JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN

PRODUK CINA

  DI PASAR KITA

SINERGI

REFERENSI TEBING TINGGI DELI

  VS

UMKM

UMKM

MINI MARKET

MINI MARKET

ESA HILANG DUA TERBILANG

  ISSN 1979-8008 | NOMOR : 108 TAHUN 2012 | TAHUN VIII FEBRUARI 2012 MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

SALAM REDAKSI

REFERENSI TEBING TINGGI DELI

  Redaksi Menerima Tulisan, Foto, juga surat berisi saran penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan Tanda Pengenal (KTP, SIM, Paspor) dan Redaksi berhak mengubah tulisan sepanjang tidak mengubah isi dan maknanya Tulisan dikirimkan ke alamat Redaksi Majalah Sinergi : Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekretariat Daerah Kota Tebing Tinggi Jl. DR. Sutomo No. 14 Tebing Tinggi Email : humastebingtinggi@yahoo.com KETUA PENGARAH : Ir. H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM (Walikota Tebing Tinggi) WAKIL KETUA PENGARAH :

  H. Irham Taufik, SH. MAP (Wakil Walikota Tebing Tinggi) PENGENDALI : Drs. H. Hadi Winarno (Plt. Sekdako Tebing Tinggi) PENANGGUNG JAWAB : Drs. H. Agussalim (Assisten Administrasi Umum) PIMPINAN REDAKSI : Ahdi Sucipto, SH (Kabag Adm. Humas PP) WAKIL PIMPINAN REDAKSI : Nursinta Pasaribu, S. Sos (Kasubbag Pemberitaan) REDAKSI : Rizal Syam, Khairul Hakim, S. Sos, Juanda KOORDINATOR LIPUTAN : Drs. Abdul Khalik, MAP LIPUTAN & REPORTER : Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi DESAIN & LAYOUT : M. Rahmadsyah SEKRETARIS REDAKSI : Dian Astuti BENDAHARA : Mira Silvia, A. Md FOTOGRAFER : Ely Hidayat, Zaini Purba, S.Sos. I DISTRIBUTOR : Riduwan, Sri Astuty Rahmayani, SE DITERBITKAN OLEH : BAGIAN ADMINISTRASI HUMAS PIMPINAN DAN PROTOKOL Sekretariat Daerah Kota Tebing Tinggi Alamat : Jl. DR. Sutomo No. 14 Tebing Tinggi Telp. 0621 - 329139 PRACETAK : Bege’s Medan, Senpro78 (Isi di luar tanggungjawab percetakan)

  Edisi kali ini mengetengah lapo- ran utama “UMKM Vs Mini Market:

  

Antara Fakta dan Realitas.” Kami

  berusaha tampil dengan objektif untuk mengupas persoalan ini, dari berbagai sudut pandang dan latar belakang sumber kami. Kami ber- harap Liputan ini akan bisa jadi ref- erensi bagi semua kalangan dalam memandang soal itu dengan jernih.

  Kami juga memperkaya SINERGI dengan sejumlah laporan lain, di antaranya kegelisahan akan serbuan produk China (ekonomi), Jamkes- mas dan Jamkesda (kesehatan). Ada juga soal prilaku belanja kaum ibu di mini market dan pasar tradisional (wanita).

  Di rubrik Hukum, Informasi tentang pemberian ASI ibu Ekslusif. Demikian pula pada rubrik Agama, kami mencoba memotret ibadah sholat PNS dikaitkan dengan peri- laku kerja mereka.

  Tak lupa, kami juga menawar- kan sebuah sketsa kehidupan para pemulung di sungai Bahilang, kami letakkan di rubrik Sosial. Ada juga kajian menarik soal perubahan iklim (lingkungan hidup), juga manfaat re- ses (parlementaria) dan peralatan teknis e-KTP yang kupas di Teknologi serta profil seorang anak muda kre- atif yang peduli lingkungan.

  Rubrikasi yang kami sajikan kali ini, jujur saja diakui masih dalam tahap uji coba yang terus menerus dilakukan. Hingga nantinya ma- jalah resmi Pemko Tebing Tinggi ini bisa tampil lebih menggigit sesuai motto majalah bulanan ini, “Refe-

  rensi Tebing Tinggi Deli.” Sebagai

  referensi Tebing Tinggi, kami ingin pembaca bisa terpuaskan, saat se- luruh pertanyaan yang ada di pikiran kita masing-masing terhadap suatu topik, terjawab dari hasil pemaparan tim kami yang terus berbenah diri.

  Akhirnya, inilah persembahan kami untuk khalayak. Kritik dan sa- ran baik lisan dan tulisan selalu kami harapkan guna lebih memperbaiki kualitas majalah kita ini hingga sam- pai di titik kulminasi kesempurnaan. Salam dari meja redaksi. Pembaca budiman. Kembali SineRGi ediSi FebRuaRi 2012 menyaPa denGan liPutan yanG Kami haRaPKan biSa meman- cinG SeleRa inGin tahu anda. Kami telah menyiaPKan Se- jumlah RubRiK yanG Kami PeRKiRaKan telah lama menjadi PeRhatian KhalayaK. bahKan, menjadi SumbeR KeGeliSahan banyaK KalanGan. PeRhatian itu, teRKait KeGiatan uSaha temPat Kita menGGantunGKan hiduP. SURAT PEMBACA Selamat buat Jajaran Redaksi Baru.

  Tema Januari yaitu REFLEKSI 2012 sangat menarik per-

JAJARAN REDAKSI

  hatian saya sebagai pembaca. Saya yakin, jika penyajian seperti edisi Januari terus dipertahankan, saya optimis

  TAHUN 2012

  majalah Siner-gi dapat saya jadikan Referensi bagi saya dan warga Kota Tebing Tinggi. Saran saya, angkatlah berita-berita yang dapat menjadi tolak ukur bagi pemer- intah kota terhadap kepentingan masyarakat, terutama masyarakat yang ada di pelosok di seluruh Kelurahan yang ada di Kota Kita.Terima Kasih.

  Pimpinan Redaksi

  Puspa Sari 0821-6230 xxxx AHDI SUCIPTO. SH Jl. Gatot Subroto 21

  Jawab : Sip ..terima kasih Puspa , kami dari

  Redaksi tetap akan berupaya menyajikan tampilan yang menarik bagi para pembaca setia majalah Sinergi. REFLEKSI 2012 merupakan tampilan awal di Tahun 2012. Untuk edisi-edisi selanjutnya, redaksi akan me- nyajikan tema tema yang tidak kalah menariknya. Kami akan berusaha terus mengupas rubrik rubrik demi ke-

  Wapemred Koordinator Liputan Sekretaris Redaksi pentingan masyarakat kota Tebing Tinggi.

  NURSINTA PASARIBU, S.Sos Drs. ABDUL KHALIK, MAP DIAN ASTUTI Kepada Redaksi Majalah Sinergi.

