2. Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelo
RESUME
BAB II: TEORI DAN PRINSIP ETIKA
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan
Oleh Kelompok 8
Ketua Kelompok
:
Stefano Joseph
(2012310238)
Anggota Kelompok
:
Lufi Yuwana Mursita
(2012310003)
Nurul Mustafida
(2012310004)
Sukhriyah Isnaini
(2012310005)
Fernanda Setyawati
(2012310072)
Arsy Eza Febie Romadhina
(2012310860)
Tugas ini benar-benar dibuat dan disiapkan oleh setiap orang dari kelompok 8
KELAS K
STIE PERBANAS SURABAYA
SEMESTER GASAL 2015/2016
1
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelompok 8 Minggu 2
1.
PENDAHULUAN
2.
Etika memiliki beberapa teori yang menjelaskan tentang prinsip-
prinsip tindakan yang dianggap beretika. Menurut Ghillyer (2008), teori etika
dibagi menjadi :
a. Teori etika berbudi luhur (virtuous etchics)
b. Teori etika untuk perbuatan yang lebih baik (ethics for the greater good)
3.
Secara umum, teori etika dibagi menjadi :
a. Teori dan prinsip etika deontologi
b. Teori dan prinsip etika teleologi
4.
Kedua teori tersebut memberikan pembenaran terhadap suatu
tindakan beretika. Dari keduanya tersebut, muncul teori-teori dan prinsip-prinsip
etika lanjutan : teori dan prinsip etika egoisme, dan teori dan prinsip etika
utilitarianisme.
5.
Berikut adalah gambaran dari proses pembenaran secara beretika.
1
2
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelompok 8 Minggu 2
6.
Teori-teori Etika
-Teleologi
-Deontologi
Pembuatan
Keputusan
Beretika
Dilema Etika
Perilaku
Hambatan-hambatan
-Karakter pribadi
-Keberadaan organisasi
-Kondisi lingkungan
7.
TEORI DAN PRINSIP DEONTOLOGI
8.
Deontologi, yang merupakan aliran besar pemikiran etika pertama,
berasal dari kata Yunani, yakni deon yang berarti kewajiban dan logos yang
berarti ilmu atau kajian.
9.
Suatu perbuatan dikatakan baik tidak karena membawa atau
mendatangkan sesuatu yang baik, tetapi karena perbuatan itu memang baik
dengan sendirinya, sesuai dengan bentuk atau jenis perbuatan tersebut. Hal ini
terlepas dari apakah perbuatan itu menyenangkan orang lain atau tidak. Begitu
pula dengan perbuatan buruk.
2
3
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelompok 8 Minggu 2
10.
Menurut Kant, pertanyaan manusia mengenai “apa yang harus
dilakukan (untuk memenuhi suatu kewajiban)?” menyebabkan munculnya suatu
kaidah atau peraturan yang imperative. Hal ini menimbulkan adanya :
a. Kewajiban bersyarat (aturan hipotesis/hypothetical imperatives), yakni
kewajiban yang ditentukan oleh beberapa keinginan/kecenderungan
sebelumnya.
11.
Keputusan yang didasarkan pada kewajiban bersyarat berarti yang
menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah apakah keputusan
untuk berbuat tersebut diiringi dengan maksud agar tujuan tertentu
tercapai.
b. Kewajiban
tidak
bersyarat
(aturan
kategorikal
(categorical
imperatives)
12.
Keputusan untuk melakukan perbuatan berdasarkan kewajiban
yang tidak bersyarat adalah perbuatan/tindakan yang didasarkan pada
motif moral.
13.
Oleh karena itu, bagi Kant, seorang manusia selalu memiliki
banyak keinginan dan kecenderungan, antara lain kecenderungan untuk mengejar
yang mereka inginkan, kecenderungan psikologis, dan kecenderungan mengejar
tujuan. Dua kemampuan yang mereka miliki adalah :
a.
Kebebasan memilih berbagai cara atau alternatif untuk mencapai
tujuan yang mereka inginkan.
b.
Kebebasan
untuk
mengabaikan
tujuan-tujuan
atau
keinginan/
kecenderungan serta bertindak dengan motif yang lebih tinggi.
