PROFIL KOTA TANGERANG SELATAN

Profil Kota Tangerang Selatan

BAB

2
PROFIL KOTA TANGERANG
SELATAN

Profil Kota Tangerang Selatan

1.1. Wilayah Administrasi
Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten pada koordinat
106”38’ – 106”47’ Bujur Timur dan 06”13’30” – 06”22’30” Lintang Selatan yang secara
administratif terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan dan 54 (lima puluh empat) kelurahan.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten, luas wilayah Kota Tangerang Selatan
adalah seluas 147,19 Km2 atau 14.719 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut :






Sebelah utara berbatasan dengan Kota Tangerang
Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor & Kota Depok
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.

Wilayah Kota Tangerang Selatan di antaranya dilintasi oleh Kali Angke, Kali
Pesanggarahan dan Sungai Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat.
Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta
pada sebelah utara dan timur memberikan peluang Kota Tangerang Selatan sebagai
salah satu kota strategis di sekitar ibukota Negara. Selain itu juga merupakan daerah
yang memiliki posisi strategis dari sisi ekonomi karena menjadi daerah yang secara
geografis menghubungkan wilayah Provinsi Banten dengan Provinsi DKI Jakarta,
Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat.
Luas wilayah masing-masing kecamatan tertera dalam Tabel I.1, dimana
Kecamatan dengan wilayah paling luas adalah Kecamatan Pondok Aren dengan luas
2.988 Ha atau 20,30% dari luas keseluruhan Kota Tangerang Selatan, sedangkan
Kecamatan dengan luas paling kecil adalah Kecamatan Setu dengan luas 1.480 Ha atau
10,06% dari luas keseluruhan Kota Tangerang Selatan.
Tabel 0-1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan


No
1
2
3
4
5
6
7

Kecamatan

Luas Wilayah (Ha)

Persentase (%)

2,404
1,784
1,838
1,543

2,682
2,988
1,480
14,719

16,33%
12,12%
12,49%
10,48%
18,22%
20,30%
10,06%
100,00%

Serpong
Serpong Utara
Ciputat
Ciputat Timur
Pamulang
Pondok Aren

Setu
Kota Tangerang Selatan
Sumber: RTRW Kota Tangerang Selatan, 2013-2031

Profil Kota Tangerang Selatan

Luas wilayah masing-masing kelurahan dengan luas di atas empat ratus hektar
terletak di Kecamatan Pamulang, yaitu Pondok Cabe Udik dan Pamulang Barat, dan di
Kecamatan Serpong Utara, yaitu Paku Jaya. Kelurahan dengan luas wilayah di bawah
seratus lima puluh hektar terletak di Kecamatan Serpong, yaitu Cilenggang dan
Serpong, dan di Kecamatan Serpong Utara, yaitu Jelupang. Kelurahan dengan luas
wilayah paling besar adalah Pondok Cabe Udik dengan luas 483 Ha sedangkan
kelurahan dengan luas wilayah paling kecil adalah Jelupang dengan luas 126 Ha.

Gambar 0-1. Peta Wilayah Kota Tangerang Selatan

Profil Kota Tangerang Selatan

Sumber: RTRW Kota Tangerang Selatan, 2013-2031


Profil Kota Tangerang Selatan

1.2. Potensi Wilayah Kota Tangerang Selatan
1.2.1. Potensi Fasilitas Perekonomian
Semenjak sembilan tahun terbentuk, Kota Tangerang Selatan sudah memiliki
beberapa kawasan industri dan perdagangan. Luas yang disediakan untuk zona
industri di Kota Tangerang Selatan adalah seluas 2218,31 hektar dengan 2386 unit
industri yang termanfaatkan. Sedangkan luas yang disediakan untuk kawasan industri
adalah seluas 1284 hektar dengan 1614 unit industri yang termanfaatkan.
Kawasan perdagangan di Kota Tangerang Selatan terbagi menjadi dua, yaitu
kawasan dengan skala kota dan lokal serta kawasan perdagangan jasa. Luas yang
disediakan untuk kawasan perdagangan skala kota dan lokal adalah seluas 1050
hektar, sedangkan untuk kawasan perdagangan jasa seluas 1224,79 hektar. 3502,31
hektar dengan 2386 unit perusahan. Terdaftar ada 12 (dua belas) pasar tradisional
yang berada di tanah milik Pemerintah Kota Tangerang Selatan.Selengkapnya
mengenai Pasar Daerah/Tradisional Di Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada
Tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 0-2. Pasar Daerah/Tradisional Di Kota Tangerang Selatan
No.


Nama pasar

Luas areal
(m2)

Lokasi
(kecamatan)

Pedagang
(orang)

Pengelola

1

Pasar Ciputat

5,670

Ciputat


816

PD. Pasar Niaga Kerta Raharja

2

Pasar Jombang

6,095

Ciputat

386

PD. Pasar Niaga Kerta Raharja

3

Pasar Serpong


8,730

Serpong

837

PD. Pasar Niaga Kerta Raharja

4

Pasar Bintaro Sektor 2

2,600

Ciputat Timur

135

PD. Pasar Niaga Kerta Raharja


5

Pasar Ciputat Permai

1,000

Ciputat

55

PD. Pasar Niaga Kerta Raharja & PT.
Tritama Nila Griya

6

Pasar Gedung Hijau

3,395


Serpong Utara

3

PT. Alam Sutera Reality, TBK & PD. Pasar
Niaga Kerta Raharja

7

Pasar Modern BSD

30,000

Serpong

730

PT. BSD

8


Pasar Segar Graha
Raya Bintaro

10,250

Serpong Utara

644

PT. Wahana Jaya Sentosa

9

Pasar Delapan

34,945

Serpong Utara

208

PT. Alam Sutera Reality, TBK

10

Pasar Modern Bintaro
Jaya

17,000

Pondok Aren

492

PT. Bintaro Jaya

11

Pasar Jengkol

1,500

Setu

40

PemKot Tangerang Selatan

12

Pasar Kita

17,000

Pamulang

Sumber: RKPD Kota Tangerang Selatan, 2017

(Baru)

-

Profil Kota Tangerang Selatan

Selain kawasan perindustrian dan perdagangan, Kota Tangerang Selatan juga
memiliki kawasan pergudangan di Taman Tekno, dalam kawasan Taman Tekno saat ini
ada kurang lebih 1.696 perusahaan. Lahan kawasan pergudanganpun terbagi menjadi
dua, yaitu lahan yang disediakan untuk kawasan pergudangan, sebesar 2218,31 hektar
dengan perusahaan 2.386 unit dan lahan yang disediakan untuk zona gudang, sebesar
4,2 Ha.
1.2.2. Potensi Perdagangan dan Jasa
Pasar tradisional pemerintah seluruhnya berada di Kecamatan Serpong,
Serpong Utara, Ciputat dan Kecamatan Ciputat Timur. Fasilitas perdagangan jasa lainpun tidak merata yang sebagian besarnya tersebar di Kecamatan Serpong, Ciputat
Timur dan Kecamatan Pamulang. Kecamatan dengan fasilitas perdagangan dan jasa
yang paling sedikit adalah Kecamatan Setu. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.3
berikut ini.
Tabel 0-3. Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kota Tangerang Selatan
Sebaran
No.

