BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Fiqih Kartika Murti BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Mutiah (2010: 2) Pendidikan Anak Usia Dini merupakan

  rentangan usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan melalui stimulasi/intervensi secara tepat agar potensi anak dapat berkembang sesuai dengan harapan. Kemampuan yang dikembangkan meliputi kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan moral keagamaan.

  Hal ini sejalan dengan pandangan Hurlock (dalam dewi, 2005: 1) yang mengatakan bahwa masa usia dini merupakan Golden Age Moment (masa keemasan) dalam perkembangannya mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan. Sedangkan Dewi (2005:1) menandaskankan bahwa mengingat masa emas tersebut, perhataian para pendidik terhadap anak usia dini dirasakan semakin penting.

  Pendidikan anak dapat diperoleh melalui pendidikan formal (sekolah), non formal (masyarakat) dan informal (keluarga). Dalam pendidikan formal, menurut pandangan kontruksivisme (dalam Desmita, 2010: 2) terdapat dua komponen yaitu kedatangan murid dan guru dimana guru sebagai pengajar mengondisikan siswa sehingga memungkinkan berlangsungnya peristiwa belajar.

  Menurut Willian H. Burton (dalam Desmita, 2010;2) mengajar merupakan suatu upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan, dan

  1 dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar dimana terjadi umpan balik antara guru dan siswa. Seorang guru hendaknya menguasai penguasaan materi dan pengetahuan yang cukup agar mampu membekali anak dengan sejumlah pengetahuan dan ketrampilan yang menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas anak. Selain itu, guru juga harus memahami karakteristik masing-masing anak. Anak memiliki pribadi yang unik dan berbeda satu sama lain. Mereka lahir dari berbagai latar belakang yang berbeda dari segi agama, kultur, maupun sosial ekonomi.

  Anak-anak tersebut juga memiliki tingkat kecerdasan, kreatifitas dan perkembangan yang berbeda-beda satu sama lain, sehingga proses pembelajaran harus memperhatikan dari faktor tersebut. Dalam kehidupan anak, mereka mengalami tahapan perkembangan meliputi fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan moral keagamaan yang berbeda satu sama lain dan saling memiliki keterkaitan. Perkembangan fisik meliputi motorik halus dan motorik kasar.

  Menurut Spencer dkk (dalam Santrock, 2007;207) penguasaan keterampilan motorik memerlukan upaya aktif anak dalam mengkoordinasi beberapa komponen tersebut, namun anak masih membutuhkan stimulus yang tepat untuk mengembangkannya. Memiliki keterampilan motorik halus tidak semudah yang dibayangkan, semua itu melalui proses yang panjang dan rumit.

  Setiap anak dalam kegiatan pembelajaran di sekolah tidak akan pernah lepas dari kegiatan yang melatih motorik halus mereka. Ketika kegiatan berlangsung tanpa ada metode yang tepat untuk anak, mereka akan lebih mudah merasa lelah dan bosan. Tidak semua anak mampu dengan baik melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Menulis, menggambar, menempel, dan mewarnai merupakan beberapa kegiatan yang mampu melatih ketrampilan motorik halus anak. Ketrampilan motorik halus menunjang kreatifitas anak dalam berkarya dan menyelesaikan tugasnya. Oleh karena itu anak memperoleh kesempatan untuk bereksplorasi sesuai dengan imajinasinya, namun masih tetap dalam bimbingan guru.

  Setiap anak kelompok TK A2 di TK IT Annida Sokaraja yang nantinya tumbuh menjadai pribadi yang unggul maka haruslah mempunyai ketrampilan yang memadai untuk menunjang masa depannya. Seorang anak hendaknya mempunyai kemampuan motorik halus yang baik, karena kemampuan motorik halus akan menunjang kreatifitas dan bakatnya. Kemampuan motorik halus anak tidak terlepas dari kemampuan yang lain, salah satunya sensorik dan perseptual. Kemampuan ini sering tidak saling berkembang dengan baik, yang berpengaruh terhadap hasil karya anak.

  Anak tidak pernah terlepas dari bayangan imajinasinya, imajinasi anak sangat mendukung terhadap hasil karya yang dibuat anak. Terkadang anak sudah mengerti tentang suatu konsep tertentu melalui bayangan imajinasinya akan tetapi kemampuan sensorik anak pada saat menuangkannya dalam bentuk tulisan maupun hasil karya belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terkait dengan kemampuan motorik halusnya, stimulus dari guru membantunya untuk berimajinasi sesuai dengan penjelasan dari guru.

  Berdasarkan hasil pengamatan dari peneliti terhadap anak TK IT Annida Sokaraja khususnya kelompok TK A2 semester genap terdapat sekitar 90% yang kemampuan motorik halusnya masih kurang, dalam arti anak masih banyak yang belum mampu menuangkan imajinasinya secara tepat tentang suatu konsep yang telah mereka kenal dan pahami. Ketika mereka mengerjakan tugas menulis atau menebalakan yang sebelumnya guru telah mencontohkan dan memberi arahan petunjuk penyelesaian tugas, mereka masih belum sesuai dengan yang dicontohkan guru, walaupun ada beberapa anak yang sudah mampu menyelesaikan dengan baik. Pada saat kegiatan membuat garis, misalnya garis miring dari hasil karya anak ternyata masih banyak anak yang membuat garis lurus, walaupun sebenarnya mereka sudah cukup mengerti mengenai konsep garis.

  Gejala yang demikian menunjukkan bahwa sebenarnya kemampuan motorik halus anak masih sangat kurang dalam konteks fisual motorik anak.

  Walaupun pemahaman mereka mengenai konsep-konsep materi yang disampaikan sudah mulai mengerti.

  Sesuai dengan tujuan pembelajaran di TK IT Annida Sokaraja khususnya kelompok TK A2, yakni untuk mendidik anak mempunyai kemampuan yang cukup untuk bekalnya menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, maka seorang guru memiliki peran yang amat penting karena seorang guru diharapkan menguasai metode-metode pengajaran dan sekaligus mau mempraktikannya. Kemampuan motorik halus tidak hanya diajarkan melalui pembelajaran menulis semata, melainkan praktek kegiatan yang lain dan tidak membosankan yang secara terus menerus dan berkelanjutan.

  Kemampuan anak dalam kegiatan motorik halus bukan hanya tergantung dari bagaimana guru itu menstimulus kemampuan motorik halusnya. Banyak faktor yang menyebabkan anak tidak memiliki kemampuan motorik halus yang baik. Salah satunya karena metode yang digunakan membosankan dan kurang menarik anak. Ketika anak tidak mampu menyelesaikan tugasnya maka anak akan buru-buru mengeluh dan merasa malas untuk melanjutkannya. Disamping hal demikian, kemampuan anak dalam memegang pensil masih kurang kuat.

  Sebelum anak menyelesaikan tugasnya, guru menjelaskan langkah- langkah yang akan dikerjakan. Melalui kegiatan bermain lidi warna dimungkinkan anak untuk bisa menempel dan meraba secara langsung mengenai bentuk garis. Ketika mereka hanya dijelaskan melalui penjelasan dan contoh dari guru, anak belum mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik.

  Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis berupaya meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan bermain lidi warna pada anak kelompok TK A2 di TK IT Annida Sokaraja Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas Semester Genap tahun ajaran 2012/2013. Dengan kegiatan menempel lidi berwarna ini anak memperoleh ransangan sensori motor melalui rabaan lidi yang di tempel, kemudian menebalkan garis sesuai dengan bentuk garis yang ditempel lidi berwarna.

  Pada hakekatnya kegiatan yang bervariasi merupakan suatu metode untuk menghilangkan rasa bosan anak. Sebelum menulis hendaknya anak harus benar-benar menguasai tentang konsep garis yang akan di tulis. Oleh karena itu sebelum menebalkan garis anak menempel lidi berwarna pada garis garis tegak, datar, miring dan lengkung.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas secara umum maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “Apakah kegiatan bermain lidi warna dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok TK A2 di TK IT Annida Sokaraja Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas Semester Genap tahun ajaran 2012/2013?”.

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kegiatan bermain lidi warna dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok TK A2 di TK

  IT Annida Sokaraja Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas Semester Genap tahun ajaran 2012/2013.

  D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

  Dari fenomena yang ada pada latar belakang masalah anak yaitu anak yang kemampuan motorik halusnya kurang berkembang, koordinasi antara fisual motoriknya kurang berkembang, hal tersebut terjadi pada beberapa anak. Oleh karena itu dengan upaya mengetahui kemapuan motorik halus anak dengan kegiatan bermain lidi warna dapat dibuktikan benar tidaknya keadaan itu. Apakah kejadian itu terjadi pada beberapa anak atau terjadi pada sebagian anak.

  Kejadian yang dialami oleh anak kelompok TK A2 TK IT Annida Sokaraja setelah teridentifikasi siapa saja yang mengalami kejadian tersebut, maka dapat dicarikan solusi untuk mengatasi masalah yang dialami oleh anak-anak yang bersangkutan.

2. Manfaat Praktis

  Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan motorik halus anak, data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil karya anak setelah menempel lidi berwarna dan menebalkan garis. Data tersebut dapat memberikan gambaran berapa banyak anak yang mengalami masalah pada fenomena yang dijelaskan pada latar belakang di atas.

  Dari data itu, dianalisis dan kemudian dapat diketahui bagaimanakah kemampuan motorik halus anak kelompok TK A2 di TK

  IT Annida Sokaraja semester genap tahun ajaran 2012/2013 dengan menggunakan kegiatan bermain lidi berwarna.