14.
Rumusan pertama dari kewajiban tidak bersyarat
15.
Rumusan pertama dari kewajiban tidak bersyarat adalah :
bertindaklah sedemikian sehingga kita dapat “berkehendak” memaksimalkan
tindakan kita untuk menjadi hukum yang universal. Memaksimalkan merupakan
alasan untuk bertindak.
16.
Misalnya : anda meminjam uang dari teman anda. Namun disaat
mengembalikan uang tersebut tiba, ternyata anda tidak mempunyai uang.
Selanjutnya anda memutuskan untuk tidak membayar, meski teman anda
3
4
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelompok 8 Minggu 2
membutuhkan uang tersebut, karena anda tidak ingin repot-repot meminjam uang
di bank (untuk melunasi pinjaman), dan anda tahu bahwa teman anda tidak akan
menekan dan memaksa anda untuk melunasi . Alasan anda untuk tidak membayar
pinjaman tersebut adalah bahwa susah untuk membayarnya. Jadi, memaksimalkan
tindakan anda menjadi, “ tidak membayar hutang (tetap berjanji) bila hal tersebut
susah untuk dilaksanakan”.
17.
Memaksimalkan hukum universal yaitu dapat dilakukan dengan
menguniversalkan aturan kita. Kewajiban tidak bersyarat atau categorical
imperative menekankan bahwa kita harus “ berkehendak” menjadi hukum
universal. Prasayarat dari membuat janji adalah kepercayaan.
18.
Rumusan kedua dari kewajiban tidak bersyarat
19.
Kant berpendapat bahwa act so as never to treat another being
merely as a means (Duska,2006). Menurut pandangan ini setiap orang secara
moral sama serta harus diperlakukan dengan hormat dan bermartabat. Hak-hak
mereka harus dihormati dan kita harus tidak menggunakan kata hanya atau
sekedar sebagai suatu makna atau instrument yang bermanfaat bagi pengguna atau
pemakai.
20.
Terlepas dari kebaikannya, teori prinsip etika deontology juga
memiliki kelemahan (Brooks, 2010). Kelemahan yang mendasar adalah bahwa
kewajiban yang tidak bersyarat (categorical impressive) tidak memberikan arah
yang jelas dalam memutuskan apa yang benar atau yang salah bila tedapat
pertentangan dua atau lebih hukum moral, dimana darus dipilih salah satu hukum
moral. Kewajiban tidak bersyarat juga menetukan standar yang sangat tinggi ,
misalnya bagaimana dalam praktiknya memperlakukan seseorang secara
terhormat dan bermartabat.
21.
Dari uraian tentang teori dan prinsip deontologi dapat disarikan
sebagai berikut :
Suatu perbuatan atau keputusan dianggap beretika bukan dikarenakan
sebab atau akibat dari perbuatan itu , melainkan dikarenakan perbuatan
atau keputusan itu sendiri sudah menunjukan gambaran bahwa perbuatan
itu beretika atau tidak beretika.
4
5
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelompok 8 Minggu 2
Perbuatan atau keputusan yang harus diambil dan dilakukan adalah
merupakan hukum yang sifatnya universal serta memperhatikan dan
menghormati keadilan, kejujuran, martabat serta hak-hak dari para
pemangku kepentingan dari dunia usaha. Namun dalam praktiknya
penerapan
dari
etika
deontoligi
ini
sulit,
dikarenakan
standar
penerapannya yang sangat tinggi.
22.
23.
TEORI DAN PRINSIP ETIKA TELEOLOGI
24.
Tokoh-tokoh etika teleologi diantaranya adalah Jhon Locke (1632-
1704), Jeremi Bentham (1748-1832), James Mill (1773-1836, serta Jhon Stuart
Mill (1806-1873). Teleologi banyak beresonansi dengan berbagai hasil yang
berorientasi pada masyarakat dunia usaha. Hal ini dikarenakan teleologi berfokus
padadampak dari pembuatan keputusan. Teleologi mengevaluasi apakah suatu
keputusan itu baik atau buruk, dapat diterima atau tidak dapat diterima, yang
maknanya
adalah
konsekuensi
dari
suatu
keputusan.
