BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Paguyuban Orang Tua Siswa - PERAN PAGUYUBAN ORANG TUA SISWA DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH MELALUI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI SEKOLAH DASAR - repository perpustakaan
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Paguyuban Orang Tua Siswa Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggota
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan organis, sebagaimana dapat diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban terutama akan dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kerabatan, rukun tetangga dan lain sebagainya.
Tonnies dalam Soerjono Soekanto (2009 : 118) menyatakan bahwa suatu paguyuban (gemeinschaft) mempunyai beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut : 1. Intimate, yaitu hubungan dalam paguyuban yang menyeluruh dan mesra.
2. Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi, khusus untuk beberapa orang saja di dalam paguyuban.
3. Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk paguyuban saja dan tidak untuk orang-orang lain di luar paguyuban.
8 Tonnies dalam Soerjono Soekanto (2010 : 119) menyatakan paguyuban (gemeinschaft) dibagi menjadi beberapa tipe yaitu sebagai berikut :
1. Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), merupakan paguyuban yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan, contohnya adalah keluarga, kelompok kekerabatan, persaudaraan dan sebagainya.
2. Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place), yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari orang orang yang berdekatan tempat tinggal dalam suatu lingkungan tertentu sehingga dapat saling tolong menolong contohnya adalah rukun tetangga, rukun warga dan arisan.
3. Paguyuban karena jiwa pikiran (gemeinschaft of mind), adalah suatu paguyuban atau gemeinschaft yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah atau tempat tinggalnya tidak bersekatan dan berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa dan pemikiran yang sama, ideologi yang sama. Paguyuban semacam ini biasanya ikatan tidak sekuat paguyuban karena darah dan paguyuban karena keturunan.
Di dunia pendidikan terdapat paguyuban yang dititikberatkan kepada peran serta orang tua siswa dengan mengatasnamakan organisasi paguyuban orang tua siswa khususnya pada jenjang pendidikan di sekolah dasar. Paguyuban orang tua siswa dalam pendidikan merupakan suatu kelompok sosial atau organisasi yang anggota-anggotanya meliputi orang tua atau wali siswa yang dibentuk dengan tujuan untuk memajukan pendidikan dan menyumbangkan baik pikiran dan tenaganya dalam kemajuan pendidikan di lingkungan sekitar sekolah itu berada.
Paguyuban kelas merupakan perkumpulan orang tua siswa dalam suatu kelas yang bertujuan untuk membangun dan menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi, kepedulian dan tanggung jawab orang tua dengan pemberian saran dan masukan dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu paguyuban kelas juga bertujuan untuk menciptakan hubungan yang baik antara guru atau wali kelas dengan orang tua dalam peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dasar. a. Peran Paguyuban Kelas 1) Bersama komite sekolah merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program komite sekolah untuk mendukung peningkatan mutu sekolah dan siswa. 2) Mendukung proses dan kegiatan belajar mengajar di kelas dalam wujud pemikiran, tenaga dan finansial.
3) Mediator antara orang tua siswa dengan wali kelas dan guru.
b. Fungsi Paguyuban Kelas 1) Menampung aspirasi, ide, tuntutan dari orang tua terhadap proses belajar mengajar di kelas.
2) Mendorong orang tua peduli dan aktif berpartisipasi guna mendukung hasil belajar siswa.
c. Wewenang dan Tanggung jawab 1) Menggalang kas kelas yang digunakan untuk tambahan kebutuhan siswa atau kelas.
2) Mengakomodir kebutuhan maupun perlengkapan kelas. 3) Melakukan pertemuan rutin orang tua atau wali siswa dengan wali kelas.
4) Mensosialisasikan kebijakan sekolah maupun komite sekolah kepada orang tua atau wali siswa.
5) Mendukung kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah dan komite sekolah. 6) Komunikasi dan koordinasi aktif dengan komite sekolah dalam pencapaian program kerja.
Dapat disimpulkan bahwa paguyuban merupakan bentuk kelompok sosial yang ada di masyarakat yang mempunyai ikatan darah dan hubungan kekerabatan dan kekeluargaan sehingga diantara anggotanya memiliki rasa saling memiliki dengan anggota yang lainnya dan mempunyai suatu tujuan yang mulia dan berguna bagi anggota-anggotanya dan orang banyak. Paguyuban orang tua siswa di kelas merupakan perkumpulan orang tua atau wali siswa untuk peningkatan mutu pembelajaran di kelas. Paguyuban orang tua siswa pada setiap kelas dibentuk mempunyai tujuan untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara guru atau wali kelas dengan orang tua siswa di sekolah dasar.
B. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah konsep yang menggambarkan perubahan formal struktur penyelenggaraan sekolah, sebagai suatu bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi sekolah itu sendiri sebagai unit utama peningkatan serta bertumpu pada retribusi kewenangan pembuatan keputusan sebagai sarana penting yang dapat didorong dan ditopang. Manajemen Berbasis Sekolah diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru, peserta didik, kepala sekolah, karyawan, orang tua peserta didik, dan masyarakat yang berhubungan dengan program sekolah) sehingga rasa memiliki warga sekolah dapat meningkat dan mengakibatkan peningkatan rasa tanggung jawab dan dedikasi warga sekolah. (Sagala 2009 : 154).
