BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Belajar - BAB II LASI DWI HARIYANTI PGSD'12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana

  perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, dan juga suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, proses yang terjadi pada manusia dengan pikiran, merasa dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkan untuk menghasilkan sebuah prilaku, pengetahuan atau teknologi atau berupa karya manusia. Purwanto (1990:85).

  Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. (Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 7).

  Belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah di pahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Trianto (2009:15)

  Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-

  

8

  9

  perubahan alam , pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan sebagai hasil belajar ditunjukan dalam berbagai bentuk aspek tingkah laku dan perubahan itu bersifat relative konstan dan berbekas. (Winkel, 1996:53).

  Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku seseorang yang dilakukan secara sadar dan aktif melalui mental dan psikis dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar juga kunci vital dalam setiap usaha pendidik, sehingga pada dasarnya tidak ada belajar tanpa pendidikan.

  Menurut Piaget (dalam Dimyati: 2008:13) berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi dengan lingkungan maka fungsi inteklek semakin berkembang. Perkembangan intelektual melaui tahap – tahap berikut (i) sensor motor (0,0- 2,0 tahun) (ii) pra – operasional (2,0 - 7,0 tahun) (iii) operasional kongkret (7,0-11,0 tahun) dan (iv) operasional formal (11,0 tahun–ke atas).

  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua golongan yaitu : a.

  Faktor individu Faktor individu adalah faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri antara lain :

  1) Faktor kematangan dan pertumbuhan

  2) Faktor kecerdasan

  3) Faktor latihan dan ulangan

  4) Faktor motivasi

  5) Faktor pribadi b.

  Faktor sosial Faktor sosial adalah faktor di luar individu antara lain : 1)

  Faktor keluarga atau faktor keadaan rumah tangga 2)

  Faktor guru dan cara mengajar 3)

  Alat-alat yang dipengaruhi dalam belajar mengajar 4)

  Lingkungan dan kesempatan yang tersedia 5)

  Faktor motivasi sosial (Purwanto 1990 : 102 – 105) Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah faktor individu antara lain kemampuan yang dimiliki siswa, sedangkan faktor sosial antara lain strategi pembelajaran yang digunakan guru di dalam proses belajar mengajar.

  Untuk mencapai hasil belajar kita melewati unsure-unsur belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar ada 4 unsur yang pokok.

  Unsur pertama dalam proses belajar mengajar yaitu tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar

  10

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

  11

  mengajar pada hakekatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasi oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya. Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara untuk teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan sedangkan penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain peneilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahiu keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

  Horward Kingsley (Sudjana, 2010 : 22) membagi tiga macam hasil belajar yakni (a) ketrampilan dan kebiasaan (b) pengetahuan dan pengertian (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

  Sedangkan Gagne membagi lima katagori hasil belajar, yaitu (a) informal ferbal, (b) ketrampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) Ketrampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin

  Bloom yang secara garis besar membagi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

  Menurut Sudjana (2010:22) ada tiga ranah hasil belajar adalah kognitif, afektif, psikomotor. Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni: 1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,yakni pengetahuan atau ingatan,pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Dalam penelitian ini ranah kognitif yang akan diteliti adalah ranah pemahaman, penerapan dan analisis siswa pada materi IPA yang diperoleh melalui hasil tes.

Tabel 2.1. rancangan kisi-kisi Hasil Belajar Kognitif

  No Indikator Kognitif Aspek

  1. Siswa dapat memahami konsep tentang gaya Pengetahuan

  2. Siswa Dapat mendemontrasikan adanya perubahan kedudukan yang diakibatan gaya

  Penerapan

  3. Menyebutkan macam-macam gaya berdasarkan kegiatan yang dilakukan Pemahaman

  4. Menyimpulkan bahwa Gaya tidak

  dapat dilihat, gaya dapat diketahui sumbernya, pengaruhnya,dan besarnya.

  Pemahaman

  5. Membedakan Macam jenis gaya berdasar sumber gayanya Analisis

  12

  2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilain, organisasi, dan internalisasi. Dalam penelitian ini, penilaian aspek afektif ditekankan pada semua aspek.

  Partisipasi Siswa merasa senang me nerangkam materi pem belajaran kepada teman

  3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan

  8 Siswa menghormati pendapat teman Organisasi Siswa bersedia dan mau menghormati pendapat teman

  7 Siswa mengemukakan ide / gagasan Partisipasi Siswa berkeinginan mengemukakan ide/ gagasan

  Siswa bersedia untuk saling membantu teman dalam memahami pembelajaran

  Penilaian/ Penentuan Sikap

  6 Siswa saling membantu dalam rangka pemahaman materi

  5 Siswa menerangkan materi pembelajaran kepada teman

Tabel 2.2. Rancangan Kisi-kisi Hasil Belajar Afektif

  4 Siswa berdiskusi dalam kelompok Organisasi Siswa terbuka dalam berdiskusi dengan kelompok

  Siswa bersedia bertanya kepada guru

  3 Siswa bertanya kepada guru Pembentuka n pola hidup

  2 Siswa mendengarkan penjelasan guru Penerimaan Siswa bersedia mengikuti pembelajaran dengan baik

  1 Siswa mengikuti pembelajaran Penerimaan Siswa bersedia mengikuti pembelajaran dengan baik

  No Indikator Afektif Aspek Kegiatan

  13 refleks, (b) ketrampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perceptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan ketrampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Dalam penelitian ini, aspek psikomotor akan difokuskan pada jenis katagori persepsi, kesiapan, dan menirukan.

Tabel 2.2. Rancangan Kisi-kisi Hasil Belajar Psikomotirik

  No Insikator Psikomotorik Aspek Kegiatan

  1. Minat dan gairah dalam melakukan percobaan

  Kesiapan Siswa berkeinginan da-lam melakukan per-cobaan

  2. Melakukan percobaan untuk menemukan sesuai petunjuk

  Persepsi Siswa memahami dalam melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk

  3. Mampu menunjukan hasil yang baik Kesiapan Siswa mampu mengerjakan dengan hasil yang baik

  4. Dapat menggunakan hasil percobaan yang telah dilakukan

  Menirukan Siswa mencoba dan berlatih menggunakan alat peraga/ media yang telah dibuat ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.

  Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran, namaun dengan begitu lantas melupakan aspek pada ranah afektif dan psikomotor. Ranah afektif dan psikomotor juga harus diperhatikan sebagai bentuk hasil belajar.

  14

  15

  b. Tujuan dan fungsi evaluasi hasil belajar Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapat informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjut. Tindak lanjut tersebut merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa (1) penempatan pada tempat yang tepat, (2) pemberian umpan balik, (3) diagnosis kesulitan belajar siswa, atau (4) penentuan kelulusan. Silverius (1991:9).

2. Gaya a.

  Pengertian Gaya Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan yang dapat menyebabkan benda bergerak. Apabila kita menarik atau mendorong suatu benda, berarti kita memberikan gaya pada benda tersebut. Untuk melakukan suatu gaya diperlukan tenaga. Gaya tidak dapat dilihat, tetapi pengaruhnya dapat dirasakan.

  Gaya ada yang kuat dan ada yang lemah. Semakin besar gaya yang dilakukan, semakin besar pula tenaga yang diperlukan. Adapun contoh gaya dalam kehidupan sehari-hari diantaranya : menarik dan mendorong pintu, mengayuh sepeda, menendang bola, melempar bola, tukang bakso mendorong gerobaknya, mobil bergerak ke arah depan atau ke belakang, dan sebagainya.

  16

  b.

  Sifat-sifat Gaya Gaya memiliki sifat-sifat tertentu yang mempengaruhi suatu benda, antara lain :

  1) Gaya dapat Mengubah Bentuk Benda

  Gaya dapat mengubah bentuk benda apabila tarikan atau dorongan yang menyebabkan bentuk benda berubah. Adapun contoh gaya yang dapat mengubah bentuk benda diantaranya tanah liat ditekan oleh jari, karet gelang yang ditarik oleh tangan, membuat mainan dari plestisin, telur dimasak saat digoreng, botol air minum ditekan oleh jari dan lain sebagainya.

  (Sumber: Heri Sulistyanto, 2008: 96). (Sumber: Heri Sulistyanto., 2008: 96).

Gambar 2.1 Tanah Liat Berubah Bentuk Karena Pengaruh Gaya.

  2) Gaya dapat Mengubah Arah Gerakan Benda

  Gaya dapat mengubah arah gerakan benda apabila ada tarikan atau dorongan yang menyebabkan arah benda berubah.

  17

  Adapun contoh gaya yang dapat mengubah arah gerakan benda diantaranya, sebagai berikut : a) Meja didorong ke arah kiri atau ke kanan.

  b) Pintu ditarik kebelakang dan di dorong ke depan.

  c) Membuka dan menutup buku.

  d) Menendang bola ke arah depan, ke belakang, ke samping dan ke atas.

  e) Mobil yang mogok bergerak ke arah depan atau ke belakangkarena ditarik atau di dorong.

  (Sumber: Heri Sulistyanto 2008: 94).

Gambar 2.2 Mobil mogok bergerak kedepan dan kebelakang akibat Gaya dorong.

  c.

  Macam-Macam Gaya 1)

  Gaya Gesek Gaya gesek adalah gaya yang ditimbulkan oleh persentuhan /gesekan antara dua benda. Adapun contoh gaya gesek dalam kehidupan sehari-hari diantaranya, sebagai berikut:

  18

  a) Sepatu bersentuhan dengan lantai

  b) Ban motor bersentuhan dengan aspal

  c) Balpoint bersentuhan dengan buku

  d) Amplas bersentuhan dengan kayu

  e) Ban gerobak bersentuhan dengan jalan

  Gaya gesek juga dapat menimbulkan panas misalnya gesekan tangan. Dan juga dapat menimbulkan bunyi misalnya senar biola digesek sehingga biola dapat berbunyi. Semakin kuat menggesek, suara yang ditimbulkan semakin keras.

  2) Gaya Pegas Gaya pegas adalah gaya yang ditimbulkan oleh benda yang elastis.

  Atau gaya yang dapat mengembalikan bentuk benda ke semula. Adapun contoh gaya pegas diantaranya karet dan per. 3)

  Gaya Magnet Gaya magnet adalah gaya yang ditimbulkan oleh magnet.

  Magnet memiliki sifat dapat menarik benda-benda yang terbuat dari besi. Benda yang dapat ditarik oleh magnet dikatakan bersifat magnetis misalnya jarum, skrup dan lain-lain. Sedangkan benda- benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet bersifat tidak magnetis misalnya kayu, kaca, plastik, karet dan lain-lain.

  Gaya magnet banyak digunakan untuk membantu pekerjaan manusia. Ada alat-alat yang menggunakan gaya magnet

  19

  yang besar untuk mengangkat sampah. Dalam kehidupan sehari- hari magnet banyak digunakan antara lain untuk: penggunaan jarum kompas, speaker TV, radio, telepon, pintu lemari es, dinamo, dan mainan anak-anak

  Magnet memiliki kutub pada kedua ujungnya, yaitu kutub U dan S. kutub U singkatan dari utara dan kutub S singkatan dari selatan. Gaya magnet mampu menembus penghalang, yaitu benda non-magnetis. Gaya tarik magnet masih berpengaruh terhadap benda magnetis dibalik penghalang. Namun demikian jika penghalang itu terlalu tebal maka pengaruh magnet bisa hilang, dengan demikian kekuatan gaya magnet dipengaruhi oleh ketebalan penghalang antara magnet dan benda non-magnetis. Dari faktor ketebalan itu, berarti juga menentukan faktor lain yang masih ada hubungannya yaitu jarak magnet terhadap benda magnetis. Makin dekat jarak benda ke magnet maka makin kuat gaya tarik magnet tersebut. 4)

  Gaya Gravitasi Gaya gravitasi bumi adalah gaya yang ditimbulkan oleh tarikan bumi. Gaya gravitasi menyebabkan benda-benda jatuh ke bawah. Besarnya gaya gravitasi pada benda tergantung pada massa benda. Adapun contoh gaya gravitasi diantaranya, buah jatuh dari pohon, benda jatuh ke bawah dan lain-lain.

  20

3. Penemuan Terbimbing a.

  Pengertian Metode Penemuan Terbimbing Model penemuan terbimbing adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa di beritahukan atau diceramahkan saja (Suryosubroto 2009:178).

  Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat “ menemukan “ prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarah.

  Metode penemuan ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. (Roestiyah,2008:20).

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penemuan terbimbing adalah suatau metode yang proses belajar mengajarnya membebaskan siswanya menemukan sendiri informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan belajar.

  Siswa belajar memecahkan masalah secara mandiri dengan ketrampilan berpikir sebab mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi (Saminanto 2010 : 23).

  21

  Pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri. Siswa belajar melalui ketrelibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip- prinsip untuk diri mereka sendiri. Pembelajaran ini membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk bekerja sampai menemukan jawabanya.

  Model Penemuan Terbimbing ini sering digunakan disekolah- sekolah, hal ini disebabkan karena metode penemuan itu :

1. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.

  2. Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan tidak mudah dilupakan anak.

  3. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditr- ansfer dalam situasi lain.

  4. Dengan menggunakan strategi penemuan anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri.

  22

  5. Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problem yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat (Suryosubroto 2009:177).

  Agar siswa-siswa dapat mengetahui dan memahami proses penemuan, mereka perlu dibimbing antara lain dengan menggunakan pengamatan dan pengukuran langsung atau diarahkan untuk mencari hubungan dalam wujud ”pola” atau bekerja secara induktif berdasarkan fakta-fakta khusus untuk memperoleh aturan umum. Secara khusus interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran terbimbing adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3 : Gambaran Interaksi Guru & Siswa dalam model pembelajaran terbimbing.

  Interaksi dapat pula dilakukan antara siswa baik dalam kelompok- kelompok kecil maupun kelompok besar (kelas). Dalam melakukan aktifitas atau penemuan dalam kelompok-kelompok kecil, siswa berinteraksi satu dengan yang lain. Interaksi ini dapat berupa saling sharing atau siswa yang lemah bertanya dan dijelaskan oleh siswa yang lebih pandai. Kondisi semacam ini selain akan berpengaruh pada penguasaan siswa terhadap materi IPA, juga akan dapat meningkatkan social skills siswa, sehingga interaksi merupakan aspek penting dalam pembelajaran IPA.

  

Langkah-langkah metode penemuan terbimbing menurut Richard

  Scuhman adalah: 1) Identifikasi kebutuhan siswa. 2)

  Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari.

  3) Seleksi bahan dan problema atau tugas-tugas. 4)

  Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peran masing-masing siswa.

  5) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang akan dipergunakan. 6)

  Mencetak pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa.

  7) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan. 8) Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan siswa. 9)

  Memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses.

  23

b. Langkah-langkah Penemuan Terbimbing

10) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.

  11) Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan.

  12) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuanya. (Suryosubroto,2009:184-185)

  Menurut Roestiyah (2008:20-21), Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing memiliki kelebihan diantaranya: 1)

  Metode ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa. 2)

  Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.

  4) Metode ini mampu memberikan kesempatan kepada untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuanya masing- masing.

  5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.

  6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.

  24

c. Kelebihan Metode Penemuan Terbimbing

3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.

  25

  7) Metode itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja,membantu bila diperlukan.

d. Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing

  Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing juga memiliki kekurangan yaitu: 1)

  Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. 2)

  Bila kelas terlalu besar penggunaan metode ini akan kurang berhasil.

  3) Membuat kecewa kepada siswa yang telah terbiasa dan lebih menyukai pengajaran tradisional dari pada metode yang baru.

  4) Dengan metode ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan ketrampilan bagi siswa.

  5) Metode ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kratif.

  e.

  

Peran Pendekatan Penemuan Terbimbing Dalam Meningkatkan

Aktifitas Siswa dan Guru

  Dengan penjelasan di atas metode penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan dalam suatu model pembelajaran yang

  26

  sering disebut model pembelajaran dengan penemuan terbimbing. Pembelajaran dengan model ini dapat diselenggarakan secara individu atau kelompok. Model ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran IPA sesuai dengan karakteristik IPA tersebut.

  Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.

  Dengan metode penemuan terbimbing ini siswa dihadapkan kepada situasi dimana siswa bebasmenyelidiki dan menarik kesimpulan.

  Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error)hendaknya dianjurkan dan guru sebagai penunjuk jalan dan membantu siswa agar mempergunakanide, konsep dan ketrampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru.

  Dalam metode dengan penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar karenapembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa. Guru memulai kegiatan belajarmengajar dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dan mengorganisir kelas untukkegiatan seperti pemecahan masalah, investigasi atau aktivitas lainnya. Pemecahan masalah merupakan suatu tahap yang penting dan menentukan. Ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok.

  Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dapat diharapkan akan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal IPA, karena siswa dilibatkan dalam berpikir pada saat melakukan eksperimen, dan menyelesaikan masalah.

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Muryaningsih (2011) dengan judul ”Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing Di kelas Vb SD Negeri Karanglo Tahun Pelajaran 2010/2011”. Pada penelitian itu dikatakan telah berhasil secara kualitatif dan kuantitatif karena nilai rata-rata dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Aspek kognitif

  Pada aspek ini terjadi peningkatan dari siklus I ketuntasan klasikal mencapai 46,5% dari 26 siswa 12 siswa sudah tuntas dan 14 siswa yang belum tuntas KKM namun, pada siklus ke II terjadi peningkatan menjadi 76,92% dan jumlah anak yang sudah mencapai KKM 20 siswa dan 6 siswa belum mencapai KKM. Pada siklus ke III naik menjadi 88,5% dan hanya 3 anak yang belum tuntas KKM.

  27

B. Penelitian yang Relevan

  28

  b.

  Aspek afektif Pada aspek afektif pada setiap siklus mengalami kenaikan yaitu pada siklus I mencapai 58,23% dan pada siklus ke II mencapai 73,60% sedangkan pada siklus III mencapai 86,25%.

  c.

  Aspek psikomotor Pada aspek psikomotor juga terjadi kenikan dalam setiap siklusnya, pada siklus I nilai rata-rata 63,17 dan pada siklus II menjadi 65,66 sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 86,35%.

C. Kerangka Berpikir

  Dengan menerapkan strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa maka siswa akan selalu terlibat secara langsung dalam pembelajaran, sehingga dengan keterlibatan ini materi yang dibahas akan membantu siswa untuk mengingat dan memahami konsep yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran hal ini sesuai dengan prinsip learning

  by doing yang menyatakan bahwa pembelajaran akan cepat dikuasai siswa dengan siswa tersebut ikut aktif langsung dalam pembelajaran.

  Bertolak dari pemikiran bahwa dengan membawa siswa aktif dalam pembelajaran akan memudahkan siswa menerima konsep yang harus dikuasainya maka secara otomatis langkah membawa siswa aktif dalam belajar ini merupakan suatu langkah yang efektif untuk menyampaiakan suatu materi ajar. Disisi lain dengan menempatkan siswa sebagai individu yang harus dibimbing maka dengan proses pembimbingan yang dilakukan guru siswa akan lebih terbantu dalam memahami materi pelajaran.

  Secara grafis pemikiran yang dilakukan oleh peneliti dapat digambarkan dengan bentuk diagram sebagai berikut : Gambar : 2.4

  Diagram kerangka berfikir

  Kondisi Awal Guru belum melaksanakan pembelajaran aktif

  Siswa belum memahami konsep berorganisasi dalam mapel IPA

  Tindakanyang dilakukan Kondisi Akhir yang diharapkan

  Guru melaksanakan pembelajaran aktif menggunakan metode penemuan terbimbing

  Siklus I Melaksanakan pembelajaran aktif padakelompok

  Siklus II Melaksanakan pembelajaran aktif pada kelompok

  Hipotesis Tindakan Melalui metode pembelajaran penemuan dapat meningkatkan hasil belajar

  Dugaanbahwa pembela- jaran dengan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar

  29

  30

D. Hipotesis Tindakan

  Dari uraian pada kajian teori yang telah dipaparkan maka dapat disusun hipotesis tindakan sebagai berikut: ”melalui Penerapan metode Pembelajaran penemuan terbimbing hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 02 Pagelaran Watukumpul pada materi tentang gaya dapat ditingkatkan.”