alat berat dan pemindahan tanah mekanis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Umum
Pada umumnya setiap pekerjaan pembangunan bangunan sipil selalu berkaitan

dengan masalah pekerjaan tanah. Pekerjaan tanah ini dilakukan mulai dari menggali,
menggusur, memindahkan, memadatkan dan kadang kala mengolahnya untuk
mendapatkan spesifikasi tanah yang diharapkan atau yang ditentukan.
Pekerjaan tanah dalam skala kecil sering kali dilakukan dengan cara manual atau
dengan menggunakan tenaga manusia. Cara ini masih banyak dijumpai terutama dalam
pekerjaan yang berorientasi padat karya atau dengan maksud proyek tersebut dapat
mempekerjakan sebanyak mungkin tenaga kerja, sehingga masalah efesiensi waktu dan
efektifitas kegiatan pekerjaan bukan merupakan prioritas utama. Namun bila skala
pekerjaan cukup besar dan membutuhkan kecepatan dalam pelaksanaan pekerjaan,
maka pekerjaan tanah tersebut dilakukan dengan cara mekanis atau dengan kata lain
dengan menggunakan bantuan tenaga mesin atau peralatan mekanis lainnya (alat-alat
berat). Penggunaan peralatan berat ini biasanya digunakan untuk :



Penggalian, pengupasan, pembongkaran dan penimbunan tanah



Perataan atau penyebaran tanah



Pembuatan profil permukaan tanah



Pemindahan atau pengangkutan tanah



Pemadatan (compaction)
Kadang kala kegiatan pekerjaan tanah mempunyai porsi cukup besar, hal ini

dapat terjadi pada jenis proyek pembangunan bendungan, pembangunan jalan baru,

pembukaan lahan untuk lokasi hunian atau perkebunan, irigasi dan lain sebagainya,
sehingga untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektifitas pekerjaan perlu dilakukan
perencanaan secara cermat dan teliti.
Yang menjadi permasalahan adalah, bagaimana kita melakukan perencanaan
pekerjaan tersebut dan kemudian melaksanakannya, serta yang tidak kalah penting
adalah bagaimana kita mengendalikannya. Hal ini dapat tercapai apabila dilakukan oleh
orang yang betul-betul mampu, dalam arti mempunyai keahlian, pengalaman yang baik
I-1

dan memiliki kemampuan managerial. Karena pada dasarnya sasaran utama (Project
Objective) dari suatu pelaksanaan proyek adalah :
Bagaimana dapat melakukan efesiensi teerhadap :
o Biaya
o Mutu
o Waktu
Atau biasa dikenal dengan singkatan BMW, yakni : bagaimana kita membuat rencana
anggaran biaya semurah mungkin namun masih dalam batas-batas kewajaran sesuai
dengan spedifikasi untuk mencapai mutu sebaik mungkin dan pelaksaan pekerjaan dapat
dilakukan tepat waktu sesuai dengan jadwal atau schedule yang telah ditentukan.
Kelihatannya tujuan utama proyek tersebut demikian sederhana, namun dalam

pelaksanaannya tidak semudah mengucapkannya, pengolahan pekerjaan tersebut
memerlukan manajemen yang baik dan teratur rapi. Jadi setiap pimpinan proyek
dituntut untuk dapat mengelola uang atau anggaran biaya, menjaga mutu pekerjaan dan
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang dibuat. Ditambah lagi pada saat ini
adalah bagaimana Proyek Manajer dapat mengatasi resiko-resiko pekerjaan (risk
management), karena pada dasarnya setiap melaksanakan pekerjaan mengandung unsur
resiko, dan resiko ini dapat menjadi besar ataupun menjadi kecil, tergantung dari bagai
mana para manajer melakukan tindakan-tindakan dalam pelaksanaanpekerjaannya.
Karena setiap resiko mempunyai konsekwensi biaya, maka ketelitian dan ketepatan
dalam membuat keputusan merupakan tuntutan yang harus dikuasai oleh para manajer
profesional.
Dalam melaksanakan pekerjaan Pemundahan Tanah Mekanis yang perlu diperhatikan
adalah :
1.

Perhitungan Volume Pekerjaan
Perhitungan volume pekerjaan dalam melaksanakan pekerjaan pemindahan

tanah secara mekanis perlu diperhatikan terhadap ketelitiannya, terutama terhadap
kondisi dari tanah tersebut, seperti :

a.

Volume Tanah
Dikenal ada 3 macam jenis volume tanah yang berkaitan dengan pekerjaan
pemindahan tanah secara mekanis yaitu :

I-2



Volume dalam keadaan tanah asli di alam (bank measure
volume)



Volume dalam keadaan tanah lepas (loose measure volume)
tanah yang telah digali dari kondisi alamnya dan siap untuk diangkut.




Volume tanah yang telah dipadatkan (compacted measure
volume), yakni volume tanah yang telah mengalami perlakuan pemadatan secara
mekanis.

Ketiga macam jenis volume ini memiliki koefesien-koefesien tersendiri sesuai
dengan jenis dari tanah tersebut, seperti tanah pasir, tanah liat dan sebagainya
sehingga didalam menghitung volume tanah perlu dipahami apakah tanah tersebut
termasuk dalam katagori tanah dalam keadaan asli, tanah lepas atau tanah yang telah
dipadatkan.
b.

Jenis Tanah
Pada kenyataannya tanah memiliki banyak jenis, dimana setiap jenis tanah memiliki
nilai kembang dan susut tersendiri (sweeling dan shrinkage) serta memiliki
karakteristik yang berlainan seperti tanah kohesif dan non kohesif. Setiap jenis tanah
ini mempunyai cara dan peralatan tersendiri untuk mengerjakannya.

Kelalaian dalam menentukan katagori dan jenis tanah akan membawa konsekwensi
terhadap perhitungan dan penentuan peralatan yang akan dipergunakan, untuk
memahami lebih mendalam kasus ini akan dibahas secara tersendiri.

2.

Spesefikasi Pekerjaan
Yang perlu diperhatikan terhadap spesifikasi pekerjaan adalah :


Jenis pekerjaan : Galian, Timbunan, Land Clearing, Stripping atau Pemadatan,
jenis pekerjaan ini harus jelas.



Kualifikasi hasil pekerjaan, terutama yang menyangkut hasil akhir dari
pekerjaan seperti : kemiringan, tingkat kepadatan, tinggi timbunan atau
kedalaman galian (leveling), jarak angkut atau jarak pemindahan tanah dan
sebagainya.

3.

Pemilihan Jenis Peralatan Atau Alat Yang Digunakan, meliputi :



Jenis dan type alat



Kapasitas alat

I-3



Kemampuan



Suku cadang alat

Pemilihan alat-alat yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan
karakteristik lain dari keadaan tanah.
4.


Perencanaan Sumber Daya Manusia/SDM (Man Power)

Dalam melakukan pekerjaan pemindahan tanah mekanis diperlukan perencanaan SDM
yang benar-benar baik dan mencapai sasaran, apalagi bila mengingat lokasi pekerjaan
berada didaerah pedalaman atau jauh dari kota besar dimana untuk mencari tenaga kerja
terampil dan berpengalaman akan sulit dilakukan. Selain itu perlu dipikirkan pula
mekanisme pengawasan dan tenaga pendukung dalam upaya memperlancar jalannya
kegiatan pekerjaan.
5.

Mobilisasi Peralatan

Pelaksanaan mobilisasi peralatan perlu mendapatkan perhatian khusus, terutama bila
lokasi pekerjaan berada ditempat yang jauh (didaerah pedalaman) seperti misalnya di
Kalimantan, Sumatra ataupun di Indonesia bagian Timur. Pada lokasi tersebut banyak
fasilitas jalan dan jembatan yang kurang memadai, peralatan penunjang seperti trailer
pengangkut, ferry penyebrangan antar pulau yang belum tersedia, sehingga perlu
direncanakan dan disiapkan dari sejak awal.
6.


Perencanaan Metode Kerja

Metode kerja merupakan persyaratan utama yang perlu direncanakan secara matang, hal
ini berkaitan dengan efesiensi dan efektifitas pekerjaan. Perencanaan metode kerja ini
meliputi:


Organisasi pelaksanaan



Prosedur operasi kerja



Prosedur perawatan peralatan




Prosedur keselamatan kerja



Prosedur pelaporan administrasi dan keuangan

Metode kerja ini harus disosialisasikan kepada semua pihak yang terlibat, agar semua
aparat atau petugas mengetahui wewenang, hak dan tanggung jawab masing-masing.
7.

Sarana Pendukung Dilapangan

I-4

Sarana pendukung dilapangan merupakan sarana yang cukup strategis pada pekerjaan
pemindahan tanah secara mekanis, karena pada umumnya jarang pekerjaan pemindahan
tanah secara mekanis berskala besar dilakukan didalam kota. Untuk perlu perencanaan
secara matang terhadap :



Sistem perawatan alat-alat berat



Sistem Logistik peralatan (spare part), bahan bakar maupun
konsumsi pekerja



Sistem komunikasi dan informasi kerja
Ketujuh butir tersebut hendaknya direncanakan dan dipikirkan secara matang

dan terperinci. Kesalahan dalam menentukan salah satu perencanaan berarti akan terjadi
pemborosan. Sebagai contoh operator alat-alat berat yang digunakan, bila ternyata
operator mempunyai kemampuan yang rendah (ketrampilan kurang, disiplin rendah dan
malas) mungkin pelaksanaan berjalan lambat. Hal ini akan berakibat sasaran proyek
akan mustahil dapat tercapai dengan baik.

1.2. Pengertian Dasar Pemindahan Tanah Mekanis
Pekerjaan pemindahan tanah secara mekanis adalah suatu pekerjaan dimana
sejumlah volume tanah tertentu harus dipindahkan dengan bantuan alat-alat mekanis
seperti bulldozer, traktor dan lain sebagainya. Pekerjaan ini melibatkan banyak variabel
yang perlu dimengerti dan dipahami, antara lain adalah pengertian terhadap tanah itu.
Seperti telah dijelaskan diatas, bahwa tanah mempunyai jenis dan karakteristik
yang berlainan yang disebabkan sifat heterogen dari tanah itu sendiri. Pada kesempatan
ini dijelaskan secara ringkas pengertian-pengertian yang berkaitan terhadap sifat-sifat
mekanis dari tanah. Untuk mengetahui lebih mendalam permasalahan ini dapat
dipelajari pada Ilmu Mekanika Tanah atau Geoteknik.
Pada dasarnya tanah dialam terdiri dua bagian, yaitu : bagian padat (solid) dan
pori. Bagian padat berisikan air dan udara.
Yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan PTM adalah sifat fisik tanah, seperti :


Berat jenis dan volume batuan/tanah



Tingkat kekerasan



Tingkat kohefisitas



Bentuk batuan/tanah
I-5



Tingkat kepadatan



Gradasi batuan/tanah



Kadar air



Batas-batas konsistensi tanah seperti, Liquid limit, Plastisity Indek dan lain
sebagainya

1.3.

Pengertian Dasar Pengoperasian Alat-Alat
Sebelum melanjutkan pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

permasalahan Pemindahan Tanah Mekanis dengan menggunakan Alat-Alat Berat,
sebaiknya perlu dimengerti dahulu istilah-istilah yang dipergunakan, sehingga
pengertian-pengertian ini akan mempermudah pemahaman selanjutnya.
Ada tiga hal masalah pokok yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian alatalat berat :
a. Kepemilikan alat
b. Kemampuan kerja alat-alat berat
c. Perhitungan biaya kerja alat-alat yang dipilih
Pengertiannya adalah sebagai berikut :
a.

Kepemilikan alat
Dalam pengoperasian alat-alat berat perlu dipikirkan bagaimana kepemilikan alat
tersebut diperoleh. Karena kepemilikan alat merupakan investasi bagi suatu
perusahaan baik dengan cara menyewa atau membeli. Penjelasan tentang
kepemilikan alat akan dibahas dalam bab tersendiri.

b.

Kemampuan kerja alat
Adalah kemampuan alat dalam melakukan kegiatan mengeruk, menggusur,
mengangkut atau memindahkan tanah dari suatu tempat ketempat yang lain yang
diukur dengan satu satuan waktu (m3/jam). Dalam menentukan kemampuan kerja
alat perlu dibedakan pengertian antara :
1.

Kapasitas kerja alat, dan

2.

Produksi kerja alat

Dimana pengertiannya adalah sebagai berikut :
Kapasitas kerja alat adalah kemampuan alat dalam menggusur, mengeruk,
mengangkut atau memindahkan tanah dalam satu kali operasi atau satu siklus,
diukur dalam (m3/siklus).
I-6

Produksi kerja alat adalah kemampuan kerja alat dalam menggusur, mengeruk,
memindahkan atau mengangkut tanah dari satu tempat ketempat lain, diukur dalam
1 jam kerja (m3/jam).
c.

Perhitungan biaya operasi alat
Untuk mendapatkan gambaran mengenai proses analisa biaya pekerjaan pemindahan
tanah mekanis, perlu diperhatikan mengenai permasalahan-permasalahan yang ada.
Hal ini akan mempermudah adanya pengertian terhadap faktor-faktor yang ikut
menentukan dalam analisa biaya tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan terlebih
dahulu perhitungan terhadap tingkat produksi alat dan biaya pengoperasian alat
tersebut yang tergantung dari ……
1.

Kemampuan berproduksi, Kemampuan produksi alat berat tergantung
dari kondisi lapangan dimana alat berat tersebut bekerja, kondisi lapangan yang
berat akan menghambat manuver alat tersebut sehingga akan menurunkan
tingkat produksinya. Hambatan-hambatan tersebut seperti telah dijelaskan diatas
antara lain seperti :
-

Pengaruh ketinggian

-

Pengaruh temperatur

-

Pengaruh tekanan udara

-

Keadaan tanah yang akan dikerjakan

-

Percepatan alat

Selain hambatan dari kondisi lapangan, kondisi dari alat berat tersebutpun
mungkin akan menjadi hambatan. Misalnya alat tersebut baru atau bekas dan
juga mengenai metode pelaksanaan kerja yang dilakukan.
2.

Biaya pengoperasian alat berat, terrgantung dari biaya kepemilikan
alat dan ini dipengaruhi oleh :


Faktor faktor harga alat, umur alat (life time), bunga modal, asuransi dan
nilai sisa pakai (depresiasi).



Biaya opersai yang dipengaruhi oleh penggunaan bahan bakar, pelumas,
perbaikan, suku cadang dan biaya operator.



Biaya mobilisasi alat.

Perhitungan produksi alat berat sangat mempengaruhi Rencana Anggaran Biaya
(RAB), sehingga dituntut pemahaman dalam perhitungan yang benar-benar
I-7

teliti. Sehingga kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa peralatan akan
berdaya guna atau berhasil guna tinggi, bila peralatan tersebut menghasilkan
“produksi” yang tinggi dengan biaya serendah mungkin.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka diperlukan tahapan kerja yang
disusun secara cermat dan saling berkaitan, hal ini untuk menghindari terjadinya
persoalan atau masalah yang menjurus pada pemanfaatan dana yang tidak
bermanfaat atau tidak mencapai sasaran.

1.4.

Persiapan pekerjaan PTM
Persiapan kerja merupakan kegiatan yang mutlak harus dilakukan, hal ini untuk

menghindari kesalahan dalam memperkirakan kondisi lapangan pekerjaan. Karena
lokasi pekerjaan dalam pekerjaan pemindahan tanah secara mekanis mempunyai sifat
yang unik dimana lokasi pekerjaan dan kerakteristik pekerjaan tidak pernah ada yang
sama. Pekerjaan ini berkaitan erat dengan keadaan lingkungan dimana lokasi pekerjaan
itu berada, baik yang bersifat fisik atau keadaan alamnya atau geografis dan yang lebih
penting lagi adalah permasalahan yang berkaitan dengan keadaan sosial lingkungan dan
infra struktur yang tersedia. Bila kondisi lingkungan sosial baik, infra struktur lengkap,
memang tidak ada permasalahan. Namun yang perlu dijaga adalah bilamana keadaan
yang ada sebaliknya, dimana masyarakat kurang menerima dengan baik kehadiran
proyek tersebut, infra struktur tidak lengkap, lokasi berada ditengah-tengah pedalaman.
Hal ini akan menjadi permasalahan serius yang harus dipikirkan jauh-jauh hari ini.
Biasanya tahapan-tahapan kerja dilakukan sebelum melakukan pekerjaan pemindahan
tanah secara mekanis adalah :
1.4.1. Survey Lapangan (Site Srvey)
Survey lapangan dimaksudkan guna menghimpun data-data lapangan secara
aktual dilokasi dimana pekerjaan akan dilakukan. Pengumpulan data lapangan
hendaknya dikumpulkan selengkap, secermat dan sedetail mungkin malalui survey
lapangan (site survey), sehingga pada saat pembuatan rencana kerja, anggaran biaya dan
pelaksanaan pekerjaan kita tidak mengalami hambatan atau perencanaan dapat dibuat
se-objektif mungkin.
Kurangnya data berarti akan menghadapi resiko yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya. Survey lapangan ini perlu dilakukan terutama bagi pemula, walaupun data
I-8

berupa gambar dan keterangan pekerjaan telah diperoleh, dengan dilakukannya survey
lapangan secara visual, minimal kita dapat mengantisipasi apa-apa yang harus dilakukan
pada saat pelaksanaan pekerjaan, terutama bila pelaksanaan perkerjaan dilakukan pada
daerah yang belum dikenal.
Hal ini perlu dilakukan dalam survey lapangan tersebut antara lain :
1.

Keadaan lapangan yang meliputi :


Keadaan tanam tumbuhan (vegetasi), antara lain : Jenis
pepohonan, diameter batang, struktur akarnya, kerapatan pohonnya dan lain
sebagainya.



Keadaan tanah, jenis tanah, kekerasan tanah, struktur lapisan
tanah, kelandaian atau ketinggian tanah dan lainya.



Keadaan curan hujan.



Topografi permukaan tanah



Volume dan luas daerah cakupan pekerjaan

2.

Kondisi tenaga kerja


Keadaan tenaga kerja setempat, kualitas dan kuantitas.



Kondisi kemampuan kerja perusahaan dalam bidang pekerjaan sipil, bahan
bangunan, peralatan pendukung dan lainnya.



Kemampuan logistik, suplai bahan makanan, bahan bakar minyak, pelumas,
suku cadang dan kebutuhan hidup sehari-hari.

3.

Kondisi transportasi dan akomodasi


Kondisi dan kemampuan jalan yang ada yang berkaitan dengan pelaksanaan
mobilisasi, meliputi :
1)

Kelas jalan

2)

Kelas jembatan

3)

Tanjakan

4)

Tikungan



Peta lokasi daerah tujuan akhir peralatan dan material



Pengiriman berita (komunikasi)



Lokasi kerja, dekat atau jauh dari pemukiman dan kondisi
lingkungan
I-9



Dan lain-lain yang berhubungan dengan kelancaran pekerjaan

1.4.2. Perncanaan
Berdasarkan hasil survey lapangan, maka dibuatlah rencana kerja yang akan menjadi
acuan kerja, yang meliputi :


Persiapan kerja



Struktur organisasi proyek



Penetuan metode dan prosedur kerja



Jadwal kerja (time schedule)



Penentuan jenis, type dan kombinasi peralatan yang akan
dipergunakan
Penentuan jumlah alat-alat berat dan tenaga kerja yang akan



digunakan
Penentuan jumlah alat-alat berat dan tenaga kerja yang akan



digunakan
Sistem logistik dan maintenance



Perencanaan kerja tersebut hendaknya mengacu pada metode kerja yang telah
disusun agar efesien dan paling menguntungkan dengan resiko seminimal mungkin.
Dalam penyusunan rencana kerja hendaknya bukanlah satu-satunya metode yang kita
kembangkan, melainkan merupakan hasil pengkajian dari beberapa alternatif metode
pelaksanaan. Metode perencanaan yang baik belum tentu yang termurah, dalam arti
bahwa yang termurah itu belum tentu ekonomis. Faktor-faktor berikut sebaiknya
diperhatikan :
1.

Keadaan medan

2.

Keadaan tanah

3.

Pengaruh keadaan lingkungan

4.

Spesefikasi pekerjaan

5.

Volume pekerjaan yang diisyaratkan

6.

Biaya operasi pelaksanaan pekerjaan dari alat-alat berat
serendah mungkin

7.

Prosedur

pengoperasian

alat

dan

pemeliharaan

(maintenance) yang rendah dan sederhana
8.

Umur pemakaian alat
I-10

9.

Undang-undang perburuhan, kesehatan dan keselamatan
kerja (K3)

10.

Peraturan, perijinan yang berkaitan dengan pekerjaan
yang akan dilakukan
Perencanaan yang baik merupakan modal utama untuk melakukan pelaksanaan

kegiatan dilapangan. Lebih baik melakukan awal kegiatan dengan sedikit lambat (slow
down) sambil menyusun perencanaan yang matang. Setelah perencanaan seluruhnya
sudah dianggap baik maka pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan kapasitas
penuh dari kemapuan dan potensi yang dimiliki. Namun demikian didalam perjalananya
perlu diadakan revesi atau perbaikan terhadap rencana awal, hal ini berkaitan dengan
perkembangan dan permasalahan yang terjadi dilapangan. Karena tidak ada suatu
proyekpun yang memiliki permasalahan yang sama, sehingga permasalahan yang
dihadapi dilapangan, pasti akan mempengaruhi perencanaan awal. Oleh karenanya
perencanaan awal tersebut perlu di up-date atau disesuaikan dengan perkembangan yang
ada secara periodik, baik perminggu atau perbulan tergantung dari kebijakan dari
proyek manajer. Kegiatan ini sekaligus merupakan kegiatan evaluasi terhadap pekerjaan
yang telah dilakukan dan menyesuaikan rencana kerja untuk dipergunakan pada
kegiatan pekerjaan selanjutnya. Dengan begitu berarti pelaksanaan pekerjaan selalu
dapat terkendali dengan baik
1.4.3. Pelaksanaan Pekerjaan
Pada tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahapan yang menetukan terhadap
keberhasilan dari sasaran yang hendak dicapai oleh tim manajemen proyek. Manajemen
perlu melakukan upaya-upaya untuk membuat suatu prosedur pelaksanaan pekerjaan
baik yang berkaitan dengan pelaksanaan teknis pekerjaan maupun persiapan
pelaksanaan administrasi dan keuangan serta sarana-sarana pendukung lainnya. Karena
pada pekerjaan pemindahan tanah secara mekanis, memerlukan dukungan selain
dukungan peralatan mesin, dan peralatan juga membutuhkan pendukung lainnya seperti
spare part, bahan bakar, pelumas. Selain itu dukungan konsumsi bila proyek berada jauh
dari perkotaan, dimana bahan makanan harus didatangkan dari kota yang berada relatif
jauh. Ini penting untuk diperhatikan guna menghilangkan kendala psikologis para
pekerja dalam menjalankan tugasnya. Untuk itu yang perlu diperhatikan dalam memulai
pelaksanaan pekerjaan adalah :
I-11

1)

Penentuan starting point (penentuan titik dimulainya pekerjaan).
Penetuan titik dimulainya pekerjaan penting dilakukan, hal ini dimaksudkan agar
menjadi ukuran awal bagi pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, seperti patok ketinggian
atau leveling sehingga pekerjaan selanjutnya tidak akan mengalami kesulitan
terhadap kontrol permukaan dan lain sebagainya.

2)

Analisa terhadap keadaan lokasi dari peta topografi yang ada.
Selanjutnya perlu dilakukan analisa terhadap keadaan topografi lokasi pekerjaan, hal
ini dimaksudkan guna mengatur operasional alat-alat berat dalam melakukan
kegiatannya, seperti darimana alat tersebut harus mulai pekerjaannya dan dimana
harus diakhiri.

3)

Pengaturan pengtahapan areal yang akan dikerjakan.
Pengaturan areal pekerjaan perlu dilakukan bila pekerjaan melibatkan banyak
peralatan diman pekerjaan dilakukan secara simultan, sehingga alat-alat berat dapat
bekerja secara efisien dan efektif.

4)

Pengaturan dan pembuatan jalan akses bagi lalu lintas alat-alat berat,
sehingga tidak terjadi hambatan.
Perlu dilakukan pengaturan dan pembuatan jalan akses bagi lalu lintas alat berat
seperti jalur dumptruck pada saat isi dan jalur dumptruck pada saat kosong maupun
demi kepentingan inspeksi pekerjaan, sehingga pengaturan ini menghindari terhadap
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti tabrakan dan lain sebagainya.

5)

Pengamanan lokasi kerja dari orang-orang yang tidak berkepentingan
dengan pekerjaan.
Lokasi pekerjaan sebaiknya diamankan bagi orang-orang yang tidak berkepentingan
dengan kegiatan pekerjaan, untuk itu perlu dibuatkan tanda-tanda pengamanan pada
lokasi-lokasi yang dianggap membahayakan keselamatan umum seperti daerah yang
rawan longsor, daerah peledakan dinamit dan daerah dimana lalu lintas alat-alat
berat sangat padat.

6)

Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan, kegiatan ini
merupakan sarana kontrol bagi manajemen untuk mengetahui apakah semua
ketentuan atau perencanaan yang telah dibuat telah dijalankan sesuai dengan
perintah yang diberikan. Fungsi pengawasan dan pengendalian mempunyai nilai

I-12

sangat strategis bagi tercapainya sasaran manajemen dalam menjalankan proyeknya
dalam meraih keuntungan tanpa harus mengorbankan mutu dan waktu pelaksanaan.

I-13