agribisnis dan pariwisata jepara komunikasi

1

PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI YANG MASUK KELOMPOK TANI DAN
PETANI YANG TIDAK MASUK KELOMPOK TANI DI DESA SUELA
KECAMATAN SUELA KABUPATEN LOMBOK TIMUR
(Usahatani Padi Sawah Pada Musim Tanam I Tahun 2011)
M.HAFIZAN JAYADI
SUPRIANTO
TITI YUNIARTI
Program studi Ilmu Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Mataram
Email: [email protected]
ABSTRAK
Artikel ini berjudul “ Perbandingan Pendapatan Petani Yang Masuk Kelompok Tani dan Petani Yang Tidak Masuk
Kelompok Tani di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur (Usahatani Padi Sawah Pada Musim Tanam I Tahun
2011). Dalam penelitian ini yang menjadi pokok permasalahannya yaitu Apakah ada perbedaan yang signifikan/berarti antara
pendapatan petani (usahtani padi) yang masuk kelompok tani dan tidak masuk kelompok tani di Desa Suela Kecamatan Suela
Kabupaten Lombok Timur. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui perbedaan pendapatan yang diterima petani
padi yang masuk kelompok tani dan petani padi yang tidak masuk kelompok tani di Desa Suela Kecamata Suela Kabupaten
Lombok Timur.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode sample
survey. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan skunder, sedangkan

penentuan sampel responden ditentukan dengan cara stratified random sampling yaitu sebanyak 20 orang(6% dari populasi) yang
masuk kelompok tani dan 20 orang(49% dari populasi) yang tidak masuk kelompok tani. Data tersebut dianalisis yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif dengan uji t sebagai alat analisis untuk menjawab hipotesis.
Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa rata-rata pendapatan bersih yang di peroleh petani responden yang masuk
kelompok tani pada satu kali musim tanam adalah setrata satu Rp.12.673.800 /ha, setrata dua Rp.11.407.172 /ha dan setrata tiga
Rp.15.326.236 /ha, sedangkan untuk petani yang tidak masuk kelompok tani pada setrata satu Rp.10.439.351 /ha, setrata dua
Rp.10.866.791 /ha, dan setrata tiga Rp.9.347.291 /ha sedangkan rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani yang tidak masuk
kelompok tani adalah sebesar setrata satu Rp.7.788.649 setrata dua Rp.6.773.209 /ha dan setrata tiga Rp. 5.646.709 /ha dan untuk
petani yang masuk kelompok tani adalah setrata satu Rp.9.502.200 /ha, setrata dua Rp.10.096.828 /ha dan setrata tiga
Rp.6.849.764 /ha.
Setelah dihitung menggunakan t-tes dengan taraf nyata 5% pada pengujian dua sisi, diperoleh hasil t-hitug (1,804) dan ttabel (2,024), ini berarti t-hitung lebih kecil dari t-tabel dan dapat kita simpulkan bahwa rata-rata pendapatan petani yang masuk
kelompok tani tidak berbeda atau sama dengan rata-rata pendapatan petani yang tidak masuk kelompok tani, dengan kata lain H0
diterima atau Ha ditolak artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan/berarti antara pendapatan petani yang masuk kelompok
tani dengan pendapatan petani yang tidak masuk kelompok tani. Dari hasil uji t dapat ditarik kesimpulan bahwa kelembagaan
petani(kelompok tani) yang ada di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur belum berjalan sebagaimana yang
diharapkan.
A.
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Negara Indonesia dikenal dengan negara agraris, artinya pertanian masih memegang peranan penting dari keseluruhan

perekonomian negara. Sektor pertanian sekarang ini masih menjadi sektor utama pembangunan nasional karena peranannya dalam
penyediaan pangan, bahan baku industri, pakan dan energi, penyediaan lapangan kerja serta sumber devisa. Meskipun
pembangunan pertanian selama ini dilakukan dengan maksimal, namun masih ada saja hambatan-hambatan atau masalah-masalah
terutama kaitannya dengan perubahan lingkungan atau iklim global yang semakin dinamis.
Menurut Balai Informasi Pertanian NTB bahwa pelaksana pembangunan pertanian adalah petani.Peran serta masyarakat di
pedesaan yang umumnya memiliki mata pencaharian di sektor pertanian (petani) sangat strategis dalam menunjang keberhasilan
pembangunan pertanian. Oleh karena itu pengetahuan dan keterampilan petani harus terus ditingkatkan sehingga para petani dapat
melakukan pengelolaan usahatani lebih baik dan lebih lanjut dapat meningkatkan kesejahteraannya juga dapat memperlancar
proses pembangunan khususnya pembangunan pertanian.
Untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan pertanian melalui transformasi teknologi baik yang bersifat teknis maupun
non teknis diperlukan suatu organisasi yang dapat diandalkan sebagai wadah dalam rangka transformasi inovasi, kegiatan-kegiatan
pembinaan, penyuluhan serta bantuan-bantuan kepada petani seperti pinjaman lunak atau kredit usahatani untuk mengatasi
persoalan permodalan.
Kelompok tani merupakan suatu organisasi yang terdiri dari petani-petani yang memiliki kesamaan pandangan dan
kebutuhan dapat digunakan sebagai wadah dalam mengembangkan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.Kegiatankegiatan pembinaan kelompok tani terhadap petani dapat memotivasi dan memfasilitasi petani untuk mengembangkan uasaha
taninya, oleh karena itu peranan kelompok tani yang berupa kegiatan-kegiatan dalam memotivasi dan memfasilitasi petani sangat
dibutuhkan, guna lebih terarahnya usaha yang dilakukan petani dalam rangka merubah dan meningkatkan pendapatan usaha
taninya.