Nurkolis (2003 : 11) mengemukakan “Manajemen Berbasis Sekolah adalah model pengelolaan sekolah dengan memberikan kewenangan yang lebih besar pada tingkat sekolah untuk mengelola sekolahnya sendiri secara langsung. Dimilikinya kewenangan sekolah itu karena terjadi pergeseran kekuasaan dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah kepada sekolah langsung dalam pengelolaan sekolah. Dengan adanya kewenangan yang besar tersebut maka sekolah memiliki otonomi, tanggung jawab, dan partisipasi dalam menentukan program program sekolah.
Dapat disimpulkan bahwa MBS merupakan model manajemen yang memberikan otonomi lebih kepada sekolah dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah dengan melibatkan semua komponen dan stakeholder yang ada di sekolah dan bertujuan untuk kemajuan dan perbaikan kualitas pendidikan di sekolah itu menjadi lebih maju. MBS disebut sebagai suatu bentuk administrasi pendidikan dimana sekolah menjadi unit utama dalam pengambilan keputusan, hal ini berbeda jauh dengan bentuk tradisional manajemen pendidikan di mana birokrasi pemerintah pusat sangat dominan dalam pengambilan keputusan.
a. Landasan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Menurut Asmani (2010 : 35) MBS mempunyai landasan yang dijelaskan sebagai berikut :
1) Undang-Undang Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pasal 51 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 menyatakan, “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah atau madrasah.”
2) Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (UUPD).
3) Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah.
4) PP Nomor 25 tahun 2000 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemerintah dan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
b. Model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Menurut Sagala (2009 : 154) MBS diselenggarakan melalui beberapa model yaitu model (1) peningkatan peranan guru, (2) peningkatan wawasan pengelolaan pengajaran melalui penelitian dan kajian pustaka dan (3) penyamaan visi semua pihak dalam proses perubahan untuk memfokuskan arah baru merealisasikan penyelenggaraan program dengan sistem MBS. Konsep model MBS perlu memperhatikan kajian, penelitian, strategis yang bertujuan agar otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat mempunyai keterlibatan yang tinggi dengan memberikan kerangka dasar peningkatan mutu.
Konsep model MBS dalam prakteknya menggambarkan sifat-sifat otonomi sekolah yang merujuk pada perlunya mamperhatikan kondisi dan potensi dalam mengelola sekolah. Model MBS megakomodasikan kebijakan-kebijakan strategis pemerintah pusat, pemerintah daerah propinsi dan pemerintah kabupaten atau kota dalam program pembangunan pendidikan. Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi, standar kompetensi peserta didik, standar kurikulum, standar kelembagaan, standar materi pelajaran pokok, standar penguasaan minimum, standar perlayanan minimum, standar guru dan tenaga kependidikan, penetapan kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif setiap semester dan setiap tahun yang mengacu kepada kewanangan pemerintah pusat, pemerintah daerah kabupaten atau kota, dan satuan pendidikan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model MBS merupakan kewenangan dan otonomi yang diberikan oleh pemerintah kepada sekolah untuk mengelola sekolah sesuai dengan potensi yang ada pada sekolah. Konsep model MBS memuat kebijakan- kebijakan dalam pembangunan pendidikan.
c. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Menurut Satori (2001) dalam Sagala (2009 : 157) mengemukakan tujuan penerapan MBS adalah antara lain :
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya dan potensi yang tersedia. 2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama. 3) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah, dan pemerintah tentang mutu sekolah. 4) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.
d. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Menurut Satori (2001) dalam Sagala (2009 : 158) manfaat menggunakan MBS yakni :
1) Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya, karena bisa lebih mengetahui peta kekuatan, kelemahan peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi. 2) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input dan output pendidikan yang akan dikembangkan dan di dayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik dan masyarakat luas.
3) Pengambilan keputusan partisipatif yang dilakukan dapat lebih memenuhi kebutuhan sekolah, karena sekolah lebih tahu apa yang terbaik dalam penyelenggaraan program sekolahnya. 4) Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif apabila masyarakat turut serta mengawasi dan membantu memenuhi kebutuhan sekolah. 5) Keterlibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat. 6) Sekolah bertanggung jawab terhadap mutu pendidikan di sekolahnya kepada pemerintah, orang tua, peserta didik, dan masyarakat. 7) Sekolah dapat bersaing dengan sehat untuk meningkatkan mutu pendidikan. 8) Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakat yang senantiasa berubah dengan pendekatan yang tepat dan cepat.
e. Prinsip Umum Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Menurut Satori (2001) dalam Sagala (2009 : 159) mengemukakan prinsip umum yang patut menjadi pedoman dalam pelaksanaan model MBS antara lain :
1) Memiliki visi, misi dan strategi kearah pencapaian mutu pendidikan, khsusnya mutu peserta didik sesuai dengan jenjang dan sekolah masing-masing. 2) Berpijak pada power sharing (berbagai kewenangan), pengelolaan pendidikan sepatutnya berlandaskan pada keinginan saling mengisi, saling membantu dan menerima berbagai kekuasaan/ kewenangan sesuai fungsi dan peran masing-masing. 3) Adanya profesionalisme semua bidang dan berbagai komponen baik para praktisi pendidikan, pengelola, dan manajer pendidikan lainnya termasuk profesionalisme dewan pendidikan kabupaten atau kota maupun komite sekolah di satuan pendidikan. 4) Meningkatkan partisipasi masyarakat yang kuat termasuk orang tua peserta didik. 5) Komite sekolah sebagai institusi dapat menopang keberhasilan visi dan misi sekolah. 6) Adanya transparansi dan akuntabilitas manajemen sekolah baik dilihat dari akuntabilitas manajemen maupun akuntabilitas finansial.
f. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Menurut Sagala (2009 : 161) Karakteristik Manajemen Berbasis
Sekolah adalah sebagai berikut :
1) Prestasi pembelajaran dan manajemen sekolah yang efektif.
2) Kepemimpinan sekolah yang visioner dan berjiwa entepreneurship.
3) Menempatkan kewenangan yang bertumpu pada sekolah dan masyarakat 4) Senentiasa melakukan perubahan kearah yang lebih baik. 5) Melakukan analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan dan evaluasi kinerja sesuai dengan visi dan misi untuk mencapai tujuan dan target sekolah. 6) Kesejahteraan personal sekolah yang cukup. 7) Pengelolaan dan penggunaan anggaran yang tepat sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.
g. Komponen Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Sagala (2009 : 169) menyatakan MBS tersusun atas tiga komponen yaitu : 1) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 2) Peran Serta Masyarakat (PSM) 3) Peningkatan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar melalui peningkatan mutu pembelajaran.
Komponen Manajemen Berbasis Sekolah dapat dilihat pada gambar 2.1. berikut ini :
Gambar 2.1. Komponen Manajemen Berbasis SekolahPembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) /Pembelajaran
Kontekstual Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) PENINGKATAN MUTU
PEMBELAJARAN Peran Serta Masyarakat h. Partisipasi Masyarakat dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Masyarakat sebagai pengguna jasa layanan umum pendidikan telah memahami isu manajemen pendidikan berbasis sekolah sebagai inovasi dalam manajemen perubahan pendidikan persekolahan. Masyarakat beranggapan bahwa paradigma baru penyelenggaraan pendidikan memang telah berubah. Sekolah seharusnya dapat memahami apa yang sedang berubah dan bagaimana melakukan manajemen perubahan. Sekolah seharusnya tidak lagi menjadi sebuah sistem tertutup, sekolah seharusnya lebih terbuka kepada masyarakat penggunanya, dan sekolah sebaiknya memberikan kesempatan atau akses yang luas kepada masyarakat (terutama orang tua peserta didik) dalam hal rencana pengembangan sekolah.
Asumsi di atas merupakan merupakan asumsi yang telah terbangun di kalangan masyarakat. Masyarakat telah menyadari bahwa mereka memiliki hak untuk akses ke persekolahan. Masyarakat memiliki keinginan agar lembaga pendidikan melakukan perubahan dalam sistem manajemennya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memang selayaknyalah melakukan perubahan untuk meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan sesuai dengan tuntutan zaman. Pelaksanaan manajermen pendidikan berbasis sekolah harus mendapatkan dukungan dan partisipasi aktif dari masyarakat. Strategi yang dilakukan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara yang ditempuh disesuaikan dengan situasi daerah dan karakteristik sekolah itu berada. Partisipasi masyarakat adalah variabel yang tidak dapat diabaikan dalam menerapkan manajemen pendidikan berbasis sekolah. Masyarakat adalah variabel yang akan memberikan reaksi dan respon secara langsung jika terjadi perubahan di sektor pendidikan.
Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2012 : 125) mengemukakan mengemukakan bentuk partisipasi ideal yang dilakukan masyarakat dalam pengembangan sekolah meliputi :
1) Melibatkan masyarakat dalam berbagai program dan kegiatan di sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial, perpisahan, peringatan hari besar nasional, keagamaan, dan pentas seni. Pelibatan masyarakat disesuaikan dengan hobi, kemampuan, dan pekerjaan mereka dengan program dan kegiatan yang akan dilakukan sekolah.
2) Mengidentifikasi tokoh masyarakat, yaitu orang-orang yang mampu mempengaruhi masyarakat pada umumnya. Tokoh tersebut yang pertama kali harus dihubungi. Tokoh-tokoh tersebut mugkin berasal dari orang-orang tua peserta didik, figur masyarakat, olahragawan, seniman, informal leaders, psikolog, dokter, dan pengusaha. 3) Melibatkan tokoh masyarakat dalam berbagai program dan kegiatan sekolah yang sesuai dengan minatnya. Misalnya olahragawan dapat dilibatkan dalam pembinaan olahraga di sekolah, dokter dapat dilibatkan dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), atau Palang Merah Remaja (PMR). Psikolog dapat dilibatkan dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan. Selanjutnya tokoh masyarakat tersebut dijadikan mediator dengan masyarakat pada umumnya.
