PENGETAHUAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT MISKIN DALAM PEMANFAATAN KARTU JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS)

(1)

ABSTRAK

PENGETAHUAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT MISKIN

DALAM PEMANFAATAN KARTU JAMINAN KESEHATAN

MASYARAKAT (JAMKESMAS)

(Studi di Puskesmas Bandarjaya Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh Anita Al Karim

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) merupakan salah satu program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah dengan tujuan meningkatkan derajat hidup masyarakat miskin di Indonesia. Namun dengan berubah-ubahnya kebijakan Jaminan Kesehatan yang terjadi sangat cepat dan kurangnya sosialisasi kesehatan sehingga mengakibatkan masyarakat miskin sulit untuk mengikutinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan yang dimiliki masyarakat miskin dan persepsi masyarakat miskin dalam pemanfaatan kartu Jamkesmas. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Bandarjaya, Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah, dengan informan berjumlah 7 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan wawancara mendalam (indepth Interview) dipandu dengan pedoman wawancara, observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan. Kemudian data dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa Pengetahuan masyarakat miskin yang rendah ternyata memunculkan persepsi yang baik (positif). Pengetahuan masyarakat miskin yang rendah meliputi pengetahuan tentang prosedur pembuatan kartu dan jenis-jenis fasilitas yang didapat dari pemanfaatan kartu Jamkesmas. Rendahnya pengetahuan masyarakat miskin disebabkan karena tingkat pendidikan yang rendah dan sosialisasi yang dilakukan pemerintah dan pihak-pihak terkait tidak memperhatikan kebutuhan masyarakat, seperti tempat yang tidak memadai dan waktu yang tidak sesuai dengan kesibukan/kegiatan masyarakat sehingga sosialisasi tidak sampai kepada masyarakat. Walaupun masyarakat memiliki pengetahuan yang rendah, namun masyarakt miskin tidak mengalami hambatan dalam proses pembuatan dan pemanfaatkan kartu Jamkesmas. Sehingga persepsi yang muncul tentang pelayanan yang didapat adalah baik (positif), baik itu pelayanan dalam pembuatan kartu jamkesmas, maupun pelayanan kesehatan yang diterima dari pemanfaatan kartu jamkesmas.


(2)

Kata Kunci: Pengetahuan, Persepsi, Masyarakat Miskin, Pemanfaatan Kartu Jamkesmas


(3)

ABSTRACT

KNOWLEDGE AND PERCEPTION OF THE POOR IN THE

UTILIZATION OF HEALTH INSURANCE CARD

(JAMKESMAS)

(Studies in Central Lampung regency Bandarjaya Health Center) by

Anita Al Karim

Community Health Insurance (Jamkesmas) is one of the development program of the government with the aim of increasing the degree of poor people living in Indonesia. But with the changing health insurance policy change that is happening very quickly and the lack of socialization lead to poor health so it is difficult to follow. This study aims to determine how poor knowledge and poor perception of the use of Jamkesmas. Metode card used is a qualitative method. The research was conducted at the health center district Bandarjaya, Terbanggi Great Central Lampung regency, with the informant amounted to seven people taken to the purposive sampling technique. The data in this study were collected by in-depth interviews (depth interviews) guided the interview guides, observation, documentation and library research. Then the data were analyzed through three phases, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions.

The results and discussion indicate that poor knowledge of low perception that creates a good (positive). Poor knowledge of low knowledge of the procedures include making cards and other types of facilities obtained from the use of Jamkesmas card. Lack of knowledge of the poor due to low levels of education and socialization of the government and the parties do not consider the needs of the community, such as inadequate place and time that is incompatible with the bustle/community activities, so socialization is not up to the community. Although people have low knowledge, but the poor do not have problems in the process of making and utilizing Jamkesmas cards. So the perception that appears on all the services obtained is good (positive), either in the service Jamkesmas card making, and health services received from the utilization of Jamkesmas cards.


(4)

ABSTRACT

KNOWLEDGE AND PERCEPTION OF THE POOR IN THE

UTILIZATION OF HEALTH INSURANCE CARD

(JAMKESMAS)

(Studies in Central Lampung regency Bandarjaya Health Center)

by

Anita Al Karim

Community Health Insurance (Jamkesmas) is one of the development program of the government with the aim of increasing the degree of poor people living in Indonesia. But with the changing health insurance policy change that is happening very quickly and the lack of socialization lead to poor health so it is difficult to follow. This study aims to determine how poor knowledge and poor perception in the utilization of Jamkesmas card.

The method used is a qualitative method. The research was conducted at the health center districts Bandarjaya large Terbanggi Central Lampung regency, with the informant amounted to seven people taken to the purposive sampling technique. The data in this study were collected by in-depth interviews (depth interview), and guided by the interview guide. While the techniques of data collection in this study is the method of interview. Then the data were analyzed through three phases, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions.

The results and discussion indicate that poor knowledge of low perception that creates a good (positive). Poor knowledge of low knowledge of the procedures include making cards and other types of facilities obtained from the use of Jamkesmas card. Low due to poor knowledge dissemination by the government and the parties do not consider the needs of the community, such as inadequate place and time that is incompatible with the bustle / community activities, so socialization is not up to the community. Although people have low knowledge, but the poor do not have problems in using Jamkesmas card. So the perception that emerged about the health service is good (positive).


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak-hak dasar manusia yang harus dipenuhi, baik yang memiliki status sosial tinggi maupun yang status sosialnya rendah. Konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO 1948), menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga. Berdasarkan amanah pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik

Setiap warga berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan .

Selain itu berdasarkan pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan fasilitas umum yang Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggung jawab megatur agar terpenuhinya hak hidup sehat bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

Kemiskinan dan penyakit terjadi saling berkaitan dengan hubungan yang tidak akan pernah putus terkecuali dilakukan intervensi pada salah satu atau kedua sisi, yakni pada kemiskinannya atau penyakitnya. Kemiskinan mempengaruhi kesehatan sehingga orang miskin menjadi rentan terhadap berbagai macam penyakit, karena mereka mengalami gangguan seperti menderita gizi buruk, pengetahuan kesehatan kurang, perilaku sehat kurang, lingkungan pemukiman buruk, dan biaya kesehatan yang tidak tersedia.


(6)

Sebaliknya kesehatan mempengaruhi kemiskinan. Masyarakat yang sehat menekan kemiskinan karena orang yang sehat memiliki kondisi yang lebih baik seperti produktivitas kerja tinggi, pengeluaran berobat rendah, investasi dan tabungan memadai, tingkat pendidikan maju, tingkat fertilitas dan kematian rendah, dan stabilitas ekonomi yang mantap.

Untuk menjamin akses penduduk masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan, sejak tahun 1998 Pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan penduduk miskin dengan melaksanakan suatu program yaitu program Jamkesmas. Program jamkesmas mengalami berbagai bentuk perubahan. Sebelum program ini menjadi regulasi yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, berbagai upaya memobilisasi dana masyarakat dengan menggunakan prinsip asuransi telah dilakukan antara lain dengan program Dana Upaya Kesehatan Masyarakat (DUKM). Program DUKM secara operasional dijabarkan dalam bentuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).

Pada Tahun 2005, pemerintah meluncurkan Program Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang dikenal dengan nama program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin). Program ini merupakan bantuan sosial yang diselengggarakan dalam skema asuransi kesehatan sosial (http://dc206.4shared.com/doc/PwbCPlcT/preview.html).

Setelah dilakukan evaluasi dan dalam rangka efisiensi dan efektivitas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) memberlakukan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) pada tahun 2008 kepada seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat menengah ke bawah (miskin dan tidak mampu). Setidaknya lebih dari 56,3%


(7)

masyarakat masih belum mendapatkan pelayanan kesehatan ini. Jamkesmas yang telah dirancang oleh Depkes RI sebagai pengganti Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin (Askeskin). Program ini bertujuan meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien, meningkatnya cakupan masyarakat miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya, meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, terselenggaranya keuangan yang transparan dan akuntabel (www.depkes.go.id/downloads/jamkesmas).

Masyarakat miskin yang kesehatannya dijamin oleh pemerintah menginginkan peningkatan terhadap kualitas pelayanan kesehatannya. Namun dengan berubah-ubahnya kebijakan jaminan kesehatan yang terjadi sangat cepat dan kurangnya promosi kesehatan megakibatkan Pemberian Pelayanan kesehatan (PKK) dan masyarakat miskin sulit mengikutinya (http://ditppk.depsos.go.id/html/modules.php).

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di lapangan, dalam pelaksanaan program Jamkesmas yang telah dijalankan pemerintah tidak lepas dari persoalan atau masalah, permasalahan umum yang biasa terjadi terkait tentang Jamkesmas antara lain:

1. Kesulitan dalam menjangkau semua orang miskin. Tidak adanya kesamaan jumlah orang miskin dengan perkiraan yang dilakukan oleh BPS dan BKKBN. Masih belum memiliki data akurat keluarga miskin, terutama gelandangan atau orang terlantar yang tidak memiliki KTP.

2. Kurang akuratnya pentargetan. Misalnya terjadinya exclution errors (beberapa orang miskin yang menjadi peserta, akan tetapi malah tidak memperoleh kartu)


(8)

dan inclusion errors (sejumlah orang yang tidak miskin malah memperoleh kartu).