  Saya sebagi pembaca Majalah SINERGI sangat mendukung dengan tampilan dan rubrik rubrik yang baru. Namun saya berharap, majalah SINERGI jangan lagi terlambat terbit. Semoga SINERGI dapat menjadi Refernsi bagi kita semua.Wassalam

  Bendahara Redaksi Redaksi Darmansyah 0821-6513-xxxx MIRA SILVIA, A.Md RIZAL SYAM JUANDA

  Jl.K. F.Tendean Jawab : Terima kasih Darman.sebelumnya mohon

  maaf jika keterlambatan penerbitan majalah ini sudah membuat pembaca menjadi gerah. Kami akan terus berusaha memberikan yang terbaik,bagi kita semua. Mudah-mudahan majalah SINERGI kita dapat terbit tepat waktu. Untuk kedepan, kita berupaya majalah

  Redaksi Redaksi Photografer

  SINERGI dapat diterima tepat pada awal Bulan dengan

  KHAIRUL HAKIM, S.Sos M. RAHMADSYAH ELY HIDAYAT tampilan tampilan yang menarik.Semoga.

  Photografer Distributor Distributor ZAINI PURBA,S.Sos.I RIDWAN SRI ASTUTI RAHMAYANI, SE humastebingtinggi@yahoo.com DAFTAR ISI SALAM REDAKSI

  2 SURAT PEMBACA

  3 SINERGITAS

  5 Dilema UTAMA “Saatnya Membentuk Dinas Pasar Lindungi UMKM”

  9 “Tukang Cuci Pun Bakal Tergusur”

  10 “Kita Concern Mengembangkan Koperasi Dan UMKM”

  11 EKONOMI Produk Cina di Pasar Kita

  13 KESEHATAN Jaminan Kesehatan Warga Miskin

  14 LINGKUNGAN HIDUP Bersama Hadapi Dampak Perubahan Iklim

  16 wANITA “Pertarungan” Minimarket & Pasar Tradisional

  17 HUKUM Dorong Penerbitan Perda ASI Eksklusif

  UTAMA

  19 UMKM Versus Mini Market PARLEMENTARIA

ANTARA FAKTA DAN REALITAS

  Manfaat Reses

  20 “Kebijakan UMKM dualistik,” tegas Ketua Umum Ikatan

  “ Aspirasi Yang Tidak Ditindaklanjuti Bisa Jadi Bumerang” Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Darmin Nasution saat

  21 membuka sidang pleno ISEI di Bandung.................

  6 AGAMA

  22 BIDIK PEMKO

  24 OLAH RAGA

  26 BREAKING NEwS

  28 SASTRA BUDAYA

  29 OPINI

  30 PENDIDIKAN SOSIAL

  32 PENANgANAN BUTA AKSARA,

DISDIK MAKSIMALKAN PKBM

  

IPTEK

  33 Tujuan kedua dari Millenium Development Goals/MDGs adalah mencapai pendidikan dasar untuk semua...

12 TEPIAN

  34

  Dalam kapasitasnya sebagai ketua Kadinda, Daniel tidak hanya berbicara soal mini market versus usaha mikro. Dia lebih jauh meramalkan usaha kapitalis ini akan merambah ke pelbagai sektor dan menghancur- kan fondasi perekonomian kelas bawah. Dia mencon- tohkan, seperti hadirnya usaha laundry profesional, mau tidak mau akan menggilas tukang cuci manual yang berkerja dari rumah ke rumah. “Tukang cuci pun bakal tergusur,” ramal pengusaha muda yang berkibar di bawah bendera Ravi Group.

  Dalam logika, dilema dapat diatasi dengan teknik menyelinap antara dua tanduk. Maka dilema: dari serba salah, akan menjadi serba benar. Inilah yang dilakukan oleh pihak pemerintah. Karena bagaimana pun setiap kebijakan yang ditelurkan tentu tidak boleh merugikan kelompok mana pun. Siapa dan apapun dia punya hak untuk hidup. Kadis Koperindag dan UKM, Asmali, menjelaskan bahwa sejak awal sudah dilaku- kan usaha mengintegrasikan pasar moderen dengan usaha mikro. Ini menjadi sinergi yang ke depan bakal memberikan harapan dan tidak merugikan siapa pun.

  Tapi, menurut Asmali, sebagaimana instruksi Wali Kota Tebing Tinggi, izin operasional pendirian mini market tidak dikeluarkan lagi. Kalau pun dikeluarkan, itu semata-mata karena mini market juga punya kes- empatan untuk hidup di tengah-tengah masyarakat. “Namun, tentu akan menempuh syarat-syarat yang sangat ketat,” ujarnya. (khairul hakim)

  SINERGITAS DILEMA

  Letak serba salahnya begini. Kalau izin pendirian mini market dibatasi, maka akan mengurangi penda- patan pemerintah. Padahal penambahan pendapatan diperlukan karena berkaitan juga dengan kepentingan rakyat. Atau bisa juga sebagai bentuk diskriminatif ter- hadap satu kelompok usaha. Dan, ini jelas tidak boleh. Sementara kalau dibiarkan tumbuh bagai jamur di musim hujan, tentu akan mengganggu perkembangan usaha ekonomi kelas bawah seperti UMKM. Dampak- nya jelas, UMKM akan sulit berkembang. Bahkan bisa- bisa mati sama sekali. Kalau sudah begini, sepertinya terkesan mengorbankan kepentingan rakyat kelas bawah. Di sinilah letak dilematik itu! Begitulah, sektor ekonomi bermodal besar dengan bentuk mini market berlabel Indo Maret sudah tumbuh delapan unit di Kota Tebing Tinggi. Dalam pandangan pegiat ekonomi sektor menengah bawah, kehadiran Indo Maret tentu akan menjadi ancaman buat usaha perekonomian mikro. Cita-cita pemerintah untuk mengangkat tingkat ekonomi usaha mikro hanyalah sebuah impian. Dengan memberikan izin pendirian mini market, berarti pemerintah membiarkan pen- gusaha kapitalis mencekik sampai mati usaha kecil. Sebab, seperti penegasan Ketua Kadinda Kota Tebing Tinggi, Daniel Sulthan, mini market itu bagaikan gu- rita yang tentakel-nya mampu membelit usaha kecil hingga tak bisa mengembangkan diri.

  Seperti tak mau kalah, anggota Komisi II DPRD Kota Tebing Tinggi, Parlindungan Rajagukguk, dengan nada tegas mengingatkan pemerintah supaya tidak memberikan izin pendirian mini market karena sudah over capacity. Menurutnya, ditinjau dari sudut mana pun mini market menjadi rival yang tak seimbang buat usaha mikro dan aneka usaha, apalagi mini market bergerak di segmen yang sama. “ini akan mematikan usaha mikro dan aneka usaha,” tandas politisi dari PDI-P ini. dilema adalah pilihan yang serba salah. dilema ini berkaitan dengan tatalaksana pemerintah dalam menetapkan sebuah ke- bijakan: apakah mendahulukan kepentingan rakyat kelas atas atau membela kepentingan dan aspirasi akar rumput. lebih spesifik lagi, kebijakan dimaksud adalah izin pendirian mini market yang sudah menusuk ke sudut- sudut perkotaan.

