BAB II LANDASAN TEORI A. ARAH KIBLAT 1. Pengertian Arah Kiblat - Dyah Ayu Indrasari BAB II

BAB II LANDASAN TEORI A. ARAH KIBLAT 1. Pengertian Arah Kiblat Menghadap ke arah kiblat adalah salah satu syarat sah dalam

  menjalankan shalat. Oleh karena itu mengetahui secara pasti tentang hukum menghadap kiblat dan cara menentukan arah kiblat sangat diperlukan agar ibadah yang dilakukan dapat benar-benar menghadap pada kiblat.

  Kata ”kiblat” berasal dari kata Arab al-qiblah yang secara harfiah berarti arah (al-jihah), dan merupakan bentuk fi’lah dari kata

  al- muqābalah, sehingga berarti keadaan menghadap. Al-Manawi

  dalam kitabnya at-

  Tauqif ’alā Muhimmat at-Ta ’ārif menjelaskan

  bahwa ”kiblat” adalah segala sesuatu yang ditempatkan di muka, atau sesuatu yang kita menghadap kepadanya. (Anwar, 2009 : 25) Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa arah kiblat secara istilah adalah suatu arah yang wajib dituju oleh Umat Islam ketika mengerjakan ibadah shalat karena merupakan salah satu syarat sahnya sholat.

2. Hukum atau Kedudukannya dalam Sholat

  Sebagaimana diketahui setiap muslim mendirikan sholat fardlu lima kali setiap hari. Pada saat mendirikan sholat, pertama kali ia harus mengetahui kapan waktu sholat telah tiba dan kapan pula waktu sholat berakhir. Kedua, ia harus dapat menentukan arah untuk menghadapkan wajahnya sewaktu shalat. Jika seorang muslim selalu tinggal disuatu tempat maka, mungkin ia tidak mendapatkan kesulitan untuk menentukan arah kiblat. Akan tetapi begitu ia sering bepergian jauh, ia mulai menyadari bahwa menentukan arah kiblat tidak mudah.

  Bagi mayoritas muslim Indonesia, perjalanan bepergian jauh pertama biasanya diperoleh sewaktu melaksanakan ibadah haji. Di zaman sekarang menentukan arah kiblat bukanlah suatu hal yang sulit, sebab telah banyak penunjuk arah kiblat yang diperjual-belikan orang, bahkan banyak pula tikar shalat dibuat lengkap dengan alat penunjuk kiblat.

  Dasar seseorang harus menghadap kiblat ketika shalat adalah bersumber pada firman Allah SWT, “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,

  

maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu

sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana

  

saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan

sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al

Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke

Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-

kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al Baqarah:

144).

  Dalam ayat di atas, yang dimaksud dengan masjidil Haram menurut Al-Qur’an adalah ka’bah itu sendiri. Maka dalam hal ini, kiblat penduduk bumi termasuk Indonesia adalah Mekkah/Tanah Haram. Namun, dikarenakan jauhnya jarak antara Indonesia dan Mekkah yang mencapai ribuan kilometer, maka untuk menghadap ke arah Mekkah/Tanah Haram perlu ditinjau dan dihitung kembali. Pada saat mendirikan sholat, membaringkan mayat atau mendirikan masjid pun proses menentukan arah kiblat bukanlah suatu yang mudah untuk dilakukan. Hal ini pun berimbas pada timbulnya suatu fenomena yaitu adanya perbedaan-perbedaan arah kiblat antara masjid-masjid yang banyak tersebar di Indonesia, khususnya pada masjid-masjid di pedalaman atau wilayah terpencil.

  Selain ayat 144 surat Al-Baqarah, masih ada lagi ayat-ayat lainnya yang memerintahkan umat Islam untuk menghadap kiblat.

  Diantaranya ayat 149 dan 150 untuk surat yang sama. Ayat-ayat tersebut dijadikan sumber landasan bagi mufassir dalam menjelaskan perintah menghadap kiblat. Adapun sumber dari hadits tentang perintah menghadap kiblat adalah hadits yang artinya:

  “Sesungguhnya seorang laki-laki masuk masjid kemudian shalat.

Dan Rasulullah SAW berada di sisinya: dan keduanya menyebutkan

hadits dengan kisah serupa ini, dan menambahkan di dalamnya “Bila

hendak shalat, maka sempurnakanlah wudlu, lalu menghadap kiblat,

kemudian takbir (shalat)” (HR. Muslim).

  Hadits Riwayat Bukhari dari Jabir bin ‘Abdillah yang artinya:

  ”Sesungguhnya Jabir bin ‘Abdullah menceritakan padanya: Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW shalat sunnah, dan beliau sedang naik kendaraan yang tidak menghadap kiblat”. (HR. Bukhari).

3. Letak Geografis Ka’bah

  Yang dimaksud dengan letak geografis Ka’bah disini adalah berapa derajat jarak Ka’bah dari khatulistiwa yang biasa dikenal dengan istilah lintang, dan berapa derajat Ka’bah dari garis membujur yang melewati kota Greenwich London yang biasa dikenal dengan istilah bujur. Untuk mendapatkan data lintang dan bujur Ka’bah secara tepat harus diukur dari atas Ka’bah itu sendiri dengan bantuan peredaran harian benda-benda langit. Pengukuran semacam itu sampai sekarang masih dipertanyakan orang apakah sudah pernah dilakukan ataukah belum.

  Akan tetapi untuk mempermudah pengukuran lintang dan bujur, terdapat jalan lain yang mudah ditempuh dan lebih cepat untuk mengukur kedudukan arah kiblat. Yaitu dengan jalan mengambil data- data yang telah tersedia di buku-buku atlas atau Referensi lainnya.

  Namun untuk keperluan ilmu pengetahuan dan kepastian adalah perlu mengingat data-data yang tersedia dalam buku-buku Atlas dan Referensi itu berbeda satu dengan lainnya. Di bawah ini adalah data lintang dan bujur Mekah yang terdapat pada buku-buku dan google

  earht :

  : 21°25' LU, 39°50' BT

  • Pedoman Hisab Muhammadiyah : 21° LU, 40° BT
  • Muhammad Ilyas : 21° 25' 21.07" LU,
  • Google Earth 39° 49' 34.37" BT B.

   PENENTUAN ARAH KIBLAT 1. Segitiga Bola

  Segitiga bola adalah bagian permukaan bola yang dibatasi oleh tiga busur yang masing-masing merupakan bagian dari lingkaran- lingkaran besar. Tiga buah lingkaran besar sembarang pada sebuah bola akan berpotongan pada tiga buah titik, dan membentuk sebuah segitiga bola. Segitiga bola tersebut memiliki sisi-sisi berupa tali busur sebanyak 3 buah dan seperti segitiga lainnya juga memiliki 3 buah sudut.

  C O a b B c A C C a a

(I)

b b

  B B O c c

  A A (II) (III)

  Gambar 1. (I) Segitiga Bola yang menempel pada bola (II) Segitiga Bola yang diambil dari bola (III) Segitiga Bola

  (Hanafiah dkk, 1992: 89) Sisi-sisi a, b, c dan sudut-sudut A, B, C satuannya adalah derajat. Dalam segitiga bola bila diketahui 3 hal maka 3 lainnya dapat dicari dengan rumus-rumus segitiga bola : a.

   Aturan Sinus

  Jika ada sebuah segitiga bola dengan sisi-sisi a, b, c dan sudut- sudut A, B, C seperti gambar berikut :

  C a b B c A

  Gambar 2. Segitiga Bola ABC Maka akan berlaku hubungan : Dalam segitiga bola A, B, C berlaku: sin A sin B sin C

  = = sin a sin b sin c (Hanafiah dkk, 1992: 90) b.

   Aturan Cosinus

  Dalam setiap segitiga bola A, B, C berlaku: • Rumus Cosinus untuk sisi – sisi segitiga bola. cos a = cos b . cos c + sin b sin c . cos A cos b = cos a . cos c + sin a sin c . cos B cos c = cos a . cos b + sin a sin b . cos C • Rumus Cosinus untuk sudut – sudut segitiga bola. cos A = - cos B . cos C + sin B sin C . cos a cos B = - cos A . cos C + sin A sin C . cos b cos C = - cos A . cos B + sin A sin B . cos c

  (Smart, 1977 : 5) c.

   Pengembangan Rumus

  Dengan rumus sinus dan cosinus di atas dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mencari rumus-rumus yang langsung dapat digunakan untuk perhitungan yang berkaitan dengan falak. Salah satu pengembangan rumus adalah untuk arah kiblat.

  Berikut ini adalah bentuk pengembangan rumus sinus dan cosinus untuk menentukan arah kiblat :

  • cot a. sin c = cos c. cos B + sin B. cot A • cot b. sin a = cos a. cos C + sin C. cot B • cot a. sin b = cos b. cos C + sin C. cot A • cot b. sin c = cos c. cos A + sin A. cot B • cot c. sin b = cos b. cos A + sin A. cot C • cot c. sin a = cos a . cos B + sin B . cot C (Smart, 1977 : 12) d.

   Dua Sisi dan Sudut Antaranya

  Jika diketahui b, c dan A, maka dengan pertolongan rumus cosinus ke 1, secara langsung diperoleh sisi ketiga.: cos a = cos b . cos c + sin b sin c . cos A (1) Supaya persamaan ini dapat diselesaikan dengan logaritma, disisipkan sebuah variabel x yang memenuhi syarat: tan x = tan b . cos A (2) cos b . cos (c - x) cos a = cos x

e. Perhitungan Arah Kiblat Menggunakan Ilmu Segitiga Bola

  Seperti yang telah dibahas di depan, jika ada suatu segitiga bola ABC, maka besar salah satu sudutnya dapat dihitung, dengan catatan telah diketahui besar sudut-sudut atau sisi yang lain. Seperti pada gambar dibawah ini.

  U C C b a

  A T B B c

  S Gambar 3. Segitiga Bola ABC

  Jika bumi dianggap sebagai suatu bola, dan tempat-tempat dipermukaan bumi ditujukan oleh posisi lintang dan bujurnya, maka segitiga bola ABC di atas dapat diproyeksikan dengan tempat-tempat yang berada pada permukaan bumi, yaitu : Titik A sebagai titik Kota Mekkah (tempat Ka’bah berada) Titik B sebagai titik tempat pengamat berada Titik C sebagai titik Kutub Utara Bumi

  Dari gambar segitiga bola ABC di atas, maka untuk menghitung besar sudut B, dapat menggunakan aturan tangen ke 2 yaitu : cot b. sin a = cos a. cos C + sin C. cot B sin C . cot B = cot b . sin a – cos a. cos C cot b . sin a - cos a . cos C cot B = (3) sin C

f. Posisi pengamat berada di sebelah Timur Mekkah

  Gambar 4. Posisi Pengamat berada di sebelah timur Mekkah T

  P : ( φp, λp) = Posisi pengamat (sembarang kota) M : ( φm, λm) = Posisi kota Mekkah Busur UM : (90º -

  φm) = b Busur UP : (90º - φp) = a Busur U : ( λp - λm) = C

  Harga-harga pada segitiga bola UPM disubstitusikan pada persamaan (3) : cot P = cot (90

  o

  o

  o

  90º - Φp S U

  M ( Φm,λm) 90º- Φm

  Gambar di atas adalah gambar segitiga bola UPM, dengan U : kutub Utara, S : kutub Selatan, B : arah Barat, T : arah Timur.

  P ( Φp, λp) ( λp - λm)

  Khatulistiwa B

  • ϕm). sin (90
  • ϕp) - cos (90
  • ϕp). cos (λp - λm) sin
  • ϕm). cot (90
  • ϕp) sin
  • cos (90
  • ϕp). cot (λp - λm) cot P = cos
  • sin
Atau cos cos ( λp - λm)

  ϕp . cot (λp - λm)

  ϕp. tan ϕm sin (λp - λm)

  o

  (λp - λm)

  o

  (λp- λm) cot P = sin (90

  o

  ϕp. tan ϕm cot P = - sin ϕp . sin ( sin (

  λp - λm) λp - λm) Maka dapat ditulis sebagai berikut:

  ϕp. tan ϕm - sin ϕp . (λp - λm) cot P = sin (

  λp - λm) (4)

  

Sebagai Rumus perhitungan arah kiblat, Jika posisi pengamat

berada di sebelah Timur Mekkah.

2. Qibla Locator

  Penggunaan kompas sebagai penunjuk arah kiblat belakangan memang dianggap kurang akurat. Belakangan diperkenalkan piranti lunak qibla locator yang termuat dalam situs web

  Qibla Locator atau penunjuk arah kiblat antara lain dirancang

  oleh Ibn Mas’ud dengan menggunakan piranti lunak aplikasi goole

  

maps API v2 , sejak tahun 2006. Pengembangan tampilan dan

  aplikasinya kemudian melibatkan Hamed Zarrabi Zadeh dari Universitas Waterloo di Ontorio, Kanada. Pada qibla locator versi

  

Beta seri 0.8.7 itu dilengkapi dengan geocoding dari Yahoo,

pengontrol arah pada citra peta, dan indikator tingkat pembesaran.

  Hingga September 2007 dihasilkan empat versi Beta dengan beberapa aplikasi tambahan, Geocoder, dan tampilan jarak Cara pengoperasian Qibla Locator cukup mudah. Layaknya, pengoperasian peta digital Google, pengguna cukup memasukkan nama lokasi, alamat, atau nama jalan, kode pos, Negara, garis lintang atau garis bujur. Setelah data dimasukkan, maka secara otomatis sisi kanan gambar peta akan muncul besaran arah kiblat dan jarak dari titik lokasi yang dimasukkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan petunjuk berikut ini.

  Gambar 6. Tampilan awal Qibla Locator

  Setelah mengakses situs maka akan muncul tampilan seperti di atas. Kemudian pada kotak “Ketik lokasi yang diinginkan” dapat diisi dengan lokasi, alamat, nama jalan, atau negara suatu tempat. Setelah alamat diisikan, maka tampilan akan berubah sebaga berikut :

  Gambar 7. Tampilan setelah alamat di input Untuk lebih memudahkan visual, pada default tampilan dapat dipilih

  satellite. Kemudian tampilan dapat diperjelas dengan menaikkan

  indikator tingkat pembesar yang berada disebelah kiri. Selanjutnya tampilan akan berubah sebagi berikut :

  Gambar 8. Arah Kiblat dengan Qibla Locator

  Garis warna merah pada peta di atas ( ) menunjukan arah kiblat dari lokasi yang diketikkan pada kotak “Ketik lokasi yang diinginkan”

3. Theodolit

  Theodolit adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut

  horisontal (Horizontal Angle = HA) dan sudut vertikal (Vertical Angle

  = VA ). Alat ini banyak digunakan sebagai piranti pemetaan pada

  survey geologi dan geodesi. Dengan berpedoman pada posisi dan pergerakan benda-benda langit misalnya matahari sebagai acuan atau dengan bantuan satelit-satelit GPS maka, theodolit akan menjadi alat yang dapat mengetahui arah secara presisi hingga skala detik busur.

  Pada dasarnya alat ini merupakan sebuah teleskop yang ditempatkan pada sebuah piringan pertama yang berbentuk bulat dan dapat diputar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga bisa membaca sudut horisontal. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua yang dapat diputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga bisa membaca sudut vertikal. Kedua sudut tersebut, baik vertikal maupun horisontal dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi.

  Setelah theodolit analog kini banyak diproduksi theodolit dengan menggunakan teknologi digital sehingga pembacaan skala jauh lebih mudah. Dengan theodolit digital, arah kiblat dapat diukur dengan lebih presisi dari pada dengan media lainnya. Yang paling penting pada penggunaan theodolit dalam pengukuran arah kiblat adalah pointing arah utaranya terhadap titik utara sejati (True North).

  Pointing arah utara biasanya menggunakan acuan matahari, dengan membidik matahari disaat tertentu kemudian menghitung azimuthnya, lalu mengkalibrasikannya dengan titik nol/utara theodolit. Pada kondisi emergency pointing arah utara dapat diukur dengan menggunakan kompas khusus yang dipasang di atas theodolit, akan tetapi cara ini sangat tidak dianjurkan karena kompas bekerja berdasarkan pengaruh medan magnet sehingga margin errornya tinggi. Setelah theodolit siap digunakan, maka langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah :

a. Kalibrasi Azimuth

  Ada dua cara untuk menentukan azimuth theodolit yaitu dengan kompas atau matahari. Cara menentukan azimuth dengan acuan matahari tidak terganggu oleh kondisi tempat, walaupun lokasinya disekitar pabrik yang banyak logam dan medan listriknya. Yang akan diuraikan disini adalah menggunakan acuan matahari.

  Untuk memudahkan dalam membidik matahari sebaiknya pengukuran dilakukan di pagi hari sebelum pukul 09:00 atau sore hari di atas pukul 15:00 agar pengintaian matahari dengan theodolit tidak mengalami kesulitan. Jika matahari terlalu tinggi, disamping kesulitan dalam pengintaian, teleskop theodolit juga akan terhalang oleh bagian atas theodolit itu sendiri.

  Sebelum melakukan kalibrasi azimuth theodolit, pastikan

  

waterpas theodolit benar-benar timbang/centre. Kemudian ikuti

langkah-langkah berikut ini.

  • Tutuplah objective lens/kaca depan teleskop theodolit dengan

  filter sehingga teleskop theodolit tidak kontak langsung dengan

  matahari. Filter dapat dibuat dengan menggunakan disket bekas maupun negatif film.

  • Buka kunci horisontal (horisontal clamp cnop) maupun vertikal

  (vertical clamp cnop) , arahkan theodolit ke posisi matahari

  berada, jika sudah mendekati obyek, kunci knop horisontal dan vertikal. Atur vertikal maupun horisontal theodolit dengan menggunakan knop pengatur horisontal (horisontal tangent

  

screw) maupun vertikal (vertical tangent screw) sehingga

  piringan matahari benar-benar di tengah-tengah frame target

  

object , jika matahari terlihat kabur, maka atur focus adjustman

  sampai matahari terlihat dengan jelas, Lihat Gambar 9 Pada saat piringan matahari benar-benar di tengah-tengah frame target object maka catat waktunya, misalnya 17:01:24.

  Gambar 9. Piringan matahari berada tepat di tengah frame target object

  • Setelah piringan matahari benar-benar di tengah-tengah frame target Tekan tombol reset 3 detik kemudian hitung azimuth matahari pada saat tersebut dengan menggunakan software-

  

software yang sudah ada, seperti Kalkulator Kiblat, Starry

dan lainnya. Night, Ascript, Moncal 6

  • Setelah nilai azimuth matahari pada saat tersebut diketahui, kemudian kurangkan dengan 360°, misal azimuth matahari pada

  28 Desember 2011 pukul 17:01:24 adalah 278° 12' 14" maka = 360° - 278° 12' 14" = 81° 47' 46". Lalu arahkan theodolit ke posisi 81°47'46" setelah benar-benar pas kemudian tekan reset selama 3 detik.

  Bulatkan nilai azimuth ke dalam nilai 10" (detik derajat), karena Gradian vertikal maupun horisontal theodolit jenis Nikon NE- 100 adalah 10", misalnya nilainya 81° 47' 46" maka dibulatkan ke 81° 47' 50".

  • Jika prosedur di atas dilakukan dengan benar maka azimuth

  theodolit sudah terkalibrasi dengan arah utara sejati. Selanjtunya theodolit dapat digunakan untuk kepentingan hisab, baik

  menentukan arah kiblat maupun untuk kepentingan rukyat awal bulan.

b. Aplikasi Theodolit Dalam Penentuan Arah Kiblat

  Setelah kalibrasi azimuth theodolit berjalan sukses maka,

  

theodolit dapat diarahkan ke target yang dikehendaki sesuai dengan

  keperluannya. Untuk menentukan arah kiblat, ikuti langkah- langkah sebagai berikut.

  Buatlah tanda titik pertama atau paku di permukaan tanah atau lantai yang berada di bawah bandul theodolit, beri nama titik tersebut dengan titik "A".

  • Buka kunci knop horisontal (horisontal clamp cnop) lalu arahkan azimuht theodolit dengan tangan ke arah kiblat lokasi tersebut yang sudah dihitung sebelumnya, misalnya 294°03'39". Eratkan kembali kunci horisontal jika azimuht theodolit sudah mendekati nilai azimuth kiblat setempat, lalu putar pelan-pelan menggunakan knop horisontal (horisontal tangent screw)
sampai nilai horisontal theodolit benar-benar pas dengan nilai arah kiblat setempat.

  Bulatkan nilai azimuth kiblat setempat ke dalam nilai 10" (detik derajat), karena gradian horisontal maupun vertikal theodolit jenis Nikon NE-100 adalah 10", misalnya nilai kiblatnya 294° 03' 39" maka dibulatkan ke 294° 03' 40"

  • Buka kunci knop vertikal (vertical clamp cnop), lalu arahkan teleskop theodolit ke permukaan tanah atau lantai dengan obyek target kira-kira 10 meter dari theodolit. Lihatlah obyek melalui lup teleskop theodolit, atur focus adjutsman jika obyek terlihat buram atau tidak fokus, sehingga obyek di permukaan tanah atau lantai terlihat dengan jelas bersama garis silang frame

  

target object . Semakin jauh obyek, pengukuran semakin presisi

asalkan obyek terlihat jelas dengan teleskop theodolit.

  • Buatlah tanda titik kedua atau paku di permukaan tanah atau lantai yang bersinggungan/ bertepatan dengan garis silang dari

  

frame target object , lalu beri nama titik tersebut dengan titik

"B".

  Tariklah benang atau tali dari titik A ke titik B. Dari titk A ke titik B itulah hasil pengukuran arah kiblat yang dilakukan.