Perkembangan Sistem Moneter dan Krisis M

Perkembangan Sistem Moneter dan Krisis Moneter Internasional Serta Dampaknya
Terhadap Indonesia

Diajukan untuk melengkapi Program Perkuliahan Manajemen Internasional
Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan
Disusun Oleh :
Sona Soniawati 144010286
Diah Mardhiah 144010288
Dewi Anisa Fitriyani 144010335
M Ridha Abas 144010390
Syiffa Alysia Putri 144010414

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR


Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena denganRahmat dan
karunia-Nyalah kami diberi kesehatan dan kemampuan sehingga kami dapat membuat makalah
untuk
melengkapi
mata
kuliah
Manajemen
Keuangan
Internasional
dengan
judul “Perkembangan Sistem Moneter dan Krisis Moneter Internasional Serta Dampaknya
Terhadap Indonesia”. Makalah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan
serangkaian mata kuliah pada Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. Dalam makalah ini kami
akan membahas mengenai defenisi Sistem moneter dan krisis moneter Internasional,
Perkembangan Sistem moneter dan krisis moneter Internasional, serta dampak yang ditimbulkan
terhadap Indonesia.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak terkait tantangan itu bisa teratasi sehingga makalah ini
pun dapat terselesaikan dengan baik dan pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini, semoga semua bantuan tersebut mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan semua pihak, baik dalam rangka pembelajaran mengenai Keuangan Internasional
terutama mengenai Perkembangan Sistem Moneter dan Krisis Moneter Internasional maupun
sebagai refensi bagi yang membutuhkannya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas
ini terdapat kekurangan-kekurangan serta jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akandatang, mengingat tidak ada
yang sempurna tanpa adanya kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 24 September 2016

Penulis

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan,
Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain,
Dan hanya kepada tuhanmulah hendaknyakamu berharap.”
(Qs. Al Insyirah (94) : (68)


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................................x

BAB I : PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................................6

BAB II : PEMBAHASAN
2.1Pengertian Perkembangan Sistem dan Krisis Moneter Interasional.........10
2.2Sejarah dan Perkembangan Sistem dan Krisis Moneter Internasional.....15
2.3 Sejarah dan Perkembangan Sistem dan Krisis Moneter Internasional.......17
2.4Sistem Penentuan Kurs Mata Uang dan Transaksi Internasional…….......17
2.5 Dampak Sistem dan Krisis Moneter Internasional Terhadap Indonesia..18
2.6 Dampak Sistem dan Krisis Moneter pada Era Politik dan Ekonomi di
Kemudian Hari..................................................................................................19


BAB III: KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan..................................................................................................72
3.2 Saran............................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................74

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Di era globalisasi ini dimana interdependensi mengalami peningkatan yang signifikan,
ekonomi internasional menjadi tak dapat dipisahkan dari politik internasional serta
konfigurasi power (kekuatan) yang menghiasi layar realitas global.Dari awal abad ke-19
hingga akhir abad ke-20 sistem moneter dan finansial internasional mengalami evolusi dan
momen-momen penting yang mempengaruhi dinamika ekonomi-politik internasional
Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku untuk semua
negara di dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi lintas negara Sistem ini
menentukan bagaimana kurs tukar asing ditentukan dan bagaimana pemerintah dapat
mempengaruhi kurs tukar.
Sistem moneter internasional yang berfungsi dengan baik akan memfasilitasi
perdagangan internasional dan investasi, serta mempermudah adaptasi terhadap perubahan.

Pembahasan inti dari sistem moneter internasional adalah menentukan pengaturan sistem
kurs tukar. Untuk itu dalam penulisan makalah ini penulis akan membahas terkait dengan
pengertian sistem moneter internasional, sejarah terbentuknya sistem moneter
internasional, fenomena aktual yamg terkait moneter, serta Faktor penghambat non
ekonomi penerapan Mata uang tunggal di ASEAN Semenjak dimulainya sistem standar
emas hingga abad ke 20, sistem moneter internasional telah mengalami pasang surut.
Perubahan dari sistem ke sistem yang lain diakibatkan oleh gejolak ekonomi pada saat
itu. Sampai saat ini pun sistem moneter internasional masih menjadi perhatian semua
negara dan masih ingin merubah sistemnya menjadi lebih berfungsi optimal. Belum lagi
rencana anggota Negara-negara ASEAN untuk merumuskan kebijakan pemberlakuan mata
uang bersama yang hanya berlaku tunggal di kawasan ASEAN. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk mengangkat tema “Perkembangan Sistem Moneter dan krisis Internasional
serta dampaknya terhadap Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil beberapa aspek
permasalahan yang dapat dijadikan sebagai rumusan masalah, diantaranya adalah:

1.2
Apakah pengertian perkembangan sistem dan krisis moneter interasional ?

1.3Bagaimanakah sejarah dan perkembangan sistem moneter dan krisis
moneterinternasional ?
1.4
Bagaimana sistem penentuan kurs mata uang dan transaksi Internasional ?
1.5
Bagaimana dampak sistem dan krisis moneter internasional terhadap
Indonesia?
1.6
Bagaimana dampak sistem dan krisis moneter pada era politik dan ekonomi di
kemudian hari ?

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis dapat mendeskripsikan
beberapa tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5


Mengetahui pengertian perkembangan sistem dan krisis moneter interasional
Menjelaskan sejarah dan perkembangan sistem moneter dan krisis moneter
internasional
Menjelaskan sistem penentuan kurs mata uang dan transaksi Internasional
Mengetahuidampak sistem dan krisis moneter internasional terhadap Indonesia
Mengetahui dampak sistem dan krisis moneter pada era politik dan ekonomi di
kemudian hari

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem dan Krisis Moneter Internasional

Dalam ekonomi internasional dikenal suatu sistem yang memungkinkan suatu negara
dapat saling berhubungan satu dangan yang lain. Sistem tersebut disebut sebagai sistem moneter
internasional. Sistem moneter internasional menunjukkan seperangkat kebijakan, institusi,
praktik, peraturan dan mekanisme yang menentukan tingkat dimana suatu mata uang ditukarkan
dengan mata uang lain.(Shapiro, 1992). Sistem keuangan internasional dari sejarahnya telah
mengalami begitu banyak perkembangan dan transpormasi dari masa ke masa.Perkembangan ini
disebabkan oleh adanya perubahan ekonomi dan politik domestik serta internasional pada

masing-masing masa.
Para ahli beranggapan bahwa uang dan Sistem Moneter Internasional merupakan unsur
yang bersifat netral baik ekonomis atau politis, namun anggapan ini tidak terbukti dalam
ekonomi modern. Norma dan konvensi yang mengatur Sistem Moneter Internasional dengan ini
mempunyai efek distributif yang penting bagi power suatu negara dan kesejahteraan dalam
kehidupan negara tersebut.
Suatu Sistem Moneter Internasional yang berjalan dengan baik akan melancarkan
perdagangan dunia, arus investasi asing dan interdepedensi global. Kemampuan Sistem Moneter
Internasional adalah prasyarat bagi sehatnya ekonomi dunia, sebaliknya runtuhnya Sistem
Moneter Internasional barat menjadi penyebab terpisahnya kesuraman dalam ekonomi
internasional.
Jika dalam skala domestik atau nasional problema ketidakseimbangan pembayaran antar
daerah dapat disesuaikan melaui pergerakan modal ataupun kebijakan fiskal dan moneter, dalam
skala internasional akan sedikit lebih rumit.
Pembayaran yang tidak seimbang antar negara dapat diselesaikan melalui financing,
perubahan kebijakan domestik untuk menggeser pola perdagangan dan investasi, melalui kontrol
devisa untuk melakukan penjatahan pasokan devisa, atau dengan cara membiarkan nilai tukar
mata uang berubah sesuai situasi dan kondisi. Sehingga yang terpenting dalam sistem moneter
internasional adalah tersedianya alat atau cara untuk menyesuaikan ketidakseimbangan
pembayaran internasional.


2.3 SejarahPerkembangan Sistem dan Krisis Moneter Internasional
Moneter internasional dan sistem finansial memainkan peran sentral dalam ekonomi
politik global. Sejak akhir abad 19, awal pembentukan sistem ini melalui berbagai transformasi
dalam menanggapi perubahan kondisi politik dan ekonomi baik level domestik maupun

internasional. Perubahan yang paling dramatis adalah krisis dalam pengintegrasian moneter
internasional dan rezim internasional selama tahun-tahun interwar.
Transformasi kedua terjadi setelah Perang Dunia II ketika sistem Bretton Wood tengah
berjalan. Sebab di tahun 1970an, periode perubahan di bawah sistem Bretton Wood terjadi
perubahan dari standar pertukaran emas menjadi dolar Amerika dan komitmen terhadap kontrol
kapital. Beragam perubahan ini memiliki konsekuensi politik yang cukup penting tentang siapa
yang mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana dalam ekonomi politik global.
Sejak tahun 1880 Inggris, Jerman, jepang dan Amerika telah mengadopsi sistem standar
Emas.Dengan berlakunya standar emas maka nilai dari setiap mata uang dalam satuan mata uang
lainnya dapat ditentukan secara mudah sehingga dapat mengkatalisasi perdagangan internasional.
Mulanya US$ 1 dihargai dengan 23,22 grain emas murni yang mana 1 ons emas sama dengan
480 grain emas. Dengan kata lain harga dari 1 ons emas adalah US $20,67. Sejumlah mata uang
yang diperlukan untuk membeli satu ons emas disebut sebagai nilai pari emas.
Standar emas hancur waktu perang dunia 1 pecah.Mata uang praktis ditetapkan atas dasar

emas atau mata uang lainnya dengan longgar.Beberapa usaha kembali ke standar emas dilakukan
sesudah perang dunia 1 berakhir.Emas hanya diperdagangkan dengan bank sentral, bukan
pribadi.Kurs mata uang ditetapkan berdasarkan emas.Sesudah tahun 1934 dan sesudah perang
dunia kedua, konvertibilitas mata uang yang bisa ditukarkan (konvertibel) dengan mata uang
lainnya.
Setelah masa itu kemudian muncullah periode kurs tetap.Periode ini dimulai dengan
perjanjian Bretton Woods. Melalui perjanjian ini, semua negara menetapkan nilai tukar mata
uangnya berdasarkan emas, tetapi tidak diharuskan memenuhi konvertibilitas mata uang mereka
dalam emas.Negara anggota diminta menjaga kursnya dalam batas 1% (naik atau turun) dari nilai
par, dan bersedia melakukan intervensi untuk menjaga kurs tersebut. IMF membantu negara
anggotanya dalam rangka menjaga kurs mata uangnya.

Tekanan spekulasi menyebabkan sistem kurs tetap tidak layak lagi dipertahankan.Pasar
keuangan dunia sempat tutup selama beberapa minggu pada bulan Maret 1973.Ketika pasar
tersebut dibuka, kurs mata uang dibiarkan mengambang sampai ke kurs yang ditentukan oleh
kekuatan pasar.
Pada tanggal 22 Juli 1944 diadakan suatu konferensi moneter Internasional, yang dikenal
dengan The Bretton Woods Conference, yang dihadiri oleh 44 negara. Konferensi tersebut

bertujuan untuk menyusun rencana pembuatan sistem moneter.Dua tahun setelah konferensi

tersebut, didirikan IMF dan Bank Dunia untuk mengawasi sistem tersebut.
Selama periode 1944-1973 dolar merupakan mata uang yang sangat penting dalam lalu
lintas pembayaran Internasional.Peranan dolar ini timbul setelah perang dunia II, dusebabkan
saat itu terjadi kekurangan dolar. Negara-negara Eropa yang sangat memerlukan uang /dana
untuk memulihkan keadaan ekonominya. Satu-satunya sumber adalah Amerika Serikat, sehingga
dolar banyak diminta.Konsekuensinya, emas menjadi tergeser oleh dolar. Sebab, disamping
memiliki tenaga beli yang kuat di Amerika, reserves dalam bentuk dolar akan membelikan
penghasilan bunga. Dengan semakin pentingnya fungsi dolar, maka setiap anggota menetapkan
perbandingan mata uangnya terhadap dolar, yang kemudian apabila perlu dapat ditukarkan
dengan emas.
DMI beranggotakan 134 negara, diantaranya 10 negara maju mempunyai posisi yang
sangat kuat di dalam mengambil keputusan.Setiap anggota memperoleh jatah/quota, yang harus
dibayar 25% dengan emas dan sisanya 75% dengan mata uangnya.Besarnya quota menentukan
hak suaranya serta jumlah pinjaman yang dapat diperoleh dari DMI.Dana pertama DMI dengan
sendirinya 25% terdiri dari emas dan 75% berbagai mata uang negara anggota. Pinjaman
diberikan kepada dalam mata uang negara lain yang harus di tukar dengan mata uang negara
peminjam.
Semenjak 1973 sistem moneter internasional merupakan campuran antara kurs tetap
dengan kurs berubah-ubah. Mata uang Yen, dolar Kanada, franc Perancis, dan Swiss berfluktuas
tergantung dari permintaan dan pernawaran.Sering juga penguasa moneter negara-negara
tersebut melakukan campur tangan di pasar valuta asing untuk mengurangi fluktuasi kurs yang
berlebihan.Caranya apabila negara mengalami defisit dalam neraca pembayaran, kurs valuta
asing cenderung naik.Untuk mencegah hal ini bank Central menjual valuta asing.Demikian juga
apabila surplus di dalam neraca pembayaran, bank sentral membeli valuta asing di pasar untuk
mengurangi penurunan kurs. Sisitem kurs demikian di sebut “managed atau dirty” float, sebagai
lawan dari “clean” floatt di mana bank Sentral sama sekali tidak campur tangan di dalam pasar
valuta asing.
Lima negara Eropa (Jerman Barat, Belgia, Luxembrug, Swedia, Netherlan dan Norwegia)
mengadakan pengaturan secara tersendiri. Krus tetap berlaku di antara mereka, tetapi berubahubah secara bersama-sama terhadap mata uang negara lain. Sisten krus semacam ini
(mengambang bersama-sama) menghasilakan fluktuasi yang menyerupai ular, yang kemudian
disebut “Snake like”.

Negara-negara Eropa dan Jepang telah melepaskan ikatan mata uangnya dengan dolar
Amerika Serikat. Dengan demikian, telah merupakan mata uang yang mengambang.Namun
demikian

Dolar

masih

memegang

peranan

penting

dalam lalu

lintas

pembayaran

internasiolal.Pembayaran luar negeri, kebijakan campur tangan dalam valuta asing oleh Bank
Sentral, serta catatan-catatan statistik Dana Moneter Internasional dan Perserikatan BangsaBangsa masih menggunakan dasar mata uang Dolar.
Bila terjadi kegagalan sistem moneter internasional maka hal tersebut akan berpengaruh
signifikan terhadap krisis moneter. Terutama yang terjadi pada tahun 1997-1998 di
Indonesia.Penerapan sistem floating exchange rate di Indonesia sejak tahun 1997, menyebabkan
pergerakan nilai tukar di pasar menjadi sangat rentan oleh pengaruh faktor-faktor ekonomi
maupun non ekonomi.(Triyono, 2008).Pada awalnya bertahan dengan memperluas band
pengendalian atau intervensi, namun di medio bulan Agustus 1997 itu terpaksa melepaskan
pengendalian atau intervensi melalui sistim band tersebut. Rupiah langsung terdevaluasi.Dalam
bulan September/Oktober 1997, Rupiah telah terdevaluasi dengan 30% sejak bulan Juli 1997.
Dan di bulan Juli 1998 dalam setahun, Rupiah sudah terdevaluasi dengan 90%, diikuti oleh
kemerosotan IHSG di pasar modal Jakarta dengan besaran sekitar 90% pula dalam periode yang
sama. Dalam perkembangan selanjutnya dan selama ini, ternyata Indonesia paling dalam dan
paling lama mengalami depresi ekonomi. Di tahun 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia
merosot menjadi 13,7% dari pertumbuhan sebesar +4,9% di tahun sebelumnya (1997). Atau
jatuh dengan 18,6% dalam setahun.

2.4 Sistem Penetapan Kurs Mata Uang dan Transaksi Internasional
Mekanisme penentuan kurs bisa dikategorikan menjadi beberapa kelompok :
1. Free Float (Mengambang Bebas)
Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang dibiarkan mengambang bebas tergantung
kekuatan pasar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kurs, misal inflasi, pertumbuhan ekonomi,
inflasi akan digunakan oleh pasar dalam mengevaluasi kurs mata uang negara yang
bersangkutan. Jika variable tersebut berubah, atau penghargaan terhadap variable tersebut

berubah, kurs mata uang akan berubah. Sistem mengambang bebas juga disebut sebagai clean
float.
2. Float yang dikelola (Managed Float)
Sistem mengambang bebas mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs cukup
tinggi. Sistem float yang dikelola, yang sering disebut juga sebagai dirty float, dilakukan melalui
campur tangan Bank Sentral yang cukup aktif.
Bank Sentral kemudian akan melakukan intervensi jika kurs yang terjadi di luar batasan yang
telah ditetapkan. Beberapa bentuk intervensi :
a. Menstabilkan fluktuasi harian. Bank Sentral melakukan cara ini dengan tujuan menjaga
stabilitas kurs agar perubahan kurs cukup teratur.
b. Menunda kurs (leaning against the wind).
Melalui cara ini bank sentral melakukan intervensi dengan tujuan mencegah atau
mengurangi fluktuasi jangka pendek yang cukup tajam, yang diakibatkan oleh kejadian
yang sifatnya sementara.
c. Kurs tetap secara tidak resmi (unofficial pegging).
Melalui cara ini Bank Sentral melawan kekuatan pasar dengan menetapkan (secara resmi)
kurs mata uangnya.
3. Perjanjian Zona Target Tertentu
Melalui perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata uangnya secara
bersama dalam wilayah kurs tertentu. Jika kurs melewati batas atas atau batas bawah, Bank
Sentral negara yang bersangkutan akan melakukan intervensi.
4. Dikaitkan dengan mata uang lain
Sekitar 62 negara dari 162 negara anggota IMF mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap mata
uang lainnya.Sebagian mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap mata uang negara tetangga.
5. Dikaitkan dengan kelompok mata uang lain

Sekitar 21 negara mengkaitkan mata uangnya terhadap kelompok mata uang lainnya.Basket,
kelompok, atau portofolio mata uang tersebut biasanya terdiri dari mata uang partner dagang
yang penting.19 negara mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap portofolio yang mereka buat
sendiri.
6. Dikaitkan dengan indikator tertentu
Dua negara, Chili dan Nikaragua, mengkaitkan mata uangnya terhadap indikator tertentu, seperti
kurs riil efektif, kurs yang telah memasukkan inflasi terhadap partner dagang mereka yang
penting.
7. Sistem kurs tetap
Di bawah sistem kurs tetap, pemerintah atau Bank Sentral menetapkan kurs secara resmi.
Kemudian Bank Sentral akan selalu melakukan intervensi secara aktif untuk menjaga kurs yang
telah ditetapkan tersebut.
Jika kurs resmi dirasakan sudah tidak sesuai dengan kondisi fundamental ekonomi negara
tersebut, devaluasi atau revaluasi dilakukan. Cara yang bisa dilakukan selain devaluasi adalah :
1.

pinjaman asing

2.

pengetatan

3.

pengendalian harga dan upah

4.

pembatasan aliran modal keluar

Adapun cara untuk melakukan pembayaran internasional yang timbul akibat perdagangan dan
peminjaman internasional antara lain sebagai berikut:
a. pembayaran dengan surat wesel dagang (Commercial Bill of Exchange atau Commercial draft
atau Trade Bill)
Surat wesel dagang adalah pembayaran yang dilakukan dengan cara eksportir menarik surat
wesel atas importir sejumlah harga barang-barang beserta biaya-biaya pengirimannya.
Dalam surat wesel tersebut harus dilampiri dokumen-dokumen berupa:
- faktur (invoice),
- konosemen atau surat muatan (bill of lading),
- daftar isi barang (packing list),
- surat keterangan asal barang (certificate of origin),
- surat keterangan pabean,
- surat asuransi (insurence).

Cara pembayaran semacam ini sekarang masih banyak digunakan dalam lalu lintas pembayaran
internasional. Dengan surat wesel, apabila eksportir membutuhkan uang sebelum jatuh tempo,
maka ia dapat menjualnya kepada pihak lain, yang kelak akan menukarkannya kepada importir
setelah wesel itu jatuh tempo.
b.Kompensasi pribadi
kompensasi pribadi adalah adalahcara pembayaran dengan mengalihkan penyelesaian utang
piutang pada seorang penduduk dalam satu negara tempat penduduk tersebut tinggal.
Cara pembayaran ini digunakan di Indonesia sekitar tahun 1960-an, namun sekarang sudah tidak
banyak lagi digunakan dalam perdagangan internasional.
c. Pembayaran tunai
Pembayaran tunai atau pembayaran di muka adalah pembayaran yang dilakukan dengan
menggunakan uang tunai atau cek, yang dilakukan bersama-sama dengan surat pesanan atau
menunggu diterimanya kabar bahwa barang yang telah dipesan dikapalkan oleh eksportir. Cara
pembayaran ini mempunyai risiko yang besar.
d. Pembayaran dengan letter of kredit
Letter of credit atau commercial letter of credit adalah surat yang dikeluarkan oleh bank atas
permintaan pembelian sejumlah barang di mana bank sendiri yang mengakseptir (menyetujui)
dan membayar surat wesel yang ditarik oleh eksportir.
Transaksi yang menggunakan fasilitas L/C terdiri atas:
- L/C biasa, artinya L/C dimana seorang importir bisa langsung membayar
sesuai dengan harga barang melalui bank yang ditunjuk
- Merchant L/C, artinya L/C dimana seorang importir dapat memasukkan
barang terlebih dahulu dengan melakukan pembayaran sebagian, sedangkan sisanya dibayar
kemudian.
- Indutrial L/C, artinya impor banang-barang industri atau barang modal
secara cepat dan tidak dipakai untuk barang konsumsi.
- Red Clause L/C, artinya L/C yang mencantumkan instruksi kepada
Advising Bank (bank yang ditunjuk) untuk melaksanakan pembayaran
sebagian dari jumlah L/C kepada eksportin sebelum mengapalkan
barang-barang ekspor.
- Usance L/C, artinya L/C yang pembayarannya baru dilakukan dengan
tenggang waktu tertentu, misalnya 1 bulan dari pengapalan barang atau 1 bulan setelah
penunjukan dokumen.
e. Pembayaran Kemudian atau Rekening Terbuka (Open Account)
Pembayaran kemudian atau rekening terbuka adalah cara membiayai transaksi perdagangan
internasional di mana eksportir mengirimkan barang kepada importir tanpa adanya dokumen-

dokumen untuk meminta pembayaran. Pembayaran dilakukan setelah barang laku dijual atau
satu sampai dengan tiga bulan setelah tanggal pengiriman, sesuai dengan penjanjian yang
disepakati bersama. Sistem ini sangat membantu pengimpor melakukan transaksi perdagangan,
akan tetapi berisiko besar bagi pengekspor.
f.Pembayaran dengan Konsinyasi (Consign 4311`ment)
Pembayararan secara konsinyasi dilakukan setelah barang yang dikirim sudah terjual seluruhnya
atau sebagian.Metode ini biasanya dilakukan kepada orang yang telah dikenal dengan baik. Jadi,
barang yang akan dijual merupakan barang titipan untuk jangka waktu tertentu dan pembayaran
dengan termin waktu. Untuk memperkecil risiko penjual, sebaiknya menggunakan jasa bank
dalam pengiriman dokumen penagihan dan bonded warehouseuntuk penitipan barangnya.
Apabila barang sudah terjual, pembeli membayar kepada bank sejumlah uang atas nilai barang
dan sebagai gantinya bank akan menyerahkan delivery instruction kepada bonded
warehouse untuk mengeluarkan barangnya.
2.5 Dampak Sistem dan Krisis Moneter Internasional Terhadap Indonesia
Krisis di Indonesia diawali dengan jatuhnya mata uang Baht Thailand pada juni 1997,
akibat ulah para spekulan. Pada saat itu spekulan menjual mata uang Bath dengan harapan
dapat menurunkan harga bath yang berharga 26 bath per 1 dollar amerika. Pada akhirnya
keinginan para spekulan tersebut berhasil. Karena banyak bath yang keluar, maka
pemerintah Thailand harus membeli mata uang bath dan menghabiskan cadangan sebesar
US$6,8. Pada januari 1998, harga Bath jatuh dengan harga 54 bath

per dollar

Amerika.Jatuhnya mata uang bath dengan cepat diikuti jatuhnya mata uang Peso Filipina,
Dollar Singapura dan Ringgit Malaysia yang terlihat sebagai sebuah efek domino, karena
jatuhnya mata uang tersebut berantai antar satu sama lain.

Berbagai dampak Krisis Moneter timbul di Indonesia. Krisis Moneter membawa
dampak yang kurang baik bagi Indonesia, ini disebabkan karena kurs nilai tukar valas,
khususnya dollar AS, yang melambung tinggi jika dihadapkan dengan pendapatan
masyarakat dalam rupiah tetap.Dampak yang terlihat seperti, Banyak perusahaan yang
terpaksa mem-PHK pekerjanya dengan alasan tidak dapat membayar upah para
pekerjanya.Sehingga menambah angka pengangguran di Indonesia.Pemerintah kesulitan

menutup APBN.Harga barang yang naik cukup tinggi, yang mengakibatkan masyrakat
kesulitan mendapat barang-barang kebutuhan pokoknya.Utang luar negeri dalam rupiah
melonjak.Harga BBM naik.Laju inflasi mencapai 77,63%
Kemiskinan juga termasuk dampak krisis moneter.Pada oktober 1998 jumlah
keluarga miskin diperkirakan sekitar 7.5 juta.Meningkatnya jumlah penduduk yang
miskin tidak terlepas dari jatuhnya nilai mata uang rupiah yang tajam, yang menyebabkan
terjadinya kesenjangan antara penghasilan yang berkurang akibat PHK atau naik sedikit
dengan pengeluaran yang meningkat tajam karena tingkat inflasi yang tinggi.
Disaat krisis itu terjadi banyak pejabat yang melakukan korupsi. Sehingga
mengurangi pendapatan para pekerja yang lain. Banyak perusahaan yang meminjam uang
pada perusahaan Negara asing dengan tingkat bunga yang lumayan tinggi, hal itu
menambah beban utang Negara. Pada sisi lain merosotnya nilai tukar rupiah juga
membawa hikmah. Secara umum impor barang menurun tajam. Sebaliknya arus masuk
turis asing akan lebih besar, daya saing produk dalam negeri dengan tingkat kandungan
impor rendah meningkat sehingga bisa menahan impor dan merangsang ekspor
khususnya yang berbasis pertanian. Dampak dari krisis moneter lebih banyak yang
negative dibandingkan dampak positifnya.Itu di karenakan krisis ini mengganggu
kesejahteraan masyarakat.
Krisis ekonomi yang dialami Indonesia sejak tahun 1997 adalah yang paling
parah sepanjang orde baru.Ditandai dengan merosotnya kurs rupiah terhadap dolar yang
luar biasa, serta menurunnya pendapatan per kapita bangsa kita yang sangat drastis.
Lebih jauh lagi, sejumlah pabrik dan industri yang bakal collaps atau disita oleh kreditor
menyusul utang sebagian pengusaha yang jatuh tempo pada tahun 1998 tak lama lagi
akan menghasilka ribuan pengngguran baru dengan sederet persoalan sosial. Ekonom,
dan politik yang baru pula.