  ILLUSTRASI : BEGE’S UNTUK SINERGI

  UTAMA

  Agaknya, pernyataan itu ada be- narnya. Perhatikanlah bagaimana besarnya kemauan pemerintah men- dukung dinamika mikro, kecil dan me- nengah alias UMKM. Secara faktual dapat dirasakan getarannya dari pe- merintah (pusat hingga daerah) guna mendorong berkembangnya UMKM.

  Hal itu ditunjukkan pula den- gan terus dipertahankannya lembaga Negara setingkat menteri serta depar- temen dan dinas yang mengurus per-

  UMKM Versus Mini Market

ANTARA FAKTA DAN REALITAS

  soalan UMKM dan koperasi. Demikian pula dengan perangkat undang undang yang terus menerus diperbarui, seperti UU No.20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, berserta seluruh peraturan yang ada di bawah- nya. Puluhan, bahkan ratusan milyar dana negara digelontorkan bagi meng- gerakkan UMKM.

  Namun, di sisi lain, kegiatan kon- glomerasi di sektor ekonomi, ternyata kian hari semakin tak terkendali. Kon- glomerat ekonomi telah merasuk jauh hingga ke jantung pertahanan masyarakat kecil di pinggiran jalan. Fenomena terbaru mengguritanya kon- glomerasi, adalah serbuan mini market dan swalayan yang potensial menjadi pesaing pedagang kaki lima dan ecer- an. Fenomena menggelisahkan itupun, kini menjangkiti ekonomi Kota Tebing Tinggi.

  Hingga April 2012, jumlah mini market melalui bendera Indo Maret di seluruh Kota Tebing Tinggi, baru berkisar delapan unit saja. Jika tak ada, kebijakan pembatasan, mini mar- ket dari label lain, niscaya akan berek- spansi juga. Jumlah ini, sebenarnya tidak sebanding, jika diukur dengan ke- beradaan sektor pedagangan UMKM di kota itu. Dari data Dinas Perindustrian

  “Kebijakan UMKM dualistik,” tegas Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Darmin Nasution saat membuka sidang pleno ISEI di Bandung, beberapa waktu lalu. Begitu bunyi salah satu berita di Kompas.com. Meski pernyataan itu sendiri tidak dirinci keterangannya oleh sosok yang menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia itu. FOTO : SINERGI / RAhMADSyAh

  Perdagangan, Koperasi dan UKM, to- talnya mencapai 6.171 unit usaha. Bah- kan, jika dibandingkan dengan potensi usaha perdagangan yang mencapai 3.969 unit, meliputi perusahaan besar 29 unit, perdagangan menengah 1.022 unit dan perusahaan kecil 2.918 unit.

  Salah satu solusi menghadapi mini market, imbuh Daniel Sulthan, Pemko Tebing Tinggi harus mendukung penuh usaha mikro kedai sampah menjadi mini market swadaya yang tidak ter- jerat pada model mini market kapitalis. Di samping melakukan seleksi ketat terhadap lokasi usaha mini market agar tidak muncul di antara kegiatan usaha mikro dan aneka usaha.

  Tak cukup di situ, Diskoperindag dan UKM juga melakukan sejumlah kerjasama, guna memperkuat posisi tawar usaha mikro dan aneka usaha. Melalui kerjasama pembinaan den- gan perguruan tinggi, pengusaha dan membentuk unit khusus. “Kita sudah

  Meski diakui, ada kendala da- lam pemasaran, karena kualitas dan kemasan yang tak sesuai standard, barang-barang UMKM di swalayan tak laku di pasaran. “Akhirnya mereka ma- las memasok barang-barang mereka ke swalayan, karena tak laku,” aku Iboy Hutapea. Lalu, seiring dengan berkem- bangnya mini market, ke depan juga akan dilakukan kerjasama penjualan, agar produk UMKM bisa dipasarkan di mini market. “Kita akan usaha ke arah sana,” janji Iboy.

  Menurut Asmali, langkah yang sudah dilakukan, sejak awal menginte- grasikan pasar modern dengan usaha mikro dan aneka usaha, melalui ker- jasama pemasaran produk UMKM di swalayan. Artinya, pengusaha swa- layan memberikan kesempatan kepada UMKM untuk menjual produk mereka di swalayan dengan memberikan stan- dard produk dan kemasan lebih longgar. “Itu sudah dilakukan untuk Ramayana, Great Market dan Irian Supermarket,” timpal Ir. Iboy Hutapea sebagai Kabid Perdagangan Diskoperindag dan UKM.

  Kebijakan paling urgen yang di- ambil Pemko Tebing Tinggi, ungkap Asmali, adalah ke depan tidak lagi mengeluarkan izin operasional mini market. “Itu sudah jadi instruksi Wa- likota kepada instansi terkait, termasuk KP2T,” tegasnya. Kalaupun nanti men- desak untuk tumbuh, karena memang minimarket , juga punya hak hidup, ada ketentuan tidak boleh berada di jalan kelurahan dan kota, tapi harus di jalan- jalan utama. Tegasnya tak boleh masuk ke perkampungan.

  Keberadaan mini market dan swa- layan yang terlanjut ada, telah disikapi dengan upaya mensinergikan satu den- gan lainnya. Di samping, dinas sendiri terus menerus memperkuat posisi tawar usaha mikro dan aneka usaha, yang umumnya di sektor tradisional da- lam berhadapan dengan pasar modern. Ada beberapa upaya yang telah dilaku- kan Diskoperindag dan UKM menyikapi fenomena pasar modern itu.

  Terkait itu, diskusi bersama Kadis Koperindag dan UKM Kota Tebing Ting- gi Drs.H.Asmali, MBA bersama jaja- rannya, ternyata menorehkan harapan akan adanya sinergi antara UMKM den- gan mini market dan swalayan.

  Bahkan tukang mainan anak-anak su- dah lama gulung tikar, karena banjirnya produk mainan anak-anak.

  Namun, mini market akan bisa menjadi ancaman, jika bargaining posi- tion mereka dihadapkan dengan usaha perdagangan kecil dan aneka usaha (kedai, kios, warung jajanan, PKL dan asongan) dengan total 1.812 unit. Anca- man itu, tentu saja terletak pada kelebi- han-kelebihan mini market yang tidak dimiliki pedagang mikro dan aneka usaha itu.

  Model bisnis octopussy itu, tambah Ketua KONI itu, akan berdampak san- gat luas. Misalnya, kelak tukang cuci pakaian pun akan mati, karena mereka nantinya mengelola usaha laundry pro- fesional. Tukang kusuk juga akan mati, karena ada spa, sauna dan massage.

  “Kita harus sadar mini market itu milik pengusaha besar (kapitalis) yang kaya modal, teknologi dan akses,” te- gas HM Daniel Sulthan. Dengan sistem franchise (waralaba) mereka mengeruk modal massa dan mengelolanya secara profesional. Dengan sistem demikian, usaha mikro dipastikan mati, jika tidak ada pemihakan kuat terhadap mereka.

  Dalam perbincangan panjang, Daniel mengistilahkan mini market sebagai octopussy (gurita) yang lengan usah- anya menggapai ke sana kemari, men- jangkau semua segmen ekonomi hing- ga tak menyisakan segmen lain kepada pelaku ekonomi.

  Hal senada disampaikan Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (KADINDA) kota Tebing Tinggi HM Daniel Sulthan, SE, di ruang kerjanya.

  Politisi PDIP itu, mengatakan ke- beradaan mini market, bahkan swa- layan harus dibatasi, dengan jumlah masing-masing tiga unit saja. Juga me- nyarankan Pemko Tebing Tinggi segera membuat regulasi untuk itu. Menurut Parlin, jumlah mini market serta swa- layan yang ada saat ini, sudah over ca- pacity dan Pemko Tebing Tinggi wajib tidak lagi memberikan izin atas usaha sejenis.

  Dikatakan, saat ini keberadaan mini market di mana pun menjadi problema, karena mengancam usaha mikro. Bah- kan, dengan menggunakan strategi ala Mao Tse Tung “desa mengepung kota” mengakibatkan dinamika usaha mikro jadi tak berdaya. “Lihat saja, mereka berada di hampir semua titik masuk ke kota. Padahal, sebagian besar usaha mikro ada di inti kota,” tegas Parlindun- gan. Kasus ini, tak hanya di Kota Tebing Tinggi, tapi juga muncul di Pematang Siantar, Medan dan kota-kota lain, terangnya.

  “Apa pun alasannya, mini mar- ket tidak boleh lagi diizinkan berdiri di Tebing Tinggi,” tegas Ketua Komisi II DPRD Kota Tebing Tinggi Parlindun- gan Rajagukguk, SE, ketika berbincang suatu ketika, di ruang kerjanya. Ala- sannya, mini market akan mematikan usaha mikro dan aneka usaha, karena kegiatan mini market bergerak di seg- men itu.

  UTAMA

  UTAMA

  usaha mikro di Terminal Bandar Kajum dan Jalan Gatot Sub- roto,” imbuh Kadis Koperindag dan UKM itu.

  Tak cukup sampai di situ, untuk APBD TA 2012 Disper- indagkop dan UKM juga bakal mengucurkan dana pinjaman bergulir mencapai Rp1,5 milyar. Dana itu guna mendukung pemodalan usaha mikro, selain juga bantuan peralatan di luar pinjaman bergulir. Tercatat di buku besar APBD TA 2012, dana langsung yang bakal dikucurkan guna mendukung sektor UMKM, perdagangan dan industri mencapai Rp2,270 milyar, di mana alokasi untuk koperasi dan UMKM mencapai Rp1,803 milyar.

  Namun, benarkah kerisauan demikian, juga kerisauan konsumen? Ternyata dari sejumlah perbincangan dengan masyarakat, pro dan kontra keberadaan mini market menge- muka. Nurjanah, 45, guru salah satu SDN di Kecamatan Pa- dang Hilir, mengatakan terbantu dengan adanya mini mar- ket, karena akses untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari semakin dekat dari rumahnya.

  Menurut ibu dua anak itu, ada sejumlah kelebihan mini market. Pertama, harga relatif murah dan pasti. “Kalau di market kita belanja nggak muncul perasaan takut ditipu. Tapi kalau di pasar biasa (tradisional), seringkali merasa kema- Ah halan apa nggak,” ujar dia. Kedua, kualitas barang terjamin, di samping saat membeli pelayanan bagus dan suasananya nyaman. “Pokoknya jelas jauh beda dari di pajak-pajak itu- lah,” tandasnya.

  Saat diterangkan, dampak mini market, warga Kelurah- FOTO : SINERGI / RAhMADSy an Bagelen itu hanya tersenyum dan mengatakan, memang seharusnya pemerintah melakukan upaya mengembangkan usaha mereka. “Tapi semua itu menyangkut mental. Kalau buat MOU dengan Fakultas Ekonomi USU, APINDO dan memperkuat keberadaan KLIBI,” tegas Asmali. mental orang pajak (pasar tradisional) macam sekarang ini, cemana lagi,” imbuhnya.

  Fakultas Ekonomi USU melalui konsultan Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, Prof.H.Bachtiar Hasan Miraza, DR.Polin Pemerintah sendiri melalui Peraturan Menteri Perda- gangan RI No.53/M-DAG/PER/12/2008 tanggal 12 Desem- LR Pospos akan memberikan konsultasi terkait penanganan dan penataan produk. Misalnya, penataan kemasan sesuai ber 2008 tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar

  Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern, telah standard industri juga pemasaran secara regional dan na- sonal, terang Asmali. Penandatanganan MoU itu sedang memberi ketentuan, terkait keberadaan unit usaha masing- masing. dikejarkan agar segera bergerak. ”APINDO (Asosiasi Pen- gusaha Indonesia) pun berkenan membantu mengatasi Misalnya, pada Pasal 3 Ayat 2 Poin (9) berbunyi : Pendi- rian mini market baik berdiri sendiri maupun yang terinte- masalah pemasaran,” tegas Asmali. Tak kalah pula harapan dibebankan kepada Klinik grasi dengan pusat perbelanjaan atau bangunan lain wajib memperhatikan : a. Kepadatan penduduk, b. Perkembangan

  Bisnis alias KLIBI yang selama ini jadi lembaga think thank pengembangan UMKM Kota Tebing Tinggi. KLIBI pemukiman baru, C. Aksesibilitas wilayah (arus lalu lintas), d. Dukungan/ketersediaan infrastruktur, dan e. Keberadaan diharapkan mampu melahirkan ide dan gagasan segar bagi pengembangan UMKM di masa mendatang. Teruta- pasar tradisional dan warung/toko di wilayah sekitar yang lebih kecil dari pada mini market. ma dalam bidang pengembangan produk (kualitas barang dan kemasan serta harga bersaing), distribusi produk (ke- Pada akhirnya, semua kisruh antara usaha mikro dan mini market bisa diselesaikan, tergantung polical will pe- cepatan dan ketepatan merespon pesanan) serta pemasa- ran (membuka akses pasar di berbagai segmen ekonomi merintah dalam hal ini Pemko Tebing Tinggi. Kebijakan yang adil dan saling menguntungkan tentu saja diharapkan, agar dan sosio geografis).

