masalah) dalam penelitian kualitatif adalah pertanyaan besar yang dimiliki peneliti dan
mengharuskan adanya sebuah penjelasan berupa fenomena sentral atau konsep sebuah
penelitian. Para peneliti kualitatif seyogianya mengajukan sedikitnya satu rumusan
masalah utama dan beberapa sub-rumusan masalah. Mereka harus mengawali rumusan
masalahnya dengan kata-kala seperti bagaimana atau apakah dan menggunakan verbaverba eksploratoris, seperti mengeksplorasi atau mendeskripsikan. Selain itu, mereka
harus menyajikan rumusan masalah yang umum dan luas yang memungkinkan mereka
mengeksplorasi gagasan-gagasan partisipan. Mereka juga harus fokus pada satu
fenomena utama yang diteliti. Rumusan masalah dalam penelitian kualitatif juga harus
menyebutkan partisipan dan lokasi penelitian.

Secara lebih jelas karakteristik pertanyaan penelitian kualitatif adalah sebagai berikut.


Adanya rumusan masalah utama dan sub-rumusan masalah yang lebih
spesifik. Rumusan masalah utama merupakan pertanyaan umum tentang
konsep atau fenomena yang diteliti. Peneliti mengajukan pertanyaan ini
sebagai masalah umum yang tidak dimaksudkan untuk membatasi penelitian.



Adanya keterkaitan pertanyaan utama dengan metode penelitian kualitatif
tertentu.



Rumusan masalah diawali dengan kata apa, bagaimana, mengapa.



Rumusan masalah fokus pada satu fenomena atau konsep utama.



Rumusan masalah mengandung kata kunci yang mengarah pada metode
penelitian kualitatif tertentu misalnya menemukan (grounded theory), berusaha
memahami

(etnografi),

mengeksplorasi

suatu

proses

(studi

kasus),

mendeskripsikan pengalaman-pengalaman (fenomenologi), dan menyajikan
cerita-cerita (penelitian naratif).

15



Rumusan masalah menggunakan kata-kata yang bersifat eksploratoris berupa
kata-kata tidak langsung (nondirectional words) ketimbang kata-kata langsung
(directional words), seperti "berdampak pada”, "memengaruhi," "merientukan,"
"menyebabkan," dan "menghubungkan."



Rumusan masalah akan terus berkembang dan berubah selama penelitian, namun
tetap konsisten dengan asumsi dasar pada rancangan penelitian.



Rumusan masalah open-ended (terbuka), tanpa perlu merujuk pada literatur atau
teori tertentu, kecuali jika ada strategi penelitian kualitatif yang menganjurkan
hal tersebut.

Desain Penelitian Kualitatif yang Dapat Digunakan dalam
Penelitian Pendidikan

Terdapat lima desain penelitian kualitatif menurut Denzin & Lincoln (2009) yaitu
studi kasus, etnografi, fenomenologi, grounded theory, historis, penelitian tindakan
partisipatoris, riset klinis dan biografi. Jonhson dan Wichern (2005: 8) menambahkan
desain action research, dan design and development research. Berikut adalah
penjelasan mengenai desain penelitian kualitatif yang dapat digunakan dalam
penelitian pendidikan.
Studi kasus adalah stategi kualitatif di mana peneliti mengkaji se-buah program,
kejadian, aktivitas, proses, atau satu atau lebih indi-vidu dengan lebih mendalam. Kasuskasus tersebut dibatasi oleh waktu dan aktivitas, sehingga peneliti harus mengumpulkan
infor-masi yang detail dengan menggunakan beragam prosedur pengum-pulan data
selama periode waktu tertentu. Menurut Yin (2011) studi kasus adalah suatu inkuiri

empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana
batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak secara tegas atau jelas dan
menggunakan berbagai sumber atau multisumber bukti. Studi kasus memungkinkan
peneliti untuk mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwaperistiwa kehidupan nyata seperti silklus kehidupan seseorang, proses-proses

16

organisasional dan manajerial, perubahan lingkungan sosial, hubungan-hubungan
internasional, dan kematangan industri-industri.
Penelitian studi kasus dalam dunia pendidikan dapat digunakan oleh guru bimbingan
konseling dalam memahami kasus yang terjadi di sekolah.
Penelitian fenomenologi bersifat induktif . pendekatan yang dipakai adalah
deskriptif

yang

dikembangkan

dari

filsafat

fenomenologi.

Fokus

filsafat

fenomenologi adalah pemahaman tentang respon atas kehadiran atau kebaradaan
manusia, bukan sekedar pemahaman atas bagian-bagian yang spesifik atau prilaku
khusus. Tujuan penelitian fenomenologikal adalah menjelaskan pengalamanpengalaman apa yang dialami seseorang dalam kehidupan ini, termasuk interaksinya
dengan orang lain.
Penelitian fenomenologi dalam dunia pendidikan dapat digunakan untuk melihat
fenomena pergaulan yang terjadi pada siswa ditiap tingkatan sekolah.
Penelitian grounded theory adalah teknik penelitian induktif. Pendekatan penelitian
ini bermaslahat dalam menemukan problem-problem yang muncul dan aplikasi
proses-proses pribadi untuk menanganinya. Metodologi teori ini menekankan
observasi dan mengembangkan basis praktik hubungan ”intuitif” antara variabel.
Proses penelitian ini melibatkan formulasi, pengujian, dan pengembangan ulang
proposisi selama penyusunan teori.
Penelitian grounded theory dalam dunia pendidikan dapat digunakan untuk
membangun sebuah model pembelajaran yang efektif.
Penelitian etnografi berusaha memaparkan kisah kehidupan keseharian orang-orang
yang dalam kerangka menjelaskan fenomena budaya, mereka menjadi bagian integral
lainnya. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan secara sistematis dan
deskriptif.

Analisis

data

dilakukan

untuk

mengembangkan

teori

prilaku

kultural.Dalam penelitian etnografi, peneliti secara aktual hidup atau menjadi bagian
dari seting budaya dalam tatanan untuk mengumpulkan data secara sistematis dan
holistik.

Melalui

penelitian

ini

perbedaan-perbedaan

budaya

dijelaskan,
17

dibandingkan untuk menambah pemahaman atas dampak budaya pada perilaku atau
kesehatan

manusia.

pula.
Penelitian etnografi dalam dunia pendidikan dapat digunakan untuk kajian
kebudayaan mengenai manusia.
Biografi (biography) merupakan studi terhadap seseorang atau individu yang
dituliskan oleh peneliti atas permintaan individu tersebut atau atas keinginan peneliti
yang bersangkutan. Denzin dan Lincoln (2009) mendefinisikan biografi sebagai suatu
studi yang berdasarkan kepada kumpulan dokumen-dokumen tentang kehidupan
seseorang yang melukiskan momen penting yang terjadi dalam kehidupannya
tersebut. Sehingga dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai subyek dalam
penelitian dapat berupa orang yang masih hidup ataupun orang yang sudah meninggal
dunia, sepanjang data yang relevan dapat diperoleh peneliti dari dokumen yang
tersedia.
Penelitian biografi dalam dunia pendidikan dapat digunakan untuk merunut tokohtokoh pendidikan yang menghasilkan teori-teori dalam dunia pendidikan.
Penelitian historis (historical research) adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
merekonstruksi kondisi masa lampau secara objektif, sistematik, dan akurat. Melalui
penelitian ini, bukti-bukti dikumpulkan, dievaluasi, dianalisis, dan disintesiskan.
Selanjutnya, dirumuskan kesimpulan berdasarkan bukti-bukti itu. Adakalanya
penelitian historis digunakan untuk menguji hipotesis tertentu.
Penelitian historis dalam dunia pendidikan tentunya membantu para peneliti untuk
mengembangkan pembelajaran sejarah.
Penelitian tindakan (action research) adalah suatu proses yang dirancang untuk
memberdayakan semua partisipan dalam proses (siswa, guru, dan peserta didik
lainnya) dengan maksud untuk meningkatkan praktik yang diselenggarakan di dalam
pengalaman pendidikan. Penelitian tindakan bertujuan untuk memberikan konstribusi

18

kepada kepedulian praktis dari orang dalam situasi problematis secara langsung dan
untuk tujuan lebih lanjut dari ilmu sosial secara serempak. (Sugiyono, 2012: 235)
Penelitian tindakan dalam dunia pendidikan sudah seharusnya dilakukan secara
kontinu dan berkesinambungan. Penelitian tindakan bisa menyelesaikan berbagai
masalah kekinia yang sedang dialami oleh dunia pendidikan. Penelitian tindakan
dalam dunia pendidikan bisa dilakukan di kelas, sekolah, ataupun lingkungan
keluarga yang diteliti.

