Proses Sosial and Interaksi Sosial dan

Proses Sosial dan Interaksi Sosial
Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk Allah SWT adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan
satu sama lain. Tidak terkecuali. Karena didunia ini manusia saling membutuhkan
manusia lain untuk memenuhi kebutuhannya pribadi dan untuk itu terjadilah proses sosial
dan interaksi sosial terhadap manusia lain dan terciptalah ilmu yang mempelajari tentang
cara berinteraksi dengan sesama dengan cara yang baik dan benar.
Rumusan Masalah :

1. Apa yang dimaksud dengan proses dan interaksi sosial?
2. Apa contoh dari proses sosial?
3. Apa sajakah yang termasuk interaksi sosial?

Proses sosial
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk
hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang
menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada. Proses sosial dapat
diartikan sebagai pengaruh timbale-balik antara pelbagai segi kehidupan bersama,
misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi,
ekonomi dengan hukum, dst.


Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interkasi
sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial(yang juga dapat dinamakan sebagai
proses sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas
sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial
antara kelompok-kelompok manusia terjadi anatara kelompo tersebut sebagai suatu
kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat.
Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara kepentingan perorangan
dengan kepentingan kelompok. Interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak
apabila terjadi reaksi terhadap dua belah pihak. Interaksi sosial tak akan mungkin teradi
apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali
tidak berpengaruh terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat hubungan termaksud.

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai faktor :


Imitasi
Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk
mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku

Sugesti
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap
yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.

Identifikasi
Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada
imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.

Proses simpati
Sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di
dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan
utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama
dengannya.


Contoh Proses Sosial
1. Proses-proses yang Asosiatif
a.

Kerja Sama (Cooperation)

Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu
atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut ber-kembang apabila orang dapat
digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan
tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang
menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam
perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja
sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (in-groupnya) dan kelompok lainya ( out-group-nya). Kerja sama akan bertambah kuat apabila ada halhal yang menyinggung anggota perorangan lainnya.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”kerjasama timbul apabila orang
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat
yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri
untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingankepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam
kerjasama yang berguna”
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang biasa diberi

nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan:
1.
Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta

2.

Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan hasil
perintah atasan atau penguasa
3.
Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentu
4.
Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian atau
unsur dari sistem sosial.
Ada 5 bentuk kerjasama:
1.
Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong
2.
Bargaining, Yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasajasa antara 2 organisasi atau lebih
3.
Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam

kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara
untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
4.
Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak
stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan
mempunyai struktut yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi,
karenamaksud utama adalah untuk mencapat satu atau beberapa tujuan bersama, maka
sifatnnya adalah kooperatif.
5.
Joint venture, yaitu erjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya
pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan, dst.

b. Akomodasi (Accomodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu menujuk pada suatu keadaan dan yntuk
menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan
dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya
dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai
suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.

Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang di-gunakan oleh para
sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama
artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau
kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk
mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa meng-hancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya.
Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu:
1.
Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai
akibat
perbedaan paham
2.
Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara
temporer

3.

Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah
akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada

masyarakat yang mengenal sistem berkasta.
4.
mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.
Bentuk-bentuk Akomodasi:
1.
Corecion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya
paksaan
2.
Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi
tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
3.
Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri
4.
Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihakpihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
5.
Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
6.
Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan
pertentangannya.
7.

Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan
c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha
mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompokkelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak,
sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah:
1.
Toleransi
2.
Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
3.
Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4.
Sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5.
Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6.
Perkawinan campuran (amaigamation)
7.
Adanya musuh bersama dari luar

Faktor-faktor yang menghambat terjadinya asimilasi adalah:
1.
Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat
2.
kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan dengan
itu seringkali menimbulkan faktor ketiga
3.
perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
4.
perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi
daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
5.
Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah
dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi.

6.

Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain apabila golongan
minoritas lain mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa


c. Amalgamasi
Merupakan peleburan dua kelompok budaya yang kemudian melahirkan budaya baru.
Biasanya dapat terjadi dengan sukarela maupun dengan pemaksaan

2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis halnya dengan
kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya
ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan.

a. Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan
yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun
kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam
prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Persaingan mempunya dua tipe umum:
1.
Bersifat Pribadi: Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan. Tipe
ini dinamakan rivalry.
2.

Bersifat Tidak Pribadi: Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing
untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.
Bentuk-bentuk persaingan:
1.
Persaingan ekonomi: timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan dengan
jumlah konsumen
2.
Persaingan kebudayaan: dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan,
pendidikan, dst.
3.
Persaingan kedudukan dan peranan: di dalam diri seseorang maupun di dalam
kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang
mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.
4.
Persaingan ras: merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan krn
ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.

b. Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara
persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi menurut Leo Von Wiese &
Howard Becker ada 5:
1.
yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan, perbuatan
menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana
2.
yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memakimaki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian
pada pihak lain, dst.

3.
yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan pihak lain
4.
yang rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat.
5.
yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan, provokasi,
intimidasi, dst.
Menurut Leo von Wiese & Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi:
1.
Kontraversi generasi masyarakat: lazim terjadi terutama pada zaman yang sudah
mengalami perubahan yang sangat cepat
2.
Kontraversi seks: menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.
3.
Kontraversi Parlementer: hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan
minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam lembaga
legislatif, keagamaan, pendidikan, dst.

c. Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri
badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak
lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan
atau pertikaian.
Sebab pertentangan adalah:
1.
Perbedaan antara individu
2.
Perbedaan kebudayaan
3.
perbedaan kepentingan
4.
perubahan sosial.
Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatankekuatan dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi
yang sebelumnya telah tercapai.
Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:
1.
Pertentangan pribadi
2.
Pertentangan Rasial: dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya
perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan
3.
Pertentangan antara kelas-kelas sosial: disebabkan karena adanya perbedaan
kepentingan
4.
Pertentangan politik: menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu
masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat
5.
Pertentangan yang bersifat internasional: disebabkan perbedaan-perbedaan
kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara
Akibat-akibat bentuk pertentangan
1.
Tambahnya solidaritas in-group
2.
Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu,
akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut.
3.
Perubahan kepribadian para individu
4.
Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
5.
Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak

Baik persaingan maupun pertentangan merupakan bentuk-bentuk proses sosial disosiatif yang
terdapat pada setiap masyarakat
E. Salah satu contoh kelompok sosial yang kami temui
Kelompok sosial yang kami jadikan contoh yaitu kelompok buruh tani di desa Ringinanyar.
Kelompok tersebut termasuk kelompok asosiatif karena mereka membentuk kelompok untuk
mencapai suatu tujuan yang sama yaitu memakmurkan usaha pertanian mereka (kooperatif)
Faktor-faktor yang mendorong adanya kelompok sosial dikalangan buruh tani adalah sebagai
berikut :
1.
Para petani memiliki tujuan yang sama untuk meningkatkan hasil panennya
2.
Masalah yang mereka hadapi cenderung sama yaitu mengenai hama tanaman dan
penyakit-penyakit yang mewabang di tanaman mereka
3.
Mereka berusaha untuk menjalin relasi untuk mengembangkan pendistribusian hasil
panennya ke daerah lokal maupun nasional
4.
Untuk menjalin silaturahmi dan kekeluargaan diantara buruh tani dan untuk bertukar
pengalaman diantara mereka mengenai masalah-masalah pertanian
5.
Mereka mempunyai perasaan senasip dan seperjuangan
6.
Untuk musyawarah bersama mengenai inovasi-inovasi terbaru seputar pertanian
Faktor yang menghambat adanya kelompok sosial dikalangan buruh tani adalah sebagai
berikut:
1.
Sikap tertutup yang dimiliki oleh para petani terhadap dunia luar
2.
Timbulnya persaingan diantara para petani yang akhirnya dapat menjadikan hambatan
adanya kelompok sosial
3.
Kurangnya kesadaran diantara para petani mengenai pentingnya musyawarah bersama
sehingga ketika ada acara musyawarah seringkali anggota buruh tani tersebut banyak
yang tidak hadir
4.
Masalah-masalah yang terjadi diantara individu biasanya terbawa dalam kelompok ini
sehingga sering menimbulkan konflik sosial dalam kelompok
5.
Banyak masalah-masalah dalam musyawarah kelompok yang dipendam sehingga
terbawa sampai keluar vorum musyawarah dan menimbulkan konflik terpendam yang
bisa merembet ke masalah besar karena gisip.
F. Dampak yang terjadi dari proses sosial pada kelompok sosial yang ditemui
(dampak amalgamasi,asimilasi atau konflik)