Bila
deontologi
menitikberatkan pada benar atau tidaknya suatu perbuatan itu sendiri, maka
teleologi menetapkan moralitas dari suatu tindakan dengan mengacu pada
konsekuensi dari tindakan tersebut.
25.
Penerapan pemikiran moral teleologis ini dapat dilakukan bila
berhadapan dengan dilemma akuntansi. Seorang direktur perusahaa dengan
sengaja melakukan manipulasi catatan akuntansinya dikarenakan adanya
permasalahan likuiditas yang diyakininya akan membaik pada satu atau dua
periode akuntansi berikutnya. Sebagai seorang akuntan, apakah kita membiarkan
saja penyajian laporan keuangan yang keliru tersebut dalam upaya untuk
menyelamatkan perusahaan atau karyawan? Teori konsekuensi didasarkan pada
perbedaan penting antara tindakan yang baik dengan tujuan atau hasilnya. Dengan
kata lain menentukan apakah suatu tindakan itu baik atau buruk itu didasarkan
pada konsekuensi atas tindakan tersebut yang berhubungan dengan tujuan yang
telah ditetapkan terlebih dahulu.
26.
Perbedaan antara perbuatan dan tujuan pada teori dan prinsip
teleologi menjadi sumber kritikan oleh para penganut konsekuensialis atau
5
6
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelompok 8 Minggu 2
teleologist. Kritik-kritik ini didasarkan pada pertentangan atau kontradiksi yang
muncul dari tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan.
27.
Bila teori dan prinsip etika deontologi seringkali dikritik karena
menghasilkan aturan-aturan yang begitu general atau umum dalam memecahkan
permasalahan atau dilema etika, maka teori dan prinsip teleologi sering dikritik
pula karena tidak mungkin menentukan konsekuensi dari setiap tindakan dan
teleologi dapat digunakan untuk membenarkan beberapa tindakan yang buruk dan
tidak baik.
28.
Dari sudut pandang “untuk siapa tujuan/konsekuensi suatu
perbuatan”, maka etika dan prinsip teleologi dibagi menjadi a) utilitarianisme; dan
b) Egoisme etis. Sedang bila ditinjau dari “apa tujuan/konsekuensinya” maka teori
dan prinsip teleologi dikelompokkan menjadi a) Teleologi Hedonism, dan b)
Teleologi Eudaminisme.
29.
Utilitarianisme adalah teori dan prinsip etika yang menyatakan
bahwa suatu perbuatan atau keputusan itu beretika atau tidak beretika tergantung
atau ditentukan oleh apakah keputusan atau tindakan tersebut membawa manfaat
bagi banyak pihak atau tidak. Egoism etis adalah teori dan prinsip etika yang
menyatakan bahwa suatu perbuatan atau keputusan itu beretika bila memberikan
manfaat untuk diri pribadi serta untuk memajukan dirinya sendiri. Teleologi
Hedonisme adalah teori dan prinsip etika yang menyatakan bahwa suatu
keputusan atau perbuatan itu beretika bila semata mata menyenangkan atau
membuat nikmat pelakunya. Teleologi Eudaminisme adalah teori dan prinsip etika
yng menyatakan bahwa suatu keputusan atau perbuatan itu beretika bila bertujuan
untuk mencari dan memperoleh kebahagiaan yang hakiki.
31.
30.
TEORI DAN PRINSIP UTILITARIANISME
32.
Utilitarianisme berasal dari kata utilitas yang artinya kegunaan.
Menurut teori ini, suatu keputusan atau perbuatan dipandang beretika jika
menghasilkan kegunaan atau utilitas paling besar bagi semua orang yang
terpengaruh oleh keputusan atau perbuatan tersebut.
33.
Menurut Jhon Stuart, suatu perbuatan dianggap benar bila
memunculkan kebaikan, sebaliknya akan dianggap salah jika memunculkan
6
7
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelompok 8 Minggu 2
kebalikan dari kebahagiaan. Kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan
yang ditujukan bagi orang lain, bukan diri sendiri. Saat ini utilitarianisme
diartikan sebagai mengerjakan perbuatan yang akan membawa kebaikan yang
paling baik untuk sejumlah besar masyarakat.
34.
Jhon Rawls, 1995 menjelaskan bahwa utilitarianisme secara
umum terbagi menjadi dua, yaitu utilitarianisme tindakan (act utilitarianism) dan
utilitarianisme aturan (rule utilitarianisme).
35.
Utilitarianisme tindakan (act utilitarianism)
36.
Seseorang dianggap melakukan perbuatan yang beretika bila memilih
untuk melaksanakan suatu tindakan tertentu yanga akan bermanfaat dan
membahagiakan sebagian besar masyarakat.
37.
Utilitarianisme aturan (rule utilitarianisme)
38.
Pada kenyataannya, utilitarianisme tindakan sulit dilaksanakan karena
sulitnya menentukan seberapa besar dan seberapa banyak kebahagiaan yang bisa
diberikan, oleh karena itu muncul teori dan prinsip utilitarianisme aturan, yang
menyatakan bahwa seseorang dianggap melakukan perbuatan yang beretika bila
melakukan suatu perbuatan yang bermanfaat dan membahagiakan sebagian besar
masyarakat sesuai dengan ketentuan tertentu.
39.
40.
TEORI DAN PRINSIP EGOISME
41.
Prinsip ini merupakan prinsip yang mendukung kepentingan diri
sendiri (selfishness), dan pada pandangan masyarakat, kepentingan diri sendiri
atau sikap egois itu dianggap salah. Tapi para pendukung teori etika egoism
berpendapat bahwa kepentingan diri sendiri adalah suatu hal yang baik.
Misal
ada dua orang mahasiswi akuntansi yang mana sebelum mereka ujian si A belajar
dengan baik dan sungguh-sungguh dan si B tidak belajar, hanya bermain saja.
Pada saat ujian berlangsung si B meminta jawaban atau contekan kepada si A.
Namun si A tidak memberi tahu jawaban tersebut karena dia berpendapat bahwa
menjadi haknya untuk tidak memberitahu karena masing-masing mempunyai
kesempatan belajar yang sama. Menurut teori dan prinsip egoisme, sikap
mahasiswa
untuk
tidak
memberitahu
merupakan
sikap
egoisme
yang
7
8
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelompok 8 Minggu 2
mementingkan dirinya sendiri dapat dibenarkan. Hal ini dilakukan karena untuk
kepentingan yang lebih benar dan bermartabat, yaitu kejujuran.
42.
Duska, 2006 menjelaskan 3 keberatan atas sikap egois semacam
itu yaitu :
a. Sikap egois itu tidak sesuai dengan aktivitas kemanusiaan.
b. Terdapat penyimpangan atau anomali yang aneh yang melekat pada sikap
egois.
c. Egoisme itu didasarkan pada pandangan egosentrik yang menyimpang.
44.
43.
TEORI DAN PRINSIP ETIKA VIRTUAL
45.
Aristoteles, filosof Yunani yang sangat terkenal, yang meyakini
karakter dan integritas individual, menjelaskan konsep tentang bagaimana
seseorang berkomitmen untuk mencapai sesuatu yang ideal: “akan menjadi orang
yang seperti apa aku nantinya dan bagaimana aku menjadi orang seperti itu
(Ghillyer, 2008).” Teori dan prinsip tersebut dinamakan dengan etika virtual atau
etika kebajikan/keutamaan.
46.
Kebajikan yang utama yang harus dikejar dan dicapai oleh para
akuntan adalah menjadi akuntan yang dapat dipercaya (Duska, 2006).
47.
Duska, 2006 lebih lanjut menjelaskan bahwa pendekatan etis yang
harus dilakukan oleh seorang akuntan dalam mengejar keutamaan atau kebajikan
adalah bahwa:
a. Seorang akuntan harus memberikan manfaat serta tidak merugikan orang
lain.
b. Seorang akuntan harus hidup secara bertanggungjawab karena mereka
mempunyai komitmen terhadap orang/masyarakat.
c. Seorang akuntan harus tidak mengeksploitir orang lain.
d. Akhirnya, seorang akuntan harus mengembangkan keutamaan seperti
integritas dan kejujuran untuk menjamin praktik-praktik kehidupan
profesinya.