Kecamatan

Pasar
modern

Pasar
tradisional

Mini
market

Super
market

Hyper
market

Restoran

Hotel

Bank

1

Serpong

1

1

60

3

0

106

2

32

2

Serpong
Utara

2

1

59

6

1

105

2

18

3

Ciputat

0

2

44

2

0

7

1

7

4

Ciputat
Timur

0

1

46

1

0

19

1

12

5

Pamulang

0

0

44

4

0

22

0

10

6

Pondok
Aren

1

1

96

3

0

90

1

14

7

Setu

0

0

38

0

0

2

0

3

Jumlah

4

6

387

19

1

351

7

96

Sumber: RKPD Kota Tangerang Selatan, 2017
1.2.3. PotensiEkonomiKreatif
Jumlah usaha hasil SE2016 di Kota Tangerang Selatan sebesar 105.773 usaha.
Dilihat dari pertumbuhan jumlah usaha, Kota Tangerang Selatan merupakan kota
dengan peningkatan jumlah usaha paling tinggi yaitu sebesar 27,39 persen dibanding
tahun 2006, sebagaimana tersaji pada Gambar 2-2 dibawah ini.

Profil Kota Tangerang Selatan

Gambar 0-2. Grafik Jumlah Usaha SE 2016 (ribu) dan Pertumbuhannya terhadap SE2006 (%)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2017

Dilihat dari jenis usaha, 100.271 usaha atau 94,80 persen merupakan usaha
menengah kecil (UMK) dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 116.096 orang, dan
sisanya sebanyak 5.502 usaha atau 5,20 persen adalah usaha menengah besar (UMB)
dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 234.478 orang.
Gambar 0-3. Grafik Jenis Usaha di Kota Tangerang Selatan Tahun 2016
234,478

250,000
200,000
150,000
100,271

116,096

100,000
50,000
5,5025.20%

94.80%
UMK

Tenaga Kerja

UMB

Tenaga Kerja

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2017
Jumlah usaha menurut kategori lapangan usaha yang terbanyak adalah usaha
perdagangan, yaitu sebesar 44.196 jenis usaha atau 41,78 persen dengan penyerapan
tenaga kerja sebesar 109.456 orang. Jenis usaha urutan kedua adalah usaha
akomodasi dan rumah makan, yaitu sebesar 26.910 jenis usaha atau 25,44 persen
dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 53.136 orang.Adapun jumlah usaha paling
sedikit dibandingkan jenis usalaha lain di Kota Tangerang Selatan
adalah
pertambangan, hanya sebesar 3 jenis usaha dengan penyerapan jumlah tenaga kerja
sebesar 303 orang. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.4berikut ini.

Profil Kota Tangerang Selatan

Tabel 0-4. Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan Usaha Hasil Pendaftaran
Sensus Ekonomi 2016
Kategori

Jumlah
Usaha

UMK

UMB

3

1

2

8.071

7766

29

Kategori E Air
Kategori F Konstruksi

Jumlah Tenaga
Kerja

UMK

UMB

303

25

278

305

57.667

21481

36186

15

14

909

34

875

178

169

9

502

360

142

670

437

232

11.803

3903

7865

44.196

41924

2272

109.456

75003

34453

3.610

3260

350

13.281

4386

8895

26.910

26449

461

53.136

45270

7866

3.107

2859

248

7.940

4051

3889

753

226

527

14.131

1531

12600

Kategori L Real Estate

6.983

6699

184

11.058

7835

3223

Kategori M,N Prof & Persewaan

2.280

1853

427

16.514

5826

10688

Kategori P Jasa Pendidikan

1.867

1701

166

26.188

18235

7953

987

915

72

8.576

3549

5027

6.130

5897

233

19.145

14165

4980

Kategori B pertambangan
Kategori C Industri
Kategori D Listrik, Gas

Kategori G Perdagangan
H. Pengangkutan dan Pergudangan
Kategori I Akomodasi dan Rumah Makan
Kategori J Infokom
Kategori K Jasa Keuangan

Kategori Q Jasa Kesehatan
Kategori R, S, U Hiburan & Jasa Lainnya
Jumlah

105.774

350.609

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2017

1.2.4. Potensi Pengembangan Kota Tangerang Selatan
Salah satu potensi Kota Tangerang Selatan adalah letak geografisnya yang
strategis. Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan provinsi DKI
Jakarta pada sebelah utara dan timur memberikan peluang pada Kota Tangerang
Selatan sebagai salah satu daerah penyangga Ibu Kota DKI Jakarata, selain itu juga
sebagai daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi DKI Jakarta.
Selain itu, Kota Tangerang Selatan juga menjadi salah satu daerah yang
menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat. Dengan posisi
sedemikian, Tangerang Selatan memiliki akses yang bagus baik dari udara, karena
berbatasan dengan Kabupaten dan Kota Tangerang yang memiliki Bandar Udara
Internasional Soekarno Hatta, maupun dari laut, karena berbatasan dengan DKI
Jakarta yang memiliki Pelabuhan Tanjung Priok. Demikian juga akses melalui daratan,

Profil Kota Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan dilalui oleh Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (Jakarta Outer Ring
Road/ JORR) yang sekarang sudah terkoneksi baik dari Tangerang – Merak ataupun Tol
JORR 2.
Selain infrastruktur jalan tol yang sudah eksis, juga direncanakan akan
dibangun beberapa ruas jalan tol. Salah satunya yang sudah terealisasi adalah ruas
jalan tol Kunciran - Serpong. Ruas jalan tol ini akan melintasi wilayah-wilayah yang
berada di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.
Prasarana dan sarana penunjang lain yang menjadi potensi investasi yang
dikembangkan di Kota Tangerang Selatan, antara lain:
a. KERETA API. Sebagai sarana transportasi massal, kereta api merupakan andalan
masyarakat Kota Tangerang Selatan yang menghubungkan Kota Rangkasbitung Kota Tangerang Selatan - Kota Jakarta dan sudah dengan jalur rel ganda (double
track). Stasiun kereta rel listrik (KRL) berjumlah 5 buah dan tersebar di tiga
kecamatan yaitu Serpong, Ciputat dan Ciputat Timur. Wilayah Kota Tangerang
Selatan yang dilalui oleh lintasan rel KRL antara lain wilayah Serpong (Stasiun
Pasar Serpong), Stasiun Rawa Buntu (BSD), Stasiun Jurang Mangu (Pondok Aren),
Ciputat (Stasiun Jombang) dan Ciputat Timur (Stasiun Pondok Ranji). Kereta rel
listrik yang melintas adalah KRL penumpang dan kereta api barang. Dalam
rancangan RTRW, direncanakan pengembangan fasilitas “park and ride” yaitu
lahan parkir kendaraan yang terletak pada fasilitas transportasi publik seperti
stasiun kereta dan terminal. Fasilitas tersebut memudahkan para penglaju
(commuter) yang memiliki kendaraan pribadi untuk berpindah ke transportasi
publik.
b. BIS ANTAR KOTA – ANTAR PROPINSI. Sarana Transportasi ini juga merupakan
penggerak mobilitas masyarakat Kota Tangerang Selatan sebagai sarana utama
dalam kegiatan yang menghubungkan Kota Tangerang Selatan dengan Kota
Jakarta dan kota-kota lainnya. Saat ini juga sudah beroperasi feeder Bus
Transjakarta dengan trayek BSD – Jakarta, Pondok Aren (Bintaro Jaya) – Jakarta
dan BSD – Balaraja.
c. ANGKUTAN DALAM KOTA. Sarana Transportasi Dalam Kota merupakan salah satu
transportasi yang dijadikan andalan untuk aktivitas sehari-hari masyarakat Kota
Tangerang Selatan. PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH/AIR
MINUM. Masyarakat Kota Tangerang Selatan memakai air bersih untuk kebutuhan
rumah tangga, industri dan kegiatan lainnya. Saat ini kebutuhan air bersih
masyarakat Tangerang Selatan bersumber dari dua sumber utama, yaitu dari
PDAM Kabupaten Tangerang serta instalasi air bersih yango dikelola oleh pihak
pengembang atau yang berasal dari air bawah tanah. Di Kota Tangerang Selatan,
cukup banyak sumber air baku yang bisa diolah menjadi sumber air bersih bagi
berbagai kebutuhan. Wilayah Kota Tangerang Selatan setidaknya dialiri oleh tiga

Profil Kota Tangerang Selatan

sungai yang airnya cukup melimpah yaitu Sungai Cisadane, Sungai Pesanggrahan,
dan Sungai Kali Angke. Selain itu, masih terdapat sembilan situ dan danau yang
memiliki kadar dan kapasitas air yang layak diolah. Untuk itu, Pemerintah Kota
Tangerang Selatan diharapkan memiliki instalasi pengolahan air minum yang
langsung dikelola atau di bawah pengawasan pemerintah daerah.
d. PEMBANGUNAN PERMUKIMAN VERTIKAL. Dengan kepadatan penduduk Kota
Tangerang Selatan yang mencapai 10.484 jiwa/km2, maka akan semakin sulit
untuk membangun permukiman yang memakai lahan luas. Sehingga
dimungkinkan kawasan permukiman super blok seperti apartemen, kondominium,
rusunawa, flat dan sejenisnya untuk dikembangkan karena letak Kota Tangerang
Selatan yang berdekatan dengan DKI Jakarta dan dengan akses mudah dari
berbagai arah. Pengembangan permukiman vertikal menjadi salah satu alternatif
yang dapat membangun kawasan permukiman modern dengan infrastruktur yang
memadai dan fasilitas pendukung masyarakat perkotaan modern.
e. KAWASAN JASA DAN PERDAGANGAN TERPADU. Di sepanjang koridor Jl Pahlawan
Seribu, BSD City Serpong mulai banyak bermunculan gedung-gedung baru yang
megah. Pusat perbelanjaan, apartemen, hotel, pusat hiburan dan kuliner, pusat
perkantoran, rumah sakit, pusat pendidikan telah dibangun. Lahan untuk
pembangunan office tower dan sarana penunjang lain juga tersedia. Oleh karena
itu, sangatlah prospektif apabila para investor dapat menanamkan modalnya
dalam rangka pengembangan kawasan ini.
Kawasan Bintaro juga telah berkembang dan menjadi salah satu kawasan yang
diperhitungkan oleh para investor. Berbagai infrastruktur di kawasan SCBD Bintaro
Jaya berupa gedung perkantoran, pusat belanja, rumah sakit, pusat pendidikan
telah berdiri di kawasan ini. Untuk memperlancar arus lalu lintas, di bundaran
Bintaro Sektor IX telah dibangun fly over yang menghubungkan simpul-simpul
bisnis dan jasa, termasuk jasa pendidikan, dengan dibangunnya Universitas
pembangunan Jaya.
Bidang Jasa dan perdagangan juga terus dikembangkan dikawasan CiputatPamulang. Sebagai kawasan Pusat Pendidikan skala nasional dengan adanya UIN
Syarif Hidayatullah dan Universitas Terbuka, maka daerah Ciputat dan Pamulang
dapat dikembangkan sebagai kawasan jasa pendidikan.
f. PENGEMBANGAN TANGSEL SEBAGAI PUSAT MICE (Meetings, Incentives,
Conferencing, Exhibitions). Sebagai kota perdagangan dan jasa, maka salah satu
sarana perkotaan dan dapat dijadikan ikon kota Tangerang Selatan adalah
pembangunan convention center, atau trade exibition center atau gedung konser.
Sesuai dengan motto cerdas, modern dan religius, maka Kota Tangerang Selatan
mencari para investor untuk membangun gedung yang memiliki ciri khas daerah
Kota Tangerang Selatan tetapi juga modern. Dimana dapat menjadi pusat

Profil Kota Tangerang Selatan

kesenian Kota Tangerang Selatan dan dapat digunakan juga untuk berbagai
kegiatan pameran, rapat atau forum pertemuan resmi skala nasional dan
internasional. Pembangunannya dapat dibangun secara terpadu dengan
dilengkapi fasilitas office tower atau hotel bintang lima yang dapat dimanfaatkan
juga sebagai tempat penyewaan ruang kantor.
Sektor Industri dan Pergudangan. Melihat luas lahan yang tersedia, Pemerintah
Kota Tangerang Selatan dalam arah dan tujuan pembangunan, tidak
menempatkan sektor industri dan pergudangan sebagai andalan. Saat ini
peruntukan lahan untuk industri hanya 1,14 % saja dari luas lahan Kota Tangerang
Selatan, atau sekitar 16,67 hektar. Industri yang dikembangkan pun ditujukan
kepada green industry dan ramah lingkungan. Pemilihan industri yang cocok untuk
itu adalah industri yang tidak mempunyai banyak limbah kimia. Industri
pembuatan produk dari bahan setengah jadi seperti pembuatan bola di Pondok
Cabe, atau industri garmen serta industri perakitan lainnya yang ramah lingkungan
adalah salah satu contoh yang bisa dikembangkan. Selain itu, dengan adanya
fasilitas pergudangan di Taman Tekno BSD dan kawasan Multiguna Serpong Utara,
melengkapi sarana investasi penanaman modal pada sektor industri maupun
pergudangan yang ramah lingkungan.
Pengembangan Ekonomi Kreatif. Kreatif ekonomi memiliki potensi yang sangat
besar dalam ekonomi saat ini. Inti perekonomian saat ini sedang mengalami
pergeseran dari ekonomi berbasis sumber daya alam kepada ekonomi yang
berbasis pengetahuan dan inovasi. Hal ini juga sejalan dengan kecenderungan
perkembangan “Ekonomi Hijau” atau “Bisnis Hijau” yang menjadikan
keberlanjutan lingkungan sebagai hal yang utama di samping pertumbuhan dan
keuntungan. Tangerang Selatan sebagai kota yang tidak memiliki sumber daya
alam melimpah namun memiliki sumber daya manusia dengan kualitas yang
cukup baik, penduduk berusia muda, dan komunitas kreatif, memiliki potensi
besar untuk mengembangkan ekonomi kreatif sebagai tulang punggung
ekonominya.
1.2.5. Potensi Wisata
Di Tangerang Selatan terdapat beberapa lokasi kunjungan wisata. Jenis wisata
yang tawarkan beraneka ragam di antaranya wisata alam, wisata budaya, wisata
belanja.
WISATA ALAM DAN AIR. Beberapa lokasi wisata alam yang bisa dikunjungi di
antaranya Wisata Tanah Tingal, Kandank Jurank Doank, dan Kampung Dongeng
merupakan lokasi wisata alam yang terletak di Ciputat. Ada berbagai kegiatan yang
bisa dilakukan terutama oleh anak-anak, mulai dari membuat keramik, mengenal jenis
binatang, memberi makan binatang, panen padi, flying fox, bermain kano dan

Profil Kota Tangerang Selatan

pengamatan burung (birdwatching) hingga pertunjukan dongeng. Terdapat juga
penginapan lengkap dengan kafe dan kolam renang. Wisata Kampung Maen
merupakan wisata di Family Park Alam Sutera Serpong Utara perpaduan antara dunia
pendidikan dan hiburan anak, dimana proses edukasi disajikan dalam bentuk
permainan/ games yang interaktif.
Selain itu, juga terdapat taman/ hutan kota di Serpong yang juga dimanfaatkan
sebagai lokasi rekreasi, seperti hutan kota di wilayah BSD, taman kota yang terdapat di
Jl. Letnan Sutopo dekat Sekolah Al-Azhar BSD dan taman kota yang terletak di Taman
Tekno, Buaran dekat MAN Insan Cendekia.
Wisata air, seperti kolam renang, pemancingan, taman air tersebar di berbagai
wilayah, seperti Family Park Kampung Aer di Alam Sutera Serpong Utara, Ocean Park
di BSD Serpong, Wisata Air Pulau situ Gintung Ciputat Timur, serta kolam renang dan
pemancingan yang terdapat di banyak kecamatan. Hampir di semua kecamatan juga
terdapat situ-situ yang dapat dijadikan tempat rekreasi namun sebagian besar masih
harus ditata ulang.

1.3. Demografi dan Urbanisasi
1.3.1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan dari tahun ketahun terus mengalami
peningkatan, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,76% pertahunnya. Pada tahun
2012, pertumbuhan penduduk mencapai 3,63%, naik pada level 4,05% pada tahun
2016.Secara absolut jumlah penduduk di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2012
sebanyak 1.342.618 orang, hingga tahun 2016 mencapai angka 1.543.209orang.
Meningkatnya jumlah penduduk tersebut menyebabkan kepadatan penduduk semakin
meningkat pula, pada tahun 2012 sebanyak 9.122 jiwa/km2 menjadi 10.484 jiwa/km2
pada tahun 2016. Jumlah penduduk serta laju pertumbuhannya setiap tahun dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 0-1. Jumlah Penduduk serta Laju Pertumbuhan Pertahun
Laju Pertumbuhan Penduduk
Pertahun (%)

Jumlah Penduduk (Jiwa)
No.

Kecamatan
20122013

20132014

20142015

20152016

80.811

4,05

4,05

4,21

4,43

2012

2013

2014

2015

2016

69.159

72.727

75.002

77.881

1

Setu

2

Serpong

143.777

151.899

157.252

163.915

170.731

4,45

4,45

4,66

4,78

3

Pamulang

296.463

308.272

314.931

323.957

332.984

3,07

3,07

3,13

3,56

4

Ciputat

199.419

207.885

212.824

219.384

225.974

3,29

3,29

2,53

3,75

Profil Kota Tangerang Selatan

5

Ciputat Timur

184.304

190.415

193.484

197.960

202.386

2,52

2,52

2,31

3,07

6

Pondok Aren

316.025

331.644

341.416

353.904

366.568

3,87

3,87

4,00

4,27

7

Serpong Utara

133.471

142.328

148.494

155.998

163.755

5,26

5,26

5,59

5,51

1.342.618

1.405.170

1.443.403

1.492.999

1.543.209

3,63

3,63

3,74

4,05

Jumlah

Sumber : Kota Tangerang Selatan Dalam Angka , 2017

1.3.2. Jumlah Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk
Dengan tingkat kemiskinan sebesar 1,67%, jumlah penduduk miskin di Kota
Tangerang Selatan pada tahun 2016 sejumlah 26,38 ribu jiwa. Jumlah penduduk miskin
di Provinsi Banten pada tahun yang sama sejumlah 657,74 ribu jiwa. Dengan demikian,
kemiskinan di Kota Tangerang Selatan memberikan kontribusi sebesar 4,0 % terhadap
total jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten pada tahun 2016. Pada Grafik 2.1
disajikan posisi relatif jumlah penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan pada tahun
2016 dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Provinsi Banten.

Gambar 0-4. Posisi Relatif Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Banten,
Tahun 2016

Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Menurut
Kabupaten/Kota
Provinsi Banten, Tahun 2016

26.38

39.31

18.51

103.50

116.10

114.03

163.20

88.44

657.74

28.01

Kabupaten/Kota

Provinsi

Nasional

Sumber : Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Tangerang Selatan, 2017

Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan sejumlah
21,01 ribu jiwa. Jumlah penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan mengalami
penurunan pada tahun 2011 dan 2012, yaitu sebesar 20,14 ribu jiwa dan 18,70 ribu

Profil Kota Tangerang Selatan

jiwa. Namun pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan
mengalami kenaikan cukup banyak menjadi 25,40 ribu jiwa, kondisi kenaikan ini
berlanjut sampai tahun 2016 yaitu sebesar 26,38 ribu jiwa. Grafik 2.2 menunjukkan
perkembangan jumlah penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan yang memiliki tren
yang naik dalam kurun tahun 2010 – 2016.
Gambar 0-5. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Kota Tangerang Selatan Tahun 2010-2016

Persen

Perkembangan Penduduk Miskin (Jiwa) Kota Tangerang
Selatan
Tahun 2010-2016
31.000
26.000
21.000
16.000
11.000
6.000
1.000

21.01

20.14

18.70

2010

2011

2012

Penduduk Miskin (Jiwa)

25.40

25.40

25.89

26.38

2013

2014

2015

2016

Linear (Penduduk Miskin (Jiwa))

Sumber : Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Tangerang Selatan, 2017

1.3.3. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun Kedepan
Untuk menghitung proyeksi penduduk 5 (lima) tahun kedepan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Pt = Po (1 + r )t
Keterangan:
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
Po = jumlah penduduk pada tahun awal
r = angka pertumbuhan penduduk
t = waktu (5 tahun)

Proyeksi perkembangan penduduk Kota Tangerang Selatan 5 tahun kedepan,
menggunakan rata-rata angka pertumbuhan penduduk masing-masing kecamatan
dari tahun 2010 sampai dengan 2014 yang diasumsikan sama setiap tahunnya.
Perhitungan proyeksi penduduk Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada Tabel 2.6a,
Tabel 2.7b dan Tabel 2.8c di bawah ini:
Tabel 0-2a. Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Jumlah Penduduk (Jiwa)
No
.

1

Proyeksi

Kecamatan

Setu

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

69.159

72.727

75.002

77.881

80.811

83.851

87.006

90.279

93.676

97.200

Profil Kota Tangerang Selatan

2

Serpong

143.777

151.899

157.252

163.915

170.731

177.830

185.225

192.927

200.950

209.306

3

Pamulang

296.463

308.272

314.931

323.957

332.984

342.263

351.800

361.602

371.678

382.035

4

Ciputat

199.419

207.885

212.824

219.384

225.974

232.762

239.754

246.956

254.374

262.015

5

Ciputat
Timur

184.304

190.415

193.484

197.960

202.386

206.911

211.537

216.267

221.102

226.045

6

Pondok Aren

316.025

331.644

341.416

353.904

366.568

379.685

393.272

407.344

421.921

437.019

7

Serpong
Utara

133.471

142.328

148.494

155.998

163.755

171.898

180.445

189.418

198.837

208.724

Jumlah

1.342.61
8

1.405.17
0

1.443.40
3

1.492.99
9

1.543.20
9

1.595.20
0

1.649.03
8

1.704.79
4

1.762.53
7

1.822.34
3

Sumber : Kota Tangerang Selatan Dalam Angka , 2017
Tabel 0-3b. Jumlah Kepala Keluarga Saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Jumlah Kepala Keluarga
No.

Proyeksi

Kecamatan
2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

1

Setu

17.849

18.787

19.298

21.151

20.482

21.253

22.052

22.882

23.743

24.636

2

Serpong

36.555

36.621

37.617

41.677

43.273

45.072

46.947

48.899

50.932

53.050

3

Pamulang

75.150

78.147

80.273

82.127

84.398

86.750

89.167

91.652

94.205

96.830

4

Ciputat

49.303

52.390

53.815

54.227

57.275

58.995

60.768

62.593

64.473

66.410

5

Ciputat Timur

46.787

48.348

49.663

50.276

51.297

52.444

53.616

54.815

56.041

57.294

6

Pondok Aren

79.190

83.117

85.379

88.708

92.910

96.235

99.678

103.245

106.940

110.766

7

Serpong Utara

36.360

38.738

39.792

42.425

41.505

43.569

45.735

48.009

50.397

52.903

341.194

356.148

365.837

380.591

391.140

404.318

417.963

432.095

446.731

461.889

Jumlah

Sumber : Kota Tangerang Selatan Dalam Angka , 2017
Tabel 0-4c. Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan kepadaatan saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Tingkat Pertumbuhan (%)
No.

1

Kecamatan

Setu

Kepadatan Penduduk (Orang/Ha)

20122013

20132014

20142015

20152016

0,05

0,03

0,04

0,04

2012
47

2013
49

2014
51

2015
53

2016
55

Profil Kota Tangerang Selatan

2

Serpong

0,06

0,04

0,04

0,04

60

63

65

68

71

3

Pamulang

0,04

0,02

0,03

0,03

111

115

117

121

124

4

Ciputat

0,04

0,02

0,03

0,03

108

113

116

119

123

5

Ciputat Timur

0,03

0,02

0,02

0,02

119

123

125

128

131

6

Pondok Aren

0,05

0,03

0,04

0,04

106

111

114

118

123

7

Serpong Utara

0,07

0,04

0,05

0,05

75

80

83

87

92

0,34

0,20

0,25

0,24

626

655

672

695

718

Jumlah

Sumber : Kota Tangerang Selatan Dalam Angka , 2017

1.4. Isu Strategis Sosial Ekonomi dan Lingkungan
1.4.1. Perkembangan PDRBdan Potensi Ekonomi
Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari distribusi persentase
PDRB kelompok lapangan usaha yang terdiri dari kelompok lapangan usaha primer,
kelompok lapangan usaha sekunder dan kelompok lapangan usaha tersier. Kelompok
lapangan usaha primer terdiri dari lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan; Pertambangan dan Penggalian. Kelompok lapangan usaha sekunder terdiri
dari lapangan usaha Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik, Gas; Pengadaan Air;
Konstruksi. Kemudian kelompok lapangan usaha tersier terdiri dari lapangan usaha
Perdagangan Besar dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan
Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi;
Jasa Keuangan; Real Estat; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan
Jasa Lainnya.
Selama periode 2012-2016, struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Kota
Tangerang Selatan berada dikelompok lapangan usaha tersier yang terlihat dari
besarnya kenaikan/penurunan peranan masing-masing kelompok lapangan usaha ini
terhadap pembentukan PDRB Kota Tangerang Selatan. Pada tahun 2016, kelompok
lapangan usaha tersier memberikan sumbangan sebesar 73,93 persen, sekunder
sebesar 25,81 persen dan primer sebesar 0,26 persen. Kelompok lapangan usaha
tersier pada tahun 2016 mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu
dari 73,36 persen naik menjadi 73,93 persen, sedangkankelompok lapangan usaha
primer dan sekunder tahun 2016 mengalami penurunan dibanding tahun 2015,
kelompok primer dari 0,28 persen tahun 2015 turun menjadi 0,26 persen, sedangkan
kelompok sekunder tahun 2015 sebesar 26,36 persen turun menjadi 25,81 persen.
Apabila dilihat menurut lapangan usahanya, pada tahun 2016, lapangan usaha
Real Estate memberikan sumbangan tertinggi sebesar 17,81 persen, kemudian disusul

Profil Kota Tangerang Selatan

lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda
Motorsebesar 16,51 persen dan lapangan usaha Konstruksi sebesar 15,45 persen.
Informasi dan Komunikasi sebesar 11,19 persen, Industri Pengolahan sebesar 10,19,
dan Jasa Pendidikan sebesar 8,52 persen.Sementara peranan lapangan usaha lainnya
secara keseluruhan menyumbang sebesar 20,34 persen.
Gambar 0-6. Kontribusi PDRB Menurut Sektor Lapangan Usaha di Kota Tangerang Selatan (persen),
2016
Usaha
Lainnya
20,34%

Industri
Pengolahan
10,19%

Konstruksi
15,45%
Jasa
Pendidikan
8,52%

Perdaganga
n
16,51%

Real Estate
17,81%
Informasi
dan
Komunikasi
11,19%

Sumber : Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan Dalam Angka , 2017
Tabel 0-5. Peranan PDRB Kota Tangerang SelatanMenurut Lapangan Usaha (persen), 2012-2016
Lapangan Usaha

2012

2013

2014

2015* 2016**

A

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

0,30

0,29

0,29

0,28

0,26

B

Pertambangan dan Penggalian

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

C

Industri Pengolahan

11,84

11,69

11,57

11,15

10,19

D

Pengadaan Listrik dan Gas

0,11

0,11

0,12

0,14

0,13

E

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,05

0,05

0,04

0,04

0,04

F

Konstruksi

13,55

14,47

14,80

15,03

15,45

G

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor

18,63

18,06

17,76

17,17

16,51

H

Transportasi dan Pergudangan

2,70

2,91

3,12

3,17

3,24

I

Penyediaan Akomodasi dan

3,14

3,06

3,13

3,15

3,21

11,94

11,02

11,18

11,01

11,19

1,22

1,23

1,24

1,24

1,28

Makan Minum
J

Informasi dan Komunikasi

K

Jasa Keuangan dan Asuransi

Profil Kota Tangerang Selatan

Lapangan Usaha
L
M,N
O

2012

2013

2014

2015* 2016**

16,46

16,81

16,45

17,29

17,81

Jasa Perusahaan

3,12

3,30

3,46

3,56

3,71

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

1,21

1,21

1,25

1,29

1,35

Real Estat

Sosial Wajib
P

Jasa Pendidikan

8,19

8,30

8,31

8,42

8,52

Q

Jasa Kesehatan dan

4,58

4,37

4,17

4,06

4,10

2,95

3,13

3,12

3,00

3,03

100,00 100,00 100,00 100,00

100,00

Kegiatan Sosial
R,S,T,U Jasa lainnya
Produk Domestik Regional Bruto
Catatan :

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

Perekonomian Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 mengalami
perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Laju
pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Selatan tahun 2016 mencapai 6,98 persen,
sedangkan tahun 2015 sebesar 7,20 persen, hal ini disebabkan karena terjadinya
perlambatan pertumbuhan ekonomi di Kota Tangerang Selatan. Pertumbuhan
ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Listrik dan Gas sebesar 13,21 persen,
disusul oleh lapangan usaha Jasa Perusahaan serta usaha Konstruksi dengan laju
pertumbuhannya masing-masing sebesar 9,57 persen dan 9,20 persen. Sedangkan
seluruh lapangan usaha ekonomi PDRB yang lain pada tahun 2016 mencatat
pertumbuhan yang positif kecuali industri pengolahan mengalami pertumbuhan
negatif sebesar -0,33 persen.
Tabel 0-6. Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kota Tangerang SelatanMenurut Lapangan Usaha (persen),
2012-2016
Lapangan Usaha

2012

2013

2014

2015* 2016**

A

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

-2,59

-1,65

3,04

2,10

0,10

B

Pertambangan dan Penggalian

-

-

-

-

-

C

Industri Pengolahan

0,72

8,34

6,95

3,82

-0,33

D

Pengadaan Listrik dan Gas

12,00

10,37

5,63

1,29

13,21

E

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,85

5,59

6,35

5,03

6,21

F

Konstruksi

12,66

12,52

7,14

6,63

9,20

Profil Kota Tangerang Selatan

G

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

9,50

6,35

4,42

5,76

4,75

H

Transportasi dan Pergudangan

9,42

10,93

12,44

8,36

8,13

I

Penyediaan Akomodasi dan

5,10

6,13

7,75

6,47

7,61

18,26

10,98

16,32

10,15

9,12

Makan Minum
J

Informasi dan Komunikasi

K

Jasa Keuangan dan Asuransi

6,74

7,81

8,43

8,58

7,77

L

Real Estat

9,41

11,62

8,19

8,54

8,71

M,N Jasa Perusahaan

9,03

9,83

11,20

10,36

9,57

4,57

2,22

10,09

8,72

8,41

O

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib

P

Jasa Pendidikan

3,54

4,69

5,71

8,18

7,90

Q

Jasa Kesehatan dan

4,18

1,51

2,72

4,12

7,47

1,75

6,61

4,16

5,78

7,84

8,66

8,75

8,05

7,20

6,98

Kegiatan Sosial
R,S,T,U Jasa lainnya
Produk Domestik Regional Bruto
Catatan :

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

Indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan keberhasilan
pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu salah satunya adalah laju
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting dalam
melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara
atau daerah.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan tingkat aktivitas perekonomian yang
menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena
pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor
produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan
menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki
masyarakat. Dengan demikian diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik
faktor produksi juga ikut meningkat.
Menurunnya laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan (LPE) pada
tahun 2016memberi gambaran bahwa telah terjadi peningkatan produksi barang dan
jasa oleh para pelaku ekonomi di Kota Tangerang Selatan walaupun mengalami
perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan inflasi sektoral (dilihat dari

Profil Kota Tangerang Selatan

perkembangan indeks implisit PDRB) sebesar 1,33 persen, maka dapat dikatakan telah
terjadi perbaikan pendapatan masyarakat Kota Tangerang Selatan pada umumnya.
Jika disertai dengan pemerataan pendapatan, hal tersebut dapat secara langsung
memperbaiki tingkat daya beli masyarakat. Peningkatan daya beli inilah yang akan
menjadi salah satu faktor utama penggerak perekonomian di Kota Tangerang Selatan.
Bila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya di provinsi Banten maka
Kota Tangerang Selatan mempunyai LPE paling tinggi mulai tahun 2012 sampai dengan
2016. Tahun 2016 LPE Kota Tangerang Selatan sebesar 6,98 persen, diikuti oleh Kota
Serang sebesar 6,22 persen, Kabpaten Lebak sebesar 5,70 persen, Kabupate
Pandeglang sebesar 5,49 persen,Kabupaten Tangerang sebesar 5,32 persen dan Kota
Cilegon sebesar 5,05 persen serta Kabpaten Serang sebesar 5,00 persen. Jika
dibandingkan dengan LPE Provinsi Banten maupun Indonesia, terdapat pebedaan yang
cukup berarti. Tahun2016 LPE Provinsi Bnaten sebesar 5,26 persen sedangkan LPE
angka Nasional sebesar 5,02 persen.

Tabel 0-7. Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/Kota ProvinsiBanten
Tahun 2012-2016 (persen)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Kab/Kota
Kab. Pandeglang
Kab. Lebak
Kab. Tangerang
Kab. Serang
Kota Tangerang
Kota Cilegon
Kota Serang
Kota Tangsel
Provinsi Banten
Indonesia

2012
5,81
5,11
6,17
5,42
7,07
7,70
7,42
8,66
6,83
6,03

2013
4,72
6,30
6,41
6,04
6,52
6,69
7,30
8,75
6,67
5,58

LPE (%)
2014
4,93
5,83
5,37
5,39
5,15
4,62
6,86
8,05
5,51
5,02

2015*)
5,96
5,80
5,36
5,02
5,37
4,78
6,29
7,20
5,40
4,88

2016**)
5,49
5,70
5,32
5,00
5,30
5,05
6,22
6,98
5,26
5,02

Catatan : * Angka sementara
** Angka sangat sementara

Gambar 0-7. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten dan Nasional
Tahun 2012-2016 (persen)

Profil Kota Tangerang Selatan

Sumber : Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan Dalam Angka , 2017

1.4.2. Pendapatanper Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin
Bila PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah
itu, maka akan dihasilkan suatu indikator yang dinamakan PDRB per kapita. PDRB per
kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu
orang penduduk. Pada tahun 2016, secara agregat PDRB per kapita Kota Tangerang
Selatan mencapai 38,10 juta rupiah atau senilai US$ 2.822,10, meningkat 4,95 persen
bila dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar 36,52 juta rupiah (US$ 2.690,37).
Peningkatan tersebut, lebih rendah bila dibandingkan dengan peningkatan pada
tahun-tahun sebelumnya selama periode 2012-2015 berturut-turut sebesar 8,10
persen, 9,65 persen, 9,16 persen, dan 8,23 persen.
PDRB per kapita merupakan proxy ukuran pendapatan per kapita atau dengan
kata lain, PDRB per kapita diasumsikan sebagai pendapatan per kapita. Kemampuan
masyarakat untuk mengkonsumsi produk barang/jasa sangat dipengaruhi oleh
pendapatan per kapita. Apabila diperhatikan perkembangan daya beli masyarakat
yang diasumsikan setara dengan peningkatan pendapatan per kapita yang dikoreksi
oleh angka inflasi (Gambar 3), maka daya beli masyarakat di Kota Tangerang Selatan
pada tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,05 persen, lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2015 yang mencapai 1,08 persen. Namun, kondisi
perubahan daya beli tahun 2016 lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode 20122014.
Tabel 0-8. PDRB per Kapita Kota Tangerang Selatan, 2012-2016
Lapangan Usaha
PDRB per Kapita (Juta Rp)

2012
28,02

2013
30,72

2014
33,63

2015*
36,30

2016**
38,10

Profil Kota Tangerang Selatan

Indeks Perkembangan

119,19

130,69

142,67

154,42

162,07

8,10

9,65

9,16

8,23

4,95

PDRB per Kapita (2010=100)
Pertumbuhan PDRB per Kapita
Catatan : * Angka sementara
** Angka sangat sementara

Persentase penduduk miskin atau tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan
pada tahun 2016 sebesar 1,67 persen. Tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan
pada tahun 2016 tersebut lebih baik dibandingkan tingkat kemiskinan di Provinsi
Banten pada tahun yang sama karena berada di bawah tingkat kemiskinan di Provinsi
Banten sebesar 5,42 persen beritu pula jika dibandingkan dengan tingkat kemiskinan
nasional sebesar 10,86 persen. Tingkat perbandingan Kabupaten atau Kota lainnya di
Provinsi Banten maka Kota Tangerang Selatan adalah yang paling sedikit.

30.00

1.67

1.75

1.5

1.62

1.69

1.67

1.5

20.00
15.00

1

10.00
5.00

2

1.33

25.00

0.5
21.0060

20.1440

18.700

25.400

25.400

25.8900

26.3800

0.00

0

Jumlah Penduduk Miskin (000)

Jumlah Penduduk Miskin
(000)

Jumlah Penduduk Miskin
(000)

Gambar 0-8. Perkembangan Tingkat Kemiskinan (%) Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 – 2016

Tingkat Kemiskinan (%)

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2017

Jika dilihat kondisinya dari waktu ke waktu, tingkat kemiskinan di Kota
Tangerang Selatan cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2011 tingkat
kemiskinan di Kota Tangerang Selatan sebesar 1,67 persen. Empat tahun berikutnya
tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan naik menjadi 1,69 persen pada tahun
2015. Kenaikan tersebut hanya bersifat sementara karena tahun 2016 tingkat
kemiskinan di Kota Tangerang Selatan kembali menurun dan penurunan ini terus
berlanjut hingga tahun 2016.
1.4.3. Kondisi Lingkungan Strategis
Topografi (Ketinggian dan Kemiriangan)
Sebagian besar wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah
danmemiliki topografi yang relatif datar dengankemiringantanah rata- rata 0–3%,
sedangkan ketinggian wilayah antara 0–25 m dpl. Untuk kemiringan garis besar terbagi
dari 2 (dua) bagian, yaitu: Kemiringan antara 0–3% meliputi: Kecamatan Ciputat,

Profil Kota Tangerang Selatan

Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang, Kecamatan Serpong dan Kecamatan
Serpong Utara dan Kemiringan antara 3–8% meliputi : Kecamatan Pondok Aren dan
Kecamatan Setu.
Sedangkan ketinggian wilayah Kota Tangerang Selatan berada di antra 14,829,88 diatas permukaan laut (DPL), sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3 berikut:
Tabel 0-9. Ketinggian wilayah menurut Kecamatan di Kota Tangerang Selatan, 2016
No.

Kecamatan

Tinggi DPL (m)

Persentase (%)

1

Setu

14,8

10,06

2

Serpong

24,04

16,33

3

Pamulang

26,82

18,22

4

Ciputat

18,38

12,49

5

Ciputat Timur

15,43

10,48

6

Pondok Aren

29,88

20,30

7

Serpong Utara

17,84

12,12

Sumber : Kota Tangerang Selatan Dalam Angka, 2017
Geologi dan Jenis Tanah
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang relatif datar. Beberapa
kecamatan memiliki lahan yang bergelombang, seperti diperbatasan antara
Kecamatan Setu dan Kecamatan Pamulang serta sebagian di Kecamatan Ciputat Timur.
Kondisi geologi Kota Tangerang Selatan umumnya adalah batuan alluvium, yang terdiri
dari batuan lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah.
Dilihat dari sebaran jenis tanahnya, pada umumnya di Kota Tangerang Selatan
berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan yang secara umum cocok
untuk pertanian/ perkebunan. Meskipun demikian, dalam kenyataannya makin banyak
yang berubah penggunaannya untuk kegiatan lainnya yang bersifat non-pertanian.
Untuk sebagian wilayah seperti Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu, jenis tanah
ada yang mengandung pasir khususnya untuk wilayah yang dekat dengan Sungai
Cisadane.
Keadaan Iklim
Keadaan iklim didasarkan pada info dari Stasiun Pos Pengamatan Balai Besar
Wilayah II Ciputat pada Koordinat 06° 18' 15.2"LS-106° 45' 38.2"BT dan elevasi 41
meter, yaitu berupa data temperatur (suhu) udara, kelembaban udara dan intensitas

Profil Kota Tangerang Selatan

matahari, curah hujan dan rata-rata kecepatan angin. Temperatur udara rata-rata
berada disekitar 26,4°C-28,2°C dengan temperatur udara minimum berada di 23,9°C
dan temperatur udara maksimum sebesar 33,9°C. Rata-rata kelembaban udara adalah
98%, Hari hujan tertinggi pada bulan Januari, dengan hari hujan sebanyak 25 hari.
Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 4 m/detik, dan kecepatan maksimum
rata-rata 12,3 m/detik. Sebagaimana terlihat pada Gambar grafik 2.3 dan Tabel 2.4
berikut ini
Gambar 0-9. Grafik Curah Hujan Menurut Stasiun Klimatologi Pondok Betung Kota Tangerang Selatan
(mm) Tahun 2016

25

23

20

20

18

15

15

21
18

17

22

22

21

20

17

10
5
0

Banyaknya Hari Hujan

Sumber : Kota Tangerang Selatan Dalam Angka, 2017

Tabel 0-10. Rata-rata Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Kota Tangerang Selatan, 2016
Suhu Udara Temparatur (0C)
Bulan
Maks

Misn

Rata-rata

Januari

33,6

25,4

28,1

Februari

32,3

25,1

27,4

Maret

34,2

25,4

28,2

April

34,2

25,5

28,6

Mei

33,5

25,6

28,5

Profil Kota Tangerang Selatan

Juni

33,6

24,8

28,0

Juli

33,4

24,4

27,5

Agustus

32,9

24,2

27,5

September

33,0

24,4

27,6

Oktober

33,0

24.6

27,4

Nopember

32,8

24.6

27,6

Desember

32,7

24.8

27,5

Sumber : Kota Tangerang Selatan Dalam Angka, 2017

1.4.4. Risiko Bencana Alam
Risiko Bencana Alam yang diperkirakan akan masih sulit diantisipasi terutama
menjelang datangnya musim hujan adalah bencana banjir. Hal tersebut diakibatkan
oleh banyak faktor, terutama pendangkalan dan penyempitan sungai dan dari faktor
alam yaitu curah hujan yang tinggi kemudian beberapa aliran sungai berawal dari
Bogor dan Depok yang memberikan sumbangan terhadap potensi bencana.
Curah hujan yang semakin meningkat dalam kurun waktu tahun 2017telah
mengakibatkan bencana di Kota Tangerang Selatan seperti bencana Banjir, Tanah
Longsor dan Angin Kencang. Adapun rincian kejadian bencana sebagai berikut:
Jenis
Bencana

Lokasi
Kecamatan

Prekwensi
Bencana

Jumlah
Korban

Perkiraan
kerugiian

-

-

Upaya penanganan

Banjir

Ciputat, Pondok
Aren, Ciputat
Timur, Serpong,
Setu, Pamulang

55 kali
kejadian

Melakukan kaji cepat dan
memberikan bantuan
penyedotan genangan air sejak
pukul 17.00 s/d 20.00 WIB
sampai air surut dan situasi
normal kembali

Longsor

Setu, Serpong,
Ciputat

14 kali
kejadian

Angin
Kencang

Serpong Utara,
Serpong, Setu,
Ciputat Timur

9 kali
kejadian

-

-

Melakukan kaji cepat dan
bekerjasama dengan relawan
serta instansi terkait untuk
membersihkan lokasi dari
reruntuhan puing bangunan.

Pohon
tumbang

Setu

1 kali
kejadian

-

-

Melakukan pembersihan lokasi
dari pohon yang tumbang
bekerjasama dengan instansi
terkait (Damkar, Dinas LH,
Kecamatan dan Kelurahan) dan
relawan

Melakukan kaji cepat dan
melaporkan ke dinas terkait

Profil Kota Tangerang Selatan

Sumber : BPBD Kota Tangerang Selatan, Tahun 2018

Status darurat bencana selama kurun waktu tahun 2017 di Kota Tangerang
Selatan masih dalam skala kecil yaitu berupa genangan dan limpasan air sungai,
dimana ketika air sungai surut genangan air yang terjadi ikut surut. Belum sampai
dikatakan status darurat bencana karena daerah yang terkena banjir masyarakat
masih bisa beraktifitas dan masyarakat belum diungsikan ketempat penampungan
sementara. Begitu pula dengan bencana lainnya seperti Longsor, Angin Kencang dan
Pohon Tumbang. Dengan demikian Pemerintah Kota Tangerang pada tahun 2017
belum pernah mengeluarkan status darurat bencana.
Antisipasi Daerah dalam menghadapi kemungkinan bencana dengan cara
memprediksikan kemungkinan terjadinya bencana di wilayah Kota Tangerang Selatan
memang bukan suatu hal yang mudah, namun demikian belajar dari pengalaman dan
kejadian-kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, maka pemerintah daerah telah
mengambil langkah-langkah antisipatif yang dimaksudkan agar organisasi perangkat
daerah yang menangani bencana memiliki kemampuan dan kesiapan menghadapi dan
menanggulangi korban bencana, kapanpun itu terjadi. Selain itu juga pemerintah
daerah memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam upaya antisipasi dan
penanggulangan bencana melalui pembentukan komunitas siaga bencana dan
pembinaan relawan.
Beberapa upaya dimaksud diantaranya melakukan koordinasi dengan BPBD
Provinsi Banten dan BNPB serta kerjasama dengan OPD terkait dalam memfasilitasi
penanggulangan bencana. Peningkatan kapasitas SDM dan invetarisasai sarana yang
dimiliki oleh pemerintah daerah telah dilakukan, hal ini dimaksudkan agar SDM daerah
memiliki keterampilan dan kesiapan dalam melaksanakan tugas serta mampu
memanfaatkan sarana pendukung yang ada. Selain itu juga telah dilakukan sosialisasi
kepada masyarakat di 7 (tujuh) wilayah kecamatan tentang penanggulangan bencana
terutama bencana alam. Selebihnya, masyarakat secara swadaya juga memiliki
kesiapan sendiri di lingkungan masing-masing melalui adat keguyubannya sendirisendiri, dan bagi yang tinggal di perumahan-perumahan besar, system antisipasi dan
penanggulangan bencana juga disiapkan oleh pengembang masing-masing. Hal ini
dapat dilihat dari sistem drainase dan wilayah resapan air yang terencana
diwilayahnya serta akses jalan yang baik sehingga memudahkan jalur evakuasi korban
dan mobilisasi kendaraan penanggulangan bencana.
1.4.5. Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Ciptakarya
a. Kondisi Air Bersih

Profil Kota Tangerang Selatan

Air adalah sumber kehidupan bagi manusia adapun pemanfaatannya
dipergunakan untuk berbagai keperluan baik untuk rumah tangga maupun
keperluan lainnya.
Daerah pelayanan air bersih di Kota Tangerang Selatan terdiri dari:
1. Daerah perumahan yang air bersihnya dilayani oleh developer sendiri seperti
di perumahan Bintaro melalui pompa deepwell
2. Pabrik / Industri yang dilayani oleh PDAM Kabupaten Tangerang, karena di
Kota Tangerang Selatan belum mempunyai instalasi pengolahan air bersih.
Pada perumahan penduduk ketersediaan air bersih tidak mengalami masalah
masih mudah didapat hanya tingkat kedalaman air yang semakin berubah menjadi
semakin dalam untuk mendapatkan air bersih melalui pemasangan pompa,
biasanya kedalaman pompa yang dipasang adalah 5 – 10 meter. Persyaratan
kualitas Air Minum dan Air Bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. :
416/MENKES/PER/IX/1990 terdiri dari 3 parameter :




Fisika : Tidak (berbau, berasa, berwarna).
Kimia : pemeriksaan terhadap kandungan senyawa anorganik yaitu : Ai, As, Fe,
Fi, Ci, CaCO3, Mn, NO3, NO2, Ag, SO4, Cu, Zn.
Mikrobiologi/Bakteriologik : pemeriksaan terhadap bakteri coliform.

Guna memenuhi kebutuhan air bersih Kota Tangerang Selatan memanfaatkan
sumber air tanah dengan memanfaatkan mesin air, pompa tangan atau sumur
gali, sedangkan beberapa perumahan skala besar pemenuhan air bersih dilayani
dengan sistem perpipaan.
b. Kondisi Air Limbah
Dalam hal fasilitas tempat buang air besar, sebagian besar rumah telah memiliki
tempatnya sendiri, hanya sebagian kecil saja rumah yang tidak mempunyai
tempat buang air besar.
Sanitasi air limbah domestik mencakup saluran pembuangan dan buangan rumah
tangga baik yang berasal dari WC, kamar mandi maupun dapur. System
pengolahan air limbah domestic yang digunakan di Kota Tangerang Selatan yaitu
system pengolahan secara individu di masing – masing rumah atau sering disebut
on-site system.

Profil Kota Tangerang Selatan

Tabel 0-5. Cakupan Layanan Air Limbah Domestik saat ini di Kota Tangerang Selatan
Akses Layak

No.

Kecamatan

Total
Jumlah
Penduduk

Jumlah
Penduduk
Perkotaan

KK

KK

394519

Cubluk / Tangki
Septik
Individual
Tidak Layak

BABS

KK

%

KK

%

394519

6929,70858

1,8%

603

SPALD Setempat

SPALD - Terpusat
IPALD Permukiman

Skala Individual

Skala
Komunal

KK

%

KK

%

0,2%

363280,8

92,1%

25140

Berbasis masyarakat

Berbasis institusi

KK

%

IPALD Perkotaan

KK

%

IPALD
Kawasan
Tertentu

KK

%

KK

%

6,4%

1387

0,4%

0

0,0%

0

0,0%

0

0,0%

1

Setu

20203

20203

485,062525

0,1%

362

0,1%

18213,51

4,6%

2708

0,7%

987

0,3%

0

0,0%

0

0,0%

0

0,0%

2

Serpong

40979

40979

600,2334

0,2%

56

0,0%

37434,77

9,5%

937

0,2%

0

0