Kebijakan dan Regulasi Pengelolaan Sampa
1
Kebijakan dan Regulasi Pengelolaan Sampah dalam
Penerapan Teknologi Sumber Energi Alternatif Terbarukan
di Kota Palembang
Normaliaty Fithri
Program Studi Teknik Elektro Universitas Bina Darma
Email : [email protected]
Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi MBA
Intisari—Pengembangan energi baru terbarukan agar sesegera mungkin direalisasikan dengan penjadwalan/ skenario yang jelas
agar sektor industri dapat menyesuaikan dalam teknologinya. Adanya Kebijakan Nasional yang menetapkan bahwa pada seluruh
wilayah berkatagori “Lumbung Energi” agar segera dibangun pusat-pusat pembangkit listrik dan infrastruktur lainnya, sehingga
Pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri melalui pembangunan kawasan industri dapat segera dilaksanakan.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di Palembang merupakan bantuan pemerintah pusat dan diharapkan
mampu dimanfaatkan secara optimal. Produksi sampah di Kota Palembang mencapai 800 ton per harinya, dan 500 ton di antaranya
masuk ke TPA Sukawinatan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Ditjen Energi Baru dan Terbarukan
Konservasi Energi (EBTKE) telah membangun pembangkit listrik di lokasi TPA Sukawinatan Kota Palembang. Pembangunan
pembangkit listrik tenaga sampah mampu menghasilkan energi sampai 500 kWH .
Kata kunci— Energi Terbarukan, Sampah, Listrik, PLTSa.
Abstract— The development of renewable energy to be realized as soon as possible by scheduling / scenarios clear that the industrial
sector can adjust in technology. The existence of the National Policy specifies that the entire territory Uncategorised "Lumbung
Energi" to immediately built centers of power plants and other infrastructure, so that the Regional Development Center Industry
Growth through the development of industrial estates can be immediately implemented. The construction of power plants waste
(PPW) in Palembang is a central government aid and is expected to be utilized optimally. Production of waste in the city of
Palembang reach 800 tonnes per day, and 500 tons of which go into landfill Sukawinatan. Ministry of Energy and Mineral Resources
through the Directorate General of New and Renewable Energy Conservation (EBTKE) has built power plants in landfill sites
Sukawinatan Palembang. Garbage power plant capable of producing up to 500 kWh of energy.
Keywords— Renewable Energy, Waste, Electricity, PPW.
pembangunan kawasan industri dapat segera
dilaksanakan. Langkah-langkah Grand Strategi
Pengembangan energi alternatif terbarukan Konservasi Energi dan Pengurangan Emisi CO 2 di
terutama dari hasil pengolahan sampah perkotaan sektor industri (2010-2020).
memerlukan program yang tepat dan pendanaan
Pembangunan pembangkit listrik tenaga
yang jelas. Energi alternatif terbarukan masih sampah (PLTSa) di Palembang merupakan bantuan
bersifat komplementer, ke depan harus lebih pemerintah pusat dan diharapkan mampu
diarahkan dapat menjadi pengganti energi yang dimanfaatkan secara optimal. Produksi sampah di
bersumber dari fosil. Perlu dikembangkan teknologi Kota Palembang mencapai 800 ton per harinya, dan
Bio-Drying yang mudah dan murah untuk 500 ton di antaranya masuk ke TPA Sukawinatan.
diaplikasikan di Kabupaten/Kota.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Pengembangan energi baru terbarukan (EBT) melalui Ditjen Energi Baru dan Terbarukan
agar sesegera mungkin direalisasikan dengan Konservasi Energi (EBTKE) telah membangun
penjadwalan/skenario yang jelas agar sektor pembangkit listrik di lokasi TPA Sukawinatan Kota
industri dapat menyesuaikan dalam teknologinya.
Palembang. Pembangunan pembangkit listrik
Adanya
Kebijakan
Nasional
yang tenaga sampah mampu menghasilkan energi sampai
menetapkan bahwa pada seluruh wilayah 500 kWH .
berkatagori “Lumbung Energi” agar segera
Trois Dilisusendi, Kasi Analisa dan Evaluasi
dibangun pusat-pusat pembangkit listrik dan Program Bioenergi Dirjen MPTKI mengungkapkan
infrastruktur lainnya, sehingga Pengembangan PLTSa Sukawinatan ini dibangun pada 2014 dan
Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri melalui
I. PENDAHULUAN
2
dikomisioning tahun 2016. Ini merupakan
kewajiban Walikota Palembang untuk menunjuk
BUMD pengolahan PLTSa Sukawinatan sesuai
dengan Peraturan Menteri (Permen) ESDM nomor
10 tahun 2012. Prosedurnya walikota harus
menetapkan BUMD selaku pengelola PLTSa saat
ini.
BUMD yang ditunjuk untuk pengelolaan
PLTSa Sukawinatan adalah PT. SP2J. Terkati hal
PT. SP2J harus segera melengkapi administrasi
sesuai dengan Permen ESDM nomor 44 tahun 2015
terkait pembelian fitinventarif PLTSa.
PT. SP2J akan melakukan perjanjian jual beli
listrik (PJBL) dengan pihak PLN. Dari hasil rapat
sudah disepakati bahwa PT. SP2J akan melengkapi
apa saja
yang kurang dari komponen
pembangunannya dan PT. SP2J sudah menyatakan
siap untuk memelihara dan mengelolanya.
Diharapkan PLTSa di Palembang akan
berkembang sesuai dengan Perpres 18 nomor 2016.
Sukawinatan adalah projek pertama pembangunan
PLTSa yang mengunakan teknologi pengolahan
sanitari renvile (methan capture).
Kementerian ESDM melalui Pemerintah Kota
Palembang (25 Mei 2016) dalam pengelolaan
PLTSa sukawinatan bukan berarti PLTSa tersebut
langsung bisa beroperasi dan membagikan energi
listrik yang dihasilkannya kepada masyarakat kota
Palembang. Masih terdapat beberapa item yang
harus ditambah, seperti
Blackstart untuk
menghidupkan cubical meeting dan study
interkoneksi.
telah berinisiatif untuk meningkatkan penggunaan
sumber energi terbarukan.
Tabel 1. menunjukkan status potensial dari energi
fosil di Indonesia.
Penggunaan energi terbarukan untuk elektrifikasi
pedesaan di Indonesia berpotensi, karena ribuan
pulau dari kepulauan membuatnya sulit untuk
membangun sistim distribusi listrik yang saling
terhubung, baik secara fisik maupun secara
finansial. Oleh karena itu, desentralisasi listrik
pedesaan dapat menjadi pilihan terbaik.
Potensi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan di
Indonesia
Potensi sumber energi terbarukan di
Indonesia meliputi 4,8 KWh/m2/hari energi surya,
458 MW energi mini/mikro hidro, 49.81 GW
Biomassa, 3-6 M/detik tenaga angin, dan 3 GW
nuklir (cadangan uranium). Indonesia juga memiliki
sumber energi hidro yang besar dengan total
potensial diperkirakan 75.67 GW (Tabel 2).
Walaupun potensi dari energi terbarukan seperti
biomassa, panas bumi, energi surya, energi air,
energi angin, dan energi lautan relatif tinggi,
namun tidak digunakan secara signifikan, yakni
kurang dari 4% pada tahun 2007.
Dasar Teori
Pentingnya pengembangan energi terbarukan
Konsumsi energi akhir di Indonesia Tabel 2. Potensi Energi Terbarukan di Indonesia
didominasi oleh minyak, diikuti oleh gas, batubara
dan energi hidro, dan sepertinya impor minyak
dan produk petroleum akan meningkat untuk
memenuhi meningkatnya permintaan domestik.
Dengan pertumbuhan konsumsi yang cepat,
diperkirakan bahwa tanpa sumber daya energi yang
baru dan upaya efisiensi energi, Indonesia dapat
menjadi importir minyak murni dalam waktu dekat.
Untuk mengurangi pangsa bahan bakar fosil, Kebijakan energi nasional Indonesia bertujuan
terutama untuk pembangkit listrik, pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dan
gas dan untuk membuat variasi campuran energi
3
dengan meningkatkan pangsa dari sumber energi
yang lain seperti energi terbarukan. Indonesia telah
menargetkan untuk memenuhi pangsa dari energi
terbarukan sampai dengan 17% pada tahun 2025,
seperti yang dinyatakan dalam Cetak Biru
Program Penerapan Energi Nasional 2007-2025
(ESDM, 2007).
Pengembangan Teknologi Energi terbarukan
Teknologi
energi
terbarukan
yang telah
dikembangkan secara signifikan ditunjukkan
dengan meningkatnya jumlah teknologi yang
memasuki pasar komersial. Beberapa teknologi
energi yang menggunakan biomassa, panas bumi,
dan energi hidro telah mencapai tahap komersial,
dimana
mereka
dapat digunakan
untuk
elektrifikasi pedesaan. Komponen mikro hidro
seperti turbin, alat pengatur, dan peralatan listrik
sekarang ini telah dibuat dengan kandungan
lokal yang tinggi. Walaupun tidak semuanya
diproduksi secara lokal, modul photovoltaic telah
dirakit secara lokal. Pemanas air dengan panas
surya dan pengering tenaga surya juga dibuat
secara lokal. Perlengkapan pengering tenaga
surya untuk produk pertanian telah berada dalam
tahap fabrikasi. Penghasil gas biomassa telah
diproduksi secara komersial di Indonesia.
Komponen Sistem Konversi Energi Angin Skala
Kecil
kecuali
generator
sekarang
dapat
diproduksi secara lokal. Tetapi, keandalan dan
efisiensi teknologi tersebut perlu ditingkatkan
(Pratomo,2004).
(5) Sumber daya energi terbarukan pada
umumnya bersifat intermittent (PLN, 2009).
Dari aspek teknis, makin banyak komponen dari
teknologi energi terbarukan yang kini dapat
diproduksi secara lokal di Indonesia, seperti
pembangkit tenaga mikro hidro dan biomassa
skala kecil. Akan tetapi, pemakaian energi surya
(contoh modul PV) dan sistem energi angin masih
membawa kandungan import yang tinggi.
Beberapa kendala dalam pemanfaatan ET adalah:
a. Dari aspek teknologi, hambatan utama adalah
sering ditemukan rendahnya kualitas teknologi ET
sehingga banyak menimbulkan kegagalan. Selain
itu, masih ditemukan ketidaksesuaian antara
teknologi ET dengan kondisi sosial, geografi dan
ekonomi masyarakat.
b. Harga teknologi ET yang belum kompetitif
dibanding energi konvensional juga menghambat
laju perkembangan pemanfaatan ET.
c. Terbatasnya informasi mengenai teknologi ET
yang dimiliki masyarakat perdesaan
juga
menghambat pertumbuhan teknologi ET.
d. Kurangnya tenaga teknis di lapangan sehingga
menyulitkan
perawatan setelah
pemasangan
(layanan purna jual)
Kebijakan dan peraturan terkait dengan
pengembangan energi terbarukan
Dasar dari pengembangan energi terbarukan
seperti yang dinyatakan dalam Blue Print
adalah target
Kendala
Dalam
Pemanfaatan
Energi Pengelolaan Energi Nasional
Pemerintah untuk meningkatkan peranan energi
Terbarukan
Pengembangan
dari
penggunaan energi terbarukan dalam total bauran energi nasional dari
terbarukan
untuk
elektrifikasi
pedesaan kurang dari 4% pada tahun 2006 menjadi 17%
pada
tahun 2025. Dalam mencapai target,
mengalami sejumlah hambatan dikarenakan :
(1) Kebijakan Pemerintah terhadap bahan bakar Pemerintah telah memberlakukan peraturan untuk
meningkatkan penggunaan energi terbarukan di
fosil.
Indonesia dan beberapa peraturan lainnya yang
(2)
Energi
terbarukan
pada
umumnya sedang diformulasikan.
membutuhkan investasi awal yang tinggi.
(3) Tidak ada pinjaman lunak jangka panjang dari Beberapa peraturan dan undang-undang untuk
mendukung pengembangan energi terbarukan yang
Bank / Lembaga keuangan lokal.
telah dikeluarkan meliputi :
(4) Kurangnya data dan infrastruktur penunjang.
4
1. Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2006
mengenai kebijakan energi nasional.
