siklus Ekonomi Inflasi dan pengangguran
INFLASI dan DEFLASI
A. Pengertian Inflasi
Banyak pengertian inflasi yang dapat kita jumpai pada beberapa
sumber. Diantaranya:
v Inflasi adalah kenaikan harga secara umum
Inflasi dikatakan sebagai suatu proses kenaikan harga, yaitu adanya
kecenderungan bahwa harga barang meningkat secara terus-menerus.
v Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara
kontinu.
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya
tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukan inflasi
v Inflasi adalah suatu proses atau peristiwa kenaikan tingkat harga
barang-barang secara umum.
Dikatakan tingkat harga secara umum karena barang dan jasa itu
banyak sekali jumlah dan jenisnya. Ada kemungkinan harga sejumlah
barang turun banyak barang lainnya yang justru naik harganya.
Kenaikan satu dua barang saja bukan merupakan inflasi, kecuali bila
kenaikan harga barang tersebut meluas pada sebagian besar harga
barang-barang lainya.
Definisi Inflasi menurut para ahli :
Ekonom Parkin dan Bade
Inflasi adalah pergerakan ke arah atas dari tingkatan harga. Secara
mendasar ini berhubungan dengan harga, hal ini bisa juga disebut dengan
berapa banyaknya uang (rupiah) untuk memperoleh barang tersebut.
Menurut Nopirin (1987:25)
Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus
selama peride tertentu.
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603)
Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat
inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi
inflasi, Prathama dan Mandala (2001:203)
1) Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada
harga periode sebelumnya.
2) Bersifat umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan
tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik.
3) Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi,
jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang
waktu minimal bulanan.
B. Macam-Macam Inflasi
1. Berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya
Ada beberapa inflasi berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya yaitu:
a) Inflasi ringan
Inflasi ringan atau inflasi merangkak (creeping inflation)adalah inflasi yang
lajunya kurang dari 10% per tahun,inflasi seperti ini wajar terjadi pada
negara berkembang yang selalu berada dalam proses pembangunan.
b) Inflasi sedang
Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10% sampai 30% per
tahun.Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan
ekonomi.Perlu diingat laju inflasi ini secara nyata dapat dilihat garak
kenaikan harga.Pendapatan riil masyarakat terutama masyarakat yang
berpenghasilan tetap seperti buruh ,mulai turun dan kenaikan upah selalu
lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga.
c) Inflasi berat
Inflasi berat adalah inflasi yang lajunya antara 30% sampai 100%.Kenaikan
harga sudah sulit dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi oleh pelaku-palaku
ekonomi yang memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi.
d) Inflasi liar (hyperinflation)
Inflasi liar adalah inflasi yang lajunya sudah melebihi dari 100% per tahun.
Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat
sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang
terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hyperinflastion).
2. Inflasi Berdasarkan Penyebabnya
a) Inflasi karena tarikan permintaan atau inflasi permintaan (demand full
inflation)
Inflasi ini merupakan inflasi yang disebabkan oleh besarnya permintaan
masyarakat akan barang-barang. Permintaan total yang berlebihan biasanya
dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan
yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap
barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap
faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor
produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi,
inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana
biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang
berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak
faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur
peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan
aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
b) Inflasi karena kenaikan biaya-biaya produksi
Inflasi ini terjadi karena adanya perubahan tingkat penawaran. Kelangkaan
produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau
permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara
signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya
produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu
kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran,
atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap
produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya
produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah
teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca,
atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi
(penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait
tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi,
dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat
penting.
Jenis inflasi ini dibedakan menjadi dua :
Inflasi yang disebabkan karena kenaikan harga (price push inflation) karena
kenaikan harga bahan-bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya OPEC
menaikan harga minyak;
Inflasi yang disebabkan karena kenaikan upah (wages cosh inflation)
misalnya karena kenaikan gaji pegawai negeri yang diikuti usaha-usaha
C. Penyebab Inflasi
Inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar.Ada beberapa
teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya inflasi.
1). Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi
dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli
ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model
kaum moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan
jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai
kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah sebagai
berikut :
Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik
uang kartal maupun giral.
Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan
oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa
mendatang.
