BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Perusahaan - BAB II HERDINA INDAH UTAMI MANAJEMEN'18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Perusahaan Kinerja merupakan pencapaian atas yang direncanakan, baik oleh

  pribadi maupun organisasi. Apabila pencapaian sesuai dengan yang direncanakan maka kinerja yang dilakukan terlaksana dengan baik.

  Apabila pencapaian melebihi dari yang direncanakan dapat dikatakan kinerjanya sangat bagus. Apabila pencapaian tidak sesuai dengan yang direncanakan maka kinerjanya jelek. Kinerja perusahaan adalah suatu kinerja yang menggunakan indikator keuangan.

  Setiap pihak yang memiliki hubungan dengan perusahaan sangat berkepentingan dengan kinerja perusahaan. Pentingnya pengukuran kinerja perusahaan dapat dijelaskan dengan dua teori yaitu teori keagensi (agency theory) dan teori signal (signalling theory).

  Pada teori keagensi (agency theory) dijelaskan bahwa pada sebuah perusahaan terdapat dua pihak yang saling berinteraksi. Pihak-pihak tersebut adalah pemilik perusahaan (pemegang saham) dan manajemen perusahaan. Pemegang saham disebut sebagai prinsipal, sedangkan manajemen orang yang diberi kewenangan oleh pemegang saham untuk menjalankan perusahaan yang disebut agen. Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan (agency conflict) yang disebabkan karena masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang saling bertentangan, yaitu berusaha mencapai kemakmurannya sendiri (Jensen dan Meckling, 1976).

  Teori kedua yang menjelaskan pentingnya pengukuran kinerja adalah teori signal (signalling theory). Teori signal membahas bagaimana seharusnya signal signal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada pemilik (principal). Teori signal menjelaskan bahwa pemberian signal dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi informasi asimetris.

  Menurut Sari (2016), teori signal (signalling theory) menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut timbul karena adanya informasi asimetris antara perusahaan (manajemen) dengan pihak luar, dimana manajemen mengetahui informasi internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan pihak luar seperti investor dan kreditor.

  Kurangnya informasi yang diperoleh pihak luar tentang perusahaan menyebabkan pihak luar melindungi diri dengan memberikan nilai rendah untuk perusahaan tersebut. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetris, salah satu caranya adalah dengan memberikan signal kepada pihak luar berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya sehingga dapat mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Laporan tentang kinerja perusahaan yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan.

  Kinerja perusahaan adalah kemampuan sebuah perusahaan mengelola sumber daya yang ada sehingga dapat mengukur tingkat efisiensi dan produktivitas perusahaan tersebut. Disamping itu juga penilaian kinerja perusahaan bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana perkembangan suatu perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2014:15) kinerja perusahaan diukur dengan return on equity (ROE) karena mencerminkan pengaruh dari seluruh rasio lain yang dapat memberikan informasi pada pemegang saham atas kemampuan perusahaan memperoleh laba. Dalam penelitian ini, kinerja perusahaan diukur dengan Return on Equity (ROE).

  ROE = 2.

   Profitabilitas

  Profitabilitas merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis kinerja manajemen, tingkat profitabilitas akan menggambarkan posisi laba perusahaan. Para investor dipasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dan meningkatkan laba, hal ini merupakan daya tarik bagi investor dalam melakukan jual beli saham, oleh karena itu manajemen harus mampu memenuhi target yang telah ditetapkan.

  Menurut Kasmir (2015:196), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Pada dasarnya penggunaan rasio ini yakni menunjukkan tingkat efesiensi suatu perusahaan.

  Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi.

  Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan posisi keuangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus sebagai evaluasi terhadap kinerja manajemen sehingga dapat diketahui penyebab dari perubahan kondisi keuangan tersebut. Semakin lengkap jenis rasio yang digunakan, semakin sempurna hasil yang akan dicapai, sehingga posisi dan kondisi tingkat profitabiitas perusahaan dapat diketahui secara sempurna.

  Menurut Brigham dan Houston (2014:146), secara umum ada empat jenis analisis utama yang digunakan untuk menilai tingkat profitbilitas yakni terdiri dari :

  a. Net Profit Margin (NPM) merupakan ukuran keuntungan dengan

  Net profit margin

  membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukan pendapatan bersih perusahaan penjualan. Net profit margin apabila rasionya tinggi ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.

  Net Profit Margin =

  b. Gross Profit Margin (GPM)

  Gross profit margin merupakan ukuran kemampuan

  manajemen untuk mengendalikan biaya operasional dalam hubungannya dengan penjualan. Makin rendah biaya operasional per rupiah penjualan, makin tinggi margin yang diperoleh. Rasio profit margin dapat pula menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menetapkan harga jual suatu produk, relatif terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.

  Gross Profit Margin = c.

   Return On Assets Return on assets adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak

  terhadap aset secara keseluruhan. Rasio ini merupakan suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat tingkat pengembalian (%) dari aset yang dimiliki. Apabila rasio ini tinggi berarti menunjukkan adanya efesiensi yang dilakukan oleh pihak manajemen.

  Darmadji dan Fakhrudin (2012) menyatakan bahwa rasio

  

return on assets (ROA) mengukur kemmpuan perusahaan untuk

  menghasilkan laba atas aset yang dimiliki perusahaan. Demikian juga Brigham dan Houston (2014:148), mengatakan bahwa ROA merupakan rasio laba bersih terhadap total aset mengukur pengembalian atas total aset. Semakin besar rasionya semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu menggunakan aset yang dimiiki secara efektif untuk menghasilkan laba.

  ROA = d.

   Return On Equity Return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk

  mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut. Menurut Brigham dan Houston (2014:149) para pemegang saham melakukan investasi untuk mendapatkan pengembalian atas uang mereka, dan rasio ini menunjukkan seberapa baik mereka telah melakukan hal tersebut dari kacamata akuntansi. Secara sistematis

  Return On Equity (ROE) dapat dirumuskan sebagai berikut :

  ROE = Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi, menggunakan laba ditahan dalam mendanai kegiatan perusahaan. Dengan demikian dapat dilihat, perusahaan menggunakan hutang rendah. Pemakaian hutang yang rendah, maka resiko terjadi kebangkrutan rendah. Sejalan dengan Peacking Order Theory yang menyatakan perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan. Pecking Order Theory mengasumsikan bahwa perusahaan bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham.

  Namun dari ke empat rasio profitabilitas tersebut. Analisis rasio profitabilitas dalam penelitian ini diwakilkan oleh Net Profit Margin untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) dalam penjualan, semakin tinggi NPM suatu perusahaan yang dicapai dan semakin baik pula kinerja perusahaan.

3. Struktur Kepemilikan

  Struktur kepemilikan adalah perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan sejumlah saham yang dimiliki oleh investor. Kontrol yang berbeda dari kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusional adalah yang menjadi pengaruh terhadap kinerja perusahaan.

  Menurut Kusumaningrum (2015), kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme yang membantu masalah keagenan. a. Kepemilikan Manajemen Manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan hutang yang tinggi bukan atas dasar maksimalisasi nilai perusahaan melainkan untuk kepentingan oportunistik mereka. Investasi dengan risiko tinggi menyebabkan peninngkatan biaya keagenan tersebut berpengaruh pada penurunan kinerja perusahaan.

  Kepemilikan manajemen adalah presentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari dewan komisaris dan direksi yang turut mengambil keputusan kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan manajerial yang besarnya dapat dihitung dari periode tertentu dalam satuan persentase (Kusumaningrum, 2015). Kepemilikan manajemen mensejajarkan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham sehingga segala hasil atas keputusan manajer akan dirasak oleh pihak manajer secara langsung. Dengan kata lain, manajer ikut memiliki perusahaan yang dan tidak akan mengambil keputusan yang oportunistik dalam kebijakan hutang dengan meningkatkan jumlah hutang. Manajer akan berusahaan untuk mengurangi biaya keagenan dan akan meningkatkan kinerja perusahaan.

  Kepemilikan manajerial = b. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan persentasi kepemilikan saham oleh investor institusional seperti perubahan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain. Kepemilikan institusional akan mendorong pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja perusahaan. Hal ini berarti semakin besar persentase saham yng dimiliki oleh investor.

  Kepemilikan institusional akan menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik yang dilakukan oleh para manajer. Tindakan monitoring tersebut akan mengurangi biaya keagenan karena memungkinkan perusahaan menggunakan tingkat hutang yang lebih rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dn kebangkrutan perusahaan. Semakin besar persentase saham yang dimiiki oleh institusional investors akan menyebabkan monitoring menjadi semakin efektif, melalui pengendalian perilaku oportunistik para manajer.

  Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut

  agency conflict . Konflik kepentingan yang sangat potensial ini

  menyebabkan pentingnya suatu mekanisme yang diterapkan yang berguna untuk melindungi kepentingan pemegang saham. Salah satu cara guna untuk mengurangi konflik antara prinsipal dan agen dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial suatu perusahaan.

4. Ukuran Perusahaan

  Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokan perusahaan ke dalam beberapa kelompok, diantaranya perusahaan besar, sedang dan kecil. Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang didasarkan kepada total aset perusahaan. Penelitian ukuran perusahaan dapat menggunakan tolak ukur aset karena total aset perusahaan bernilai besar maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikan ke dalam logaritma natural (Fachrudin, 2012), sehingga ukuran perusahaan juga dapat dihitung dengan:

  Size = Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan.

  Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan skala besar kecilnya perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aset, rata-rata tingkat penjualan (Kurniasih, 2012). Perusahaan yang berukuran besar mempunyai berbagai kelebihan dibanding perusahaan berukuran kecil. Kelebihan tersebut yang pertama adalah ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar (bargaining power) dalam kontrak keuangan. Dan ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba.

  Perusahaan dengan ukuran besar memiliki akses lebih besar dan luas untuk mendapat sumber pendanaan dari luar, sehingga untuk memperoleh pinjaman akan menjadi lebih mudah karena dikatakan bahwa perusahaan dengan ukuran besar memiliki kesempatan lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri (Hermuningsih, 2014). Perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil.

  Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula (Sartono 2016:249).

  Ukuran perusahaan yang besar akan memaparkan sinyal positif kepada investor atau kreditur untuk mengivestasikan modalnya di perusahaan sehingga menyebabkan penggunaan dana ekternal meningkat. Angelina (2016) mengungkapkan bahwa perusahaan besar akan cenderung lebih terdiversifikasi dan risiko kebangkrutan akan lebih besar, selain itu kesulitan keuangan akan menjadi lebih rendah. Flesksibilitas inilah yang menyebabkan ukuran perusahaan yang besar lebih gampang memperoleh tambahan dana dipasar modal. ini sesuai dengan Signaling Theory dimana penggunaan hutang merupakan sinyal positif kepada kreditur dan investor yang diharapkan, sinyal tersebut yang mencerminkan prospek yang bagus dalam perusahaan yang berdampak pada bersedianya untuk memberikan pinjaman.

5. Struktur Modal

  Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan yang mencerminkan perimbangan (absolut maupun relatif) antara keseluruhan modal eksternal (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri (Hermuningsih, 2014). Demikian juga, struktur modal menentukan penggunaan utang yang dilakukan oleh manajer keuangan untuk mendanai kegiatan perusahaan. Sartono (2016:225) menyebutkan bahwa struktur modal adalah perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Keputusan struktur modal (capital structure) meliputi pemilihan sumber dana baik yang berasal dari modal sendiri maupun modal asing dalam bentuk utang. Dana ini merupakan eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

  Setiap ada perubahan struktur modal akan mempengaruhi biaya modal secara keseluruhan, hal ini disebabkan masing-masing jenis modal mempunyai biaya modal sendiri-sendiri. Selain itu, teori struktur modal dianggap penting karena besarnya biaya modal keseluruhan ini, nantinya akan digunakan sebagai cut of rate pada pengembalian keputusan investasi. Menurut Hanafi (2015:297) teori mengenai struktur modal terdiri :

  a. Teori Trade-Off Teori keseimbangan (Trade-off theory ) merupakan penyeimbang manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan utang. Jika manfaat yang dihasilkan lebih besar, porsi utang dapat ditambah. Berdasarkan teori ini perusahaan berusahaa mempertahankan struktur modal yang ditargertkan dengan tujuan memaksimumkan nilai pasar. Teori trade-off juga menjelaskan bahwa peningkatkan rasio utang pada struktur modal akan meningkatkan nilai total perusahaan sebesar tarif pajak dikali dengan jumlah utang.

  Semakin besar akses ke sumber dana, semakin tersedia potensi dana, maka semakin besar kemungkinan mengambil peluang investasi yang menguntungkan yang diperoleh semakin besar dan kinerja perusahaan meningkat.

  b. Pecking Order Theory Menurut pecking order theory, manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat utang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Jika ada kesempatan investasi, maka perusahaan akan mencari dana untuk mendanai kebutuhan investasi tersebut. Teori pecking order bisa menjelaskan kenapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat utang yang lebih kecil. Tingkat utang yang kecil tersebut tidak dikarenakan perusahaan mempunyai target tingkat utang yang kecil, tetapi karena mereka tidak membutuhkan dana eksternal. Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan dana internal mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi.

  c. Teori Asimetri Informasi dan Signaling

  Konsep signaling dan asimetri informasi berkaitan erat. Teori simetri mengatakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Teori signaling (teori pemberian isyarat) didasarkan pada ide manajer yang memiliki informasi bagus tentang berupaya menyampaikan informasi tersebut kepada investor luar agar harga saham perusahaan meningkat. Ross (1977) menunjukkan bahwa perusahaan yang bagus kinerjanya dapat memberi sinyal berupa porsi utang yang tinggi pada struktur modalnya. Perusahaan yang kurang bagus kinerjanya tidak akan berani memakai utang dalam jumlah yang besar karena kebangkrutannya akan tinggi (Sugiarto 2009:49).

  d. Teori Keagenan Dalam perekonomian modern, manajemen, dan pengelolaan perusahaan semakin banyak dipisahkan dari kepemilikan perusahaan.

  Hal ini sejalan dengan Agency Theory yang menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional disebut agents yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Tujuan dari dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan, yaitu agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga-tenaga profesional. (Adrian Sutedi, 2011:13).

  Menurut Harmono (2015:112) Sumber dana perusahaan dicerminkan oleh modal asing dan modal sendiri yang diukur dengan Debt

   Profitabilitas dan Struktur kepemilikan berpengaruh negatif terhadap struktur modal 2. Kinerja perusahaan terlihat pengaruh yang positif terhadap profitabilitas dan Struktur Kepemilikan 3. Struktur modal mempengaruhi secara negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan

  1. Tangibility berpengaruh negatif terhadap struktur modal 2.

  Regresi Berganda

  Tangibility , Pertumbuhan Perusahaan, profitabilitas, ukuran perusahaan Analisis

  Capital Structure of Firms Listed In Nigerian Food/Beverages and Tobacco Industry Leverage,

  Yusuf Ibrahim, et al (2015) The Determinants of

  2 Karaye,

  Struktur Kepemilikan, Struktur

Modal, Kinerja

Perusahaan Path analysis 1.

  to Equity (DER) yang diformulasikan :

  (2014) Analisis pengaruh profitabilitas, struktur kepemilikan terhadap struktur modal dan kinerja perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Profitabilitas,

  1 Riawan

  No Nama Judul Variabel Metode Hasil

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

  Berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan profitbilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, struktur modal, dan kinerja perusahaan dilihat sebagai berikut :

   Hasil Penelitian Terdahulu

  DER = B.

   Profitabilitas bepengaruh negatif terhadap struktur modal 3. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal No Nama Judul Variabel Metode Hasil

  4. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal Hermuning Pengaruh Profitabilitas, Profitabilitas,

  3 SEM

  1. Profitabilitas

  sih (2014) Size Terhadap Nilai Size, Nilai berpengaruh terhadap Perusahaan Dengan Perusahaan, negatif terhadap

  Sruktur Modal Sebagai Struktur Modal struktur modal Variabel Intervening

  2. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal

  3. Struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan,

  4. Profitabilitas dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh tidak langsung terhadap nilai perusahaan dengan strukttur modal.

  Theacini, Pengaruh Good Komite audit, Analisis

  1. Komite Audit tidak

  4 D. A. M., & Corporate Governance , dewan direksi, Regresi berpengaruh terhadap

  

Wisadha, I. Kualitas Laba dan komisaris Berganda kinerja perusahaan

G. S. Ukuran Perusahaan independen,

  2. Dewan direksi

(2014) pada Kinerja kepemilikan berpengaruh positif

Perusahaan manajerial, terhadap kinerja kepemilikan perusahaan institutional,

  3. Komisaris independen kualitas laba, tidak berpengaruh dan ukuran terhadap kinerja perusahaan perusahaan

  4. Kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan

  5. Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan

  6. Kualitas laba berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan

  7. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan No Nama Judul Variabel Metode Hasil

  5 Agyei

  and Owusu (2014) The Effect of Ownership Structure and Corporate Governance on Capital Structure of Ghanian Listed Manufacturing Companies

  Ownership structure, corporate

governance,

capital structure,

  Analisis regresi

  1. Struktur kepemilikan berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.

  2. Tata kelola perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.

  6 Boroujeni,

  Noroozi, Nadem, and Chadegani (2013)

  The Impact of Capital Structure and Ownership Structure on Firm Performance: A case study of iranian Companies

  Capital structure, ownership

structure, firm

perfomance

Analisis regresi

  1. Struktur modal berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan

  2. Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan C. Kerangka Pemikiran

  Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan, penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan. Variabel dependen dalam penelitian yaitu kinerja perusahaan. Selain itu juga struktur modal sebagai variabel mediasi. Berdasarkan hubungan diantara variabel tersebut dapat dimasukan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut :

1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal

  Sebagaimana disebutkan diawal, profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Perusahaan perusahaan dengan profit yang tinggi cenderung menggunakan lebih banyak pinjaman untuk memperoleh manfaat dalam aspek pajak. Hal ini karena pengurangan laba oleh bunga pinjaman akan lebih kecil dibandingkan apabila perusahaan menggunakan modal yang tidak dikenai bunga, namun penghasilan kena pajak (Hermuningsih, 2014) Keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkaan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan. Dengan kata lain, keputusan pendanaan atau struktur modal sangat berpengaruh terhadap rendah atau tingginya profitabilitas suatu perusahaan. Menurut Pecking order theory perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan cenderung menggunakan pendanaan melalui sumber internal yaitu menggunakan labanya daripada harus melakukan utang ketika membutuhkan pendanaan. Dengan demikian peningkatan profitabilitas akan menurunkan rasio utang perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Hasil penelitian Riawan (2014), Hermuningsih (2014), Karaye Yusuf Ibrahim, et

  (2015) menunjukan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur

  al modal.

2. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Struktur Modal

  Kusumaningrum (2015) dalam sebuah perusahaan yang manajer memiliki saham yang besar muncul kecenderungan manajer tersebut akan mengurangi tingkat hutang secara optimal, sehinga akan mengurangi biaya keagenan hutang. Sebaliknya, menurut Sartono (2016), penggunaan hutang yang semakin besar akan menimbulkan dampak kenaikan risiko kebangkrutan, yang berarti meningkatkan risiko yang tidak dapat diversifikasikan oleh manajer, sehingga kepemilikan saham manajemen akan berkurang. Dengan demikian, terdapat pengaruh antara struktur kepemilikan dengan struktur modal. Hasil penelitian Riawan (2014), Agye and Owusu (2014) menunjukan kepemilikan manejemen memiliki hubungan negatif terhadap struktur modal.

  3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal

  Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan dimana perusahaan yang besar akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari luar baik dalam bentuk utang maupun modal saham, karena biasanya perusahaan yang besar disertai dengan reputasi yang cukup baik dimata masyarakat. Perusahaan kecil memiliki keterbatasan dalam mengakses pasar modal sehingga tidak mengajak pihak luar sebagai rekan kerja, dan juga perusahaan kecil dengan cash inflows yang rendah akan lebih susah mendapatkan utang karena dinilai lebih beresiko dibandingkan memberi utang kepada perusahaan besar. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan semakin besar pula penggunaan dana eksternal yaitu struktur modalnya, maka ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Hal ini serupa dengan penelitian- penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Karaye, Yusuf Ibrahim, et al (2015), Hermuningsih (2014) menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif tehadap struktur modal.

  4. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kinerja Perusahaan

  Kinerja perusahaan dapat pula di pengaruhi oleh besarnya kecilnya profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan. Riawan, (2014) mendefinisikan profitabilitas sejauh mana perusahaan menghasilkan laba dari penjualan dan investasi perusahaan. Apabila profitabilitas perusahaan baik maka para stakeholders yang terdiri dari kreditur, supplier, dan juga investor akan melihat sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba dari penjualan dan investasi perusahaan. Perusahaan yang diperkirakan mempunyai prospek dimasa mendatang, maka nilai sahamnya akan meningkat. Sebaliknya, perusahaan yang dinilai kurang memiliki prospek harga saham menjadi turun. Nilai profitabilitas yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan meningkat dan diperkirakan perusahaan mempunyai masa depan yang baik. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Riawan (2014) yang mengatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

5. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan

  Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut

  

agency conflict . Konflik kepentingan yang sangat potensial ini

  menyebabkan pentingnya suatu mekanisme yang diterapkan yang berguna untuk melindungi kepentingan pemegang saham. Salah satu cara guna untuk mengurangi konflik antara prinsipal dan agen dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial suatu perusahaan.

  (Wiranata, 2013) menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh manajer akan mendorong penyatuan kepentingan antara prinsipal dan agen sehingga manajer bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kepemilikan saham manejemen akan medorong manajer untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan karena mereka ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Menurut Sari (2016) kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen (dewan direksi dan dewan komisaris) yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan. Dari penjelasan diatas, dapat disimpullkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Riawan (2014), Boroujeni et al (2013), Theacini, D. A. M., & Wisadha, I. G. S. (2014) yang menyatakan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

6. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan

  Perusahaan dengan total asset yang besar mencerminkan kemapanan perusahaan. Ukuran perusahaan yang besar diharapkan dapat meningkatkan skala ekonomi dan mengurangi biaya pengumpulan dan pemprosesan informasi. Isbanah (2015) menyatakan bahwa perusahaan besar yang mempunyai sumber daya yang besar pula akan melakukan pengungkapan lebih luas dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal seperti investor dan kreditor, sehingga tidak memerlukan tambahan biaya yang besar untuk melakukan pengungkapan lebih luas. Dengan demikian, perusahaan yang besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah daripada perusahaan kecil. Suatu perusahaan besar dan mapan akan mudah untuk menuju ke pasar modal. Kemudahan berhubungan dengan pasar modal berarti fleksibilitas lebih besar dan tingkat kepercayaan investor juga lebih besar karena mempunyai kinerja operasional yang lebih besar. Perusahaan besar mampu menarik minat investor yang lebih besar daripada perusahaan kecil karena mempunyai fleksibilitas penempatan investasi yang lebih baik. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan ukuran perusahan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini dibuktikan pada penelitian Theacini, D. A. M., & Wisadha, I. G. S. (2014) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

7. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Perusahaan

  Pengambilan keputusan pendanaan berkenaan dengan struktur modal yang benar-benar harus diperhatikan oleh perusahaan, karena struktur penentuan perusahaan akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Struktur modal menunjukkan perbandingan jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Perusahaan yang menggunakan hutang dalam operasinya akan mendapat penghematan pajak , karena pajak dihitung dari laba operasi setelah dikurangi bunga hutang, sehingga laba bersih yang menjadi hak pemegang saham akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menggunakan hutang (Meythi, 2012).

  Dengan demikian nilai perusahaan juga menjadi lebih besar. Ini berarti semakin besar struktur modalnya maka nilai perusahaan juga akan semakin meningkt. Akan tetapi perusahaan tidak akan mungkin menggunakan hutang 100% alam struktur modalnya. Hal tu disebabkan karena semakin besar hutang berrti semakin besar pula resiko keuangan perusahan. Resiko yang dimaksud adalah resiko finansial yaitu resiko yang timbul karena ketidakmampuan perusahaan membayar bunga dana angsuran pokok dalam keadaan ekonomi yang buruk. Dalam kondisi demikian semakin besar hutang maka nilai perusahaan akan menurun. Perusahaan harus mampu menentukan besarnya hutang, karena dengan adanya hutang sampai batas tertentu akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Akan tetapi bila jumlah hutang lewat dari batas tertentu justru akan menurunkan nilai perusahaan (Sari 2016). Jadi dapat diketahui bahwa struktur modal berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dimana pernyataan ini didukung oleh teori trade-off yaitu struktur modal mempengaruhi kinerja perusahaan. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan struktur modal berpengaruh negatif tehadap kinerja perusahaan. Hal ini serupa dengan penelitian yang diakukan Riawan (2014), menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan.

8. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Struktur Modal

  Struktur modal berpengaruh dalam memediasi profitabilitas terhadap kinerja perusahaan, sehingga perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi, menggunakan laba ditahan dalam mendanai kegiatan perusahaan. Dengan laba ditahan sebagai modal sendiri tersebut manajer mengelola dana struktur modal yang rendah. Dengan demikian dapat dilihat, perusahaan menggunakan hutang rendah. Pemakaian hutang yang rendah, maka resiko terjadinya kebangkrutan rendah. Sejalan dengan

  

Pecking Order Theory yang menyatakan perusahaan lebih menyukai

  pendanaan dari dalam terlebih dahulu, dan apabila perusahaan memerlukan pendanaan dari luar yang berupa hutang. Hal ini serupa dengan penelitian yang diakukan Riawan (2014), menyatakan bahwa struktur modal mampu memediasi pengaruh profitabilitas terhadap kinerja perusahaan.

9. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Struktur Modal

  Struktur modal mampu memediasi struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan. Sebagai seorang manajer sekaligus pemegang saham perusahaan, manajer tidak ingin perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau bahkan mengalami kebangkrutan. Sebagai manajer akan kehilangan insentif dan sebagai pemegang saham akan kehilangan return dari dana yang diinvestasikan. Menurut Friend dan Lang (1988) cara untuk menurunkan risiko ini adalah mengurangi penggunaan hutang dalam perusahaan. Penggunaan hutang yang tinggi akan meningkatkan risiko perusahaan, karena perusahaan akan mengalami financial distress. Karena itu, manajer akan seminimal mungkin menggunakan hutang sebagai pendanaan dan lebih mengandalkan modal dari pemegang saham. Perusahaan tidak akan dapat berkembang cepat jika hanya mengandalkan sumber dana dari pemegang saham saja tanpa diimbangi penggunaan hutang. Hal ini serupa dengan penelitian yang diakukan Riawan (2014), menyatakan bahwa struktur modal mampu mediasi pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan.

10. Pengaruh Ukuran perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Struktur Modal

  Struktur modal mampu memediasi size terhadap kinerja perusahaan, menurut Hermuningsih (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dinyatakan dengan total aktiva atau total penjualan bersih. Perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang besar, akses untuk mendapatkan pendanaan (hutang) akan mudah. Dengan dana yang diperoleh, apabila perusahaan tersebut memakai hutang melebihi tingkat optimal maka akan menurunkan kinerja perusahaan, karena resiko terjadinya kebangkrutan yang dialami perusahaan tinggi. Hal tersebut sejalan dengan Trade Off

  

Theory yang menyatakan bahwa perusahaan memakai struktur modal yang

  optimal, apabila perusahaan dalam mengelola modal tersebut tidak optimal akan mempengaruhi penurunan kinerja perusahaan, sehingga investor melihat terdapat resiko pada perusahaan tersebut yang mengakibatkan kurang menarik minat investor terhadap perusahaan yang dapat menurunkan kinerja perusahaan.

  Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas, maka kerangka pemikiran teoritik dari hubungan antar variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :

  

H4 (+)

H1( - )

  Profitabilitas

  H5 (+) H7 ( - )

  H2 ( - ) H8

  Struktur Struktur Kinerja kepemilikan H9

  Modal Perusahaan

  H10 H3 (+)

  Ukuran Perusahaan

  

H6 ( +)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

  Keterangan : = Pengaruh langsung = Pengaruh tidak langsung D.

   Hipotesis

  Menurut Sugiyono (2017:63) hipotesis adalah pernyataan tentang sesuatu yang untuk sementara waktu dianggap benar. Selain itu juga, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan yang akan diteliti sebagai jawaban sementara dari suatu masalah. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu, hubungan antar variabel dan kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1 : Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal H2 : Struktur kepemilikan berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal H4 : Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan H5 : Struktur kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan H6 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan H7 : Struktur Modal berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan H8 : Struktur modal mampu memediasi profitabilitas terhadap kinerja perusahaan H9 : Struktur modal mampu memediasi struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan. H10 : Struktur modal mampu memediasi ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan