Buku Guru Tema : KELUARGA SMALB - AUTIS

  Buku Guru Tema 3

  

KELUARGA

AUTIS KELAS X

  KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2014

  KURIKULUM 2013

SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA

  Buku Guru Tema : KELUARGA SMALB - AUTIS

  Buku ini merupakan buku guru yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi kurikulum 2013. Buku guru ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang – Undang MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN

  Kontributor : SURATNO Penyunting materi : (tim pengarah) Diterbitkan oleh : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kotak katalog dalam terbitan (KDT)

  Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. KELUARGA-AUTIS-- SMALB : Buku Guru/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. – Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. viii, 268 hal. : ilus.; 25 cm. Untuk SMALB Kelas X

  ISBN 978-602-282-725-2 (jilid lengkap)

  ISBN 978-602-282-726-9 (jilid 1) Buku Tematik - Keluarga – Studi dan Pengajaran I. Judul

I. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

  Cetakan ke-1, 2014 Disusun dengan huruf Bookman Oldstyle , 12pt

KATA PENGANTAR

  Pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan. Berdasarkan peraturan ini telah ditetapkan

kebijakan baru pendidikan khususnya yang berkaitan dengan

kurikulum yang berlanjut dengan penerapan kurikulum 2013.

Menurut peraturan ini, struktur kurikulum merupakan

pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan

Pembelajaran, Mata Pelajaran, dan Beban Belajar pada setiap

satuan pendidikan dan program pendidikan. Khusus struktur

Kurikulum untuk satuan pendidikan menengah termasuk untuk SMALB diantaranya terdiri atas. muatan umum; dan muatan pilihan lintas minat atau pendalaman minat.

  Pengembangan Kurikulum 2013 SMALB seperti juga

pengembangan kurikulum 2013 SMA dilaksanakan atas dasar

beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan

diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi

terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi

yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh

kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari

prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan

keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.

  Dengan diberlakukannya implementasi kurikulum 2013 mulai tahun ajaran 2014/ 2015 di SMALB, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (Dit. PPKLK) Direktorat

Jenderal Pendidikan Menengah mengembangkan kurikulum

pendidikan khusus. Kegiatan ini telah berhasil merumuskan

Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sejumlah mata pelajaran bagi peserta didik di SMALB. Merujuk pada kurikulum tersebut, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah mengembangkan

bahan ajar pendidikan khusus. Dari kegiatan pengembangan

tersebut telah diterbitkan sebanyak 54 jenis bahan ajar pendidikan

  

khusus untuk peserta didik/siswa SMALB kelas X Tunanetra,

Tunarungu, Tunagrahita Ringan, Tunagrahita Sedang, Tunadaksa

Ringan, Tunadaksa Sedang, dan Autis, yang terdiri dari 27 bahan ajar untuk peserta didik/siswa dan 27 bahan ajar untuk guru yang

mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, dan Seni Budaya.

  Akhirnya, saya menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang

berperan dalam penyusunan bahan ajar ini khususnya kepada

semua Penulis, Editor, dan Ilustrator serta team profesional dari Dit.

PPKLK Ditjen Pendidikan Menengah Kemendikbud dibawah

koordinasi Direktur Dit. Pembinaan Pendidikan Khusus dan

Layanan Khusus, dengan dibantu Kasubdit Pembelajaran, Kasi

Pelaksanaan Kurikulum, Kasi Penilaian dan Akreditasi yang telah

mengkoordinir penulis, penelaah/ editor, illustrator, dan tim tehnis Dit. PPKLK serta staf subdit pembelajaran Dit. PPKLK sehingga atas

kerja keras dan bekerja dengan penuh konsentrasi dapat

dihasilkannya bahan ajar ini. Semoga ketersediaan bahan ajar ini

akan mendorong semua guru dan Kepala Sekolah SMALB untuk

meningkatkan kapasitasnya dalam memahami dan menerapkan

prinsip-prinsip pembelajaran dalam mengelola kelas dan

mengembangkan sekolah serta bagi guru diharapkan dapat

menerapkan pendekatan saintifik dan penilaian otentik pada setiap

kegiatan pembelajaran supaya dihasilkan lulusan SMALB yang

kreatif, produktif, inovatif, dan mandiri serta memiliki sikap ilmiah.