Teori ini hampir sama dengan teori kuantitas keduanya berpendapat bahwa
tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang yang beredar. Hal ini
terlihat karena hubungan antara jumlah uang dan nilai uang,bila jumlah uang
bertambah maka harga-harga akan naik.Ini berarti nilai uang menurun
karena daya belinya menjadi rendah.
Menurut teori kuantitas harga-harga adalah proporsi langsung dari jumlah
uang yang beredar atau sering di tulis sebagai berikut.
P=k.M
Keterangan :
P : tingkat harga
k : proporsi tertentu
M : jumlah uang
Tokoh yang sependapat dengan teori kuantitas adalah Irving Fisher yaitu
yang dikenal Teori Jumlah Peredaran Uang (Quantity Theory of Money).Beliau
mengemukakan rumus untuk membuktikan bahwa jumlah uang yang
dibayarkan oleh pembeli akan sama dengan jumlah uang diterima oleh
penjual yaitu :
MV = PT
Keterangan :
M : Jumlah uang yang beredar
V : Kecepatan perputaran uang
P : Tingkat harga
T : Banyaknya transaksi
2). Teori Keynes
Teori Keynes memiliki pandangan bahwa yang paling menentukan kestabilan
kehidupan ekonomi nasional adalah permintaan masyarakat (effective
demand), hal ini terkait dengan produksi dan kapasitas produksi yang
tersedia.Rendahnya kapasitas barang yang diproduksi berakibat harga
barang menjadi naik,akibatnya timbul lagi inflasi.
Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena
masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga
menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang
(permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia
(penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan
jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam
jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk
mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti
pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai
untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. Dengan keadaan
daya beli antara golongan yang ada di masyarakat tidak sama (heretogen),
maka selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang yang tersedia dari
golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah kepada
golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih besar. Kejadian ini
akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju inflasi akan berhenti hanya
apabila salah satu golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana
3). Teori Strukturalis
Teori ini menitik beratkan pada Negara-negara yang sedang berkembang.
Menurut teori ini yang mempengaruhi perekonomian ada dua hal penting
yang dapat menimbulkan inflasi yaitu :
a) Ketidakelastisan Penerimaan Ekspor.
Nilai ekspor tumbuh secara lamban di banding pertumbuhan sector-sektor
lain. Adapun penyebabnya yaitu :
Dipasar dunia,harga barang-barang ekspor dari negara tersebut semakin
memburuk.
Produksi barang-barang ekspor tidak responsif terhadap kenaikan harga.
b) Ketidakelastisan penawaran atau produksi Bahan Makanan di dalam
Negeri.
Produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan
penduduk dan pendapatan per kapita.Hal ini menyebabkan harga bahan
makanan di dalam negeri cenderung untuk naiksehingga melebihi kenaikan
harga barang-barang lain.Dampak yang ditimbulkan yaitu timbulnya tuntutan
karyawan untuk mendapatkan kenaikan upah dan gaji.Naiknya upah dan gaji
menyebabkan kenaikan ongkos produksi yang memacu kenaikan harga
barang pula.
Inflasi dapat disebabkan oleh kombinasi dari empat faktor:
Persediaan Uang yang bertambah The supply of money goes up.
Supply dari barang yang berkurang
Permintaan terhadap uang tersebut menurun
D. Pengaruh Inflasi
Inflasi dapat menyebabkan prekonomian tidak berkembang secara normal.
Dalam kaitanya dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi dapat membawa
pengaruh sebagai berikut :
a) Inflasi mendorong penanaman modal spekulatif
Pada saat inflasi, para pemilik modal cenderung melakukan investasi
spekulatif,misalnya dengan cara membeli tanah,rumah,atau menyimpan
barang-barang berharga yang lebih menguntungkan bila dibandingkan
melakukan investasi produktif yang belum tentu akan memberikan kontribusi
positif untuk selanjutnya.
b) Inflasi menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan.
Inflasi akan semakin berkembang bila tidak di kendalikan. Gagal
mengendalikan inflasi akan menimbulkan ketidakpastian ekonomi serta sulit
di ramalkan sehingga akan dapat mengurangi kegairahan pengusaha untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi.
c) Inflasi menimbulkan masalah neraca pembayaran
Inflasi menyebabkan harga barang-barang impor lebih murah bila
dibandingkan dengan harga barang produksi dalam negeri.Maka impor
berkembang lebih cepat,tetapi ekspor akan bertambah lambat.Dengan
demikian arus modal ke luar negeri akan lebih banyak dari pada yang masuk
ke dalam negeri.Keadaan seperti ini akan mengakibatkan terjadinya defisit
neraca pembayaran dan kemerosotan nilai mata uang dalam negeri.
