DINAMIKA PERTUMBUHAN PENDUDUK PERTUMBUHAn penduduk
DINAMIKA PERTUMBUHAN PENDUDUK,
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DEFORESTASI
Oleh: Nanda Adhi Purusa
1
PENDAHULUAN
Penduduk dunia mengalami pertumbuhan seperti yang telah diprediksikan
sebelumnya. Tepatnya pada tahun 1972 Dennis L. Meadows mengungkapkan, pada
tahun 1650 penduduk dunia berjumlah 0,5 milyar dan tumbuh pada laju kira-kira 0,3%
setahun. Tahun 1970 penduduk dunia berjumlah 3,6 milyar dan laju tumbuhnya 2,1%
setahun, jadi jelas bahwa penduduk tidak hanya tumbuh menurut deret ukur tetapi laju
tumbuhnya juga bertambah besar. Kemudian, dalam waktu 30 tahun lagi dunia akan
dihadapkan pada jumlah penduduk sekitar 7 milyar jiwa. Kondisi yang diungkapkan
tersebut, benar-benar terjadi sekarang ini.
Perubahan dinamika penduduk tersebut diawali pada masa revolusi industri tahun
1750 yang mendorong penurunan tingkat kematian rata-rata yang cukup tajam seiring
dengan kemajuan teknologi, dan juga ditemukannya obat-obatan yang menunjang
perbaikan kesehatan seseorang. Tetapi pada tahap awal industrialisasi, tingkat kelahiran
masih tinggi, karena masyarakat masih mempunyai pandangan bahwa mempunyai
banyak anak maka akan mendatangkan banyak rejeki pula. Keadaan tersebut berbalik
ketika biaya untuk memenuhi kebutuhan anak terus meningkat dan didorong dengan
penggunaan alat kontrasepsi maka jumlah kelahiran dapat ditekan. Tetapi sampai
sekarang tingkat kelahiran masih lebih tinggi daripada tingkat kematian dan membuat
jumlah penduduk dunia mencapai 7,052 milyar jiwa pada tahun 2012 (UNDP 2013).
Dinamika kependudukan tersebut selalu membawa masalah ke dalam berbagai
bidang kehidupan. Seperti kerusakan lingkungan, ketahanan pangan dan permasalahan
sosial. Kecenderungan yang terjadi, seiring dengan dimulainya era industrialisasi adalah
tingkat pertumbuhan ekonomi dunia terus mengalami peningkatan sebesar 1,4% selama
tahun 1975-2005 (Wiyono, 2008). Hal tersebut mendorong pola hidup manusia yang
semakin modern dengan kualitas kesehatan, pendidikan yang tinggi dan tuntutan
kebutuhan yang semakin banyak pula. Barang-barang dan jasa mudah untuk
didistribusikan serta teknologi semakin berkembang pesat. Tetapi kesenjangan ekonomi
antara negara maju dengan negara miskin masih terjadi sampai sekarang.
Suatu hal yang menjadi bahan introspeksi sampai saat ini adalah pola atau arah
pembangunan ekonomi dunia yang berorientasi pada sektor industri dan jasa yang
menggantikan sektor pertanian. Hal tersebut tentunya tidak relevan dengan keadaan
negara-negara tertentu yang memiliki potensi alam atau potensi pertanian. Karena
2
masalah pangan juga harus menjadi perhatian yang besar dengan pertumbuhan penduduk
dunia yang masih menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Berkembangnya
industrialisasi banyak menyerap lahan selain lahan tersebut untuk tempat tinggal
manusia itu sendiri dan juga banyak menghasilkan CO2, yang berasal dari proses
industri. Menurut Wiyono 2008, selama tahun 1990 sampai dengan tahun 2004
pertumbuhan CO2 di dunia sebesar 2% per tahunnya. Oleh karena itu pertumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan penduduk selalu mendatangkan permasalahan yang sistemik,
dan paper ini akan meninjau negara-negara yang memiliki hutan yang luas untuk dapat
memberikan pandangan mengenai pertumbuhan dalam keseimbangan.
PERTUMBUHAN PENDUDUK, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN TINGKAT
DEFORESTASI
Dinamika penduduk yang sedemikian rupa dan pemakaian energi yang
menunjang pertumbuhan ekonomi telah menimbulkan masalah pada lingkungan yang
semakin tergerus oleh arus pertumbuhan. Kerusakan lingkungan terus menunjukkan
grafik peningkatan dan bumi tempat tinggal manusia terasa semakin panas dengan
memburuknya keadaan lingkungan tersebut. Atmosfer membutuhkan banyak produksi
oksigen guna menyerap CO2 yang terlepas di udara. Hutan yang berfungsi untuk
menyerap dan menetralisir karbon tersebut juga semakin tergerus dengan semakin
bertambahnya penduduk di dunia ini. Pada periode tahun 1990-2000, hutan dunia secara
total hilang sebesar 13,1 juta ha per tahun. Dengan adanya pembangunan hutan tanaman
sebesar 4,8 juta ha, maka laju kehilangan bersih hutan pada periode 1990-2000 adalah
sebesar 8,9 juta ha pertahun (FAO, 2006).