  Demikian pula dengan pembukaan sentra usaha mikro masing-masing usaha ini, tidak merasa dianaktirikan oleh sistem yang ada. *** dan aneka usaha. “Sudah direncanakan membuka gerai

  UTAMA Beberapa anggota Komisi II DPRD, dalam suatu diskusi, berbeda pandangan me- nyikapi problema mini market. Ir.Alensudin Purba, Mahyan Z Effendi, Wakidi, H. Hasnan Lubis dan H. Syamsul Bahri, sepakat keberadaan mini market harus dibatasi, karena dampaknya menimbulkan kere- sahan usaha mikro. Selain itu, sudah saatnya Pemko Tebing Tinggi membentuk Dinas Pasar atau semacamnya untuk me- lindungi dan membina UMKM.

  Komisi II DPRD Tebing Tinggi “SAATNYA MEMBENTUK DINAS PASAR LINDUNGI UMKM” Komisi II DpRD ketika berdioalog dengan para pedagang di ruangan komisi II DpRD Kota Tebing Tinggi FOTO : SINERGI / RAhMADSy Ah

  “Pendirian mini market harus sesuai dengan ketentuan yang sudah digariskan pemerintah,” tegas Wak- idi. Menyontohkan kasus pendirian mini market di Jawa, misalnya jarak mini market dengan pasar tradis- ional atau waktu usaha yang dibatasi. Namun, mereka belum sepakat soal jumlah dan volume mini market di Kota Tebing Tinggi. “Kalau itu perlu kajian dan survey,” tegas Mahyan Z Effendi.

  Sedangkan soal jualan produk yang bersaing dengan usaha mikro dan aneka industri, kelima anggota DPRD itu berbeda sikap. Mahyan Z Effendi dan Wakidi, tetap meman- dang jenis pelayanan yang mereka tawarkan, jadi ancaman serius. “Mis- alnya, harga jual yang relatif murah, produk baru, keamanan, kenyaman- an dan kebersihan. Keunggulan itu tak ada pada usaha mikro dan aneka usaha,” tegas Wakidi, diaminkan Mahyan.

  Pada posisi jenis pelayanan tambahan inilah, diperlukan regu- lasi Pemko Tebing Tinggi, tanpa berdampak pada proses mematikan mini market. “Saya kira regulasi itu nantinya harus membatasi jam buka dan tutup mini market, agar tidak bersamaan dengan usaha mikro dan aneka usaha,” tegas Wakidi. Misal- nya, buka jam 10.00 dan tutup jam 19.00 setiap harinya. Selain, mem- batasi jenis barang-barang yang bisa mereka jual, khususnya pada jenis barang non industri.

  Demikian juga, dua anggota DPRD lainnya, yakni Ir.Alensudin Purba dan H. Syamsul Bahri, melihat problema mini market itu dari sisi berbeda. “Saya kira ini cuma soal kecemburuan sosial saja,” tegas H. Syamsul Bahri, yang juga Ketua PKPB itu. Menurut Bang Ujang, ke- beradaan mini market itu tidak harus menggelisahkan, karena konsumen yang datang, sudah terbentuk sejak awal.

  Dia, menyontohkan sebelum adanya mini market, beberapa toko bisa berkembang, misalnya Toko Ardath di Simpang Stasiun KA atau beberapa toko yang buka 24 jam. Persoalan utama dari kedua usaha ini, terangnya, salah satunya adalah kelengkapan barang yang dijual. “Orang datang ke toko itu, karena barang di sana lengkap, jadi bukan masalah mini market atau bukan,” imbuh Bang Ujang. Di sinilah sebe- narnya kemenangan mini market dan swalayan. Hal itu, ditimpali Ir.Alensudin Purba, mengatakan jika kita mau jujur, semua orang lebih suka belanja di mini market atau swalayan.

  Tapi, kelimanya sepakat da- lam posisi demikian, Pemko Tebing Tinggi memang harus memproteksi usaha mikro dan aneka usaha lain- nya, agar tidak tergilas mini market. Salah satu usulan Komisi II adalah, saatnya membentuk instansi yang mengelola persoalan pasar, misal- nya dinas pasar atau jenis lainnya, agar penataan pasar jadi baik dan terarah.***

  UTAMA

KETUA KADINDA TEBING TINGGI HM. DANIEL SULTHAN, SE.

  

“TUKANG CUCI PUN BAKAL

  tutup akibat ekspansi plaza yang jor-joran. Bahkan, pen- jual pisang goreng tak luput dari masalah, karena usaha

  TERGUSUR”

  besar juga merebut kesempatan mereka. Nasib sama juga dialami kedai-kedai di kampung, karena kini lebih banyak Mini market atau sejenisnya tidak termasuk dalam didatangi konsumen yang tidak bisa bayar tunai alias utang kategori usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), lebih dulu. tapi merupakan kegiatan usaha kapitalis yang induk

  Kita heran dengan kebijakan pemerintah untuk men- usahanya merupakan perusahaan raksasa. Usaha ciptakan 4 persen pengusaha Indonesia, tapi tetap membi- seperti ini, persis seperti Octopussy (gurita) yang arkan sistem berorientasi pasar bebas. Sedangkan pertum- punya banyak kaki dan semua segmen ekonomi di- buhan pengusaha kecil terhambat oleh pengusaha besar. ambil dan ditarik kedalam dirinya hingga perutnya Contohnya di Sumut saja, kelas pengusaha itu tak sampai 2 persen dari populasi penduduk. kelihatan buncit.

  Bagaimana di Tebing Tinggi? Jumlah pengusaha dari data Diskoperindag mencapai sekira 6.000. Jika dibanding- Bisnis seperti ini adalah rival berat UMKM di setiap kan dengan total penduduk sekira 170 ribu jiwa x 4 persen daerah. Setiap kali dibukanya mini market di suatu tempat, harusnya ada 6.800 pengusaha. Dari data ini, sebenarnya secara pasti sekira selusin kios-kios usaha mikro yang ada posisi pengusaha Tebing Tinggi sudah baik. Namun, di sekitarnya akan mengalami megap-megap dan berikut- persoalannya upaya Pemko Tebing Tinggi meningkatkan nya tenggelam. jasa UMKM harus benar-benar selektif. Karena jika terlalu

  Bisnis model gurita ini sudah melanda hampir semua berlebihan akan muncul perilaku kanibalisme (pengusaha aspek perekonomian di negeri ini. satu menghancurkan pengusaha lainnya). Apalagi jika

  Misalnya, tukang cuci yang selama membiarkan pengusaha besar berkedok mini market bebas ini banyak bekerja di rumah-ru- berbisnis. Ada harapan perilaku bisnis kanibal akan terbuka. mah warga kaya, akan semakin

  Saran saya. Pertama, Pemko Tebing Tinggi sebaiknya kesulitan dengan adanya usaha mensurvey dulu di mana pengusulan tempat mini mar- laundry yang professional. ket dibuka. Kalau banyak kedai-kedai kecil, jangan diberi. Tukang urut juga akan padam,

  Kedua, membesarkan UMKM kita di sektor usaha kedai karena kini berkembang bisnis sampah menjadi mini market swadaya. Ketiga, menaik- spa, sauna dan massage dengan kan kelas pengusaha dari mikro ke kecil dan dari kecil ke pelayanan dan fasilitas wah. menengah. Sekarang Kadinda lagi bekerjasama dengan

  Tukang mainan anak-anak, Bank Sumut, BRI, menaikkan kelas ini. Sekarang sudah 16 juga akan mati pelan-pelan pengusaha yang kita naikkan kelasnya dari Rp.5 000.000- akibat serbuan industri Rp.50.000.000 dan Rp.50.000.000 sampai dengan Rp. mainan anak-anak.

  500.000.000. Pertokoan di

  Keempat, Pemko Tebing Tinggi segera mendata ulang berbagai kota pengusaha industri mikro yang usahanya sama untuk disin- besar sudah ergikan. Karena banyak pengusaha yang datang ke Kadinda banyak mengadu mitra mereka menjerit karena pesanan tak jalan. Kelima, kita harus lebih masuk ke perangkat lunak (soft- ware) UMKM. Banyak masalah yang mereka hadapi di luar teori. Keenam, membuka UMKM Center sebagai pusat bis- nis dan pameran produk UMKM, bekerjasama dengan IMT- GT agar pemasaran bisa menjangkau luar negeri. Ketujuh, lakukan juga MOU dengan mini market agar produk UMKM bisa dijual secara bebas di counter mereka. *** Maka secara umum, guna melak- sanakan misi itu, ada lima program yang diluncurkan. Pertama, meningkatkan kualitas UMKM untuk memproduksi barang-barang kerajinan tangan dan industri rumahan, melalui pembinaan UMKM. Kedua, mendirikan KLIBI yang bertugas sebagai advisor dan supervi- sor UMKM untuk meningkatkan kuali- tas produk, memperlancar produksi dan membantu pemasaran.

  Ketiga, mengadakan pelatihan guna meningkatkan k u a l i - tas UMKM sesuai bidang usaha masing-masing secara kontiniu dan berkesi- nambungan.

  Kadiskoperindag dan UKM Drs.H.Asmali, MBA

“KITA CONCERN MENGEMBANGKAN

KOPERASI DAN UMKM”

  UTAMA

  Ada dua visi dan misi Walikota Tebing Tinggi Ir.H.Umar Zunaidi Hasi- buan, MM yang langsung menjadi tugas kami. Yakni, misi ke 4, melanjut- kan pembangunan Kota Tebing Tinggi sebagai kota jasa yang memiliki produktifitas, inovasi, kreatifitas, dengan berorientasi pada pember- dayaan ekonomi kerakyatan. Juga misi ke 6, melaksanakan pembinaan UMKM secara terpadu menyeluruh dan menyejahterakan masyarakat melalui pemanfaatan usaha yang memiliki prospek.

  Keempat, perluasan pelayanan kredit/ pembiayaan bank bagi koperasi dan UMKM yang didukung pengembangan sinergi dan kerjasama dengan lembaga keuangan/pembiayaan lainnya. Kee- nam, memberdayakan Badan Penyele- saian Sengketa Konsumen (BPSK).

  Dinas sendiri memiliki visi “Dunia usaha yang maju yang berbasis pada perekonomian kerakyatan.” Dengan misi, pertama, mengembangkan in- dustri, perdagangan, koperasi dan UKM berbasis pada ekonomi kerakyatan. Kedua, menumbuhkan pengusaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, ketiga, meningkatkan pelayanan prima aparatur. saat ini total koperasi di Tebing

  Tinggi sebanyak 212. namun yang melaksanakan Rapat Akhir Tahun (RAT) hanya 52 koperasi dengan jumlah ang- gota 21.267 orang. Serapan tenaga kerja 133 orang dengan modal send- iri Rp49,373 milyar dan modal luar

  Rp50,401 milyar. Aset koperasi mencapai Rp99,774 milyar, volume usaha Rp76,863 milyar dan SHU yang diperoleh pada 2011 Rp10,603 milyar.

  Koperasi memang harus terus digenjot agar lebih berkembang. Salah satunya dengan mengaktifkan RAT.

  Potensi UMKM di Kota Tebing Tinggi menurut sektor. Yakni sektor pedagangan 3.408 unit, aneka usaha (warung nasi, kedai kopi, kios rokok, jajanan dan asongan) mencapai 1.812 usaha. Selanjutnya jasa (warnet, hotel, penjahit, dan lain-lain sebanyak 647 unit dan sector industri 304 unit. Total kes- eluruhan 6.171 unit usaha.

  Selain itu, potensi industri kecil dan menengah bisa dipaparkan, yakni industri formal 411 unit, non formal 37 unit. Serapan tenaga kerja 4.652 orang, nilai investasi 44,962 milyar dan investa- si usaha non formal 655 juta.

  Potensi perdagangan Kota Tebing Tinggi hingga akhir 2011 dapat digam- barkan, perusahaan besar 29 unit, pe- rusahaan menengah 1.022 unit, peru- sahaan kecil 2.918 unit. Jumlah gudang mencapai 83 unit dengan luas 7.162,25 M2. Sedangkan komoditi eksport, khususnya crumb rubber mencapai Rp107,152 milyar.

  2013, ada sejumlah program pri- oritas yang akan diluncurkan. Pertama, pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM. Kedua, pengembangan sistem pendukung usa- ha UMKM. Ketiga, peningkatan kualitas kelembagaan koperasi, keempat, per- lindungan konsumen dan pengamanan perdagangan. Kelima, pengembangan industri kecil dan menengah, Keenam, pengembangan kemampuan teknologi industri dan ketujuh, pengembangan sentra-sentra industri potrensial.

  ( Abdul Khalik )

  PENDIDIKAN Penanganan Buta Aksara, Disdik Maksimalkan PKBM

  Tujuan kedua dari Millenium Development Goals/ MDGs adalah mencapai pendidikan dasar untuk semua. Tujuan ini menjamin bahwa sampai dengan tahun 2015 semua anak manapun laki-laki dan perempuan, dapat menyelesaikan sekolah dasar (primary schooling).Untuk mencapai tujuan dimak- sud Indonesia berupaya menurunkan angka buta aksara penduduk 15 tahun keatas menjadi 5 % pada tahun 2015

  Buta aksara masih menjadi masalah serius dalam struktur masyarakat di Tanah Air. Setidaknya, berdasarkan data dari LIPI, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) mencatatat sekitar 12 juta warga negara Indonesia men- galami masalah literasi ini. Hal ini pun seperti berlomba dengan waktu, berbagai usaha dan upaya pun dilakukan untuk mengatasi.