2

Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi, meningkatkan pendapatan petani dan kesempatan kerja
sektor pertanian, meningkatkan ekspor non migas, mendukung sektor industri, menjaga kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan serta meningkatkan pembangunan pedesaan secara terpadu dan serasi. Untuk mencapai tujuan tersebut ditempuh
melalui empat usaha pokok, yaitu : (1) intensifikasi (2) ekstensifikasi (3) diversifikasi (4) rehabilitasi (BP3K Kecamatan Suela).
Kegiatan intensifikasi terutama untuk komoditi tanaman pangan dan holtikultura dilaksanakan para petani dilahan sawah
dan lahan kering dengan penerapan tehnologi pasca panen yang belum sepenuhnya sesuai anjuran.Sementara itu, kegiatan
ekstensifikasi pertanian yang sudah dilaksanakan berupa kegiatan percetakan sawah secara swadaya di beberapa desa yang
memiliki potensi lahan kering atau tegalan yang cukup luas. Selanjutnya, untuk kegiatan diversifikasi pertanian maka upaya-upaya
yang telah dilaksanakan adalah mengembangkan pola tanam ganda (tumpang sari) antara komoditi tanaman pangan, jagung,
kacang tanah, kacang hijau dan lain-lain, dengan tanaman kehutanan atau tanaman perkebunan di lahan-lahan kering yang
disesuaikan dengan kondisi lahan dan keadaan social ekonomi petani setempat dengan memberikan bantuan sarana produksi dan
bimbingan tehnis. Untuk kegiatan rehabilitasi pada intinya adalah penghijauan dimaksudkan untuk memperbaiki kembali tata guna
air tanah bagi upaya peningkatan produksi dengan cara penanaman tanaman penghijauan pada lahan kering atau tegalan dan lahan
kritis.
Sejalan dengan dilaksanakannya usaha-usaha pokok tersebut di atas peranan kelompok tani sangat penting dan setrategis,
baik kelompok tani sebagai unit produksi, usaha kerja sama maupun tempat belajar. Oleh karena itu kelompok tani dibina dengan
sungguh-sungguh agar dapat memberikan dukungan terhadap pelestarian swasembada beras dan pencapaian swasembada pangan
umumnya.
Kelompok tani sebagai unit produksi kelas belajar dan wahana berorganisasi bagi petani, telah terbukti dapat
meningkatkan partisipasi para petani dalam setiap kegiatan pembangunan pertanian.Meskipun dalam perakteknya kebanyakan

anggota hanya dilibatkan sebagai anggota yang terdaftar namanya, diajak berkumpul, diberi masukan kemudian diberi uang jalan
pengganti transport dan uang saku sekadarnya, sayangnya pada setiap acara dan pertemuan, tanda tangan kehadiran dan uang saku
selalu menjadi hal yang utama substansi pertemuan dan tujuan pembangunan menjadi nomor dua. Perkembangan ini telah merubah
perilaku kebanyakan petani menjadi manja dan selalu mendambakan bantuan dan uang saku atau uang transpor. Hal ini
menyebabkan kualitas sumber daya manusia tidak bergerak menjadi lebih baik dan lebih maju, maju cara berpikir dan maju
berperilaku. Saat ini lebih banyak petani yang mau berkumpul bila dijanjikan akan diberi uang saku, dan tidak banyak yang mau
berkumpul karena merasa ada yang akan diperolehnya pada pertemuan itu, yaitu ilmu pengetahuan dan keterampilan baru untuk
memperbaiki kinerja dan kehidupan mereka akan tetapi sebaliknya banyak petani yang tidak mau berkumpul jika tidak dijanjikan
akan mendapat imbalan, sehingga mengakibatkan adanya dari masyarakat petani yang keluar dari kelompok tani.
Perkembangan kelembagaan petani di Kecamatan Suela tercermin dari dinamika kelompok (klasifikasi aktif, semi aktif,
atau tidak aktif). Di Kecamatan Suela pada tahun 2011 terdapat 98 kelompok tani dengan jumlah anggota 5776 orang petani dan
luas areal kelompok 3703 hektar (BP3K Kecamatan Suela).
Di Desa Suela pada tahun 2011 terdapat 13 kelompok tani dengan jumlah anggota 991 orang dengan luas lahan 547 ha
(BP4K Kabupaten Lombok Timur, 2012). Sedangkan pada tahun 2012 di Desa Suela terdapat 12 kelompok tani, hal ini lebih jelas
disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel.1.1.
Perkembangan Kelompok Tani di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur Dirinci per Dusun, Tahun
2012.
No
Dusun

Nama Kelompok
Jumlah Anggota
Ketua kontak tani
Kopang 1
33
A. Sena
Grenggengan
48
A. Sena
Lemor baru
64
A. Hernawati
1
Cempaka
Hidup baru
69
H. Nasuhun
Cempaka putih
38
A. Nep

Fajar menyingsing
130
A. Sriwarni
Ingin bahagia
136
H. Nanang
2
Suela daya
Tanah uji
67
H. Jaelani
Tampiasih
49
H. Umar. Sh
3
Suela lauq
Ingin maju
115
A. Baehan
Smangat patuh

118
H. Sabri
4
Bilakembar
Urat genteng
59
H. Tahir
Jumlah
926
Sumber : Data Primer dan BP4K Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012
Dari Tabel 1.1, menunjukkan bahwa Dusun Cempaka memiliki jumlah kelompok tani yang paling banyak yaitu 6
kelompok dengan jumlah anggota 382 orang, sedangkan Dusun yang lainnya memiliki 2 kelompok yang terdiri dari Dusun Suela
Daya dengan jumlah anggota terbanyak kedua setelah Dusun Cempaka dengan jumlah anggota 203 orang dan Dusun Bilakembar
dengan jumlah anggota 177 orang sedangkan Dusun Suela Lauq memiliki jumlah anggota yang paling sedikit dibandingkan
dengan Dusun yang lainnya yaitu sebanyak 164 orang.
Di Desa Suela telah terjadi penurunan jumlah kelompok tani yaitu pada tahun 2011 berjumlah 13 kelompok dengan
jumlah anggota 991 orang menjadi 12 kelompok dengan jumlah anggota 926 dan ini terjadi pada tahun 2012, dan dari keseluruhan

3
jumlah penduduk Desa Suela yang bermata pencaharian disektor pertanian tidak semuanya masuk menjadi anggota kelompok tani,

hal ini dapat kita lihat dari Tabel 1.2 :
Tabel 1.2. Jumlah Petani yang Masuk dan Tidak Masuk Kelompok Tani di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok
Timur Dirinci per Dusun, Tahun 2012.
Petani yang Masuk
Petani yang Tidak
Total Petani di
No
Dusun
Kelompok Tani
Masuk Kelompok
Desa Suela
(orang)
Tani (orang)
(orang)
1
Suela Daya
232
0
232
2