2. Instruksi Presiden No.1/2006 dan No.2/2006
pada penyediaan dan implementasi bahan bakar
bio dan batubara cair.
3. Kebijakan Hijau Energi (Keputusan Menteri
No.2/2004).
4. Undang-undang Nomor 30 tahun 2007
mengenai Energi.
5. Undang-undang Nomor 15 tahun 1985
mengenai Ketenagalistrikan
6.
Peraturan
mengenai
Penyediaan dan
Pemanfaatan
Listrik
(Peraturan Pemerintah
No.26/2006).
Sebagai revisi dari Peraturan
Pemerintah No.10 tahun
1989
untuk
mengamankan listrik nasional.
7. Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 Tahun
2009 tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik
oleh PT PLN (Persero) dari Pembangkit Tenaga
Listrik Yang Menggunakan Energi Terbarukan
Skala Kecil dan Menengah Atau Kelebihan
Tenaga Listrik Peraturan Pemerintah mengenai
penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik
Peraturan Pemerintah No.10/1989 direvisi ke
Peraturan
Pemerintah
No.03/2005 dan
No.26/2006
mengenai
penyediaan dan
pemanfaatan
listrik
diterbitkan untuk
melaksanakan diversikasi sumber energi untuk
pembangkit tenaga listrik, khususnya beralih dari
bahan bakar minyak ke bahan bakar non-minyak,
termasuk pemanfaatan energi terbarukan.
Dalam
hubungannya
dengan pengembangan
energi
terbarukan, peraturan
tersebut
mengharuskan Pemerintah untuk memprioritaskan
pemakaian sumber daya energi terbarukan yang
ada secara lokal untuk penghasil listrik; dan
proses pembelian diterapkan melalui pemilihan
langsung (tanpa tender).
Undang-undang No.30/2007 Tentang Energi
Menurut Undang-undang No.30/2007, energi
akan dikelola di bawah prinsip penggunaan yang
menguntungkan, rasionalitas,
efisiensi
yang
adil,peningkatan nilai tambah, keberlanjutan,
kesejahteraan masyarakat, pengawetan fungsi
lingkungan, ketahanan nasional, dan integritas
dengan memprioritaskan kemampuan nasional.
Penetapan dan penggunaan energi menurut
Undang-undang ini diatur sebagai berikut :
1. Energi akan dibuat tersedia melalui :
inventarisasi sumber daya energi; meningkatkan
cadangan energi;
mengembangkan keseimbangan energi; membuat
variasi, melestarikan, dan mengintensifkan sumber
daya energi dan energi; dan menjamin bahwa
sumber daya energi dan energi didistribusikan,
dihantarkan, dan disimpan dengan baik.
Gambar 1.Target Energi Mix Nasional 2025 (Peraturan Pemerintah
No.5/2006 Terhadap Kebijakan Energi Nasional)
2. Prioritas untuk penyediaan energi oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
akan
diberikan
pada
daerah yang
dalam
pengembangan, daerah terpencil, dan daerah
pedesaan dengan memakai sumber daya energi
lokal, khususnya sumber daya energi terbarukan.
3. Daerah yang memproduksi sumber daya energi
akan diprioritaskan untuk memperoleh energi dari
sumber energi lokal.
4. Penentuan energi dan energi terbarukan akan
ditingkatkan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah menurut otoritas mereka masing-masing.
5. Setiap entitas bisnis, pendirian bisnis permanen
dan individual yang menyediakan energi dari
sumber energi yang baru dan sumber energi
terbarukan dapat memperoleh fasilitas dan/atau
insentif dari Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah menurut otoritas mereka masing-masing.
5
Manfaat Gas Yang Dihasilkan Dari Sampah
Pemanfaatan gas yang dihasilkan sampah yang
Penyediaan energi dari sumber energi baru dan diperoleh dari tempat pembuangan akhir (TPA)
sumber energi terbarukan yang dilakukan oleh untuk energi menawarkan beberapa keuntungan
badan usaha, bentuk usaha tetap, dan secara signifikan pada lingkungan, ekonomi dan
perseorangan dapat memperoleh kemudahan energi. Keuntungan ini memberikan nilai tambah
dan/atau insentif dari Pemerintah dan/atau pada pemilik landfill, pembeli dan pengguna
pemerintah
daerah
sesuai
dengan energi serta masyarakat disekeliling TPA.
kewenangannya untuk jangka waktu tertentu.
Jenis Teknologi Energi Terbarukan PLTSa
Pasal 20 ayat (5) menyebutkan:
II. METODOLOGI PENELITIAN
Definisi Sampah
Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang
atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas
manusia maupun proses-proses alam yang tidak
mempunyai nilai ekonomi. Dalam Undang-Undang
nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah dinyatakan definisi sampah sebagai sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses
alam yang berbentuk padat.
Metodologi Kajian Kebijakan dan Regulasi
Metode Analisis Data
Data yang sudah didapat selanjutnya dilakukan
analisis dan pembahasan terhadap data tersebut.
Data kebijakan yang akan dianalisis adalah :
Kebijakan Energi Menurut UU No. 30 Tahun
2007 Tentang Energi Pasal 20 ayat (5)
menyebutkan:
Dampak Negatif Keberadaan Sampah
Pengelolaan sampah yang tidak dilakukan secara
sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan
akan dapat menimbulkan berbagai dampak yang
negatif. Menurut Gelbert dkk (dalam Faizah,
2008) dampak tersebut yang akan ditimbulkan
adalah sebagai berikut:
“Penyediaan energi dari sumber energi baru dan
sumber energi terbarukan yang dilakukan oleh
badan usaha, bentuk usaha
tetap, dan
perseorangan dapat memperoleh kemudahan
dan/atau insentif dari
Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
untuk jangka waktu tertentu hingga tercapai nilai
a. Dampak terhadap kesehatan adalah merupakan keekonorniannya.”
tempat berkembang biaknya organisme yang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat menimbulkan berbagai penyakit, meracuni Diagram Blok
hewan dan tumbuhan yang akan dikonsumsi
oleh manusia.
b. Dampak terhadap lingkungan yaitu, mati atau
punahnya flora dan fauna serta menyebabkan
kerusakan pada unsur-unsur alam seperti terumbu
karang, tanah, perairan hingga lapizan ozon.
c. Dampak terhadap sosial ekonomi, bisa
menyebabkan
bau busuk
(polusi
udara),
pemandangan buruk yang sekaligus berdampak
negatif terhadap pariwisata serta bencana seperti
banjir.