1.

Amalgamasi

Dengan adanya penyatuan kelompok buruh tani yang terjadi di desa ringinanyar
menimbulkan kebudayaan masyarakat baru, yaitu masyarakat yang lebih peduli terhadap
inovasi-inovasi baru yang mendorong majunya pertanian mereka sehingga memungkinkan
terpecahnya berbagai masalah pertanian seperti: hama dan penyakit tanaman melalui obatobat kimia modern yang dapat meningkatkan hasil panen mereka. Jadi perbedaan kebudayaan
di desa ringinanyar yang terjadi akibat heterogennya daerah asal penduduk, menimbulkan
inovasi-inovasi baru dari saling bertukarnya pengalaman diantara mereka. Kemudian
timbulah kebudayaan baru diantara mereka sebagai usaha meningkatkan hasil pertanian di
desanya.

2. Asimilasi
Dari kelompok buruh tani di desa ringinanyar ini yang beranggotakan masyarakat dari
berbagai daerah di indonesia dengan kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda-beda, mereka
berusaha untuk mengurangi perbedaan dengan saling toleransi dan menghormati sehingga
terbentuklah suatu kelompok sosial yang dinamis. Demi tercapainya tujuan bersama, yaitu
memajukan pertanian di desa mereka.

3. Konflik
Tidak jarang kelompok sosial buruh tani di desa ringinanyar ini mengalami suatu konflik baik
yang bersifat individual maupun kelompok. Konflik yang bersifat individu biasanya terjadi
karena adanya perselisihan personal diantara mereka. Sebagai contoh yaitu perebutan
pengairan diladang sawah mereka yang biasanya terjadi di musim kemarau, masalah ini
biasanya dapat menimbulkan konflik diantara petani yang juga dapat terbawa di dalam
kelompok sosial mereka. Di dalam kelompok biasanya mereka saling menjatuhkan dan
mencari kawan dalam kelompok yang bisa mengakibatkan konflik yang lebih besar yaitu
konflik kelompok di dalam kelompok sosial mereka. Itulah dampak negativ yang bisa timbul
dari adanya kelompok sosial.
G.

Kelompok sosial yang mengalami proses asosiatif dan disosiatif

1. Asosiatif (kerjasama)
Kelompok sosial ibu-ibu PKK dalam kelompok sosial ini terjadi proses asosiatif atau
kerjasama, hal itu dapat dilihat dari program-program yang dibuat oleh ibu-ibu PKK seperti
membuat resep masakan baru, mengumpulkan dana untuk menyantuni anak-anak yatim/fakir
miskin/panti jompo. Dalam kegiatan ini sudah bisa kita lihat kerjasama diantara mereka
untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok sosial ibu-ibu PKK ini biasanya anggotanya
terbentuk dari berbagai kalangan yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, namun di
dalam kelompok sosial ini perbedaan tersebut berusaha disatukan agar tidak terjadi
perselisihan diantara mereka demi tercapainya tujuan bersama.

2. Disosiatif (perpecahan)
Salah satu contoh kelompok sosial yang bersifat disosiatif yaitu GAM (gerakan aceh
merdeka). Dalam kelompok sosial ini mereka menginginkan perpecahan dengan bangsa
indonesia dan menginginkan membentuk negara baru. Dalam kelompok ini berdampak pada
terjadinya konflik antara anggota GAM dan masyarakat Indonesia. Sebab masyarakat
Indonesia menginginkan keutuhan NKRI sementara GAM menginginkan kemerdekaannya.
Inilah yang menyebabkan kerusuhan dan menimbulkan pertumpahan darah diantara kedua
belah pihak. Perpecahan yang terjadi dalam kasus ini yaitu para anggota GAM yang pecah
dan tidak merasa lagi menjadi angota dari NKRI.

Yang Termasuk Interaksi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial terjadi karena
terpenuhinya dua syarat, yaitu:
a. Kontak sosial
Dalam Sosiologi, kontak sosial dapat terjadi dengan atau tanpa
hubungan fisik.
Kontak sosial memiliki sifat-sifat:

• Bersifat positif jika menghasilkan kerja sama dan bersifat
negatif jika menghasilkan pertikaian.
• Bersifat primer jika pelaku interaksi bertemu muka langsung.
Bersifat sekunder jika melalui suatu perantara.
b. Komunikasi
Komunikasi memuat komponen-komponen sebagai berikut:
• Komunikator : penyampai pesan
• Komunikan : penerima pesan
• Pesan : segala sesuatu yang disampaikan komunikator
• Media : sarana untuk menyampaikan pesan
• Efek : perubahan yang terjadi pada komunikan setelah
mendapat pesan dari komunikator

Jenis Interaksi Sosial
1. Interaksi antarindividu
2. Interaksi individu-kelompok
3. Interaksi antarkelompok
Jika interaksi sosial terjadi berulang dengan pola yang sama dan bertahan dalam waktu
tertentu, maka akan mewujudkan hubungan sosial. Hubungan sosial tersebut dapat
menimbulkan terjadinya bentuk kerja sama atau dapat juga berbentuk
pertentangan/pertikaian.
http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/04/proses-sosial-dan-interaksi-sosial.html
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45460-Makalah-Proses%20Sosial.html
http://new.kidevo.com/materi-lengkap.php?id=1299

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI
SOSIAL
Pengantar
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk
hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang
menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada. Proses sosial dapat diartikan
sebagai pengaruh timbal-balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruhmempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan
hukum, dst.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial
tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial(yang juga dapat dinamakan sebagai proses
sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun
antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompokkelompok manusia terjadi anatara kelompo tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya
tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya

Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat.
Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara kepentingan perorangan
dengan kepentingan kelompok. Interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila
terjadi reaksi terhadap dua belah pihak. Interaksi sosial tak akan mungkin teradi apabila
manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak
berpengaruh terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat hubungan termaksud.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai faktor :
Imitasi

Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi
kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku
Sugesti
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap
yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.
Identifikasi
Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi,
karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.
Proses simpati
Sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di
dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan
utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama
dengannya.
Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara
individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.
Dua Syarat terjadinya interaksi sosial :
Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk.Yaitu
antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antarelompok. Selain itu, suatu kontak dapat
pula bersifat langsung maupun tidak langsung.
Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaanperassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian
memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (artinya bersama-sama) dan tango (yang
artinya menyentuh). Arti secara hanafiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik,
kontak baru terjadi apabila terjadinya hubungan badaniah. Sebagai gejala seosial itu tidak
perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena dewasa ini dengan adanya perkembangan
teknologi, orang dapat menyentuh berbagai pihak tanpa menyentuhnya. Dapat dikatakan
bahwa hubungan badaniah bukanlah syarat untuk terjadinya suatu kontak.

Kontak sosial dapat terjadi dalam 3 bentuk :
Adanya orang perorangan
Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebuasaan dalam keluarganya.
Proses demikian terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat
yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota.
ada orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya
kontak sosial ini misalnya adalah seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya
berlawanan dengan norma-norma masyarakat atau apabila suatu partai politik memkasa
anggota-anggotanya menyesuaikan diri dengan ideologi dan programnya.
Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
Umpamanya adalah dua partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan parpol
yang ketiga di pemilihan umum.

Terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tanggapan
terhadap tindakan tersebut. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja
sama, sengangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama
seali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial.
Suatu kontak dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak perimer terjadi apabila yang
mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Kontak sekunder
memerlukan suatu perantara. Sekunder dapat dilakukan secara langsung. Hubunganhubungan yang sekunder tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat telepon, telegraf, radio,
dst.
Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang
lain (yang berwujud pembicaraan, gera-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa
yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian
memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.
Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan suatu kelompok manusia atau
perseorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lainnya. Hal itu kemudian
merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang dilakukannya.
Kehidupan yang Terasing
Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat diuji terhadap
suatu kehidupan yang terasing (isolation). Kehiduapan terasing yang sempurna ditandai

dengan ketidakmampuan untuk mengadakan interaksi sosial dengan pihak-pihak lain.
Kehidupan terasing dapat disebaban karena secara badaniah seseorang sama sekali
diasingkan dari hubungan dengan orang-orang lainnua. Padahal perkembangan jiwa seseorag
banyak ditentuan oleh pergaulannya dengan orang lain.
Terasingnya seseorang dapat pula disebabkan oleh karena cacat pada salat satu indrany. Dari
beberapa hasil penelitian, ternyata bahwa kepribadian orang-orang mengalami banyak
penderitaan akibat kehidupan yang terasing karena cacat indra itu. Orang-orang cacat tersebut
akan mengalami perasaan rendah diri, karena kemungkinan-kemungkinan untuk
mengembangkan kepribadiannya seolah-olah terhalang dan bahkan sering kali tertutup sama
sekali.
Pada masyarakat berkasta, dimana gerak sosial vertikal hampir tak terjadi, terasingnya
seseorang dari kasta tertentu (biasanya warga kasta rendahan), apabila berada di kalangan
kasta lainnya (kasta yang tertinggi), dapat pula terjadi.
Bentuk-bentu Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan
(competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict).
Pertikaian mungkin akan mendapatkan suatu penyelesaian, namun penyelesaian tersebut
hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi. Ini berarti
kedua belah pihak belum tentu puas sepenunya. Suatu keadaan dapat dianggap sebagai
bentuk keempat dari interaksi sosial. Keempat bentuk poko dari interaksi sosial tersebut tidak
perlu merupakan suatu kontinuitas, di dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan kerja
sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian untuk akhirnya
sampai pada akomodasi.
Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka, ada dua
macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial :
Proses-proses yang Asosiatif
Kerja Sama (Cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu
atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat
digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan

tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang
menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam
perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja
sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-groupnya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama akan bertambah kuat
jika ada hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan lainnya.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”kerjasama timbul apabila orang
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat
yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk
memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingankepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam
kerjasama yang berguna”
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang biasa diberi
nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan :
Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta
Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan hasil perintah
atasan atau penguasa
Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentu
Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian atau unsur dari
sistem sosial.
Ada 5 bentuk kerjasama :
Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong
Bargaining, Yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa
antara 2 organisasi atau lebih
Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan
atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari
terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuantujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara
waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktut yang tidak
sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karenamaksud utama adalah untuk mencapat
satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnnya adalah kooperatif.
Joint venture, yaitu erjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya

pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan, dst.
Akomodasi (Accomodation)
Pengertian
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti : menujukk pada suatu keadaan dan yntuk
menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan
dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya
dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai
suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan oleh para
sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama
artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau
kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk
mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya.
Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu :
Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai akibat
perbedaan paham
Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer
Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah akibat
faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang
mengenal sistem berkasta.
mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.
Bentuk-bentuk Akomodasi
Corecion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan
Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi
tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan
tidak sanggup mencapainya sendiri
Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang
berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.

Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai
kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan
Hasil-hasil Akomodasi
Akomodasi dan Intergrasi Masyarakat
Akomodasi dan intergrasi masyarakat telah berbuat banyak untuk menghindarkan masyarakat
dari benih-benih pertentangan laten yang akan melahirkan pertentangan baru.
Menekankan Oposisi
Sering kali suatu persaingan dilaksanakan demi keuntungan suatu kelompok tertentu dan
kerugian bagi pihak lain
Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda
Perubahan lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru atau keadaan yang
berubah
Perubahan-perubahan dalam kedudukan
Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi
Dengan adanya proses asimilasi, para pihak lebih saling mengenal dan dengan timbulnya
benih-benih toleransi mereka lebih mudah untuk saling mendekati.
Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha
mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompokkelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak,
sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Proses Asimilasi timbul bila ada :
Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya
orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif
untuk waktu yang lama sehingga
kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah
dan saling menyesuaikan diri
Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi (interaksi yang

asimilatif) bila memilii syarat-syarat berikut ini
Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang
lain tadi juga berlaku sama
interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan
Interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer
Frekuaensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola tersebut.
Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang mengadakan asimilasi
harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus dicapai dan dikembangankan.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah :
Toleransi
kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
perkawinan campuran (amaigamation)
adanya musuh bersama dari luar
Faktor umum penghalangan terjadinya asimilasi
Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat
kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan dengan itu
seringkali menimbulkan faktor ketiga
perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada
kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah dapat
pula menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi
In-Group-Feeling yang kuat menjadi penghalang berlangsungnya asimilasi. In Group Feeling
berarti adanya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan
kebudayaan kelompok yang bersangkutan.
Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain apabila golongan minoritas
lain mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa
faktor perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan pertentangan-pertentangan
pribadi.
Asimilasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan dalam pola adat
istiadat serta interaksi sosial. Proses yang disebut terakhir biasa dinamakan akulturasi.
Perubahan-perubahan dalam pola adat istiadat dan interaksi sosial kadangkala tidak terlalu

penting dan menonjol.
Proses Disosiatif

Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis halnya dengan
kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya
ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Oposisi dapat
diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mencapai tujuan tertentu. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan
untuk tetap hidup (struggle for existence). Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahan,
oposisi proses-proses yang disosiatif dibedkan dalam tiga bentuk, yaitu :

Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan
yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun
kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam
prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan
mempunya dua tipe umum :
Bersifat Pribadi : Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan. Tipe ini
dinamakan rivalry.
Bersifat Tidak Pribadi : Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk
mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.

Bentuk-bentuk persaingan :
Persaingan ekonomi : timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan dengan jumlah
konsumen
Persaingan kebudayaan : dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan, pendidikan, dst.
Persaingan kedudukan dan peranan : di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok
terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan
serta peranan terpandang.
Persaingan ras : merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan krn ciri-ciri
badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.

Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi :
Menyalrkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif
Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa medapat
pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial. Persaingan berfungsi untuk
mendudukan individu pada kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya.
Sebagai alat menyaring para warga golongan karya (”fungsional”)
Hasil suatu persaingan terkait erat dengan pelbagai faktor berikut ini ”
Kerpibadian seseorang
Kemajuan : Persaingan akan mendorong seseorang untuk bekerja keras dan memberikan
sahamnya untuk pembangunan masyarakat.
Solidaritas kelompok : Persaingan yang jujur akan menyebabkan para individu akan saling
menyesuaikan diri dalam hubungan-hubungan sosialnya hingga tercapai keserasian.
Disorganisasi : Perubahan yang terjadi terlalu cepat dalam masyarakat akan mengakibatkan
disorganisasi pada struktur sosial.

Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara
persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi menurut Leo von Wiese dan
Howard Becker ada 5 :
yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan, perbuatan
menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana
yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki
melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada pihak
lain, dst.
yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan pihak lain
yang rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat.
yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan, provokasi,
intimidasi, dst.
Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi :
Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman yang sudah mengalami
perubahan yang sangat cepat

Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.
Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan minoritas
dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam lembaga legislatif,
keagamaan, pendidikan, dst.
Tipe Kontravensi :
Kontravensi antarmasyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :
Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan (intracommunity struggle)
Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat setempat (intercommunity
struggle)
Antagonisme keagamaan
Kontravensi Intelektual : sikap meninggikan diri dari mereka yang mempunyai latar belakang
pendidikan yang tinggi atau sebaliknya
Oposisi moral : erat hubungannya dengan kebudayaan.
Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
Pribadi maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri
badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak
lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan
atau pertikaian.
Sebab musabab pertentangan adalah :
Perbedaan antara individu
Perbedaan kebudayaan
perbedaan kepentingan
perubahan sosial.
Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatankekuatan dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi
yang sebelumnya telah tercapai.
Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:
Pertentangan pribadi
Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan
antara mereka yang menimbulkan pertentangan
Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan
Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu masyarakat,
maupun antara negara-negara yang berdaulat
Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang

kemudian merembes ke kedaulatan negara
Akibat-akibat bentuk pertentangan
Tambahnya solidaritas in-group
Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu,
akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut.
Perubahan kepribadian para individu
Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak
Baik persaingan maupun pertentangan merupakan bentuk-bentuk proses sosial disosiatif yang
terdapat pada setiap masyarakat.

Interaksi sosial
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang
berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan
adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik
jika aturan - aturan dan nilai – nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya
kesadaran atas pribadi masing – masing, maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan
sesuai dengan yang kita harapkan.
Di dalam kehidupan sehari – hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu
dengan yang lainnya, ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk
dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam
pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci rotasi semua kehidupan sosial. Dengan
tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada
kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat
menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat
disebutkan bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa
adanya interaksi sosial, maka kegiatan–kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat
disebut interaksi.
Daftar isi

o
o


o
o
o
o
o
o




1Syarat interaksi sosial
1.1Kontak Sosial
1.2Komunikasi

1.2.1Encoding

1.2.2Penyampaian

1.2.3Decoding
2Faktor dasar terbentuknya interaksi sosial
2.1Imitasi
2.2Identifikasi
2.3Sugesti
2.4Motivasi
2.5Simpati
2.6Empati
3Lainnya
4Bibliografi
5Bacaan lanjutan

Syarat interaksi sosial
Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat,
yaitu kontak sosial dan komunikasi.

Kontak Sosial
Kata “kontak” (Inggris: “contact") berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersamasama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh.
Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan
fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya,
misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik
tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.
1. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada
suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan
atau konflik.

2. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila
para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan
murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan
anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi
berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak
sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder
langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke rumahnya
melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan
pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder
tidak langsung.

Komunikasi
Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu
adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap)
dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu
sebagai berikut.
1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada
pihak lain.
2. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau
perasaan.
3. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa
informasi, instruksi, dan perasaan.
4. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan,
tulisan, gambar, dan film.
5. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan
pesan dari komunikator.
Ada tiga tahap penting dalam proses komunikasi. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut:
Encoding
Pada tahap ini, gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat
atau gambar. Dalam tahap ini, komunikator harus memilih kata, istilah, kalimat, dan gambar yang
mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan kode-kode yang
membingungkan komunikan.
Penyampaian
Pada tahap ini, istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar
disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan gabungan dari keduanya.
Decoding
Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima
menurut pengalaman yang dimiliki.

Faktor dasar terbentuknya interaksi sosial[sunting | sunting sumber]
Proses