  Jakarta, Mei 2014. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan MOHAMMAD NUH

  DAFTAR ISI Kata Pengantar ............................................................... iv Daftar Isi ......................................................................... vi

  Bagian 1 Pendahuluan ................................................... 1 A. Latar Belakang ...................................................... 2 B. Ruang Lingkup ....................................................... 4 C. Pengembangan Materi ............................................. 5 D. Karakteristik Autistik .............................................. 6 E. Karakteristik Pembelajaran Tematik ....................... 10 F. Integritas Nilai-nilai Pendidikan Karakter ................ 12 G. Model-model Pembelajaran ..................................... 14

Bagian 2 Petunjuk Umum ............................................. 25

A. Petunjuk Umum .................................................... 28 B. Petunjuk Penggunaan Buku Siswa ......................... 30 C. Strategi Pembelajaran Tematik ................................ 31 D. Penggunaan Media dan Sarana Pembelajaran .......................................................... 43 E. Penggunaan Metode Pembelajaran Tematik ............. 43 F. Format Model Penilaian Pembelajaran ..................... 44

  

Bagian 3 Petunjuk Khusus ............................................ 81

Subtema 1 Anggota Keluarga ........................................ 82 Pembelajaran 1 ........................................................... 83 Pembelajaran 2 ............................................................ 96 Pembelajaran 3 ............................................................ 104 Pembelajaran 4 ............................................................ 110 Pembelajaran 5 ............................................................ 115 Pembelajaran 6 ............................................................ 122 Rangkuman ................................................................. 125 Evaluasi ...................................................................... 129 Remidial ...................................................................... 132 Pengayaan ................................................................... 134

Subtema 2 Aturan Keluarga .......................................... 139

Pembelajaran 1 ........................................................... 140 Pembelajaran 2 ............................................................ 152 Pembelajaran 3 ............................................................ 159 Pembelajaran 4 ............................................................ 164 Pembelajaran 5 ............................................................ 168 Pembelajaran 6 ............................................................ 172 Rangkuman ................................................................. 178 Evaluasi ...................................................................... 180 Remidial ...................................................................... 184 Pengayaan ................................................................... 189

Subtema 3 Kegiatan Keluarga ....................................... 193

Pembelajaran 1 ........................................................... 194 Pembelajaran 2 ............................................................ 202

  Pembelajaran 3 ............................................................ 205 Pembelajaran 4 ............................................................ 208 Pembelajaran 5 ............................................................ 212 Rangkuman ................................................................. 215 Evaluasi ...................................................................... 216

  

Subtema 4 Kesehatan Keluarga .................................... 218

  Pembelajaran 1 ........................................................... 219 Pembelajaran 2 ............................................................ 226 Pembelajaran 3 ............................................................ 232 Pembelajaran 4 ............................................................ 247 Pembelajaran 5 ............................................................ 243 Pembelajaran 6 ............................................................ 247 Rangkuman ................................................................. 261 Evaluasi ...................................................................... 262 Remidial ...................................................................... 264 Pengayaan ................................................................... 265

  

Daftar Pustaka ................................................................ 266

BAGIAN 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang sangat kompleks dalam hal komunikasi, interaksi sosial, sensoris, prilaku, pola bermain dan gangguan emosi. Gangguan-gangguan tersebut terjadi pada anak sebelum berusia tiga tahun. Pada kenyataannya tidak semua anak autis dapat belajar di sekolah biasa atau reguler, karena hampir 80 persen anak-anak autis memiliki skor di bawah 70 pada berbagai tes intelegensi terstandar. Karena sebagian besar anak-anak autis juga mengalami retardasi mental (Tunagrahita), meskipun demikian terdapat beberapa perbedaan penting antara anak autis dan anak retardasi mental (Tunagrahita). Anak-anak retardasi mental (Tunagrahita) biasanya memiliki skor rendah dalam semua bagian suatu tes intelegensi, sedangkan skor anak-anak autis dapat memiliki pola yang berbeda. Secara umum, anak-anak autis lebih buruk dalam mengerjakan tugas-tugas yang memerlukan pemikiran abstrak, simbolisme, atau logika sekuensial, yang kesemuanya berhubungan dengan kelemahan bahasa mereka (Carpuan pentieri & Morgan, 1994). Mereka biasanya mendapatkan nilai yang lebih baik pada. berbagai item yang memerlukan keterampilan visual-spasial, seperti mencocokkan rancangan dalam tes-tes rancangan balok dan merakit objek yang belum dirakit (Rutter, 1983). Kadang mereka dapat memiliki keahlian khusus yang mencerminkan talenta besar, seperti kemampuan mengalikan dua angka empat digit dengan cepat tanpa alat bantu apa pun.

  Mereka juga dapat memiliki memori jangka panjang yang luar biasa, mampu mengingat dengan tepat syair sebuah lagu yang didengar bertahun-tahun lalu.