Gambar 2. Blok Diagram Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah
6
Kebijakan Energi Nasional terdiri dari:
STRATEGI Penanganan Sampah :
1. Kebijakan utama meliputi:
1. Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan
pengelolaan sampah.
Ketersediaan energi untuk kebutuhan
2. Pengembangan dan optimalisasi kegiatan
nasional;
pengolahan sampah.
Prioritas pengembangan energi;
3.
Pengembangan dan optimalisasi industri daur
Pemanfaatan sumber daya energi nasional;
ulang dan industri kompos.
Cadangan energi nasional.
4. Pengembangan TPA yang berwawasan
lingkungan.
5. Pengembangan ilmu dan teknologi pengolahan
2. Kebijakan pendukung meliputi:
sampah
Konservasi dan diversifikasi energi;
6. tepat guna yang berwawasan lingkungan
Lingkungan dan keselamatan;
(environmentally sound technology/EST).
Harga, subsidi dan insentif energi;
7. Pengembangan TPA Regional.
Infrastruktur, akses masyarakat dan industri
8. Pengembangan kemitraan dengan sektor bisnis.
energi;
Penelitian dan pengembangan energi; dan
Pemanfaatan Sampah :
Kelembagaan dan pendanaan.
- Optimalisasi pemanfaatan kompos.
Kebijakan energi nasional adalah kebijakan
pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip
berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan
lingkungan guna terciptanya kemandirian dan
ketahanan energi nasional .
Sumber energi terbarukan adalah sumber
energi yang dihasilkan dari sumber daya energi
yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara
lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari,
aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan
suhu lapisan laut.
- Optimalisasi pemanfaatan produk daur ulang.
- Pengembangan pemanfaatan sampah untuk
energi alternative (waste to energy).
- Pengembangan kemitraan dengan sektor bisnis.
- Pengembangan teknologi pemanfaatan sampah
yang berwawasan lingkungan
Gambar 4. Target Bauran Energi Tahun 2025
Gambar 3. Potensi Energi Terbarukan di Indonesia
Pembangunan pembangkit listrik tenaga
sampah (PLTSa) TPA Sukawinatan
di
Palembang
Pengembangan energi baru terbarukan agar
sesegera
mungkin
direalisasikan
dengan
penjadwalan/ skenario yang jelas agar sektor
industri dapat menyesuaikan dalam teknologinya.
Adanya Kebijakan Nasional yang menetapkan
bahwa pada seluruh wilayah berkatagori “Lumbung
Energi” agar segera dibangun pusat-pusat
7
pembangkit listrik dan infrastruktur lainnya,
sehingga
Pengembangan
Wilayah
Pusat
Pertumbuhan Industri melalui pembangunan
kawasan industri dapat segera dilaksanakan.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah
(PLTSa) di Palembang merupakan bantuan
pemerintah pusat dan diharapkan mampu
dimanfaatkan secara optimal. Produksi sampah di
Kota Palembang mencapai 800 ton per harinya, dan
500 ton di antaranya masuk ke TPA Sukawinatan.
sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) ESDM
nomor 10 tahun 2012. Walikota Palembang sendiri
telah mengusulkan untuk segera mengoperasikan
dan memelihara PLTSa. “Prosedurnya walikota
harus menetapkan BUMD selaku pengelola PLTSa
saat ini.
BUMD yang ditunjuk untuk pengelolaan
PLTSa Sukawinatan adalah PT. SP2J. Terkati hal
ini. PT. SP2J harus segera melengkapi administrasi
sesuai dengan Permen ESDM nomor 44 tahun 2015
terkait pembelian fitinventarif PLTSa. PLTSa dapat
menambah daya ke PLN sebesar 500kw dialirkan
dari PLTSa ke gardu induk PLN.
Gambar 5. PLTSa Sukawinatan Palembang
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
melalui Ditjen Energi Baru dan Terbarukan
Konservasi Energi (EBTKE) telah membangun
pembangkit listrik di lokasi TPA Sukawinatan Kota
Palembang. Pembangunan pembangkit listrik
tenaga sampah mampu menghasilkan energi sampai
500 kWH .
Diprediksi sampah Sukawinatan bisa
menghasilkan 12 nmh3/h di setiap sumurnya,
dengan kalkulasi 50 sumur dapat menghasilkan 600
nmh3/h. Pemanfaatan sampah menjadi energi listrik
ini pertama kali di Indonesia. Sudah 50 sumur bor
yang terpasang pipa ke mesin engine, sehingga
diperkirakan mampu menghasilkan gas metan
600nmh3/h.
Trois Dilisusendi, Kasi Analisa dan
Evaluasi Program Bioenergi Dirjen MPTKI
mengungkapkan PLTSa Sukawinatan ini dibangun
pada 2014 dan dikomisioning tahun 2016. Ini
merupakan kewajiban Walikota Palembang untuk
menunjuk BUMD pengolahan PLTSa Sukawinatan
Gambar 6. Skema PLTSa Sukawinatan Palembang
Proses Kerja
Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah
Proses Kerja PLTsa terdapat dua macam yaitu:
Proses
pembakaran (the rmal) dan
proses
teknologi fermentasi metana (gasifikasi).
a. Proses pembakaran
PLTSa dengan proses pembakaran menggunakan
proses konversi thermal dalam mengolah sampah
menjadi energi
b. Teknologi fermentasi metana
Pemanfaatan gas dari sampah untuk pembangkit
listrik dengan teknologi fermentasi metana
dilakukan dengan dengan metode sanitary landfill
yaitu , memanfaatkan gas yang dihasilkan dari
sampah (gas sanitary landfill/LFG).
8
V. KESIMPULAN
Landfill Gas (LFG) adalah produk sampingan
dari proses dekomposisi dari timbunan sampah
yang terdiri dari unsur 50% metan (CH 4 ), 50% Target penuruan emisi sebesar 29% pada tahun
karbon dioksida (CO 2 ) dan
Kebijakan dan Regulasi Pengelolaan Sampah dalam
Penerapan Teknologi Sumber Energi Alternatif Terbarukan
di Kota Palembang
Normaliaty Fithri
Program Studi Teknik Elektro Universitas Bina Darma
Email : [email protected]
Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi MBA
Intisari—Pengembangan energi baru terbarukan agar sesegera mungkin direalisasikan dengan penjadwalan/ skenario yang jelas
agar sektor industri dapat menyesuaikan dalam teknologinya. Adanya Kebijakan Nasional yang menetapkan bahwa pada seluruh
wilayah berkatagori “Lumbung Energi” agar segera dibangun pusat-pusat pembangkit listrik dan infrastruktur lainnya, sehingga
Pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri melalui pembangunan kawasan industri dapat segera dilaksanakan.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di Palembang merupakan bantuan pemerintah pusat dan diharapkan
mampu dimanfaatkan secara optimal. Produksi sampah di Kota Palembang mencapai 800 ton per harinya, dan 500 ton di antaranya
masuk ke TPA Sukawinatan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Ditjen Energi Baru dan Terbarukan
Konservasi Energi (EBTKE) telah membangun pembangkit listrik di lokasi TPA Sukawinatan Kota Palembang. Pembangunan
pembangkit listrik tenaga sampah mampu menghasilkan energi sampai 500 kWH .
Kata kunci— Energi Terbarukan, Sampah, Listrik, PLTSa.
Abstract— The development of renewable energy to be realized as soon as possible by scheduling / scenarios clear that the industrial
sector can adjust in technology. The existence of the National Policy specifies that the entire territory Uncategorised "Lumbung
Energi" to immediately built centers of power plants and other infrastructure, so that the Regional Development Center Industry
Growth through the development of industrial estates can be immediately implemented. The construction of power plants waste
(PPW) in Palembang is a central government aid and is expected to be utilized optimally. Production of waste in the city of
Palembang reach 800 tonnes per day, and 500 tons of which go into landfill Sukawinatan. Ministry of Energy and Mineral Resources
through the Directorate General of New and Renewable Energy Conservation (EBTKE) has built power plants in landfill sites
Sukawinatan Palembang. Garbage power plant capable of producing up to 500 kWh of energy.
Keywords— Renewable Energy, Waste, Electricity, PPW.
pembangunan kawasan industri dapat segera
dilaksanakan. Langkah-langkah Grand Strategi
Pengembangan energi alternatif terbarukan Konservasi Energi dan Pengurangan Emisi CO 2 di
terutama dari hasil pengolahan sampah perkotaan sektor industri (2010-2020).
memerlukan program yang tepat dan pendanaan
Pembangunan pembangkit listrik tenaga
yang jelas. Energi alternatif terbarukan masih sampah (PLTSa) di Palembang merupakan bantuan
bersifat komplementer, ke depan harus lebih pemerintah pusat dan diharapkan mampu
diarahkan dapat menjadi pengganti energi yang dimanfaatkan secara optimal. Produksi sampah di
bersumber dari fosil. Perlu dikembangkan teknologi Kota Palembang mencapai 800 ton per harinya, dan
Bio-Drying yang mudah dan murah untuk 500 ton di antaranya masuk ke TPA Sukawinatan.
diaplikasikan di Kabupaten/Kota.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Pengembangan energi baru terbarukan (EBT) melalui Ditjen Energi Baru dan Terbarukan
agar sesegera mungkin direalisasikan dengan Konservasi Energi (EBTKE) telah membangun
penjadwalan/skenario yang jelas agar sektor pembangkit listrik di lokasi TPA Sukawinatan Kota
industri dapat menyesuaikan dalam teknologinya.
Palembang. Pembangunan pembangkit listrik
Adanya
Kebijakan
Nasional
yang tenaga sampah mampu menghasilkan energi sampai
menetapkan bahwa pada seluruh wilayah 500 kWH .
berkatagori “Lumbung Energi” agar segera
Trois Dilisusendi, Kasi Analisa dan Evaluasi
dibangun pusat-pusat pembangkit listrik dan Program Bioenergi Dirjen MPTKI mengungkapkan
infrastruktur lainnya, sehingga Pengembangan PLTSa Sukawinatan ini dibangun pada 2014 dan
Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri melalui
I. PENDAHULUAN
2
dikomisioning tahun 2016. Ini merupakan
kewajiban Walikota Palembang untuk menunjuk
BUMD pengolahan PLTSa Sukawinatan sesuai
dengan Peraturan Menteri (Permen) ESDM nomor
10 tahun 2012. Prosedurnya walikota harus
menetapkan BUMD selaku pengelola PLTSa saat
ini.
BUMD yang ditunjuk untuk pengelolaan
PLTSa Sukawinatan adalah PT. SP2J. Terkati hal
PT. SP2J harus segera melengkapi administrasi
sesuai dengan Permen ESDM nomor 44 tahun 2015
terkait pembelian fitinventarif PLTSa.
PT. SP2J akan melakukan perjanjian jual beli
listrik (PJBL) dengan pihak PLN. Dari hasil rapat
sudah disepakati bahwa PT. SP2J akan melengkapi
apa saja
yang kurang dari komponen
pembangunannya dan PT. SP2J sudah menyatakan
siap untuk memelihara dan mengelolanya.
Diharapkan PLTSa di Palembang akan
berkembang sesuai dengan Perpres 18 nomor 2016.
Sukawinatan adalah projek pertama pembangunan
PLTSa yang mengunakan teknologi pengolahan
sanitari renvile (methan capture).
Kementerian ESDM melalui Pemerintah Kota
Palembang (25 Mei 2016) dalam pengelolaan
PLTSa sukawinatan bukan berarti PLTSa tersebut
langsung bisa beroperasi dan membagikan energi
listrik yang dihasilkannya kepada masyarakat kota
Palembang. Masih terdapat beberapa item yang
harus ditambah, seperti
Blackstart untuk
menghidupkan cubical meeting dan study
interkoneksi.
telah berinisiatif untuk meningkatkan penggunaan
sumber energi terbarukan.
Tabel 1. menunjukkan status potensial dari energi
fosil di Indonesia.
Penggunaan energi terbarukan untuk elektrifikasi
pedesaan di Indonesia berpotensi, karena ribuan
pulau dari kepulauan membuatnya sulit untuk
membangun sistim distribusi listrik yang saling
terhubung, baik secara fisik maupun secara
finansial. Oleh karena itu, desentralisasi listrik
pedesaan dapat menjadi pilihan terbaik.
Potensi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan di
Indonesia
Potensi sumber energi terbarukan di
Indonesia meliputi 4,8 KWh/m2/hari energi surya,
458 MW energi mini/mikro hidro, 49.81 GW
Biomassa, 3-6 M/detik tenaga angin, dan 3 GW
nuklir (cadangan uranium). Indonesia juga memiliki
sumber energi hidro yang besar dengan total
potensial diperkirakan 75.67 GW (Tabel 2).
Walaupun potensi dari energi terbarukan seperti
biomassa, panas bumi, energi surya, energi air,
energi angin, dan energi lautan relatif tinggi,
namun tidak digunakan secara signifikan, yakni
kurang dari 4% pada tahun 2007.
Dasar Teori
Pentingnya pengembangan energi terbarukan
Konsumsi energi akhir di Indonesia Tabel 2. Potensi Energi Terbarukan di Indonesia
didominasi oleh minyak, diikuti oleh gas, batubara
dan energi hidro, dan sepertinya impor minyak
dan produk petroleum akan meningkat untuk
memenuhi meningkatnya permintaan domestik.
Dengan pertumbuhan konsumsi yang cepat,
diperkirakan bahwa tanpa sumber daya energi yang
baru dan upaya efisiensi energi, Indonesia dapat
menjadi importir minyak murni dalam waktu dekat.
Untuk mengurangi pangsa bahan bakar fosil, Kebijakan energi nasional Indonesia bertujuan
terutama untuk pembangkit listrik, pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dan
gas dan untuk membuat variasi campuran energi
3
dengan meningkatkan pangsa dari sumber energi
yang lain seperti energi terbarukan. Indonesia telah
menargetkan untuk memenuhi pangsa dari energi
terbarukan sampai dengan 17% pada tahun 2025,
seperti yang dinyatakan dalam Cetak Biru
Program Penerapan Energi Nasional 2007-2025
(ESDM, 2007).
Pengembangan Teknologi Energi terbarukan
Teknologi
energi
terbarukan
yang telah
dikembangkan secara signifikan ditunjukkan
dengan meningkatnya jumlah teknologi yang
memasuki pasar komersial. Beberapa teknologi
energi yang menggunakan biomassa, panas bumi,
dan energi hidro telah mencapai tahap komersial,
dimana
mereka
dapat digunakan
untuk
elektrifikasi pedesaan. Komponen mikro hidro
seperti turbin, alat pengatur, dan peralatan listrik
sekarang ini telah dibuat dengan kandungan
lokal yang tinggi. Walaupun tidak semuanya
diproduksi secara lokal, modul photovoltaic telah
dirakit secara lokal. Pemanas air dengan panas
surya dan pengering tenaga surya juga dibuat
secara lokal. Perlengkapan pengering tenaga
surya untuk produk pertanian telah berada dalam
tahap fabrikasi. Penghasil gas biomassa telah
diproduksi secara komersial di Indonesia.
Komponen Sistem Konversi Energi Angin Skala
Kecil
kecuali
generator
sekarang
dapat
diproduksi secara lokal. Tetapi, keandalan dan
efisiensi teknologi tersebut perlu ditingkatkan
(Pratomo,2004).
(5) Sumber daya energi terbarukan pada
umumnya bersifat intermittent (PLN, 2009).
Dari aspek teknis, makin banyak komponen dari
teknologi energi terbarukan yang kini dapat
diproduksi secara lokal di Indonesia, seperti
pembangkit tenaga mikro hidro dan biomassa
skala kecil. Akan tetapi, pemakaian energi surya
(contoh modul PV) dan sistem energi angin masih
membawa kandungan import yang tinggi.
Beberapa kendala dalam pemanfaatan ET adalah:
a. Dari aspek teknologi, hambatan utama adalah
sering ditemukan rendahnya kualitas teknologi ET
sehingga banyak menimbulkan kegagalan. Selain
itu, masih ditemukan ketidaksesuaian antara
teknologi ET dengan kondisi sosial, geografi dan
ekonomi masyarakat.
b. Harga teknologi ET yang belum kompetitif
dibanding energi konvensional juga menghambat
laju perkembangan pemanfaatan ET.
c. Terbatasnya informasi mengenai teknologi ET
yang dimiliki masyarakat perdesaan
juga
menghambat pertumbuhan teknologi ET.
d. Kurangnya tenaga teknis di lapangan sehingga
menyulitkan
perawatan setelah
pemasangan
(layanan purna jual)
Kebijakan dan peraturan terkait dengan
pengembangan energi terbarukan
Dasar dari pengembangan energi terbarukan
seperti yang dinyatakan dalam Blue Print
adalah target
Kendala
Dalam
Pemanfaatan
Energi Pengelolaan Energi Nasional
Pemerintah untuk meningkatkan peranan energi
Terbarukan
Pengembangan
dari
penggunaan energi terbarukan dalam total bauran energi nasional dari
terbarukan
untuk
elektrifikasi
pedesaan kurang dari 4% pada tahun 2006 menjadi 17%
pada
tahun 2025. Dalam mencapai target,
mengalami sejumlah hambatan dikarenakan :
(1) Kebijakan Pemerintah terhadap bahan bakar Pemerintah telah memberlakukan peraturan untuk
meningkatkan penggunaan energi terbarukan di
fosil.
Indonesia dan beberapa peraturan lainnya yang
(2)
Energi
terbarukan
pada
umumnya sedang diformulasikan.
membutuhkan investasi awal yang tinggi.
(3) Tidak ada pinjaman lunak jangka panjang dari Beberapa peraturan dan undang-undang untuk
mendukung pengembangan energi terbarukan yang
Bank / Lembaga keuangan lokal.
telah dikeluarkan meliputi :
(4) Kurangnya data dan infrastruktur penunjang.
4
1. Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2006
mengenai kebijakan energi nasional.
2. Instruksi Presiden No.1/2006 dan No.2/2006
pada penyediaan dan implementasi bahan bakar
bio dan batubara cair.
3. Kebijakan Hijau Energi (Keputusan Menteri
No.2/2004).
4. Undang-undang Nomor 30 tahun 2007
mengenai Energi.
5. Undang-undang Nomor 15 tahun 1985
mengenai Ketenagalistrikan
6.
Peraturan
mengenai
Penyediaan dan
Pemanfaatan
Listrik
(Peraturan Pemerintah
No.26/2006).
Sebagai revisi dari Peraturan
Pemerintah No.10 tahun
1989
untuk
mengamankan listrik nasional.
7. Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 Tahun
2009 tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik
oleh PT PLN (Persero) dari Pembangkit Tenaga
Listrik Yang Menggunakan Energi Terbarukan
Skala Kecil dan Menengah Atau Kelebihan
Tenaga Listrik Peraturan Pemerintah mengenai
penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik
Peraturan Pemerintah No.10/1989 direvisi ke
Peraturan
Pemerintah
No.03/2005 dan
No.26/2006
mengenai
penyediaan dan
pemanfaatan
listrik
diterbitkan untuk
melaksanakan diversikasi sumber energi untuk
pembangkit tenaga listrik, khususnya beralih dari
bahan bakar minyak ke bahan bakar non-minyak,
termasuk pemanfaatan energi terbarukan.
Dalam
hubungannya
dengan pengembangan
energi
terbarukan, peraturan
tersebut
mengharuskan Pemerintah untuk memprioritaskan
pemakaian sumber daya energi terbarukan yang
ada secara lokal untuk penghasil listrik; dan
proses pembelian diterapkan melalui pemilihan
langsung (tanpa tender).
Undang-undang No.30/2007 Tentang Energi
Menurut Undang-undang No.30/2007, energi
akan dikelola di bawah prinsip penggunaan yang
menguntungkan, rasionalitas,
efisiensi
yang
adil,peningkatan nilai tambah, keberlanjutan,
kesejahteraan masyarakat, pengawetan fungsi
lingkungan, ketahanan nasional, dan integritas
dengan memprioritaskan kemampuan nasional.
Penetapan dan penggunaan energi menurut
Undang-undang ini diatur sebagai berikut :
1. Energi akan dibuat tersedia melalui :
inventarisasi sumber daya energi; meningkatkan
cadangan energi;
mengembangkan keseimbangan energi; membuat
variasi, melestarikan, dan mengintensifkan sumber
daya energi dan energi; dan menjamin bahwa
sumber daya energi dan energi didistribusikan,
dihantarkan, dan disimpan dengan baik.
Gambar 1.Target Energi Mix Nasional 2025 (Peraturan Pemerintah
No.5/2006 Terhadap Kebijakan Energi Nasional)
2. Prioritas untuk penyediaan energi oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
akan
diberikan
pada
daerah yang
dalam
pengembangan, daerah terpencil, dan daerah
pedesaan dengan memakai sumber daya energi
lokal, khususnya sumber daya energi terbarukan.
3. Daerah yang memproduksi sumber daya energi
akan diprioritaskan untuk memperoleh energi dari
sumber energi lokal.
4. Penentuan energi dan energi terbarukan akan
ditingkatkan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah menurut otoritas mereka masing-masing.
5. Setiap entitas bisnis, pendirian bisnis permanen
dan individual yang menyediakan energi dari
sumber energi yang baru dan sumber energi
terbarukan dapat memperoleh fasilitas dan/atau
insentif dari Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah menurut otoritas mereka masing-masing.
5
Manfaat Gas Yang Dihasilkan Dari Sampah
Pemanfaatan gas yang dihasilkan sampah yang
Penyediaan energi dari sumber energi baru dan diperoleh dari tempat pembuangan akhir (TPA)
sumber energi terbarukan yang dilakukan oleh untuk energi menawarkan beberapa keuntungan
badan usaha, bentuk usaha tetap, dan secara signifikan pada lingkungan, ekonomi dan
perseorangan dapat memperoleh kemudahan energi. Keuntungan ini memberikan nilai tambah
dan/atau insentif dari Pemerintah dan/atau pada pemilik landfill, pembeli dan pengguna
pemerintah
daerah
sesuai
dengan energi serta masyarakat disekeliling TPA.
kewenangannya untuk jangka waktu tertentu.
Jenis Teknologi Energi Terbarukan PLTSa
Pasal 20 ayat (5) menyebutkan:
II. METODOLOGI PENELITIAN
Definisi Sampah
Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang
atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas
manusia maupun proses-proses alam yang tidak
mempunyai nilai ekonomi. Dalam Undang-Undang
nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah dinyatakan definisi sampah sebagai sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses
alam yang berbentuk padat.
Metodologi Kajian Kebijakan dan Regulasi
Metode Analisis Data
Data yang sudah didapat selanjutnya dilakukan
analisis dan pembahasan terhadap data tersebut.
Data kebijakan yang akan dianalisis adalah :
Kebijakan Energi Menurut UU No. 30 Tahun
2007 Tentang Energi Pasal 20 ayat (5)
menyebutkan:
Dampak Negatif Keberadaan Sampah
Pengelolaan sampah yang tidak dilakukan secara
sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan
akan dapat menimbulkan berbagai dampak yang
negatif. Menurut Gelbert dkk (dalam Faizah,
2008) dampak tersebut yang akan ditimbulkan
adalah sebagai berikut:
“Penyediaan energi dari sumber energi baru dan
sumber energi terbarukan yang dilakukan oleh
badan usaha, bentuk usaha
tetap, dan
perseorangan dapat memperoleh kemudahan
dan/atau insentif dari
Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
untuk jangka waktu tertentu hingga tercapai nilai
a. Dampak terhadap kesehatan adalah merupakan keekonorniannya.”
tempat berkembang biaknya organisme yang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat menimbulkan berbagai penyakit, meracuni Diagram Blok
hewan dan tumbuhan yang akan dikonsumsi
oleh manusia.
b. Dampak terhadap lingkungan yaitu, mati atau
punahnya flora dan fauna serta menyebabkan
kerusakan pada unsur-unsur alam seperti terumbu
karang, tanah, perairan hingga lapizan ozon.
c. Dampak terhadap sosial ekonomi, bisa
menyebabkan
bau busuk
(polusi
udara),
pemandangan buruk yang sekaligus berdampak
negatif terhadap pariwisata serta bencana seperti
banjir.
Gambar 2. Blok Diagram Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah
6
Kebijakan Energi Nasional terdiri dari:
STRATEGI Penanganan Sampah :
1. Kebijakan utama meliputi:
1. Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan
pengelolaan sampah.
Ketersediaan energi untuk kebutuhan
2. Pengembangan dan optimalisasi kegiatan
nasional;
pengolahan sampah.
Prioritas pengembangan energi;
3.
Pengembangan dan optimalisasi industri daur
Pemanfaatan sumber daya energi nasional;
ulang dan industri kompos.
Cadangan energi nasional.
4. Pengembangan TPA yang berwawasan
lingkungan.
5. Pengembangan ilmu dan teknologi pengolahan
2. Kebijakan pendukung meliputi:
sampah
Konservasi dan diversifikasi energi;
6. tepat guna yang berwawasan lingkungan
Lingkungan dan keselamatan;
(environmentally sound technology/EST).
Harga, subsidi dan insentif energi;
7. Pengembangan TPA Regional.
Infrastruktur, akses masyarakat dan industri
8. Pengembangan kemitraan dengan sektor bisnis.
energi;
Penelitian dan pengembangan energi; dan
Pemanfaatan Sampah :
Kelembagaan dan pendanaan.
- Optimalisasi pemanfaatan kompos.
Kebijakan energi nasional adalah kebijakan
pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip
berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan
lingkungan guna terciptanya kemandirian dan
ketahanan energi nasional .
Sumber energi terbarukan adalah sumber
energi yang dihasilkan dari sumber daya energi
yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara
lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari,
aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan
suhu lapisan laut.
- Optimalisasi pemanfaatan produk daur ulang.
- Pengembangan pemanfaatan sampah untuk
energi alternative (waste to energy).
- Pengembangan kemitraan dengan sektor bisnis.
- Pengembangan teknologi pemanfaatan sampah
yang berwawasan lingkungan
Gambar 4. Target Bauran Energi Tahun 2025
Gambar 3. Potensi Energi Terbarukan di Indonesia
Pembangunan pembangkit listrik tenaga
sampah (PLTSa) TPA Sukawinatan
di
Palembang
Pengembangan energi baru terbarukan agar
sesegera
mungkin
direalisasikan
dengan
penjadwalan/ skenario yang jelas agar sektor
industri dapat menyesuaikan dalam teknologinya.
Adanya Kebijakan Nasional yang menetapkan
bahwa pada seluruh wilayah berkatagori “Lumbung
Energi” agar segera dibangun pusat-pusat
7
pembangkit listrik dan infrastruktur lainnya,
sehingga
Pengembangan
Wilayah
Pusat
Pertumbuhan Industri melalui pembangunan
kawasan industri dapat segera dilaksanakan.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah
(PLTSa) di Palembang merupakan bantuan
pemerintah pusat dan diharapkan mampu
dimanfaatkan secara optimal. Produksi sampah di
Kota Palembang mencapai 800 ton per harinya, dan
500 ton di antaranya masuk ke TPA Sukawinatan.
sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) ESDM
nomor 10 tahun 2012. Walikota Palembang sendiri
telah mengusulkan untuk segera mengoperasikan
dan memelihara PLTSa. “Prosedurnya walikota
harus menetapkan BUMD selaku pengelola PLTSa
saat ini.
BUMD yang ditunjuk untuk pengelolaan
PLTSa Sukawinatan adalah PT. SP2J. Terkati hal
ini. PT. SP2J harus segera melengkapi administrasi
sesuai dengan Permen ESDM nomor 44 tahun 2015
terkait pembelian fitinventarif PLTSa. PLTSa dapat
menambah daya ke PLN sebesar 500kw dialirkan
dari PLTSa ke gardu induk PLN.
Gambar 5. PLTSa Sukawinatan Palembang
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
melalui Ditjen Energi Baru dan Terbarukan
Konservasi Energi (EBTKE) telah membangun
pembangkit listrik di lokasi TPA Sukawinatan Kota
Palembang. Pembangunan pembangkit listrik
tenaga sampah mampu menghasilkan energi sampai
500 kWH .
Diprediksi sampah Sukawinatan bisa
menghasilkan 12 nmh3/h di setiap sumurnya,
dengan kalkulasi 50 sumur dapat menghasilkan 600
nmh3/h. Pemanfaatan sampah menjadi energi listrik
ini pertama kali di Indonesia. Sudah 50 sumur bor
yang terpasang pipa ke mesin engine, sehingga
diperkirakan mampu menghasilkan gas metan
600nmh3/h.
Trois Dilisusendi, Kasi Analisa dan
Evaluasi Program Bioenergi Dirjen MPTKI
mengungkapkan PLTSa Sukawinatan ini dibangun
pada 2014 dan dikomisioning tahun 2016. Ini
merupakan kewajiban Walikota Palembang untuk
menunjuk BUMD pengolahan PLTSa Sukawinatan
Gambar 6. Skema PLTSa Sukawinatan Palembang
Proses Kerja
Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah
Proses Kerja PLTsa terdapat dua macam yaitu:
Proses
pembakaran (the rmal) dan
proses
teknologi fermentasi metana (gasifikasi).
a. Proses pembakaran
PLTSa dengan proses pembakaran menggunakan
proses konversi thermal dalam mengolah sampah
menjadi energi
b. Teknologi fermentasi metana
Pemanfaatan gas dari sampah untuk pembangkit
listrik dengan teknologi fermentasi metana
dilakukan dengan dengan metode sanitary landfill
yaitu , memanfaatkan gas yang dihasilkan dari
sampah (gas sanitary landfill/LFG).
8
V. KESIMPULAN
Landfill Gas (LFG) adalah produk sampingan
dari proses dekomposisi dari timbunan sampah
yang terdiri dari unsur 50% metan (CH 4 ), 50% Target penuruan emisi sebesar 29% pada tahun
karbon dioksida (CO 2 ) dan