PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki potensi wilayah yang luas dengan daya tarik wisata yang cukup
besar, banyaknya keindahan alam merupakan suatu keuntungan tersendiri bagi
Indonesia. Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan
potensial dan prioritas pengembangan bagi Indonesia. Untuk meningkatkan peran
kepariwisataan, sangat terkait antara barang berupa obyek wisata sendiri yang dapat
dijual dengan sarana dan prasarana yang mendukungnya yang terkait. Tetapi, hingga
sekarang belum memperlihatkan peranan yang sesuai dengan harapan dalam proses
pengembangan pariwisata di Indonesia.
Kepariwisataan alam kemudian berkembang dan bergeser menjadi pola wisata minat
khusus dan wisata ekologis. Kedua pola wisata ini pada umumnya sangat mengandalkan
kualitas alam, sehingga akan menjamin tetap terpeliharanya keberadaan dan kelestarian
alam yang merupakan obyek dan daya Tarik wisata. ( Fandeli, 2002).
Dengan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004, UU No.33 Tahun 2004 yang
memberikan kewenangan lebih luas pada Pemerintah Daerah untuk mengelola
wilayahnya, membawa implikasi semakin besarnya tanggung jawab dan tuntutan untuk
menggali dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki daerah dalam
rangka menopang perjalanan pembangunan di daerah. Di samping itu, prospek
perkembangan pariwisata ke depan tidak akan bisa terbendung lagi oleh kemajuankemajuan dan perubahan yang mampu meningkatkan kunjungan wisatawan.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 1
Salah satu destinasi wisata potensial yang menyediakan keindahan alam yaitu
Wisata Gunung Panten yang terletak di Kelurahan Munjul Kecamatan Majalengka
Kabupaten Majalengka. Wisata Gunung Panten merupakan destinasi alam yang paling
dekat jangkauannya dari Kabupaten Majalengka. Diantara potensi wisata tersebut adalah
hutan alam, situs peninggalan Prabu Siliwangi, Kebun Manga, Curug Sempong, Sirkuit
Martaguna. Pada tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Majalengka resmi membuka Wisata
Gunung Panten dengan mengandalkan penjualan kondisi alam.
1.2. Permasalahan
Karena masih banyak potensi alam yang belum dikembangkan dan dikelola
dengan optimal oleh pemerintah kabupaten, olehh karena itu diperlukan upaya – upaya
pemerintah dan masyarakat setempat untuk mengembangkan Wisata Gunung Panten,
dan permasalahan yang timbul berasal dari kondisi extistingnya sendiri seperti :
-
Akses jalan yang masih sempit.
-
Jaringan listrik masih belum merata.
-
Lahan parkir belum memenuhi kebutuhan untuk wisata.
-
Tidak dilewati kendaraan umum.
-
Saluran air belum baik.
-
Sarana dan prasarana lainnya belum cukup memenuhi kebutuhan wisat
-
Pengembangan Wisata Gunung Panten dengan menghubungkan titiik – titik
potensi wisata yang bisa dimanfaatkan berdasarkan kondisi alam yang terdapat di
Gunung Panten sendiri.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 2
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari penulisan ini dapat mengembangkan kawasan wisata yang berada
di Kabupaten Majalengka dengan mengembangkan potensi alam yang sudah ada.
Tujuan penulisan ini adalah agar Kawasan Gunung Panten menjadi Kawasan
Wisata Terpadu yang bisa menjadi ikon wisata Kota Majalengka. Dengan menganalisa
potensi alam yang terdapat di Kawasan Gunung Panten dan memberikan rekomendasi
desain pengembangan Wisata Gunung Panten dan menonjolkan potensi yang dimiliki
sebagai daya tarik wisata.
1.4. BATASAN STUDI
1.4.1. Lokasi
Gunung panten berada di antara desa Munjul dan desa Sidamukti Kecamatan
Majalengka Kabupaten Majalengka.
Gambar 1. Peta lokasi Sumber : peta google
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 3
Kabupaten Majalengka secara geografis terletak di bagian Timur Propinsi Jawa
Barat yaitu Sebelah Barat antara 1080 03’ – 1080 19’ Bujur Timur, Sebelah Timur 1080
12’ – 1080 25’ Bujur Timur, Sebelah Utara antara 60 36’ – 60 58’ Lintang Selatan dan
Sebelah Selatan 60 43’ – 70 03’ Lintang Selatan.
-
Batas Utara : Kelurahan Munjul
-
Batas Timur : Kelurahan Babakan Jawa
-
Batas Selatan : Desa Kadu Kab. Sumedang
-
Batas Barat : Desa Leubaksiuh Kab. Sumedang
1.4.2. Materi
Materi pengembangan kawasan terbatas pada sisi arsitektur, seperti :
-
Struktur Peruntukan Lahan
-
Itensitas Pemanfaatan Lahan
-
Ruang Terbuka dan Tata Hijau
-
Tata Bangunan
-
Tata Kualitas Lingkungan
-
Sirkulasi dan Jalur Penghubung
-
Utilitas dan Prasarana
1.5. METODE
Metode penyelesaian penulisan terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
-
Mengumpulkan dan mengolah data mengenaik potensi dan permasalah yang
terdapat di Kawasan Gunung Panten.
-
Mengidentifikasi Permasalahan yang terdapat di Kawasan Gunung Panten.
-
Mempelajari studi literature yang berkaitan dengan obyek wisata Gunung Panten.
-
Mengalisa data, permasalahan, potensi program wisata yang sesuai untuk
dikembangkan di Kawasan Gunung Panten.
-
Mengaplikasikan konsep perancangan pada Kawasan Gunung Panten.
-
Menghasilkan desain akhir Pengembangan Kawasan Gunung Panten.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 4
Pengumpulan Data
Identifikasi
Masalah
Studi Literature
Pengolahan Data
Analisis
Konsep
Desain Akhir
Diagram 1. Diagram Tahapan Metode Penulisan
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 5
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan penelitian ini terbagi menjadi lima bab yang tersusun sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan dikemukakan mengenai latar belakang, rumusan masalah
yang menjadi dasar penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika
penulisan laporan penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka dan Studi Banding
Dalam bagian ini akan diuraikan mengenai judul, tema, teori pengembangan, pengertian
pariwisata. Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai studi banding proyek sejenis.
Bab III Gambaran Lokasi Studi
Pada bagian ini dipaparkan mengenai tinjauan regional, focus perancangan kawasan,
potensi serta permasalahan pada lokasi secara rinci.
Bab IV Analisis
Analisis Kedudukan Regional, Analisis Struktur Peruntukan Lahan, Analisis Intensitas
Pemanfaatan Lahan, Analisis Tata Bangunan, Analisis Sirkulasi dan Jalur Penghubung,
Analisis Ruang Terbuka dan Jalur Penghubung, Analisis Tata Kualitas Lingkungan,
Analisis Prasarana dan Utilitas Lingkungan.
BAB V Konsep
Konsep terdiri dari tema, delineasi, konsep struktur peruntukan lahan, konsep intensitas
penetapan lahan, konsep tata bangunan, konsep sirkulasi dan jalur penghubung, konsep
ruang terbuka dan tata hijau, serta kualitas lingkungan dan prasarana utilitas lingkungan.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN STUDI BANDING
2.1. DEFINISI DAN PENGERTIAN
Suatu informasi ilmiah yang diguunakan untuk mengukur suatu variable yang
merupakan hasil penjabaran dari sebuah konsep. Adapun definisi yang relevan dengan
penulisan dan dijabarkan secara singkat seperti berikut :
2.1.1. JUDUL
Pengembangan Menurut Munaef (1996 : 24, dalam Damayanti 2010) yang
dimaksud dengan pengembangan dalam kegiatan wisata adalah kegiatan usaha yang
terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan semua sarana dan prasarana,
barang dan jasa, fasilitas yang diperlukan, guna melayani kebutuhan wisatawan. Segala
kegiatan dan pengembangan pariwisata mencakup segi – segi yang sangat luas dan
menyangkut segi kehidupan dalam masyarakat mulai dari kegiatan pengangkutan,
akomodasi, atraksi wisata, makanan dan minuman, cinderamata, pelayanan, program
wisata, serta suasana dan kenyamanan.
Kawasan adalah daerah tertentu yang mempunyai ciri tertentu, seperti tempat tinggal,
pertokoan, industry, wisata, dan sebagainya. (KBBI)
Wisata Alam adalah obyek wisata alam yang berlokasi di dalam kawasan hutan
produksi yang daya tariknya didasarkan pada potensi alamnya. Kawasan ini dibangun
dan dikembangkan guna memnuhi kebutuhan wisata alam di alam terbuka (Anonim,
1998). Landasan filosofi wisata adalah menyediakan tempat rekreasi dalam kawasan
hutan produksi dengan membiarkan hutan sebagaimana adanya dan nilai – nilai
perlindungan dari hutan tetap lestari.
Gunung Panten atau dikenal juga Bukit Munjul merupakan objek wisata alam yang
dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka dengan keunggulan pemandangan kota
Majalengka dan Gunung Cermai yang dapat dilihat melalui. Wisata sejarah juga bisa
dinikmati di sini. Tepat di sebelah selatan lokasi paralayang, terdapat situs petilasan
Prabu Siliwangi dan peninggalan zaman dahulu.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 7
2.1.2. TEMA
Tema yang di gunakan untuk perancangan adalah Adventure tour yang
melibatkan eksplorasi atau perjalanan dengan risiko yang dirasakan (dan mungkin
aktual), dan berpotensi membutuhkan keterampilan khusus dan aktivitas fisik. Wisata
petualangan telah berkembang dalam beberapa dekade terakhir, karena wisatawan
mencari jenis liburan yang tidak biasa atau "jalan yang jarang dikunjungi", namun
pengukuran ukuran dan pertumbuhan pasar terhambat oleh kurangnya definisi
operasional yang jelas. Menurut Asosiasi Perjalanan Travel Travel yang berbasis di
AS, perjalanan petualangan dapat berupa kegiatan wisata yang mencakup tiga
komponen berikut: aktivitas fisik, pertukaran budaya dan hubungan dengan alam.
Wisatawan
petualangan
mungkin
termotivasi
untuk
mencapai keadaan
mental
yang ditandai sebagai rush atau flow dihasilkan dari melangkah keluar dari zona
nyaman mereka. Ini mungkin karena mengalami kejutan budaya atau melalui kinerja
tindakan, yang memerlukan usaha yang signifikan dan melibatkan beberapa tingkat risiko
(nyata atau yang dirasakan) dan / atau bahaya fisik (lihatolah raga ekstrim ).Ini mungkin
termasuk kegiatan seperti pendakian gunung, trekking, bungee-jumping, bersepedagunung,kano, arung-jeram , kayak , ziplining, paralayang, hiking, penjelajahan, sandboarding,
Beberapa
bentuk
perjalanan
petualangan
caving
yang
dan panjat
tidak
jelas
tebing.
meliputi
wisata bencana dan ghetto . Bentuk perjalanan petualangan lainnya yang meningkat
termasuk wisata sosial dan hutan .
Akses ke teknologi konsumen murah, sehubungan dengan Global Positioning
Systems , flashpacking , jejaring sosial dan fotografi , telah meningkatkan minat dunia
dalam melakukan perjalanan petualangan. Minat terhadap perjalanan petualangan
independen juga meningkat seiring semakin banyak situs perjalanan spesialis yang
menawarkan lokasi niche dan olahraga sebelumnya. Jenis perjalanan petualangan
diantaranya :
Pariwisata yang dapat diakses Ada kecenderungan untuk mengembangkan pariwisata
khusus untuk penyandang cacat. Perjalanan petualangan untuk orang cacat telah
menjadi industri senilai $ 13 milyar USD per tahun di Amerika Utara. Beberapa tujuan
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 8
wisata petualangan menawarkan beragam program dan kesempatan kerja yang
dikembangkan khusus untuk penyandang cacat .
Wisata budaya adalah tindakan bepergian ke suatu tempat untuk melihat budaya
lokasi itu, termasuk gaya hidup masyarakat di daerah itu, sejarah orang-orang, seni,
arsitektur , agama , dan faktor-faktor lain yang membentuk jalan hidup mereka.
Ekowisata sekarang didefinisikan sebagai "perjalanan yang bertanggung jawab ke
daerah-daerah
alami
yang
melestarikan
lingkungan,
menopang
kesejahteraan
masyarakat setempat, dan melibatkan interpretasi dan pendidikan" (TIES, 2015). Tujuan
ekowisata adalah untuk melindungi lingkungan dari dampak yang merugikan seperti lalu
lintas manusia, dan untuk memberikan informasi pendidikan dengan mempromosikan
kualitas unik lingkungan. Selain itu, ekowisata, "harus berusaha untuk memindahkan
wisatawan Eco dari peran pasif, di mana rekreasi mereka hanya didasarkan pada
lingkungan alam, ke peran yang lebih aktif di mana aktivitas mereka benar-benar
berkontribusi terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup lingkungan tersebut." ( Orams
pg 5).
Ethno pariwisata Wisata etno mengacu pada kunjungan ke lokasi asing demi
mengamati anggota masyarakat adat demi keuntungan non-ilmiah. Beberapa bentuk
ekstrem ini termasuk mencoba untuk melakukan kontak pertama dengan suku-suku yang
terlindungi dari pengunjung dari luar. Dua isu kontroversial yang terkait dengan wisata
etno termasuk membawa penduduk asli ke dalam kontak dengan penyakit yang tidak
mereka miliki kekebalannya, dan kemungkinan degradasi atau penghancuran budaya
dan / atau bahasa yang unik.
Wisata ekstrim melibatkan perjalanan ke lokasi ( ekstrim ) berbahaya atau partisipasi
dalam kejadian atau aktivitas berbahaya. Bentuk pariwisata ini bisa tumpang tindih
dengan olahraga ekstrim .
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 9
Pariwisata Ghetto mencakup semua bentuk hiburan - "rap gangsta," permainan
video, film, TV, dan bentuk lain yang memungkinkan konsumen untuk lalu lintas di kota
dalam tanpa meninggalkan rumah.
Wisata hutan adalah meningkatnya subkategori perjalanan petualangan yang
didefinisikan oleh sarana fisik multifaset yang aktif dalam perjalanan di daerah hutan di
bumi. Meskipun serupa dalam banyak hal untuk perjalanan petualangan, wisata hutan
berkaitan secara khusus dengan konteks kawasan, budaya dan aktivitas. Menurut
Glosarium Persyaratan Pariwisata, tur hutan telah menjadi komponen utama wisata hijau
di daerah tropis dan merupakan fenomena pariwisata internasional Barat yang relatif
baru.
Perjalanan darat atau overlanding mengacu pada "perjalanan darat" - mungkin
berasal dari ekspedisi darat pertama Marco Polo di abad ke-13 dari Venesia ke istana
Mongolia Kubilai Khan. Hari ini overlanding adalah bentuk liburan petualangan yang
panjang, memulai perjalanan panjang, sering dalam kelompok. Perusahaan-perusahaan
di darat menyediakan truk atau bus yang telah dikonversi dan pemimpin tur, dan
kelompok tersebut melakukan perjalanan darat selama beberapa minggu atau bulan.
Sejak tahun 1960-an overlanding telah menjadi cara yang populer untuk
melakukan perjalanan antara berbagai tujuan di Afrika, Eropa, Asia (khususnya India),
Amerika dan Australia. Jejak "Hippie" tahun 60an dan 70an melihat ribuan pemuda barat
melakukan perjalanan melalui Timur Tengah ke India dan Nepal. Banyak rute tradisional
yang lebih tua masih aktif, bersamaan dengan rute yang lebih baru seperti Islandia ke
Afrika Selatan dan negara-negara pasca Asia Tengah pasca soviet.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 10
Eksplorasi perkotaan (sering disingkat sebagai urbex atau UE) adalah
pemeriksaan dari area perkotaan atau fasilitas industri yang biasanya tidak terlihat atau
tidak terjangkau. Eksplorasi perkotaan juga sering disebut infiltrasi, walaupun beberapa
orang menganggap infiltrasi lebih dekat terkait dengan eksplorasi situs yang aktif atau
yang dihuni. Ini mungkin juga disebut sebagai "pengeringan" (saat menjelajahi saluran
pembuangan) "spelunking perkotaan", "urban caving", atau "building hacking". Sifat
kegiatan ini menghadirkan berbagai risiko, termasuk bahaya fisik dan kemungkinan
penangkapan dan hukuman. Banyak, tapi tidak semua, aktivitas yang terkait dengan
eksplorasi kota dapat dianggap melanggar atau pelanggaran lainnya terhadap undangundang lokal atau regional.
Tema yang digunakan untuk tata bangunan adalah tema Arsitektur Organik yang
merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang memiliki sejarah
panjang dengan beragam pemaknaan konsep – konsep alam. Dengan tema arsitektur
organic pada prancangan, obyek wisata Gunung Panten diharapkan mampu membentuk
kawasan yang lebih terpadu, tertata dengan mengembangkan fungsi dari kawasan wisata
Gunung Panten dengan menyesuaikan antara pikiran dan alam. Alasan pemilihan tema
arsitektur organic adalah karena arsitektur organic merupakan arsitektur humanis,
memperhatikan manusia didalamnya dan merupakan suatu shelter yang melingkupi dan
melindungi manusia dan aktivitasnya. Maka akan menghasilkan bangunan yang
memounyai hubungan dengan alam dan manusia.
2.2. TINJAUAN KEBIJAKAN
Visi dan Misi Pariwisata Jawa Barat Tahun 2013 – 2018.
2.2.1. VISI
" MEWUJUDKAN JAWA BARAT SEBAGAI PUSAT BUDAYA DAN DESTINASI WISATA
BERKELAS DUNIA "
2.2.2. MISI
1. Meningkatkan Pembangunan Perekonomian berbasis Potensi Lokal;
2. Melestarikan Aset Budaya Lokal;
3. Mengefektifkan Seni dan Budaya sebagai Asset Daerah yang mendukung Kepada
Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat dalam Bingkai Kearifan Lokal;
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 11
4.
Meningkatkan
Kualitas
Sumber
Daya
Manusia
Bidang
Kebudayaan
dan
Kepariwisataan.
2.
UU. No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menjelaskan bahwa pariwisata
adalah adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.
3.
Di Indonesia, pengertian wisatawan tercantum dalam Instruksi Presiden RI No. 9
tahun 1969, yaitu setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung
ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu.
2.3. TINJAUAN TEORI
Potensi wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia (tata kehidupan, seni
budaya, serta sejarah) dan keadaan alam yang dimungkinkan untuk dipasarkan dan
dikelola serta dikembangkan guna menjadi tempat yang dimanfaatkan untuk bersenangsenang atau mengagumi alam dalam sementara waktu. Potensi objek wisata tersebut
dapat berupa fisik, produk-produk wisata maupun atraksi-atraksi yang menjadi modal
utama bagi perkembangan pariwisata. Adapun identifikasi potensi wisata dapat di lihat
dari jenis daya tarik yang dimiliki (Inskeep, 1991:27).
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Daya tarik
wisata dapat menimbulkan wisatawan untuk datang mengunjunginya. Para wisatawan
datang untuk mendapatkan kepuasan batin (something to see, something to buy,
something to do) (Yoeti, 1983:160). Daya tarik wisata adal segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayanaan alam, budaya
dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan yang kemudian
disebut dengan daerah tujuan wisata (Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun
2009 Tentang Kepariwisataan).
Wisata alam (natural tourism) adalah jenis wisata yang memanfaatkan potensi
alam sebgai objek daya tariknya (Yoeti, 1983:160). Termasuk dalam jenis ini adalah:
a. Wisata dataran tinggi (hawa sejuk, lingkungan alam, dan pemandangan indah).
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 12
b. Wisata Cagar alam (dunia flora dan fauna yang dilindungi, perilkau kehidupan satwa
dan sebagainya).
c. Wisata hutan (hutan lindung, taman nasional (Bromo Tengger Semeru, Ujung Kulon,
Gede Pangrango, Gunung Merapi, Gunung Leuseur, dan sebagainya) ).
d. Wisata gua.
e. Wisata tirta antara lain: (menyelam, memancing, berselancar, dayung, renang, dan
arum jelarm.
Menurut Burkat dan Medlik (1982:46) daerah tujuan wisata memiliki potensi yang
meliputi atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Atraksi merupakan tempat menarik yang
meliputi iklim, pemandangan, dan sejarah atau kegiatan-kegiatan menarik seperti
kongres, pameran, festival kebudayaan dan kegiatan olahraga. Aksesibiltas berfungsi
untuk menghubungkan suatu destinasi tersebut dapat didatangi atau diakses oleh
wisatawan. Amenitas pada destinasi yang meliputi akomodasi, tempat makan, atau
tempat hiburan yang dapat di nikmati wisatawan ketika menetap di suatu daerah tujan
wisata. Namun untuk memaksimalkan pariwisata pada suatu destinasi maka perlu
adanya sebuah organisasi pariwisata yang dapat memanajemen destinasi tersebut.
Menurut Hadinoto (1996:21) komponen-komponen dari objek wisata terdiri dari 3, yaitu
komponen atraksi, komponen fasilitas yang tersedia di objek wisata, dan komponen
aksesibilitas untuk menjangkau objek wisata tersebut. Berikut ini penjelasan 3 komponen
tersebut:
1. Atraksi
Atraksi merupakan focus perhatian yang memotivasi wisatawan untuk berkunjung ke
suatu objek wisata. Atraksi dapat dikatergorikan menjadi 3 kategori yaitu alam (pantai,
gunung, taman, iklim), bangunan (bangunan bersejarah, bangunan keagamaan, gedung
pertemuan, gelanggang olahraga), dan budaya (museum, teater, galeri seni,
pameran)(World Tourism Organization. 2007:1).
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 13
2. Fasilitas
Fasilitas adalah elemen dalam objek wisata sebagai pendukung aktivitas wisatawan saat
berada di objek wisata yang memungkinkan wisatawan untuk tinggal di objek wisata,
unuk menikmati atau berpartisipasi dalam atraksi yang ditawarkan oleh objek wisata yang
menjadi tujuannya. Fasilitas tersebut antara lain toilet umum, area parkir, mushola, serta
fasilitas akomodasi, restoran, café, dan bar (Pitana dan Diarta, 2009:130).
3. Aksesibilitas
Aksesibilitas berkaitan dengan keterjangkauan suatu objek wisata, seperti sistem
transportasi, rute, atau jalur yang dilewati, serta moda tarnsportasi yang tersedia
(Sunaryo, 2013:159).
2.4. STUDI BANDING
Wisata Alam Gunung Budheg Tulungagung Jawa Timur
Gunung Budheg atau yang memiliki nama lain Gunung Cikrak, terletak di sisi
selatan Kota Tulungagung, tepatnya di Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat,
Tulungagung. Memiliki ketinggian 585 mdpl jika di lihat dari tingginya tidak seberapa
dibandingkan gunung gunung lain di jawa timur.
Wisata Gunung Budheg di Tulungagung merupakan tempat wisata yang harus anda
kunjungi karena pesona keindahannya tidak ada duanya. Penduduk lokal daerah
boyolangu juga sangat ramah tamah terhadap wisatawan lokal maupun wisatawan asing.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 14
Kota tulungagung juga terkenal akan keindahan obyek wisatanya , salah satu
contohnya adalah Wisata Gunung Budheg di Tulungagung ini. Wisata Gunung Budheg
di Tulungagung adalah Gunung Budheg atau biasa dikenal dengan nama Gunung Cikrak
ini adalah salah satu gunung atau bukit yang mempunyai ketinggian sekitar 585 mdpl dan
terletak di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung.
Gunung Budheg bisa menjadi lokasi atau tempat untuk latihan bagi para pendaki
pemula untuk melakukan pemanasan. Jalur yang harus dilalui untuk sampai ke puncak
Gunung Budheg adalah jalanan yang menanjak melewati semak berduri diselingi dengan
merayap dipinggiran tebing yang cukup curam.
Fasilitas :
- Area Parkir kendaraan
- Mushola
- Kamar mandi / MCK
- rumah makan
- dan masih banyak lainnya
Gambar 2. Gunung Budheg
Sumber : www.wisatagunung.com
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 15
Gambar 3. Area budaya Gunung Budheg
Sumber : www.wisatagunung.com
Gambar 4. Peta lokasi Gunung Budheg Sumber : photo google
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 16
Kawasan Pariwisata Gunung Galunggung Tasikmalaya Jawa Barat
Wisata Gunung Galunggung merupakan salah satu kawasan pariwisata andalan,
terlihat dari pemasukannya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Tasikmalaya dan jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke wisata Gunung
Galunggung, tidak hanya wisatawan lokal saja tetapi juga wisatawan asing. Terdapat
beberapa daya tarik wisata yang ditawarkan antara lain obyek wisata dan daya tarik
wanawisata dengan areal seluas kurang lebih 120 hektar di bawah pengelolaan Perum
Perhutani. Obyek yang lainnya seluas kurang lebih 3 hektar berupa pemandian air panas
(Cipanas) lengkap dengan fasilitas kolam renang, kamar mandi dan bak rendam air
panas.
Gambar 5. Potensi Wisata Gunung Galunggung
Sumber: photo google
Gambar 6. Wisata Gunung Galunggung
Sumber: Observasi, 2015
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 17
Pengembangan dampak wisata Gunung Galunggung ini akan berdampak sangat
luas dan signifikan dalam pengembangan ekonomi upaya-upaya pelestarian sumber
daya alam dan lingkungan serta akan berdampak terhadap kehidupan sosial budaya
masyarakat terutama masyarakat lokal.
The Peak Hongkong
The Peak sebagai titik tertinggi di Pulau Hong Kong, lokasi ini adalah lingkungan
elit sejak zaman kolonial - zaman saat udara sejuk menarik si kaya dan si terkenal.
Dizaman AC, pemandangan cakrawala kota yang menawan merupakan daya tarik bagi
mereka. Pemandangan tersebut juga alasan kepopularan The Peak dikalangan
wisatawan Hong Kong. Disiang hari, pemandangan Anda tertuju pada kilauan gedung
pencakar langit dan Pelabuhan Victoria yang berlatar hijaunya New Territories. Dimalam
hari, panorama ini meleleh menjadi pink dan oranye hingga akhirnya berubah menjadi
deretan lampu gemerlap. Dengarkan dengan seksama senandung kota dunia Asia.
Titik-titk Pemandangan
Bentuk paron Peak Tower memiliki dek observasi bernama Sky Terrace 148,
disamping restoran dan pertokoan. Lokasi cuci mata lain adalah Lugard Road Lookout,
Lions View Point Pavilion, dan dek observasi di Peak Galleria. Untuk panorama sambil
jalan santai, Peak Circle Walk sepanjang 3.5 kilometer.
Gambar 7. Wisata peak hongkong
Sumber : www.discoverhongkong.com
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 18
Gambar 8. Wisata peak hongkong
Sumber : www.discoverhongkong.com
Gambar 9. Area wisata peak hongkong
Sumber : www.discoverhongkong.com
Terletak di Terminus Bawah, Galeri Sejarah The Peak Tram adalah kontribusi The
Peak Tram untuk sejarah dan warisan Hong Kong yang mulai beroperasi pada 1888.
Galeri ini membawa penduduk bernostalgia dan wisatawan setitik sejarah bagaimana
Mutiara Timur bernama Hong Kong mendapat kilaunya.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 19
BAB III
GAMBARAN LOKASI STUDI
3.1. TINJAUAN REGIONAL
Secara geografis pronvinsi Jawa Barat terletak di antra 5050’-7050’ LS dan
104048’-104048’BT, dengan batas-batas wilayah:
Sebelah Utara, dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta ;
Sebelah Timur, dengan Provinsi Jawa Tengah ;
Sebelah Selatan, dengan Samudra Indonesia ;
Sebelah Barat, dengan Provinsi Banten.
Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang kompleks
dengan wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan selatan serta dataran rendah
di wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan fungsi hutan konservasi, hutan lindung
dan hutan produksi yang proporsinya mencapai 22,10% dari luas Jawa Barat; curah
hujan berkisar antara 2000-4000 mm/th dengan tingkat intensitas hujan tinggi; memiliki
40 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan debit air permukaan 81 milyar m3/tahun dan air
tanah 150 juta m3/th.
Secara administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi kedalam
27 kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi,
Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya,
Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon,
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten
Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten
Bandung Barat dan 9 kota yaitu Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota
Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar
serta terdiri dari 626 kecamatan, 641 kelurahan, dan 5.321 desa.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 20
Gambar : Peta Lokasi Kab. Majalengka di Jawa Barat.
Sumber : Peta Google
Secara geografis Kabupaten Majalengka terletak di bagian timur Propinsi Jawa
Barat. Kabupaten Majalengka terletak pada titik koordinat yaitu Sebelah Barat 108° 03' 108° 19 Bujur Timur, Sebelah Timur 108° 12' - 108° 25 Bujur Timur, Sebelah Utara 6° 36'
- 5°58 Lintang Selatan dan Sebelah Selatan 6° 43' - 7°44.
Bagian Utara wilayah kabupaten ini merupakan dataran rendah, sementara
wilayah tengah berbukit-bukit dan wilayah selatan merupakan wilayah pegunungan
dengan
puncaknya Gunung
Kuningan serta
Ceremai yang
Gunung Cakrabuana yang
berbatasan
berbatasan
dengan Kabupaten
dengan Kabupaten
Tasikmalaya dan Kabupaten Sumedang. Secara administratif berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu.
Sebelah Selatan : Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis.
Sebaleh Barat : Kabupaten Sumedang.
Sebelah Timur : Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan.
Kabupaten Majalengka terdiri dari 26 Kecamatan, yang terbagi atas 330 Desa dan
13 Kelurahan. Pusat pemerintahan Kabupaten berada di Kecamatan Majalengka.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 21
3.2. FOKUS PERANCANGAN
Lokasi perancangan berada di antara Desa Sidamukti dan Desa Munjul
Kabupaten Majalengka.
Batas Utara : Kelurahan Munjul
Batas Timur : Kelurahan Babakan Jawa
Batas Selatan : Desa Kadu Kab. Sumedang
Batas Barat : Desa Leubaksiuh Kab. Sumedang
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 22
3.3. POTENSI DAN PERMASALAHAN
POTENSI
Lokasi perencanaan berada di dekat pusat perkotaan sehingga memudahkan
untuk dikunjungi, kawasan ini berpotensi untuk di kembangkan menjadi kawasan wisata
berbasis alam karena potensi alam yang dimilikinya sangat mendukung. Lokasi
berdekatan dengan jalur provinsi. Di kawasan terdapat situs peninggalan bersejarah,
Curug, Kebun Mangga, dan sirkut mini untuk perlombaabn dan kegiatan tertentu.
PERMASALAHAN
Permasalahan lokasi diantaranya :
-
Akses jalan yang masih sempit.
-
Jaringan listrik masih belum merata.
-
Lahan parkir belum memenuhi kebutuhan untuk wisata.
-
Tidak dilewati kendaraan umum.
-
Saluran air belum baik.
-
Sarana dan prasarana lainnya belum cukup memenuhi kebutuhan wisata.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 23
BAB IV
ANALISIS
4.1. ANALISIS KEDUDUKAN REGIONAL
Gambar 4.1. Kedudukan lokasi Regional
Sumber : peta google
Kabupaten Majalengka secara administratif berbatasan dengan wilayah :
Sebelah Utara
: Kabupaten Indramayu
Sebelah Selatan
: Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya
Sebelah Timur
: Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan
Sebelah Barat
: Kabupaten Sumedang
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 24
Luas Wilayah Kabupaten Majalengka adalah 1.204,24 Km2, atau hanya sekitar
2,71 % dari luas Wilayah Provinsi Jawa Barat (yaitu kurang lebih 44.357,00 Km2) yang
terdiri dari 26 kecamatan. Dilihat dari topografinya Kabupaten Majalengka dapat dibagi
dalam tiga zona daerah, yaitu :
Daerah pegunungan dengan ketinggian 500-857 m di atas permukaan laut dengan
luas 482,02 Km2 atau 40,03 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka.
Daerah bergelombang/berbukit dengan ketinggian 50-500 m di atas permukaan laut
dengan luas 376,53 Km2 atau 31,27 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka.
Daerah dataran rendah dengan ketinggian 19-50 m di atas permukaan laut dengan luas
345,69 Km2 atau 28,70 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka.
Tabel 4.1 Perhitungan Jarak dan Waktu Tempuh
KOTA
JARAK (KM)
WAKTU TEMPUH
JAKARTA
187
2 JAM 59 MENIT
PURWAKARTA
130
1 JAM 50 MENIT
BANDUNG
187
2 JAM 59 MENIT
CIREBON
59,1
1 JAM 17 MENIT
TEGAL
128
2 JAM 6 MENIT
Sumber : perhitungan maps google
Table perhitungan Jarak dan Waktu Tempuh menerangkan jarak Kota Majalengka
dengan kota-kota sekitar yang bisa menunjang kota majalengka dalam akses pariwisata.
Ibukota Provinsi seperi Bandung berperan sebagai ibukota provinsi yang menunjang
pengembangan pariwisata terhadap Kota Majalengka.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 25
4.2. ANALISIS STRUKTUR PERUNTUKAN LAHAN
Struktur peruntukan lahan merupakan komponen rancang kawasan yang
berperan penting dalam penggunaan dan penguasaan lahan atau tata guna lahan yang
telah ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan
dalam rencana tata ruang wilayah. Seperti yang telah disebutkan dalam peraturan daerah
Kabupaten Majalengka nomor 11 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Majalengka tahun 2011 – 2031. Gunung Panten terletak di Kecamatan
Majalengka.
Gambar 4.2 Letak Gunung Panten
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka tahun 2011 - 2031
Pada kawasan Gunung Panten Pemerintah memanfaatkannya dengan membuka
area pariwisata untuk menunjang perkeonomian Kabupaten Majalengka. Pada kondisi
eksisting kawasana seiktar sudah dibuat untuk pariwisata adrenalin seperti sirkuit dan
paralayang dengan memanfaatkan potensi alam Gunung Panten.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 26
Gambar 4.2 Struktur Peruntukan Lahan
Sumber : dokumen pribadi
4.3. ANALISIS INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN
Pengembangan wilayah kawasan wisata Gunung Panten, pemanfaatan lahan
untuk kawasan terbangun, berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayahh Kabupaten
Majaleng tahun 2011 – 2031 peraturan pembangunan yang berada di kawasan Gunung
Panten, yaitu :
KDB (Koefisien Dasar Bangunan) : maksimum 20 %
KLB (Koefisien Luas Bangunan) : maksimum 40 %
GSS (Garis Sempadan Sungai)
: 15 meter
KDH (Koefisien Dasar Hijau)
: 30 %
Ketinggian Maksimum Bnagunan : 2 lantai
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 27
4.4. ANALISIS TATA BANGUNAN
Tata bangunan adalah hasil dari penyelenggara gedung beserta lingkungannya
sebagai wujud pemanfaatan ruang. Meliputi berbagai aspek termasuk pembentukan
citra/ karakter fisik lingkungan, besaran, dan konfigurasi dari elemen – elemen blok,
kaveling/petak lahan, bangunan, serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan yang
dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas ruang kota yang akomodatif
terhadap kegiatan yang ada, terutama bagi ruang – ruang publik. Tata bangunan juga
merupakan system perencanaan sebagai bagaian dari penyelenggaraan bangunana
gedung beserta lingkungannya, termasuk sarana dan prasarana pada suatu lingkungan
binaan, baik perkotaan ataupun pedesaan sesuai dengan peruntukan lokasi yang berlaku
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka sendiri.
Tabel 4.4. Bangunan Eksisting
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 28
Sumber : dokumen pribadi
Pada kawassan Gunung Panten sudah terdapat area untuk rekreasi dengan
bangunan bergaya sunda pada penginapannya, tetapi fasilitas bangunan lainnya belum
memadai seperti area kantin atau foodcourt, fasilitas toilet, mushola, dan lainnya.
Ketinggian maksimal pada kawsana Gunung Panten ini hanya 1 lantai karena kondisi
kawasan yang berada di area bukit sehingga menghindari rawan longsor jadi
menggunakan bangunan yang tidak terlalu berat bebannya.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 29
4.5. ANALISIS JALUR PENGHUBUNG
Pada kawasan Gunung Panten hanya terdapat satu jalur penghunung dari kota menuju
lokasi, yaitu memalui jalan local selebar 5 meter dan hanya bisa di lalui oleh satu kendaraan
beroda empat yang kecil dan kendaraan roda dua. Kondisi jalan tidak terlalu baik karena
dibeberapa titik banyak terdapat lubang dan berpasir sehingga membahayakan pengunjung.