E. Akibat Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang
positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu
meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi),
keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu.
Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum
buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga
hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Secara singkat dapat di pilah akibat buruk dari inflasi tersebut.
1. Kesenjangan Distribusi Pendapatan
Dalam keaadaan inflasi nilai harta tetap seperti tanah, rumah, bangunan,
pertokoan dan sebagainya akan mengalami kenaikan harga. Kenaikan harga
tersebut seringkali lebih cepat dari kenaikan inflasi itu sendiri. Sebaliknya
pendapatan riil penduduk berpengahasilan rendah merosot. Dengan
demikian maka inflasi memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan
antara anggota-anggota masyarakat.
2. Pendapatan Riil Merosot
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan.
Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun
1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun
di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin
hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.Dari hal tersebut biasanya dalam masa
inflasi kenaikan harga cenderung selalu mendahului kenaikan
pendapatan.Dengan demikian inflasi cenderung menimbulkan kemerosotan
pendapatan riil sebagian besar tenaga kerja.Ini berarti kemakmuran
masyarakat merosot.
3. Nilai Riil Tabungan Merosot
Bagi masyarakat yang menyimpan sebagian kekayaannya dalam benatuk
deposito dan tabungan di Bank, dalam masa inflasi nilai riil tabungan
tersebut akan merosot, tidak hanya itu masyarakat yang memegang uang
tunai pun akan dirugikan karena penurunan nilai riilnya. Memang, tabungan
menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang
tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi
akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
4. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur),
inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur
, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya,
kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian
karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat
peminjaman.
5. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang
diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi.
Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan
produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi
menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen
bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak
sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan
bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu
negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal
yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan,
ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat
kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
F. Cara Mengatasi Inflasi
Inflasi merupakan penyabab keresahan masyarakat dan mengakibatkan
kekhawatiran pemerintah. Oleh sebab itu pemerintah berusaha menekan
inflasi serendah-rendahnya karena inflasi tidak dapat dihapuskan sama
sekali.
Inflasi ada yang disahkan (validated),yaitu inflasi yang dibiarkan secara terus
menerus karena pemerintah mengizinkan penambahan suplai uang misalnya
karena defisit anggaran dengan mencetak uang baru.Jika inflasi yang yang
terjadi
tidak disertai
dengan kenaikan
suplai uang menimbulkan
,maka inflasi itu
disebut
Inflasi dapat
menguntungkan
orang lain,sehingga
ketegangan
inflasi
yang sebab
tidak disahkan.
social.Oleh
itu,tiap-tiap Negara berusaha menghindari inflasi dengan
melakukan kebijakan-kebijakan.Untuk mengatasi inflasi Bank sentral
memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral
suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada
tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan
yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi
oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan
karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang
independen — salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang
bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian
— akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat
suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank
sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang
domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat
Secara umum terdapat dua kebijakan yang dilakukan untuk menekan laju
inflasi diantaranya kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan atau kebijakan yang diambil oleh
penguasa moneter biasanya bank sentraluntuk mempengaruhi jumlah uang
yang beredar sehingga akan terjadi perubahan jumlah uang yang beredar
yang pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Ada
beberapa macam kebijakan moneter yaitu :
a) Politik Diskonto
Politik diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk
mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikan dan menurunkan
tingkat bunga.Dengan menaikan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang
beredar di masyarakat akan berkurang, karena orang akan lebih banyak
menyimpan uangnya di Bank dari pada menjalankan
investasi.Sebaliknya,Bank sentral akan menurunkan suku bunga jika timbul
deflasi (yang akan dibahas lebih dalam pada halaman berikutnya).Dengan
diturunkannya suku bunga diharapkan masyarakat akan menarik uangnya
dari bank karena bunga tidak memadai.
b) Kebijakan Pasar Terbuka
Untuk memperkuat politik diskonto,kebijakan lain juga di jalankan yaitu
dengan politik pasar terbuka (open market policy) yaitu dengan jalam
membeli atau menjual surat-surat berharga.Dengan membeli surat-surat
berharga di harapkan uang yang beredar di masyarakat
bertambah,selanjutnya bila apabila dengan menjual surat-surat berharga
diharapkan uang beredar di masyarakat dapat tersedot dari masyarakat.
c) Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy)
Bank sentral pada umumnya menentukan cash ratio yaitu angka
perbandingan minimum antara uang tunai yang dimiliki oleh bank umum
dengan jumlah uang giral (cek.giro dan sebagainya) yang dikeluarkan oleh
bank yang bersangkutan.
d) Perubahan Cadangan Minimum
Perubahan cadangan minimum yang dimiliki oleh bank-bank umum dapat
mempengaruhi jumlah uang yang beredar.Apabila ketentuan cadangan
minimum diturunkan ,jumlah uang yang beredar cenderung naik dan
sebaliknya jika cadangan minimum dinaikan jumlah uang yang beredar
cenderung turun.
2. Kebijakan Fiskal
a) Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
Pengaturan pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam hal ini diharapkan
penggunaan anggaran negara agar sesuai dengan perencaan.Kalau
pembelajaan Negara melampui batas yang telah ditentukan akan mendorong
b) Menaikan Tarif Pajak
Saat terjadi inflasi uang beredar lebih banyak.Jumlah uang beredar tersebut
dapat dikurangi dengan jalan menaikan tariff pajak.Jika tariff pajak dinaikkan
uang yang dibelanjakan oleh masyarakat berkurang.Namun harus
diperhatikan agar tidak terjadi ketimpangan atau ketidakadilan perlu
diperhatikan golongan masyarakat mana yang dinaikkan pajaknya.
c) Mengadakan Pimjaman Pemerintah
Pemerintah dapat mngadakan pinjaman pemerintah bauik dengan jalan
paksaan ataupun tidak,untuk mengurangi uang yang beredar di
masyarakat.Cara yang paling ampuh dilakukan untuk menyukseskan
kebijakan ini yaitu dengan jalan membekukan simpanan yang dimiliki oleh
masyarakat yang ada di bank.Dapat juga ditempuh dengan jalan memotong
gaji pegawai negeri untuk di tabung.
3. Kebijakan Non-Moneter
a) Menaikan Hasil Produksi
Kenaikan hasil produksi dapat memperkecil laju inflasi.Kenaikan hasil
produksi dapat dilakukan dengan cara kebijakan penurunan bea masuk.Hal
ini akan berakibat impor barang meningkat.Pertambahan jumlah barang di
dalam negericenderung menurunkan harga.
b) Kebijakan Upah
Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji
tidak sering dinaikan.Kenaikan gaji dan upah akan menimbulkan kenaikan
daya beli.Hal ini pada akhirnya menaikan permintaan terhadap barangbarang secara keseluruhan.Apabila hal ini terjadi,maka akan menimbulkan
c) Pengaman harga dan distribusi barang
Pemerintah harus dapat mengendalikan kenaikan harga berbagai macam
barang. Oleh karena itu,pemerintah menetapkan harga maksimum (harga
eceran tertinggi), melakukan pengamanan harga, menetapka sanksi yang
cukup berat.Apabila penetapan harga tidak disertai dengan pengamanan
yang baik,maka tidak akan memberikan hasil yang diharapkan. Namun,
kadang-kadang pengamanan harga oleh pemerintah sering menimbulkan
pasar yang tidak diinginkan.(pasar gelap).
sekarang.Perhitungan cara ini
melibatkan semua barang yang di
produksi.
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP
Riil) x 100%
2. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau
consumer price index (CPI)
Indeks Harga Konsumen berfungsi
mengukur biaya pembelian kelompok
barang dan jasa yang di anggap
mewakili belanja konsumen.
Biasanya, kelompok barang yang
digunakan masyarakat dapat
berubah. Hal ini disesuaikan dengan
pola konsumsi yang ada.
Inflasi yang diukur dengan IHK di
Indonesia dikelompokan ke dalam 7
kelompok pengeluaran (berdasarkan
the Classification of individual
consumption by purpose – COICOP),
yaitu :
1) Kelompok Bahan Makanan
2) Kelompok Makanan Jadi,
Minuman, dan Tembakau
3) Kelompok Perumahan
A. Pengertian Inflasi
Banyak pengertian inflasi yang dapat kita jumpai pada beberapa
sumber. Diantaranya:
v Inflasi adalah kenaikan harga secara umum
Inflasi dikatakan sebagai suatu proses kenaikan harga, yaitu adanya
kecenderungan bahwa harga barang meningkat secara terus-menerus.
v Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara
kontinu.
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya
tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukan inflasi
v Inflasi adalah suatu proses atau peristiwa kenaikan tingkat harga
barang-barang secara umum.
Dikatakan tingkat harga secara umum karena barang dan jasa itu
banyak sekali jumlah dan jenisnya. Ada kemungkinan harga sejumlah
barang turun banyak barang lainnya yang justru naik harganya.
Kenaikan satu dua barang saja bukan merupakan inflasi, kecuali bila
kenaikan harga barang tersebut meluas pada sebagian besar harga
barang-barang lainya.
Definisi Inflasi menurut para ahli :
Ekonom Parkin dan Bade
Inflasi adalah pergerakan ke arah atas dari tingkatan harga. Secara
mendasar ini berhubungan dengan harga, hal ini bisa juga disebut dengan
berapa banyaknya uang (rupiah) untuk memperoleh barang tersebut.
Menurut Nopirin (1987:25)
Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus
selama peride tertentu.
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603)
Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat
inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi
inflasi, Prathama dan Mandala (2001:203)
1) Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada
harga periode sebelumnya.
2) Bersifat umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan
tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik.
3) Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi,
jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang
waktu minimal bulanan.
B. Macam-Macam Inflasi
1. Berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya
Ada beberapa inflasi berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya yaitu:
a) Inflasi ringan
Inflasi ringan atau inflasi merangkak (creeping inflation)adalah inflasi yang
lajunya kurang dari 10% per tahun,inflasi seperti ini wajar terjadi pada
negara berkembang yang selalu berada dalam proses pembangunan.
b) Inflasi sedang
Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10% sampai 30% per
tahun.Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan
ekonomi.Perlu diingat laju inflasi ini secara nyata dapat dilihat garak
kenaikan harga.Pendapatan riil masyarakat terutama masyarakat yang
berpenghasilan tetap seperti buruh ,mulai turun dan kenaikan upah selalu
lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga.
c) Inflasi berat
Inflasi berat adalah inflasi yang lajunya antara 30% sampai 100%.Kenaikan
harga sudah sulit dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi oleh pelaku-palaku
ekonomi yang memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi.
d) Inflasi liar (hyperinflation)
Inflasi liar adalah inflasi yang lajunya sudah melebihi dari 100% per tahun.
Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat
sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang
terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hyperinflastion).
2. Inflasi Berdasarkan Penyebabnya
a) Inflasi karena tarikan permintaan atau inflasi permintaan (demand full
inflation)
Inflasi ini merupakan inflasi yang disebabkan oleh besarnya permintaan
masyarakat akan barang-barang. Permintaan total yang berlebihan biasanya
dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan
yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap
barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap
faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor
produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi,
inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana
biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang
berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak
faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur
peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan
aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
b) Inflasi karena kenaikan biaya-biaya produksi
Inflasi ini terjadi karena adanya perubahan tingkat penawaran. Kelangkaan
produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau
permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara
signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya
produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu
kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran,
atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap
produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya
produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah
teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca,
atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi
(penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait
tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi,
dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat
penting.
Jenis inflasi ini dibedakan menjadi dua :
Inflasi yang disebabkan karena kenaikan harga (price push inflation) karena
kenaikan harga bahan-bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya OPEC
menaikan harga minyak;
Inflasi yang disebabkan karena kenaikan upah (wages cosh inflation)
misalnya karena kenaikan gaji pegawai negeri yang diikuti usaha-usaha
C. Penyebab Inflasi
Inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar.Ada beberapa
teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya inflasi.
1). Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi
dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli
ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model
kaum moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan
jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai
kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah sebagai
berikut :
Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik
uang kartal maupun giral.
Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan
oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa
mendatang.
Teori ini hampir sama dengan teori kuantitas keduanya berpendapat bahwa
tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang yang beredar. Hal ini
terlihat karena hubungan antara jumlah uang dan nilai uang,bila jumlah uang
bertambah maka harga-harga akan naik.Ini berarti nilai uang menurun
karena daya belinya menjadi rendah.
Menurut teori kuantitas harga-harga adalah proporsi langsung dari jumlah
uang yang beredar atau sering di tulis sebagai berikut.
P=k.M
Keterangan :
P : tingkat harga
k : proporsi tertentu
M : jumlah uang
Tokoh yang sependapat dengan teori kuantitas adalah Irving Fisher yaitu
yang dikenal Teori Jumlah Peredaran Uang (Quantity Theory of Money).Beliau
mengemukakan rumus untuk membuktikan bahwa jumlah uang yang
dibayarkan oleh pembeli akan sama dengan jumlah uang diterima oleh
penjual yaitu :
MV = PT
Keterangan :
M : Jumlah uang yang beredar
V : Kecepatan perputaran uang
P : Tingkat harga
T : Banyaknya transaksi
2). Teori Keynes
Teori Keynes memiliki pandangan bahwa yang paling menentukan kestabilan
kehidupan ekonomi nasional adalah permintaan masyarakat (effective
demand), hal ini terkait dengan produksi dan kapasitas produksi yang
tersedia.Rendahnya kapasitas barang yang diproduksi berakibat harga
barang menjadi naik,akibatnya timbul lagi inflasi.
Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena
masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga
menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang
(permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia
(penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan
jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam
jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk
mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti
pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai
untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. Dengan keadaan
daya beli antara golongan yang ada di masyarakat tidak sama (heretogen),
maka selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang yang tersedia dari
golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah kepada
golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih besar. Kejadian ini
akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju inflasi akan berhenti hanya
apabila salah satu golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana
3). Teori Strukturalis
Teori ini menitik beratkan pada Negara-negara yang sedang berkembang.
Menurut teori ini yang mempengaruhi perekonomian ada dua hal penting
yang dapat menimbulkan inflasi yaitu :
a) Ketidakelastisan Penerimaan Ekspor.
Nilai ekspor tumbuh secara lamban di banding pertumbuhan sector-sektor
lain. Adapun penyebabnya yaitu :
Dipasar dunia,harga barang-barang ekspor dari negara tersebut semakin
memburuk.
Produksi barang-barang ekspor tidak responsif terhadap kenaikan harga.
b) Ketidakelastisan penawaran atau produksi Bahan Makanan di dalam
Negeri.
Produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan
penduduk dan pendapatan per kapita.Hal ini menyebabkan harga bahan
makanan di dalam negeri cenderung untuk naiksehingga melebihi kenaikan
harga barang-barang lain.Dampak yang ditimbulkan yaitu timbulnya tuntutan
karyawan untuk mendapatkan kenaikan upah dan gaji.Naiknya upah dan gaji
menyebabkan kenaikan ongkos produksi yang memacu kenaikan harga
barang pula.
Inflasi dapat disebabkan oleh kombinasi dari empat faktor:
Persediaan Uang yang bertambah The supply of money goes up.
Supply dari barang yang berkurang
Permintaan terhadap uang tersebut menurun
D. Pengaruh Inflasi
Inflasi dapat menyebabkan prekonomian tidak berkembang secara normal.
Dalam kaitanya dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi dapat membawa
pengaruh sebagai berikut :
a) Inflasi mendorong penanaman modal spekulatif
Pada saat inflasi, para pemilik modal cenderung melakukan investasi
spekulatif,misalnya dengan cara membeli tanah,rumah,atau menyimpan
barang-barang berharga yang lebih menguntungkan bila dibandingkan
melakukan investasi produktif yang belum tentu akan memberikan kontribusi
positif untuk selanjutnya.
b) Inflasi menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan.
Inflasi akan semakin berkembang bila tidak di kendalikan. Gagal
mengendalikan inflasi akan menimbulkan ketidakpastian ekonomi serta sulit
di ramalkan sehingga akan dapat mengurangi kegairahan pengusaha untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi.
c) Inflasi menimbulkan masalah neraca pembayaran
Inflasi menyebabkan harga barang-barang impor lebih murah bila
dibandingkan dengan harga barang produksi dalam negeri.Maka impor
berkembang lebih cepat,tetapi ekspor akan bertambah lambat.Dengan
demikian arus modal ke luar negeri akan lebih banyak dari pada yang masuk
ke dalam negeri.Keadaan seperti ini akan mengakibatkan terjadinya defisit
neraca pembayaran dan kemerosotan nilai mata uang dalam negeri.
E. Akibat Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang
positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu
meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi),
keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu.
Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum
buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga
hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Secara singkat dapat di pilah akibat buruk dari inflasi tersebut.
1. Kesenjangan Distribusi Pendapatan
Dalam keaadaan inflasi nilai harta tetap seperti tanah, rumah, bangunan,
pertokoan dan sebagainya akan mengalami kenaikan harga. Kenaikan harga
tersebut seringkali lebih cepat dari kenaikan inflasi itu sendiri. Sebaliknya
pendapatan riil penduduk berpengahasilan rendah merosot. Dengan
demikian maka inflasi memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan
antara anggota-anggota masyarakat.
2. Pendapatan Riil Merosot
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan.
Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun
1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun
di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin
hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.Dari hal tersebut biasanya dalam masa
inflasi kenaikan harga cenderung selalu mendahului kenaikan
pendapatan.Dengan demikian inflasi cenderung menimbulkan kemerosotan
pendapatan riil sebagian besar tenaga kerja.Ini berarti kemakmuran
masyarakat merosot.
3. Nilai Riil Tabungan Merosot
Bagi masyarakat yang menyimpan sebagian kekayaannya dalam benatuk
deposito dan tabungan di Bank, dalam masa inflasi nilai riil tabungan
tersebut akan merosot, tidak hanya itu masyarakat yang memegang uang
tunai pun akan dirugikan karena penurunan nilai riilnya. Memang, tabungan
menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang
tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi
akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
4. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur),
inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur
, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya,
kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian
karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat
peminjaman.
5. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang
diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi.
Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan
produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi
menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen
bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak
sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan
bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu
negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal
yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan,
ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat
kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
F. Cara Mengatasi Inflasi
Inflasi merupakan penyabab keresahan masyarakat dan mengakibatkan
kekhawatiran pemerintah. Oleh sebab itu pemerintah berusaha menekan
inflasi serendah-rendahnya karena inflasi tidak dapat dihapuskan sama
sekali.
Inflasi ada yang disahkan (validated),yaitu inflasi yang dibiarkan secara terus
menerus karena pemerintah mengizinkan penambahan suplai uang misalnya
karena defisit anggaran dengan mencetak uang baru.Jika inflasi yang yang
terjadi
tidak disertai
dengan kenaikan
suplai uang menimbulkan
,maka inflasi itu
disebut
Inflasi dapat
menguntungkan
orang lain,sehingga
ketegangan
inflasi
yang sebab
tidak disahkan.
social.Oleh
itu,tiap-tiap Negara berusaha menghindari inflasi dengan
melakukan kebijakan-kebijakan.Untuk mengatasi inflasi Bank sentral
memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral
suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada
tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan
yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi
oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan
karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang
independen — salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang
bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian
— akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat
suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank
sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang
domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat
Secara umum terdapat dua kebijakan yang dilakukan untuk menekan laju
inflasi diantaranya kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan atau kebijakan yang diambil oleh
penguasa moneter biasanya bank sentraluntuk mempengaruhi jumlah uang
yang beredar sehingga akan terjadi perubahan jumlah uang yang beredar
yang pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Ada
beberapa macam kebijakan moneter yaitu :
a) Politik Diskonto
Politik diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk
mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikan dan menurunkan
tingkat bunga.Dengan menaikan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang
beredar di masyarakat akan berkurang, karena orang akan lebih banyak
menyimpan uangnya di Bank dari pada menjalankan
investasi.Sebaliknya,Bank sentral akan menurunkan suku bunga jika timbul
deflasi (yang akan dibahas lebih dalam pada halaman berikutnya).Dengan
diturunkannya suku bunga diharapkan masyarakat akan menarik uangnya
dari bank karena bunga tidak memadai.
b) Kebijakan Pasar Terbuka
Untuk memperkuat politik diskonto,kebijakan lain juga di jalankan yaitu
dengan politik pasar terbuka (open market policy) yaitu dengan jalam
membeli atau menjual surat-surat berharga.Dengan membeli surat-surat
berharga di harapkan uang yang beredar di masyarakat
bertambah,selanjutnya bila apabila dengan menjual surat-surat berharga
diharapkan uang beredar di masyarakat dapat tersedot dari masyarakat.
c) Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy)
Bank sentral pada umumnya menentukan cash ratio yaitu angka
perbandingan minimum antara uang tunai yang dimiliki oleh bank umum
dengan jumlah uang giral (cek.giro dan sebagainya) yang dikeluarkan oleh
bank yang bersangkutan.
d) Perubahan Cadangan Minimum
Perubahan cadangan minimum yang dimiliki oleh bank-bank umum dapat
mempengaruhi jumlah uang yang beredar.Apabila ketentuan cadangan
minimum diturunkan ,jumlah uang yang beredar cenderung naik dan
sebaliknya jika cadangan minimum dinaikan jumlah uang yang beredar
cenderung turun.
2. Kebijakan Fiskal
a) Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
Pengaturan pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam hal ini diharapkan
penggunaan anggaran negara agar sesuai dengan perencaan.Kalau
pembelajaan Negara melampui batas yang telah ditentukan akan mendorong
b) Menaikan Tarif Pajak
Saat terjadi inflasi uang beredar lebih banyak.Jumlah uang beredar tersebut
dapat dikurangi dengan jalan menaikan tariff pajak.Jika tariff pajak dinaikkan
uang yang dibelanjakan oleh masyarakat berkurang.Namun harus
diperhatikan agar tidak terjadi ketimpangan atau ketidakadilan perlu
diperhatikan golongan masyarakat mana yang dinaikkan pajaknya.
c) Mengadakan Pimjaman Pemerintah
Pemerintah dapat mngadakan pinjaman pemerintah bauik dengan jalan
paksaan ataupun tidak,untuk mengurangi uang yang beredar di
masyarakat.Cara yang paling ampuh dilakukan untuk menyukseskan
kebijakan ini yaitu dengan jalan membekukan simpanan yang dimiliki oleh
masyarakat yang ada di bank.Dapat juga ditempuh dengan jalan memotong
gaji pegawai negeri untuk di tabung.
3. Kebijakan Non-Moneter
a) Menaikan Hasil Produksi
Kenaikan hasil produksi dapat memperkecil laju inflasi.Kenaikan hasil
produksi dapat dilakukan dengan cara kebijakan penurunan bea masuk.Hal
ini akan berakibat impor barang meningkat.Pertambahan jumlah barang di
dalam negericenderung menurunkan harga.
b) Kebijakan Upah
Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji
tidak sering dinaikan.Kenaikan gaji dan upah akan menimbulkan kenaikan
daya beli.Hal ini pada akhirnya menaikan permintaan terhadap barangbarang secara keseluruhan.Apabila hal ini terjadi,maka akan menimbulkan
c) Pengaman harga dan distribusi barang
Pemerintah harus dapat mengendalikan kenaikan harga berbagai macam
barang. Oleh karena itu,pemerintah menetapkan harga maksimum (harga
eceran tertinggi), melakukan pengamanan harga, menetapka sanksi yang
cukup berat.Apabila penetapan harga tidak disertai dengan pengamanan
yang baik,maka tidak akan memberikan hasil yang diharapkan. Namun,
kadang-kadang pengamanan harga oleh pemerintah sering menimbulkan
pasar yang tidak diinginkan.(pasar gelap).
sekarang.Perhitungan cara ini
melibatkan semua barang yang di
produksi.
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP
Riil) x 100%
2. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau
consumer price index (CPI)
Indeks Harga Konsumen berfungsi
mengukur biaya pembelian kelompok
barang dan jasa yang di anggap
mewakili belanja konsumen.
Biasanya, kelompok barang yang
digunakan masyarakat dapat
berubah. Hal ini disesuaikan dengan
pola konsumsi yang ada.
Inflasi yang diukur dengan IHK di
Indonesia dikelompokan ke dalam 7
kelompok pengeluaran (berdasarkan
the Classification of individual
consumption by purpose – COICOP),
yaitu :
1) Kelompok Bahan Makanan
2) Kelompok Makanan Jadi,
Minuman, dan Tembakau
3) Kelompok Perumahan