3. Program jamkesmas juga dinilai belum memperhatikan aspek promosi kesehatan atau sosialisasi tentang jamkesmas. Tanpa promosi kesehatan dan sosialisasi tentang jamkesmas, dikhawatirkan masyarakat miskin tidak berperilaku sehat atau tidak menjaga kesehatannya, seperti merokok yang akhirnya rentan terhadap penyakit pada masa depan serta masyarakat miskin tidak tahu tentang pemanfaatan kartu jamkesmas. Semua ini dikarenakan masih minimnya sosialisasi yang dilakukan pihak-pihak terkait kepada masyarakat yang berhak menerima Jamkesmas.

4. Program jamkesmas belum sejalan dengan upaya pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk, karena belum ada pembatasan jumlah anak yang ditanggung, terutama biaya persalinan.

5. Kurang adanya pengawasan pelaksanaan program Jamkesmas oleh pemerintah sehingga masih ada saja pungutan untuk mendapatkan kartu Jamkesmas dan ada juga pasien pengguna kartu Jamkesmas yang masih mengeluarkan biaya.

6. Kurangnya pengetahuan masyarakat miskin tentang pemanfaatan kartu jamkesmas, sehingga masih ada peserta jamkesmas yang tidak menggunakan kartu Jamkesmas ketika berobat.

7. Serta adanya indikasi pelaku pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit serta jaringannya yang kurang memberikan pelayanan yang kurang memuaskan kepada pasien Non Jamkesmas yang notabene adalah pasien yang menanggung biaya pengobatan secara pribadi. Bila pasien Non-Jamkesmas saja pelayanan kesehatan yang diberikan kurang memuaskan, bagaimana pelayanan


(9)

kesehatan yang didapat bagi peserta Jamkesmas (www.kesehatan.kompas.com/read/2010/10/0/jamkesmas).

Adanya beberapa permasalahan dalam pemanfaatan kartu Jamkesmas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengetahuan Dan Persepsi Masyarakat Miskin dalam Pemanfaatan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat

.

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Bandarjaya Kabupaten Lampung Tengah

.

Alasan peneliti memilih lokasi di Puskesmas karena Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat miskin dan berperan penting dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat (Depkes dalam Muhdiarta, 2003:424).

Puskesmas Bandarjaya merupakan salah satu puskesmas dengan fasilitas yang cukup lengkap, mulai dari Unit Gawat Darurat, fasilitas rawat inap, dan fasilitas bersalin serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Selain itu tempat yang stategis yang terletak di tengah kabupaten Lampung tengah sehingga memudahkan masyarakat miskin untuk menjangkau Puskesmas ini.

Pengetahuan dan persepsi masyarakat miskin tentang pemanfaatan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat sangat diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat miskin secara menyeluruh. Maka dari itu masyarakat miskin sebagai peserta Jamkesmas yang menjadi objek dari program pembangunan seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai program Jamkesmas sehingga diharapakan persepsi yang akan timbul tentang jamkesmaspun akan baik juga.


(10)

Agar peserta Jamkesmas mendapatkan pengetahuan yang cukup maka diperlukan penyampaian informasi/sosialisasi yang baik dari pihak penyelenggara program kepada masyarakat miskin. Karena pengetahuan yang dimiliki masyarakat miskin tentang Kartu Jamkesmas sangat penting guna mendukung keputusan yang ditimbulkan dari persepsi.

Persepsi yang muncul inilah yang akan mempengaruhi keputusan masyarakat miskin dalam memanfaatan kartu Jamkesmas dan dapat diketahui apakah program Jamkesmas sudah berjalan secara efektif. Persepsi yang muncul tentu tidak terlepas dari pengetahuan yang melatarbelakangi masyarakat miskin. Pengetahuan tentang Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat penting untuk mendukung keputusan yang ditimbulkan dari persepsi.

Apabila persepsi tentang Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat bersifat positif dan bermanfaat untuk masyarakat miskin maka pengetahuan yang dimiliki masyarakat miskin tentang pemanfaatan kartu Jamkesmas sudah baik. Persepsi yang positif tentunya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat miskin. Peningkatan ini menunjukan bahwa program pelayanan kesehatan melalui Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat berjalan efektif sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengetahuan masyarakat miskin dalam pemanfaatan kartu jaminan kesehatan masyarakat di Puskesmas Bandarjaya?

2. Bagaimanakah persepsi masyarakat miskin dalam memanfaatkan kartu jaminan kesehatan masyarakat di Puskesmas Bandarjaya?


(11)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengetahuan dan Persepsi Masyarakat Miskin dalam Pemanfaatan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat .

D. Kegunan Penelitian

1. Secara Teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan secara umum dan secara sosial pada khususnya Sosiologi Kesehatan yang berkaitan dengan masalah kesehatan sosial dan dapat dijadikan bahan masukan untuk proses penelitian yang akan datang yang berhubungan dengan masalah kesehatan bagi masyarakat miskin.

2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan diharapkan sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi instansi terkait, masyarakat, puskesmas, dan rumah sakit- rumah sakit yang ada.


(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pengetahuan

1. Pengertian Tentang Pengetahuan

Definisi pengetahuan tradisional (Riset dan Teknologi, 2002) adalah seluruh bentuk pengetahuan, inovasi dan kegiatan budaya dari masyarakat asli (Indigenous Community) maupun masyarakat lokal, yang meliputi cara hidup dan teknologi tradisional yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari secara turun-temurun.

Joshi dan Sinclair, (2001) menyatakan bahwa pengetahuan berasal dari pemahaman dan interpretasi pengamatan, pengalaman, pendidikan formal dan non formal, dan pelatihan (Training) bukan hanya yang berpengaruh penting terhadap suatu kebenaran mutlak.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengeindraan terhadap suatu objek tertentu. Hal tersebut sangat penting dalam pembentukan perilaku seseorang. Apabila penerimaan perilaku baru didasarkan oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut bersifat langgeng (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) adalah

a Segala sesuatu yang diketahui; kepandaian.


(13)

Menurut Sidi Gazalba dalam Amsal Bakhtiar pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.

Pengetahuan menurut Taksonomi Bloom (2005), berada dalam ranah kognitif sebagai aspek paling mendasar. Semua aspek ini bersifat kontinum dan overlap (saling tumpang tindih).

Bagan 1. Taksonomi Bloom Penilaian

Sintesis Analisis Penerapan Pemahaman Pengetahuan

Aspek pengetahuan berisi kemampuan mengenali, mengingat peristilahan, definisi, fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, pengetahuan yang dimaksud termasuk kedalam pengetahun biasa karena pengetahun diperoleh dari pengalaman sehari-hari, menonton televisi, dan semua orang meyakini pengetahun tersebut. Pengetahundalam penelitian ini bersifat umum tentang pemanfaatan kartu Jamkesmas.


(14)

a. Tahu (know) yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan dalam tingkat ini kebal terhadap suatu yang spesifik dari

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension) diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

c. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainnya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu abjek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.


(15)

f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.


(16)

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televise, majalah, koran, dan buku.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

f. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

B. Tinjauan Tentang Persepsi

Pada dasarnya persepsi merupakan suatu proses yang terjadi didalam pengamatan seseorang terhadap orang lain. Persepsi terhadap satu objek yang ada di sekitar manusia pada dasarnya berbeda dengan yang lainnya karena sebagai mahkluk individu setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pemahamannya. Semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap suatu objek yang dipersepsikan maka semakin baik bentuk persepsi orang tersebut terhadap objek, begitu pula sebaliknya.


(17)

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa Latin perception: dari percipere yang artinya menerima atau mengambil (Sobur:2003). Persepsi seseorang bila diartikan sebagai proses, pemahaman terhadap suatu informasi yang disampaikan orang lain yang sedang saling berkomunikasi, berhubungan atau bekerjasama. Jadi setiap orang tidak lepas dari persepsi.

Persepsi menurut Morgan, King dan Robinson (Rukminto, 1994) persepsi menunjuk bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap dan mencium dunia sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat pula didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami manusia.

Secara menyeluruh persepsi mempunyai pengertian kemampuan seseorang untuk membaca, membedakan antara beberapa objek yang didahului, adanya pandangan atau pengamatan yang berasal dari komponen-komponen pengetahuannya sehingga seseorang akan mempunyai gambaran yang dinyatakan dalam perilakunya terhadap objek tersebut.

Persepsi masyarakat miskin tentang pemanfaatan kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat merupakan serangkaian proses pengamatan dan penglihatan terhadap program pelayanan kesehatan sehingga masyarakat miskin mampu memberikan penafsiran dan interprestasi terhadap pemanfaatan kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Setelah melalui tahapan proses persepsi tersebut maka masyarakat miskin dapat mengambil sebuah keputusan yang dapat diwujudkan dalam tindakan atau perilaku dari


(18)

masyarakat miskin itu sendiri. Setiap masyarakat miskin bisa jadi mempunyai latar belakang dan pengalaman yang berbeda dalam menentukan persepsi mereka yang tentu saja akan berpengaruh terhadap persepsi. Persepsi yang diungkapkan oleh masyarakat miskin tentunya akan bersifat positif ataupun negatif.

C. Tinjauan Tentang Mayarakat Miskin

Masyarakat merupakan objek utama dalam ilmu sosiologi yang dilihat dari sudut pandang hubungan antara manusia dan proses yang timbul akibat hubungan atau suatu interaksi. Menurut Selo Soemardjan dalam Soerjono Soekanto (1990:26) masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan. Sedangkan menurut Ralph Linton dalam Soerjono Soekanto (1990:22) masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.

Berdasarkan pendapat tersebut masyarakat diartikan sebagai sejumlah manusia yang hidup bersama disuatu daerah, pada waktu yang lama, menciptakan kaidah-kaidah atau peraturan peraturan bagi pergaulan hidupnya yang pada akhirnya menciptakan kebudayaan, sehingga mereka akan merasa terikat satu sama lain. Masyarakat sebenarnya merupakan suatu sistem adaptif karena masyarakat merupakan wadah untuk memenuhi berbagai kepentingan dan tentunya juga untuk dapat bertahan.


(19)

Namun, masyarakat juga mempunyai berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi untuk tetap bertahan hidup. Adapun kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut adalah populasi, informasi, energi, materi, sistem komunikasi, sistem produksi, sistem distribusi, sistem organisasi sosial, sistem pengendalian sosial, perlindungan warga masyarakat terhadap ancaman-ancaman yang tertuju pada jiwa dan harta bendanya.

Miskin merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki orang miskin, melainkan karena tidak bisa dihindari dengan kekurangan yang ada padanya. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, kesehatan.

Kemiskinan tersebut dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuhan kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakupi :

1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini


(20)

mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna memadai disini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi seluruh dunia.

Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah :

1. Bantuan kemiskinan, atau membantu langsung kepada orang miskin.

2. Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.

3. Persiapan bagi yang lemah. Dari pada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.

Kemiskinan yang dialami oleh seseorang ditandai dengan lemahnya nilai tukar hasil produk yang dimiliki, disamping lengahnya sumberdaya manusia dan juga rendahan produktivitasnya. Apabila kondisi-kondisi tersebut dilihat dari dari pola hubungan sebab akibat, maka masyarakat miskin adalah mereka yang serba kurang mampu dan terbelit di dalam lingkaran ketidakberdayaan. Rendahnya pendapatan mengakibatkan rendahnya pendidikan dan kesehatan sehingga mempengaruhi produktivitasnya (http://www.bps.go.id).


(21)

BPS dalam menanggulangan masalah kemiskinan telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin, seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (2011), rumah tangga yang memiliki ciri rumah tangga miskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5 ha. Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.


(22)

D. Tinjauan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat

1. Pengertian Jaminan Kesehatan Masyarakat

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.

Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Propinsi/Kabupaten/ Kota beerkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal (Depkes RI, 2009).

Dasar hukum penyelanggaraan programJamkesmasadalah: a. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

b. UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional c. UU Nomor 45 Tahun 2007 tentang APBN Tahun 2008

d. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara e. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(23)

Jika mencermati peraturan-peraturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyenggaraan program Jamkesmas telah sesuai dengan koridor hukum yang berlaku. Menkes memiliki kekuasaan pengelolaan keuangan Negara dibidang kesehatan, dan pengelolaan keuangan tersebut diwujudkan dalam bentuk bantuan sosial yang diberikan kepada masyarakat untuk melindungi resiko sosial.

2. Tujuan Penyelenggaraan Jamkesmas

a. Tujuan Umum :

Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan yang optimal secara efektif dan efisien.

b. Tujuan Khusus :

Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya dan di Rumah sakit. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.

Sasaran program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan tidak mampu diseluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.


(24)

3. Prosedur Pembuatan Kartu Jamkesmas

a. Meminta Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari RT dan RW setempat. b. Membawa surat SKTM ke kelurahan dan kecamatan setempat untuk dilegalisir. c. Membawa surat yang telah dilegalisir ke Puskesmas setempat, puskesmas

kemudian akan melakukan verifikasi atas permohonan tersebut dengan melakukan survey kerumah pemohon. Apabila disetujui, Puskesmas yang akan

menerbitkan kartu jamkesmas.

(http://dinkesbanggai.wordpress.com/tinjauanpenyelenggaraanjamkesmas/2008)

4. Prosedur Memperoleh Pelayanan Kesehatan

Dalam memperoleh pelayanan kesehatan perlu melalui prosedur yang sudah ditetapkan. Yang pertama adalah prosedur memperoleh pelayanan kesehatan di puskesmas dan prosedur memperoleh pelayanan kesehatan untuk rujukan di rumah sakit.

a Prosedur memperoleh pelayanan kesehatan di puskesmas

1. Membawa persyaratan administrasi berobat rawat jalan.

2. Mengurus surat jaminan pelayanan (SJP) di unit pelayanan pasien jaminan (UPPJ).

3. Menuju ke poliklinik/unit pelayanan yang dituju.


(25)

Prosedur untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesmas sebagai berikut:

1) Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke puskesmas dan jaringannya.

2) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan kartu Jamkesmas.

3) Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yang disertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjuk sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali pada kasus emergensi.

4) Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di rumah sakit, peserta harus menunjukkan kartu peserta dan surat rujukan dari puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Askes (PERSERO). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (PERSERO) mengeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP) dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan.

5) Untuk memperoleh pelayanan rawat inap di rumah sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta dan surat rujukan dari puskesmas di loket PPATRS. Kelengkapan berkas peserta diverifikasi oleh petugas PT Askes (PERSERO). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (PERSERO) mengeluarkan SKP, dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan rawat inap.

6) Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD termasuk kasus gawat darurat di rumah sakit, peserta harus menunjukkan kartu peserta dan surat rujukan dari


(26)

Puskesmas Ke loket PPATRS. Kelengkapan berkas peserta di verifikasi oleh petugas PT Askes (PERSERO). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (PERSERO) mengeluarkan SKP. Bagi pasien yang tidak dirawat prosesnya sama dengan proses rawat jalan, sebaliknya bagi yang dinyatakan rawat inap prosesnya sama dengan proses rawat inap.

Bagan 2. Alur Pelayanan di Rumah Sakit

Verifikasi kepesertaan Oleh PPATRS

(PT Askes )

5. Jenis-jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan Yang Didapat

Jenis-jenis pelayanan kesehatan program Jamkesmas yang diberikan mulai dari Puskesmas dan jaringan (Puskesmas pembantu, Puskesmas Keliling, Pondok bersalin desa/Polindes), Rumah sakit pemerintah (termasuk rumah sakit jiwa) meliputi:

PESERTA

LOKET

RS SKP

PELAYANAN KESEHATAN

RITJ

PULANG

Kasus Emergency

Daftar Peserta Jamkesmas Menurut SK

Bupati/Walikota


(27)

a. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Primer

Yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan tingkat primer adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas dan jaringannya termasuk UKMB (Poskesdes, Posyandu, dll) di wilayah tersebut mencakup:

1. Periksaan kesehatan dan konsultasi kesehatan 2. Pelayanan pengobatan umum dan gigi

3. Penanganan gawat darurat 4. Penanganan gizi buruk 5. Tindakan medis

6. Pelayanan kesehatan ibu dan anak (pemeriksaan ibu hamil, ibu nifas dan neonates)

7. Penyuluhan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan faktor resiko kesehatan

8. Surveilans penyakit menular dan gizi 9. Imunisasi dasar

10. Kunjungan rumah

11. Pelayanan keluarga berencana (alat kontrasepsi disediakan BKKBN) 12. Pelayanan Laboratorium dan penunjang diagnotik lainnya

13. Pemberian obat-obatan 14. Rujukan

b. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat primer

Pada kondisi pasien rawat jalan perlu dilakukan perawatan maka sebagai alternatif untuk perawatan lanjutan adalah dilakukan rawat inap di Puskesmas perawatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, apabila tidak memiliki kemampuan


(28)

perawatan lanjutan harus dilakukan rujukan ke Rumah Sakit yang memberikan pelayanan Program Jamkesmas. Jenis pelayanan pada Puskesmas perawatan tersebut adalah:

1) Penanganan gawat darurat

2) Perawatan pasien rawat inap termasuk perawatan gizi buruk 3) Perawatan persalinan

4) Penanganan rujukan balik dari rumah sakit 5) Perawatan satu hari

6) Tindakan medis yang diperlukan 7) Pemberian layanan obat-obatan

8) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang medis lainnya 9) Rujukan

c. Pelayanan Pertolongan Persalinan

Pelayanan pertolongan persalinan yang dapat dilakukan puskesmas dan jaringannya mencakup:

1) Observasi proses persalinan 2) Pertolongan persalinan normal

3) Pertolongan dengan penyulit (fasilitas PONET) 4) Penanganan gawat darurat

5) Perawatan nifas (ibu dan bayi)

6) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnosis lain 7) Pemberian obat-obatan


(29)

9) Rujukan (transport rujukan tersendiri)

d. Pelayanan Spesialistik

Apabila puskesmas memiliki fasilitas pelayanan spesialistik baik berupa pelayanan dokter spesialis (rawat jalan, rawat inap, tindakan operatif) maupun layanan penunjang spesialistik (laboratorium, radiologi, dll) maka kegiatan tersebut menjadi bagian kegiatan program Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya.

e. Pelayanan Rujukan

Rujukan pelayanan kesehatan dapat berasar dari Poskesdes, Puskesmas Pembantu, ke Puskesmas atau antar Puskesmas dan dari Puskesmas ke Rumah Sakit atau sarana penunjang medis lainnya. Pelaksanaan rujukan harus didasarkan pada indikasi medis sehingga puskesmas harus dapat melakukan kandali dalam hal rujukan. Pengendalian rujukan oleh puskesmas tersebut akan sangat berdampak pada pengendalian biaya karena dana Jamkesmas yang ada di puskesmas termasuk di dalamnya adalah dana untuk transportasi rujukan.

Biaya transportasi dari Puskesmas pembantu, Poskesdes/Polindes, ke Puskesmas atau dari Pustu, Poskesdes/Polindes, Puskesmas ke sarana rujukan dalam program ini menjadi tanggung jawab Puskesmas wilayah kerja pasien tersebut termasuk biaya tenaga kesehatan pendampingan. Pada kondisi tertentu (gawat darurat, kondisi geografi) rujukan dapat langsung ke rumah sakit.


(30)

Masyarakat yang menggunakan jamkesmas tentunya menginginkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan harapan mereka. Pohan (2006) mengemukakan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu palayanan yang akan diberikan kepada pelanggan sesuai dengan harapan pelanggan atau sesuai dengan standard kualitas atau mutu pelayanan berikut ini:

a. Berwujud (Tangibel): kondisi tata ruang, jumlah, jenis, kondisi peralatan, kebersihan ruangan, tersedia berbagai fasilitas untuk kemudahan dan kenyamanan di puskesmas. b. Kehandalan (Reliabelity): kecepatan atau ketepatan dan kemudahan dalam proses

dan prosedur pelayanan.

c. Ketanggapan (Responsiviness): kemampuan untuk membantu pasien dan memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan.

d. Pengetahuan dan ketrampilan (Competence): pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman petugas serta kemampuan petugas untuk menimbulkan suatu kepercayaan dan keyakinan pada pasien.

e. Perilaku (Courtensy): keramahan dan kesopanan petugas dalam memberikan pelayanan.

f. Kejujuran (Credibility): kejujuran petugas dalam memberikan pelayanan.

g. Keamanan (Security): pelayanan yang akan diberikan memberikan jaminan hukum bagi pasien.

h. Kemudahan hubungan (Acces): lokasi maupun petugas mudah dijangkau atau dihubungi pasien.

i. Komunikasi (Communication): kemauan petugas untuk mendengarkan keinginan atau inspirasi pasien.


(31)

j. Pengertian kebutuhan pelanggan (Understanding The Custumer): paket pelayanan sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat.

E. Kerangka Pikir

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesmas) merupakan salah satu program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah dengan tujuan meningkatkan derajat hidup masyarakat miskin yang ada di Indonesia. Program pemerintah di bidang pelayanan kesehatan ini dilaksanakan secara menyeluruh oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Tapi kenyataannya dalam pelaksanaan masih saja terdapat kendala-kendala atau permasalahan yang biasa terjadi terkait tentang Jamkesmas. Adanya beberapa permasalahan yang terjadi dalam pemanfaatan kartu Jamkesmas itu dikarenakan minimnya pengetahuan masyarakat miskin tentang pemanfaatan kartu jamkesmas. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. Atas dasar itu peneliti ingin mengetahui bagaimana pengetahuan yang dimiliki masyarakat miskin tentang pemanfaatan Jamkesmas. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui persepsi yang ditimbulkan setelah membuat dan memanfaatkan kartu Jamkesmas.

Menurut Teori Taksonomi Bloom dalam Amsal Bakhtiar (2005), pengetahuan dan persepsi berada dalam satu ranah kognitif. Dimana pengetahuan merupakan aspek paling mendasar sedangkan persepsi merupakan aspek paling tinggi dalam ranah ini. walaupun pengetahuan dan persepsi berada dalam satu ranah yang tidak dapat dipisahkan, keduanya sangatlah berbeda. Perbedaannya dapat dilihat dari definisinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui.


(32)

Sedangkan persepsi Menurut Morgan, King, dan Robinson (Rukminto,1994) didefinisikan sebagai penilaian terhadap segala sesuatu yang dialami manusia.

Persepsi terhadap satu objek yang ada di sekitar manusia pada dasarnya berbeda dengan yang lainnya karena sebagai mahkluk individu setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pemahamannya. Secara substansial semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap suatu objek yang dipersepsikan maka semakin baik bentuk persepsi orang tersebut terhadap objek, begitu pula sebaliknya.

Maka dari itu masyarakat miskin sebagai peserta Jamkesmas yang menjadi objek dari program pembangunan seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai program Jamkesmas sehingga diharapakan persepsi yang akan timbul tentang jamkesmaspun akan baik juga.

Agar peserta Jamkesmas mendapatkan pengetahuan yang cukup maka diperlukan penyampaian informasi/sosialisasi yang baik dari pihak penyelenggara program kepada masyarakat miskin. Selain sosialisasi, tingkat pendidikan juga mempengaruhi rendahnya pengetahuan masyarakat miskin. Pengetahuan yang dimiliki masyarakat miskin tentang Kartu Jamkesmas sangat penting guna mendukung keputusan yang ditimbulkan dari persepsi.

Setelah masyarakat miskin membuat dan memanfaatan kartu Jamkesmas, maka mereka akan memiliki persepsi terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak kelurahan dan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak Puskesmas dan jaringannya. Apabila pelayanan yang didapat sudah sesuai dengan standar mutu pelayanan maka masyarakat


(33)

miskin akan memiliki persepsi yang baik (positif). Sedangkan apabila pelayanan yang didapat tidak sesuai dengan standard mutu pelayanan maka masyarakat miskin akan memiliki persepsi yang buruk (negatif) dalam pembuatan kartu dan pemanfaatan Kartu Jamkesmas. Persepsi negatif biasanya terjadi karena faktor ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan yang dimiliki masyarakat miskin terkait pelayanan yang didapat melalui pemanfaatan kartu Jamkesmas. Selain itu, persepsi negatif juga bisa timbul karena masyarakat miskin mengalami hambatan dalam proses pembuatan kartu jamkesmas maupun pemanfaatan kartu.

Persepsi yang muncul tentunya tidak terlepas dari pengetahuan yang melatarbelakangi masyarakat miskin. Untuk itu, masyarakat miskin sebelum memanfaatkan Kartu Jamkesmas harus mengetahui prosedur dalam pembuatan Kartu Jamkesmas, prosedur untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dan jenis-jenis fasilitas pelayanan kesehatan. Setelah masyarakat mambuat dan memanfaatkan Kartu Jamkesmas, masyarakat miskin akan mempunyai persepsi yang bersifat positif atau negatif tentang kesesuaian pelayanan yang didapat dengan standard mutu pelayanan kesehatan yang ada.

Bagan 3. Kerangka Pikir

Pengetahuan

 Prosedur pembuatan kartu  Prosedur Pemanfaatan/pelayanan

Jamkesmas

 Jenis-jenis fasilitas yang didapat


(34)

Persepsi

 Standar mutu Pelayanan kesehatan

Sosialisasi Jamkesmas

Hambatan dalam memanfaatkan Kartu

Jamkesmas


(35)

-0

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia diperlukan suatu metode tertentu dalam agar tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai dengan baik. Begitu pula dengan penelitian ini, sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai maka diperlukan suatu metode penelitian. Metode tersebut dapat membantu dalam mengumpulkan data dalam melaksanakan penelitian. Metode penelitian adalah urutan kerja yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian, termasuk alat-alat apa yang digunakan untuk mengumpulkan data serta bagaimana melakukan penelitian dilapangan (M.Nasir,1998:5)

Metode kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data dan penelitian sejarah perkembangan. Beberapa kegunaan tersebut merupakan alasan penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dalam menyelesaikan proposal penelitian ini. Penulis ingin menjelaskan dan mengetahui bagaimana pengetahuan dan persepsi masyarakat miskin tantang pemanfaatan kartu jaminan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu,


(36)

1

diperlukan data-data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya untuk dapat mengangkat masalah tersebut dalam penelitian.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian sangat penting dalam penelitian kualitatif karena melalui fokus penelitian akan dapat membatasi studi yang akan diteliti. Tanpa adanya fokus penelitian, peneliti akan terjebak oleh melimpahnya volume data yang diperoleh di lapangan. Penerapan fokus penelitian berfungsi dalam memenuhi kriteria-kriteria, inklusi-inklusi, atau masukan-masukannya, menjelaskan informasi yang diperoleh di lapangan. Mattew B dan Huberman (Antoni, 2006) mengemukakan dengan adanya fokus penelitian akan menghindari pengumpulan data yang serampangan dan hadirnya data yang melimpah ruah.

Fokus pengamatan dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan persepsi masyarakat miskin tentang pemanfaatan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat. Penelitian ini akan difokuskan pada:

1. Pengetahuan masyarakat, yaitu:

a) Pengetahuan masyarakat tentang prosedur pembuatan Kartu Jamkesmas.

b) Pengetahuan masyarakat tentang Prosedur Memperoleh Pelayanan Kesehatan melalui Kartu Jamkesmas.

c) Pengetahuan masyarakat tentang jenis-jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang diterima melalui pemanfaatan kartu Jamkesmas.


(37)

2

2. Persepsi Masyarakat Miskin

Persepsi masyarakat miskin difokuskan kepada:

a) Kesesuaian antara pelayanan yang didapat dengan standar mutu pelayanan sehingga didapatkan persepsi yang positif atau negatif tentang proses pembuatan dan pemanfaatan Kartu Jamkesmas. Selain standar mutu pelayanan, hambatan dalam proses pembuatan kartu dan pemanfaatan kartu jamkesmas juga mempengaruhi persepsi masyarakat miskin.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian menurut Iskandar (2008:219) adalah situasi dan kondisi lingkungan dan tempat yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Moeleong (2000:86) menyatakan bahwa dalam penentuan lokasi penelitian cara terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan, sementara itu keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya dan tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi.

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Bandarjaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Dalam mendukung pelaksanaan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat miskin atau sekarang lebih dikenal dengan Jamkesmas, puskesmas memiliki peranan yang sangat penting. Peranannya adalah memberikan pelayanan kesehatan


(38)

3

kepada masyarakat yang menjadi pengguna atau peserta Jamkesmas. Selain itu, Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat miskin dan berperan penting dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat.

Adapun alasan penulis melakukan penelitian di Puskesmas Bandarjaya karena Puskesmas Bandarjaya telah melaksanakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) bagi masyarakat miskin. Dari hasil pengamatan sementara (pra riset) diketahui bahwa Puskesmas Bandarjaya merupakan salah satu puskesmas dengan fasilitas yang cukup lengkap, mulai dari Unit Gawat Darurat, fasilitas rawat inap, dan fasilitas bersalin serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Selain itu tempat yang stategis yang terletak di tengah kabupaten Lampung Tengah sehingga memudahkan masyarakat miskin untuk menjangkau Puskesmas ini.

D. Penentuan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian dan harus sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal (Moleong, 2000:132).

Teknik penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan tehnik

purposive sampling, dimana pemilihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Menurut pernyataan Sanggar


(39)

4

Kanto (Bungin, 2006:54), informan yang dijadikan subjek penelitian harus memenuhi beberapa kriteria yang sudah dipertimbangkan, yaitu:

1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau medan aktifitas yang menjadi informasi, sasaran atau perhatian penelitian dan ini biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.

2. Subjek masih terlibat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan kegiatan yang menjadi sasaran atau penelitian.

3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai informasi.

4. Subjek dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam memberikan informasi.

5. Subjek yang masih tergolong asing dengan penelitian, sehingga peneliti merasa lebih tertantang untuk belajar sebanyak mungkin dari subjek.

Informan dari kriteria di atas dalam penelitian ini adalah:

1. Staff atau petugas pelayanan Jamkesmas di Puskesmas Bandarjaya, Kabupaten Lampung Tengah.

2. Masyarakat miskin yang terdaftar sebagai pengguna Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Bandarjaya.

3. Pihak/pegawai kelurahan yang terlibat dalam sosialisasi Jamkesmas.


(40)

5

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data yang relevan dengan permasalahan dan fokus penelitian. Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Data Primer

Dalam penelitian ini, data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan oleh seseorang yang melakukan penelitian yang bersangkutan yang memerlukannya (Hasan, 2002:82). Data primer diperlukan sebagai alat untuk memerlukan data akurat. Data primer dapat diperoleh dengan mengamati dan dengan cara memberikan pertanyaan kepada informan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002:82). Data sekunder biasanya diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporan penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang diperoleh dari catatan-catatan dan hasil laporan-laporan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu teknik atau cara yang dilakukan peneliti untuk memperoleh keterangan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengumpulan data merupakan langkah yang penting karena data yang terkumpul nantinya akan dipakai sebagai informasi yang valid dan representatif guna memecahkan masalah.


(41)

6

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara mendalam (interview)

Merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan langsung kepada informan mengenai pokok bahasan penelitian, kemudian pewawancara mencatat atau merekam jawaban-jawaban yang dikemukakan informan. Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara yang bertujuan untuk mendapatkan keterangan berdasarkan masalah penelitian. Teknik wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini mengunakan teknik wawancara tanpa arah atau tidak terstruktur.

2. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menghimpun keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang akan dijadikan objek pengamatan. Teknik ini dapat mendukung data yang diperoleh melalui wawancara, sehingga akan diketahui apakah data yang akan diberikan informan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

3. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder dan mengumpulkan informasi dari bahan-bahan dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini baik peraturan-peraturan, catatan-catatan, hasil laporan-laporan pelaksanaan dan petunjuk teknis Program Jamkesmas.


(42)

7

4. Studi kepustakaan

Teknik ini digunakan dengan cara mempelajari buku-buku, literatur, jurnal menajemen dan penunjang kepustakaan lainnya yang berhubungan serta relevan dengan penelitian ini. Dengan teknik ini, penelitian ini akan mendapatkan data penguat yang berkaitan dengan kepustakaan.

G. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, dalam hal ini adalah hasil wawancara mendalam (Indepth Interview) didapatkan atau terkumpulkan. Maka selanjutnya adalah melakukan analisa data, teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Menurut Nawawi dan Hadari (1991) dalam Nurhayati (2005) bahwa analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan, mendeskripsikan, serta menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti. Analisis data dilakukan dengan cara menuangkan data yang dikumpulkan ke dalam bentuk laporan lapangan, tujuan analisis data untuk mengungkapkan:

1. Data apa yang masih perlu dicari 2. Hipotesis apa yang perlu diuji 3. Pertanyaan apa yang perlu dijawab

4. Metode apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru 5. Kesalahan apa yang harus segera diperbaiki (Husaini, 2004).


(43)

8

Dalam penelitian ini tidak menggunakan hipotesis sehingga poin 2 (dua) yang dimaksud oleh Usman, tidak dipergunakan dalam penelitian ini.

Teknik analisis data yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan dan diverivikasikan, cara yang dipakai dalam reduksi data dapat melalui seleksi yang panjang, melalui ringkasan atau uraian singkat menggolongkan ke dalam suatu pola yang lebih bagus. b. Penyajian data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adnya penarikan kesimpulan dan menganalisis. Penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara utama bagi analisis kualitatif yang valid.

c. Kesimpulan (Verifikasi data)

Peneliti berusaha mengalisis dan mencari arti pola-pola penjelasan alur sebab-akibat, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin ada. Kesimpulan-kesimpulan senantiasa diuji kebenaranya, kekokohannya, dan kecocokan, yang merupakan validitasnya sehingga akan memperoleh kesimpulan yang jelas keberadaannya.


(44)

94

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaan program Jamkesmas diketahui bahwa masyarakat miskin mempunyai pengetahuan yang rendah, baik tentang prosedur pembuatan Kartu Jamkesmas, prosedur pemanfaatan Kartu Jamkesmas, dan jenis-jenis fasilitas apa saja yang didapat dari pemanfaatan kartu Jamkesmas.

2. Persepsi yang timbul dalam pemanfaatan kartu Jamkesmas adalah baik (positif). Dapat dilihat dari seluruh informan yang tidak mengalami hambatan dalam pembuatan kartu jamkesmas dan pemanfaatan kartu Jamkesmas. Walaupun diketahui bahwa sosialisasi yang diterima buruk baik itu sosialisasi tentang prosedur pembuatan kartu dan jenis-jenis fasilitas yang didapat dari pemanfaatan kartu Jamkesmas, namun demikian secara keseluruhan masyarakat merasa puas dalam mendapatkan pelayanan dalam pembuatan kartu oleh pihak keluraahan dan pelayanan kesehatan oleh pihak puskesmas dan jaringannya. Kepuasan informan menunjukkan bahwa tercapainya


(45)

95

indikator dalam standard mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Bandarjaya Kabupaten Lampung Tengah karena telah sesuai dengan harapan seluruh masyarakat miskin.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi semua, yaitu:

1. Puskemas Bandarjaya harus tetap mempertahankan kinerja yang telah efektif dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan seluruh lapisan masyarakat.

2. Hendaknya Pemerintah dan Instansi-instansi terkait melakukan perencanaan ulang tentang sosialisasi Jamkesmas yang harus disesuikan dengan waktu, tempat dan kebutuhan masyarakat. Sehingga diharapkan masyarakat memiliki pengetahuan yang baik tentang pemanfaatan kartu Jamkesmas. Selain itu pemerintah atau pihak kelurahan sebaiknya melakukan pendataan masyarakat miskin setiap tahunnya karena jumlah penduduk dan tingkat ekonomi masyarakat bisa berubah kapan saja, sehingga diharapkan program Jamkesmas ini dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat miskin. 3. Kesulitan dalam mendapatkan izin untuk melakukan penelitian dan

keterbatasan informasi yang penulis dapat, sehingga tidak mampu menggali secara dalam tentang sosialisasi pelaksanaan program Jamkesmas. Untuk itu penulis mengharapkan untuk penulis


(46)

96

selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian ini dalam membahas sosialisasi Jamkesmas kepada masyarakat miskin secara lebih mendalam.


(47)

61

BAB V

PENGETAHUAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT MISKIN DALAM PEMANFAATAN KARTU JAMKESMAS

Hasil wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan yang telah dikumpulkan dan diolah secara sistematis serta menurut tata aturan yang telah diterapkan dalam metode penelitian. Berdasarkan hasil penelitian terdapat tujuh orang informan dari penelitian ini, maka akan diuraikan terlebih dahulu profil informan yang akan dilanjutkan dengan pembahasan.

A. Profil Informan

Adapun data atau identitas diri informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Informan pertama

Informan pertama dalam penelitian ini adalah staff atau petugas pelayanan Jamkesmas di Puskesmas Bandarjaya yang bernama Bapak DP. Beliau menjabat sebagai kepala Tata Usaha di Puskesmas Bandarjaya. Laki-laki yang berumur 45 tahun ini beralamat di desa Poncowati, dengan pendidikan terakhir adalah Sarjana Kesehatan Masyarakat. Beliau sudah bekerja selama 8 tahun di Puskesmas Bandarjaya.


(48)

62

Informan kedua dalam penelitian ini adalah Ibu Ana . Perempuan yang bekerja sebagai buruh tani ini berumur 45 tahun, beralamat di desa Adijaya. Pendidikan terakhir yang dimiliki Ibu Ana adalah Sekolah Dasar (SD). Ibu Ana sudah 4 kali memanfaatkan Kartu Jamkesmas untuk pengobatan sakit maag kronis, alergi dan belum pernah dirawat di Puskesmas Bandarjaya. 3. Informan Ketiga

Informan ketiga dalam penelitian ini adalah Ibu Sulastri. Perempuan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga ini berumur 34 tahun, beralamat di desa Adijaya. Pendidikan terakhir yang dimiliki Ibu Sulastri adalah Sekolah Dasar (SD). Ibu Sulastri sudah 7 kali memanfaatkan Kartu Jamkesmas untuk mengambil pil KB, pengobatan alergi dan belum pernah dirawat di Puskesmas Bandarjaya.

4. Informan Keempat

Informan keempat dalam penelitian ini bernama Ibu Lasmini. Perempuan yang bekerja sebagai buruh tani ini berumur 49 tahun, beralamat di desa Karang Endah. Pendidikan terakhir yang dimiliki Ibu Lasmini adalah Sekolah Dasar (SD). Ibu Lasmini sudah 8 kali memanfaatkan Kartu Jamkesmas untuk mengambil pil KB, demam, batuk/pilek, dan belum pernah dirawat di Puskesmas Bandarjaya.

5. Informan Kelima

Informan kelima dalam penelitian ini adalah Bapak Sulaimin. Laki-laki yang bekerja sebagai tukang becak ini berumur 53 tahun, beralamat di Bandarjaya. Pendidikan terakhir yang dimiliki Bapak Sulaimin adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bapak Sulaimin sudah 10 kali memanfaatkan Kartu Jamkesmas untuk penyakit komplikasinya, dan pernah


(49)

63

dirawat di Puskesmas Bandarjaya serta sudah pernah dirujuk ke Rumah Sakit Swasta.

6. Informan Keenam

Informan keenam dalam penelitian ini adalah Ibu Rosidah. Perempuan yang bekerja sebagai penjual gorengan ini berumur 47 tahun, beralamat di Bandarjaya. Pendidikan terakhir yang dimiliki Ibu Rosidah adalah Sekolah Dasar (SD). Ibu Rosidah sudah sering kali memanfaatkan Kartu Jamkesmas untuk mengambil pil KB, pengobatan batuk/pilek, dan sudah pernah dirawat di Puskesmas Bandarjaya.

7. Informan Ketujuh

Informan ketujuh dalam penelitian ini adalah Bapak Hari. Laki-laki yang bekerja sebagai Kepala Desa ini berumur 42 tahun, beralamat di desa Adijaya. Pendidikan terakhir yang dimiliki Bapak Hari adalah Sarjana Ilmu Pemerintahan. Bapak Hari sudah menjabat sebagai kepala desa Adijaya selama 4 tahun.

B. Hasil dan Pembahasan

Akses pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin masih sulit didapatkan. Sulitnya akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah ketidakmampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan yang sangat mahal. Oleh karena itu, pemerintah mengambil kebijakan strategis untuk menggratiskan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin yaitu diadakan program Jamkesmas.


(50)

64

Jamkesmas merupakan singkatan dari Jaminan Kesehatan Masyarakat dan merupakan bagian dari pengentasan kemiskinan yang bertujuan agar akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu dapat ditingkatkan sehingga tidak ada lagi masyarakat miskin yang kesulitan dalam memperoleh pelayanan kesehatan karena alasan biaya (Prapat, 2008). Untuk itu, pengetahuan masyarakat miskin tentang program jamkesmas sangat diperlukan guna menentukan persepsi masyarakat miskin dalam pemanfaatan kartu Jamkesmas.

Pada bab ini akan dipaparkan hasil wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan-informan yang telah dikumpulkan dan diolah secara sistematis serta menurut tata aturan yang telah diterapkan dalam metode penelitian. Berikut pembahasannya:

1. Pengetahuan Masyarakat Miskin

Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal tersebut terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Selain itu, ia menambahkan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang adalah pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan dan sosial budaya.

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat miskin, maka peneliti melakukan wawancara kepada beberapa informan yang sudah dibedakan menurut umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, sosial budaya, dan pengalamannya.


(51)

65

a) Pengetahuan Masyarakat Miskin tentang Prosedur Pembuatan Kartu Jamkesmas

Prosedur pembuatan kartu Jamkesmas merupakan langkah-langkah yang digunakan untuk membuat kartu Jamkesmas. Berikut langkah-langkahnya:

a. Meminta Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari RT dan RW setempat.

b. Membawa surat SKTM ke kelurahan dan kecamatan setempat untuk dilegalisir.

c. Membawa surat yang telah dilegalisir ke Puskesmas setempat, puskesmas kemudian akan melakukan verifikasi atas permohonan tersebut dengan melakukan survey kerumah pemohon. Apabila disetujui, Puskesmas yang akan menerbitkan kartu jamkesmas. (http://dinkesbanggai.wordpress.com/tinjauanpenyelenggaraanjamk esmas/2008)

Masyarakat miskin harus mengetahui apa saja yang menjadi prosedur dalam pembuatan Kartu Jamkesmas. Jika masyarakat miskin mengatahui apa saja yang menjadi prosedur pembuatan kartu Jamkesmas itu berarti akan memudahkannya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Berikut merupakan penuturan dari informan pertama yang bernama Ibu Ana :

Saya sudah hampir 5 tahun mempunyai kartu Jamkesmas. Yang saya ketahui tentang jamkesmas adalah digunakan waktu kita lagi sakit. Saya tidak tahu bagaimana prosedur membuat kartu Jamkesmas, karena dulu saya langsung mendapatkannya dari pamong desa tanpa syarat apapun, taunya langsung dikasih aja.


(52)

66

Menurut ibu Ana dia tidak tahu apa saja yang menjadi prosedur pembuatan kartu Jamkesmas karena kartu jamkesmas langsung dibagikan kepada masyarakat miskin, termasuk Ibu Ana tanpa ada penjelasan tentang pemanfaan kartu Jamkesmas. Penuturan yang sama juga dikemukan oleh informan ketiga yang bernama ibu Sulastri, berikut penuturannya:

....yang saya ketahui tentang Kartu Jamkesmas hanya untuk berobat gratis. Tujuan diadakannya Program Jaminan Kesehatan Masyarakat mungkin untuk membantu masyarakat miskin di bidang kesehatan.. Saya mendapatkan kartu Jamkesmas ini dari pamong desa. Mereka tidak memberikan penjelasan atau alasan apapun tentang Kartu Jamkesmas ini. Mungkin karena mereka tahu kali ya kalau saya ini masyarakat miskin. Jadi langsung dikasih aja kartu

(Wawancara, 12 Maret 2012)

Penuturan diatas tentang pengertian dan prosedur pembuatan kartu jamkesmas yang tidak diketahui oleh informan kedua dan informan ketiga, diperkuat dengan penuturan Ibu Lasmini (informan keempat) sebagai berikut:

Saya tidak tahu bagaimana cara membuat kartu Jamkesmas. Saya dapet kartu ini dikasih sama kader desa, tanpa didata terlebih dahulu. Katanya pengganti kartu sehat, fungsinya juga sama digunakan untuk berobat. Jadi kalo mau berobat disuruh pake kartu Jamkesmas, dan kartu sehatnya tidak dapat digunakan lagi. Padahal menurut saya lebih enak menggunakan kartu sehat dari pada kartu Jamkesmas, karena kartu sehat bisa digunakan untuk satu kepala rumah tangga(ayah, ibu, dan anak), kalau kartu Jamkesmas khan hanya untuk yang terdaftar saja di kartunya alias satu kartu satu

(Wawancara, 14 Maret 2012)

Informan kelima yaitu Bapak Sulaimin juga menuturkan hal yang sama, yaitu:

Saya tidak tahu bagaimana prosedur pembuatan kartu Jamkesmas. Dulu waktu saya sakit saya tidak mempunyai biaya untuk membayar pengobatan, lalu Pak RT memberi saya kartu Jamkesmas ini. Gak


(53)

67

ada syarat apapun dari pak RT dalam membuat kartu Jamkesmas. Tujuan dari program Jamkesmas mungkin untuk membantu masyarakat miskin seperti saya ini wancara, 16 Maret 2012) Namun berbeda dengan penuturan informan keenam yang bernama Ibu Rosidah, ia mengetahui bagaimana cara membuat kartu Jamkesmas dari pak RT tempat ia tinggal. Berbeda dengan keempat informan sebelumnya yang diberikan langsung oleh pihak RT/RW atau kelurahan tanpa didata terlebih dahulu. Berikut penuturannya:

....Yang saya tahu tentang prosedur pembuatan kartu Jamkesmas adalah membuat Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) ketempat Pak RT, Pak RT lah yang membantu saya membuat kartu Jamkesmas. Saya dulu tahu ada program Jamkesmas ini dari Bidan di dekat rumah saya. Trus saya disuruh ke rumah pak RT buat SKTM. Selanjutnya membawanya ke puskesmas untukk dibuatkan kartu Jamkesmas. Dari situlah saya punya Kartu Jamkesmas. Tapi yang saya sayangkan kenapa prosesnya sangat lama ya? (Wawancara, 18 Maret 2012)

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada seluruh informan diketahui bahwa sebagian besar informan tidak mengetahui bagaimana prosedur pembuatan kartu Jamkesmas. Padahal pengetahuan masyarakat tentang prosedur pembuatan kartu Jamkesmas sangat penting guna membentuk perilaku masyarakat miskin dalam pemanfaatan kartu Jamkesmas.

Untuk itu masyarakat perlu mengetahui dan memahami prosedur pembuatan kartu jamkesmas. Sehingga dalam pemanfaatannya nanti masyarakat miskin memiliki pengetahuan yang cukup baik sehingga tidak menghambat petugas pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan program Jamkesmas. Namun, dari hasil wawancara diatas terlihat bahwa


(54)

68

masyarakat memiliki pengetahuan yang rendah tentang prosedur pembuatan kartu Jamkesmas.

b) Pengetahuan Masyarakat Miskin tentang Prosedur Memperoleh Pelayanan Kesehatan melalui Pemanfaatan Kartu Jamkesmas

Prosedur Memperoleh Pelayanan Kesehatan melalui program Jamkesmas merupakan langkah-langkah atau proses yang ditempuh dalam pemanfaatan kartu Jamkesmas guna mendapatkan pelayanan kesehatan. Yang pertama adalah prosedur memperoleh pelayanan kesehatan di puskesmas dan prosedur memperoleh pelayanan kesehatan untuk rujukan di rumah sakit.

1. Prosedur memperoleh pelayanan kesehatan di puskesmas

a. Membawa persyaratan administrasi berobat rawat jalan.

b. Mengurus surat jaminan pelayanan (SJP) di unit pelayanan pasien jaminan (UPPJ).

c. Menuju ke poliklinik/unit pelayanan yang dituju.

2. Prosedur memperoleh pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit.

Pengetahuan masyarakat tentang prosedur pemanfaatan kartu Jamkesmas itu sangat penting guna memperlancar pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Untuk itu masyarakat perlu mengetahui dan memahami prosedur pemanfaatan kartu jamkesmas baik untuk Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Primer maupun Rawat Inap Tingkap Primer.


(55)

69

Berikut merupakan penuturan hasil wawancara dengan Ibu Ana sebagai Informan kedua mengenai pengetahuannya tentang Prosedur Memperoleh Pelayanan Kesehatan dalam pemanfatan kartu Jamkesmas, diperoleh informasi sebagai berikut:

...Pertama kali saya ingin menggunakan Kartu Jamkesmas saya tidak tahu bagaimana cara penggunaannya, yang saya ketahui tentang prosedur pemanfaatan kartu Jamkesmas adalah ketika saya ingin berobat kepuskesmas saya harus membawa kartu Jamkesmas dan saya sodorkan saja langsung kepetugas puskesmas. Begitulah yang saya lakukan ketika saya memanfaatkan kartu Jamkesmas. Khan waktu dikasih kartu jamkesmas ini katanya disuruh bawa kalo mau berobat, ya sudah saya bawa aja. Saya sudah sering kali memanfaatakan kartu Jamkesmas. Saya gunakan ketika saya sakit maag dan alergi. Alhamdulillah saya tidak punya penyakit lain selain maag dan alergi, jadi saya tidak perlu dirujuk kerumah sakit lain, cukup di puskesmas aja. Kalo dirujuk juga saya tidak tahu bagaimana prosedurnya.

Menurut ibu Ana dia tidak tahu apa saja yang menjadi prosedur pembuatan kartu Jamkesmas karena kartu jamkesmas langsung dibagikan kepada masyarakat miskin, termasuk Ibu Ana tanpa ada penjelasan tentang pemanfaan kartu Jamkesmas. Jawaban yang sama juga diutarakan oleh Ibu Sulastri sebagai Informan ketiga saat ditanya tentang Prosedur Memperoleh Pelayanan Kesehatan saat memanfaatkan kartu Jamkesmas, berikut penuturannya:

....prosedur pemanfaatan kartu jamkesmas ya mb? Yang saya tahu cie mb, Cuma bawa kartu Jamkesmas aja, kalo untuk dirujuk atau di rawat saya tidak tahu mb, abisnya saya pake kartu Jamkesmas cuma buat ngambil pil KB sama berobat waktu saya sakit gatel. Selebihnya saya gak tau mb. Saya paling sering manfaatin kartu Jamkesmas ini ya buat ngambil pil KB itu, hampir 6 bulan sekali

(Wawancara, 12 Maret 2012)


(56)

70

Hal senada juga diungkapkan oleh informan keempat yaitu Ibu Lasmini saat ditanya tentang prosedur dan kapan menggunakan kartu Jamkesmas, berikut penuturannya:

...Setau saya prosedur pemanfaatan kartu Jamkesmas itu gak ribet, cuma bawa kartu Jamkesmas aja ke Puskesmas. Dulu saya biasa memanfaatkan kartu Jamkesmas ini di bidan desa, tapi sekarang bidan desa kok gk mau nerima jamkesmas lagi ya? Jadi saya pake kartu Jamkesmas ini di Puskesmas Bandarjaya. Saya tau cara pemanfaatan kartu jamkesmas ini dari bidan waktu bidan tidak mau menerima jamkesmas lagi. Padahal saya lebih suka berobat di bidan dari pada di Puskesmas. Saya sering pake kartu jamkesmas ini Cuma buat berobat kalo meriang, batuk/pilek, sama ngambil pil KB aja. Kalo untuk di rawat atau dirujuk saya gk tau mb, gk ada yang ngasih tau cie, lagi pula saya tidak pernah sakit yang ampek dirawat atau dirujuk ghitu cie mb, jadi saya gk

nanya-(Wawancara, 14 Maret 2012)

Pernyataan hasil wawancara dengan bapak Sulaimin yang dalam penelitian ini menjadi informan kelima, diperoleh informasi sebagai berikut:

Awalnya saya tidak tahu bagaimana prosedur penggunaan kartu Jamkesmas ini. Ketika saya menderita asma yang mengharuskan saya dirawat di puskesmas namun saya tidak mempunyai uang. Pak RT yang membuatkan saya kartu Jamkesmas. Trus ma petugas puskesmas disuruh bawa kartu jamkesmas itu, foto copy Kartu Keluarga, ma foto copy KTP. Baru dehh saya bisa dirawat. Saya termasuk sering menggunakan kartu Jamkesmas karena penyakit asma saya ini sering kambuh. Kurang lebih 10 kalian saya memanfaatan kartu jamkesmas ini. Waktu itu juga pernah dirujuk ke rumah sakit swasta. Maklumlah mb, sudah tua

Wawancara, 16 Maret 2012)

Sedangkan informan keenam yaitu ibu Rosida didapat informasi sebagai berikut:

...Cuma bawa kartu Jamkesmas aja ke puskesmas. Kalo untuk di rawat atau dirujuk selain bawa kartu Jamkesmas juga harus bawa foto copy Kartu Keluarga, ma fotocopy KTP. Saya gunakan kartu Jamkesmas ini ketika saya melahirkan,dan harus di rujuk kerumah


(57)

71

sakit swasta, selain itu saya gunaiin untuk ngambil pil KB dan berobat batuk/pilek. Jadi saya lumayan sering memanfaatkan kartu

Wawancara, 18 Maret 2012)

Melihat ungkapan dari beberapa informan diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa masyarakat miskin memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang prosedur pemanfaatan kartu Jamkesmas. Namun, masyarakat miskin memiliki kesadaran dan kemampuan yang baik dalam memahami serta manganalisis apa yang harus mereka lakukan dalam proses pemanfaatan kartu Jamkesmas seperti yang telah dikemukakan sebagian informan yaitu datang langsung ke Puskesmas, ataupun bertanya ke pihak RT/RW dan bidan desa. Peneliti menilai bahwa sebagian informan sudah baik dalam pemanfataan kartu Jamkesmas, Namun belum ditemukan apakah pemanfaatan kartu jamkesmas tersebut dilakukan secara baik-baik atau secara kebetulan saja.

c) Pengetahuan Masyarakat Miskin tentang Jenis-jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan melalui Pemanfaatan Kartu Jamkesmas

Pengetahuan masyarakat miskin tentang jenis-jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang didapat melalui pemanfaatan kartu Jamkesmas sangat penting guna membantu masyarakat miskin dalam memperoleh hak menggunakan layanan mulai dari Puskesmas dan jaringan (Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan Pondok bersalin desa/Polindes), rumah sakit pemerintah (termasuk rumah sakit jiwa) meliputi pelayannan rawat jalan tingkat primer, pelayanan rawat inap tingkap primer,


(58)

72

pelayanan pertolongan persalinan, pelayanan spesialistik dan pelayanan rujukan tanpa harus dipungut biaya apapun.

Pernyataan berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Ana sebagai informan kedua tentang jenis-jenis fasilitas yang tersedia, berikut penuturan ibu Ana:

-jenis fasilitas kesehatan apa saja yang diperoleh melalui pemanfaatan kartu Jamkesmas saya gak tau. Yang saya tahu tentang Jamkesmas itu Cuma sebatas berobat gratis, lain-lainnya gak tau lagi saya mb. Apa saja yang dibatasi dalam

(Wawancara, 10 Maret 2012)

Berbeda dengan informan kedua, informan ketiga yang bernama Ibu Sulastri memiliki dapat mengemukakan lebih baik dari pada informan sebelumnya, berikut penuturannya:

....Jenis-jenis fasilitas yang didapat melalui pemanfaatan kartu Jamkesmas itu selama penyakitnya masih ringan dan alat di puskesmas memadai, maka pengobatan melalui jamkesmas itu gak bayar alias gratis. Buktinya jamkesmas juga melayani Rawat inap, itu berarti yang dirawat penyakitnya lumayan serius khan. Yang lumayan serius aja gratis apalagi yang ringan-ringan kayak

(Wawancara, 12 Maret 2012)

Walaupun Ibu Sulastri tidak mengetahui secara khusus tentang jenis-jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang didapat melalui pemanfaatan kartu Jamkesmas, namun Ibu Sulastri hanya mampu menjelaskan secara umum saja. Hal senada juga diungkapkan oleh informan keempat yaitu ibu Lasmini, berikut penuturannya:

...Fasilitas kesehatan yang didapat melalui pemanfaatan kartu jamkesmas itu mungkin selama penyakitnya masih ringan dan


(1)

pada bulan Juli sampai Agustus tahun 2011 di Kelurahan Iringmulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.


(2)

SANWACANA

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya. Tiada daya dan upaya serta kekuatan yang penulis miliki untuk menyelesaikan skripsi ini, selain berkat daya, upaya dan kekuatan yang dianugerahkan-Nya. Shalawat beriring salam senantia

kita nanti hingga hari akhir kelak.

Skripsi dengan judul

Pemanfaatan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Studi di Puskesmas Bandarjaya Kabupaten Lampung Tengah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari, bahwa apa yang tertulis dalam skripsi ini masih sangat jauh dari yang dicita-citakan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehingga menjadi lebih baik. Dalam penulisan skripsi ini, penulis sangat menyadari banyak sekali bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada keaempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(3)

2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Ibu Dra. Anita Damayantie, M.H. selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung sekaligus dosen pembahas seminar usul dan hasil serta dosen penguji penulis yang telah mengoreksi, memberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini 4. Ibu Dra. Yuni Ratna Sari, M.Si selaku dosen pembimbing penulis dan

sekaligus sebagai Pembimbing Akademik penulis, terima kasih atas waktu, motivasi, bimbingan, saran dan kesabarannya dalam proses penulisan skripsi ini, sehingga saya dapat meraih gelar Sarjana Sosiologi (S.Sos) di Universitas Lampung.

5. Seluruh dosen di Jurusan Sosiologi dan FISIP Unila yang telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.

6. Seluruh staf administrasi dan karyawan di FISIP Unila yang membantu dan melayani urusan administrasi perkuliahan dan skripsi.

7. Seluruh staff di Puskesmas Bandarjaya dan masyarakat pengguna Jamkesmas. Bapak Susanto, Bapak Sardi dan semua yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam proses wawancara demi terkumpulnya data-data.

8. Untuk yang selalu hadir dalam doaku, Bapak dan Ibu. Begitu banyak energi, materi dan perhatian yang kalian curahkan untuk penulis, tak cukup lembaran dan goresan tinta ini untuk menuliskan segala


(4)

pengorbanan yang kalian berikan. Semoga Allah SWT memuliakan kalian berdua di dunia dan akhirat.

9. Adik-adikku tercinta, Dwi Septika Rani dan Devi Septriana Sari. Terima

10. Sahabat-sahabat yang selama masa putih

abu -masa yang tak terlupakan dulu.

11. Untuk Chairmate aku, penulis mengucapkan terimakasih karena selama bertahun-tahun sudah banyak membantu dan menemani penulis disaat sedih dan senang. Kengen dengerin radio pas malem jumat. Hahaha. Tetep semangat ya?? N cepet nyusul q jadi Sarjana.hehehe

12. Terimakasih kepada Nurul Panji Kusuma W., Toina Septiani, Annisa Valentina dan Sukma Fenilia yang sudah menjadi pembahas mahasiswa di seminar 1 dan 2. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan yang lebih baik.

13. Untuk sahabat-sahabat Vertida : Lova, Sukma, Toina, Elizha, Eka Rinda, Tory, Amel, Icha, Mimi, dan Fitri terima kasih sudah jadi temen baik penulis di kampus hijau tercinta ini. Kenangan kita bersama di UNILA akan dikenang selalu oleh penulis. Kepada sahabatku Gustinalova, makasi banyak udah sering nemenin penulis kemana-kemana, bakalan kangen nie saat-saat berenang bersama, hehehe. Kepada Elizha, maaphin gw ya zha gara-gara gw lo jadi gak mau ikutan berenang lagi. Kepada Sukma Fenilia, makasih udah ngasih semangat n dukungan buat gw, yakin aja keberuntungan juga bakalan berpihak sama elo hehe, maaf belum bisa maen ke Istana mu. Kepada Toina, tetep semangat buat meraih


(5)

cita-citamu, kalo ada film-film baru jangan lupa kasih tau gw ya?hehe. Kepada Tory, belum sembuh juga ya? Kalo gak terjadi musibah itu, mungkin kita bakalan bareng jadi Sarjananya. Buat Amel, makasih banyak ya mel dulu semester-semester awal sering nebengin gw kemana-mana, hehe kangen masa-masa makan bakso malang dikosan Fitri yang dikampung baru dulu. Kepada uni Fitri, ngeliat elu punya baby jadi pengen punya juga nie, hehehe, abisnya baby elu ngegemesin, pengen gw bawa pulang buat maenan gw dirumah hehehe. Buat icha, kapan mau jogging bareng lagi? Tapi elu jangan pake pantofel lagi ya?hehehe. Kepada mimi, elu ntu temen yang baik kalo diajakin belanja, gak pernah ngeluh kalo diajak hunting berjam-jam.hehe

14. Untuk sepupu seperjuanganku, Eka Rinda ayo tetep semangat buat jadi orang sukses. Hehehe perjuangan kita masih panjang mb.

15. Terimakasih kepada Bapak Subehi selaku Kepala Kelurahan Iringmulyo, serta staff/pegawai kelurahan Iringmulyo Mb Kom, Pak Suhaimi, Pak Feri, Mas Aris yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis saat pelaksanaan KKN Tematik di Kelurahan Iringmulyo, Kecamatan Metro Timur Kota Metro.

16. Untuk teman-temanku KKN Tematik di Kelurahan Iringmulyo Metro Timur, Ika Mutiara Putri, Antonio R. Ginting, Anike, Vina, Ria, Citra n Anggun. Terima kasih atas kerjasamanya, kangen pengen kumpul-kumpul kayak waktu KKN. Buat Antonio, terima kasih karena udah nemenin penulis jalan-jalan keliling Kota Metro ampek nyasar-nyasar, dan terima kasih atas dukungannya selama ini, tetep semangat ya ton? Kalo pulang ke Medan jangan lupa ma kita semua.


(6)

17. Untuk rekan-rekan mahasiswa Sosiologi angkatan 2008, terimakasih atas kebersamaan kalian yang telah menggoreskan tinta emas dalam hidupku. Tetep semangat untuk mencapai gelar Sarjana Sosiologi. Buat Panji, makasi banyak karena udah mau nolongin penulis n nganterin penulis kemana-mana, makasie juga udah nebengin ngeprint. Buat Annissa Valentina, jangan sedih ya sa kalo aku ninggalin kamu duluan, pasti iri ya liat aku duluan?? Hahaha, tetep semangat ya sa, walaupun udah gak ada aku, makasih banyak udah sabar nemenin penulis kemana-mana demi terselesainya skripsi ini.

18. Untuk alumni anak-anak kosan cengkeh indah. Rika, mbak Nesty, mbak Puri, Mb Asa, mbak Marlina, mbak Silka, yunda, mbak Risa, ina n mbak Elsi. Pengen maen Uno bareng lagi sambil coret-coretan muka pake bedak, kangen ngerumpi bareng, n kangen dimarahin datuk juga nie. Hahaha

Penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Penulis


Dokumen yang terkait

Respon Masyarakat Terhadap Jamkesmas Sebagai Upaya Pelayanan Kesehatan (Studi deskriptif di Limbong, kecamatan Sianjur mula-mula, Kabupaten Samosir)

0 37 90

Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Puskesmas Batu VI Kecamatan Siantar

5 75 84

DAMPAK PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT(JAMKESMAS)

0 4 15

Persepsi masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin di rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta

1 30 122

PERTUKARAN SOSIAL DALAM PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS)

1 18 137

PELAKSANAAN BANTUAN KESEHATAN MELALUI KARTU JAMKESMAS BAGI MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN PURWANTORO Pelaksanaan Bantuan Kesehatan Melalui Kartu Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri (Studi Kasus di Kelurahan Tegalr

0 1 21

PELAKSANAAN BANTUAN KESEHATAN MELALUI KARTU JAMKESMAS BAGI MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN PURWANTORO Pelaksanaan Bantuan Kesehatan Melalui Kartu Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri (Studi Kasus di Kelurahan Tegalr

0 2 10

Kepuasan dan Kekurang-puasan Masyarakat Miskin Terhadap Pelayanan Kesehatan bagi Pengguna Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang.

0 2 14

IMPLEMENTASI ASURANSI KESEHATAN UNTUK MASYARAKAT MISKIN (ASKESKIN) / JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) TERHADAP PASIEN DI RSUP DR.M. DJAMIL PADANG.

0 0 8

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) OLEH MASYARAKAT MISKIN DI PUSKESMAS PURWODADI 2 KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2009 - UDiNus Repository

0 0 2