Suela Lauq
95
20
115
3
Cempaka
239
21
260
4
Bila Kembar
66
13
79
Jumlah
632
54
686
Sumber : Data Primer
Dari Tabel 1.2 menunjukkan banyaknya petani yang ada di setiap dusun di Desa Suela dan jumlah petani yang masuk dan

tidak masuk kelompok tani dimana Dusun Cempaka memiliki jumlah petani yang paling banyak dibandingkan dengan dusun yang
lainnya dengan jumlah petani 260 orang, dari 260 orang tersebut yang terdaftar menjadi anggota kelompok tani adalah sebanyak
239 orang dan tidak terdaftar atau belum masuk menjadi anggota kelompok tani adalah 21 orang sedangkan Dusun Suela Daya
jumlah petani yang terdaftar menjadi anggota kelompok tani adalah semua petaninya sudah menjadi anggota kelompok tani yaitu
sebanyak 232 orang dan Dusun Suela Lauq jumlah petani yang ada sebanyak 115 orang dengan jumlah petani yang masuk atau
terdaftar menjadi anggota kelompok tani sebanyak 95 orang dan yang belum masuk atau belum terdaftar sebanyak 20 orang, dan
Dusun Bilakembar dengan jumlah petani yang paling sedikit dibandingkan dengan Dusun yang lainnya yaitu sebanyak 66 orang
yang masuk atau terdaftar menjadi anggota kelompok tani, 13 orang yang belum masuk atau belum terdaftar menjadi anggota
kelompok tani dan jumlah keseluruhan petani yang ada di Dusun Bilakembar sebanyak 79 orang.
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa terdapat beberapa manfaat adanya kelompok tani sebagai wadah di tingkat
petani terutama dalam rangka transformsi inovasi. Beberapa manfaat adanya kelompok tani antara lain adalah: (1) Kelompok tani
merupakan wadah belajar guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian
dalam berusaha tani, sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera. (2)
Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompoktani dan antar
kelompoktani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu
menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. (3) Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota
kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala
ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas
(Peraturan menteri pertanian
Nomor:273/Kpts/OT.160/4/2007). Dari beberapa manfaat adanya kelompok tani tersebut berimplikasi pada perubahan-perubahan

aspek sosial ekonomi petani. Melalui wadah kelompok tani, transpormasi inovasi menjadi lebih lancar sehingga memungkinkan
perbaikan pengelolaan petani dibandingkan tanpa adanya wadah kelompok tani. Tetapi dengan melihat praktek kelembagaan ini
mungkin timbul pertanyaan dari berbagai pihak seperti: (1) apakah adanya kelompok tani benar-benar telah menjadi wadah
(kelembagaan) yang efektif ditingkat petani; (2) apakah petani yang menjadi anggota kelompok tani dapat melakukan pengelolaan
usaha tani lebih baik dibandingkan dengan petani yang tidak menjadi anggota kelompok tani; (3) apakah produksi dan pendapatan
petani yang menjadi kelompok lebih besardibandingkan dengan petani yang tidak menjadi anggota kelompok tani; (4) apakah
usaha tani pada petani yang menjadi anggota kelompok lebih efisien (efisiensi usaha tani) dibandingkan dengan petani yang tidak
menjadi anggota kelompok tani; dan (5) apa saja masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan usaha taninya.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pendapatan petani yang masuk dan tidak masuk kelompok tani yang
difokuskan pada usaha tani padi sawah selama satu kali musim tanam (Musim Tanam I) tahun 2011, karena di Desa Suela ratarata petani menanam padi satu kali dalam setahun yaitu mulai dari bulan Nopember dan Desember, penelitian ini dilakukan pada
petani yang masuk dan tidak masuk kelompok tani di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur. Berdasarkan latar
belakang dan permasalahan di atas, maka dirasakan perlu untuk dilakukan penelitian yang berjudul: “Perbandingan Pendapatan
Petani yang Masuk Kelompok Tani dan Petani yang Tidak Masuk Kelompok Tani di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten
Lombok Timur”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
“Apakah ada perbedaan yang signifikan/berarti antara pendapatan petani (usahtani padi) yang masuk kelompok tani dan tidak
masuk kelompok tani di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur”.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui perbedaan pendapatan yang diterima petani padi yang masuk kelompok tani dan petani padi yang tidak
masuk kelompok tani di Desa Suela Kecamata Suela Kabupaten Lombok Timur;
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :

4
1) Secara akademik untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai kebulatan study program strata satu (S-1) pada
Fakultas Ekonomi Universitas Mataram.
2) Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi anggota kelompok tani dan masyarakat
pada umumnya.
3) Sebagai bahan acuan dan informasi bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian pada masalah yang sama.
B. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Budiarti tahun 2004 yang berjudul Analisis Perbedaan Tingkat Pendapatan Nelayan Anggota Dan Nelayan Bukan Anggota
Proyek Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) di Desa Kuranji Kecamatan Labu Api Lombok Barat dengan
menggunakan alat analisis NR=TR-TC (analisis pendapatan) yang kemudian diuji dengan t-tes untuk membandingkan rata-rata
pendapatan nelayan yang anggota dan bukan anggota proyek pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir di desa kuranji kecamatan
labu api lombok barat, hasil dari penelitiannya mengatakan bahwa motivasi nelayan untuk menjadi anggota proyek PEMP
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : prolehan sarana kredit, sarana/alat-alat produksi, serta pembinaan dari proyek PEMP,
sedangkan alasan nelayan tidak ataupun belum menjadi anggota proyek PEMP antara lain: kurangnya informasi mengenai proyek
PEMP, memperoleh modal dari pihak lain/lembaga ekonomi lain, atau pemilik modal sendiri.
Didik Is’il (2005) dengan judul Analisis Perbandingan Tingkat Pendapatan Petani Tembakau Virginia Antara Pertani
Binaan PT. Philip Morris Indonesia Dengan Dan Non Binaan Di Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur. Adapun variabelvariabel yang diuji dalam penelitian ini meliputi biaya produksi, harga produksi, pendapatan kotor, dan pendapatan bersih dengan
alat analisis NR = TR – TC dan untuk mengetahui peran PT. Philip moris Indonesia didalam meningkatan pendapatan petani
tembakau digunakan alat analisis uji t-test dua beda rata-rata dengan uji dua sisi dimana kesimpulan yang didapatkan bahwa ratarata pendapatan petani binaan (Rp 15.496.700,3) lebih besar daripada petani non binaan (Rp 10.902. 854,9). Setelah diadakan
pengujian statistik diketahui nilai t-hitung (3,956) lebih besar dari nilai t-tabel (2,000) yang berarti bahwa PT. Philip morris
mempunyai peranan yang nyata dalam meningkatkan pendapatan petani tembakau Virginia di Kabupaten Lombok Timur.
Lalu Ahmad Hanafi yang melakukan penelitian pada tahun 2001 dengan judul Analisis Peranan Kelompok Tani Terhadap
Tingkat Pendapatan Petani di Desa Dasan Baru Kecamatan Kopang, dengan menggunakan t-test untuk menguji data yang
diperoleh, diolah dan di analisis secara kwantitatif dan kwalitatif, hasil penelitiannya mengatakan bahwa peranan kelompok tani
sebagai motivator dan fasilitator sangat mempengaruhi tingkat pendapatan petani yang masuk kelompok tani setelah di uji dengan
kesalahan 5% rata-rata tingkat pendapatan petani yang masuk kelompok tani sebesar Rp.9957400.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Petani dan Kelompok Tani
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan hidupnya di
bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut (Agustina
Shinta: 2011: 40).
Kelompok tani adalah sekelompok petani yang terikat secara non formal atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama dan
diketuai oleh seorang kontak tani. Kelompok tani berfungsi sebagai satu kesatuan produksi serta sebagai wadah belajar
berorganisasi dan kerja sama usaha tani.(Balai informasi Pertanian NTB, 1990).
Peraturan Menteri Pertanian, Nomor : 273/Kpts/ OT.160/4/2007, tanggal 13 April 2007, tentang Pembinaan Kelembagaan
Petani. Kelompoktani adalah kumpulan petani/ peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan
kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
Kelompok tani merupakan inti dari struktur komunkasi timbal balik antara penyuluh pertanian lapangan (PPL) dengan
petani. Peranan utama yang sangat penting dari kelompok tani adalah sebagai wadah hubungan antara sesama petani sendiri (dinas
pertanian tanaman pangan NTB, 1992).
2.2.2. Ciri-ciri Kelompok Tani
Beberapa hal yang menjadi ciri kelompoktani adalah;
a) Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota,
b) Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani,
c) Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial,
bahasa, pendidikan dan ekologi.
d) Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.
2.2.3. Fungsi, Keuntungan, dan Alasan Pembentukan Kelompok Tani
Kelembagaan petani (kelompok tani) mempunyai fungsi: sebagai wadah proses pembelajaran, wahana kerja sama, unit
penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran, serta unit jasa penunjang.
a) Kelas Belajar
Wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh
dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta
kehidupan yang lebih sejahtera.
b) Wahana Kerjasama
Untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompoktani dan antar kelompoktani serta dengan pihak
lain. sehingga usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan,
c) Unit Produksi

5
Keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain diungkapkan oleh Torres (Wong, 1997) dalam Mardikanto
(1996) disebuah blog yang diposkan oleh djiwandi sebagai berikut:
a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok.
b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani.
c. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru.
d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.
e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) atau produk yang dihasilkannya.
f. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani sendiri.
Sedangkan alasan utama dibentuknya kelompok tani adalah :
a. Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang tersedia.
b. Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan.
c. Adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para petani untuk terikat oleh suatu amanat suci yang harus mereka amalkan
melalui kelompok taninya (Sajogyo, 1978 dalam Mardikanto, 1996).
2.2.4. Ilmu Usaha Tani dan Usaha Tani
Ilmu usaha tani adalah terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien
dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal (Agustina sinta, 2011: 1)
Usaha tani adalah suatu organisasi produksi dimana petani sebagai usahawan yang mengorganisir lahan atau tanah, tenaga
kerja dan modal yang ditujukan pada produksi dalam lapangan pertanian, bisa berdasarkan pada pencarian pendapatan maupun
tidak.Sebagai usahawan dimana petani berhadapan dengan berbagai permasalahan yang perlu segera diputuskan. Salah satu
permasalahan tersebut adalah apa yang harus ditanam petani agar nantinya usaha tersebut dapat memberikan hasil yang
menguntungkan, dengan kata lain hasil tersebut sesuai dengan yang diharapkan (Agustina sinta, 2011:75).
2.2.5. Teori Produksi
Pada dasarnya produksi adalah suatu hasil yang diperoleh akibat dari mengkombinasikan faktor-faktor produksi.Faktor
produksi tersebut seperti modal, tanah, tenaga kerja dan lain-lain. Jumlah produksi yang dihasilkan tergantung pada jumlah
kombinasi berbagai faktor produksi yang digunakan.
Berdasarkan hubunganya dengan tingkat produksi faktor produksi dibedakan menjadi dua yaitu faktor produksi tetap dan
faktor produksi variabel dimana faktor produksi tetap merupakan faktor produksi yang tidak tergantung pada jumlah produksi dan
faktor produksi yang jumlahnya tergantung pada jumlah produksi adalah faktor produksi variabel (Prathama Rahardja, 2008;95).
Dalam kegiatan usahatani terdapat faktor produksi utama, berupa tanah, modal, tenaga kerja dan faktor produksi
lainnya.Tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan tingkat produksi. Disamping luas tanah garapan, Kualitas
tanah juga merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya output produksi dan pendapatan yang dapat diperoleh (Rita
Hanafie, 2010;52).
Faktor produksi yang mempunyai tingkat kepentingan yang tinggi, termasuk dalam kegiatan uasaha tani adalah tenaga
kerja. Tenaga kerja berfungsi sebagai pengkombinasi, pengatur dan berbagai kegiatan lainnya agar faktor produksi lainnya
bermanfaat.Fakor produksi tenaga kerja terdiri dari dua unsur yaitu jumlah dan kualitas. Jumlah yang diperlukan dapat dipenuhi
dari tenaga kerja keluarga yang tersedia maupun dari luar keluarga kualitas yang mencirikan produktivitas tenaga kerja tergantung
dari keterampilan, kondisi fisik, pengalaman dan latihan.
Dalam hubungannya dengan penggunaan faktor produksi berlaku hukum The Law of Diminishing Return, fungsi
produksi memilik model kurve melengkung dari kiri bawah kekanan atas yang setelah sampai titik tertentu kemudian berubah
arah sampai titik maksimum dan berbalik turun kembali sehingga dapat digambarkan sebagai berikut (Rita Hanafie, 2010; 187):
produksi fisik
Y
a

Faktor produksi tanah
0
X
Gambar 1 hubungan fungsional produksi fisik dan faktor produksi
Dari gambar 1 produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus, yaitu tanah, modal dan
tenaga kerja.Untuk menggambarkan dan menganalisis peranan masing-masing faktor produksi terhadap produksi fisik, dari

6
sejumlah faktor-faktor produksi yang digunakan, salah satu faktor produksi dianggap sebagai variabel (berubah-ubah), sementara
faktor produksi lainnya diasumsikan konstan.Hubungan fungsional tersebut berlaku untuk semua faktor produksi, yaitu tanah,
modal, dan tenaga kerja, termasuk produksi keempat, yaitu manajemen yang berfungsi mengkoordinir ketiga faktor produksi
tersebut.
2.2.6. Pendapatan Usahatani
Pendapatan merupakan tujuan akhir dari suatu usaha yang dilaksanakan atau dilakukan, dimana besar kecilnya pendapatan
yang dicapai tergantung dari bidang usaha yang dilakukan, keterampilan tenaga kerja dan modal yang dimiliki.
Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual, secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
TR = Q.P
Keuntungan usaha tani adalah selisih antara penerimaan total dengan semua biaya faktor-faktor produksi, keberhasilan
usaha tani dapat dilihat dari tingkat keuntungan usaha tani dengan kata lain tingkat pendapatan bersih (NR), penerimaan total
diperoleh dari produksi total dikalikan dengan harga, sedangkan biaya adalah total pengeluaran selama proses produksi.
Pendapatan yang diterima oleh petani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan
kotor yaitu pendapatan yang diterima petani dari hasil penjualan produksi dikalikan harga satuan, sedangkan pendapatan bersih
yaitu pendapatan kotor dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung.
2.2.7. Biaya Dalam Usahatani
Biaya merupaka semua pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu dalam suatu proses
produksi. Biaya yang dihitung disini adalah biaya yang betul-betul habis dipergunakan dalam satu periode tertentu seperti biaya
saprodi (sarana produksi) dan tidak merupakan biaya yang harus dipergunakan untuk membeli barang modal.
Biaya dalam usaha tani dapat di klasifikasikan sebagai berikut (Agustina Sinta, 2011; 83):
1) Biaya tetap merupakan biaya yang kuantitas nilainya tidak tergantung pada besar kecilnya atau tingginya nilai kegiatan
produksi ataupun penjualan. Jadi biaya ini tidak terpengaruh dengan adanya produksi atau penjualan yang menurun atau
meningkat, misalnya biaya penyusutan alat, biaya pajak, retribusi, biaya overhead.
2) Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung pada kegiatan produksi atau penjualan. Jadi biaya ini merupakan
biaya yang terpengaruh secara langsung terhadap peningkatan atau penurunan penjualan. Biaya yang termasuk dalam biaya
variabel antara lain biaya perbekalan (konsumsi, biaya bahan bakar, biaya tenaga kerja di luar rumah tangga).
3) Biaya total atau total cost yaitu biaya yang diterima dari penjumlahan biaya variabel dengan biaya tetap.
4) Biaya rata-rata atau Average cost yaitu biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memproduksi satu unit output, besarnya biaya
ini ditentukan dari biaya total yang di bagi dengan banyaknya output yang dihasilkan.
5) Biaya marginal atau marginal cost yaitu biaya tambahan yang diterima karena menambah produksi sebanyak satu unit output.
Hubungan antara semua biaya produksi tersebut dapat di gambarkan dengan kurve sebagai berikut(Prathama Rahardja,
2008; 120):
Biaya
Biaya
MC
TC
AC
VC
AVC

FC

0

Q

0

AFC

Q

Gambar 2
Kurava AFC terus menurun membentuk garis asimptot pada sumbu vertikal dan horizontal tetapi tidak pernnah sampai
menyinggung atau memotong sumbu horizontal. Kurva AVC mula-mula menurun, sampai berpotangn dengan kurva MC yakni
pada saat AP maksimum, kemudian menarik mendekati kurva AC namun tidak pernah bersentuhan, karena AFC terus menurun.
Kurva AC awalnya menurun sampai mencapai minimum setelah itu terus menaik. Sedangkan kurva MC pada awalnya juga
menurun sampai dititik minimum kemudian menaik dan memotong kurva AVC dan AC pada saat keduanya minimum setelah itu
nialai MC lebih besar dari nilai AC dan AVC. Kurva FC mendatar menunjukkan bahwa besarnya biaya tetap tidak tergantung
pada jumlah produksi, kurva VC membentuk huruf S terbalik, menunjukkan hubungan terbalik antara tingkat produktivitas dengan
besarnya biaya. Sedangkan kurva TC dan VC sejajar yang menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, perubahan biaya total
semata-mata ditentukan oleh perubahan biaya variabel.

7
2.3. Kerangka Konseptual

PETANI
Usahatani
Masuk Kelompok
1. Bimbingan
penyuluh
pertanian

Tidak Masuk
Kelompok Tani
1. Tanpa adanya
bimbingan dari
penyuluh
pertanian

Biaya Usahatani
1. tanpa subsidi
pupuk

Analisis
Perbandingan

Biaya UsahaTani
1. Subsidi pupuk

Produksi
Produksi
Nilai Produksi
Nilai Produksi

Pendapatan

Analisis
Perbandingan

Pendapatan

Keterangan:
Dalam penelitian ini peneliti akan membandingkan pendapatan yang diterima oleh petani (usahtani padi sawah) yang
masuk kelompok tani dengan petani yang tidak masuk kelompok tani, dimana petani yang masuk kelompok tani mendapatkan
pembinaan dari para penyuluh pertanian dan mendapatkan subsidi pupuk dari pemerintah sedangkan petani yang tidak masuk
kelompok tani tidak mendapatkan pembinaan dari penyuluh pertanian dan tidak mendapat subsidi dari pemerintah. Dari sisi adanya
pembinaan petani akan dianalisis apakah dengan adanya kelompok tani tersebut pendapatan yang diterima petani(usahatani padi
sawah) mengalami peningkatan ataukah keberadaan kelompok tani tidak berpengaruh terhadap pendapatan petani.
2.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Diduga ada perbedaan yang signifikan/berarti antara pendapatan
petani (usahatani padi sawah) yang masuk kelompok tani dan petani yang tidak masuk kelompok tani di Desa Suela Kecamatan
Suela Kabupaten Lombok Timur” dengan asumsi semua faktor produksi (modal, lahan, tanaga kerja) adalah sama kecuali ada
perbedaan perlakuan dari luar faktor produksi(penyuluh pertanian).
C. METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif, metode ini dipakai dengan alasan untuk
memecahkan masalah yang ada pada obyek penelitian dan dengan metode ini peneliti akan memberikan gambaran tentang
perbandingan biaya dan pendapatan antara petani yang masuk kelompok tani dengan petani yang tidak masuk kelompok tani di
Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur tahun 2011.
Suatu penelitian yang ditujukan pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang atau penelitian deskriptif ini
adalah penelitian sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang yang tujuannya untuk membuat suatu gambaran atau lukisan secara sistematis dan faktual serta akurat mengenai
fakta-fakta atau sifat-sifat dan hubungan antara fenomena yang diselidiki(Moh Nazir, 2009;54).
3.2.
Daerah Lokasi
Penelitian dilakukan di Desa Suela kecamatan Suela Lomok Timur.Dan dari empat dusun yang ada di Desa Suela
ditentukan dua dusun sampel lokasi penelitian yaitu Dusun Cempaka dan Dusun Suela Lauq penentuan daerah ini secara purposive
sampling, yaitu lokasi penelitian ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa dusun tersebut memiliki jumlah petani
yang tidak masuk kelompok tani terbanyak di Desa Suela dibandingkan dengan dusun yang lainnya.

8
3.3. Penentuan Responden
Dari dua dusun sampel yaitu Dusun Cempaka dan Dusun Suela Lauq ditentukan jumlah sampel sebanyak 40 orang
responden yang terdiri dari 20 orang responden untuk petani yang masuk kelompok tani dan 20 orang responden untuk petani
yang tidak masuk kelompok tani. Diketahui usahatani(usahatani padi sawah) dilakukan pada luas lahanyang berbeda-beda sehingga
penentuan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling yaitu sistem pengambilan sampel yang dibagi menurut
lapisan-lapisan atau kelas-kelas tertentu, (Moh. Nazir, 2009;293).
Pada penelitian ini strata sampel dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Strata I untuk petani yang masuk maupun tidak masuk kelompok tani dengan penguasaan lahan ≤ 0,50 ha.
b. Strata II untuk petani yang masuk maupun tidak masuk kelompok tani dengan penguasaan lahan antara 0,51-1,00 ha.
c. Strata III untuk petani yang masuk maupun tidak masuk kelompok tani dengan penguasaan lahan ≥ 1,00 ha.
Selanjutnya dari tiap-tiap strata diambil sampel responden secara proporsional random sampling dengan rumus (Moh.
Nazir, 2009:306):

¿= ¿ n
N

Dimana:
ni= besarnya sampel untuk stratum
Ni= total sub sampel untuk stratum
N= total populasi
n= besar sampel
lebih jelasnya lihat tabel 3.1.
Tabel 3.1: Jumlah Sampel Menurut Luas Lahan Garapan di Desa Suela
Populasi
Sampel
Non kelompok
Non kelompok
No Dusun
Kelompok tani
Kelompok tani
tani
tani
I
II
III I
II
III I
II
III I
II
III
1
Suela Lauq
57
34
4
13
6
1
3
3
2
6
3
1
2
Cempaka
187 46
6
6
7
8
6
4
2
3
3
4
244 80
10 19
13
9
9
7
4
9
6
5
334
41
20
20
Jumlah
375
40
Sumber: Kadus Suela Lauq dan Kadus Cempaka diolah
Berdasarkan Tabel 3.1 diketahui bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 orang petani yang terdiri
dari 20 orang(6% dari populasi) yang masuk kelompok tani dan 20 orang(49% dari populasi) yang tidak masuk kelompok tani.
Selanjutnya untuk mendapatkan petani yang menjadi anggota responden baik pada petani yang masuk dan tidak masuk kelompok
tani dilakukan dengan cara Simple Random Sampling yaitu petani yang dipilih sebagai responden diambil secara random/acak
dengan cara undian.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, penelitian ini menggunakan metode sample survey, yaitu meneliti sebagian
dari unit populasi yang ada dan hasilnya digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan tentang pendapatan serta karaktristik
populasinya. Metode ini digunakan dengan alasan faktor produksi yang dipakai dalam usahatani adalah sama karena sifat
populasinya relatif homogen.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a) Pengamatan (Observasi) yaitu peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian untuk melakukan pengamatan dan mencari data
yang dibutuhkan dalam penelitian.
b) Wawancara yaitu mewawancarai (tanya jawab) secara langsung dengan para petani yang masuk kelompok tani dan petani
yang tidak masuk kelompok tani dengan berdasarkan pada daftar pertanyaan (kuesioner) yang terlebih dulu di buat.
c) Studi kepustakaan yaitu dengan cara membaca dan mempelajari refrensi dan literatur yang sesuai dengan kebutuhan.
3.6. Jenis Dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Data primer yaitu data yang dikumpulkan langsung dari responden yang meliputi aktivitas-aktivitas kelompok tani beserta
program-program yang dilakukan.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Lembaga atau instansi
tersebut antara lain; BKKBN, kantor kecamatan, kantor desa, kantor statistic dan lain-lain.
3.7. Identifikasi Variabel
Dalam mengidentifikasi variabel yang ada dalam penelitian ini hanya dibatasi yaitu
a. Usahatani
b. Kelompok tani
c. Biaya produksi

9
d. Nilai produksi atau penerimaan
e. Pendapatan
f. Hamabatan
3.8. Definisi Operasional Variabel
1. Menurut Mubyarto (1995; 65), Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat itu yang
diperlukan untuk produksi pertanian.
2. Kelompok tani adalah organisasi petani yang menjadi tempat timbal balik antara penyuluh pertanian dengan petani.
3. Biaya produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam satu musim
tanam yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
4. Biaya tetap adalah biaya yang dibayarkan maupun yang tidak dibayarkan oleh petani untuk usahataninya dengan jumlah yang
tetap berapapun hasil produksinya.
5. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk usahataninya dengan jumlah yang berubah-ubah tergantung
jumlah produksinya.
6. Nilai produksi atau penerimaan yang dimaksud dalam penelitian adalah jumlah produksi usahatani dikalikan dengan harga
yang berlaku di tingkat petani dan dinyatakan dalam satuan berat (kwintal).
7. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan yang diperoleh petani dari usahataninya dikurangi dengan total biaya yang
dikeluarkan untuk usahatani tersebut.
8. Hamabatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masalah-masalah yang dihadapi oleh petani dalam usahataninya baik
petani yang masuk kelompok tani maupun petani yang tidak masuk kelompok tani sehingga menyebabkan kurang optimalnya
kegiatan usahatani petani.
3.9. Metode Analisis Data
Untuk mengetahui pendapatan bersih yang diterima petani pada usaha taninya, dihitung dengan menggunakan analisis
biaya dan pendapatan (Boediono,2008: 95):
NR = TR – TC
dimana :
TR = P x Q
TC = TFC + TVC
Keterangan :
NR = Income (pendapatan) bersih yang diterima oleh petani yang masuk kelompok tani dan petani yang tidak masuk kelompok
tani.
TR = Total revenue (total penerimaan), pendapatan kotor yang diterima oleh petani yang masuk kelompok tani dan petani yang
tidak masuk kelomppk tani.
TC = Total cost (total biaya, terdiri dari biaya tetap dan tidak tetap)
TC = TFC + TVC
Dari rumus diatas, dapat diperoleh rumus sebagai berikut :
I = (P. Q) – (TFC + TVC)
Keterangan :
I
= Income (NR)
P
= Price (harga)
Q
= Quantity (jumlah produksi)
TFC = Total Fixed Cost (jumlah biaya tetap)
TVC = Total Variabel Cost ( jumlah biaya tidak tetap)
Selanjutnya untuk mengetahui kebenaran hipotesis yang diajukan, digunakan analisis statistik dengan menggunakan t- test
pada taraf nyata 5% terhadap pendapatan dengan rumus sebagai berikut:

t−h itung=

S x 2=

x´ 1−´x 2

√{

}{

( n 1−1 ) S x 2 + ( n 2−1 ) S y 2 1 1
+
n 1+n 2−2
n1 n2

∑ ( xi− x´ )

