Dimas Budiharyanto BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teori 1. Persalinan

  a. Pengertian Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati, 2010).

  Kecemasan merupakan aspek yang selalu ada dan menjadi bagian dari kehidupan. Kelainan kecemasan merupakan masalah jiwa terbesar di Amerika, menyerang antara 10%-25% populasi. Kecemasan melibatkan tubuh, persepsi tentang dirinya dan hubungan dengan yang lain. Kecemasan merupakan ketakutan yang bercampur baur samar- samar dan berhubungan dengan perasaan ketidakpastian dan tidak berdaya, perasaan terisolasi, pengasingan dan kegelisahan. Kecemasan merupakan pengalaman yang menjengkelkan dimulai dari bayi dan berlanjut di sepanjang kehidupan (Stuart & Laraia, 2005).

  11 xxvii b. Tanda dan Gejala Persalinan Menurut Novita (2011), tanda dan gejala persalinan dapat terjadi tiga minggu sebelum persalinan, seperti lightening merupakan sensasi bergerak kearah bawah sehingga diagphragma berkurang tekanannya, terasa lega saat bernafas dan mudah untuk bernafas dengan dalam.

  Kadang klien akan mudah makan karena berkurangnya tekanan. Tanda yang lain adalah kontraksi braxton hicks digambarkan sebagai sensasi tarikan diatas tulang pubis. Perubahan serviks menjadi lebih tipis, lembut dan pendek. Hal tersebut terjadi karena kontraksi braxton hicks.

  Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahimya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks. Tanda dan gejala inpartu adalah penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit), cairan lendir bercampur darah (blood show) melalui vagina.

  c. Tahapan Persalinan Menurut Sulistyawati (2010), ada beberapa tahap persalinan, yaitu: 1) Kala I (pembukaan)

  Pasien dikatakan dalam tahap persalinan ibu primipara, jika sudah terjadi pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal dua xxviii kali dalam 10 menit selama 40 detik. Ibu primipara adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase jam) dimana serviks membuka clari 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) rnasih dapat berjalan-jalan. Lamanya ibu primipara untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada

  

multigrattida sekitar 8 jam. Berdasarkan Kurve Friedman,

  diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan. 2) Kala II (Pengeluaran Bayi)

  Kala II ini adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi baru lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan I jam pada multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalarn untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. xxix

  Gejala utama kala II adalah :

  a) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50- 100 detik. pengeluaran cairan secara mendadak.

  c) Ketuban pecah pacla pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan meneran karena tertekannya fleksus frankenhouser.

  d) Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu; subolaiput bertindak sebagai hipomochlion, berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, serta kepala seluruhnya.

  e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung.

  f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong.

  g) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit.

  3) Kala III (Pelepasan Plasenta) Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahimya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Perubahan fisiologis kala

  III adalah otot uterus menyebabkan berkurangnya rongga uterus secara tibatiba setelah lahirnya bayi. Penyusunan ukuran rongga xxx uterus ini menyebabkan implantasi plasenta karena tempat implantasi menjadi semkain kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah. Perubahan psikologis kala III adalah ibu ingin melihat, dan bangga akan dirinya, juga merasa sangat lelah. Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vaginanya perlu dijahit dan menaruh perhatian terhadap plasenta (Marisah dkk, 2011).

  4) Kala IV (Observasi) Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama l-2 jam. Pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

  d. Komplikasi persalinan Komplikasi persalinan menurut Schorge (2008), yaitu : 1) Komplikasi antepartum :

  a) Kematian janin intrauterin

  b) Kehamilan kembar

  c) Perdarahan antepartum

  d) Persalinan kembar

  e) Insufisiensi serviks dan pengikatan serviks

  f) Ketuban pecah dini 2) Komplikasi pasca persalinan

  a) Perdarahan pasca persalinan xxxi b) Plasenta yang tertinggal didefinisikan sebgai kegagalan plasenta untuk dilahirkan dalam waktu 30 menit. Jika terjadi pendarahan secara berlebihan, maka pengangkatan manual mungkin manual menunjukan adanya plasentasi abnomal.

  e. Faktor - faktor Persalinan Menurut Sumarah dkk, (2008) faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain:

  1) Passage jalan lahir Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina. Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. 2) Passanger janin

  Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran kepala, janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. I(arena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka plasenta juga dianggap sebagai bagian dai passanger yan1 menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal. xxxii

  3) Power (kekuatan mengejan) Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi involunter. Kekuatan primer berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan lapisan otot di segmen uterus bagian atas. Dari titik pemicu, kontraksi dihantar ke uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang, diselingi periode istirahat singkat. Kekuatan primer membuat serviks menipis (effacement) dan berdilatasi yang kemudian terjadi penurunan janin.

