SNTT 2015 UGM Pengaruh Kualitas Sistem I

Pengaruh Kualitas Sistem, Informasi dan Pelayanan eLearning Terhadap Kepuasan Pengguna
(Studi Kasus : ST3 Telkom Purwokerto)
Tenia Wahyuningrum1), Nidjo Sandjojo2)
1

Program Studi Teknik Informatika, ST3 Telkom Purwokerto
2
Fakultas Ilmu Komputer, UPN Veteran Jakarta
1
Jl. DI Panjaitan 128, Purwokerto, 2Jl. Rs. Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan
Telp : (0281) 641629, (021) 7656971, Fax : (0281) 641630
E-mail : tenia@st3telkom.ac.id1), nidjosandjojo@gmail.com2)

Intisari— Seiring dengan pesatnya perkembangan internet, perkembangan e-learning juga
berjalan dengan cepat. Beberapa perguruan tinggi baik di dalam maupun luar negeri telah
menerapkan metode e-learning dalam perkuliahan. Termasuk ST3 Telkom Purwokerto yang
telah memulai sistem e-learning pada tahun 2006. Beberapa model digunakan dalam
mengukur kesuksesan e-learning, salah satunya menggunakan model DeLone and McLean.
Dalam makalah ini masalah dibatasi pada pengaruh Kualitas Sistem, Kualitas Informasi dan
Kualitas Pelayanan terhadap kepuasan pengguna. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa
Kuailtas Sistem, Kualitas Informasi dan Kualitas Pelayanan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Kepuasan Pengguna. Hasil R Square menunjukkan prosentase sebesar
53,33% dari Kepuasan Pengguna dapat dijelaskan oleh variabel Kualitas Sistem, Kualitas
Informasi dan Kualitas Pelayanan.
Keywords— DeLone and McLean model, e-learning, regresi linier berganda
I. PENDAHULUAN

Internet telah membawa perubahan
dramatis terhadap dunia pendidikan. Pada tahun
2003, 100% sekolah umum di Amerika telah
memiliki akses internet, naik 2% dari prosentase
awal, yaitu 98% pada tahun 2000. Sebanyak 90%
persen sekolah umum yang ditawarkan program
internet, telah menggunakan instruksi berbasis
komputer asinkoronus. Sekolah memulai
peningkatkan penggunaan internet sebagai media
pengiriman utama hingga mencapai prosentase
sebesar 88%. Hal ini dapat dijadikan bukti kuat
bahwa teknologi berbasis internet telah mengubah
pembelajaran tradisional di kelas menjadi cara
belajar baru yang disebut e-learning. Hal tersebut

didefinisikan oleh Instructional Technology
Council pada tahun 1998 serta National Center
for Education Statistics [1] sebagai perpanjangan
pembelajaran atau memberikan bahan ajar ke
situs remote melalui internet, intranet/extranet,
audio, video, siaran satelit, TV interaktif, dan CD
ROM.
Di Indonesia, Pemerintah telah mengatur
pelaksanaan e-learning melalui Undang Undang
RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Indonesia yang menyatakan bahwa

pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan
layanan pendidikan untuk kelompok masyarakat
yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara
tatap muka atau reguler dan diselenggarakan pada
semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan [2].
Ketersediaan e-learning di Indonesia telah
menjawab tantangan permasalahan adanya ketidak
merataan

memperoleh
pendidikan
secara
horizontal yang disebabkan karena faktor
geografi, dan vertikal yang disebabkan oleh faktor
waktu, biaya, dan pandangan yang menyatakan
pendidikan bukan merupakan kegiatan yang
menjanjikan[3]. Beberapa perguruan tinggi juga
telah
menggunakan
e-learning
untuk
menjembatani dosen dan mahasiswa dalam proses
belajar mengajar di luar jam sekolah. Perguruan
tinggi tersebut sebagian telah menggunakan
platform e-learning sendiri dan beberapa yang
lain menggunakan platform Moodle yang open
source. Salah satu lembaga di Indonesia yang
terus menyelenggarakan riset dan e-learning
adalah Southeast Asian Ministers of Education

Organization Regional Open Learning Centre
(SEAMEO SEAMOLEC) (http://seamolec.org/).
Pada tahun 2006, terdapat sekitar 69
Perguruan Tinggi bekerja sama dengan
SEAMOLEC
menyelenggarakan Pendidikan
Jarak Jauh untuk D3 Teknik Komputer dan
Jaringan, termasuk ST3 Telkom d/h AKATEL

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Terapan SV UGM 2015

1

Purwokerto. Pada saat ini, pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh di ST3 Telkom
menggunakan Learning Management System
sebagai suplemen atau tambahan pembelajaran
konvensional di kelas. Banyak studi telah
dilakukan untuk mengidentifikasikan faktorfaktor kesuksesan sistem teknologi informasi.
Salah satunya adalah model DeLone dan

McLean. Model inilah yang kemudian digunakan
dalam penelitian ini, salah satunya karena
sederhana tapi dianggap cukup valid, sehingga
cepat direspon oleh banyak peneliti[5]. Dalam
makalah ini, masalah dibatasi pada pengaruh
Kualitas Sistem, Kualitas Informasi dan Kualitas
Pelayanan e-learning terhadap Kepuasan
Pengguna (dalam hal ini mahasiswa) dalam
menggunakan web e-learning.st3telkom.ac.id
dalam proses perkuliahan.
II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian
hypotesis testing yang memberikan bukti
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan pengguna e-learning. Pengambilan data
dilakukan dengan metode Kuesioner selama 2
minggu pada semester genap 2014/2015. Populasi
dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif
tingkat 1, 2, dan 3 yang menggunakan e-learning

dalam proses perkuliahan. Sampel diambil secara
acak dengan metode Simple Random Sampling
dari 3 program studi, yaitu S1 Teknik
Telekomunikasi, S1 Teknik Informatika dan D3
Teknik Telekomunikasi. Jumlah sampel dihitung
dengan menggunakan Rumus Slovin[6]
n= N/(1+(N*e2) .........(1)
n =
N =
e =

Number of Samples (Jumlah Sampel)
Total Population (Ukuran Populasi)
Error Tolerance (toleransi galat, taraf
signifikansi)

Jika ukuran populasi mahasiswa aktif tingkat 1, 2,
dan 3 di ST3 Telkom adalah 250, maka jumlah
sampel yang dapat dijadikan responden adalah.
n = 250/1+(250x(0,05)2 = 153,84 ∞154 orang

Model kesuksesan sistem informasi yang
telah dikemukakan sebelumnya, memerlukan
validasi lebih lanjut, sehingga DeLone dan
McLean mengusulkan model yang diperbarui

pada tahun 2003, berdasarkan kajian pustaka.
Mereka menambahkan Kualitas Pelayanan
(Service Quality) (misalnya, dukungan Sistem
Informasi) sebagai salah satu dimensi penting.
Selain itu mereka menambah Niat Menggunakan
(Intention to Use) sebagai pengukuran alternatif
sikap sebagai hal yang penting untuk mengukur
beberapa keadaan. Dampak Individu dan Dampak
Organisasi menjadi satu matra yang dinamakan
Net Benefit untuk memperluas dampak Sistem
Informasi baik untuk kelompok, industri dan
negara tergantung pada konteksnya[4].
System
Quality
Intentio

n to
use

Information
Quality

Use
Net
Benef
t

User
Satisfaction

Service
Quality

Gambar 1. Model Kesuksesan Sistem Informasi
Update D&M[4]
Dalam makalah ini akan digunakan model

penelitian sebagai berikut :
System
Quality
H1
Information
Quality

H2

User
Satisfaction

H3
Service
Quality

Gambar 2. Model Penelitian
Hipotesis :
H1 : Kualitas Informasi (IQ) berpengaruh positif
terhadap Kepuasan Pengguna (US)

H2 : Kualitas Sistem (SQ) berpengaruh positif
terhadap Kepuasan Pengguna (US)
H3 : Kualitas Pelayanan (SV) berpengaruh positif
terhadap Kepuasan Pengguna (US)
Variabel independen
Kualitas Informasi diukur secara subyektif oleh
pemakai. Beberapa karakteristik yang digunakan

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Terapan SV UGM 2015

2

untuk menilai kualitas informasi e-learning antara
lain
accuracy,
timelines,
relevance,
informativeness dan competitiveness[7].
Kualitas Sistem digunakan untuk mengukur
kualitas e-learning. DeLone dan McLean

menjelaskan bahwa kualitas sistem adalah
performa dari sistem yang merujuk pada seberapa
baik kemampuan perangkat keras perangkat
lunak, kebijakan, prosedur dari sistem informasi
dapat
menyediakan
informasi
kebutuhan
pengguna[8].
Kualitas Pelayanan direpresentasikan dari
kualitas pendukung yang didapatkan pengguna
dari Unit Kerja SISFO (Sistem Informasi),
seperti pelatihan, helpdesk, maupun telepon
hotline[9].
Variabel Dependen
Kepuasan Pengguna merupakan respon dan
umpan balik yang dimunculkan pengguna setelah
memakai e-learning. Variabel ini diukur dengan
item pertanyaan mengenai sikap positif setelah
menggunakan e-learning, pengalaman yang
menyenangkan, persepsi terhadap utilitas sistem,
kepuasan pengguna dan rekomendasi untuk
menggunakan e-learning.
III. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau
valid tidaknya suatu kuesioner. Jika pertanyaan
pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur maka kuesioner tersebut
dikatakan valid[10]. Skala yang digunakan untuk
mengukur hasil kuesioner atas persepsi responden
terhadap indikator adalah Skala Likert, yang
berisi lima tingkat yaitu :
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)—tidak pernah
2 = Tidak Setuju (TS) – jarang
3 = Netral (N) – kadang kadang
4 = Setuju (S) – Sering
5 = Sangat Setuju (SS) – Selalu
Dari hasil uji validitas menggunakan r product
moment, dapat diketahui apakah satu item
kuesioner valid atau tidak. Jika r hitung > r tabel,
maka kuesioner dinyatakan valid, jika r hitung < r
tabel, maka kuesioner dinyatakan tidak valid.

Tabel 1. Uji validitas untuk item Kualitas Sistem
(X1), Kualitas Informasi (X 2), Kualitas Pelayanan
(X3) dan Kepuasan Pengguna (Y)

Kualitas Sistem (SQ) -X1
Kualitas Informasi (IQ) -X2
Kualitas Pelayanan(SV)
-- X3
Kepuasan Pengguna (US)
-- Y

r hitung
rata-rata
0,5372

r tabel
0,157

0,6002

0,157

0,6025

0,157

0,6730

0,157

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai r
hitung>r tabel, sehingga item pertanyaan pada
variabel Kualitas Sistem, Kualitas Informasi,
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pengguna dapat
dianggap valid.
Uji Reliabilitas
Kualitas data yang akan digunakan dalam
penelitian
perlu
diuji
kehandalannya
menggunakan uji reliabilitas yang mengukur suatu
kuesioner sebagai indikator dari variabel atau
konstruk. Kuesioner dinyatakan reliabel apabila
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu [11].
Kesimpulan diambil jika nilai alpha>0.90 maka
reliabilitas sempurna, jika nilai alpha antara 0,700,90 maka reliabilitas tinggi, jika nilai alpha
antara 050-0,70 maka reliabilitas moderat, dan
jika nilai alpha