}

2

n 1−1
2
y)
2 ∑ ( yi− ´
Sy=
n2−1
Dimana:
X1 = pendapatan bersih rata-rata petani yang masuk kelompok tani
X2 = pendapatan bersih rata-rata petani yang belum masuk kelompok tani
n1 = jumlah petani pada usaha tani yang masuk kelompok tani

10
n2 = jumlah petani pada usaha tani yang tidak masuk kelompok tani
S x 2 = varian dari pendapatan petani yang masuk kelompok tani
S y 2 = varian dari pendapatan petani yang tidak masuk kelompok tani
Tahap pengujian hipotesis sebagai berikut:
a) Merumuskan hipotesis
H0 :µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
Keterangan:
µ1= rata-rata pendapatan bersih petani yang masuk kelompok tani
µ2 = rata-rata pendapatan bersih petani yang tidak masuk kelompok tani
H0 ; artinya Tidak terdapat perbedaan yang signifikan/berarti antara pendapatan petani (usahtani padi sawah) yang masuk dan tidak
masuk kelompok tanidi Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur.
Ha ; artinya Terdapat perbedaan yang signifikan/berarti antara pendapatan petani (usahtani padi sawah) yang masuk dan tidak
masuk kelompok tanidi Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur.
b) Menentukan besar sampel yakni 20 orang(n1), 20 orang(n2).
c) Menentukan level significance, yakni 0.05(5%).
d) Menentukan daerah kritik

tolak H0

terima H0

tolak Ho

-t(α;n1+n2-2)0
t(α;n1+n2-2)
e) Mencari harga t- tabel
f) Membandingkan harga t- hitung dengan t- tabel
Apabila t- hitung ≤ t- tabel, maka H0 diterima atau Ha ditolak artinya Tidak terdapat perbedaan yang signifikan/berarti antara
pendapatan petani (usahtani padi sawah) yang masuk dan tidak masuk kelompok tanidi Desa Suela Kecamatan Suela
Kabupaten Lombok Timur, dengan demikian hipotesa ditolak.
Apabila t- hitung > t- tabel, maka H0 ditolak atau Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan/berarti antara
pendapatan petani (usahtani padi sawah) yang masuk dan tidak masuk kelompok tanidi Desa Suela Kecamatan Suela
Kabupaten Lombok Timur dengan demikian hipotesa diterima.
g) Menarik kesimpulan
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Desa Suela merupakan ibu kota kecamatan Suela dan memiliki luas wilayah 99,4 Km2, dengan jumlah penduduk 6.895
jiwa terdiri dari laki-laki 3.309 jiwa, perempuan 3.586 jiwa, rumah tangga 2.270 KK, serta jarak terpanjnag dari ibu kota
Kabupaten 28 km, ibu kota Provinsi 76 km mayoritas penduduknya bergama Islam. Adapun desa Suela terletak di ketinggian 520
meter dari permukaan laut (mdpl) serta curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, di samping itu adapun batas-batas desa Suela sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Desa Sapit dan Bebidas
Sebelah Selatan : Desa Ketangga
Sebelah TImur : Desa Suntalangu
Sebelah Barat : Desa Bebidas dan Wanasaba
Desa Suela terdiri dari satu desa dan 4 dusun (kekadusan) yaitu: Kadus Suela Daya, Kadus Suela Lauk, Kadus Bila
Kembar dan Kadus Cempaka. Sedangkan Gambaran umum status pendidikan di desa Suela terbilang cukup memadai, ini terbukti
karena banyaknya sarana pendidikan formal dan non formal yang terdapat di desa ini, mulai dari TK, SD/MI, SMP/Tsanawiyah,
dan SMA.
Jika dilihat dari status tingkat kesehatan, penduduk desa Suela tergolong sedang karena akses masyarakat Suela terhadap
fasilitas kesehatan cukup terjangkau terutama Dusun Suela Lauk dan Seula Daya, karena letaknya di pusat desa, begitu juga
dengan Dusun Cempaka walaupun jaraknya 500 m dari pusat desa tidak sulit aksesnya tehadap fasilitas kesehatan, kecuali dusun
Bila Kembar yang jaraknya jauh dari pusat desa sehingga aksesnya terhadap fasilitas kesehatan cukup jauh.
Desa Suela dikelilingi oleh hamparan sawah, kebun dan sedikit ladang, sehingga mata pencaharian penduduknya adalah
sebagian besar sebagai petani dan buruh tani, sebagian kecil sebagai wiraswasta pengusaha dan pegawai negeri.Lahan perkebunan
sebagian besar berada di dusun Cempaka dan Bila Kembar. Lahan perkebunan yang berada di dusun Cempaka sebagian besar
dikuasai oleh orang luar darI Desa Suela dan sebagian kecil dimiliki oleh masyarakat setempat, seperti halnya Kopang II,
perkebunan di Kopang II sebagian besar dikuasai oleh orang luar dari Desa Suela dan sebagian oleh masyarakat.
Selain lahan pertanian yang luas dan subur, Desa Suela memiliki sumber daya alam yang penting yaitu Hutan Lindung
Lemor yang di dalamnya terdapat lima (5) sumber mata air, satu di antaranya yaitu mata air Lemor yang debit airnya sangat besar.

11
Mata air yang ada di dalam kawasan hutan Lemor merupakan sumber air untuk minum dan irigasi bagi masyarakat Suela dan
sekitarnya.

12
4.2. Karateristik Petani Responden
Karateristik petani responden yang dibahas dalam penelitian ini meliputi : umur petani responden, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan berusahatani padi sawaah untuk lebih jelasnya akan disajikan pada lampiran 1.
4.2.1. Umur Petani Responden
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas di dalam berusahatani. Dalam usia produktif petani
cenderung dapat merencanakan dan melaksanakan berbagai kegiatan usahatani yang lebih baik. Selain itu umur dapat
mempengaruhi kemampuan fisik dalam bekerja, cara berfikir serta keinginan untuk menerima inovasi atau ide-ide baru berkaitan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu mengarahkan petani dalam mengelola usahataninya.
Tabel 4.1. Rata-Rata Umur Petani Yang Masuk Kelompok Tani Dan Petani Yang Tidak Masuk Kelompok Tani
No
Rata-rata umur
kelompok tani
non kelompok tani
Jumlah
persentase
jumlah
persentase
1
26-35
7
35
0
0
2
36-45
6
30
3
15
3
46-55
6
30
17
85
4
>55
1
5
0
0
Jumlah
20
100
20
100
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel 4.1 untuk petani yang masuk kelompok tani, kelompok umur paling banyak berada pada kisaran 26-35tahun
sebanyak 7 orang atau 35% dari total responden petani yang masuk kelompok tani dengan rata-rata umur 41,5 tahun. Sedangkan
untuk petani yang tidak masuk kelompok tani kelompok umur terbanyak berada pada kisaran 46-55 tahun sebanyak 17 orang atau
85% dari total responden petani yang tidak masuk kelompok tani dengan rata-rata umur 48,75 tahun. Dengan demikian semua
responden berada dalam kelompok umur produktif, artinya secara fisik maupun mental mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan barang dan jasa. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Simanjuntak (1985), yang menyatakan bahwa kisaran umur antara
15–64 tahun merupakan golongan usia produktif, sehingga baik secara fisik maupun mental petani memiliki kemampuan untuk
berusaha dalam menghasilkan barang dan jasa.
4.2.2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat pengetahuan petani responden yang
dapat mempengaruhi motivasi petani untuk berfikir lebih baik dalam memilih alternatif dan memecahkan masalah yang dihadapi
pada saat mengelola usahatninya.Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang petani responden maka semakin mudah menerima
dan menyerap berbagai bentuk teknologi sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya dalam menghasilkan produk khususnya
komoditi padi sawah.
Tabel 4.2.Tingkat Pendidikan Petani Responden
No
Kelompok tani
Non kelompok tani
Pendidikan
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
1
Tidak tamat SD
2
10
1
5
2
Tamat SD
3
15
5
25
3
SLTP
7
35
6
30
4
SLTA
5
25
4
20
5
Tamat perguruan tinggi
3
15
4
20
Jumlah
20
100
20
100
Sumber : Data Primer Diolah
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa kisaran pendidikan petani responden adalah tidak tamat SD hingga tamat perguruan tinggi.
Tingkat pendidikan petani yang masuk kelompok tani yang paling banyak adalah SLTP sebanyak 7 orang atau 35% dari seluruh
petani responden yang masuk kelompok tani. Sedangkan untuk petani yang tidak masuk kelompok tani, tingkat pendidikan juga
yang paling banyak adalah SLTP sebanyak 6 orang atau 30% dari total responden petani yang tidak masuk kelompok tani.
4.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi biaya hidup yang dikeluarkan oleh suatu rumah tangga. Semakin besar
jumlah tanggungan keluarga semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan hidup keluarganya.
Tabel 4.3. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden
Kelompok tani
Non kelompok tani
Tanggungan
No
keluarga
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
1
0-1
0
0
0
0
2
2-3
15
75
7
35
3
4-5
4
20
11
55
4
6-7
1
5
2
10
Jumlah
20
100
20
100
Sumber : Data Primer Diolah

13
Dari tabel 4.3 dapat dilihat jumlah tanggungan keluarga responden berkisar antara 0-7 orang.Jumlahtanggungan keluarga
petani responden yang masuk kelompok tani terbanyak pada kisaran2-3 orang yaitu 15 orang atau 70% dari jumlah responden
petani yang masuk kelompok tani. Sedangkan untuk responden petani yang tidak masuk kelompok tani memilki jumlah
tanggungan keluarga terbesar yaitu pada kisaran 4-5 orang atau 55% dari jumlah responden petani yang tidak masuk kelompok
tani.
4.2.4. Luas Lahan Garapan
Luas lahan garapan merupakan modal utama dan berkaitan erat dengan pendapatan yang diperoleh oleh rumah
tangga petani.Lahan merupakan tempat aktivitas usahatani untuk memperoleh sumber pangan dan pendapatan.
Tabel 4.4.Luas Lahan Garapan Petani Responden Berdasarkan Setrata
No Luas lahan
kelompok tani
non kelompok tani
jumlah
persentase
jumlah
persentase
1
≤ 0,50 ha
14
70
9
45
2
0,51 - 1,00 ha
4
20
6
30
3
≥ 1,00 ha
2
10
5
25
Jumlah
20
100
20
100
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel 4.4 luas lahan garapan yang dimiliki oleh petani responden baik petani yang masuk kelompok tani maupun
petani yang tidak masuk kelompok tani terbanyak pada kisaran kurang dari 0,50 hektar. Secara rinci akan disajikan luas lahan
garapan besertana nama petani respopnden yang ada di Desa Suela Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur pada lampiran 2.
Luas lahan garapan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah produksi yang dihasilkan tetapi input variabel
yang berpengaruh terhadap jumlah output produksi akan mempengaruhi jumlah produksi.
4.3. Analisis Biaya dan Pendapatan Petani(Usahatani Padi Sawah) Yang Masuk Dan Tidak Masuk Kelompok Tani di Desa
Suela Kecamatan Suela.
Pada usahatani padi sawah ada beberapa tahap yang dilakukan petani didalam melakukan usahataninya diantaranya tahap
pembibitan, tahap pengolahan lahan, tahap penanaman, tahap pemupukan, tahap penyiangan, tahap penyemprotan, tahap
pengairan, dan tahap pemanenan hasil. Selama tahap tersebut tentu banyak biaya yang dikeluarkan oleh petani (petani padi sawah)
guna mencapai hasil yang maksimal, selain biaya-biaya yang dikeluarkan selama tahap tersebut ada juga biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh petani padi sawah diantaranya biaya pajak, biaya bunga pinjaman modal, dan biaya penyusutan peralatan
pertanian. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan pada lampiran 3 dan lampiran 4.
Tabel 4.5 Rata-Rata Biaya Yang Dikeluarkan Petani Selama Satu Kali Musim Tanam Padi Sawah di Desa Suela Tahun 2011
kelompok tani
non kelompok tani
setrata
luas lahan
FC
VC
TC
FC
VC
TC
i
1 ha
209171
7653470
7862641
271240
6375469
6646709
Sumber: Lampiran 5 dalam s