FAO tahun 2006 juga memberitahukan bahwa total luas hutan dunia pada
penilaian tahun 2005 adalah sebesar 3,952 milyar ha atau sama dengan 30% dari total
luas daratan dunia. Dengan jumlah populasi sebesar 6,37 milyar jiwa, maka luas hutan
per kapita adalah 0,62 ha. Permasalahannya, distribusi hutan berdasarkan negara dan
populasi tidak merata. Dua pertiga jumlah hutan dunia terdapat di 10 negara pemilik
hutan terbesar. Sekitar 64 negara yang memiliki jumlah populasi 2 milyar jiwa hanya
memiliki luas hutan per kapita dibawah 0,1 ha. Sebanyak 57 negara memiliki persentase
luas hutan per luas daratannya kurang dari 10%, bahkan 7 negara tidak memiliki hutan
sama sekali.
3
Tabel 1: 10 Negara dengan Hutan Terluas
Country / Region
Forest
Forest
Forest
Change in
Change in
cover
cover
cover
forest cover
forest cover
1990
2000
2005
1990-2000
2000-2005
1000 ha
1000 ha
1000 ha
1000 ha/yr
1000 ha/yr
Russian Federation
808,950
809,268
808,790
32
-96
Brazil
520,027
493,213
477,698
-2,681
-3,103
Canada
310,134
310,134
310,134
0
0
298,648
302,294
303,089
365
159
China
157,141
177,001
197,290
1,986
4,058
Australia
167,904
164,645
163,678
-326
-193
140,531
135,207
133,610
-532
-319
Indonesia
116,567
97,852
88,495
-1,872
-1,871
Peru
70,156
69,213
68,742
-94
-94
India
63,939
67,554
67,701
362
29
TOTAL
872,889
876,822
876,491
-2760
-1430
United States of
America
Democratic Republic
of the Congo
Sumber: Food and Agriculture Organization of the United Nations, 2005
Negara-negara dengan hutan terluas masih belum bisa menjaga tingkat
deforestasi hutan mereka ke arah yang lebih positif. Seperti di negara Brazil, Australia,
Kongo, Indonesia dan Peru yang masih menunjukkan tingkat deforestasi per tahunnya
dari tahun 1990-2005. Hanya negara China yang menunjukkan kinerja sangat baik pada
pelestarian hutan selama tahun 1990-2000 sebesar 1.986.000 hektar per tahun dapat
ditambah dan kinerja semakin membaik lagi selama tahun 2000-2005 dengan total
pelestarian hutan sebesar 4.058.000 hektar per tahun. Sedangkan negara-negara maju
seperti Rusia, Amerika Serikat dan Canada sudah dapat meningkatkan jumlah hutan
mereka tetapi tidak sebaik negara China.
Hutan menurut Gardner dan Engelman (1999) yang bersumber dari Suryanto
(2012) mempunyai sembilan fungsi esensial, yaitu menjaga keanekaragaman hayati dan
habitat, penyimpanan karbon, cadangan lahan pertanian, tempat tinggal, sumber energi
4
kayu bakar dan arang, sumber bahan baku kayu, ekowisata dan rekreasi, perlindungan
DAS (Daerah Aliran Sungai), dan sumber bahan baku bukan kayu. Maka dari itu, hutan
mempunyai peran vital dalam kelestarian alam.
Ketika ditarik lagi ke arah perekonomian dan dinamika penduduknya negaranegara yang mempunyai andil besar terhadap bumi khususnya dalam produksi oksigen
tersebut mempunyai polemik yang berbeda-beda. Negara dengan jumlah hutan terluas di
dunia harus dapat menjaga stabilitas perekonomian dan menciptakan kelestarian
lingkungan supaya berdampak pada keadaan bumi yang lebih baik. Tetapi, semua negara
tersebut juga mempunyai andil dalam menciptakan polusi udara oleh berbagai latar
belakang negara-negara tersebut. Seperti yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
Tabel 2, Dinamika Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi
Negara
Total Population
Annual Growth
GDP
GDP per
(millions)
Population (%)
(2005 PPP
capita
$ Billions)
(2005 PPP $)
2012
2030
2000-2005
2010-2015
2011
2011
Rusia
142.7
136.4
-0.4
-0.1
2,101.8
14,808
Brazil
198.4
220.5
1.3
0.8
2,021.3
10,278
Kanada
34.7
39.8
1.0
0.9
1,231.6
35,716
Amerika
315.8
361.7
1.0
0.9
13,238.3
42,486
1,353.6
1,393.1
0.6
0.4
9,970.6
7,418
Australia
22.9
27.8
1.3
1.3
781.5
34,548
Kongo
4.2
6.2
2.4
2.2
16.1
3,885
Indonesia
244.8
279.7
1.3
1.0
992.1
4,094
Peru
29.7
35.5
1.3
1.1
266
9,049
India
1,258.4
1,523.5
1.6
1.3
3,976.5
3,203
Serikat
China
Sumber: UNDP, 2013
5
Tabel 3, Pencemaran Udara
Negara
Emission
Carbon Dioxide
Total
Per Capita
(megatonnes)
(tonnes)
(average annual % growth)
2008
2008
1970-2008
Rusia
1,709
12
-
Brazil
393
2.1
2.0
Kanada
544
16.3
0.1
Amerika Serikat
5,461
18.0
-0.4
China
7,032
5.3
4.7
399
18.6
1.2
2
0.5
0.4
Indonesia
406
1.7
4.7
Peru
41
1.4
0.1
India
1,743
1.5
3.8
Australia
Kongo
Sumber: UNDP, 2013
Amerika Serikat negara yang mampu menciptakan PDB yang paling besar
diantara 9 negara lainnya pada tahun 2008, yaitu sebesar 13.238,3 milyar dollar harus
dibayar dengan penciptaan emisi karbondioksida terbesar kedua setelah China yaitu
sebanyak 5.461 megatonnes. Hal tersebut menjadi polemik tersendiri karena Amerika
Serikat belum mampu menciptakan pertumbuhan hutan untuk mengurangi emisi
karbondioksida seperti negara China, yaitu hanya sebesar 365.000 hektar per tahun
selama tahun 1990-2000 dan pada tahun 2000-2005 Amerika Serikat hanya mampu
menambah lahan sebagai hutan sebesar 159.000 hektar per tahun, masih jauh dengan
penciptaan hutan di negara China. Dengan pertumbuhan penduduk yang cenderung
terkendali, seharusnya negara-negara maju yang mempunyai trend positif dalam
penciptaan hutan harus benar-benar menunjukkan peningkatan secara berkala.
Sedangkan untuk negara-negara yang termasuk dalam negara yang sedang
berkembang juga mempunyai polemik tersendiri, selain mengendalikan pertumbuhan
penduduk mereka juga harus berusaha meningkatkan GDP perkapita yang masih berada
jauh jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Hanya Brazil yang mampu
6
menciptakan GDP per kapita yang cukup mengsankan dengan 10.278 dollar. Tetapi
negara dengan luas hutan terbesar kedua tersebut mempunyai tingkat deforestasi terbesar
dibandingkan negara-negara lainnya yaitu sebesar -2.681.000 hektar per tahun selama
tahun 1990-2000, sedangkan pada tahun 2000-2005 tingkat deforestasi ini lebih parah ke
angka -3.103.000 hektar per tahun. Indonesia berada di urutan kedua setelah Brazil
dengan tingkat deforestasi yang cukup tinggi pula kemudian disusul oleh negara Kongo
di urutan ketiga. Hal ini menjadi dilema tersendiri ketika mereka harus meningkatkan
pendapatan negara dan meminimalisir kerusakan alam, ditambah lagi dengan negara
Kongo yang harus bekerja ekstra untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk
yang saat ini berada pada urutan pertama terbesar diantara 9 negara lainnya dengan
tingkat pertumbuhan penduduk per tahun 2,4 selama tahun 2000-2005 dan diprediksi 2,2
dari tahun 2010 sampai tahun 2015.
Dari semua polemik yang dihadapi masing-masing negara maju maupun negara
berkembang, pada initinya semua negara harus berperan serta dalam melestarikan lagi
lingkungan alam dan mengarahkan pertumbuhan pada keseimbangan. Dengan kata lain
bahwa kelestarian alam merupakan harga mati untuk menunjang kehidupan manusia
secara jangka panjang.
PANDANGAN
DALAM
MENCIPTAKAN
PERTUMBUHAN
DALAM
KESEIMBANGAN
Pertumbuhan yang mengarah pada keseimbangan harus benar-benar diwujudkan.
Sepuluh negara yang mempunyai hutan terluas di dunia harus mempunyai arah yang
jelas dalam pembangunan supaya deforestasi tidak semakin banyak terjadi. Sehingga
fungsi-fungsi hutan dapat berjalan secara maksimal dan menciptakan kelestarian alam.
Mengapa 10 negara tersebut menjadi perhatian utama? Karena memang negara-negara
tersebut dapat memberikan pengaruh yang besar pada dunia terutama mengenai
kelestarian paru-paru dunia. Ketika gelombang negatif yaitu kerusakan alam yang terus
dibiarkan merajalela kemudian tidak ada pengendalian penduduk serta ketimpangan
ekonomi yang tidak dicari jalan keluarnya, maka akan semakin cepat terjadi kehancuran.
Namun ketika gelombang positif diciptakan dan dapat dikendalikan, maka kehidupan
dapat terus berlangsung secara berkesinambungan sampai anak cucu kita.
7
Negara-negara dengan potensi menciptakan keseimbangan alam juga harus
mengendalikan pertumbuhan ekonomi dan penduduk. Arus pertumbuhan yang terjadi
sekarang adalah kecenderungan untuk sektor industri dan jasa menggantikan sektor
pertanian. Sehingga penciptaan karbon juga harus dikendalikan dan tidak semua negara
tidak bisa ditumbuhkan dengan industrialisasi dengan pertimbangan terciptanya
keseimbangan alam. Semua negara juga tidak bisa dipaksakan untuk bersaing dari sektor
industri maupun jasanya. Kalau arus tersebut terus berlanjut, ditakutkan sektor pertanian
tergerus dengan arus industrialisasi, bahkan apabila arus pertumbuhan penduduk belum
bisa dikendalikan, maka fenomena kelaparan akan semakin meluas. Maka kearifan lokal
dapat dijadikan pertimbangan dalam pembangunan berwawasan lingkungan.
Semua merupakan permasalah yang bersifat sistemik sehingga semua saling
terkait. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa penduduk dunia yang masih
tumbuh menimbulkan banyak permasalahan khususnya pada negara yang belum mampu
menciptakan tatanan infrastruktur yang memadai bagi penduduk mereka. Suatu dilema
memang terjadi ketika bangsa Eropa yang menguasai pada jaman kolonialisme,
kemudian dapat menciptakan teknologi yang mutakhir dan membuat angka kematian
menjadi rendah. Bangsa barat yang menguasai peradaban dapat dikatakan sudah siap
dengan segala tatanan infrastruktur untuk menampung semua penduduknya supaya
menciptakan lingkungan yang ideal. Namun, di negara yang sedang berkembang, mereka
harus berjuang dengan susah payah untuk meraih kemerdekaan, kemudian ketika sudah
terlepas dari penjajahan, rata-rata negara tersebut sudah menghadapi dinamika penduduk
yang sudah menghadapi pergeseran. Ini merupakan salah satu alasan mengapa negara
berkembang bergantung pada negara maju, karena memang negara maju telah menguasai
dan mengawali peradaban manusia sebelumnya.
Semua komponen masyarakat dunia harus mampu menciptakan kelestarian alam,
seperti yang sudah dibahas dalam konferensi-konferensi Internasional, bahwa negara
maju juga harus turut membantu negara yang berkembang untuk menciptakan kelestarian
guna kehidupan yang lebih baik di bumi ini. Hal tersebut memang wajib terwujud, selain
negara-negara berkembang sendiri juga harus mampu menyelesaikan masalah guna
menciptakan pembangunan yang berwawasan lingkungan tersebut.
8
Dalam suasana keseimbangan, besaran yang harus tetap hanyalah penduduk dan
modal. Kegiatan manusia yang tidak banyak membutuhkan arus sumber tidak dapat
diperbaharui atau menimbulkan kerusakan lingkungan dapat terus dikembangkan.
Khususnya, kegiatan-kegiatan yang dianggap orang paling disukai dan memberik
kepuasan, seperti pendidikan, seni, musik, agama, penelitian ilmiah dasar, olahraga, dan
hubungan sosial dapat tumbuh subur. Semua kegiatan tersebut sangat bergantung pada
dua faktor. Pertama, pada adanya produksi lebih setelah kebutuhan pokok manusia yaitu
sandang, pangan, papan terpenuhi. Kedua, kegiatan-kegiatan itu membutuhkan waktu
luang. Dalam suasana keseimbangan apapun, tingkat modal dan tingkat penduduk dapat
disesuaikan untuk menjamin bahwa kebutuhan kebendaan manusia dapat dipenuhi pada
tingkat yang diinginkan. Karena besar produksi barang pada dasarnya sudah ditetapkan,
setiap perbaikan pada cara produksi membawa akibat bertambahnya waktu luang bagi
penduduk. Waktu luang tersebut dapat digunakan untuk kegiatan yang tidak
menghabiskan barang dan tidak menimbulkan pencemaran seperti kegiatan diatas tadi.
SKEMA PENYELESAIAN MASALAH:
Arah
pembangun
an ekonomi
Kelestarian
alam
10 Negara yang
berpotensi
pada
peningkatan
kelestarian alam
Pengendalian
penduduk
Pengembangan
Sumber daya
manusia
9
KESIMPULAN
Paper ini memaparkan mengenai permasalahan yang terjadi di dunia saat ini yang
mencakup pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan tingkat deforestasi.
Kemudian mengambil 10 negara yang dinilai mampu dalam menciptakan peningkatan
kelestarian alam di dunia ini. Karena negara-negara tersebut memiliki hutan yang luas
dan hutan mempunyai fungsi yang vital dalam menciptakan kelestarian alam. Oleh
karena itu negara-negara tersebut harus mampu menjadi yang terdepan dalam
pengurangan tingkat deforestasi tidak justru terjadi penambahan deforestasi. Tentunya
diperlukan penyelesaian yang saling terkait satu sama lainnya, yaitu mengenai
pengendalian jumlah penduduk, arus pertumbuhan ekonomi dan pengembangan sumber
daya manusianya.
Negara-negara maju juga harus mampu dan mau membantu negara berkembang
yang cenderung mempunyai permasalahan yang lebih kompleks dalam upaya penciptaan
kelestarian alam. Bagaimanapun caranya, merupakan suatu yang mutlak untuk
peningkatan kelestarian alam tersebut. Karena kehidupan manusia memang memerlukan
untuk adanya pertumbuhan, tetapi ada baiknya kalau pertumbuhan tersebut berada dalam
keseimbangan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Meadows, Dennis L. 1972. Batas-Batas Pertumbuhan: Sebuah Laporan untuk Proyek
The Club of Rome mengenai Bahaya yang Mengancam Umat Manusia. PT.
Gramedia: Jakarta.
Moertiningsih A, Sri ., Bulan S, Omas. 2010. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Salemba
Empat
Wiyono, Vincent Hadi. 2008. Pertumbuhan Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, dan
Kerusakan Lingkungan. “Jurnal Perspektif Ekonomi”, Vol. 1, No.1: Hlm 1-8.
Suryanto. 2012. Hutan sebagai Sumberdaya Dunia. “Info Teknis Dipterokarpa” Vol. 6
No. 1, September 2012: 59-75.
UNDP. 2013. Human Development Report 2013: The Rise of the South: Human
Progress in a Diverse World. New York: Khalid Malik.
www.rainforests.mongabay.com "Forest Resources Assessment 2005" by the Food and
Agriculture Organization of the United Nations. Diakses pada tanggal 31 Mei 2014
pukul 22.00 WIB.
11
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DEFORESTASI
Oleh: Nanda Adhi Purusa
1
PENDAHULUAN
Penduduk dunia mengalami pertumbuhan seperti yang telah diprediksikan
sebelumnya. Tepatnya pada tahun 1972 Dennis L. Meadows mengungkapkan, pada
tahun 1650 penduduk dunia berjumlah 0,5 milyar dan tumbuh pada laju kira-kira 0,3%
setahun. Tahun 1970 penduduk dunia berjumlah 3,6 milyar dan laju tumbuhnya 2,1%
setahun, jadi jelas bahwa penduduk tidak hanya tumbuh menurut deret ukur tetapi laju
tumbuhnya juga bertambah besar. Kemudian, dalam waktu 30 tahun lagi dunia akan
dihadapkan pada jumlah penduduk sekitar 7 milyar jiwa. Kondisi yang diungkapkan
tersebut, benar-benar terjadi sekarang ini.
Perubahan dinamika penduduk tersebut diawali pada masa revolusi industri tahun
1750 yang mendorong penurunan tingkat kematian rata-rata yang cukup tajam seiring
dengan kemajuan teknologi, dan juga ditemukannya obat-obatan yang menunjang
perbaikan kesehatan seseorang. Tetapi pada tahap awal industrialisasi, tingkat kelahiran
masih tinggi, karena masyarakat masih mempunyai pandangan bahwa mempunyai
banyak anak maka akan mendatangkan banyak rejeki pula. Keadaan tersebut berbalik
ketika biaya untuk memenuhi kebutuhan anak terus meningkat dan didorong dengan
penggunaan alat kontrasepsi maka jumlah kelahiran dapat ditekan. Tetapi sampai
sekarang tingkat kelahiran masih lebih tinggi daripada tingkat kematian dan membuat
jumlah penduduk dunia mencapai 7,052 milyar jiwa pada tahun 2012 (UNDP 2013).
Dinamika kependudukan tersebut selalu membawa masalah ke dalam berbagai
bidang kehidupan. Seperti kerusakan lingkungan, ketahanan pangan dan permasalahan
sosial. Kecenderungan yang terjadi, seiring dengan dimulainya era industrialisasi adalah
tingkat pertumbuhan ekonomi dunia terus mengalami peningkatan sebesar 1,4% selama
tahun 1975-2005 (Wiyono, 2008). Hal tersebut mendorong pola hidup manusia yang
semakin modern dengan kualitas kesehatan, pendidikan yang tinggi dan tuntutan
kebutuhan yang semakin banyak pula. Barang-barang dan jasa mudah untuk
didistribusikan serta teknologi semakin berkembang pesat. Tetapi kesenjangan ekonomi
antara negara maju dengan negara miskin masih terjadi sampai sekarang.
Suatu hal yang menjadi bahan introspeksi sampai saat ini adalah pola atau arah
pembangunan ekonomi dunia yang berorientasi pada sektor industri dan jasa yang
menggantikan sektor pertanian. Hal tersebut tentunya tidak relevan dengan keadaan
negara-negara tertentu yang memiliki potensi alam atau potensi pertanian. Karena
2
masalah pangan juga harus menjadi perhatian yang besar dengan pertumbuhan penduduk
dunia yang masih menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Berkembangnya
industrialisasi banyak menyerap lahan selain lahan tersebut untuk tempat tinggal
manusia itu sendiri dan juga banyak menghasilkan CO2, yang berasal dari proses
industri. Menurut Wiyono 2008, selama tahun 1990 sampai dengan tahun 2004
pertumbuhan CO2 di dunia sebesar 2% per tahunnya. Oleh karena itu pertumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan penduduk selalu mendatangkan permasalahan yang sistemik,
dan paper ini akan meninjau negara-negara yang memiliki hutan yang luas untuk dapat
memberikan pandangan mengenai pertumbuhan dalam keseimbangan.
PERTUMBUHAN PENDUDUK, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN TINGKAT
DEFORESTASI
Dinamika penduduk yang sedemikian rupa dan pemakaian energi yang
menunjang pertumbuhan ekonomi telah menimbulkan masalah pada lingkungan yang
semakin tergerus oleh arus pertumbuhan. Kerusakan lingkungan terus menunjukkan
grafik peningkatan dan bumi tempat tinggal manusia terasa semakin panas dengan
memburuknya keadaan lingkungan tersebut. Atmosfer membutuhkan banyak produksi
oksigen guna menyerap CO2 yang terlepas di udara. Hutan yang berfungsi untuk
menyerap dan menetralisir karbon tersebut juga semakin tergerus dengan semakin
bertambahnya penduduk di dunia ini. Pada periode tahun 1990-2000, hutan dunia secara
total hilang sebesar 13,1 juta ha per tahun. Dengan adanya pembangunan hutan tanaman
sebesar 4,8 juta ha, maka laju kehilangan bersih hutan pada periode 1990-2000 adalah
sebesar 8,9 juta ha pertahun (FAO, 2006).
FAO tahun 2006 juga memberitahukan bahwa total luas hutan dunia pada
penilaian tahun 2005 adalah sebesar 3,952 milyar ha atau sama dengan 30% dari total
luas daratan dunia. Dengan jumlah populasi sebesar 6,37 milyar jiwa, maka luas hutan
per kapita adalah 0,62 ha. Permasalahannya, distribusi hutan berdasarkan negara dan
populasi tidak merata. Dua pertiga jumlah hutan dunia terdapat di 10 negara pemilik
hutan terbesar. Sekitar 64 negara yang memiliki jumlah populasi 2 milyar jiwa hanya
memiliki luas hutan per kapita dibawah 0,1 ha. Sebanyak 57 negara memiliki persentase
luas hutan per luas daratannya kurang dari 10%, bahkan 7 negara tidak memiliki hutan
sama sekali.
3
Tabel 1: 10 Negara dengan Hutan Terluas
Country / Region
Forest
Forest
Forest
Change in
Change in
cover
cover
cover
forest cover
forest cover
1990
2000
2005
1990-2000
2000-2005
1000 ha
1000 ha
1000 ha
1000 ha/yr
1000 ha/yr
Russian Federation
808,950
809,268
808,790
32
-96
Brazil
520,027
493,213
477,698
-2,681
-3,103
Canada
310,134
310,134
310,134
0
0
298,648
302,294
303,089
365
159
China
157,141
177,001
197,290
1,986
4,058
Australia
167,904
164,645
163,678
-326
-193
140,531
135,207
133,610
-532
-319
Indonesia
116,567
97,852
88,495
-1,872
-1,871
Peru
70,156
69,213
68,742
-94
-94
India
63,939
67,554
67,701
362
29
TOTAL
872,889
876,822
876,491
-2760
-1430
United States of
America
Democratic Republic
of the Congo
Sumber: Food and Agriculture Organization of the United Nations, 2005
Negara-negara dengan hutan terluas masih belum bisa menjaga tingkat
deforestasi hutan mereka ke arah yang lebih positif. Seperti di negara Brazil, Australia,
Kongo, Indonesia dan Peru yang masih menunjukkan tingkat deforestasi per tahunnya
dari tahun 1990-2005. Hanya negara China yang menunjukkan kinerja sangat baik pada
pelestarian hutan selama tahun 1990-2000 sebesar 1.986.000 hektar per tahun dapat
ditambah dan kinerja semakin membaik lagi selama tahun 2000-2005 dengan total
pelestarian hutan sebesar 4.058.000 hektar per tahun. Sedangkan negara-negara maju
seperti Rusia, Amerika Serikat dan Canada sudah dapat meningkatkan jumlah hutan
mereka tetapi tidak sebaik negara China.
Hutan menurut Gardner dan Engelman (1999) yang bersumber dari Suryanto
(2012) mempunyai sembilan fungsi esensial, yaitu menjaga keanekaragaman hayati dan
habitat, penyimpanan karbon, cadangan lahan pertanian, tempat tinggal, sumber energi
4
kayu bakar dan arang, sumber bahan baku kayu, ekowisata dan rekreasi, perlindungan
DAS (Daerah Aliran Sungai), dan sumber bahan baku bukan kayu. Maka dari itu, hutan
mempunyai peran vital dalam kelestarian alam.
Ketika ditarik lagi ke arah perekonomian dan dinamika penduduknya negaranegara yang mempunyai andil besar terhadap bumi khususnya dalam produksi oksigen
tersebut mempunyai polemik yang berbeda-beda. Negara dengan jumlah hutan terluas di
dunia harus dapat menjaga stabilitas perekonomian dan menciptakan kelestarian
lingkungan supaya berdampak pada keadaan bumi yang lebih baik. Tetapi, semua negara
tersebut juga mempunyai andil dalam menciptakan polusi udara oleh berbagai latar
belakang negara-negara tersebut. Seperti yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
Tabel 2, Dinamika Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi
Negara
Total Population
Annual Growth
GDP
GDP per
(millions)
Population (%)
(2005 PPP
capita
$ Billions)
(2005 PPP $)
2012
2030
2000-2005
2010-2015
2011
2011
Rusia
142.7
136.4
-0.4
-0.1
2,101.8
14,808
Brazil
198.4
220.5
1.3
0.8
2,021.3
10,278
Kanada
34.7
39.8
1.0
0.9
1,231.6
35,716
Amerika
315.8
361.7
1.0
0.9
13,238.3
42,486
1,353.6
1,393.1
0.6
0.4
9,970.6
7,418
Australia
22.9
27.8
1.3
1.3
781.5
34,548
Kongo
4.2
6.2
2.4
2.2
16.1
3,885
Indonesia
244.8
279.7
1.3
1.0
992.1
4,094
Peru
29.7
35.5
1.3
1.1
266
9,049
India
1,258.4
1,523.5
1.6
1.3
3,976.5
3,203
Serikat
China
Sumber: UNDP, 2013
5
Tabel 3, Pencemaran Udara
Negara
Emission
Carbon Dioxide
Total
Per Capita
(megatonnes)
(tonnes)
(average annual % growth)
2008
2008
1970-2008
Rusia
1,709
12
-
Brazil
393
2.1
2.0
Kanada
544
16.3
0.1
Amerika Serikat
5,461
18.0
-0.4
China
7,032
5.3
4.7
399
18.6
1.2
2
0.5
0.4
Indonesia
406
1.7
4.7
Peru
41
1.4
0.1
India
1,743
1.5
3.8
Australia
Kongo
Sumber: UNDP, 2013
Amerika Serikat negara yang mampu menciptakan PDB yang paling besar
diantara 9 negara lainnya pada tahun 2008, yaitu sebesar 13.238,3 milyar dollar harus
dibayar dengan penciptaan emisi karbondioksida terbesar kedua setelah China yaitu
sebanyak 5.461 megatonnes. Hal tersebut menjadi polemik tersendiri karena Amerika
Serikat belum mampu menciptakan pertumbuhan hutan untuk mengurangi emisi
karbondioksida seperti negara China, yaitu hanya sebesar 365.000 hektar per tahun
selama tahun 1990-2000 dan pada tahun 2000-2005 Amerika Serikat hanya mampu
menambah lahan sebagai hutan sebesar 159.000 hektar per tahun, masih jauh dengan
penciptaan hutan di negara China. Dengan pertumbuhan penduduk yang cenderung
terkendali, seharusnya negara-negara maju yang mempunyai trend positif dalam
penciptaan hutan harus benar-benar menunjukkan peningkatan secara berkala.
Sedangkan untuk negara-negara yang termasuk dalam negara yang sedang
berkembang juga mempunyai polemik tersendiri, selain mengendalikan pertumbuhan
penduduk mereka juga harus berusaha meningkatkan GDP perkapita yang masih berada
jauh jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Hanya Brazil yang mampu
6
menciptakan GDP per kapita yang cukup mengsankan dengan 10.278 dollar. Tetapi
negara dengan luas hutan terbesar kedua tersebut mempunyai tingkat deforestasi terbesar
dibandingkan negara-negara lainnya yaitu sebesar -2.681.000 hektar per tahun selama
tahun 1990-2000, sedangkan pada tahun 2000-2005 tingkat deforestasi ini lebih parah ke
angka -3.103.000 hektar per tahun. Indonesia berada di urutan kedua setelah Brazil
dengan tingkat deforestasi yang cukup tinggi pula kemudian disusul oleh negara Kongo
di urutan ketiga. Hal ini menjadi dilema tersendiri ketika mereka harus meningkatkan
pendapatan negara dan meminimalisir kerusakan alam, ditambah lagi dengan negara
Kongo yang harus bekerja ekstra untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk
yang saat ini berada pada urutan pertama terbesar diantara 9 negara lainnya dengan
tingkat pertumbuhan penduduk per tahun 2,4 selama tahun 2000-2005 dan diprediksi 2,2
dari tahun 2010 sampai tahun 2015.
Dari semua polemik yang dihadapi masing-masing negara maju maupun negara
berkembang, pada initinya semua negara harus berperan serta dalam melestarikan lagi
lingkungan alam dan mengarahkan pertumbuhan pada keseimbangan. Dengan kata lain
bahwa kelestarian alam merupakan harga mati untuk menunjang kehidupan manusia
secara jangka panjang.
PANDANGAN
DALAM
MENCIPTAKAN
PERTUMBUHAN
DALAM
KESEIMBANGAN
Pertumbuhan yang mengarah pada keseimbangan harus benar-benar diwujudkan.
Sepuluh negara yang mempunyai hutan terluas di dunia harus mempunyai arah yang
jelas dalam pembangunan supaya deforestasi tidak semakin banyak terjadi. Sehingga
fungsi-fungsi hutan dapat berjalan secara maksimal dan menciptakan kelestarian alam.
Mengapa 10 negara tersebut menjadi perhatian utama? Karena memang negara-negara
tersebut dapat memberikan pengaruh yang besar pada dunia terutama mengenai
kelestarian paru-paru dunia. Ketika gelombang negatif yaitu kerusakan alam yang terus
dibiarkan merajalela kemudian tidak ada pengendalian penduduk serta ketimpangan
ekonomi yang tidak dicari jalan keluarnya, maka akan semakin cepat terjadi kehancuran.
Namun ketika gelombang positif diciptakan dan dapat dikendalikan, maka kehidupan
dapat terus berlangsung secara berkesinambungan sampai anak cucu kita.
7
Negara-negara dengan potensi menciptakan keseimbangan alam juga harus
mengendalikan pertumbuhan ekonomi dan penduduk. Arus pertumbuhan yang terjadi
sekarang adalah kecenderungan untuk sektor industri dan jasa menggantikan sektor
pertanian. Sehingga penciptaan karbon juga harus dikendalikan dan tidak semua negara
tidak bisa ditumbuhkan dengan industrialisasi dengan pertimbangan terciptanya
keseimbangan alam. Semua negara juga tidak bisa dipaksakan untuk bersaing dari sektor
industri maupun jasanya. Kalau arus tersebut terus berlanjut, ditakutkan sektor pertanian
tergerus dengan arus industrialisasi, bahkan apabila arus pertumbuhan penduduk belum
bisa dikendalikan, maka fenomena kelaparan akan semakin meluas. Maka kearifan lokal
dapat dijadikan pertimbangan dalam pembangunan berwawasan lingkungan.
Semua merupakan permasalah yang bersifat sistemik sehingga semua saling
terkait. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa penduduk dunia yang masih
tumbuh menimbulkan banyak permasalahan khususnya pada negara yang belum mampu
menciptakan tatanan infrastruktur yang memadai bagi penduduk mereka. Suatu dilema
memang terjadi ketika bangsa Eropa yang menguasai pada jaman kolonialisme,
kemudian dapat menciptakan teknologi yang mutakhir dan membuat angka kematian
menjadi rendah. Bangsa barat yang menguasai peradaban dapat dikatakan sudah siap
dengan segala tatanan infrastruktur untuk menampung semua penduduknya supaya
menciptakan lingkungan yang ideal. Namun, di negara yang sedang berkembang, mereka
harus berjuang dengan susah payah untuk meraih kemerdekaan, kemudian ketika sudah
terlepas dari penjajahan, rata-rata negara tersebut sudah menghadapi dinamika penduduk
yang sudah menghadapi pergeseran. Ini merupakan salah satu alasan mengapa negara
berkembang bergantung pada negara maju, karena memang negara maju telah menguasai
dan mengawali peradaban manusia sebelumnya.
Semua komponen masyarakat dunia harus mampu menciptakan kelestarian alam,
seperti yang sudah dibahas dalam konferensi-konferensi Internasional, bahwa negara
maju juga harus turut membantu negara yang berkembang untuk menciptakan kelestarian
guna kehidupan yang lebih baik di bumi ini. Hal tersebut memang wajib terwujud, selain
negara-negara berkembang sendiri juga harus mampu menyelesaikan masalah guna
menciptakan pembangunan yang berwawasan lingkungan tersebut.
8
Dalam suasana keseimbangan, besaran yang harus tetap hanyalah penduduk dan
modal. Kegiatan manusia yang tidak banyak membutuhkan arus sumber tidak dapat
diperbaharui atau menimbulkan kerusakan lingkungan dapat terus dikembangkan.
Khususnya, kegiatan-kegiatan yang dianggap orang paling disukai dan memberik
kepuasan, seperti pendidikan, seni, musik, agama, penelitian ilmiah dasar, olahraga, dan
hubungan sosial dapat tumbuh subur. Semua kegiatan tersebut sangat bergantung pada
dua faktor. Pertama, pada adanya produksi lebih setelah kebutuhan pokok manusia yaitu
sandang, pangan, papan terpenuhi. Kedua, kegiatan-kegiatan itu membutuhkan waktu
luang. Dalam suasana keseimbangan apapun, tingkat modal dan tingkat penduduk dapat
disesuaikan untuk menjamin bahwa kebutuhan kebendaan manusia dapat dipenuhi pada
tingkat yang diinginkan. Karena besar produksi barang pada dasarnya sudah ditetapkan,
setiap perbaikan pada cara produksi membawa akibat bertambahnya waktu luang bagi
penduduk. Waktu luang tersebut dapat digunakan untuk kegiatan yang tidak
menghabiskan barang dan tidak menimbulkan pencemaran seperti kegiatan diatas tadi.
SKEMA PENYELESAIAN MASALAH:
Arah
pembangun
an ekonomi
Kelestarian
alam
10 Negara yang
berpotensi
pada
peningkatan
kelestarian alam
Pengendalian
penduduk
Pengembangan
Sumber daya
manusia
9
KESIMPULAN
Paper ini memaparkan mengenai permasalahan yang terjadi di dunia saat ini yang
mencakup pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan tingkat deforestasi.
Kemudian mengambil 10 negara yang dinilai mampu dalam menciptakan peningkatan
kelestarian alam di dunia ini. Karena negara-negara tersebut memiliki hutan yang luas
dan hutan mempunyai fungsi yang vital dalam menciptakan kelestarian alam. Oleh
karena itu negara-negara tersebut harus mampu menjadi yang terdepan dalam
pengurangan tingkat deforestasi tidak justru terjadi penambahan deforestasi. Tentunya
diperlukan penyelesaian yang saling terkait satu sama lainnya, yaitu mengenai
pengendalian jumlah penduduk, arus pertumbuhan ekonomi dan pengembangan sumber
daya manusianya.
Negara-negara maju juga harus mampu dan mau membantu negara berkembang
yang cenderung mempunyai permasalahan yang lebih kompleks dalam upaya penciptaan
kelestarian alam. Bagaimanapun caranya, merupakan suatu yang mutlak untuk
peningkatan kelestarian alam tersebut. Karena kehidupan manusia memang memerlukan
untuk adanya pertumbuhan, tetapi ada baiknya kalau pertumbuhan tersebut berada dalam
keseimbangan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Meadows, Dennis L. 1972. Batas-Batas Pertumbuhan: Sebuah Laporan untuk Proyek
The Club of Rome mengenai Bahaya yang Mengancam Umat Manusia. PT.
Gramedia: Jakarta.
Moertiningsih A, Sri ., Bulan S, Omas. 2010. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Salemba
Empat
Wiyono, Vincent Hadi. 2008. Pertumbuhan Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, dan
Kerusakan Lingkungan. “Jurnal Perspektif Ekonomi”, Vol. 1, No.1: Hlm 1-8.
Suryanto. 2012. Hutan sebagai Sumberdaya Dunia. “Info Teknis Dipterokarpa” Vol. 6
No. 1, September 2012: 59-75.
UNDP. 2013. Human Development Report 2013: The Rise of the South: Human
Progress in a Diverse World. New York: Khalid Malik.
www.rainforests.mongabay.com "Forest Resources Assessment 2005" by the Food and
Agriculture Organization of the United Nations. Diakses pada tanggal 31 Mei 2014
pukul 22.00 WIB.
11