Studi Kasus

Studi kasus adalah stategi kualitatif di mana peneliti mengkaji se-buah program,
kejadian, aktivitas, proses, atau satu atau lebih indi-vidu dengan lebih mendalam. Kasuskasus tersebut dibatasi oleh waktu dan aktivitas, sehingga peneliti harus mengumpulkan
infor-masi yang detail dengan menggunakan beragam prosedur pengum-pulan data
selama periode waktu tertentu. Menurut Yin (2003) studi kasus adalah suatu inkuiri

empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana
batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak secara tegas atau jelas dan
menggunakan berbagai sumber atau multisumber bukti. Studi kasus memungkinkan
peneliti untuk mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwaperistiwa kehidupan nyata seperti silklus kehidupan seseorang, proses-proses
organisasional dan manajerial, perubahan lingkungan sosial, hubungan-hubungan
internasional, dan kematangan industri-industri.
Studi kasus dikehendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa kontemporer, bila
peristiwa-peristiwa yang bersangkutan tak dapat dimanipulasi. Karena itu studi kasus
mendasarkan diri pada teknik-teknik yang lazim digunakan pada strategi historis
seperti peneliti sangat bergantung pada dokumen-dokumen primer, dokumen
sekunder, peralatan-peralatan budaya,

dan fisik sebagai bukti tetapi kemudian

menambahkan dua sumber bukti yang biasanya tidak dimiliki oleh penelitian historis
yakni observasi dan wawancara sistematik. Dengan demikian kekuatan unik dari studi
19

kasus adalah kemampuannya untuk berhubungan sepenuhnya dengan berbagai jenis
bukti, selebihnya dalam beberapa situasi seperti observasi partisipan, manipulasi
informasi juga dapat terjadi.
Komponen-komponen desain penelitian studi kasus ada lima, yaitu:
1.

Pertanyaan penelitian

Pertanyaan penelitian berkenan dengan “W-H question” yaitu what, who, where, why
dan how yang akan member rambu-rambu terhadap strategi penelitian yang
digunakan. Dari bentuk pertanyaan diatas, studi kasus paling cocok menggunakan
pertanyaan How danwhy.
2.

Proposisi

Proposisi mengarahkan perhatian peneliti kepada sesuatu yang harus diselidiki dalam
ruang lingkup studinya. Contoh: peneliti mungkin berpikir bahwa organisasi bekerja
sama untuk sebuah keuntungan timbal balik yang besar. Proposisi ini mencerminkan
isu teoritis penting dan juga menyatakan kepada peneliti dimana ia harus mencari
bukti yang relevan.
3.

Unit-unit analisis

Unit analisis berkaitan dengan masalah penentuan apa yang dimaksud dengan
“kasus” dalam penelitian. Contoh studi kasus tentang pasien histeria atau pemimpin
yang otoriter. Pada situasi seperti ini, perorangan merupakan kasus yang akan dikaji,
dan individu tersebut merupakan unit analisis. Sehingga informasi mengenai setiap
individu yang relevan dikumpulkan.
4.

Logika yang mengaitkan data dengan proposisi

Penjodohan pola merupakan cara mengaitkan data dengan proposisi, penjodohan pola
adalah pengelompokkan jenis-jenis data dalam satu kategori atau proses coding.

20

5.

Kriteria untuk menginterpretasi temuan

Setelah pola-pola dijodohkan atau dikategorikan maka diharapkan agar pola-pola
tersebut memberikan gambaran yang cukup jelas tentang perbedaan gambaran
sehingga temuan-temuan dapat diinterpretasikan dengan baik.

Langkah-langkah Penelitian Kualitatif (Studi Kasus)

Langkah-langkah penelitian studi kasus menurut Yin (2003) ada lima diantaranya
adalah sebagai berikut.
1. Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan
(purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan
menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masyarakat atau unit
sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga
dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumber-sumber yang tersedia.
2. Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi
yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan
analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen penelitian, dapat menyesuaikan
cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat
mengumpulkan data yang berbeda secara serentak.
3. Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi,
mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola.
Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum
guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis,
kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti
di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau
setelah selesai dan lapangan.
4. Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan
studi kasus hendaknya dilakukan penyempurnaan atau penguatan (reinforcement)
data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru
21

mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat
kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah
ada.
5. Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca,
dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga
memudahkan pembaca untuk memahami seluruh informasi penting. Laporan
diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang
atau kelompok.

Contoh Penelitian Studi Kasus

Tipe studi kasus
Model analisis data
Isu utama (Kasus)

Deskriptif
Deskriptif kualitatif atau interaksional
Perilaku Klepto pada Siswa Laki-laki di

Masalah yang mengikuti

SMPN 38 Bandung
Banyak siswa yang kehilangan benda
berharganya
menimbulkan

secara

tiba-tiba,

popularitas

sekolah

menjadi turun, dan banyak siswa yang
Isu yang berkembang

merasa ketakutan
Perilaku klepto bisa

Rumusan masalah

merupakan penyakit psikologis
Bagaimana perilaku klepto pada siswa

menular

dan

laki-laki di SMPN 38 Bandung?
Mengapa

siswa

yang

bersangkutan

memiliki perilaku klepto?
Dimana

dan

kapan

siswa

yang

bersangkutan mencuri barang-barang
berharga milik siswa lain?
Berapa kali dalam seminggu siswa yang

22

bersangkutan mencuri barang milik
Pengumpulan data

siswa lain?
Melakukan wawancara terhadap siswa
yang diduga klepto dan siswa yang
menjadi korban (rekan sebaya), serta
observasi dengan melakukan home visit.

Kedudukan dan Fungsi Teori dalam Penelitian Kualitatif

Kedudukan teori dalam penelitian kualitatif tidak begitu penting, peneliti bisa saja
melakukan penelitian terhadap suatu fenomena tanpa dasar teori karena sifat dari
penelitian kualitatif itu sendiri adalah induktif atau membangun teori. Hal-hal yang
ditemukan peneliti di lapangan dapat menuntun peneliti terhadap teori. Jika peneliti
menemukan adanya kesamaan antara teori dengan realitas di lapangan maka hal tersebut
dapat dianggap sesuai, namun jika peneliti menemukan perbedaan antara teori dengan
apa yang terjadi di lapangan maka penelitian kualitatif menonjolkan salah satu cirinya
yaitu unik.
Berikut adalah penjelasan mengenai kedudukan fungsi teori. (Creswell, 2012)
Pertama, dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai penjelasan atas
perilaku dan sikap-sikap tertentu. Teori ini bisa jadi sempurna dengan adanya variabelvariabel, konstruk-konstruk, dan hipotesis-hipotesis penelitian. Kedudukan teori hanya
sebagai pendukung.
Kedua, para peneliti kualitatif sering kali mengunakan perspektif teoritis sebagai panduan
umum untuk meneliti gender, kelas, dan ras (atau isu-isu lain mengenai kelompokkelompok marginal). Kedudukan teori hanya sebagai panduan dan tidak dicampuradukan dengan data dari lapangan.
Ketiga dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai poin akhir
penelitian. Dengan menjadikan teori sebagai poin akhir penelitian, berarti peneliti

23

menerapkan proses penelitianya secara induktif yang berlangsung mulai dari data, lalu ke
tema-tema umum, kemudian menuju teori atau model tertentu. Kedudukan teori sebagai
tujuan dari penelitian kualitatif sehingga diletakan diakhir penelitian.
Keempat, beberapa penelitian kualitatif tidak mengunakan teori yang terlalu eksplisit.
Kasus ini bisa saja terjadi disebabkan dua hal: (1) karena tidak ada satupun penelitian
kualitatif dilakukan dengan observasi yang ―benar-benar murni dan (2) karena struktur
konseptual sebelumnya yang disusun dari teori dan metode tertentu telah memberikan
starting point bagi keseluruhan observasi (Schwandt dalam Creswell, 2012s). Bahkan,
tidak sedikit orang memandang penelitian kualitatif sebagai penelitian yang tidak
memiliki orientasi teori yang eksplisit, seperti dalam penelitian fenomenologi, yang
didalamnya peneliti berusaha untuk membangun esensi pengalaman dari para partisipasi.

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, J.W. (2012). Education Research, Planning, Conducting and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research. 4th edition. Boston: Pearson

24

Creswell, J.W. (2012). Qualitative inquiry and research design: Choosing among
five approaches. 2th edition. America: SAGE Publication
Denzin & Lincoln. (2009). Handbook Of Qualitative Research. America : SAGE
Publication
Fx Sudarsono. (2016). Handbook Kumpulan Materi Kuliah, Metode Penelitian
Kualitatif. Pascasarjana UNY
Guba, E.G., and Lincoln, Y.S. 1988. Do inquiry paradigms imply inquiry
methodologies? In: Fetterman, D.M., ed. Qualitative Approaches toEvaluation in
Education. The Silent Scientific Revolution. New York: Praeger 80-115pp
Lisa High, (Power Point) Qualitative Research Design. University of Win [Online]
RA., Johnson and Wichern DW. (2005). Applied Multivariate Statistical
Analysis. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Chiffs
Spradley, J.P. (1979). The etnographic interview. Fort Worth, TX: Harcout Brace
Jovanovich College Publishers [Online]
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukardi. (2006). Penelitian Kualitatif – Naturalistik dalam Pendidikan. Yogyakarta :
Usaha Keluarga
Yin. K. Robert. (2003). Case Study Research: Design and Methods. 3th Editon.
America : SAGE Publication

25