  Program penurunan buta aksara telah dilakukan mela- lui pendidikan formal dan non formal,namun perlu adanya penanganan yang lebih sinergis agar dapat diperoleh hasil yang lebih optimal.Kerjasama lintas sektor perlu lebih diin- tensifkan untuk dapat diperoleh hasil yang maksimal, karena penurunan buta aksara tidak maksimal jika buta aksara baru terus bertambah.

  Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Tebing Tinggi, jumlah warga buta aksara atau keaksaraan fungsional Tebing Tinggi Tahun 2012 di lima kelurahan di

  Tebing Tinggi yaitu 145 orang laki-laki dan 302 orang perem- puan. Sedangkan, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 yang berjumlah 238 orang laki-laki dan 1134 orang perempuan. Angka tersebut memperlihatkan adanya penurunan jumlah buta aksara di Tebing Tinggi.

  Kepala Dinas Pendidikan melalui Kabid Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan (Disidik) Kota Tebing Tinggi Drs. Joner Sitinjak mengatakan, hingga saat ini Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi terus berupaya meningkatkan penanganan terhadap buta aksara di daerah ini. Salah satu- nya dengan membentuk kelompok belajar di setiap wilayah kecamatan guna lebih memaksimalkan proses pembinaan kepada masyarakat yang mengalami buta aksara.

  “Salah satu program untuk meningkatkan penanganan kepada masyarakat yang mengalami buta aksara melalui pembentukan kelompok belajar di setiap wilayah kecama- tan dalam bentuk program kegiatan belajar masyarakat (PKBM),” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.

  “Penanganan buta aksara adalah suatu program yang terus digalakan pemerintah baik pusat maupun daerah. Tu- juannya agar tidak ada lagi penduduk Indonesia yang masih mengalami buta aksara,” lanjutnya.

  Joner berharap upaya penanganan masalah buta aksara di Tebing Tinggi ini dapat berjalan lancar sesuai target. Kar- enanya, dibutuhkan peran aktif seluruh elemen masyarakat.

  Menurut Joner, upaya pembentukan kelompok belajar ini merupakan langkah yang efektif dalam rangka penan- gan masalah buta aksara di Kota Tebing Tinggi. Kata dia, penanganan buta aksara tidak mudah karena ada beberapa kendala yang membuat proses penanganan ini belum dapat berjalan dengan lancar. “Karena itu kita akan memaksimal- kan pergerakkan PKBM disetiap kelurahan, sehingga bisa meminimalisir angka warga buta aksara,” ungkap Joner.

  Joner menjelaskan bahwa melalui PKBM tersebut, warga akan diberikan kemampuan Keaksaran Dasar dan Keaksaraan Usaha Mandiri. Melalui Keaksaran Dasar terse- but, warga akan diajarkan untuk mampu mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan berhitung untuk meng- komunikasikan teks lisan dan tulisan dengan menggunakan aksara dan angka dalam bahasa Indonesia. Keaksaraan Usaha Mandiri merupakan kemampuan atau keterampilan dasar usaha yang dialtih melalui pembelajaran produktif dan keterampilan bermatapencaharian yang dapat meningkatkan keaksaraan dan penghasilan peserta didik, baik perorangan maupun kelompok sebagai salah satu upaya penguatan keaksaraan sekaligus pengentasan kemiskinan. “Setelah mereka menyelesaikan pendidkan Keaksaraan Dasar dan menerima SUKMA, mereka bisa melanjutkan ke Keaksaraan Usaha Mandiri untuk bekal selanjutnya,”jelasnya.

  (Gusvarice Yusya, S.Sos)

ILL

USTRASI/NET

  EKONOMI

  Boneka dan mainan anak, masker, alat tulis, kartu permainan, serta bantal berbagai ukuran yang rata-rata ber- gambar atau bercorak aneka karakter kartun dan animasi yang sedang naik daun, mulai Shaun the Sheep, Oscar si kadal hingga karakter klasik lain dari Walt Disney, hampir semua produk tersebut merupakan buatan Cina ” kami pesan dari Jakarta ” Kata A Min seorang pegawai toko serba lima ribu di simpang pasar gambir ” untungnya kecil.tapi kalau banyak yang beli jadi lumayan juga ”ujarnya . enggan mer- inci omzet. produk-produk mainan dan elekronik dari Cina sangat mudah dijual ,kualitas boleh jadi nomor dua,tapi den- gan harga murah, perputaran barang

  PRODUK CINA DI PASAR KITA

  dan uang bergerak lebih cepat sesuai dengan tren di pasar.

   Lebih Murah

  Membanjirnya barang-barang im- por dari Cina menggembirakan bagi para konsumen. Selain menambah pilihan harganya juga terjangkau. Soal kuali- tas Mungkin jadi pertimbangan kedua. Gairah di toko itu begitu kontras dengan kelesuan yang di alami produsen tas lokal mereka justru was-was dan dalam ancaman kebangkrutan akibat derasnya serbuan produk cina di pasar local .bea masuk nol persen yang berlaku sejak awal 2010 sesuai dengan kesepakatan perdagangan bebas ASEAN-CINA (ACF- TA) ternyata tak diimbangi dengan kes- iapan produsen lokal untuk bertarung di arena terbuka ”Dampaknya sangat terasa Pak, Produk kita kalah bersaing, bahan baku mereka umumnya pastik yang membutuhkan teknologi tinggi se- hingga proses produksi cepat dan mas- sal, kita kebanyakan bikin produk hand- made” kata Suanto produsen home industry tas di komplek Begawan Indah kelurahan Badak Bejuang. ”Jangankan untuk ekspansi,bisa bertahan saja su- dah syukur Pak” ujarnya .

  Produk local lainya yang kewalah- an adalah industry furniture di kelurah- an Bagelen. ” Saat ini Kami mengalami penurunan omzet yang serius, meubel dan lemari produksi kita dijual dengan harga Rp. 400 ribu – Rp. 600 ribu/unit, sebelumnya produk kita bersaing den- gan meubel Olympic yang harganya Rp. 800 ribu/unit, tapi sekarang banyak mebel dari Cina mirip Olympic dijual dengan harga Rp. 400 ribu-600 ribu/unit ” kata Castro seorang pengusaha meu- bel di Kelurahan Bagelen

  ”Meski perdagangan bebas bukan berarti semua barang di bolehkan be- bas masuk, jika tak dilindungi, usaha kecil di tempat kita akan ludes dan gu- lung tikar” kata tok saragih pengusaha ijuk di kelurahan lubuk raya .” kita tidak siap, Mudah-mudahan pemerintah ber- sikap bijaksana”.Demikian tok Saragih berharap. ( Juanda )

  Tawaran harga miring dan beragamnya pilihan produk adalah keung- gulan yang membuat toko di penurunan jalan Sutomo itu tidak pernah sepi. Sebuah boneka beruang berukuran besar yang tengah di gan- drungi misalnya dijual hanya dengan harga Rp.80 ribu, di toko mainan di mal boneka serupa dibandrol tak kurang dari Rp.150.000 “ Kalau beli setengah lusin bisa lebih murah ” ujar seorang pramuniaga di toko itu kepada SINERGI.

  PRODUK CINA DI PASAR KITA FOTO : SINERGI / RAhMADSy Ah

  KESEHATAN FOTO : SINERGI / RAhMADSyAh

  BAGAIMANA jAMINAN KESEhATAN BAGI wARGA MISKIN yANG BERMUKIM DITEpIAN SUNGAI ?

JAMINAN KESEHATAN

WARGA MISKIN

  Minimnya daya tampung peserta program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) Tahun 2010 – 1012 bagi warga miskin di Kota Tebing Tinggi menuai persoalan penting. Mengatasi kondisi tersebut , melalui program Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) , Pemko Tebing Tinggi telah mengalokasikan anggaran sebesar 4.8 Milyar. Terbitnya Peraturan Walikota (PERWA) No : 2 Tahun 2012 tantang JAMKESDA dianggap sebagai wujud kepedulian bagi warga masyarakat, terutama masyarakat miskin yang tidak ter- daftar di JAMKESMAS.

  Kenyataan tersebut tidak ditampik oleh Kabid Ja- bahkan, pemberian jaminan kesehatan telah dilaksana- minan Dan Sarana Kesehatan, Indriati,SE. Menurutnya, kan oleh Pemerintah sejak tahun 2005. Istilah JPKMM Jaminan Kesehatan merupakan hak dasar setiap indi-

  (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat vidu dan semua warga negara tanpa membedakan ting- Miskin / ASKESKIN kian popular saat itu. Tetapi sejak kat sosial . Pemerintah dan pemangku terkait memiliki tahun 2008, program tersebut berubah nama menjadi komitmen yang besar untuk mewujudkan kesejahteraan sistem pelayanan Jaminan Kesehatan yang dikemas da- sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. lam JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat ). Diruang kerjanya, Senin (23/3) pekan lalu menam-

  Masih Indri, Database makro yang dimiliki pihak

  KESEHATAN MENDAFTAR

INDRIATI,SE KABID

  jAMINAN DAN SARANA KESEhATAN DINAS KESEhATAN pEMKO TEBING TINGGI KETIKA

  MENERIMA pENDAF- TARAN wARGA MISKIN DARI KELURAhAN LA- LANG MASUK SEBAGAI pESERTA jAMKESDA TAhUN 2012

  FOTO : SINERGI / RAhMADSyAh

  BPS (Badan Pusat Statistik ) tahun 2005 dengan sistem hidup untuk warga kota Tebing Tinggi. Disamping itu, by name by address oleh walikota / Bupati Tahun 2008 wujud pelaksanaan pelayanan maksimal dapat terbantu menjadi tolak ukur Pemerintah untuk menetukan jum- dengan adanya peran serta aktif,dari pihak Puskes- lah kepesertaan JAMKESMAS. Keterbatasan anggaran mas serta jaringan lainnya berupa balai balai kesehatan, dinilai penyebab minimnya masyarakat yang tertampung

  Rumah Sakit, serta organisasi kemasyarakatan..” Kami sebagai peserta JAMKESMAS. Saat itu diharapkan, se- menghimbau kepada pihak tersebut agar memberikan luruh Pemerintah Kabupaten/Kota dapat membuat pro- pelayanan prima kepada masyarakat terlebih warga yang gram yang sama dengan istilah JAMKESDA ( Jaminan memiliki kartu Peserta JAMKESMAS maupun JAMKES-

  Kesehatan Daerah ).” Peserta JAMKESMAS Kota Tebing DA atau bentuk Pelayanan Jaminan Miskin lainnya” pin-

  Tinggi jumlahnya mencapai 23.919 jiwa, jumlah ini masih tanya. (Rahmadsyah) harus ditambah ”pintanya.

  Progam pemberian jaminan tersebut merupakan

HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA JAMKESDA

  program pelayanan public yang menjadi prioritas kerja duet kepemimpinan Walikota Tebing Tinggi Ir.Umar Zu-

HAK PESERTA JAMKESDA KEWAJIBAN PESERTA

  naedi Hasibuan MM dan Wakil Walikota H.Irham Taufik

  JAMKESDA

  SH.MAP. Wujud keseriusan tersebut terbukti dengan pengalokasian anggaran sebesar 4.8 Milyar bagi Pem- Peserta berhak atas pe- Peserta wajib membawa berian Jaminan Kesehatan bagi warga miskin .”berbasis layanan kesehatan difasilitas kartu JAMKESDA setiap keseimbangan anggaran sebesar 4.8 Milyar dari APBD kesehatan dasar sesuai ke- akan berobat

  Tahun 2012 , kami telah menerima peserta JAMKESDA tentuan yang berlaku ; sebanyak 40.000 orang peserta”jelas Indri

  Setiap peserta berhak Setiap Peserta Wajib Mema- Namun pihaknya mengakui terus melakukan pe- mendapatkan informasi yang tuhi Peraturan Penggunaan nyempurnaan terhadap program dimaksud. Tingginya jelas tentang penyakit dan Kartu JAMKESDA ; dan laju tingkat kemiskinan masyarakat merupakan tantan- perawatannya ; dan gan penting bagi instansi tersebut untuk mewujudkan bentuk pelayanan maksimal sebagai abdi masyarakat.

  Peserta jamkesda berhak Setiap peserta yang lang- “ kuota peserta JAMKESDA tahun 2011-2012 sebanyak memberikan informasi kelu- sung berobat pada pelayan- 40.000 telah terpenuhi,dan terdaftar sebagai peserta han kepada pelayanan kepe- an rujukan tanpa dilakukan JAMKESDA , “tambahnya da pengelola jamkesda rujukan oleh fasilitas kes-

  Wanita ini optimis, bahwa Perwa baru tersebut da- ehatan dasar, peserta wajib pat mengayomi kebutuhan kesehatan bagi warga mis- membayar seluruh biaya kin. Melalui JAMKESDA diharapkan, program ini dapat berobat tersebut memberikan kontribusi untuk menambah umur harapan

LINGKUNGAN HIDUP

BERSAMA HADAPI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

  KLH sendiri, jelas Idham, selaku

SKPD yang menangani masalah pe-

rubahan iklim di Kota Tebing Tinggi

memiliki beberapa program yang intinya

berbasis pada penghijauan dan pengelo-

laan sampah dengan prinsip 3 R; reuse,

reduce dan recycle. seperti pembuatan

taman hijau, penanaman pohon dan hu- tan kota.

  ( Ulfa Andriani, S. Sos ) FOTO : SINERGI /jAINI pURBA S.Sos I