  Effacement serviks adalah pemendekan dan penipisan serviks

  selama tahap pertama persalinan dan akan terangkat keatas karena adanya pemendekan gabungan otot uterus selama penipisan segmen bawah rahim pada tahap akhir persalinan. Kekuatan sekunder terjadi segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat mendorong keluar. Sehingga wanita merasa ingin mengedan. Usaha mendorong kebawah ini disebut kekuatan sekunder. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap. Kekuatan ini penting untuk mendorong bayi ke luar dari uterus dan vagina. Jika dalam xxxiii persalinan seorang wanita melakukan usaha volunteer (mengedan) ierlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat.

  4) Posisi ibu persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, member rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan jongkok. Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Kontraksi utreus lebih kuat dan efisien untuk membantu penipisan dan dilatasi serviks, sehingga persalinan lebih cepat. Posisi tegak juga menguntungkan curah jantung ibu dalam kondisi normal meningkat selama persalinan seiring kontraksi uterus mengendalikan darah ke anyaman pembuluh darah. Posisi tegak juga membantu mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah.

  5) Psychology respons (Respon psikologi) Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat, jika dirinya tidak memahami apa yang terl'adi pada dirinya atau yang disampaikan kepadanya. Perilaku dan penampilan wanita serta pasangannya merupakan petunjuk berharga tentang jenis dukungan yang akan diperlukannnya. Membantu wanita berpatisipasi sejauh yang diinginkan dalam melahirkan, memenuhi harapan wanita akan hasil akhir persalinannya, membantu wanita menghemat tenaga, xxxiv

2. Cemas

  xxxv mengendalikan rasa nyeri merupakan suatu upaya dukungan dalam mengurangi kecemasan pasien. Dukungan psikologis dari orang- orang terdekat akan membantu memperlancar proses persalinan yang menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi penenangan nyeri non farmakologi, memberi analgesi jika diperlukan dan yang paling penting berada disisi pasien adalah bentuk-bentuk dukungan psikologi. Dengan kondisi psikologi yang positif, proses persalinan akan berjalan lebih mudah.

  a. Pengertian Cemas adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang, keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalarn beberapa tingkatan. cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya (Hartono, 2011).

  Cemas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Cemas dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2006).

  b. Rentang Respon Cemas Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan maladaptif. Respon adaptif seseorang menggunakan koping yang bersifat membangun (konstruktif) dalam mengatasi kecemasan berupa antisipasi. Respon maladaptif merupakan koping yang bersifat merusak (destruktif) dan disfungional seperti individu menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus diri c. Etiologi Kecemasan

  1) Faktor predisposisi Menurut Stuart (2006) terdapat beberapa menjelaskan kecemasan, diantaranya : a) Pandangan psikoanalitis.

  Cemas adalah konflik emosional yangterjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norrna-norna budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi cemas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

  b) Pandangan interpersonal Cemas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan. Individu dengan hargu diri rendah terutama mudah mengalami kecemasan yang berat. xxxvi c) Pandangan perilaku Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya terjadi dalam keluarga.

  Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini membantu mengatur kecemasan.

  2) Faktor presipitasi Faktor presipitasi menurut Stuart (2006) dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

  b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

  d. Ciri - ciri Kecemasan Ciri - ciri kecemasan menurut Nevid (2003), yaitu : 1) Secara fisik, meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan dan anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, banyak berkeringat, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, jantung berdebar keras atau bertak kencang, pusing ,merasa lemas atau mati rasa, sering buang air kecil, merasa sensitif, atau mudah marah. 2) Secara behavioral, meliputi perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependent, perilaku terguncang. xxxvii

  3) Secara kognitif meliputi khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu atau ketakutanterhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi tanpa akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa semuanya tidak bisa lagi dikendalikan, merasa sulit memfokuskan pikiran dan berkonsentrasi.

  e. Tingkat Kecemasan Tingkat kecemasan menurut Stuart (2006) ada empat tingkatan, yaitu: 1) Cemas ringan

  Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. cemas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. 2) Cemas sedang

  Cemas sedang, memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Cemas ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya. 3) Cemas berat

  Cemas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk xxxviii mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

  4) Tingkat panik ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya.

  Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.

  f. Respon Kecemasan Menurut Stuart (2006), ada 2 macam respon yang dialami seseorang ketika mengalami kecemasan :

  1) Respon Fisiologis terhadap Kecemasan.

  a) Kardio vaskuler Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.

  b) Respirasi Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.

  c) Kulit Perasaan panas atau dingin pada kulit, seluruh tubuh, rasa terbakar pada berkeringat, gatal- gatal.

  d) Gastrointestinal Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare. xxxix xl

  e) Neuromuskuler Reflek meningkat, reaksi kejutan, insomnia, tremor, kejang, wajah tegang, a) Perilaku

  Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar.

  b) Kognitif Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.

  c) Afektif Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah.

  g. Faktor-faktor Kecemasan Ibu hamil menjelang persalinan 1) Umur

  Menurut (Kitzingger, 1993) diketahui bahwa selain usia kehamilan penyebab kecemasan dapat dihubungkan dengan usia ibu yang memberi dampak terhadap perasaan takut dan cemas yaitu di bawah usia 20 tahun serta di atas 31-40 tahun karena usia ini merupakan usia kategori kehamilan beresiko tinggi dan seorang ibu yang berusia lebih lanjut akan menanggung resiko yang semakin tinggi untuk melahirkan bayi cacat lahir dengan sindrom down. Gangguan kecemasan diperkirakan mengidap 1 dari 10 orang.

  

Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah

maternal age /usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa

usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.

  

Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di

bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian

maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal

meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun (Sarwono, 2008).

  2) Paritas Menurut Winkjosastro (2007), paritas yaitu jumlah bayi yang dilahirkan baik lahir hidup maupun lahir mati dari seorang ibu.

  Menurut Manuaba (2006), ibu yang terlalu sering melahirkan mempunyai risiko bagi kesehatannya dan juga bagi kesehatan anaknya. Paritas dapat mempengaruhi kecemasan dimana paritas merupakan faktor yang bisa dikaitkan dengan aspek psikologis.

  3) Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan. (Notoatmodjo, 2003). xli xlii 4) Pendamping persalinan

  Menurut Musbikin (2010), kehadiran suami atau kerabat dekat akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stress, dan akan bisa memengaruhi psikis sang ibu dan membawa pengaruh positif secara fisik, sehingga ketika melahirkan tiba, seorang ibu tidak terlalu merasakan sakit secara fisik.Seorang pendamping juga dapat mengurangi stres dan kecemasan yang dapat mempersulit proses persalinan dan kelahiran.

  Menurut Suliswati (2005) bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu: 1) Faktor predisposisi yang meliputi:

  a) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.

  b) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

  c) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan. d) Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

  e) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena konsep diri individu.

  f) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

  g) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

  h) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena

  benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak

  yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan. 2) Faktor presipitasi meliputi:

  a) Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengacam integritas fisik meliputi: (a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal. xliii xliv (b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal. eksternal.

  c) Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

  d) Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.

3. Adaptasi a. Pengertian

  Adaptasi adalah suatu proses perubahan yang menyertai individu dalam berespon terhadap perubahan yang ada dilingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan menunjukan perilaku adaptif. Hasil dari perilaku adaptif ini dapat berupa semua respon dengan berusaha mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan (Hidayat, 2007).

  Menurut Singgit (2011) adaptasi adalah cara bagaimana seseorang mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup.

  Adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup dengan baik (Adityawan, 2011).

   Tujuan adaptasi

  Menurut Aminuddin (2000) bahwa adaptasi dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu, di antaranya: a. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.

  b. Menyalurkan ketegangan sosial.

  c. Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial.

  d. Bertahan hidup.

4. Pendampingan Suami

  a. Pengertian pendampingan suami Menurut Mander (2003 dalam Karo 2010), pendamping persalinan merupakan faktor pendukung dalam lancarnya persalinan, karena efek perasaan wanita terhadap persalinan yang berbeda berkaitan dengan persepsinya orang yang mendukung, dari orang terdekat dapat mempengaruhi kecemasan ibu.

  Menurut Musbikin (2010), kehadiran suami menjelang saat melahirkan akan membuat istri lebih tenang. Apabila memungkinkan suami sebaiknya mendampingi istri diruang bersalin. Kehadiran suami, sentuhan tangannya, do'a, dan kata-kata penuh motivasi yang diucapkannya akan membuat istri merasa tidak cemas, lebih kuat, dan tabah menghadapi rasa sakit dan berjuang untuk melahirkan bayinya. xlv

  Pendampingan Suami dalam proses pesalinan merupakan bentuk suami menemani ibu bersalin dengan memberikan support baik secara langsung maupun tidak langsung. Suami sebagai orang yang paling dominan terhadap keberhasilan persalinan yang aman, mengurangi komplikasi pada bayi yang akan dilahirkan, serta akan memudahkan persalinan (Indrayani, 2011).

  Pendampingan suami adalah suami yang mendampingi atau menemani istri dalam proses persalinan (Bobak, 2005). Manfaat pendampingan suami dalam persalinan ikut bertanggung jawab mempersiapkan kekuatan mental istri dalam menghadapi persalinan, memberikan dorongan kekuatan mental yang ekstra bagi istri, melakukan hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian istri selama proses kelahiran sambil ikut membantu mengukur waktu kontraksi, sentuhan suami dengan mengusap punggung istri sangat membantu menjadi titik fokus dan bernafas bersama istri pada saat kontraksi.

  Seorang pendamping harus mempersiapkan mental untuk menyiapkan suasana yang menyenangkan bagi ibu bersalin. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Setiadi (2008), menjelaskan bahwa dukungan penilaian (appraisal) yaitu suami bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, dan perhatian. xlvi Keberadaan Pendamping membawa dampak yang baik pada proses persalinan karena dapat memberikan dukungan semangat dan rasa aman, sebaliknya tanpa adanya pendampingan dengan baik ibu tidak dirasa dari ibu.

  Sehingga dapat disimpulkan pengertian pendampingan suami adalah suatu tindakan suami dalam bentuk menemani atau mendampingi istri dalam proses persalinan untuk memberikan suport ataupun dukungan.

  b. Manfaat Pendampingan Dalam persalinan Manfaat pendampingan persalinan menurut Musbikin (2010) adalah :

  1) Kehadiran suami atau kerabat dekat akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stress, dan akan membawa pengaruh positif secara psikologis. 2) Seorang pendamping bisa memengaruhi psikis sang ibu dan membawa pengaruh positif secara fisik, sehingga ketika melahirkan tiba, seorang ibu tidak terlalu merasakan sakit secara fisik. 3) Seorang pendamping dapat mengurangi stres dan kecemasan yang dapat mempersulit proses persalinan dan kelahiran.

  c. Faktor yang mempengaruhi pendampingan : Faktor-faktor yang mempengaruhi peran pendamping persalinan menurut Hamilton (1995) antara lain : xlvii

  1) Sosial ekonomi Keadaan sosial ekonomi keluarga akan mempengaruhi proses pendampingan suami ketika istri melahirkan, suami yang cenderung memperhatikan dan mendampingi istrinya pada saat melahirkan, hal ini berbeda dengan suami yang mempunyai status sosial ekonomi yang kurang mampu, suami lebih cenderung untuk kurang memperhatikan istri pada saat bersalin, suami lebih sibuk untuk mencari biaya persiapan persalinan bagi istrinya. 2) Budaya

  Keadaan budaya mempengaruhi psoses pendampingan suami pada saat istri melahirkan, ada beberapa budaya dan sistem religi yang tidak memperbolehkan suami melihat istri melahirkan karena bertentangan dengan nilai budaya dan sistem religi yang dianut oleh individu. 3) Lingkungan

  Keadaan lingkungan mempengaruhi proses pendampingan suami pada saat istri melahirkan, individu yang berada pada lingkungan pedesaan, kebiasaannya suami tidak mau untuk mendampingi istri pada saat persalinan, suami merasa takut dan tidak tega melihat istrinya melahirkan. xlviii

  4) Pengetahuan Pengetahuan individu akan mempengaruhi pelaksanaan pendampingan suami terhadap istri pada saat melahirkan, suami mungkin memberikan dukungan pendampingan pada saat istrinya melahirkan, hal ini dikarenakan dukungan pendampingan akan memberikan motivasi yang besar kepada istri pada saat melahirkan, begitu pula sebaliknya suami yang mempunyai pengetahuan yang kurang, biasanya tidak mendampingi pada saat istrinya melahirkan, hal ini dikarenakan ketidaktahuan akan manfaat pendampingan suami terhadap istri pada saat melahirkan

  5) Umur Suami yang mempunyai usia yang muda, biasanya tidak mendampingi pada saat istrinya melahirkan, hal ini dikarenakan suami merasa takut dan tidak tega melihat istrinya melahirkan. Kategori umur suami dalam pendampingan persalinan < 20 tahun dikategorikan dalam usia muda, diatas 20 tahun atau kurang dari 35 tahun dapat dikategorikan dalam usia dewasa dan suami yang memiliki usia >35 tahun dikategorikan dalam usia matang / tua yang akan mempengaruhi pelaksanaan pendampingan suami terhadap istri pada saat melahirkan, suami yang mempunyai usia matang (dewasa) akan berusaha semaksimal mungkin memberikan dukungan pendampingan pada saat istrinya melahirkan, hal ini dikarenakan xlix kematangan usia untuk berusaha mengerti tentang psikologis istri pada saat persalinan.

  6) Pendidikan pribadi. Pendidikan kesehatan merupakan proses yang mencakup dimensi dan kegiatan intelektual, psikologi dan sosial yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan individu dalam pengambilan keputusan secara sadar dan yang mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga, masyarakat. Individu yang berpendidikan akan mempunyai pengetahuan tentang pentinganya pendampingan pada saat persalinan dan mereka cenderung melakukan pendampingan pada saat persalinan, sebaliknya individu yang tidak berpendidikan pengetahuannya akan kurang dan mereka cenderung tidak melakukan pendampingan saat persalinan.

  d. Dampak Negatif Bila Suami Tidak Mendampingi Ibu Selama Persalinan

  Menurut Karo (2010), cemas dan sedih, itulah yang kerap dialami oleh ibu-ibu yang terpaksa menjalani hari-harinya bersama sang buah hati di kandungan tanpa kehadiran suami tercinta. Terlebih pada kehamilan pertama, perasaan tersebut akan makin kuat terasakan. Kalau kehamilan anak kedua atau ketiga, si ibu sudah punya pengalaman. Jadi, ia sudah tahu apa yang bakal dihadapinya, hingga kecemasan itu tak begitu besar. Namun untuk kehamilan pertama, terlebih kehamilan l merupakan suatu peristiwa penting dalam hidupnya, maka ibu pasti memerlukan dukungan sosial, terutama dari suaminya.

B. Kerangka Teori

  Respon kecemasan

  a. Respon fisiologis Adaptasi (kardiovaskuler, respirasi, kulit) b. Respondn psikologis (Perilaku, kognitif)

  Tingkat Menghadapi kecemasan: persalinan

  Kecemasan

  • Ringan - Sedang - Berat Faktor-faktor yang Usia mempengaruhi kecemasan: Paritas Pengetahuan

  a. Faktor predisposisi

  • Peristiwa Pendampingan suami traumatik
  • Konflik emosional
  • Konsep diri
  • Pola mekanisme koping

  b. Faktor presipitasi

  • Sumber internal
  • Ancaman terhadap harga diri
  • Sumber eksternal

Gambar 2.1 Kerangka Teori

  Sumber: Suliswati (2005) dan Stuart (2006) li lii C.

   Kerangka Konsep

  Variabel bebas Variabel terikat Keterangan :

  Diteliti Tidak diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

  Pendampingan suami saat persalinan kala I

  Tingkat kecemasan ibu primipara saat persalinan

  1. Umur

  2. Paritas

  3. Pengetahuan

D. Hipotesa

  Hipotesis penelitian ini adalah : Ada pengaruh pendampingan oleh suami terhadap penurunan tingkat diruang bersalin RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. liii