Menurut Fischer (1998), sesungguhnya pada masa kejayaan Negara-negara Asia
Tenggara, krisis di beberapa negara, seperti Thailand, Korea Selatan, dan Indonesia,
sudah bisa diramalkan meski waktunya tidak dapat dipastikan.Misalnya di Thailand dan
Indonesia, defisit neraca perdagangan terlalu besar dan terus meningkat setiap tahun,
sementara pasar properti dan pasar modal di dalam negeri berkembang pesat tanpa
terkendali. Selain itu, nilai tukar mata uang di dua Negara tersebut dipatok terhadap
dolar AS terlalu rendah yang mengakibatkan ada kecenderungan besar dari dunia usaha
didalam negeri untuk melakukan pinjaman luar negeri, sehingga banyak perusahaan dan

lembaga keuangan di negara-negara itu menjadi sangat rentan terhadap risiko perubahan
nilai tukar valuta asing.Dan yang terakhir adalah aturan serta pengawasan keuangan oleh
otoriter moneter di Thailand dan Indonesia yang sangat longgar hingga kualitas
pinjaman portfolio perbankan sangat rendah. Anggapan Fischer tersebut dapat
membantu untuk menentukan apakah krisis rupiah terjadi karena krisis bath Thailand.
Sementara menurut McLeod (1998), krisis rupiah di Indonesia adalah hasil dari
akumulasi kesalahan-kesalahan pemerintah dalam kebijakan-kebijakan ekonominya
selama orde baru, termasuk diantaranya kebijakan moneter yang mempertahankan nilai
tukar rupiah pada tingkat yang overvalued.
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak awal Juli 1997, di akhir tahun itu
telah berubah menjadi krisis ekonomi.Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,
menyebabkan harga-harga naik drastis. Banyak perusahaan-perusahaan dan pabrikpabrik yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Jumlah
pengangguran meningkat dan bahan-bahan sembako semakin langka.Krisis ini tetap
terjadi, meskipun fundamental ekonomi Indonesia di masa lalu dipandang cukup kuat
dan disanjung-sanjung oleh Bank Dunia. Yang dimaksud fundamental ekonomi yang
kuat adalah pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, laju inflasi terkendali, cadangan
devisa masih cukup besar dan realisasi anggaran pemerintah masih menunjukkan sedikit
surplus.

*Tahun anggaran. Sumber : BPS,Indikator ekonomi; Bank Indonesia, Statistik Keuangan
Indonesia; World Bank, Indonesia in Crisis, July 2, 1998
Menanggapi perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mulai
merosot sejak bulan Mei 1997, pada bulan Juli 1997 BI melakukan empat kali intervensi
dengan memperlebar rentang intervensi. Namun pengaruhnya tidak banyak. Nilai

rupiah dalam dolar AS terus tertekan. Tanggal 13 Agustus 1997 rupiah mencapai nilai
terendah hingga saat itu, yakni dari Rp2.655,00 menjadi Rp2.682,00 per dollar AS. BI
akhirnya menghapuskan rentang intervensi dan pada akhirnya rupiah turun ke
Rp2.755,00 per dollar AS. Tetapi terkadang nilai rupiah juga mengalami penguatan
beberapa poin. Misalnya, pada bulan Maret 1988 nilai rupiah mencapai Rp10.550,00
untuk satu dollar AS, walaupun sebelumnya, antara bulan Januari dan Februari sempat
menembus Rp11.000,00 rupiah per dollar AS. Selama periode Agustus 1997-1998, nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS terendah terjadi pada bulan Juli 1998, yakni mencapai
nilai antara Rp14.000,00 dan Rp15.000,00 per dollar AS. Sedangkan dari bulan
September 1998 hingga Mei 1999, perkembangan kurs rupiah terhadap dolar AS berada
pada nilai antara Rp8.000,00 dan Rp11.000,00 per dollar AS. Selama periode 1 Januari
1998 hingga 5 Agustus 1998, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS adalah
yang paling tinggi dibandingkan dengan mata uang-mata uang Negara-negara Asia
lainnya yang juga mengalami depresiasi terhadap dolar AS selama periode tersebut.

Sebagai konsekuensinya, BI pada tanggal 14 Agustus 1997 terpaksa
membebaskan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing.Dengan demikian, BI tidak
melakukan intervensi lagi di pasar valuta asing, sehingga nilai tukar ditentukan oleh
kekuatan pasar.
Kurs mata uang untuk US$1
Mata uang

Jun ’97

Jul ’98

Perubahan

THB

24,50

41,00

▼ 40,2%

IDR (k)

2,38

14,15

▼ 83,2%

PHP

26,30

42,00

▼ 37.4%

MYR

2,50

4,10

▼ 39.0%

Mata uang
KRW (k)

Jun ’97

Jul ’98

Perubahan

0,85

1,29

▼ 34.1%

GNP (milyar US$)
Negara

Jun ’97

Jul ’98

Perubahan

Thailand

170

102

▼ 40,0%

Indonesia

205

34

▼ 83,4%

Filipina

75

47

▼ 37.3%

Malaysia

90

55

▼ 38.9%

Korea Selatan

430

283

▼ 34.2%

A. Dampak Terjadinya Krisis Ekonomi Global bagi Indonesia
Krisis ekonomi yang sedang dialami oleh beberapa negara besar di dunia diantaranya AS
secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian di Indonesia.Maka dari itu pemerintah harus
waspada dan antisipatif, karena resesi ekonomi AS kemungkinan semakin parah sehingga bisa
berdampak hebat terhadap kehidupan ekonomi di dalam negeri. Krisis ekonomi global bisa
diumpamakan sebagai deretan kartu domino yang diatur sejajar,jika pemain utamanya terjatuh
maka akan membawa dampak buruk terhadap yang lainnya (efek domino). Celakanya, kalau
negara-negara berkembang yang terkena krisis ekonomi, lembaga-lembaga keuangan
internasional cenderung lepas tangan. Akibatnya, krisis yang terjadi bisa sangat parah dan
potensial mengimbas ke wilayah lain.
Warung-warung di pelosok Jakarta kini bertumbangan ke jurang kebangkrutan.Itu
sebagai bukti bahwa rakyat kebanyakan sudah tak berbelanja lagi.Sementara lapisan atas justru
berbelanja keperluan sehari-hari ke pasar-pasar modern milik pengusaha besar.Ini menyebabkan
kefailitan raksasa bagi dunia bisnis.Saat ini dampak resesi ekonomi global yang paling dirasakan

