MAKALAH PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Ta

1

1.

PERUMUSAN ISTILAH
Peraturan

perundang-undangan

perpajakan

yang

mengatur

tentang

“Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” adalah UU No. 6 tahun 1983,
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 tahun 1994, dengan UU No. 16 tahun
2000, terakhir dengan UU No. 28 tahun 2007. Undang-undang tentang
“Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” dilandasi falsafah Pancasila dan

UUD 1945.
UU No. 28 tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan kewajiban Wajib
Pajak, wewenang dan kewajiban aparat pemungut pajak, serta sanksi perpajakan.
Beberapa istilah baru yang muncul pada UU No. 28 tahun 2007, antara lain:
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa.
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan.
3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang
dalam

kegiatan

usaha

atau


pekerjaannya

menghasilkan

barang,

mengimpor, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, dll.
5. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan
barang kena pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
6. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada wajib
pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagi tanda pengenal diri Wajib Pajak.

2

7. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar wajib pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu
jangka waktu tertentu.
8. Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun kalender.
9. Bagian Tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu satu tahun pajak.

10. Pajak Yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu bagian
tahun pajak.
11. Surat Pemberitahuan Pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak.
12. Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu
Masa Pajak.
13. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu
Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
14. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak
yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau dengan cara lain.
15. Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang berhubungan dengan
pembayaran pajak.
16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya administrasi, dan jumlah
yang masih harus dibayar.
17. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan.


3

18. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
19. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak.
20. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak
dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
21. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak.
22. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak terutang dalam
Surat Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak
atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut,
ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang diluar
negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak yang
dikurangkan dari pajak yang terutang.
23. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan
yang dapat dimasukkan dikurangi dengan pengembalian pendahuluan

kelebihan pajak atau setelah dikurangi dengan pajak yang telah
dikompensasikan, yang dikurangkan dengan dari pajak yang terutang.
24. Pekerjaan Bebas adalah pekerjaan yang dilakukan orang pribadi yang
mempunyai keahlian khusus yang tidak terikat pada hubungan kerja.
25. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.

4

26. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa
keterangan, tulisan atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya
dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi tindak pidana dibidang
perpajakan.
27. Pemeriksaaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi
tindak pidana dibidang perpajakan.
28. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung
jawab atas pembayaran pajak.
29. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur

untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan untuk periode tahun
pajak tersebut.
30. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai
kelengkapan pengisian surat pemberitahuan dan lampiran-lampirannya
termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya.
31. Penyidikan Tindak Pidana Dibidang Perpajakan adalah serangkaian
tindakan

yang

dilakukan

oleh

penyidik

untuk

mencari


serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana
dibidang perpajakan.
32. Penyidik adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu dilingkungan
Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus untuk melakukan
penyidikan tindak pidana.
33. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan
kesalahan tulis, kesalahan hjitung, dan/atau kekeliruan penerapan
ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

5

34. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat keputusan atas keberatan
terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan
oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib pajak.
35. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding
terhadap surat keputusan keberatan yang dijukan oleh wajib pajak.
36. Putusan Gugatan adalah putuasn badan peradilan pajak atas gugatan
terhadap hal-hal yang berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan dapat diajukan gugatan.

37. Putusan Peninjauan kembali adalah putusan mahkamah agung atas
permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh
Direktur Jenderal Pajak terhadap putusan banding atau putusan gugatan
dari badan peradilan pajak.
38. Surat Keputusan Pengambilan Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah
surat keputuasn yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak untuk wajib pajak tertentu.
39. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah surat keputusan
yang menentukan jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib
Pajak.
40. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pengiriman pos, tanggal
faksimili, atau dalam hal disampaikan secara langsung yaitu tanggal pada
saat surat, keputusan, atau putusan disampaikan secara langsung.
41. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos, tanggal faksimili, atau
dalam hal diterima secara langsung yaitu tanggal pada saat surat,
keputusan, atau putuasn disampaikan secara langsung.
UU No. 28 tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan kewajiban Wajib Pajak,
wewenang dan kewajiban aparat pemungut pajak, serta sanksi perpajakan.

6


2. NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
a. Pengertian
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah suatu sarana administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagi tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak

b. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak
1) Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.
2) Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan.

a. Pencantuman NPWP
NPWP harus dituliskan dalam setiap dokumen perpajakan, antara lain pada:
1) Formulir pajak yang digunakan Wajib Pajak
2) Surat menyurat dalam hubungannya dengan perpajakan
3) Dalam

hubungan

dengan


instansi

tertentu

yang

mewajibkan

mencatumkan NPWP.

d. Pendaftaran NPWP
1) Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan berdasarkan system self assessment, wajib mendaftarkan diri

7

pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak untuk dicatat sebagai

Wajib Pajak sekaligus untuk mendapatkan nomor pokok Wajib Pajak.
KUP: Pasal 2 ayat (2)
2) Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula untuk wanita kawin
yang dikenai pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan
keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta. KUP: Pasal 2 ayat (1)
3) Direktur jenderal pajak menErbitkan Nomor Wajib Pajak dan/atau
mengukuhkan pengusaha kena pajak secara jabatan apabila wajib pajak
atau pengusahakena pajak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan/ atau ayat (2). KUP: Pasal 2 ayat (3)
4) Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka
waktunya, karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan
kewajiban mengenai pajak terutang. Jangka waktu pendaftaran NPWP
tersebut adalah:


Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
dan Wajib Pajak badan, paling lambat 1 (satu) bulan setelah usaha mulai
dijalankan.



Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas apabila sampai dengan satu bulan yang jumlahnya melebihi PTKP
setahun, wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya.

e. Sanksi
Setiap orang yang dengan sengaja:
1) Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau menyalahgunakan
tanpa hak NPWP, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada

8

pendapatan Negara, dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling
lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali pajak terutaang yang tidak
atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar. KUP: Pasal 39 ayat (1) huruf a.
2) Pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditambahkan 1 kali
menjadi 2 kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak
pidana dibidang perpajakan sebelum lewat 1 tahun, terhitung
sejakselesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan. KUP: Pasal
39 ayat (2).
3) Setiap orang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dalam rangka mengajukan permohonan
restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 2
tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah restitusi yang dimohonkan
dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling
banyak 4 kali jumlah restitusi tersebut.
4) Setiap orang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dalam rangka
mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau
pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
bulan dan paling lama 2 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah
restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
dilakukan dan paling banyak 4 kali dari jumlah restitusi tersebut.

f. Penghapusan NPWP
Penghapusan NPWP dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut:

9

1) Wajib Pajak orang pribadi meninggala dunia dan tidak meninggalkan
warisan;
2) Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai subjek pajak
sudah selesai dibagi;
3) Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) Bentuk Usah Tetap yang karena suatu hal kehilangan statusnya sebagai
bentuk usaha tetap.
5) Wajib Pajak orang pribadi lainnya, selain yang dimaksud dalam huruf a
dan huruf b yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Wajib Pajak
g. Format NPWP
NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama merupakan Kode Wajib
Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan.
Berikut ini adalah salah satu contoh NPWP:
0

1

5

1

2

0

0

2

2

3. HAK-HAK WAJIB PAJAK
a. Hak
Memperpanjang
Jangka

5

0

4

Waktu

0

0

0

Penyampaian

Surat

Pemberitahuan Tahunan
1) Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud Pasal
3 ayat (3) paling lama 2 bulan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan tertulis atau dengan cara lain kepada Direktur Jendral
Pajak yang ketemtuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
2) Pemberitahuan tersebut harus dusertai dengan penghitungan sementara
pajak yang terhutang dalam 1 Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak
sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang
yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan. KUP: Pasal 3 ayat (4) dan ayat (5).

10

b. Hak Membetulkan Surat Pemberitahuan
1) Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat
Pemberitahuan

yang

telah

disampaikan

dengan

menyampaikan

pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jendral Pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaan. KUP: Pasal 8 ayat (1).
2) Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan disampaikan
paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa penetapan. KUP: Pasal 8 ayat
(1a).
3) Walaupun Direktur Jendral Pajak telah melakukan pemeriksaan dengan
syarat Direktur Jemdral Pajak belum menerbitkan Surat Ketetapan Pajak,
Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam
laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan
yang telah disampaikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, yang
mengakibatkan:
a) Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih
kecil,
b) Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau
besar,
c) Jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil
d) Jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil. KUP: Pasal 8
ayat (4).
c. Hak Mengangsur Atau Menunda Pembayaran Pajak
1) Direktur Jendral Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan
persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak,
termasuk kekurangan pembayaran sebagaimana diatur pada ayat (2)

11

paling lama 12 bulan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. KUP: Pasal 9 ayat (4).
2) Apabila Wajib Pajak mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami
keadaan diluar kekuasaannya (force major), sehingga tidak dapat
memenuhi kewajiban pajaknya pada waktu yang telah ditentukan, dapat
mengajukan permohonan secara tertulis untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, kepada Direktur Jendral Pajak dalam hal ini Kepala
Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan syarat:
a) Diajukan sebelum saat jatuh tempo pembayaran hutang pajak
berakhir, kecuali untuk force major dapat diajukan setelah tanggal
jatuh tempo;
b) Menyatakan alas an-alasan penundaan pembayaran;
c) Menyatakan jumlah pajak yang dimohonkan untuk ditunda dan atau
diangsur.
d. Hak Memohon Restitusi
Atas

permohonan

Wajib

Pajak,

kelebihan

pembayaran

pajak

sebagaimana dimaksud dalam Pasl 17, Pasal 17B. Pasal 17C, atau Pasal 17D
dikembalikan, dengan ketentuan bahwa apabila ternyata Wajib Pajak
mempunyai hutang pajak, langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih
dahulu hutang pajak tersebut. KUP: Pasal 11 ayat (1).

e. Hak Memohon Pembetulan Surat Tagihan Pajak/Surat Ketetapan Pajak
Yang Salah

12

Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Direktur Jendral
Pajak dapat membetulkan Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi
Administrasi,

Surat

Keputusan

Pembatalan

Ketetapan

Pajak,

Surat

Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, Surat Keputusan
Pemberian Imbalan Bunga, yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan
tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu
dalam peraturan peraturan perundang-undangan perpajakan. KUP: Pasal 16
ayat (1).

f. Hak Mengajukan Keberatan
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur
Jendral Pajak atas sesuatu:
1) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
3) Surat Ketetapan Pajak Nihil
4) Surat Ketetapan Pajak Lebuh Bayar
5) Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakn. KUP: Pasal 25 ayat (1).
Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
mengemukakan jumlah pajak terutang, jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan
disertai alas an yang menjadi dasar penghitungan. KUP: Pasal 25 ayat (2)
g. Hak Mengajukan Banding

13

1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada
Badan Peradilan Pajak atas Surat Keputusan Keberatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1). KUP: Pasal 27 ayat (1).
2) Permohonan banding tersebut diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia, dengan alasan yang jelas paling lama 3 bulan sejak Surat
Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri dengan salinan dari Surat
Keputusan Keberatan yang ditrbitkan. KUP: Pasal 27 ayat (3).

4. SURAT KETETAPAN PAJAK ( SKP )
Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, Surat Ketepan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat
Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
4.1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
a.

Pengertian
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan
jumlah yang masih harus dibayar.

b. Fungsi SKPKB
1) Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang
2) Sebagai alat atau sarana untuk mengenakan sanksi
3) Sebagai alat atau sarana untuk menagih pajak
c.

Dasar Atau Sebab-Sebab Diterbitkannya SKPKB
1) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak
yang terutang tidak atau kurang dibayar.

14

2) Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka
waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan didalam surat teguran. (SKPKB
diterbitkan secara jabatan)
3) Apabila

berdasarkan

hasil

pemeriksaan

mengenai

Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata
tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenakan tarif 0%
4) Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 (tentang
kewajiban pembukuan) dan Pasal 29 (tentang kewajiban dalam
pemeriksaan) tidak dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang. (SKPKB diterbitkan secara jabatan)
d. Sanksi Berkenaan Dengan SKPKB
1) Apabila SKPKB diterbitkan berdasarkan hasil pemeriksaan atau
keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar
(angka
2) pada dasar/sebab terbitnya SKPKB), maka jumlah kekurangan pajak
yang terutang dalam SKPKB ditambah dengan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% sebulan untuk selama-lamanya 24 bulan,
dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya
SKPKB.
3) Apabila SKPKB diterbitkan berdasarkan angka 2, 3 dan 4 (pada
dasar/sebab diterbitkan SKPKB), maka jumlah pajak dalam SKPKB
ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar:
a) 50% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar
dalam satu Tahun Pajak.
b) 100% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong,
tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan.

15

c) 100% dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar
e. Jangka Waktu Penerbitan SKPKB
1) Dalam jangka waktu 10 tahun sesudah saat pajak terutang,
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
2) Setelah lewat jangka waktu 10 tahun sesudah saat terutangnya pajak,
berakhirnya masa pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan dalam
hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 10 tahun tersebut dipidana karena
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
4.2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
a. Pengertian
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
b. Fungsi SKPKBT
1) Sebagai alat untuk mengoreksi ketetapan pajak sebelumnya
2) Sebagai alat atau sarana untuk menagih pajak
3) Sebagai alat atau sarana untuk mengenakan sanksi
c. Dasar Penerbitan SKPKBT
1) Apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula belum
terungkap yang

mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang

terutang.
2) Masih ditemukan lagi data yang semula belum terungkap pada saat
diterbitkannya Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,

16

dan atau data baru yang diketahui kemudian

oleh Direktur Jenderal

Pajak
Data baru adalah data atau keterangan mengenai segala sesuatu yang
diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang yang
oleh Wajib Pajak belum diberitahukan pada waktu penetapan semula, baik
dalam Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya maupun dalam
pembukuan perusahaan yang diserahkan pada waktu pemeriksaan.
Data yang semula belum terungkap adalah data atau keterangan lain
mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk menghitung besarnya
jumlah pajak yang terutang, yang:
1) Tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan
beserta lampirannya (termasuk laporan keuangan) dan atau
2) Pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan data dan atau memberikan keterangan lain secara
benar, lengkap,danterinci sehingga tidak
dapat

menerapkan

ketentuan

peraturan

memungkinkan fiskus
perundang-undangan

perpajakan dengan benar dalam menghitung jumlah pajak yang
terutang.
4.3. SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR (SKPLB)
a. Pengertian
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit
pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau tidak seharusnya
terutang
b. Fungsi SKPLB
Sebagai sarana atau alat untuk mengembalikan kelebihan pembayaran
pajak yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak

c. Dasar atau Sebab-Sebab Ditertibkannya SKPLB

17

1) Untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah
pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang
seharusnya tidak terutang.
2) Untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak lebih besar dari
jumlah pajak

atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak

seharusnya terutang. Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut
oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, maka yang dimaksud
dengan jumlah Pajak Yang terutang adalah jumlah Pajak Keluaran
setelah dikurangi pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai tersebut.
3) Untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah pajak yang
dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang terutang atau telah
dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.
d. Tata Cara Penerbitan SKPLB

1) Terjadi kelebihan pembayaran pajak setelah dilakukan pemeriksaan
terhadap SPT tanpa adanya permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak (restitusi), dengan ketentuan:
a) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan setelah dilakukan
pemeriksaan atas Surat Pemberitahuan yang disampaikan Wajib
Pajak yang menyatakan Kurang Bayar, Nihil, atau lebih bayar
yang tidak disertai dengan Permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak (permohonan restitusi).
b) Apabila Wajib Pajak setelah menerima SKPLB dan menghendaki
pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi), akan
mengajukan permohonan secara tertulis.

2) Atas

Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang

sesuai dengan perhitungan yang terdapat di dalam SPT yang
disampaikan wajib pajak, dengan ketentuan:

18

a) Direktur

Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas

permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak selain
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, sebagaimana dimaksud di
dalam Pasal 17C UU No. 16 Tahun 2000, harus menerbitkan surat
ketetapan pajak paling lambat 12 bulan sejak surat permohonan
diterima secara lengkap dalam arti bahwa Surat Pemberitahuan
telah diisi lengkap, kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

b) Apabila

setelah lewat jangka waktu 12 bulan tersebut Direktur

Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan
dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar harus diterbitkan dalam
waktu paling lambat 1 bulan setelah jangka waktu tersebut
berakhir.

c)

Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat diterbitkan
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf b, maka
kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga sebesar 2% sebulan
dihitung sejak berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam huruf b sampai dengan saat diterbitkan Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar.

4.4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
a. Pengertian
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan
SKPN apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama

19

dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak
ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

b. Dasar Atau Sebab-Sebab Penerbitan SKPN
1) Untuk Pajak penghasilan, jumlah kredit pajak sama dengan jumlah
pajak yang terutang atau tidak ada pajak terutang dan tidak ada kredit
pajak.
2) Untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak sama dengan
jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak.
3) Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai, maka yang dimaksud dengan jumlah pajak yang
terutang adalah jumlah Pajak Keluaran setelah dikurangi dengan pajak
yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut.
4) Untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah pajak yang
dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak
terutang dan tidak ada pembayaran pajak.
5. SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)
a. Pengertian
Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak
dan/atau sanksi administrasi berupa bungan dan/atau denda.
b. Penerbitan STP
STP dikeluarkan apabila:
a. pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
b. dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai
akibat salah tulis dan/atau salah hitung;

20

c. wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga;
d. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,tetapi
tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat
waktu;
e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang
tidakmengisi faktur pajak secara lengkap (selain: identitas pembeli, nama
dan tandatangan);
f. pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak; atau
g. pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(6a) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

c. Fungsi STP
a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib
Pajak.
b. Sarana mengenakansanksi administrasi berupa bunga atau denda.
c. Alat untuk menagih pajak.

d. Sanksi Administrasi STP
a. Jumlah kekurangan pajak yang terutang (poin 2a dan 2b) ditambah
dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
perbulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak

21

saat terutangnya pajak atau berakhirnya Mas Pajak, bagian Tahun Pajak,
atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak.
b. Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak (poin 2d, 2e, atau 2f),
selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.
c. Terhadap Pengusaha Kena Pajak (poin 2g) dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (duapersen) per bulan dari jumlah pajak yang
ditagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan Surat Keputusan
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak sampai dengan tanggal
penerbitan Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1
(satu) bulan.
e. Kekuatan Hukum STP
STP (surat tagihan pajak) mempunyaikekuatan hukum yang sama dengan surat
ketetapan pajak, sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan
Surat Paksa.
6. SANKSI PERPAJAKAN
Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu Sanksi
Administrasi dan Sanksi Pidana. Ancaman terhadap pelangaran suatu norma
perpajakan ada yang diancam dengan sanksi administrasi saja, ada yang diancam
dengan sanksi pidana saja, dan ada pula yang diancam dengan sanksi administrasi
dan pidana.
Perbedaan di antara keduanya terletak pada konsekuensinya. Pada sanksi
administrasi, konsekuensi nya adalah pembayaran kerugian kepada negara berupa
bunga dan kenaikan, sedangkan pada sanksi pidana, konsekuensinya adalah
siksaan atau penderitaan.
Berikut akan kami paparkan lebih jelas mengenai konsekuensi dari sanksi
administrasi dan sanksi pidana.
a. Sanksi Administrasi

22

1) Denda
Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU
Perpajakan. Terkait besarannya, denda dapat ditetapkan sebesar jumlah
tertentu, presentasi dari jumlah tertentu, atau suatu angka perkalian dari
jumlah tertentu.
Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambahkan dengan sanksi
pidana. Pelanggaran yang dikenai sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang
sifatnya alpa atau disengaja. Untuk mengetahui lebih lanjut, dalam tabel
berikut dimuat hal-hal yang dapat menyebabkan sanksi administrasi berupa
denda, bentuk pengenaan denda, dan besarnya denda.
No
1.

Tidak

2.

menyampaikan SPT.
Pembetulan sendiri, SPT tahunan atau SPT

/

Masalah
terlambat memasukkan

/

masa tetapi belum di sidik.
3.
Khusus PPN:
a. Tidak melaporkan usaha
b. Tidak membuat / mengisi faktur
c. Melanggar larangan membuat Faktur (PKP

Cara Membayar/menagih
STP ditambah Rp 100.000,- atau Rp
500.000,- atau Rp 1.000.000,SSP ditambah 15%

SSP/SPKPB ditambah 2% denda dari
dasar pengenaan

4.
a.

yang tidak dikukuhkan)
Khusus PBB:
STP, SKPKB tidak / kurang dibayar atau

STP + denda 2% (maksimum 24 bulan).

b.

terlambat dibayar
Dilakukan pemeriksaan, pajak kurang

SKPKB + denda administrasi dari

dibayar

selisih pajak yang terutang

2) Bunga 2% per bulan
Sanksi administrasi berupa bunga dapat dibagi menjadi bunga pembayaran,
bunga penagihan dan bunga ketetapan.
Bunga pembayaran adalah bunga karena melakukan pembayaran pajak tidak
pada waktunya, dan pembayaran pajak tersebut dilakukan sendiri tanpa
adanya surat tagihan berupa STP, SKPKB dan SKPKBT. Dengan demikian
bunga pembayaran umumnya dibayar dengan menggunakan SSP, yaitu
meliputi antara lain:
a) Bunga karena pembetulan STP.
b) Bunga karena angsuran / penundaan pembayaran.

23

c) Bunga karena terlambat membayar.
d) Bunga karena ada selisih antara pajak yang sebenarnya terutag dan pajak
sementara.
Bunga penagihan adalah bunga karena pembayaran pajak yang ditagih dengan
surat tagihan berupa STP, SKPKB, SKPKBT tidak dilakukan dalam batas
waktu pembayaran. Bunga penagihan umumnya ditagih dengan STP (lihat
pasal 19 ayat 1 KUP).
Bunga ketetapan adalah bunga yang dimasukkan dalam surat ketetapan pajak
tambahan pokok pajak. Bunga ketetapan dikenakan maksimum 24 bulan. Bunga
ketetapan umumnya ditagih dengan SKPKB (lihat pasal 13 ayat 2 KUP).
c.

Kenaikan
No
1.
2.

Masalah
Pembetulan sendiri SPT (tahunan atau

Cara Membayar/menagih
SSP/STP

masa) tetapi belum diperiksa.
Dari penelitian rutin:
PPh pasal 25 tidak/kurang dibayar.
PPh pasal 21, 22, 23, dan 26 serta PPn yang

SSP/STP
SSP/STP

terlambat bayar.
SKPKB, STP,

SSP/STP

SKPKBT

tidak/kurang

3.

dibayar atau terlambat dibayar.
SPT salah tulis/hitung.
Dilakukan pemeriksaan, pajak

4.

dibayar (maksimum 24 bulan).
Pajak diangsur/ditunda; SKPKB, SKKPP,

SSP/STP

5.

STP.
SPT tahunan PPh ditunda, pajak kurang

SSP/STP

SSP/STP
kurang

SSP/SPKB

dibayar.

Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan adalah
sanksi yang paling ditakuti oleh Wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan
sanksi tersebut, jumlah pajak yang harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda.
Sanksi berupa kenaikan pada dasarnya dihitung dengan angka persentase
tertentu dari jumlah pajak yang tidak kurang dibayar.
Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan biasanya dikenakan karena
Wajib Pajak tidak memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam
menghitung jumlah pajak terutang.

24

No
1.

Masalah
Dikeluarkan SKPKB dengan penghitungan

secara jabatan:
a. Tidak memasukkan SPT:
(a) SPT tahunan (PPh 29)
(b) SPT tahunan (PPh 21, 23, 26 dan PPN)
b.
Tidak menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud dalam dalam Pasal
28 KUP
c.

Tidak memperlihatkan buku/dokumen,
tidak memberi keterangan, tidak mem-beri
bantuan guna kelancaran pemerik-saan,

2.

sebagaimana dimaksud dalam pasal 29
Dikeluarkan SKPKBT karena: ditemukan

Cara Membayar/menagih

SKPKB ditambah kenaikan 50%
SKPKB ditambah kenaikan 100%
SKPKB
50% PPh pasal 29
100% PPh pasal 21, 23, 26, dan PPN
SKPKB
50% PPh pasal 29
100% PPh pasal 21, 23, 26, dan PPN.

SKPKBT 100%

data baru, data semula yg belum terungkap
3.

setelah dikeluarkan SKPKB.
Khusus PPN:
Dikeluarkan SKPKB karena pemerik-saan,
dimana

PKP

tidak

SKPKB 100%

seharusnya

mengompensasi selisih lebih, meng-hitung
tariff 0% diberi restitusi pajak.

b. Sanksi Pidana
Menurut ketentuan dalam undang-undang perpajakan, ada 3 macam sanksi
pidana, yaitu: denda pidana, kurungan, dan penjara.
1) Denda pidana
Sanksi berupa denda pidana dikenakan kepada Wajib Pajak dan
diancamkan juga kepada pejabat pajak atau pihak ketiga yang melanggar
norma. Denda pidana dikenakan kepada tindak pidana yang bersifat
pelanggaran maupun bersifat kejahatan.
2) Pidana kurungan
Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat
pelanggaran. Dapat ditujukan kepada Wajib Pajak, dan pihak ketiga.
Karena pidana kurungan diancamkan kepada si pelanggar norma itu
ketentuannya sama dengan yang diancamkan dengan denda pidana, maka

25

masalahnya hanya ketentuan mengenai denda pidana sekiat itu diganti
dengan pidana kurunga selama-lamanya sekian.
3) Pidana penjara
Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan, merupakan hukuman
perampasan kemerdekaan. Pidana penjara diancamkan terhadap kejahatan.
Ancaman pidana penjara tidak ada yang ditujukan kepada pihak ketiga,
adanya kepada pejabat dan kepada Wajib Pajak.
Ketentuan mengenai sanksi pidana di bidang perpajakan diatur/ditetapkan
dalam UU No.6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU
No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan
UU No.12 Tahun 1985 sebagai-mana telah diubha dengan UU No.12 Tahun
1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.