4) Memilih waktu yang tepat untuk melibatkan masyarakat sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat. Misalnya awal melibatkan olahragawan dikaitkan dengan kegiatan PORDA, ketika minat masyarakat terhadap olahraga sedang meningkat, awal pelibatan dokter dimulai pada hari Kesehatan Nasional, atau pada saat kegiatan imunisasi di sekolah.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam MBS merupakan syarat penting yang harus ada karena keduanya saling berkaitan satu sama lain. Partisipasi masyarakat harus selalu dilakukan karena sekolah harus bisa bekerjasama dengan masyarakat untuk kemajuan dan pengembangan sekolah. Sekolah seharusnya tidak lagi menjadi sebuah sistem yang tertutup, sekolah seharusnya lebih terbuka kepada masyarakat di lingkungan sekitarnya dan sekolah seharusnya dapat melibatkan masyarakat dalam berbagai program yang di selenggarakan di sekolah untuk kemajuan dan keberhasilan proses pendidikan.
C. Peran Paguyuban Orang Tua Dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Partisipasi dan peran orang tua merupakan keterlibatan orang tua secara nyata dalam suatu kegiatan dan mempunyai maksud tertentu. Partisipasi orang tua dapat berupa gagasan, kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan pendidikan dan pengembangan sekolah. Dalam konteks MBS partisipasi orang tua sangat diperlukan karena sekolah merupakan partner orang tua dalam mengantarkan cita-cita dan membentuk pribadi peserta didik. Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan dan kemajuan sekolah, oleh karena itu penting mengkaji dan memahami cara-cara yang dapat ditempuh untuk menggalang partisipasi orang tua terhadap kegiatan dan pengembangan sekolah khususnya di sekolah dasar. Bentuk dan partisipasi orang tua dalam pengembangan sekolah dilaksanakan melalui wadah paguyuban orang tua siswa di setiap kelas di tingkat sekolah dasar. Bentuk partisipasi yang dapat dilaksanakan oleh paguyuban orang tua siswa yaitu sebagai berikut :
1. Manajemen Keuangan Sekolah Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai tindakan pengurusan atau ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan. (Depdiknas Ditjen Dikdasmen, 2000). Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS, yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bersama komponen-komponen lain.
Menurut Suharno (2008 : 65) Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber yaitu (1) pemerintah, baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan, (2) orang tua atau peserta didik, (3) masyarakat baik mengikat ataupun tidak mengikat. Berkaitan dengan penerimaan keuangan dari orang tua dan masyarakat ditegaskan dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bahwa karena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pemenuhan dana pendidikan, tanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan dana pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Dalam rangka implementasi MBS, manajemen komponen keuangan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai dari tahap penyusunan anggaran, penggunaan, sampai pengawasan dan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar semua dana sekolah benar-benar dimanfaatkan secara efektif, efisien dan tepat sasaran.
Dapat disimpulkan bahwa peran paguyuban orang tua siswa dalam manajemen keuangan adalah orang tua yang tergabung dalam paguyuban berperan untuk menyumbangkan tenaga dam pemikirannya dalam pengelolaan keuangan di sekolah. Masyarakat merupakan mitra dari sekolah sehingga kehadiranya sangat penting bagi pendidikan. Dalam penelitian ini masyarakat dan paguyuban orang tua siswa berperan untuk mengawasi pengelolaan keuangan dan ikut membantu jalannya pengelolaan keuangan di sekolah sehingga dapat lebih transparan dan dapat dirasakan manfaatnya oleh siswanya dalam mendukung proses belajarnya di bangku sekolah khususnya di sekolah dasar.
2. Pengembangan Pembelajaran PAKEM Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Orang tua yang tergabung dalam paguyuban orang tua siswa sangat berperan penting dalam pembelajaran PAKEM. Dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM peran paguyuban orang tua siswa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Menjadi mitra anak dalam belajar di rumah sehingga orang tua dapat berperan untuk mengajari anaknya dalam belajar di rumah.
b. Orang tua dapat memantau segala tingkah laku dan kebiasaan yang dilakukan oleh anaknya sehingga anak akan terdorong untuk selalu melakukan perbuatan yang baik di rumah maupun di sekolah.
c. Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM. d. Menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi pengembangan kreatifitas anak misalnya dengan banyak memberikan pertanyaan, mengecek hasil karya siswa, dan mendorong kreatifitas anak dalam belajar.
3. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, dan penghapusan serta penataan. Manajemen sarana dan prasarana dalam MBS berpedoman pada implementasi MBS. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dilakukan oleh segenap stakeholder yang ada di sekolah.
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun siswa untuk berada di lingkungan sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat- alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran baik guru maupun siswa.