adalah pada masyarakat menengah ke atas, terlebih mereka yang bermain saham, valuta asing
dan investasi emas. Dari pantauan media di sejumlah pasar di tanah air, sejak BEJ (Bursa Efek
Jakarta) melakukan suspend pada Jum’at (10/10/11) , harga bahan-bahan pangan mulai
merangkak naik. Jika sudah begini, masyarakat bawah yang paling merasakan dampaknya.
Selain itu, kenaikan harga bahan baku di sektor properti akibat pengaruh krisis ekonomi
global, sangat mungkin terjadi. Seperti di kutip dari Antara.co.id, Wakil Ketua DPD Real Estate
Indonesia (REI) Jawa Tengah, Adib Adjiputra, di Solo, beberapa waktu lalu mengatakan, harga
bahan baku yang diproduksi di dalam negeri maupun luar negeri, berpotensi terpengaruh oleh
krisis ekonomi ini. Harga bahan baku seperti besi, keramik, semen dan sejumlah aksesori rumah
lainnya yang berasal dari industri manufaktur, kata dia, sangat rentan mengalami kenaikan.
Kenaikan bahan baku akibat dampak krisis ekonomi ini akan semakin menyulitkan sektor
properti, setelah sebelumnya juga diterpa kenaikan harga bahan baku akibat kenaikan bahan
bakar minyak (BBM).Selain memberi dampak negatif, krisis ekonomi juga membawa dampak
positif. Secara umum impor barang, termasuk impor buah menurun tajam, perjalanan ke luar
negeri dan pengiriman anak sekolah ke luar negeri,kebalikannya arus masuk turis asing akan
lebih besar, meningkatkan ekspor khususnya di bidang pertanian, proteksi industri dalam negeri
meningkat, dan adanya perbaikan dalam neraca berjalan. Krisis ekonomi juga menciptakan suatu
peluang besar bagi Unit Kecil Menengah (UKM) dan Industri Skala Kecil (ISK), yakni
pertumbuhan jumlah unit usaha,jumlah pekerja atau pengusaha, munculnya tawaran dari IMB
untuk melakukan mitra usaha dengan ISK, peningkatan ekspor, dan peningkatan pendapatan
untuk kelompok menengah ke bawah.Namun secara keseluruhan, dampak negatif dari jatuhnya
nilai tukar rupiah masih lebih besar dari dampak positifnya
C. Beberapa Solusi Mengatasi Krisis Ekonomi Global oleh Pemerintah Republik Indonesia
Presiden menegaskan 10 langkah yang harus ditempuh semua pihak untuk menghadapi
krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat (AS), sehingga tidak berdampak buruk terhadap
pembangunan nasional.Presiden mengajak semua pihak dalam menghadapi krisis global harus
terus memupuk rasa optimisme dan saling bekerjasama sehingga bisa tetap menjagar
kepercayaan masyarakat.Pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen harus terus dipertahankan
antara lain dengan terus mencari peluang ekspor dan investasi serta mengembangkan
perekonomian domestik.
Optimalisasi APBN 2009 untuk terus memacu pertumbuhan dengan tetap memperhatikan
`social safety net` dengan sejumlah hal yang harus diperhatikan yaitu infrastruktur, alokasi
penanganan kemiskinan, ketersediaan listrik serta pangan dan BBM.Untuk itu perlu dilakukan
efisiensi penggunaan anggaran APBN maupun APBD khususnya untuk peruntukan konsumtif.
Ajakan pada kalangan dunia usaha untuk tetap mendorong sektor riil dapat bergerak.Bila
itu dapat dilakukan maka pajak dan penerimaan negara bisa terjaga dan juga tenaga kerja dapat
terjaga.Sementara Bank Indonesia dan perbankan nasional harus membangun sistem agar kredit

bisa mendorong sektor riil. Di samping itu, masih menurut Kepala Negara, pemerintah akan
menjalankan kewajibannya untuk memberikan insentif dan kemudahan secara proporsional.
Mengingat tahun 2009 merupakan tahun politik dan tahun pemilu, kaitannya dengan
upaya menghadapi krisis keuangan AS adalah memiliki pandangan politik yang non partisan,
serta mengedepankan kepentingan rakyat di atas kepentingan golongan maupun pribadi termasuk
dalam kebijakan-kebijakan politik. Presiden meminta semua pihak melakukan komunikasi yang
tepat dan baik pada masyarakat.Tak hanya pemerintah dan kalangan pengusaha, serta perbankan,
Kepala Negara juga memandang peran pers dalam hal ini sangat penting karena memiliki akses
informasi pada masyarakat.
Program Reformasi Ekonomi IMF Menurut IMF, krisis ekonomi yang berkepanjangan di
Indonesia disebabkan Program Reformasi Ekonomi IMF. Menurut IMF, krisis ekonomi yang
berkepanjangan di Indonesia disebabkan karenapemerintah baru meminta bantuan IMF setelah
rupiah sudah sangat terdepresiasi. Strategipemulihan IMF dalam garis besarnya adalah
mengembalikan kepercayaan pada mata uang, yaitu dengan membuat mata uang itu sendiri
menarik.Inti dari setiap program pemulihan ekonomi adalah restrukturisasi sektor finansial.
Sementara itu pemerintah Indonesia telah enam kali memperbaharui persetujuannya dengan IMF,
Second Supplementary Memorandum of Economic and Financial Policies (MEFP) tanggal 24
Juni, kemudian 29 Juli 1998, dan yang terakhir adalah review yang keempat, tanggal 16 Maret
1999.Program bantuan IMF pertama ditanda-tangani pada tanggal 31 Oktober 1997. Program
reformasi ekonomi yang disarankan IMF ini mencakup empat bidang:
a.
b.
c.
d.

Penyehatan sektor keuangan;
Kebijakan fiskal;
Kebijakan moneter
Penyesuaian struktural.

Untuk menunjang program ini, IMF akan mengalokasikan stand-by credit sekitar US$
11,3 milyar selama tiga hingga lima tahun masa program. Sejumlah US$ 3,04 milyar dicairkan
segera, jumlah yang sama disediakan setelah 15 Maret 1998 bila program penyehatannya telah
dijalankan sesuai persetujuan, dan sisanya akan dicairkan secara bertahap sesuai kemajuan dalam
pelaksanaan program. Dari jumlah total pinjaman tersebut, Indonesia sendiri mempunyai kuota
di IMF sebesar US$ 2,07 milyar yang bisa dimanfaatkan. Di samping dana bantuan IMF, Bank
Dunia, Bank Pembangunan Asia dan negaranegarasahabat juga menjanjikan pemberian bantuan
yang nilai totalnya mencapai lebih 10 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Maret 1999
kurang US$ 37 milyar . Namun bantuan dari pihak lain ini dikaitkan dengan kesungguhan
pemerintah Indonesia melaksanakan program-program yang diprasyaratkan IMF.
Sebagai perbandingan, Korea mendapat bantuan dana total sebesar US$ 57 milyar untuk
jangka waktu tiga tahun, di antaranya sebesar US$ 21 milyar berasal dari IMF. Thailandhanya
memperoleh dana bantuan total sebesar US$ 17,2 milyar, di antaranya US$ 4 milyar dari IMF
dan masing-masing US$ 0,5 milyar berasal dari Indonesia dan Korea. Karena dalam beberapa

hal program-program yang diprasyaratkan IMF oleh pihak Indonesia dirasakan berat dan tidak
mungkin dilaksanakan, maka dilakukanlah negosiasi kedua yang menghasilkan persetujuan
mengenai reformasi ekonomi (letter of intent) yang ditanda-tangani pada tanggal 15 Januari
1998, yang mengandung 50 butir. Saransaran IMF diharapkan akan mengembalikan kepercayaan
masyarakat dengan cepat dan kurs nilai tukar rupiah bisa menjadi stabil (butir 17 persetujuan
IMF 15 Januari 1998). Pokok-pokok dari program IMF adalah sebagai berikut:
B. Kebijakan Makro-Ekonomi
– Kebijakan fiskal
Yaitu kebijakan pemerintah yang dilakukan dengan cara mengubah penerimaan dan
pengeluaran negara. Atau kebijakan pemerintah yang membuat perubahan dalam bidang perpajakan (T) dan pengeluaran pemerintah (G) dengan tujuan untuk mempengaruhi pengeluaran
/permintaan agregat dalam perekonomian Kebijakan ini diambil untuk menstabilkan ekonomi,
memperluas kesempatan kerja, mempertinggi pertumbuhan ekonomi, dan keadilan dalam
pemerataan pendapatan. Caranya dengan : menambah atau mengurangi PAJAK dan SUBSIDI.

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang
berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan
berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan
meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak
akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
– Kebijakan moneter dan nilai tukar
Kebijakan yang diambil oleh Bank Sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah
uang yang beredar di masyarakat. Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur
dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar.
Restrukturisasi sektor keuangan ;
– Program restrukturisasi bank
– Memperkuat aspek hukum dan pengawasan untuk perbankan
Reformasi structural :
– Perdagangan luar negeri dan investasi
– Deregulasi dan swastanisasi
– Social safety net

– Lingkungan hidup.
Setelah pelaksanaan reformasi kedua ini kembali menghadapi berbagai hambatan,maka
diadakanlah negosiasi ulang yang menghasilkan supplementary memorandum pada tanggal 10
April 1998 yang terdiri atas 20 butir, 7 appendix dan satu matriks. Cakupan memorandum ini
lebih luas dari kedua persetujuan sebelumnya, dan aspek baru yang masuk adalah penyelesaian
utang luar negeri perusahaan swasta Indonesia.Jadwal pelaksanaan masing-masing program
dirangkum dalam matriks komitmen kebijakan struktural. Strategi yang akan dilaksanakan
adalah:
a. menstabilkan rupiah pada tingkat yang sesuai dengan kekuatan ekonomi Indonesia
b. memperkuat dan mempercepat restrukturisasi sistim perbankan;
c. memperkuat implementasi reformasi struktural untuk membangun ekonomi yang efisien
dan berdaya saing;
d. menyusun kerangka untuk mengatasi masalah utang perusahaan swasta;
e. kembalikan pembelanjaan perdagangan pada keadaan yang normal, sehingga ekspor bisa
bangkit kembali.
Pemerintah akan terus menjamin kelangsungan kredit murah bagi perusahaan kecilmenengah
dan koperasi dengan tambahan dana dari anggaran pemerintah (butir 16 dan 20 dari Suplemen).
Awal Mei 1998 telah dilakukan pencairan kedua sebesar US$ 989,4 juta danjumlah yang sama
akan dicairkan lagi berturut-turut awal bulan Juni dan awal bulan Juli,bila pemerintah dengan
konsekuen melaksanakan program IMF. Sementara itu Menko Ekuin/Kepala Bappenas
menegaskan bahwa “Dana IMF dan sebagainya memang tidak kita gunakan untuk intervensi,
tetapi untuk mendukung neraca pembayaran serta memberi rasa aman, rasa tenteram, dan rasa
kepercayaan terhadap perekonomian bahwa kita memiliki cukup devisa untuk mengimpor dan
memenuhi kewajiban-kewajiban luar negeri”.
Pencairan berikutnya sebesar US$ 1 milyar yang dijadwalkan awal bulan Juni baru akan
terlaksana awal bulan September ini. Kritik Terhadap IMF Banyak kritik yang dilontarkan oleh
berbagai pihak ke alamat IMF dalam hal menangani krisis moneter di Asia, yang paling umum
adalah bahwa: (1) program IMF terlalu seragam, padahal masalah yang dihadapi tiap negara
tidak seluruhnya sama (2) program IMF terlalu banyak mencampuri kedaulatan negara yang
dibantu . Radelet dan Sachs secara gamblang mentakan bahwa bantuan IMF kepada tiga negara
Asia (Thailand, Korea dan Indonesia) telah gagal.Setelah melihat program penyelematan IMF di
ketiga negara tersebut, timbul kesan yang kuat bahwa IMF sesungguhnya tidak menguasai
permasalahan dari timbulnya krisis, sehingga tidak bisa keluar dengan program penyelamatan
yang tepat.
Salah satu pemecahan standar IMF adalah menuntut adanya surplus dalam anggaran belanja
negara, padahal dalam hal Indonesia anggaran belanja negara sampai dengan tahun anggaran
1996/1997 hampir selalu surplus, meskipun surplus 12 Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan, Maret 1999 ini ditutup oleh bantuan luar negeri resmi pemerintah. Adalah kebijakan

dari Orde Baru untuk menjaga keseimbangan dalam anggaran belanja negara, dan prinsip ini
terus dipegang.Selama ini tidak ada pencetakan uang secara besar-besaran untuk menutup
anggaran belanja negara yang defisit, dan tidak ada tingkat inflasi yang melebihi 10%. Memang
dalam anggaran belanja negara tahun 1998/1999 terdapat defisit anggaran yang besar, namun ini
bukan disebabkan karena kebijakan deficit financing dari pemerintah, tetapi oleh karena nilai
tukar rupiah yang terpuruk terhadap dollar AS.
Semakin jatuh nilai tukar rupiah, semakin besar defisit yang terjadi dalam anggaran
belanja.Karena itu pemecahan utamanya adalah bagaimana mengembalikan nilai tukar rupiah ke
tingkat yang wajar. J. Stiglitz, pemimpin ekonom Bank Dunia, mengkritik bahwa prakondisi IMF
yang teramat ketat terhadap negara-negara Asia di tengah krisis yang berkepanjangan berpotensi
menyebabkan resesi yang berkepanjangan. Kemudian berlakunya praktek apa yang dinamakan
“konsensus Washington”, yaitu negara pengutang lazimnya harus mendapatkan restu pendanaan
dari pemerintah AS, yang pada dasarnya hanya memperluas kesempatan ekonomi AS. (Kompas,
13 Mei 1998). Kabar terakhir menyebutkan bahwa pencairan bantuan tahap ketiga awal Juni ni
akan tertunda lagi atas desakan pemerintah AS yang dikaitkan dengan perkembangan reformasi
politik di Indonesia, dan ini akan menunda cairnya bantuan dari sumber-sumber lain .Anwar
Nasution mengkritik bahwa reformasi ekonomi yang disarankan IMF bentuknya masih samarsamar.
Tidak ada penjelasan rinci, bagaimana caranya untuk meningkatkan penerimaan pemerintah
dan mengurangi pengeluaran pemerintah untuk mencapai sasaran surplus anggaran sebesar 1%
dari PDB dalam tahun fiskal 1998/99, dan bagaimana ingin dicapai sasaran pertumbuhan
ekonomi sebesar 3%. Harapan satu-satunya adalah peningkatan ekspor non-migas, namun
kelemahan utama dari IMF adalah tidak ada program yang jelas untuk meningkatkan efisiensi
dan menurunkan biaya produksi untuk mendorong ekspor non-migas. Penasehat khusus IMF
untuk Indonesia sendiri juga dikutip sebagai mengatakan bahwa “IMF kerap menerapkan
standar ganda dalam pengambilan keputusan. Di satu pihak, perwakilan IMF mewakili negara
dan pemerintahan dengan kebijakan dan visi politik masing-masing, sementara keputusan yang
diambil harus mengacu pada fakta konkret ekonomi. Karenanya, ada saja peluang bahwa
tudingan atas pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia yang makin marak belakangan ini,
menjadi hal yang disoroti Dewan Direktur IMF dalam pengambilan keputusannya pekan depan”.
Demikian pun halnya dengan Bank Dunia.(Kompas, 2 Mei 1998).
Sri Mulyani mengemukakan, bahwa di bidang kebijaksanaan makro IMF tidak
memperlihatkan adanya konsistensi antarinstrumen kebijaksanaan. Di satu pihak IMF Krisis
Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran memberikan kelenturan dengan
mengizinkan dipertahankannya subsidi dan menyediakandana untuk menciptakan jaringan
keselamatan sosial, sedang di lain pihak menganut kebijaksanaan moneter yang kontraktif.
Kedua kebijaksanaan ini bisa memandulkan efektivitas kebijaksanaan makro, terutama dalam
rangka stabilitas nilai tukar dan inflasi. “Secara makro ancaman kegagalan terbesar kesepakatan
ketiga ini berasal dari kebijaksanaan moneter yang masih ambivalen, karena keharusan BI

melakukan fungsilender of last resort bagi perbankan nasional, yang bertentangan dengan tema
pengetatan, juga ketidak sejalanan kebijaksanaan moneter dan fiskal”.
Saran IMF menutup sejumlah bank yang bermasalah untuk menyehatkan sistim perbankan
Indonesia pada dasarnya adalah tepat, karena cara pengelolaan bank yang amburadul dan tidak
mengikuti peraturan, namun dampak psikologisnya dari tindakan ini tidak diperhitungkan.
Masyarakat kehilangan kepercayaan kepada otoritas moneter, Bank Indonesia dan perbankan
nasional, sehingga memperparah keadaan dan masyarakat beramai-ramai memindahkan dananya
dalam jumlah besar ke bank-bank asing dan pemerintah atau ditaruh di rumah, yang
menimbulkan krisis likuiditas perbankan nasional yang gawat. Hal ini juga diakui oleh IMF
.Pertanyaan mendasar yang harus ditujukan kepada IMF menurut penulis adalah sejauh mana
IMF bersungguh-sungguh dalam hal membantu mengatasi krisis ekonomi yang sedang melanda
Indonesia dewasa ini? Apakah sama seperti kesungguhan Amerika Serikat ketika membantu
Meksiko bersama-sama dengan IMF dan negara-negara maju lainnya yang berhasil menggalang
sebesar hampir US$ 48 milyar Januari 1995? Setelah mencapai titik terendah tahun 1995,
perekonomian Meksiko dengan cepat pada tahun 1996 dapat bangkit kembali.
Rencana IMF untuk mencairkan bantuannya secara bertahap dalam jarak waktu yang cukup
jauh menunjukkan bahwa IMF menekan Indonesia untuk menjalankan programnya secara ketat
dan membiarkan keadaan ekonomi Indonesia terus merosot menuju resesi yang berkepanjangan.
Dengan menahan pencairan bantuan tahap kedua dan setelah diundur, hanya dicicil US$ 1 milyar
dari jumlah US$ 3 milyar, ditambah jarak yang cukup lama antara paket bantuan pertama dan
kedua, menyulitkan pemulihan ekonomi Indonesia secara cepat, menghilangkan kepercayaan
terhadap rupiah, bahkan memperparah keadaan. Karena badan internasional lain dan negaranegara sahabat yang menjanjikan bantuan juga menunggu signal dari IMF, berhubung semua
bantuan tambahan yang besarnya mencapai US$ 27 milyar dikaitkan dengan cairnya bantuan
IMF.
Di lain pihak, kita juga perlu berterima kasih kepada IMF karena dengan menunda
mencairkan bantuannya, IMF sedikit banyak mempunyai andil dalam perjuangan menggulirkan
tuntutan reformasi politik, ekonomi dan hukum di Indonesia yang pada akhirnya bermuara pada
mundurnya Presiden Soeharto. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Maret 1999 Saran IMF
untuk menstabilkan nilai tukar adalah dengan menerapkan kebijakan uang ketat, menaikkan suku
bunga dan mengembalikan kepercayaan terhadap kebijakan ekonomi,dari waktu ke waktu
mengadakan intervensi terbatas di pasar valas dengan petunjuk IMF. Sayangnyatidak ada
program khusus yang secara langsung ditujukan untuk menguatkan kembali nilai tukar rupiah,
juga tidak ada Appendix untuk masalah ini.IMF tidak memecahkan permasalahan yang utama
dan yang paling mendesak secara langsung.
IMF bisa saja terlebih dahulu mengambil kebijakan memprioritaskan stabilisasi nilai tukar
rupiah, kalau mau, dengan mencairkan dana bantuan yang relatif besar pada bulan November