Gambar 4.8 Jalur Penghubung
Sumber : dokumen pribadi
Sumber : RTRW Kabupaten Majalengka 2011-2031
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 30
Tabel 4.5a kondisi jalan eksisting
Sumber : dokumen pribadi
4.6. ANALISIS RUANG TERBUKA DAN HIJAU
Kawasan ini masih memiliki ruang terbuka hijau yang luas seperti area hutan,
persawahan, kebun, dan bukit yang belum terlalu banyak di manfaatkan.
Gambar 4.9 Peta Ruang terbuka hijau
Sumber : dokumen pribadi
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 31
Sistem ruang terbuka hijau merupakan komponen rancangan kawasan yang tidak
sekedar terbentuk sebagai elemen tambahan ataupun elemen sisa setelah proses
rancangan arsitek diselesaikan, melainkan menciptakan juga bagian integral dari suatu
lingkungan yang lebih luas. Penataan system ruang terbuka hijau diatur melalui
pendekatan desain tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran
penting baik secara ekologis, rekreatif, dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan
memiliki karakter terbuka sehingga memudahkan diakses oleh berbagai kalangan.
4.7. ANALISIS TATA KUALITAS LINGKUNGAN
Tata lingkungn merupakan upaya rekayasa elemen-elemen kawasan yang
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau subarea dengan sistem kualitas
lingkungan yang informative, berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu. Tata
kualitas lingkungan terdiri dari : Konsep Identitas Lingkungan, konsep orientasi
lingkungan, dan wajah jalan.
Penataan kualitas lingkungan merujuk pada upaya rekayasa elemen – elemen
kawasan yang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan dengan system yang
informative, berkarakter khas dan memiliki orientasi tertentu.
4.8. ANALISIS PRASARANA DAN UTILITAS LINGKUNGAN
Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Ruang untuk
Ketahanan Pangan adalah lahan yang dialokasikan untuk kegiatan budidaya pertanian,
perkebunan, kehutanan,
peternakan, perikanan serta pengembangan sarana dan
prasarana yang terkait dengan ketersediaan dan penganekaragaman, distribusi, serta
cadangan pangan untuk mendukung ketahanan pangan kabupaten dan provinsi.
Kecamatan
Majalengka
harus
mempunyai
system
pengendali
banjir
berupa
pengembangan prasarana pengendali banjir, seperti :
-
Penyediaan waduk
-
Tersedianya sumur resapan
-
Pengadaan bio pori.
-
Pembuatan tanggul
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 32
-
Normalisasi sungai
-
Pengerukan sungai secara rutin.
Selain sistem pengendali banjir sistem jaringan jalan merupakan hal penting
lainnya. System jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada
dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis.
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 33
4.9. ANALISIS BENCANA ALAM
Kecamatan Majalengka merupakan salah satu kawasan yang rawan terhadap
tanah longsor dan banjir karrena kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap
perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau
material campuran. Sementara itu kriteria kawasan rawan banjir adalah daeraah yang
diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana banjir. Maka dari itu
diperlukannya perlindungan terhadap kawasan rawan banjir untuk menghindari
terjadinya bencana akibat perbuatan manusia.
Dinas Bina
Marga Cipta Karya
/
BPBD memiliki kewenangan
untuk
mengidentifikasi dan inventarisasi kawsan – kawasan rawwan bencana secara lebih
akurat, memetakan kawasan rawan bencan alam, membuat pengaturan kegiatan
manusia di kawasan rawan bencana alam, melakukan upaya untuk mengurangi resiko
bencana alam, serta melakukan sosialisasi bencana alama pada masyarakat, jika perlu
dilakukan relokasi pemukiman pada kawasan rawan bencana.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 34
Gambar 4.10 Peta Rencana Jalur Evakuasi Bencana Alam Kabupaten Majalengka
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka 2011 - 2031
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 35
BAB V
KONSEP
5.1. TEMA KAWASAN
Tema yang di terapkan di kawasan adalah ADVENTUR TOURISM yang melibatkan
eksplorasi atau perjalanan dengan risiko yang dirasakan (dan mungkin aktual), dan berpotensi
membutuhkan keterampilan khusus dan aktivitas fisik. Wisata petualangan telah berkembang
dalam beberapa dekade terakhir, karena wisatawan mencari jenis liburan yang tidak biasa atau
"jalan yang jarang dikunjungi", namun pengukuran ukuran dan pertumbuhan pasar terhambat
oleh kurangnya definisi operasional yang jelas. Menurut Asosiasi Perjalanan Travel Travel yang
berbasis di AS, perjalanan petualangan dapat berupa kegiatan wisata yang mencakup tiga
komponen berikut: aktivitas fisik, pertukaran budaya dan hubungan dengan alam.
5.2. Delineasi
Gambar 5.2 Delineasi Kawasan
Sumber : google earth ( peta diolah kembali)
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 36
Lokasi pengembangan kawasan Gunung Panten berada di Kecamatan Majalengka,
dengan total luas lahan 65 , 71 Ha dengan tiga titik atau tiga zona berbeda. Pada zona pertama
luas lahan sebesar 24,44 Ha berada di bawah Gunung Panten, zona kedua berada di puncak
guunung dengan luas 15,16 Ha yang merpakan area paralayang sendiri, dan pada zona ke 3
berada di dekat sungai yang berada di bawah kaki gunung dengan luas 26,11 Ha.
5.3. KONSEP PERUNTUKAN LAHAN
Konsep peruntukan lahan menyesuaikan dengan kondisi dan potensi sesuai dengan
kebutuhan kawasan, sebagaian peruntukan lahan di pertahankan dari RTRW Kab Majalengka,
sebagaian ditambahkan fungsinya lainnya sesuai dengan kebutuhan. Seperti pada gambar :
Gambar 5.3a. peruntukan lahan zona 1 dari eksisting
Sumber : dokumen pribadi
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 37
Gambar 5.3b. peruntukan lahan yang direncanakan
Sumber : dokumen pribadi
Gambar 5.3c peruntukan lahan zona 2
Sumber : dokumen pribadi
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 38
Gambar 5.3d . peruntukan lahan zona 3
Sumber : dokumen pribadi
Gambar 5.3e. peruntukan lahan yang direncanakan
Sumber : dokumen pribadi
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 39
5.4. INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN
Intensitas pemanfaatan lahan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Majalengka. pemanfaatan lahan untuk kawasan terbangun, berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayahh Kabupaten Majaleng tahun 2011 – 2031 peraturan pembangunan yang berada di
kawasan Gunung Panten, yaitu :
KDB (Koefisien Dasar Bangunan)
: maksimum 20 %
KLB (Koefisien Luas Bangunan)
: maksimum 40 %
GSS (Garis Sempadan Sungai)
: 15 meter
KDH (Koefisien Dasar Hijau) : 30 %
Ketinggian Maksimum Bnagunan : 2 lantai
5.5. KONSEP TATA BANGUNAN
Tema yang digunakan untuk tata bangunan adalah tema Arsitektur Organk. Dengan tema
arsitektur organik pada prancangan, obyek wisata Gunung Panten diharapkan mampu
membentuk kawasan yang lebih terpadu, tertata dengan mengembangkan fungsi dari kawasan
wisata Gunung Panten dengan menyesuaikan antara pikiran dan alam. Alasan pemilihan tema
arsitektur
organic
adalah
karena
arsitektur
organik
merupakan
arsitektur
humanis,
memperhatikan manusia didalamnya dan merupakan suatu shelter yang melingkupi dan
melindungi manusia dan aktivitasnya. Maka akan menghasilkan bangunan yang memounyai
hubungan dengan alam dan manusia.
konsep dasar dari arsitektur organik menggunakan prinsip arsitektur organik yang terdiri
dari :
-
Form Follows Flow, Bangunan pada arsitektur organic mengikuti aliran energy alam.
Arstektur organic pada penerapannya menyesuaikan dengan alam sekitar secara dinamis
dan bukan melawan alam.
-
Building As Nature, bangunan bersifat alami, dan menjadi pokok dan inspiratif dalam
penerapan arsitektur organik.
-
Of The People, desain ini menekankan hubungan yang kratif dengan pengguna
bangunan. Perancangan bentuk dan struktur bangunan didesain berdasarkan kebutuhan
pemakai bangunan.
-
Of The Material, bentuknya terpacarkan dari kualitas bahan bangunan yang dipilih yaitu
material yang dapat digunakan dengan baik dimana tidak merusak ekologi dan
pemanfaatan sumber daya alam dengan efisien.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 40
-
Of The Hill, bangunan terlihat tumbuh dan menyesuaikan diri pada suatu tempat tertentu
sehingga dapat mengurangi dampak negative pada lingkungan.
5.6. KONSEP SIRKULASI DAN JALUR PENGHUBUNG
Konsep sirkulasi terdiri dari pelebaran dan penambahan ruas jalan kolektor kawasan,
penambahan ruang berhubungan dengan luasnya kawasana Gunung Panten. Disepanjang jalan
terdapat jembatan dan titik tempat parkir yang berdekatan dengan titik lokasi yang memiliki
intensitas kegiatan yang cukup padat seperti pada area pemukiman warga.
Gambar 5.6a contoh potongan jalan pada area pemukiman
Sumber : dokumen pribadi
Gambar 5.6b contoh potongan jalan pada jalan kawasan
Sumber : dokumen pribadi
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 41
5.7. KONSEP RUANG TERBUKA HIJAU
Konsep ruang terbuka hijau di beberapa titik di kembangkan, salah satunya yang
berdekatan dengan area sirkuit dikembangkan menjadi area terbuka hijau yang bisa
menyeimbangi kegiatan yang terjadi pada area sirkuit. Konsep yang digunakan adalah plaza
dengan fungsi sebagai tempat berolahraga, menyalurkan hobi bagi warga, bisa juga berupa
teater terbuka untuk pagelaran budaya. Sehingga diharapkan mampu mengembangkan wisata
di lokasi.
Gambar 5.7a contoh teater terbuka berada di hutan
Sumber : photo google
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 42
Gambar 5.7b contoh lain dari amphitheater
Sumber : photo google
5.8. KONSEP TATA KUALITAS LINGKUNGAN
Konsep tata kualitas lingkungan di desain untuk mencerminkan bangaimana kawasan
tersebut bisa di nikmati dari dekat maupun dari kejauhan. Pembuatan patung – patung yang
sesuai dengan kebutuhan dan fungsi kawasan.
Gambar 5.8 contoh pintu pada arena sirkuit di zona 1
Sumber : www. Mugello-circiut.com
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 43
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 1
1.1.
PENDAHULUAN ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
1.2.
Permasalahan.............................................................................................................................. 2
1.3.
MAKSUD DAN TUJUAN ................................................................................................................ 3
1.4.
BATASAN STUDI .......................................................................................................................... 3
1.5.
METODE ...................................................................................................................................... 4
1.1.
Co Jenis perjalanan petualangan ............................................................................................ 5
2.1.
Pariwisata yang dapat diakses ................................................................................................ 5
2.2.
Wisata budaya ........................................................................................................................ 5
2.3.
Wisata bencana ...................................................................................................................... 5
2.4.
Ekowisata ............................................................................................................................... 5
2.5.
Ethno pariwisata .................................................................................................................... 5
2.6.
Wisata ekstrim ........................................................................................................................ 5
2.7.
Pariwisata Ghetto ................................................................................................................... 5
2.8.
Wisata hutan .......................................................................................................................... 5
2.9.
Perjalanan darat ...................................................................................................................... 5
2.10.
1.6.
Eksplorasi kota ................................................................................................................... 5
SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................................................................ 6
BAB II .......................................................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA DAN STUDI BANDING ................................................................................................. 7
2.1.
DEFINISI DAN PENGERTIAN ..................................................................................................... 7
2.2.
TINJAUAN KEBIJAKAN............................................................................................................ 11
2.3.
TINJAUAN TEORI ................................................................................................................... 12
2.4.
STUDI BANDING .................................................................................................................... 14
BAB III ....................................................................................................................................................... 20
GAMBARAN LOKASI STUDI........................................................................................................................ 20
BAB IV ....................................................................................................................................................... 24
ANALISIS ................................................................................................................................................... 24
BAB V ........................................................................................................................................................ 36
KONSEP ..................................................................................................................................................... 36
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 44
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 45
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki potensi wilayah yang luas dengan daya tarik wisata yang cukup
besar, banyaknya keindahan alam merupakan suatu keuntungan tersendiri bagi
Indonesia. Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan
potensial dan prioritas pengembangan bagi Indonesia. Untuk meningkatkan peran
kepariwisataan, sangat terkait antara barang berupa obyek wisata sendiri yang dapat
dijual dengan sarana dan prasarana yang mendukungnya yang terkait. Tetapi, hingga
sekarang belum memperlihatkan peranan yang sesuai dengan harapan dalam proses
pengembangan pariwisata di Indonesia.
Kepariwisataan alam kemudian berkembang dan bergeser menjadi pola wisata minat
khusus dan wisata ekologis. Kedua pola wisata ini pada umumnya sangat mengandalkan
kualitas alam, sehingga akan menjamin tetap terpeliharanya keberadaan dan kelestarian
alam yang merupakan obyek dan daya Tarik wisata. ( Fandeli, 2002).
Dengan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004, UU No.33 Tahun 2004 yang
memberikan kewenangan lebih luas pada Pemerintah Daerah untuk mengelola
wilayahnya, membawa implikasi semakin besarnya tanggung jawab dan tuntutan untuk
menggali dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki daerah dalam
rangka menopang perjalanan pembangunan di daerah. Di samping itu, prospek
perkembangan pariwisata ke depan tidak akan bisa terbendung lagi oleh kemajuankemajuan dan perubahan yang mampu meningkatkan kunjungan wisatawan.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 1
Salah satu destinasi wisata potensial yang menyediakan keindahan alam yaitu
Wisata Gunung Panten yang terletak di Kelurahan Munjul Kecamatan Majalengka
Kabupaten Majalengka. Wisata Gunung Panten merupakan destinasi alam yang paling
dekat jangkauannya dari Kabupaten Majalengka. Diantara potensi wisata tersebut adalah
hutan alam, situs peninggalan Prabu Siliwangi, Kebun Manga, Curug Sempong, Sirkuit
Martaguna. Pada tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Majalengka resmi membuka Wisata
Gunung Panten dengan mengandalkan penjualan kondisi alam.
1.2. Permasalahan
Karena masih banyak potensi alam yang belum dikembangkan dan dikelola
dengan optimal oleh pemerintah kabupaten, olehh karena itu diperlukan upaya – upaya
pemerintah dan masyarakat setempat untuk mengembangkan Wisata Gunung Panten,
dan permasalahan yang timbul berasal dari kondisi extistingnya sendiri seperti :
-
Akses jalan yang masih sempit.
-
Jaringan listrik masih belum merata.
-
Lahan parkir belum memenuhi kebutuhan untuk wisata.
-
Tidak dilewati kendaraan umum.
-
Saluran air belum baik.
-
Sarana dan prasarana lainnya belum cukup memenuhi kebutuhan wisat
-
Pengembangan Wisata Gunung Panten dengan menghubungkan titiik – titik
potensi wisata yang bisa dimanfaatkan berdasarkan kondisi alam yang terdapat di
Gunung Panten sendiri.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 2
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari penulisan ini dapat mengembangkan kawasan wisata yang berada
di Kabupaten Majalengka dengan mengembangkan potensi alam yang sudah ada.
Tujuan penulisan ini adalah agar Kawasan Gunung Panten menjadi Kawasan
Wisata Terpadu yang bisa menjadi ikon wisata Kota Majalengka. Dengan menganalisa
potensi alam yang terdapat di Kawasan Gunung Panten dan memberikan rekomendasi
desain pengembangan Wisata Gunung Panten dan menonjolkan potensi yang dimiliki
sebagai daya tarik wisata.
1.4. BATASAN STUDI
1.4.1. Lokasi
Gunung panten berada di antara desa Munjul dan desa Sidamukti Kecamatan
Majalengka Kabupaten Majalengka.
Gambar 1. Peta lokasi Sumber : peta google
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 3
Kabupaten Majalengka secara geografis terletak di bagian Timur Propinsi Jawa
Barat yaitu Sebelah Barat antara 1080 03’ – 1080 19’ Bujur Timur, Sebelah Timur 1080
12’ – 1080 25’ Bujur Timur, Sebelah Utara antara 60 36’ – 60 58’ Lintang Selatan dan
Sebelah Selatan 60 43’ – 70 03’ Lintang Selatan.
-
Batas Utara : Kelurahan Munjul
-
Batas Timur : Kelurahan Babakan Jawa
-
Batas Selatan : Desa Kadu Kab. Sumedang
-
Batas Barat : Desa Leubaksiuh Kab. Sumedang
1.4.2. Materi
Materi pengembangan kawasan terbatas pada sisi arsitektur, seperti :
-
Struktur Peruntukan Lahan
-
Itensitas Pemanfaatan Lahan
-
Ruang Terbuka dan Tata Hijau
-
Tata Bangunan
-
Tata Kualitas Lingkungan
-
Sirkulasi dan Jalur Penghubung
-
Utilitas dan Prasarana
1.5. METODE
Metode penyelesaian penulisan terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
-
Mengumpulkan dan mengolah data mengenaik potensi dan permasalah yang
terdapat di Kawasan Gunung Panten.
-
Mengidentifikasi Permasalahan yang terdapat di Kawasan Gunung Panten.
-
Mempelajari studi literature yang berkaitan dengan obyek wisata Gunung Panten.
-
Mengalisa data, permasalahan, potensi program wisata yang sesuai untuk
dikembangkan di Kawasan Gunung Panten.
-
Mengaplikasikan konsep perancangan pada Kawasan Gunung Panten.
-
Menghasilkan desain akhir Pengembangan Kawasan Gunung Panten.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 4
Pengumpulan Data
Identifikasi
Masalah
Studi Literature
Pengolahan Data
Analisis
Konsep
Desain Akhir
Diagram 1. Diagram Tahapan Metode Penulisan
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 5
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan penelitian ini terbagi menjadi lima bab yang tersusun sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan dikemukakan mengenai latar belakang, rumusan masalah
yang menjadi dasar penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika
penulisan laporan penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka dan Studi Banding
Dalam bagian ini akan diuraikan mengenai judul, tema, teori pengembangan, pengertian
pariwisata. Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai studi banding proyek sejenis.
Bab III Gambaran Lokasi Studi
Pada bagian ini dipaparkan mengenai tinjauan regional, focus perancangan kawasan,
potensi serta permasalahan pada lokasi secara rinci.
Bab IV Analisis
Analisis Kedudukan Regional, Analisis Struktur Peruntukan Lahan, Analisis Intensitas
Pemanfaatan Lahan, Analisis Tata Bangunan, Analisis Sirkulasi dan Jalur Penghubung,
Analisis Ruang Terbuka dan Jalur Penghubung, Analisis Tata Kualitas Lingkungan,
Analisis Prasarana dan Utilitas Lingkungan.
BAB V Konsep
Konsep terdiri dari tema, delineasi, konsep struktur peruntukan lahan, konsep intensitas
penetapan lahan, konsep tata bangunan, konsep sirkulasi dan jalur penghubung, konsep
ruang terbuka dan tata hijau, serta kualitas lingkungan dan prasarana utilitas lingkungan.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN STUDI BANDING
2.1. DEFINISI DAN PENGERTIAN
Suatu informasi ilmiah yang diguunakan untuk mengukur suatu variable yang
merupakan hasil penjabaran dari sebuah konsep. Adapun definisi yang relevan dengan
penulisan dan dijabarkan secara singkat seperti berikut :
2.1.1. JUDUL
Pengembangan Menurut Munaef (1996 : 24, dalam Damayanti 2010) yang
dimaksud dengan pengembangan dalam kegiatan wisata adalah kegiatan usaha yang
terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan semua sarana dan prasarana,
barang dan jasa, fasilitas yang diperlukan, guna melayani kebutuhan wisatawan. Segala
kegiatan dan pengembangan pariwisata mencakup segi – segi yang sangat luas dan
menyangkut segi kehidupan dalam masyarakat mulai dari kegiatan pengangkutan,
akomodasi, atraksi wisata, makanan dan minuman, cinderamata, pelayanan, program
wisata, serta suasana dan kenyamanan.
Kawasan adalah daerah tertentu yang mempunyai ciri tertentu, seperti tempat tinggal,
pertokoan, industry, wisata, dan sebagainya. (KBBI)
Wisata Alam adalah obyek wisata alam yang berlokasi di dalam kawasan hutan
produksi yang daya tariknya didasarkan pada potensi alamnya. Kawasan ini dibangun
dan dikembangkan guna memnuhi kebutuhan wisata alam di alam terbuka (Anonim,
1998). Landasan filosofi wisata adalah menyediakan tempat rekreasi dalam kawasan
hutan produksi dengan membiarkan hutan sebagaimana adanya dan nilai – nilai
perlindungan dari hutan tetap lestari.
Gunung Panten atau dikenal juga Bukit Munjul merupakan objek wisata alam yang
dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka dengan keunggulan pemandangan kota
Majalengka dan Gunung Cermai yang dapat dilihat melalui. Wisata sejarah juga bisa
dinikmati di sini. Tepat di sebelah selatan lokasi paralayang, terdapat situs petilasan
Prabu Siliwangi dan peninggalan zaman dahulu.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 7
2.1.2. TEMA
Tema yang di gunakan untuk perancangan adalah Adventure tour yang
melibatkan eksplorasi atau perjalanan dengan risiko yang dirasakan (dan mungkin
aktual), dan berpotensi membutuhkan keterampilan khusus dan aktivitas fisik. Wisata
petualangan telah berkembang dalam beberapa dekade terakhir, karena wisatawan
mencari jenis liburan yang tidak biasa atau "jalan yang jarang dikunjungi", namun
pengukuran ukuran dan pertumbuhan pasar terhambat oleh kurangnya definisi
operasional yang jelas. Menurut Asosiasi Perjalanan Travel Travel yang berbasis di
AS, perjalanan petualangan dapat berupa kegiatan wisata yang mencakup tiga
komponen berikut: aktivitas fisik, pertukaran budaya dan hubungan dengan alam.
Wisatawan
petualangan
mungkin
termotivasi
untuk
mencapai keadaan
mental
yang ditandai sebagai rush atau flow dihasilkan dari melangkah keluar dari zona
nyaman mereka. Ini mungkin karena mengalami kejutan budaya atau melalui kinerja
tindakan, yang memerlukan usaha yang signifikan dan melibatkan beberapa tingkat risiko
(nyata atau yang dirasakan) dan / atau bahaya fisik (lihatolah raga ekstrim ).Ini mungkin
termasuk kegiatan seperti pendakian gunung, trekking, bungee-jumping, bersepedagunung,kano, arung-jeram , kayak , ziplining, paralayang, hiking, penjelajahan, sandboarding,
Beberapa
bentuk
perjalanan
petualangan
caving
yang
dan panjat
tidak
jelas
tebing.
meliputi
wisata bencana dan ghetto . Bentuk perjalanan petualangan lainnya yang meningkat
termasuk wisata sosial dan hutan .
Akses ke teknologi konsumen murah, sehubungan dengan Global Positioning
Systems , flashpacking , jejaring sosial dan fotografi , telah meningkatkan minat dunia
dalam melakukan perjalanan petualangan. Minat terhadap perjalanan petualangan
independen juga meningkat seiring semakin banyak situs perjalanan spesialis yang
menawarkan lokasi niche dan olahraga sebelumnya. Jenis perjalanan petualangan
diantaranya :
Pariwisata yang dapat diakses Ada kecenderungan untuk mengembangkan pariwisata
khusus untuk penyandang cacat. Perjalanan petualangan untuk orang cacat telah
menjadi industri senilai $ 13 milyar USD per tahun di Amerika Utara. Beberapa tujuan
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 8
wisata petualangan menawarkan beragam program dan kesempatan kerja yang
dikembangkan khusus untuk penyandang cacat .
Wisata budaya adalah tindakan bepergian ke suatu tempat untuk melihat budaya
lokasi itu, termasuk gaya hidup masyarakat di daerah itu, sejarah orang-orang, seni,
arsitektur , agama , dan faktor-faktor lain yang membentuk jalan hidup mereka.
Ekowisata sekarang didefinisikan sebagai "perjalanan yang bertanggung jawab ke
daerah-daerah
alami
yang
melestarikan
lingkungan,
menopang
kesejahteraan
masyarakat setempat, dan melibatkan interpretasi dan pendidikan" (TIES, 2015). Tujuan
ekowisata adalah untuk melindungi lingkungan dari dampak yang merugikan seperti lalu
lintas manusia, dan untuk memberikan informasi pendidikan dengan mempromosikan
kualitas unik lingkungan. Selain itu, ekowisata, "harus berusaha untuk memindahkan
wisatawan Eco dari peran pasif, di mana rekreasi mereka hanya didasarkan pada
lingkungan alam, ke peran yang lebih aktif di mana aktivitas mereka benar-benar
berkontribusi terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup lingkungan tersebut." ( Orams
pg 5).
Ethno pariwisata Wisata etno mengacu pada kunjungan ke lokasi asing demi
mengamati anggota masyarakat adat demi keuntungan non-ilmiah. Beberapa bentuk
ekstrem ini termasuk mencoba untuk melakukan kontak pertama dengan suku-suku yang
terlindungi dari pengunjung dari luar. Dua isu kontroversial yang terkait dengan wisata
etno termasuk membawa penduduk asli ke dalam kontak dengan penyakit yang tidak
mereka miliki kekebalannya, dan kemungkinan degradasi atau penghancuran budaya
dan / atau bahasa yang unik.
Wisata ekstrim melibatkan perjalanan ke lokasi ( ekstrim ) berbahaya atau partisipasi
dalam kejadian atau aktivitas berbahaya. Bentuk pariwisata ini bisa tumpang tindih
dengan olahraga ekstrim .
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 9
Pariwisata Ghetto mencakup semua bentuk hiburan - "rap gangsta," permainan
video, film, TV, dan bentuk lain yang memungkinkan konsumen untuk lalu lintas di kota
dalam tanpa meninggalkan rumah.
Wisata hutan adalah meningkatnya subkategori perjalanan petualangan yang
didefinisikan oleh sarana fisik multifaset yang aktif dalam perjalanan di daerah hutan di
bumi. Meskipun serupa dalam banyak hal untuk perjalanan petualangan, wisata hutan
berkaitan secara khusus dengan konteks kawasan, budaya dan aktivitas. Menurut
Glosarium Persyaratan Pariwisata, tur hutan telah menjadi komponen utama wisata hijau
di daerah tropis dan merupakan fenomena pariwisata internasional Barat yang relatif
baru.
Perjalanan darat atau overlanding mengacu pada "perjalanan darat" - mungkin
berasal dari ekspedisi darat pertama Marco Polo di abad ke-13 dari Venesia ke istana
Mongolia Kubilai Khan. Hari ini overlanding adalah bentuk liburan petualangan yang
panjang, memulai perjalanan panjang, sering dalam kelompok. Perusahaan-perusahaan
di darat menyediakan truk atau bus yang telah dikonversi dan pemimpin tur, dan
kelompok tersebut melakukan perjalanan darat selama beberapa minggu atau bulan.
Sejak tahun 1960-an overlanding telah menjadi cara yang populer untuk
melakukan perjalanan antara berbagai tujuan di Afrika, Eropa, Asia (khususnya India),
Amerika dan Australia. Jejak "Hippie" tahun 60an dan 70an melihat ribuan pemuda barat
melakukan perjalanan melalui Timur Tengah ke India dan Nepal. Banyak rute tradisional
yang lebih tua masih aktif, bersamaan dengan rute yang lebih baru seperti Islandia ke
Afrika Selatan dan negara-negara pasca Asia Tengah pasca soviet.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 10
Eksplorasi perkotaan (sering disingkat sebagai urbex atau UE) adalah
pemeriksaan dari area perkotaan atau fasilitas industri yang biasanya tidak terlihat atau
tidak terjangkau. Eksplorasi perkotaan juga sering disebut infiltrasi, walaupun beberapa
orang menganggap infiltrasi lebih dekat terkait dengan eksplorasi situs yang aktif atau
yang dihuni. Ini mungkin juga disebut sebagai "pengeringan" (saat menjelajahi saluran
pembuangan) "spelunking perkotaan", "urban caving", atau "building hacking". Sifat
kegiatan ini menghadirkan berbagai risiko, termasuk bahaya fisik dan kemungkinan
penangkapan dan hukuman. Banyak, tapi tidak semua, aktivitas yang terkait dengan
eksplorasi kota dapat dianggap melanggar atau pelanggaran lainnya terhadap undangundang lokal atau regional.
Tema yang digunakan untuk tata bangunan adalah tema Arsitektur Organik yang
merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang memiliki sejarah
panjang dengan beragam pemaknaan konsep – konsep alam. Dengan tema arsitektur
organic pada prancangan, obyek wisata Gunung Panten diharapkan mampu membentuk
kawasan yang lebih terpadu, tertata dengan mengembangkan fungsi dari kawasan wisata
Gunung Panten dengan menyesuaikan antara pikiran dan alam. Alasan pemilihan tema
arsitektur organic adalah karena arsitektur organic merupakan arsitektur humanis,
memperhatikan manusia didalamnya dan merupakan suatu shelter yang melingkupi dan
melindungi manusia dan aktivitasnya. Maka akan menghasilkan bangunan yang
memounyai hubungan dengan alam dan manusia.
2.2. TINJAUAN KEBIJAKAN
Visi dan Misi Pariwisata Jawa Barat Tahun 2013 – 2018.
2.2.1. VISI
" MEWUJUDKAN JAWA BARAT SEBAGAI PUSAT BUDAYA DAN DESTINASI WISATA
BERKELAS DUNIA "
2.2.2. MISI
1. Meningkatkan Pembangunan Perekonomian berbasis Potensi Lokal;
2. Melestarikan Aset Budaya Lokal;
3. Mengefektifkan Seni dan Budaya sebagai Asset Daerah yang mendukung Kepada
Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat dalam Bingkai Kearifan Lokal;
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 11
4.
Meningkatkan
Kualitas
Sumber
Daya
Manusia
Bidang
Kebudayaan
dan
Kepariwisataan.
2.
UU. No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menjelaskan bahwa pariwisata
adalah adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.
3.
Di Indonesia, pengertian wisatawan tercantum dalam Instruksi Presiden RI No. 9
tahun 1969, yaitu setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung
ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu.
2.3. TINJAUAN TEORI
Potensi wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia (tata kehidupan, seni
budaya, serta sejarah) dan keadaan alam yang dimungkinkan untuk dipasarkan dan
dikelola serta dikembangkan guna menjadi tempat yang dimanfaatkan untuk bersenangsenang atau mengagumi alam dalam sementara waktu. Potensi objek wisata tersebut
dapat berupa fisik, produk-produk wisata maupun atraksi-atraksi yang menjadi modal
utama bagi perkembangan pariwisata. Adapun identifikasi potensi wisata dapat di lihat
dari jenis daya tarik yang dimiliki (Inskeep, 1991:27).
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Daya tarik
wisata dapat menimbulkan wisatawan untuk datang mengunjunginya. Para wisatawan
datang untuk mendapatkan kepuasan batin (something to see, something to buy,
something to do) (Yoeti, 1983:160). Daya tarik wisata adal segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayanaan alam, budaya
dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan yang kemudian
disebut dengan daerah tujuan wisata (Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun
2009 Tentang Kepariwisataan).
Wisata alam (natural tourism) adalah jenis wisata yang memanfaatkan potensi
alam sebgai objek daya tariknya (Yoeti, 1983:160). Termasuk dalam jenis ini adalah:
a. Wisata dataran tinggi (hawa sejuk, lingkungan alam, dan pemandangan indah).
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 12
b. Wisata Cagar alam (dunia flora dan fauna yang dilindungi, perilkau kehidupan satwa
dan sebagainya).
c. Wisata hutan (hutan lindung, taman nasional (Bromo Tengger Semeru, Ujung Kulon,
Gede Pangrango, Gunung Merapi, Gunung Leuseur, dan sebagainya) ).
d. Wisata gua.
e. Wisata tirta antara lain: (menyelam, memancing, berselancar, dayung, renang, dan
arum jelarm.
Menurut Burkat dan Medlik (1982:46) daerah tujuan wisata memiliki potensi yang
meliputi atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Atraksi merupakan tempat menarik yang
meliputi iklim, pemandangan, dan sejarah atau kegiatan-kegiatan menarik seperti
kongres, pameran, festival kebudayaan dan kegiatan olahraga. Aksesibiltas berfungsi
untuk menghubungkan suatu destinasi tersebut dapat didatangi atau diakses oleh
wisatawan. Amenitas pada destinasi yang meliputi akomodasi, tempat makan, atau
tempat hiburan yang dapat di nikmati wisatawan ketika menetap di suatu daerah tujan
wisata. Namun untuk memaksimalkan pariwisata pada suatu destinasi maka perlu
adanya sebuah organisasi pariwisata yang dapat memanajemen destinasi tersebut.
Menurut Hadinoto (1996:21) komponen-komponen dari objek wisata terdiri dari 3, yaitu
komponen atraksi, komponen fasilitas yang tersedia di objek wisata, dan komponen
aksesibilitas untuk menjangkau objek wisata tersebut. Berikut ini penjelasan 3 komponen
tersebut:
1. Atraksi
Atraksi merupakan focus perhatian yang memotivasi wisatawan untuk berkunjung ke
suatu objek wisata. Atraksi dapat dikatergorikan menjadi 3 kategori yaitu alam (pantai,
gunung, taman, iklim), bangunan (bangunan bersejarah, bangunan keagamaan, gedung
pertemuan, gelanggang olahraga), dan budaya (museum, teater, galeri seni,
pameran)(World Tourism Organization. 2007:1).
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 13
2. Fasilitas
Fasilitas adalah elemen dalam objek wisata sebagai pendukung aktivitas wisatawan saat
berada di objek wisata yang memungkinkan wisatawan untuk tinggal di objek wisata,
unuk menikmati atau berpartisipasi dalam atraksi yang ditawarkan oleh objek wisata yang
menjadi tujuannya. Fasilitas tersebut antara lain toilet umum, area parkir, mushola, serta
fasilitas akomodasi, restoran, café, dan bar (Pitana dan Diarta, 2009:130).
3. Aksesibilitas
Aksesibilitas berkaitan dengan keterjangkauan suatu objek wisata, seperti sistem
transportasi, rute, atau jalur yang dilewati, serta moda tarnsportasi yang tersedia
(Sunaryo, 2013:159).
2.4. STUDI BANDING
Wisata Alam Gunung Budheg Tulungagung Jawa Timur
Gunung Budheg atau yang memiliki nama lain Gunung Cikrak, terletak di sisi
selatan Kota Tulungagung, tepatnya di Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat,
Tulungagung. Memiliki ketinggian 585 mdpl jika di lihat dari tingginya tidak seberapa
dibandingkan gunung gunung lain di jawa timur.
Wisata Gunung Budheg di Tulungagung merupakan tempat wisata yang harus anda
kunjungi karena pesona keindahannya tidak ada duanya. Penduduk lokal daerah
boyolangu juga sangat ramah tamah terhadap wisatawan lokal maupun wisatawan asing.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 14
Kota tulungagung juga terkenal akan keindahan obyek wisatanya , salah satu
contohnya adalah Wisata Gunung Budheg di Tulungagung ini. Wisata Gunung Budheg
di Tulungagung adalah Gunung Budheg atau biasa dikenal dengan nama Gunung Cikrak
ini adalah salah satu gunung atau bukit yang mempunyai ketinggian sekitar 585 mdpl dan
terletak di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung.
Gunung Budheg bisa menjadi lokasi atau tempat untuk latihan bagi para pendaki
pemula untuk melakukan pemanasan. Jalur yang harus dilalui untuk sampai ke puncak
Gunung Budheg adalah jalanan yang menanjak melewati semak berduri diselingi dengan
merayap dipinggiran tebing yang cukup curam.
Fasilitas :
- Area Parkir kendaraan
- Mushola
- Kamar mandi / MCK
- rumah makan
- dan masih banyak lainnya
Gambar 2. Gunung Budheg
Sumber : www.wisatagunung.com
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 15
Gambar 3. Area budaya Gunung Budheg
Sumber : www.wisatagunung.com
Gambar 4. Peta lokasi Gunung Budheg Sumber : photo google
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 16
Kawasan Pariwisata Gunung Galunggung Tasikmalaya Jawa Barat
Wisata Gunung Galunggung merupakan salah satu kawasan pariwisata andalan,
terlihat dari pemasukannya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Tasikmalaya dan jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke wisata Gunung
Galunggung, tidak hanya wisatawan lokal saja tetapi juga wisatawan asing. Terdapat
beberapa daya tarik wisata yang ditawarkan antara lain obyek wisata dan daya tarik
wanawisata dengan areal seluas kurang lebih 120 hektar di bawah pengelolaan Perum
Perhutani. Obyek yang lainnya seluas kurang lebih 3 hektar berupa pemandian air panas
(Cipanas) lengkap dengan fasilitas kolam renang, kamar mandi dan bak rendam air
panas.
Gambar 5. Potensi Wisata Gunung Galunggung
Sumber: photo google
Gambar 6. Wisata Gunung Galunggung
Sumber: Observasi, 2015
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 17
Pengembangan dampak wisata Gunung Galunggung ini akan berdampak sangat
luas dan signifikan dalam pengembangan ekonomi upaya-upaya pelestarian sumber
daya alam dan lingkungan serta akan berdampak terhadap kehidupan sosial budaya
masyarakat terutama masyarakat lokal.
The Peak Hongkong
The Peak sebagai titik tertinggi di Pulau Hong Kong, lokasi ini adalah lingkungan
elit sejak zaman kolonial - zaman saat udara sejuk menarik si kaya dan si terkenal.
Dizaman AC, pemandangan cakrawala kota yang menawan merupakan daya tarik bagi
mereka. Pemandangan tersebut juga alasan kepopularan The Peak dikalangan
wisatawan Hong Kong. Disiang hari, pemandangan Anda tertuju pada kilauan gedung
pencakar langit dan Pelabuhan Victoria yang berlatar hijaunya New Territories. Dimalam
hari, panorama ini meleleh menjadi pink dan oranye hingga akhirnya berubah menjadi
deretan lampu gemerlap. Dengarkan dengan seksama senandung kota dunia Asia.
Titik-titk Pemandangan
Bentuk paron Peak Tower memiliki dek observasi bernama Sky Terrace 148,
disamping restoran dan pertokoan. Lokasi cuci mata lain adalah Lugard Road Lookout,
Lions View Point Pavilion, dan dek observasi di Peak Galleria. Untuk panorama sambil
jalan santai, Peak Circle Walk sepanjang 3.5 kilometer.
Gambar 7. Wisata peak hongkong
Sumber : www.discoverhongkong.com
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 18
Gambar 8. Wisata peak hongkong
Sumber : www.discoverhongkong.com
Gambar 9. Area wisata peak hongkong
Sumber : www.discoverhongkong.com
Terletak di Terminus Bawah, Galeri Sejarah The Peak Tram adalah kontribusi The
Peak Tram untuk sejarah dan warisan Hong Kong yang mulai beroperasi pada 1888.
Galeri ini membawa penduduk bernostalgia dan wisatawan setitik sejarah bagaimana
Mutiara Timur bernama Hong Kong mendapat kilaunya.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 19
BAB III
GAMBARAN LOKASI STUDI
3.1. TINJAUAN REGIONAL
Secara geografis pronvinsi Jawa Barat terletak di antra 5050’-7050’ LS dan
104048’-104048’BT, dengan batas-batas wilayah:
Sebelah Utara, dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta ;
Sebelah Timur, dengan Provinsi Jawa Tengah ;
Sebelah Selatan, dengan Samudra Indonesia ;
Sebelah Barat, dengan Provinsi Banten.
Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang kompleks
dengan wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan selatan serta dataran rendah
di wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan fungsi hutan konservasi, hutan lindung
dan hutan produksi yang proporsinya mencapai 22,10% dari luas Jawa Barat; curah
hujan berkisar antara 2000-4000 mm/th dengan tingkat intensitas hujan tinggi; memiliki
40 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan debit air permukaan 81 milyar m3/tahun dan air
tanah 150 juta m3/th.
Secara administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi kedalam
27 kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi,
Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya,
Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon,
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten
Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten
Bandung Barat dan 9 kota yaitu Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota
Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar
serta terdiri dari 626 kecamatan, 641 kelurahan, dan 5.321 desa.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 20
Gambar : Peta Lokasi Kab. Majalengka di Jawa Barat.
Sumber : Peta Google
Secara geografis Kabupaten Majalengka terletak di bagian timur Propinsi Jawa
Barat. Kabupaten Majalengka terletak pada titik koordinat yaitu Sebelah Barat 108° 03' 108° 19 Bujur Timur, Sebelah Timur 108° 12' - 108° 25 Bujur Timur, Sebelah Utara 6° 36'
- 5°58 Lintang Selatan dan Sebelah Selatan 6° 43' - 7°44.
Bagian Utara wilayah kabupaten ini merupakan dataran rendah, sementara
wilayah tengah berbukit-bukit dan wilayah selatan merupakan wilayah pegunungan
dengan
puncaknya Gunung
Kuningan serta
Ceremai yang
Gunung Cakrabuana yang
berbatasan
berbatasan
dengan Kabupaten
dengan Kabupaten
Tasikmalaya dan Kabupaten Sumedang. Secara administratif berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu.
Sebelah Selatan : Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis.
Sebaleh Barat : Kabupaten Sumedang.
Sebelah Timur : Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan.
Kabupaten Majalengka terdiri dari 26 Kecamatan, yang terbagi atas 330 Desa dan
13 Kelurahan. Pusat pemerintahan Kabupaten berada di Kecamatan Majalengka.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 21
3.2. FOKUS PERANCANGAN
Lokasi perancangan berada di antara Desa Sidamukti dan Desa Munjul
Kabupaten Majalengka.
Batas Utara : Kelurahan Munjul
Batas Timur : Kelurahan Babakan Jawa
Batas Selatan : Desa Kadu Kab. Sumedang
Batas Barat : Desa Leubaksiuh Kab. Sumedang
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 22
3.3. POTENSI DAN PERMASALAHAN
POTENSI
Lokasi perencanaan berada di dekat pusat perkotaan sehingga memudahkan
untuk dikunjungi, kawasan ini berpotensi untuk di kembangkan menjadi kawasan wisata
berbasis alam karena potensi alam yang dimilikinya sangat mendukung. Lokasi
berdekatan dengan jalur provinsi. Di kawasan terdapat situs peninggalan bersejarah,
Curug, Kebun Mangga, dan sirkut mini untuk perlombaabn dan kegiatan tertentu.
PERMASALAHAN
Permasalahan lokasi diantaranya :
-
Akses jalan yang masih sempit.
-
Jaringan listrik masih belum merata.
-
Lahan parkir belum memenuhi kebutuhan untuk wisata.
-
Tidak dilewati kendaraan umum.
-
Saluran air belum baik.
-
Sarana dan prasarana lainnya belum cukup memenuhi kebutuhan wisata.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 23
BAB IV
ANALISIS
4.1. ANALISIS KEDUDUKAN REGIONAL
Gambar 4.1. Kedudukan lokasi Regional
Sumber : peta google
Kabupaten Majalengka secara administratif berbatasan dengan wilayah :
Sebelah Utara
: Kabupaten Indramayu
Sebelah Selatan
: Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya
Sebelah Timur
: Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan
Sebelah Barat
: Kabupaten Sumedang
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 24
Luas Wilayah Kabupaten Majalengka adalah 1.204,24 Km2, atau hanya sekitar
2,71 % dari luas Wilayah Provinsi Jawa Barat (yaitu kurang lebih 44.357,00 Km2) yang
terdiri dari 26 kecamatan. Dilihat dari topografinya Kabupaten Majalengka dapat dibagi
dalam tiga zona daerah, yaitu :
Daerah pegunungan dengan ketinggian 500-857 m di atas permukaan laut dengan
luas 482,02 Km2 atau 40,03 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka.
Daerah bergelombang/berbukit dengan ketinggian 50-500 m di atas permukaan laut
dengan luas 376,53 Km2 atau 31,27 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka.
Daerah dataran rendah dengan ketinggian 19-50 m di atas permukaan laut dengan luas
345,69 Km2 atau 28,70 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka.
Tabel 4.1 Perhitungan Jarak dan Waktu Tempuh
KOTA
JARAK (KM)
WAKTU TEMPUH
JAKARTA
187
2 JAM 59 MENIT
PURWAKARTA
130
1 JAM 50 MENIT
BANDUNG
187
2 JAM 59 MENIT
CIREBON
59,1
1 JAM 17 MENIT
TEGAL
128
2 JAM 6 MENIT
Sumber : perhitungan maps google
Table perhitungan Jarak dan Waktu Tempuh menerangkan jarak Kota Majalengka
dengan kota-kota sekitar yang bisa menunjang kota majalengka dalam akses pariwisata.
Ibukota Provinsi seperi Bandung berperan sebagai ibukota provinsi yang menunjang
pengembangan pariwisata terhadap Kota Majalengka.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 25
4.2. ANALISIS STRUKTUR PERUNTUKAN LAHAN
Struktur peruntukan lahan merupakan komponen rancang kawasan yang
berperan penting dalam penggunaan dan penguasaan lahan atau tata guna lahan yang
telah ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan
dalam rencana tata ruang wilayah. Seperti yang telah disebutkan dalam peraturan daerah
Kabupaten Majalengka nomor 11 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Majalengka tahun 2011 – 2031. Gunung Panten terletak di Kecamatan
Majalengka.
Gambar 4.2 Letak Gunung Panten
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka tahun 2011 - 2031
Pada kawasan Gunung Panten Pemerintah memanfaatkannya dengan membuka
area pariwisata untuk menunjang perkeonomian Kabupaten Majalengka. Pada kondisi
eksisting kawasana seiktar sudah dibuat untuk pariwisata adrenalin seperti sirkuit dan
paralayang dengan memanfaatkan potensi alam Gunung Panten.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 26
Gambar 4.2 Struktur Peruntukan Lahan
Sumber : dokumen pribadi
4.3. ANALISIS INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN
Pengembangan wilayah kawasan wisata Gunung Panten, pemanfaatan lahan
untuk kawasan terbangun, berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayahh Kabupaten
Majaleng tahun 2011 – 2031 peraturan pembangunan yang berada di kawasan Gunung
Panten, yaitu :
KDB (Koefisien Dasar Bangunan) : maksimum 20 %
KLB (Koefisien Luas Bangunan) : maksimum 40 %
GSS (Garis Sempadan Sungai)
: 15 meter
KDH (Koefisien Dasar Hijau)
: 30 %
Ketinggian Maksimum Bnagunan : 2 lantai
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 27
4.4. ANALISIS TATA BANGUNAN
Tata bangunan adalah hasil dari penyelenggara gedung beserta lingkungannya
sebagai wujud pemanfaatan ruang. Meliputi berbagai aspek termasuk pembentukan
citra/ karakter fisik lingkungan, besaran, dan konfigurasi dari elemen – elemen blok,
kaveling/petak lahan, bangunan, serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan yang
dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas ruang kota yang akomodatif
terhadap kegiatan yang ada, terutama bagi ruang – ruang publik. Tata bangunan juga
merupakan system perencanaan sebagai bagaian dari penyelenggaraan bangunana
gedung beserta lingkungannya, termasuk sarana dan prasarana pada suatu lingkungan
binaan, baik perkotaan ataupun pedesaan sesuai dengan peruntukan lokasi yang berlaku
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka sendiri.
Tabel 4.4. Bangunan Eksisting
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 28
Sumber : dokumen pribadi
Pada kawassan Gunung Panten sudah terdapat area untuk rekreasi dengan
bangunan bergaya sunda pada penginapannya, tetapi fasilitas bangunan lainnya belum
memadai seperti area kantin atau foodcourt, fasilitas toilet, mushola, dan lainnya.
Ketinggian maksimal pada kawsana Gunung Panten ini hanya 1 lantai karena kondisi
kawasan yang berada di area bukit sehingga menghindari rawan longsor jadi
menggunakan bangunan yang tidak terlalu berat bebannya.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 29
4.5. ANALISIS JALUR PENGHUBUNG
Pada kawasan Gunung Panten hanya terdapat satu jalur penghunung dari kota menuju
lokasi, yaitu memalui jalan local selebar 5 meter dan hanya bisa di lalui oleh satu kendaraan
beroda empat yang kecil dan kendaraan roda dua. Kondisi jalan tidak terlalu baik karena
dibeberapa titik banyak terdapat lubang dan berpasir sehingga membahayakan pengunjung.
Gambar 4.8 Jalur Penghubung
Sumber : dokumen pribadi
Sumber : RTRW Kabupaten Majalengka 2011-2031
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 30
Tabel 4.5a kondisi jalan eksisting
Sumber : dokumen pribadi
4.6. ANALISIS RUANG TERBUKA DAN HIJAU
Kawasan ini masih memiliki ruang terbuka hijau yang luas seperti area hutan,
persawahan, kebun, dan bukit yang belum terlalu banyak di manfaatkan.
Gambar 4.9 Peta Ruang terbuka hijau
Sumber : dokumen pribadi
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 31
Sistem ruang terbuka hijau merupakan komponen rancangan kawasan yang tidak
sekedar terbentuk sebagai elemen tambahan ataupun elemen sisa setelah proses
rancangan arsitek diselesaikan, melainkan menciptakan juga bagian integral dari suatu
lingkungan yang lebih luas. Penataan system ruang terbuka hijau diatur melalui
pendekatan desain tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran
penting baik secara ekologis, rekreatif, dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan
memiliki karakter terbuka sehingga memudahkan diakses oleh berbagai kalangan.
4.7. ANALISIS TATA KUALITAS LINGKUNGAN
Tata lingkungn merupakan upaya rekayasa elemen-elemen kawasan yang
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau subarea dengan sistem kualitas
lingkungan yang informative, berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu. Tata
kualitas lingkungan terdiri dari : Konsep Identitas Lingkungan, konsep orientasi
lingkungan, dan wajah jalan.
Penataan kualitas lingkungan merujuk pada upaya rekayasa elemen – elemen
kawasan yang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan dengan system yang
informative, berkarakter khas dan memiliki orientasi tertentu.
4.8. ANALISIS PRASARANA DAN UTILITAS LINGKUNGAN
Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Ruang untuk
Ketahanan Pangan adalah lahan yang dialokasikan untuk kegiatan budidaya pertanian,
perkebunan, kehutanan,
peternakan, perikanan serta pengembangan sarana dan
prasarana yang terkait dengan ketersediaan dan penganekaragaman, distribusi, serta
cadangan pangan untuk mendukung ketahanan pangan kabupaten dan provinsi.
Kecamatan
Majalengka
harus
mempunyai
system
pengendali
banjir
berupa
pengembangan prasarana pengendali banjir, seperti :
-
Penyediaan waduk
-
Tersedianya sumur resapan
-
Pengadaan bio pori.
-
Pembuatan tanggul
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 32
-
Normalisasi sungai
-
Pengerukan sungai secara rutin.
Selain sistem pengendali banjir sistem jaringan jalan merupakan hal penting
lainnya. System jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada
dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis.
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 33
4.9. ANALISIS BENCANA ALAM
Kecamatan Majalengka merupakan salah satu kawasan yang rawan terhadap
tanah longsor dan banjir karrena kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap
perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau
material campuran. Sementara itu kriteria kawasan rawan banjir adalah daeraah yang
diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana banjir. Maka dari itu
diperlukannya perlindungan terhadap kawasan rawan banjir untuk menghindari
terjadinya bencana akibat perbuatan manusia.
Dinas Bina
Marga Cipta Karya
/
BPBD memiliki kewenangan
untuk
mengidentifikasi dan inventarisasi kawsan – kawasan rawwan bencana secara lebih
akurat, memetakan kawasan rawan bencan alam, membuat pengaturan kegiatan
manusia di kawasan rawan bencana alam, melakukan upaya untuk mengurangi resiko
bencana alam, serta melakukan sosialisasi bencana alama pada masyarakat, jika perlu
dilakukan relokasi pemukiman pada kawasan rawan bencana.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 34
Gambar 4.10 Peta Rencana Jalur Evakuasi Bencana Alam Kabupaten Majalengka
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka 2011 - 2031
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 35
BAB V
KONSEP
5.1. TEMA KAWASAN
Tema yang di terapkan di kawasan adalah ADVENTUR TOURISM yang melibatkan
eksplorasi atau perjalanan dengan risiko yang dirasakan (dan mungkin aktual), dan berpotensi
membutuhkan keterampilan khusus dan aktivitas fisik. Wisata petualangan telah berkembang
dalam beberapa dekade terakhir, karena wisatawan mencari jenis liburan yang tidak biasa atau
"jalan yang jarang dikunjungi", namun pengukuran ukuran dan pertumbuhan pasar terhambat
oleh kurangnya definisi operasional yang jelas. Menurut Asosiasi Perjalanan Travel Travel yang
berbasis di AS, perjalanan petualangan dapat berupa kegiatan wisata yang mencakup tiga
komponen berikut: aktivitas fisik, pertukaran budaya dan hubungan dengan alam.
5.2. Delineasi
Gambar 5.2 Delineasi Kawasan
Sumber : google earth ( peta diolah kembali)
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 36
Lokasi pengembangan kawasan Gunung Panten berada di Kecamatan Majalengka,
dengan total luas lahan 65 , 71 Ha dengan tiga titik atau tiga zona berbeda. Pada zona pertama
luas lahan sebesar 24,44 Ha berada di bawah Gunung Panten, zona kedua berada di puncak
guunung dengan luas 15,16 Ha yang merpakan area paralayang sendiri, dan pada zona ke 3
berada di dekat sungai yang berada di bawah kaki gunung dengan luas 26,11 Ha.
5.3. KONSEP PERUNTUKAN LAHAN
Konsep peruntukan lahan menyesuaikan dengan kondisi dan potensi sesuai dengan
kebutuhan kawasan, sebagaian peruntukan lahan di pertahankan dari RTRW Kab Majalengka,
sebagaian ditambahkan fungsinya lainnya sesuai dengan kebutuhan. Seperti pada gambar :
Gambar 5.3a. peruntukan lahan zona 1 dari eksisting
Sumber : dokumen pribadi
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 37
Gambar 5.3b. peruntukan lahan yang direncanakan
Sumber : dokumen pribadi
Gambar 5.3c peruntukan lahan zona 2
Sumber : dokumen pribadi
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 38
Gambar 5.3d . peruntukan lahan zona 3
Sumber : dokumen pribadi
Gambar 5.3e. peruntukan lahan yang direncanakan
Sumber : dokumen pribadi
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 39
5.4. INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN
Intensitas pemanfaatan lahan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Majalengka. pemanfaatan lahan untuk kawasan terbangun, berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayahh Kabupaten Majaleng tahun 2011 – 2031 peraturan pembangunan yang berada di
kawasan Gunung Panten, yaitu :
KDB (Koefisien Dasar Bangunan)
: maksimum 20 %
KLB (Koefisien Luas Bangunan)
: maksimum 40 %
GSS (Garis Sempadan Sungai)
: 15 meter
KDH (Koefisien Dasar Hijau) : 30 %
Ketinggian Maksimum Bnagunan : 2 lantai
5.5. KONSEP TATA BANGUNAN
Tema yang digunakan untuk tata bangunan adalah tema Arsitektur Organk. Dengan tema
arsitektur organik pada prancangan, obyek wisata Gunung Panten diharapkan mampu
membentuk kawasan yang lebih terpadu, tertata dengan mengembangkan fungsi dari kawasan
wisata Gunung Panten dengan menyesuaikan antara pikiran dan alam. Alasan pemilihan tema
arsitektur
organic
adalah
karena
arsitektur
organik
merupakan
arsitektur
humanis,
memperhatikan manusia didalamnya dan merupakan suatu shelter yang melingkupi dan
melindungi manusia dan aktivitasnya. Maka akan menghasilkan bangunan yang memounyai
hubungan dengan alam dan manusia.
konsep dasar dari arsitektur organik menggunakan prinsip arsitektur organik yang terdiri
dari :
-
Form Follows Flow, Bangunan pada arsitektur organic mengikuti aliran energy alam.
Arstektur organic pada penerapannya menyesuaikan dengan alam sekitar secara dinamis
dan bukan melawan alam.
-
Building As Nature, bangunan bersifat alami, dan menjadi pokok dan inspiratif dalam
penerapan arsitektur organik.
-
Of The People, desain ini menekankan hubungan yang kratif dengan pengguna
bangunan. Perancangan bentuk dan struktur bangunan didesain berdasarkan kebutuhan
pemakai bangunan.
-
Of The Material, bentuknya terpacarkan dari kualitas bahan bangunan yang dipilih yaitu
material yang dapat digunakan dengan baik dimana tidak merusak ekologi dan
pemanfaatan sumber daya alam dengan efisien.
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 40
-
Of The Hill, bangunan terlihat tumbuh dan menyesuaikan diri pada suatu tempat tertentu
sehingga dapat mengurangi dampak negative pada lingkungan.
5.6. KONSEP SIRKULASI DAN JALUR PENGHUBUNG
Konsep sirkulasi terdiri dari pelebaran dan penambahan ruas jalan kolektor kawasan,
penambahan ruang berhubungan dengan luasnya kawasana Gunung Panten. Disepanjang jalan
terdapat jembatan dan titik tempat parkir yang berdekatan dengan titik lokasi yang memiliki
intensitas kegiatan yang cukup padat seperti pada area pemukiman warga.
Gambar 5.6a contoh potongan jalan pada area pemukiman
Sumber : dokumen pribadi
Gambar 5.6b contoh potongan jalan pada jalan kawasan
Sumber : dokumen pribadi
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 41
5.7. KONSEP RUANG TERBUKA HIJAU
Konsep ruang terbuka hijau di beberapa titik di kembangkan, salah satunya yang
berdekatan dengan area sirkuit dikembangkan menjadi area terbuka hijau yang bisa
menyeimbangi kegiatan yang terjadi pada area sirkuit. Konsep yang digunakan adalah plaza
dengan fungsi sebagai tempat berolahraga, menyalurkan hobi bagi warga, bisa juga berupa
teater terbuka untuk pagelaran budaya. Sehingga diharapkan mampu mengembangkan wisata
di lokasi.
Gambar 5.7a contoh teater terbuka berada di hutan
Sumber : photo google
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 42
Gambar 5.7b contoh lain dari amphitheater
Sumber : photo google
5.8. KONSEP TATA KUALITAS LINGKUNGAN
Konsep tata kualitas lingkungan di desain untuk mencerminkan bangaimana kawasan
tersebut bisa di nikmati dari dekat maupun dari kejauhan. Pembuatan patung – patung yang
sesuai dengan kebutuhan dan fungsi kawasan.
Gambar 5.8 contoh pintu pada arena sirkuit di zona 1
Sumber : www. Mugello-circiut.com
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 43
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 1
1.1.
PENDAHULUAN ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
1.2.
Permasalahan.............................................................................................................................. 2
1.3.
MAKSUD DAN TUJUAN ................................................................................................................ 3
1.4.
BATASAN STUDI .......................................................................................................................... 3
1.5.
METODE ...................................................................................................................................... 4
1.1.
Co Jenis perjalanan petualangan ............................................................................................ 5
2.1.
Pariwisata yang dapat diakses ................................................................................................ 5
2.2.
Wisata budaya ........................................................................................................................ 5
2.3.
Wisata bencana ...................................................................................................................... 5
2.4.
Ekowisata ............................................................................................................................... 5
2.5.
Ethno pariwisata .................................................................................................................... 5
2.6.
Wisata ekstrim ........................................................................................................................ 5
2.7.
Pariwisata Ghetto ................................................................................................................... 5
2.8.
Wisata hutan .......................................................................................................................... 5
2.9.
Perjalanan darat ...................................................................................................................... 5
2.10.
1.6.
Eksplorasi kota ................................................................................................................... 5
SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................................................................ 6
BAB II .......................................................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA DAN STUDI BANDING ................................................................................................. 7
2.1.
DEFINISI DAN PENGERTIAN ..................................................................................................... 7
2.2.
TINJAUAN KEBIJAKAN............................................................................................................ 11
2.3.
TINJAUAN TEORI ................................................................................................................... 12
2.4.
STUDI BANDING .................................................................................................................... 14
BAB III ....................................................................................................................................................... 20
GAMBARAN LOKASI STUDI........................................................................................................................ 20
BAB IV ....................................................................................................................................................... 24
ANALISIS ................................................................................................................................................... 24
BAB V ........................................................................................................................................................ 36
KONSEP ..................................................................................................................................................... 36
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 44
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG PANTEN MAJALENGKA 45