Dapat disimpulkan bahwa peran paguyuban orang tua siswa dalam pengembangan sarana dan prasarana pendidikan yaitu berperan untuk mengelola manajemen sarana dan prasarana sekolah dari perencanaaan, perawatan sampai dengan pembiayaan yang disesuaikan dengan anggaran sekolah. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berupa bantuan yang diberikan oleh pemerintah melalui kementrian pendidikan dapat berupa bantuan pembuatan bangunan induk ruang kelas, perpuatakaan, ruang guru maupun sarana dan parasara lain yang mendukung proses kegiatan belajar dan mengajar di sekolah.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa peran paguyuban orang tua siswa dalam MBS merupakan bentuk partisipasi yang dilakukan oleh orang tua siswa dalam wadah paguyuban yang bertujuan untuk pengembangan program di sekolah untuk kemajuan pendidikan di sekolah tersebut. Sesuai dengan observasi peneliti di lapangan peran paguyuban orang tua siswa dalam penelitian ini di laksanakan dalam tiga jenis program sesuai dengan permasalahannya yaitu, peran paguyuban orang tua siswa dalam manajemen keuangan sekolah, pengembangan pembelajaran PAKEM dan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.
D. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Sekolah Partisipasi merupakan prasyarat penting bagi peningkatan mutu.
Partisipasi sebagai proses interaksi sosial ditentukan oleh proses obyektivasi yang dilakukan oleh individu dalam dunia intersubyektif yang dapat dibedakan oleh kondisi sosiokultural sekolah. Bagi sekolah partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan adalah kenyataan obyektif yang dalam pemahamannya ditentukan oleh kondisi subyektif orang tua siswa.
Partisipasi menuntut adanya pemahaman yang sama atau obyektivasi dari sekolah dan orang tua dalam tujuan sekolah. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan pendidikan dapat dijelaskan dalam tabel 2.2. berikut :
Tabel 2.2. Bentuk Partisipasi Masyarakat Bentuk AktivitasPartisipasi Pihak masyarakat bermusyawarah dengan sekolah dalam Pemerintah menyediakan sarana dan prasarana sekolah MBS Komite sekolah berpartisipasi aktif Pemanfaatan potensi yang ada Masyarakat memiliki gotong royong Partisipasi Kesiapan SDM secara professional masyarakat Stakeholder mendukung program sekolah dalam Menghadiri pertemuan sekolah untuk mengetahui pendidikan perkembangan siswa.
Membantu siswa belajar Mencari sumber untuk memecahkan masalah pendidikan Made Pidarta (2011 : 192) mengemukakan bentuk dukungan dan partisipasi yang dilakukan masyarakat meliputi bentuk partisipasi,bidang partisipasi dan cara yang digunakan dalam berpartisipasi, hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Bentuk partisipasi :
a. Dewan Pendidikan
b. Komite Sekolah
c. Persatuan Orang Tua Siswa (Paguyuban Orang Tua Siswa) d. Perkumpulan Olahraga
e. Perkumpulan Kesenian
f. Organisasi-organisasi pendidikan yang lain
2. Bidang partisipasi antara lain :
a. Kurikulum terutama yang lokal
b. Alat-alat belajar
c. Dana
d. Material untuk bangunan
e. Auditing keuangan
f. Kontrol terhadap kegiatan-kegiatan sekolah
3. Cara berpartisipasi antara lain :
a. Ikut dalam pertemuan
b. Datang ke sekolah
c. Lewat Surat
d. Lewat Telepon
e. Ikut malam kesenian
f. Ikut bazaar Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan sekolah merupakan syarat penting bagi peningkatan mutu sekolah. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan sekolah dapat berupa keikutsertaan masyarakat dalam memberikan gagasan, kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan pendidikan. Dalam rangka MBS, partisipasi masyarakat sangat diperlukan dan sekolah harus menjadi
partner dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan teori
di atas dapat dikelompokan bentuk partisipasi masyarakat dalam pendidikan dibagi menjadi dua yaitu partisipasi dalam MBS dan partisipasi masyarakat dalam pendidikan.
E. Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara lembaga pendidikan dalam hal ini adalah sekolah dengan masyarakat di lingkungan sekitar sekolah tersebut. Hubungan lembaga pendidikan dan masyarakat bersifat timbal balik dan saling mempengaruhi diantara keduanya. Lembaga pendidikan berperan untuk merealisasikan apa yang dicita-citakan oleh masyarakatnya melalui program pelayanan pendidikan yang sesuai dan untuk menciptakan kualitas pendidikan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Maisyaroh (2004) dalam Jurnal Ilmu Pendidikan (2013 : 169) mengatakan bahwa hubungan lembaga pendidikan dan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi antara lembaga pendidikan dan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap kebutuhan dan praktik pendidikan dan pada akhirnya bekerjasama untuk meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga pendidikan. Manajemen hubungan lembaga pendidikan dan masyarakat adalah proses mengelola komunikasi tersebut mulai dari kegiatan perencanaan sampai pada pengendalian terhadap proses dan hasil kegiatannya. Lembaga pendidikan dan masyarakat mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi diantara keduanya. Ada hubungan saling memberi dan saling menerima antara lembaga pendidikan dengan masyarakat sekitarnya. Lembaga pendidikan merealisasi apa yang dicita-citakan oleh warga masyarakat tentang pengembangan putra-putri mereka. Lembaga pendidikan memberikan sesuatu yang sangat berharga kepada masyarakat dalam menjalin hubungan yang bermanfaat. Melalui kontak hubungan dengan masyarakat memudahkan organisasi pendidikan itu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lingkungannya. Lembaga pendidikan lebih mudah menempatkan dirinya di masyarakat dalam arti dapat diterima sebagai bagian dari milik warga masyarakat.