8
BAB II: TEORI DAN PRINSIP ETIKA
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan
Oleh Kelompok 8
Ketua Kelompok
:
Stefano Joseph
(2012310238)
Anggota Kelompok
:
Lufi Yuwana Mursita
(2012310003)
Nurul Mustafida
(2012310004)
Sukhriyah Isnaini
(2012310005)
Fernanda Setyawati
(2012310072)
Arsy Eza Febie Romadhina
(2012310860)
Tugas ini benar-benar dibuat dan disiapkan oleh setiap orang dari kelompok 8
KELAS K
STIE PERBANAS SURABAYA
SEMESTER GASAL 2015/2016
1
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelompok 8 Minggu 2
1.
PENDAHULUAN
2.
Etika memiliki beberapa teori yang menjelaskan tentang prinsip-
prinsip tindakan yang dianggap beretika. Menurut Ghillyer (2008), teori etika
dibagi menjadi :
a. Teori etika berbudi luhur (virtuous etchics)
b. Teori etika untuk perbuatan yang lebih baik (ethics for the greater good)
3.
Secara umum, teori etika dibagi menjadi :
a. Teori dan prinsip etika deontologi
b. Teori dan prinsip etika teleologi
4.
Kedua teori tersebut memberikan pembenaran terhadap suatu
tindakan beretika. Dari keduanya tersebut, muncul teori-teori dan prinsip-prinsip
etika lanjutan : teori dan prinsip etika egoisme, dan teori dan prinsip etika
utilitarianisme.
5.
Berikut adalah gambaran dari proses pembenaran secara beretika.
1
2
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelompok 8 Minggu 2
6.
Teori-teori Etika
-Teleologi
-Deontologi
Pembuatan
Keputusan
Beretika
Dilema Etika
Perilaku
Hambatan-hambatan
-Karakter pribadi
-Keberadaan organisasi
-Kondisi lingkungan
7.
TEORI DAN PRINSIP DEONTOLOGI
8.
Deontologi, yang merupakan aliran besar pemikiran etika pertama,
berasal dari kata Yunani, yakni deon yang berarti kewajiban dan logos yang
berarti ilmu atau kajian.
9.
Suatu perbuatan dikatakan baik tidak karena membawa atau
mendatangkan sesuatu yang baik, tetapi karena perbuatan itu memang baik
dengan sendirinya, sesuai dengan bentuk atau jenis perbuatan tersebut. Hal ini
terlepas dari apakah perbuatan itu menyenangkan orang lain atau tidak. Begitu
pula dengan perbuatan buruk.
2
3
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelompok 8 Minggu 2
10.
Menurut Kant, pertanyaan manusia mengenai “apa yang harus
dilakukan (untuk memenuhi suatu kewajiban)?” menyebabkan munculnya suatu
kaidah atau peraturan yang imperative. Hal ini menimbulkan adanya :
a. Kewajiban bersyarat (aturan hipotesis/hypothetical imperatives), yakni
kewajiban yang ditentukan oleh beberapa keinginan/kecenderungan
sebelumnya.
11.
Keputusan yang didasarkan pada kewajiban bersyarat berarti yang
menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah apakah keputusan
untuk berbuat tersebut diiringi dengan maksud agar tujuan tertentu
tercapai.
b. Kewajiban
tidak
bersyarat
(aturan
kategorikal
(categorical
imperatives)
12.
Keputusan untuk melakukan perbuatan berdasarkan kewajiban
yang tidak bersyarat adalah perbuatan/tindakan yang didasarkan pada
motif moral.
13.
Oleh karena itu, bagi Kant, seorang manusia selalu memiliki
banyak keinginan dan kecenderungan, antara lain kecenderungan untuk mengejar
yang mereka inginkan, kecenderungan psikologis, dan kecenderungan mengejar
tujuan. Dua kemampuan yang mereka miliki adalah :
a.
Kebebasan memilih berbagai cara atau alternatif untuk mencapai
tujuan yang mereka inginkan.
b.
Kebebasan
untuk
mengabaikan
tujuan-tujuan
atau
keinginan/
kecenderungan serta bertindak dengan motif yang lebih tinggi.
14.
Rumusan pertama dari kewajiban tidak bersyarat
15.
Rumusan pertama dari kewajiban tidak bersyarat adalah :
bertindaklah sedemikian sehingga kita dapat “berkehendak” memaksimalkan
tindakan kita untuk menjadi hukum yang universal. Memaksimalkan merupakan
alasan untuk bertindak.
16.
Misalnya : anda meminjam uang dari teman anda. Namun disaat
mengembalikan uang tersebut tiba, ternyata anda tidak mempunyai uang.
Selanjutnya anda memutuskan untuk tidak membayar, meski teman anda
3
4
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelompok 8 Minggu 2
membutuhkan uang tersebut, karena anda tidak ingin repot-repot meminjam uang
di bank (untuk melunasi pinjaman), dan anda tahu bahwa teman anda tidak akan
menekan dan memaksa anda untuk melunasi . Alasan anda untuk tidak membayar
pinjaman tersebut adalah bahwa susah untuk membayarnya. Jadi, memaksimalkan
tindakan anda menjadi, “ tidak membayar hutang (tetap berjanji) bila hal tersebut
susah untuk dilaksanakan”.
17.
Memaksimalkan hukum universal yaitu dapat dilakukan dengan
menguniversalkan aturan kita. Kewajiban tidak bersyarat atau categorical
imperative menekankan bahwa kita harus “ berkehendak” menjadi hukum
universal. Prasayarat dari membuat janji adalah kepercayaan.
18.
Rumusan kedua dari kewajiban tidak bersyarat
19.
Kant berpendapat bahwa act so as never to treat another being
merely as a means (Duska,2006). Menurut pandangan ini setiap orang secara
moral sama serta harus diperlakukan dengan hormat dan bermartabat. Hak-hak
mereka harus dihormati dan kita harus tidak menggunakan kata hanya atau
sekedar sebagai suatu makna atau instrument yang bermanfaat bagi pengguna atau
pemakai.
20.
Terlepas dari kebaikannya, teori prinsip etika deontology juga
memiliki kelemahan (Brooks, 2010). Kelemahan yang mendasar adalah bahwa
kewajiban yang tidak bersyarat (categorical impressive) tidak memberikan arah
yang jelas dalam memutuskan apa yang benar atau yang salah bila tedapat
pertentangan dua atau lebih hukum moral, dimana darus dipilih salah satu hukum
moral. Kewajiban tidak bersyarat juga menetukan standar yang sangat tinggi ,
misalnya bagaimana dalam praktiknya memperlakukan seseorang secara
terhormat dan bermartabat.
21.
Dari uraian tentang teori dan prinsip deontologi dapat disarikan
sebagai berikut :
Suatu perbuatan atau keputusan dianggap beretika bukan dikarenakan
sebab atau akibat dari perbuatan itu , melainkan dikarenakan perbuatan
atau keputusan itu sendiri sudah menunjukan gambaran bahwa perbuatan
itu beretika atau tidak beretika.
4
5
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelompok 8 Minggu 2
Perbuatan atau keputusan yang harus diambil dan dilakukan adalah
merupakan hukum yang sifatnya universal serta memperhatikan dan
menghormati keadilan, kejujuran, martabat serta hak-hak dari para
pemangku kepentingan dari dunia usaha. Namun dalam praktiknya
penerapan
dari
etika
deontoligi
ini
sulit,
dikarenakan
standar
penerapannya yang sangat tinggi.
22.
23.
TEORI DAN PRINSIP ETIKA TELEOLOGI
24.
Tokoh-tokoh etika teleologi diantaranya adalah Jhon Locke (1632-
1704), Jeremi Bentham (1748-1832), James Mill (1773-1836, serta Jhon Stuart
Mill (1806-1873). Teleologi banyak beresonansi dengan berbagai hasil yang
berorientasi pada masyarakat dunia usaha. Hal ini dikarenakan teleologi berfokus
padadampak dari pembuatan keputusan. Teleologi mengevaluasi apakah suatu
keputusan itu baik atau buruk, dapat diterima atau tidak dapat diterima, yang
maknanya
adalah
konsekuensi
dari
suatu
keputusan.
Bila
deontologi
menitikberatkan pada benar atau tidaknya suatu perbuatan itu sendiri, maka
teleologi menetapkan moralitas dari suatu tindakan dengan mengacu pada
konsekuensi dari tindakan tersebut.
25.
Penerapan pemikiran moral teleologis ini dapat dilakukan bila
berhadapan dengan dilemma akuntansi. Seorang direktur perusahaa dengan
sengaja melakukan manipulasi catatan akuntansinya dikarenakan adanya
permasalahan likuiditas yang diyakininya akan membaik pada satu atau dua
periode akuntansi berikutnya. Sebagai seorang akuntan, apakah kita membiarkan
saja penyajian laporan keuangan yang keliru tersebut dalam upaya untuk
menyelamatkan perusahaan atau karyawan? Teori konsekuensi didasarkan pada
perbedaan penting antara tindakan yang baik dengan tujuan atau hasilnya. Dengan
kata lain menentukan apakah suatu tindakan itu baik atau buruk itu didasarkan
pada konsekuensi atas tindakan tersebut yang berhubungan dengan tujuan yang
telah ditetapkan terlebih dahulu.
26.
Perbedaan antara perbuatan dan tujuan pada teori dan prinsip
teleologi menjadi sumber kritikan oleh para penganut konsekuensialis atau
5
6
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelompok 8 Minggu 2
teleologist. Kritik-kritik ini didasarkan pada pertentangan atau kontradiksi yang
muncul dari tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan.
27.
Bila teori dan prinsip etika deontologi seringkali dikritik karena
menghasilkan aturan-aturan yang begitu general atau umum dalam memecahkan
permasalahan atau dilema etika, maka teori dan prinsip teleologi sering dikritik
pula karena tidak mungkin menentukan konsekuensi dari setiap tindakan dan
teleologi dapat digunakan untuk membenarkan beberapa tindakan yang buruk dan
tidak baik.
28.
Dari sudut pandang “untuk siapa tujuan/konsekuensi suatu
perbuatan”, maka etika dan prinsip teleologi dibagi menjadi a) utilitarianisme; dan
b) Egoisme etis. Sedang bila ditinjau dari “apa tujuan/konsekuensinya” maka teori
dan prinsip teleologi dikelompokkan menjadi a) Teleologi Hedonism, dan b)
Teleologi Eudaminisme.
29.
Utilitarianisme adalah teori dan prinsip etika yang menyatakan
bahwa suatu perbuatan atau keputusan itu beretika atau tidak beretika tergantung
atau ditentukan oleh apakah keputusan atau tindakan tersebut membawa manfaat
bagi banyak pihak atau tidak. Egoism etis adalah teori dan prinsip etika yang
menyatakan bahwa suatu perbuatan atau keputusan itu beretika bila memberikan
manfaat untuk diri pribadi serta untuk memajukan dirinya sendiri. Teleologi
Hedonisme adalah teori dan prinsip etika yang menyatakan bahwa suatu
keputusan atau perbuatan itu beretika bila semata mata menyenangkan atau
membuat nikmat pelakunya. Teleologi Eudaminisme adalah teori dan prinsip etika
yng menyatakan bahwa suatu keputusan atau perbuatan itu beretika bila bertujuan
untuk mencari dan memperoleh kebahagiaan yang hakiki.
31.
30.
TEORI DAN PRINSIP UTILITARIANISME
32.
Utilitarianisme berasal dari kata utilitas yang artinya kegunaan.
Menurut teori ini, suatu keputusan atau perbuatan dipandang beretika jika
menghasilkan kegunaan atau utilitas paling besar bagi semua orang yang
terpengaruh oleh keputusan atau perbuatan tersebut.
33.
Menurut Jhon Stuart, suatu perbuatan dianggap benar bila
memunculkan kebaikan, sebaliknya akan dianggap salah jika memunculkan
6
7
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelompok 8 Minggu 2
kebalikan dari kebahagiaan. Kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan
yang ditujukan bagi orang lain, bukan diri sendiri. Saat ini utilitarianisme
diartikan sebagai mengerjakan perbuatan yang akan membawa kebaikan yang
paling baik untuk sejumlah besar masyarakat.
34.