  Terkait dengan kondisi anak autis tersebut, maka layanan pendidikan ditekankan untuk mengembangkan potensi adaptif, agar mereka dapat menolong diri yang mencakup: keterampilan pribadi, perkembangan fisik, komunikasi, skill pribadi dan skill sosial, Kognitif fungsional, Perawatan kesehatan, kesejahteraan pribadi, Skill konsumen, keterampila rumah tangga, orientasi komunitas, dan skill kerja. Oleh karena itu penamaan mata pelajaran dalam kurikulum ini menekankan untuk menggembangkan potensi adaptif dan akademik fungsional. Artinya cakupan kompetensi dipelajari untuk memiliki penguasaan yang dapat digunakan untuk pembelajaran keterampilan vokasional dan dapat diterapkan dalam kehdupan sehari-hari

  Pengembangan kurikulum SMALB , menekankan pada tingkat kompetensi 1 (kelas I-II SD) dan tingkat kopetensi 2 (kelas III SD). Penetapan level berdasarkan usia mental (mental Age) dengan memperimbangkan kopetensi yang telah dikuasi. Dengan demikian ketuntasan belajar bukan didasarkan pada usia kalender (cronlogical Age), tetapi ketuntasan capaian kompetensi. Bagi anak autis yang memiliki usia kalender melebihi usia sekolah namun belum pernah sekolah, maka perlu diberikan layanan terapi dan dimasukan kelas transisi agar memiliki kemampan dasar sebagai prasyarat belajar dalam kelas keterampilan.

  Implementasi kurikulum autis menekankan pada prinsippengulangan, prinsip kekonkritan, prinsip sederhana, prinsip keajegan, prisip kesinambungan, dan prinsip keseluruhan. Pembelajaran berbsis pencapaian penguasaan kopetensi dan bukan berbsis watu. Penilaian capaian hasil belajar bagi anak autias menggunakan otentik asemen dengan model penilaian unjuk kerja. Sistem penilian dilakukan melalui peniaian proses dan penilaian hasil. Pelaporan hasil belajar menggunakan deskriptif kualitatif. Ketuntasan belajar pada anak autis perlu dilakukan sistem magang untuk uji latih kerja mandiri sesuai dengan peminatan vokasi yang diminati.

B. Ruang Lingkup

  Ruang Lingkup Pembelajaran Tema Keluarga terdiri dari

  4 Sub Tema, yang akan dikembangkan setiap Sub Tema menjadi 6 pembelajaran yaitu :

  1. Sub Tema 1 : Anggota Keluarga : Aturan Keluarga

  2. Sub Tema 2

  3. Sub Tema 3 : Kesehatan Keluarga

  4. Sub Tema 4 : Kegiatan Keluarga Pengembangan bahan ajar untuk buku siswa pada setiap sub tema terdiri dari :

1. Mengamati

  (aktifitas individual, berpasangan, kelompok dan bimbingan guru)

  2. Menanya.

  (aktifitas individual, berpasangan, kelompok dan bimbingan guru)

  3. Mengumpulkan informasi/Mencoba (aktifitas individual, berpasangan, kelompok dan bimbingan guru)

  4. Mengasosiasikan (aktifitas individual, berpasangan, kelompok dan bimbingan guru)

  5. Mengkomunikasikan (aktifitas individual, berpasangan, kelompok dan bimbingan guru)

C. Pengembangan Materi

  Pengembangan Materi pada Tema Keluraga , meliputi :

  1. Sikap : Sikap yang dikembangkan dalam pembelajaran dengan Tema Keluarga meliputi : rasa ingin tahu, peduli, percaya diri, tanggung jawab, disiplin.

  2. Ketrampilan : Ketrampilan yang dikembangkan dalam pembelajaran ini adalah :berkomunikasi, berkreasi, mencari informasi, menulis, kerja kelompok, membaca, menghitung, menganalisa, kerja sama, eksperimen, merancang, memecahkan masalah.

  3. Pengetahuan : Pengetahuan yang dikembangkan dalam pembelajaran ini adalah silsilah keluaga, cerita pengalaman, pola hidup sehat, hidup rukun, aktifitas dalam keluarga, kegiatan anggota keluarga, tugas dan kewajiban anggota keluarga.

D. Karakteristik Autistik

  Kata autis berasal dari bahasa Yunani yaitu: Autos yang berarti diri sendiri dan Isme yang berarti aliran. Secara harfiah berarti suatu paham atau aliran yang terfokus pada dunianya sendiri, sebab penyandang autistik atau autisme seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri. Handoyo, (2013:hal 12) mengemuka- kan bahwa : “ Autistik atau Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks pada seseorang menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. ”Sedangkan Gayatri, (2010. hal 1) mengemukakan bahwa Autistik atau autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak, sering kali gejala tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Gangguan perkembangan ini mempengaruhi kemampuan komunikasi (berbahasa), kemampuan berinteraksi sosial (tidak tertarik untuk berinteraksi) dan prilaku (hidup dalam dunianya sendiri).”

  Adapun karakteristik atau ciri-ciri autis yang sering ditemukan adalah tidak bisa bersosialisasi dengan teman sebaya, lebih suka menyendiri, menarik diri dari pergaulan, menghindari kontak mata, tidak peka terhadap rasa sakit, terpaku pada benda-benda tertentu, dan biasanya disertai hiperaktip atau hipoaktip. (Triantoro, 2004.hal 3) mengemukakan bahwa gambaran umum anak yang mengalami gangguan autistik atau autisme adalah “ Menunjukan kurang respon terhadap orang lain, mengalami kendala berat dalam kemampuan komunikasi, dan memunculkan komunikasi yang aneh terhadap berbagai aspek lingkungan di sekitarnya, yang semua ini berkembang pada masa 30 bulan pertama anak”, Sedangkan D.S. Prasetyono, (2008.hal.25) memberikan gambaran bahwa anak autistik memiliki gambaran yang unik dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) anak sangat selektif terhadap rangsangan, sehingga kemampuan anak menangkap isyarat yang berasal dari lingkungan sangat terbatas (2) kurang motivasi, anak tidak hanya seing menarik diri dan asyik sendiri, tetapi juga cenderung tidak termotivasi menjelajahi lingkungan baru atau memperluas lingkup perhatian mereka (3) memiliki respons stimulasi diri tinggi, anak mmenghabiskan sebagian waktunya untuk merangsang dirinya sendiri, misalnya bertepuk tangan,mengepak-ngepakan tangan, memandangi jari- jemari, sehingga kegiatan ini tidak produktif (4) memiliki respons terhadap imbalan, anak mau belajar jika mendapat imbalan langsung dari jenis imbalannya sangat individual, akan tetapi respon ini akan berbeda setiap anak autistik.

  Menurut DSM-V (2013) anak Autis cenderung memiliki gangguan komunikasi, seperti merespon secara tidak tepat ketika sedang mengadakan percakapan, salah membaca interaksi nonverbal, atau memiliki kesulitan membangun persahabatan yang sesuai dengan usia anak. Selain itu, anak Autis terlalu bergantung pada rutinitas, sangat sensitif terhadap perubahan di lingkungannya, atau sangat terfokus pada item yang tidak pantas. Gejala anak Autis akan nampak pada sebuah kontinum, dengan beberapa individu yang menunjukkan gejala ringan dan yang mengalami gejala yang lebih parah. Spektrum ini akan memungkinkan menjelaskan variasi gejala dan perilaku dari setiap individu.

  Neuro Developmental Work Group (dalam DSM-5)

  merekomendasikan sebuah kategori baru tentang Autism

  

Spectrum Disorder (ASD). Kategori ini akan

  menggabungkan beberapa diagnosa yang sebelumnya terpisah, termasuk Autis, gangguan Asperger, gangguan disintegrasi masa kanak-kanak dan gangguan perkembangan pervasif. Usulan penggabungan ini menegaskan bahwa gejala pada keempat gangguan tersebut merupakan kontinum dari ringan sampai berat, bukan diagnosis sederhana yang terpisah untuk gangguan tertentu. Kriteria diagnostik yang diusulkan untuk ASD menentukan tingkat keparahan dan menggambarkan status perkembangan individu secara keseluruhan, terutama dalam komunikasi sosial dan kognitif maupun perilaku motorik.

  Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri- ciri autis atau autisme adalah terjadinya gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, gangguan sensoris, gangguan pola bermain, gangguan prilaku dan gangguan emosi.

  1. Gangguan Komunikasi, meliputi : (a) perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada (b) anak seperti tuli,sulit bicara atau pernah bicara kemudian sirna (c) kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya (d) mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain (e) bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi (f) senang meniru atau membeo (g) senang menarik tangan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkan.

  2. Gangguan Interaksi Sosial, interaksi sosial anak autistik biasanya (a) lebih suka menyendiri (b) tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan (c) tidak tertarik untuk bermain bersama teman.

  3. Gangguan Sensoris, meliputi : (a) sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk (b) bila mendengar suara keras langsung menutup telinga (c) senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda (d) tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.