Lembaga pendidikan dapat mengikuti arus dinamika masyarakat lingkungannya. Pendekatan situasional atau contingency memang diperlukan oleh lembaga pendidikan sebagai sistem terbuka. Pendekatan ini mengharuskan lembaga-lembaga itu menaruh perhatian kepada masyarakat, mengamati aspirasi mereka, kebutuhan mereka, kemampuan, dan kondisi mereka. Hubungan kerjasama lembaga dengan masyarakat mengikuti perubahan- perubahan lingkungan dengan pendekatan situasional, memungkinkan lembaga itu tetap berdiri. Sebab berada dan hidup bersama masyarakat dan sekaligus menjadi mercu penerang atau inovator bagi masyarakat.
Manfaat hubungan pendidikan dan masyarakat dibagi menjadi dua yaitu manfaat bagi lembaga pendidikan dan manfaat bagi masyarakat. Secara terinci manfaat hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat disajikan pada tabel 2.3. berikut :
7. Memudahkan meminta bantuan dari masyarakat
4. Melakukan usul-usul terhadap lembaga pendidikan
3. Menyalurkan kebutuhan berpartisipasi dalam pendidikan
2. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tentang pendidikan lebih mudah diwujudkan
1. Tahu hal-hal persekolahan dan inovasinya
9. Memudahkan menggunakan narasumber
8. Memudahkan pemakaian media pendidikan masyarakat
6. Mendapatkan dukungan moral dari masyarakat
Tabel 2.3. Manfaat Hubungan Pendidikan Dan Masyarakat5. Mendapat koreksi dari kelompok masyarakat
4. Konsep masyarakat tentang guru/dosen menjadi benar
3. Memperbesar usaha meningkatkan profesi mengajar
2. Memudahkan perbaikan pendidikan
1. Memperbesar dorongan mawas diri
Bagi lembaga pendidikan Bagi masyarakat
(Sumber : Made Pidarta : 2011 : 188) Made Pidarta (2011 : 197) menyebutkan lima cara lembaga pendidikan mengadakan kontak hubungan dengan masyarakat yaitu : (1) melalui aktivitas- aktivitas kurikuler, (2) aktivitas-aktivitas para pengajar, (3) ekstrakurikuler, (4) kunjungan masyarakat atau para orang tua ke lembaga pendidikan, (5) melalui media masa. Kegiatan proses belajar mengajar dapat dipakai alat untuk menghubungkan lembaga pendidikan dengan masyarakat. Kegiatan itu bisa berupa mencari bahan-bahan pelajaran di masyarakat, mengamati obyek-obyek di masyarakat, tanya jawab tentang sesuatu dengan masyarakat, magang, dan melakukan penelitian.
Selain hubungan dengan proses belajar mengajar aktivitas siswa ini juga dapat dihubungkan dengan usaha penyebaran informasi tentang lembaga pendidikan ke masyarakat. Aktivitas yang erat kaitanya dengan belajar di masyarakat ialah kegiatan ko kurikuler dan ekstrakurikuler. Tempat belajar ini tidak harus di halaman sekolah, melainkan seringkali di masyarakat. Macam- macam kegiatan ini misalnya olahraga, pramuka, kesenian, keagamaan, eksperimen sederhana, membuat proyek tertentu, membentuk miniature, kegiatan sosial, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan itu dapat melibatkan beberapa warga masyarakat yang memiliki keterampilan dan menaruh perhatian.
Sejalan dengan hal itu kunjungan warga masyarakat ke lembaga- lembaga pendidikan di Indonesia masih langka. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurang sadarnya mereka akan tanggung jawab bersama dalam pendidikan dan ditambah dengan kesibukan mereka dalam mengurus pekerjaan sehari-hari.
Oleh karena itu setiap ada kesempatan untuk bertemua dengan warga masyarakat, seharusnya para manajer pendidikan memberikan informasi tentang pentingnya bertukarpikiran dan bahwa lembaga selalu membuka pintu kepada setiap warga masyarakat yang ingin berkunjung ke lembaga pendidikan. Berdasarkan kenyataan bahwa masyarakat jarang memanfaatkan kesempatan berkunjung ke lembaga pendidikan tersebut di atas, maka lembagalah yang sebaiknya berinisiatif mengundang mereka untuk mengadakan pertemuan. Pertemuan ini dapat diadakan di lembaga maupun di masyarakat.
Ada bermacam-macam media masa yang dapat dipakai kontak hubungan mengadakan kontak hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat.
Macam-macam media itu ialah publikasi lembaga berupa majalah, bulletin, atau surat kabar, publikasi masyarakat seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan sebagainya. Bagi publikasi lembaga, sudah tentu warga lembaga itu sendiri terutama yang harus mengisinya. Tetapi untuk media masa di luar lembaga cukup sulit mengharapkan isi yang sering mengandung pendidikan karena bukan bidangnya. Untuk itu warga lembaga pendidikanlah hendaklah berdiri paling depan dalam rangka penulisan atau siaran-siaran yang mengandung pendidikan.
Jika diliihat dari sisi maknannya, hubungan sekolah dan masyarakat memiliki pengertian yang sangat luas sehingga masing-masing ahli memiliki persepsi yaitu berbeda-bada, seperti diungkapkan bahwa hubungan masyrakat dengan sekolah menerapkan komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik baik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama antara pemenuhan kepentingan bersama (International Public Relation Association) Tujuan komunikasi atau dalam hal ini hubungan sekolah dan masyarakat yang dilakukan oleh lembaga selama ini masih bersifat one way traffic
communication sehingga muncul kesan bahwa lembaga hanya mengharapkan
dukungan masyarakat hanya untuk mempertahankan eksisitensi kelembagaan semata, bahkan kesan lain semata sementara kebutuhan masyarakat terhadap lembaga kurang diperhatikan.
Berikutnya saluran komunikasi yang dilakukan oleh lembaga dapat dilakukan melalui beberapa saluran dintaranya (1) transparansi laporan keuangan sekolah terhadap oreang tua murid, (2) bulletin sekolah, (3) surat kabar, (4) pemeran sekolah, (5) open house, (6) kunjungan ke sekolah, (7) kunjungan ke rumah siswa, (8) penjelasan oleh staf sekolah, (9) gambaran keadaan sekolah melalui siswa, (10) melalui radio dan televisi. (11) laporan tahunan dan lain-lain.
Ngalim Purwanto (2009 : 194-195) menyatakan bahwa hubungan kerjasama sekolah dan masyarakat digolongkan sebagai berikut :
1. Hubungan Edukatif Hubungan edukatif merupakan hubungan kerjasama dalam hal mendidik antara guru di sekolah dan orang tua di keluarga. Cara kerjasama tersebut dapat direalisasikan dengan mengadakan pertemuan yang direncanakan secara periodik antara guru-guru disekolah dengan orang tua siswa mengenai masalah-masalah pendidikan yang serng terdapat di sekolah dan di dalam keluarga.
2. Hubungan Kultural Yang dimaksud dengan hubungan cultural adalah usaha kerjasama antara sekolah dan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada.
3. Hubungan Institusional Hubungan institusional adalah hubungan antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lain, baik swasta maupun pemerintah.
Dalam keseluruhan sistem di atas, masyarakat merupakan :
a. Sumber (supplier) yang menyediakan peserta didik, guru, sarana dan prasarana penyelenggaraan sekolah.
b. Konsumen hasil pendidikan di sekolah, yang menerima kembali dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi lulusan sekolah itu.
c. Peserta dalam proses pendidikan di sekolah, yang terus menerus mengikuti dan turut mempengaruhi proses pendidikan di sekolah.
Dari pembahasan mengenai fungsi sekolah dalam masyarakat dan fungsi masyarakat dalam pendidikan, maka fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat dirumuskan sebagai berikut :
a. Mengembangkan pengertian masyarakat tentang semua aspek pelaksanaan program pendidikan di sekolah.
b. Dapat menetapkan bagaimana harapan masyarakat terhadap sekolah dan apa harapannya mengenai tujuan pendidikan di sekolah.
c. Memperoleh bantuan secukupnya dari masyarakat untuk sekolahnya, baik finansial, material maupun moril d. Menimbulkan rasa tanggung jawab yang lebih besar pada masyarakat terhadap kualitas pendidikan yang dapat diberikan oleh sekolah.
e. Merealisasikan perubahan-perubahan yang diperlukan dan memperoleh fasilitas dalam merealisasikan perubahan-perubahan itu. f. Mengikutsertakan masyarakat secara kooperatif dalam usaha-usaha memecahkan masalah pendidikan.
g. Meningkatkan semangat kerjasama antara sekolah dengan masyarakat, dan meningkatkan partisipasi kepemimpinan untuk meningkatkan kehidupan dalam masyarakat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan proses komunikasi dan hubungan antara lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah dengan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah tersebut yang bersifat timbal balik dan bertujuan untuk kemajuan pendidikan di sekolah tersebut. Lembaga pendidikan dan masyarakat mempunyai hubungan saling mempengaruhi diantara kedua lembaga tersebut karena lembaga pendidikan memberikan sesuatu yang sangat berharga kepada masyarakat. Lembaga pendidikan berperan untuk merealisasikan apa yang dicita-citakan oleh masyarakat melalui pelayanan pendidikan yang diberikan oleh sekolah dan untuk menciptakan output dan lulusan pendidikan yang dapat bersaing di masa yang akan datang.
F. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan salah satu referensi untuk menunjukkan bahwa topik penelitian ini menarik untuk dijadikan penelitian, namun tidak memiliki kesamaan dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, Penelitian yang relevan ini dapat menambah pembahasan mengenai peran paguyuban orang tua siswa dalam pengembangan sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) khususnya di sekolah dasar. Penelitian yang relevan ini dilakukan oleh : a.
Anneke Kusuma Wardhani, 2009 tentang “Peran Paguyuban Kelas Orang Tua Siswa Dalam Peningkatan Mutu Sekolah (Studi Kasus di Sekolah Dasar Kasin Malang)” jenis penelitian kualitatif. Penelitian tersebut berisi kegiatan yang terdapat dalam paguyuban orang tua siswa yang terbentuk di masing-masing kelas di SD Negeri Kasin Malang. Peran kepala sekolah untuk mengaktifkan organisasi paguyuban tersebut dengan cara mengikutsertakan orang tua / wali siswa dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah dan secara tidak langsung akan mengaktifkan paguyuban orang tua siswa. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa paguyuban orang tua siswa dibentuk bertujuan agar orang tua dapat terlibat dalam berbagai program yang di selenggarakan di sekolah dan ikut dalam peran aktif dalam pengembangan mutu sekolah kearah lebih baik.
b. Sulistyorini, 2012 tentang “Peran Serta Masyarakat Dalam Pengembangan Sekolah (Studi Multi-Kasus tiga sekolah dasar di Kabupaten Blitar). Penelitian ini menjelaskan tentang peran serta masyarakat di tiga sekolah dasar dalam pengembangan program kegiatan di sekolah. Program kegiatan yang dimaksud yaitu, peran serta kelembagaan masyarakat dalam pengembangan sekolah, peran serta masyarakat dalam pengembangan kurikulum dan peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah.
c.
Euis Awaly, 2010 tentang “Peran Kepala Sekolah, Guru dan Masyarakat dalam penerapan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SD Negeri Kamulyan Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas”. Penelitian ini berisi tentang keterlibatan kepala sekolah, guru, komite sekolah dan masyarakat dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Keberhasilan pendidikan di sekolah dasar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor pendukung keberhasilan pendidikan adalah peran aktif masyarakat di bidang pendidikan. Untuk itu kemampuan dan partisipasi masyarakat harus secara terus menerus diberdayakan dan ditingkatkan melalui cara- cara yang persuasif.
Setelah mengkaji beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan paguyuban orang tua siswa.
Paguyuban orang tua siswa bertujuan untuk menggalang partisipasi masyarakat yang tergabung dalam wadah organisasi. Penggalangan partisipasi tersebut dimaksudkan agar orang tua terlibat dalam berbagai program yang diselenggarakan di sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan dan pengembangan sekolah di sekolah dasar. Penelitian yang akan dilaksanakan ini mencakup kepada peran paguyuban orang tua siswa dalam pengembangan sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang mencakup manajemen keuangan sekolah, pengembangan pembelajaran PAKEM dan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dasar.
G. Kerangka Berpikir
Partisipasi masyarakat merupakan prasyarat penting bagi peningkatan mutu sekolah. Kerangka pikir pemberdayaan masyarakat pendidikan diantaranya melibatkan masyarakat dalam menggali sumber dana dan pengembangan sumber daya manusianya. Sebab hal ini berkaitan erat dengan prinsip yang menyebutkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama segenap komponen masyarakat tanpa membedakan antara yang satu dengan lainnya. Masyarakat akan menjadi tumpuan atas peningkatan dan pelayanan mutu pendidikan yang di selenggarakan di sekolah, sehingga hubungan yang harmonis antara masyarakat dan sekolah akan meningkatkan dampak yang berarti bagi peningakatan mutu pendidikan.
Peran dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan sekolah dilaksanakan melalui wadah organisasi paguyuban orang tua siswa di sekolah dasar. Paguyuban orang tua siswa merupakan wadah organisasi yang menjadi penghubung antara sekolah dengan orang tua siswa dalam pengembangan sekolah yang anggotanya terdiri dari orang tua atau wali siswa yang setiap kelas berbeda kepengurusannya. Paguyuban orang tua siswa juga bertujuan untuk menciptakan hubungan yang baik antara guru atau wali kelas dengan orang tua siswa untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Peran dan fungsi dari paguyuban orang tua siswa adalah sebagai mitra sekolah dalam pengembangan sekolah dalam setiap program yang dilaksanakan oleh sekolah.
Paguyuban orang tua siswa juga berfungsi untuk menampung aspirasi, ide, tuntutan dari orang tua terhadap proses belajar mengajar di kelas.
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui peran paguyuban orang tua siswa dalam pengembangan sekolah melalui MBS khususnya di sekolah dasar yang menjadi obyek penelitian. Fokus penelitian ini membahas tentang peran paguyuban orang tua siswa dalam manajemen keuangan sekolah, pengembangan pembelajaran PAKEM dan manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dasar. Penelitian ini mencakup peran serta masyarakat dalam hubungannya dengan MBS, peran sekolah dalam memberdayakan orang tua siswa melalui wadah paguyuban dan kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan paguyuban orang tua siswa serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang mungkin muncul dalam pelaksanaan paguyuban orang tua siswa di sekolah dasar. Berdasarkan uraian maka kerangka berpikir penelitian ini tersaji pada gambar 2.5. berikut :
Rendahnya peran serta masyarakat dalam
pendidikan
Melembagakan MBS di sekolah dasar pada aspek peran serta
masyarakat
Pengembangan sekolah dengan dibentuk paguyuban orang tua
siswa di sekolah dasar
Manajemen keuangan sekolah, pengembangan pembelajaran PAKEM, pengembangan sarana
dan prasarana serta kendala dalam pelaksanaan paguyuban orang tua siswa di SDN 1 PNC,