Jhon Rawls, 1995 menjelaskan bahwa utilitarianisme secara
umum terbagi menjadi dua, yaitu utilitarianisme tindakan (act utilitarianism) dan
utilitarianisme aturan (rule utilitarianisme).
35.
Utilitarianisme tindakan (act utilitarianism)
36.
Seseorang dianggap melakukan perbuatan yang beretika bila memilih
untuk melaksanakan suatu tindakan tertentu yanga akan bermanfaat dan
membahagiakan sebagian besar masyarakat.
37.
Utilitarianisme aturan (rule utilitarianisme)
38.
Pada kenyataannya, utilitarianisme tindakan sulit dilaksanakan karena
sulitnya menentukan seberapa besar dan seberapa banyak kebahagiaan yang bisa
diberikan, oleh karena itu muncul teori dan prinsip utilitarianisme aturan, yang
menyatakan bahwa seseorang dianggap melakukan perbuatan yang beretika bila
melakukan suatu perbuatan yang bermanfaat dan membahagiakan sebagian besar
masyarakat sesuai dengan ketentuan tertentu.
39.
40.
TEORI DAN PRINSIP EGOISME
41.
Prinsip ini merupakan prinsip yang mendukung kepentingan diri
sendiri (selfishness), dan pada pandangan masyarakat, kepentingan diri sendiri
atau sikap egois itu dianggap salah. Tapi para pendukung teori etika egoism
berpendapat bahwa kepentingan diri sendiri adalah suatu hal yang baik.
Misal
ada dua orang mahasiswi akuntansi yang mana sebelum mereka ujian si A belajar
dengan baik dan sungguh-sungguh dan si B tidak belajar, hanya bermain saja.
Pada saat ujian berlangsung si B meminta jawaban atau contekan kepada si A.
Namun si A tidak memberi tahu jawaban tersebut karena dia berpendapat bahwa
menjadi haknya untuk tidak memberitahu karena masing-masing mempunyai
kesempatan belajar yang sama. Menurut teori dan prinsip egoisme, sikap
mahasiswa
untuk
tidak
memberitahu
merupakan
sikap
egoisme
yang
7
8
Etika Bisnis dan Profesi Akuntan Kelompok 8 Minggu 2
mementingkan dirinya sendiri dapat dibenarkan. Hal ini dilakukan karena untuk
kepentingan yang lebih benar dan bermartabat, yaitu kejujuran.
42.
Duska, 2006 menjelaskan 3 keberatan atas sikap egois semacam
itu yaitu :
a. Sikap egois itu tidak sesuai dengan aktivitas kemanusiaan.
b. Terdapat penyimpangan atau anomali yang aneh yang melekat pada sikap
egois.
c. Egoisme itu didasarkan pada pandangan egosentrik yang menyimpang.
44.
43.
TEORI DAN PRINSIP ETIKA VIRTUAL
45.
Aristoteles, filosof Yunani yang sangat terkenal, yang meyakini
karakter dan integritas individual, menjelaskan konsep tentang bagaimana
seseorang berkomitmen untuk mencapai sesuatu yang ideal: “akan menjadi orang
yang seperti apa aku nantinya dan bagaimana aku menjadi orang seperti itu
(Ghillyer, 2008).” Teori dan prinsip tersebut dinamakan dengan etika virtual atau
etika kebajikan/keutamaan.
46.
Kebajikan yang utama yang harus dikejar dan dicapai oleh para
akuntan adalah menjadi akuntan yang dapat dipercaya (Duska, 2006).
47.
Duska, 2006 lebih lanjut menjelaskan bahwa pendekatan etis yang
harus dilakukan oleh seorang akuntan dalam mengejar keutamaan atau kebajikan
adalah bahwa:
a. Seorang akuntan harus memberikan manfaat serta tidak merugikan orang
lain.
b. Seorang akuntan harus hidup secara bertanggungjawab karena mereka
mempunyai komitmen terhadap orang/masyarakat.
c. Seorang akuntan harus tidak mengeksploitir orang lain.
d. Akhirnya, seorang akuntan harus mengembangkan keutamaan seperti
integritas dan kejujuran untuk menjamin praktik-praktik kehidupan
profesinya.
8