  4. Gangguan Pola Bermain, meliputi : (a) tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya (b) tidak suka bermain dengan anak sebayanya (c) tidak kreatif, tidak imajinatif (d) tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik kemudian rodanya diputar-putar (e) senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda (f)sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana.

  5. Gangguan Prilaku, meliputi : (a) Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif) (b) memperlihatkan prilaku stimulasi, seperti bergoyang-goyang, mengepak-ngepakan tangan seperti burung, dan berputar-putar. (c) tidak suka terhadap perubahan.

  6. Gangguan Emosi, meliputi : (a) sering marah tampa alasan yang jelas, tertawa-tawa, dan menangis tampa alasan (b) temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak dipenuhi keinginannya (c) kadang suka menyerang dan merusak (d) berprilaku menyakiti diri sendiri (e) tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang.

E. Karakteristik Pembelajaran Tematik

  Sebagai suatu model pembelajaran tematik, pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

  2. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

  3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema- tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

  4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

  5. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

  6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan

  kebutuhan siswa

  Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

  

7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan

menyenangkan

  Dalam proses pembelajaran tematik tidak menjemukan/ membosankan bahkan dalam suasana bermain yang menyenangkan mereka mendapatkan pengetahuan yang sangat utuh dan bermakna.

F. Integrasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

  1. Pada semester I, berbagai sikap atau nilai karakter yang akan dikembangkan meliputi: disiplin, tanggung jawab, percaya diri dan kerjasama .

  2. Untuk mencapai sikap atau nilai karakter tersebut, selain dilakukan secara tidak langsung melalui berbagai aktivitas pembelajaran yang dilakukan, gurudiharapkan dapat melakukan penilaian secara langsung atas ketercapaian nilai karakter tertentu pada diri siswa. Langkah-langkah di bawah ini dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan penilaian.

  Mengingat kendala yang ada, terutama a. ketersediaan waktu, maka dalam 1 semester, guru dapat menentukan 2 atau 3 nilai karakter yang akan dikembangkan dan dinilai secara langsung. Jenis karakter yang akan dikembangkan, hendaknya menjadi keputusan sekolah, meskipun tidak menutup kemungkinan, dalam satu kelas ada tambahan 1 atau 2 nilai karakter lain, sesuai dengan kebutuhan di kelas tersebut.

  b. Misalnya dalam 1 semester ini, nilai karakter yang akan dikembangkan adalah

  • Disiplin • Percaya diri
  • Peduli sosial Setiap karakter dibuatkan indikator. Contoh indikator disiplin dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  No Karakter Definisi Indikator

  1 Disiplin Ketaatan atau  Pulang ke rumah tepat kepatuhan waktu terhadap  Mentaati peraturan di peraturan rumah  Taat dan patuh kepada orang tua

  2 Percaya Tindakan yang  Melafalkan nama anggota Diri menunjukkan keluarga perilaku tertib  Mempraktekkan dan patuh membuat mozaik pada berbagai  Menulis dan membilang ketentuan dan lambang bilangan 1-100 peraturan

  3 Peduli Sikap dan  Menyebutkan silsilah sosial tindakan yang dalam keluarga selalu ingin  Membersihkan rumah memberi  Menjaga keamanan dan bantuan paada ketertiban di rumah orang lain dan masyarakat yang membutuhkan

G. Model-model Pembelajaran

1. Model Pembelajaran Langsung

  Direct instruction secara bahasa (arti kata) berarti

  model pengajaran langsung. Akan tetapi banyak orang lebih suka mengganti kata pengajaran dengan pembelajaran, sehingga lebih lazim disebut model pembelajaran langsung. Penggunaan kata ‘pembelajaran’ lebih disukai karena terkesan bahwa dalam kegiatan belajar, siswa aktif terlibat. Beberapa orang menganggap kata ‘pengajaran’ lebih berkesan hanya guru yang aktif dalam kegiatan belajar, sementara siswa pasif. Robert E. Slavin dalam bukunya Educational Psychology dari Johns

  Hopkins University yang diterbitkan oleh Needham Height Allyn and Bacon, Boston mendefinisikan direct instruction sebagai sebuah pendekatan mengajar di

  mana pembelajaran berorientasi pada tujuan (pembelajaran) dan distrukturisasi oleh guru. (Direct

  istruction is an approach to teaching in which lessons are goal-oriented and structured by the teacher.

  p.231). Jadi model pembelajaran langsung merupakan sebuah model pembelajaran yang bersifat teacher

  centered (berpusat pada guru). Saat melaksanakan

  model pembelajaran ini, guru harus mendemons- trasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian memiliki peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus bisa menjadi model yang menarik bagi siswa. Beberapa pakar pendidikan seperti Good dan Grows, 1985 menyebut direct instruction (model pembelajaran langsung) ini dengan istilah ‘pengajaran aktif’. Atau diistilahkan sebagai mastery

teaching (mengajar tuntas) oleh Hunter, 1982. Sedangkan oleh Rosenshine dan Stevens, 1986 disebut sebagai pengajaran eksplisit (explicit instruction). Perlu diketahui dalam prakteknya di dalam kelas,

  direct instruction (model pembelajaran langsung) ini

  sangat erat berkaitan dengan metode ceramah, metode kuliah, dan resitasi, walaupun sebenarnya tidaklah sama (tidak sinomim). Model pembelajaran langsung atau direct instruction menuntut siswa untuk mempelajari suatu keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

a. Ciri-Ciri/Karakteristik Direct Instruction (Model Pembelajaran Langsung)

  Model pembelajaran langsung ini tentu saja dapat dibedakan dari model pembelajaran lainnya, karena ia memiliki karakteristik atau ciri-ciri tersendiri. Berikut beberapa karakteristik/ciri-ciri model pembelajaran langsung: a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar.

b. Adanya sintaks atau pola keseluruhan kegiatan pembelajaran.

  c. Adanya sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan baik.

b. Sintaks Langkah-Langkah Model Pembelajaran Langsung

  Bila guru ingin melaksanakan model pembelajaran langsung ini, maka ada 5 fase atau langkah-langkah yang harus diperhatikan karena sifatnya memang sangat penting. Adapun kelima fase itu adalah sebagai berikut:

  1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa.

  Pada fase pertama ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran khusus, memberi informasi tentang latar belakang pembelajaran, memberikan informasi mengapa pembelajaran itu penting, dan mempersiapkan siswa baik secara fisik maupun mental untuk mulai pembelajarannya.

  2) Mendemostrasikan pengetahuan atau keterampilan.

  Pada fase kedua ini guru berperan sebagai model dengan mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan secara benar, ia harus menyajikan informasi secara bertahap selangkah demi selangkah sesuai struktur dan urutan yang benar.

  3) Membimbing pelatihan.

  Pada fase ketiga guru harus memberikan bimbingan dan pelatihan awal agar siswa dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan yang sedang diajarkan.

  

4) Mencek pemahaman dan memberikan balikan

(umpan balik).

  Pada fase keempat ini guru melakukan pengecekan apakah siswa dapat melakukan tugas dengan baik, apakah mereka telah menguasai pengetahuan atau keterampilan, dan selanjutnya memberi umpan balik yang tepat.

  5) Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

  Pada fase terakhir (kelima) ini guru kemudian menyediakan kesempatan kepada semua siswa untuk melakukan latihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi yang lebih kompleks atau penerapan dalam kehidupan sehari-hari .

2. Model Pembelajaran Kooperatif

  

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning

  merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Strategi ini berlandaskan pada teori belajarVygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar information processing dan cognitive theory of learning. Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini. Ironisnya, model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat .

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

  Menurut Jodion Siburian, dkk dalam Panduan Materi Pembelajaran Model Pembelajaran Sains (2010:174) sebagai berikut: Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui masalah tersebut siswa belajar keterampil- keterampilan yang lebih mendasar.

  Menurut Muslimin I dalam Boud dan Felleti (2000:7), Pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar mandiri. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri. Model pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.

b. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

  Ada lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) menurut Martinis Yamin dalam Duffy & Cunningham (2011:31) yaitu: a. Permasalahan sebagai kajian.

  b. Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman

c. Permasalahan sebagai contoh

  Permasalahan sebagai bagian yang tak d. terpisahkan dari proses

  e. Permasalahan sebagai stimulus aktifitas otentik

c. Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

  Ada lima dalam model pembelajaran berbasis masalah, yaitu:

a. Orientasi siswa kepada masalah

  Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

  b. Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas yang berhubungan dengan masalah tersebut.

  c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

  d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan video dan model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.

  e. Menganalisis dan mengevaluasi Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

4. Model Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian CTL

  Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

  b. Komponen Pembelajaran Konseptual

  3) Gembira belajar dengan bergairah

  1) Memilih tema

  d. Langkah-langkah Pembelajaran Konseptual

  9) Guru kreatif

  8) Sharing dengan teman

  7) Menyenangkan tidak membosankan

  6) Siswa aktif dan kritis

  5) Menggunakan berbagai sumber

  4) Pembelajaran terintegrasi

  2) Kerjasama saling menunjang

  1) Konstruktivisme

  1) Pengalaman nyata

  c. Ciri kelas yang menggunakan pendekatan konseptual

  7) Penilaian

  6) Refleksi

  5) Pemodelan

  4) Masyarakat belajar

  3) Bertanya

  2) Inkuiri

  2) Menentukan konsep-konsep yang dipelajari

  Menentukan kegiatan–kegiatan untuk 3) investigasi konsep-konsep terdaftar

  Menentukan mata pelajaran terkait(dalam 4) bentuk diagram)

  Mereviu kegiatan-kegiatan & mata pelajaran 5) yang terkait

  Menentukan urutan kegiatan 6)

  Menyiapkan tindak lanjut 7)

BAGIAN 2 PETUNJUK UMUM

  Bagaimana Menggunakan Buku Panduan Guru?

  Buku Panduan Guru memiliki dua fungsi, yaitu sebagai petunjuk penggunaan Buku Siswa dan sebagai acuan kegiatan pembelajaran di kelas. Mengingat pentingnya buku ini, disarankan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

  1. Bacalah halaman demi halaman dengan teliti.

  2. Pahamilah setiap Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran yang dikaitkan dengan tema.

  3. Upayakan untuk mencakup Kompetensi Inti (KI) I dan (KI)

  II dalam semua kegiatan pembelajaran. Guru diharapkan melakukan penguatan untuk mendukung pembentukan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.

  4. Dukunglah ketercapaian Kompetensi Inti (KI) I dan (KI) II dengan kegiatan pembiasaan, keteladanan, dan budaya sekolah.

  5. Sesuaikanlah setiap langkah kegiatan yang berhubungan dengan buku siswa sesuai dengan halaman yang dimaksud.

  6. Mulailah setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan pengantar sesuai tema pembelajaran. Lebih baik lagi jika dilengkapi dengan kegiatan pembukaan yang menye- nangkan dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Misalnya bercerita, mengajukan pertanyaan yang menan- tang, menyanyikan lagu, menunjukkan gambar dan sebagainya. Demikian juga pada saat menutup pembelajaran. Pemberian pengantar pada setiap perpindahan subtema dan tema, menjadi faktor yang sangat penting untuk memaksimalkan manfaat dan keberhasilan pendekatan tematik terpadu yang diuraikan dalam buku ini.

  7. Kembangkan ide-ide kreatif dalam memilih metode pembelajaran. Termasuk di dalamnya menemukan kegiatan alternatif apabila kondisi yang terjadi kurang sesuai dengan perencanaan yang kita buat.

  8. Pilihlah beragam metode pembelajaran yang akan dikembangkan (misalnya bermain peran, mengamati/ observasi, bertanya-jawab, pemberian tugas dan sebagainya). Penggunaan beragam metode tersebut, selain melibatkan siswa secara langsung, diharapkan juga dapat melibatkan warga sekolah dan lingkungan sekolah.

  9. Kembangkanlah keterampilan berikut ini:

  a. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM),

  b. Keterampilan bertanya yang berorientasi pada kemampuan berkomunikasi dan kemandirian.

  c. Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran.

  d. Keterampilan mengelola kelas dan pajangan kelas.

  10. Gunakanlah media yang sesuai dengan materi pembelajaran atau sumber belajar alternatif.

  11. Gunakanlah pendekatan Scientifik dan Konseptual.

  12. Pada semester I terdapat 3 tema, setiap tema ada 4 sub temayang terdiri dari 6 pembelajaran.

  13. Perkiraan alokasi waktu dapat merujuk pada struktur kurikulum. Meskipun demikian, alokasi waktu menurut mata pelajaran hanyalah sebagai petunjuk umum. Guru diharapkan menentukan sendiri alokasi waktu berdasarkan situasi dan kondisi di sekolah dan pendekatan tematik terpadu.

  14. Pada akhir tema buku siswa, dilengkapi dengan bahan- bahan latihan yang sejalan dengan pencapaian kompetensi.

  Meskipun demikian, guru dianjurkan untuk menambah bahan-bahan latihan bagi siswa dari sumber-sumber yang relevan.

  15. Hasil unjuk kerja siswa yang berupa karya dan bukti penilaian dapat berfungsi sebagai portofolio siswa.

  16. Buatlah catatan refleksi setelah satu tema selesai, sebagai bahan untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya. Misalnya faktor-faktor yang menyebabkan pembelajaran berlangsung dengan baik, kendala-kendala yang dihadapi, dan ide-ide kreatif untuk pengembangan pembelajaran lebih lanjut.

  17. Demi pencapaian tujuan pembelajaran, diperlukan komitmen guru untuk mendidik dengan sepenuh hati (antusias, kreatif, kasih sayang dan kesabaran).

A. Petunjuk Umum

  1. Tentang Buku Panduan Guru Pembelajaran Tematik dengan Tema Keluarga Kelas X SMALB AUTIS

  2. Buku Panduan Guru disusun untuk memudahkan para guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik di SMALB AUTIS . Buku ini mencakup hal-hal sebagai berikut : a. Jaringan tema yang memberi gambaran kepada guru tentang suatu tema yang melingkupi beberapa kompetensi dasar (KD) dari berbagai mata pelajaran.

  b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada setiap kegiatan pembelajaran.

  c. Kegiatan pembelajaran tematik terpadu untuk menggambarkan kegiatan pembelajaran yang menyatu dan mengalir.

  d. Pengalaman belajar yang bermakna untuk membangun sikap dan perilaku positif, penguasaan konsep, keterampilan berpikir saintifik, berpikir tingkat tinggi,kemampuan menyelesaikan masalah, inkuiri, kreativitas, dan pribadi reflektif.

  e. Berbagai teknik penilaian siswa.

  1) Penilaian kinerja 2) Penilaian proyek 3) Penilaian fortofolio 4) Penilaian tertulis

f. Informasi yang menjadi acuan kegiatan remedial dan pengayaan.

  g. Kegiatan interaksi guru dan orang tua, yang memberikan kesempatan kepada orang tua untuk ikut berpartisipasi aktif melalui kegiatan belajar siswa di rumah.

B. Petunjuk Penggunaan Buku Siswa

  Kegiatan pembelajaran di buku ini dirancang untuk mengembangkan kompetensi (sikap, pengetahuan dan keterampilan) siswa melalui aktivitas yang bervariasi. Aktivitas tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:

  1. Membuka pelajaran dengan cara yang menarik perhatian siswa, seperti membacakan cerita, bertanya jawab, bernyanyi, melakukan permainan, demonstrasi, pemecahan masalah dan sebagainya.

  2. Menginformasikan tujuan pembelajaran sehingga siswa dapat mengorganisir informasi yang disampaikan (apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dikerjakan).

  3. Menggali pengetahuan siswa yang diperoleh sebelumnya agar siswa bisa mengaitkan pengetahuan terdahulu dengan yang akan dipelajari.

  4. Memberi tugas yang bertahap guna membantu siswa memahami konsep.

  5. Memberi tugas yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

  6. Memberi kesempatan untuk melatih keterampilan atau konsep yang telah dipelajari.

  7. Memberi umpan balik yang akan menguatkan pemahaman siswa.

  Kerjasama dengan orang tua.

  Secara khusus, di setiap akhir pembelajaran pada buku siswa, terdapat kolom untuk orang tua dengan judul ‘Belajar di Rumah’. Kolom ini berisi :

  1. Informasi tentang materi yang dipelajari dan aktivitas belajar yang dapat dilakukan siswa bersama orang tua dirumah

  2. Orang tua diharapkan berdiskusi dan terlibat dengan aktivitas belajar siswa.

  3. Guru perlu membangun komunikasi dengan orang tua sehubungan dengan kegiatanpembelajaran yang akan melibatkan orang tua dan siswa di rumah

  4. Guru bekerja sama dengan orang tua untuk mengetahui perkembangan siswa, yang ditulis dalam catatan prestasi siswa di sekolah (buku catatan khusus perkembangan siswa

C. Strategi Pembelajaran Tematik

  

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN ( SKL) SMALB

AUTIS KELAS X

SMALB – F

DIMENSI KUALIFIKASI KEMAMPUAN

  Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah,

  KOMPETENSI INTI SMALB AUTIS KELAS X

  1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianut- Nya.

  2 Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru

  3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, dan di sekolah

  4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dalam karya yang estetis dalam gerakan sekolah, dan tempat bermain.

  Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain

  Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah konkret dan abstrak sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya. yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

  MATRIKS KONSISTENSI KOMPETENSI DASAR TEMA KELUARGA SMALB AUTIS KELAS X Mata Sem

Kompetensi Dasar Tema Pelajaran ester

  Keluarga PPKN

  1

  3.2 Mengenal tata tertib dan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari- hari di rumah dan sekolah

  4.2 Melaksanakan tata tertib di rumah dan sekolah

  2.2 Memilikirasa ingin tahu dan ketertarikan pada matematika yang terbentuk melalui pengalaman belajar.

  1.1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya