BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan - BAB II IVAN FAUZI PAI'17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), kepemimpinan mengandung arti “perihal pemimpin, cara memimpin‟.
pimpin/pim·pin/ v, berpimpin/ber·pim·pin/ v (dalam keadaan) dibimbing; dituntun: yang buta dating, jari berpegangan (bergandengan) tangan: dua sejoli itu turun dari mobil ~ tangan memimpin/me·mim·pin/ v 1 mengetuai atau mengepalai (rapat, perkumpulan, dan sebagainya): ia diserahi tugas ~ rapat itu; 2 memenangkan paling banyak: Singapura ~ kejuaraan renang pelajar internasional; 3 memegang tangan seseorang sambil berjalan (untuk menuntun, menunjukkan jalan, dan sebagainya); membimbing: ia berjalan sambil ~ anaknya; 4 memandu: mualim ~ kapal asing itu masuk ke pelabuhan; 5 melatih (mendidik, mengajari, dan sebagainya) supaya dapat mengerjakan sendiri: ia ditugasi atasannya untuk ~ para calon pegawai negeri; terpimpin/ter·pim·pin/ v (dapat) dipimpin; terkendali; pimpinan/pim·pin·an/ n hasil memimpin; bimbingan; tuntunan: berkat
~ nya, perusahaan itu mendapat kemajuan yang sangat pesat; pemimpin/pe·mim·pin/ n 1 orang yang memimpin: ia ditunjuk menjadi ~ organisasi itu; 2 petunjuk; buku petunjuk (pedoman): buku ~ montir mobil;~ produksi produser; kepemimpinan/ke·pe·mim·pin·an/ n perihal pemimpin; cara memimpin: mahasiswa tetap mendukung cara ~ nasional Presiden Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar
.(Tim Penyusun Pusat Bahasa, 2008: 1183)
pemimpin
Dalam bahasa Inggris, leadership yang berarti kepemimpnan, dari kata dasar leader berarti pemimpin dan akar katanya to lead yang terkandung beberapa arti yang saling erat berhubungan; bergerak lebih awal, berjalan di awal, mengambil langkah awal, berbuat paling dulu, memelopori, mengaahkan pikiran pendapat orang lain, membimbing, menuntun dan menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya(Mangunhardjana, 2008: 1).
Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli (1) George R. Terry (1972 : 458): Pengertian Kepemimpinan menurut
George R. Terry adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.
(2) Stoner: Menurut Stoner, pengertian kepemimpinan adalah suatu proses mengenai pengarahan dan usaha untuk mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan anggota kelompok. (3) Jacobs dan Jacques (1990 : 281): Pengertian kepemimpinan menurut
Jacobs dan Jacques adalah sebuah proses memberi arti terhadap usaha kolektif, dan mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran. (4) Sutarto (1998 : 25): Menurut Sutarto, pengertian kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain adalah situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
(5) S.P.Siagian: Pengertian kepemimpinan menurut S.P.Siagian adalah kemampuan dan keterampilan seseorang untuk menduduki jabatan sebagai pimpinan dalam suatu pekerjaan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya supaya berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku positif ini memberikan sumbangna nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.
(6) Moejiono (2002 : 20): Pengertian kepemimpinan dimana menurut moejiono bahwa kepemimpinan adalah sebagai akibat penagaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya(Baharudin dan Umiarso, 2012: 112) 2.
Fungsi Kepemimpinan
Fungsi Kepemimpinan Secara Umum. Kepemimpinan memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai berikut:
1. Memprakarsai struktur organisasi
2. Menjaga koordinasi dan integrasi di dalam organisasi agar dapat berjalan dengan efektif.
3. Merumuskan tujuan institusional atau organisasional dan menentukan sarana serta cara-cara yang efisien dalam mencapai tujuan tersebut.
4. Mengatasi pertentangan serta konflik-konflik yang muncul dan mengadakan evaluasi serta evaluasi ulang.
5. Mengadakan revisi, perubahan, inovasi pengembangan dan penyempurnaan dalam organisais(Baharudindan Umiarso, 2012 : 86) Pada hakikatnya, fungsi kepemimpinan terdiri dari dua aspek yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi Administrasi, yaitu mengadakan formulasi kebijaksanaan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
2. Fungsi Sebagai Top Manajement, adalah mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.(Baharudindan Umiarso, 2012 : 53)
Fungsi Kepemimpinan Menurut Hadari Nawawi. Menurut Hadari Hawawin (2010 : 90) bahwa fungsi kepemimpinan yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi Instruktif, adalah pemimpin sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagiamana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan diman (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan suatu perintah.
2. Fungsi Konsultatif, adalah pemimpin menggunakan fungsi konsultatif sebagai bentuk dari komunikasi dua arah untuk usaha menetapkan keputusan yang membutuhkan pertimbangna dan konsultasi dengan orang yang dipimpinnya.
3. Fungsi Partisipasi, adalah pemimpin dapat mengaktifkan anggotanya dalam pengambilan keptuusan maupun dalam melaksanakannya.
4. Fungsi Delegasi, adalah pemimpin memberikan pelimpahan wewenang yang membuat atau sampai dengan menetapkan keputusan. Fungsi delegasi merupakan kepercayaan seorang pemimpin kepada seorang yang diberikan pelimpahan wewenang untuk bertanggung jawab.
5. Fungsi Pengendalian, adalah pemimpin dapat membimbing, mengarahkan, koordinasi dan pengawasan terhadapa aktivitas anggotanya 3.
Unsur-unsur Kepemimpinan
Menurut Colin Turner (1998 : 95), ada 10 Unsur Penting dalam Kepemimpinan, yaitu:
1. Integritas dan etika : muncul dari penyesuaian diri dengan prinsip prinsip alam, klarifikasi nilai nilai dan pengembangan pribadi dan profesional secara berkesinambungan.
2. Tujuan dan sasaran : muncul dari langkah menyusun pernyataan misi pribadi seseorang, menyesuaikannnya dengan pekerjaan dan menetapkan sasaran dalam kerangka kerja misi tersebut.
3. Energik dan antusiasme : berasal dari apa yang di cintai dan yakini.
4. Keberanian dan kekerasan hati : muncul dari pemahaman bahwa kemajuan berarti melakukan kesalahan.
5. Upaya keras dan kepekaan prioritas : bermuasal dari pemahaman bahwa seseorang tak akan mungkin mampu hanya lantaran kerja keras dalam tugas yang ia cintai, tapi jika kerja keras tersebut pada tugas yang di benci itu mungkin saja terjadi.
6. Nonkonformisme dan kepercayaan diri : dimunculkan dari pengenalan terhadap diri sendiri, pemahaman atas diri sendiri, percaya dan jujur terhadap diri sendiri.
7. Persepsi dan kesabaran : muncul dari pemahaman atas apa yang di yakini tapi tak diyakini orang lain dan bahwa lewat kesabaran, kesadaran timbal balik, serta pemahamanlah hal itu bisa terjadi.
8. Apresiasi dan empati : bermuasal dari pemahaman bahwa seseorang hanya bisa berkembang lewat orang lain.
9. Keyakinan dan komitmen : muncul dari pemahaman bahwa keyakinan akan sesuatu adalah unsur yang lebih kuat ketimbang metode lain dan bahwa komitmen adalah tolok ukur keterlibatan pada apa yang di yakini itu.
10. Cinta dan perhatian : diambil dari pemahaman bahwa cinta terhadap orang lain dan perhatian pada kebutuhan kebutuhan mereka adalah energi paling potensial pada keberadaan kita. Satu satunya hal yang tak pernah hilang dari kita adalah apa yang telah kita berikan kepada orang lain.
4. Prinsip-prinsip Kepemimpinan
Tiga Prinsip Dasar Kepemimpinan menurut Ki Hajar Dewantara diantaranya adalah:
1. Ing ngarsa sung tulada. Artinya, di depan memberi teladan. Pemimpin harus menjadi contoh bagi anak buahnya
2. Ing madya mangun karsa. Artinya di tengah membangun kehendak atau niat. Pemimpin harus berjuang bersama anak buah.
3. Tut wuri handayani. Artinya, dari belakang memberikan dorongan. Ada saatnya pemimpin membiarkan anak buah melakukan sendiri.
(Baharudin, 2012 : 23) 5.
Tipe-tipe Kepemimpinan
Menurut Ngalim Purwanto (2008 : 35), ada Tiga Tipe kepemimpinan yang pokok yaitu Tipe kepemimpinan Otokratis, Demokratis, Laissez faire.
1. Tipe Kepemimpinan Otokratis Tipe kepemimpinan Otokratis ini meletakkan seorang pemimpin sebagai sumber kebijakan. Pemimpin merupakan segala-galanya.
Bawahan dipandang sebagai orang yang melaksanakan perintah. Oleh karena itu bawahan hanya menerima instruksi saja dan tidak diperkenankan membantah maupun mengeluarkan ide atau pendapat. Dalam posisi demikian anggota atau bawahan tidak terlibat dalam soal keorganisasian. Pada tipe kepemimpinan ini segala sesuatunya ditentukan oleh pemimpin sehingga keberhasilan organisasi terletak pada pemimpin.
2. Tipe Kepemimpinan Demokratis Tipe kepemimpinan ini memberikan tanggungjawab dan wewenang kepada semua pihak, sehingga ikut terlibat aktif dalam organisasi, anggota diberi kesempatan untuk memberikan usul serta saran dan kritik demi kemajuan organisasi. Gaya kepemimpinan ini memandang bawahan sebagai bagian dari keseluruhan organisasinya, sehingga mendapat tempat sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Pemimpin mempunyai tanggungjawab dan tugas untuk mengarahkan, mengontrol dan mengevaluasi serta mengkoordinasi.
3. Tipe Kepemimpinan Laissez faire Pada prinsipnya gaya kepemimpinan ini memberikan kebebasan mutlak kepada para bawahan. Semua keputusan dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan diserahkan sepenuhnya kepada bawahan. Dalam hal ini pemimpin bersifat pasif dan tidak memberikan contoh-contoh kepemimpinan.(Ngalim Purwanto, 1992:48-50) B.
Pendidikan Islam 1. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan manusia yang ideal (Abudinnata, 2010 : 101) Manusia ideal adalah manusia yang sempurna akhlaknya. Yang nampak dan sejalan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad saw, yaitu menyempurnakan akhlaq yang mulia.
Dalam bahasa Inggris, pendidikan adalah education dan kata education berasal dari kata educate yang berarti memberi peningkatan (to elicit, to
give rise to ), dan mengembangkan (to evolve, to develop). Namun,
education dalam pengertian yang sempit berarti perbuatan atau proses
perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (McLoad, 1989). Sedangkan pendidikan dalam arti luas dapat diartikan sebuah proses dengan metode- metode tertentu sehingga individu memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Haryu Islamudin, 2012: 4)
Sedangkan menurut DR. Ahmad Munir, MA (Tafsir Tarbawi, 2010 : 38) menyebutkan bahwa penggunaan istilah “pendidikan dan pengajaran” bukan merupakan dikotomi yang memisahkan kedua substansi tersebut, melainkan sebuah nilai harus menjadi dasar bagi segala aktifitas proses transformasi. Polaritas istilah lebih menunjukan pada sasaran yang ingin dicapai dari sebuah proses.
Berangkat dari paradigma tersebut kemudian beliau mengaitkan dengan beberapa istilah didalam Al Qur‟an yang mengacu pada terminologi “pendidikan dan pengajaran”, diantaranya adalah tarbiyah, ta’lim, ta’dib dan tazkiyah .
Islam sendiri adalah agama yang universal. Bukan agama yang hanya sebatas ritual ibadah semata. Namun Islam adalah Way of Life (jalan hidup), yang mencakup semua aspek kehidupan manusia, dari hal yang sederhana sampai yang rumit. Jadi secara umum pendidikan Islam bisa berarti apa saja yang bisa menjadikan seseorang menjadi muslim yang sebenar-benarnya.
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan Islam sangat beragam, hal ini terlihat dari definisi pendidikan Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan berikut ini:
Prof.Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. (Asy-Syaibany, 1979: 399)
Pengertian tersebut memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang konotasinya pada pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut menekankan pada aspek-aspek produktivitas dan kreatifitas manusia dalam peran dan profesinya dalam kehidupan masyarakat dan alam semesta.
Dr. Muhammad SA Ibrahimy (2000 : 123) mengemukakan pengertian pendidikan islam sebagi berikut;
Islamic education in true sense of the term, is a system of education
which enables a man to lead his life according to the islamic ideology, so
that he may easily mould his life in according with tenent of islam.Pendidikan lslam dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran islam.
Pengertian itu mengacu pada perkembangan kehidupan manusia masa depan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip islami yang diamanahkan oleh Allah kepada manusia, sehingga manusia mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya seiring dengan perkembangan iptek.
Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali (2005 : 76) memberikan pengertian pendidikan islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.
2. Asas Pendidikan Islam
a. Pengertian asas pendidikan Islam Menurut kamus besar bahasa Indonesia, asas adalah dasar, suatu landasan unutk melakukan sesuatu (2003). Asas juga dapat disebut dengan fondasai (Fundation). Arif rachman (2009 : 45) berpendapat, fondasi pendidikan adalah sesuatu yang memberikan dasar atau landasan terhadap penyelenggraan sistem pendidikan yang dilakukan masyarakat. Tentu saja pondasi pendidikan memuat nilai-nilai positif yang diyakini kebenarannya oleh penyelenggara pendidikan agar upaya penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan dapat berjalan sesuyai harapan. Pendidikan Islam, dilaksanakan berdasarkan asas-asas:
1. Melaksanakan perintah Allah SWT. dan Rasulullah SAW “Barang siapa pergi untuk mencari suatu ilmu, maka Allah akan memudahkan untuknya jalan ke surge” (HR. Ibnu Majah).
2. Beribadah kepada Allah SWT.
3. Ikhlas dan mengharap ridha Allah SWT.
4. Ilmu yang benar dan diridhai Allah SWT.
3. Konsep Pendidikan Islam
Adapun konsep dasar pendidikan islam mencakup pengertian istilah tarbiyah, ta‟lim dan ta‟bid. Abdurrahman An-Nahlawi mengemukakan bahwa menurut kamus Bahasa Arab, lafaz At-Tarbiyah berasal dari tiga kata, pertama, raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh. Makna ini dapat dilihat dalam Al-
Qur‟an Surat Ar-Rum ayat 39. Kedua, rabiya- yarba yang berarti menjadi besar. Ketiga, rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.
Kata Tarbiyah merupakan masdar dari rabba-yurabbi-tarbiyatan. Kata ini ditemukan dalam Al-Qur;an surat Al-Isra ayat 24.
ۡۡ ۡۡ ۡۡ ۡۡ مَح ِنِاَيَّػبَر اَمَك اَُهُ رٱ ِّبَّر لُقَو ِةَم حَّرلٱ َنِم ِّلُّذلٱ َحاَنَج اَمَُلْ ضِفخٱَو ٤٢ ۡ
ا يرِغَص
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana merek a berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
Dr. Abdul Fattah Jalal, pengarang Min al-Usul at-Tarbiyah fii al- islam (1977: 15- 24) mengatakan bahwa istilah ta‟lim lebih luas dibanding tarbiyah yang sebenarnya berlaku hanya untuk pendidikan anak kecil.
Yang dimaksudkan sebagai proses persiapan dan pengusahaan pada fase pertama pertumbuhan manusia (yang oleh Langeveld disebut pendidikan “pendahuluan”), atau menurut istilah yang populer disebut fase bayi dan kanak-kanak. Pandangan Fattah tersebut didasarkan pada dua ayat sebagaimana difirmankan Allah SWT surat al-Isra ayat 24 dan As-Syuara ayat 18.
ۡۡ ٗۖۡ ۡۡ ۡۡ ۡۡ
َنوُقِف عَت اَِبِ َنوُنِم سَيشُم حاوُنَماَء َنيِذَّلٱَو ؤُي َلَ َنيِذَّلٱ اَِبِ ُلِج َٰٓۡ ۡ ۡۡ ۡۡ ۡۡ نِم
َلََأ
يِفَل ِةَعاَّس ُّقَح لٱ ِفِ َنوُراَُيُ َنيِذَّلٱ َّنِإ لٱ اَهَّػنَأ َنوُمَل عَيَو اَىۡ ٨١ ِلََٰلَض ٍديِعَب
“Firaun menjawab: “Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.”(As Shura‟: 18)
Kata ta‟lim menurut Fattah merupakan proses yang terus menerus diusahakan manusia sejak lahir. Sehingga satu segi telah mencakup aspek kognisi dan pada segi lain tidak mengabaikan aspek afeksi dan psikomotorik. Fattah juga mendasarkan pandangan tersebut pada argumentasi bahwa Rasulullah saw, diutus sebagai Muallim, sebagai pendidik dan Allah SWT sendiri menegaskan posisi Rasul-Nya yang demikian itu dalam surat Al-Baqarah: 151.
ۡۡ ۡۡ ۡۡ ۡۡ ۡ ۡۡ ۡۡ ۡۡ َٰٓۡ
رَأ مُكنِّم ا مُك مُكيِف اَنيَلَع حاوُل تَي لَس
اَنِتََٰياَء لوُسَر اَمَك
ۡۡ ۡۡ ۡۡ ۡۡ ۡۡ
كِح حاوُنوُكَت َل اَّم مُكُمِّلَعُػيَو َةَم لٱَو َبََٰتِك لٱ ُمُكُمِّلَعُػيَو مُكيِّكَزُػيَو ۡۡ
٨٥٨ عَت َنوُمَل
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”
Dalam Pandangan Syaikh Muhammad An-Naquib Al- Attas, ada konotasi tertentu yang dapat membedakan antara term at-tarbiyah dari at- ta‟lim, yaitu ruang lingkup at-ta’lim lebih universal dari pada ruang lingkup at-tarbiyah, karena at-tarbiyah tidak mencakup segi pengetahuan dan hanya mengacu pada kondisi eksistensial. Lagi pula, makna at-
tarbiyah lebih spesifik karena ditujukan pada objek-objek pemilikan yang
berkaitan dengan jenis relasional, mengingat pemilikan yang sebenarnya hanyalah milik Allah semata. Akibatnya, sasarannya tidak hanya berlaku bagi umat manusia, tetapi termasuk juga spesies-spesies lainnya.
Muhammad Nadi Al-Badri sebagaimana dikutip oleh Ramayulis mengemukakan, pada zaman klasik, orang hanya mengenal kata ta‟dib untuk menunjukkan kegiatan pendidikan. Pengertian seperti ini terus digunakan sepanjang masa kejayaan islam, sehingga semua ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh akal manusia pada masa itu disebut adab, baik yang berhubungan langsung dengan islam seperti fiqh, tafsir, tauhid, ilmu bahasa arab, dan sebagainya, maupun yang tidak berhubungan langsung seperti ilmu fisika, filsafat, astronomi, kedokteran, farmasi, dan lain-lain. Semua buku yang memuat ilmu tersebut dinamai kutub ala-adab. Dengan demikian terkenallah Al-Adab Al-Kabir dan Al-Adab Ash-Shagir yang ditulis oleh Ibnu Al-Muqaffa (w. 760 M).
Menurut Al- Attas, ta‟dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat- tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.
Istilah yang paling relevan menurut Prof. Dr. Syed Muhammad al- Naquib Al-
Attas bukanlah tarbiyah dan bukan pula ta‟lim, melainkan ta‟dib. Sementara Dr. Abdul Fattah Jalal beranggapan sebaliknya, karena yang lebih sesuai menurutnya justru ta‟lim. Kendatipun demikian, mayoritas ahli kependidikan islam tampaknya lebih setuju mengembangkan istilah tarbiyah (yang memang berarti pendidikan, education) dalam merumuskan dan menyusun konsep pendidikan islam dibanding istilah ta‟lim (yang berarti pengajaran, instruction) dan ta‟dib (yang berarti pendidikan khusus dan menurut Al-Attas berarti pendidikan), mengingat cakupan yang dicerminkan lebih luas, dan bahkan istilah tarbiyah sekaligus mengimplisitkan makna dan maksud yang dicakup istilah ta‟lim dan ta‟dib. Selain itu, juga karena alasan historis bahwasannya istilah yang dikembangkan sepanjang sejarah, terutama di negara-negara yang berbahasa Arab, dan bahkan juga di Indonesia ternyata istilah tarbiyah, menyusul kemudian istilah ta‟lim, dan jarang sekali istilah ta‟dib dipergunakan.
4. Tujuan pendidikan islam
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (sesuai yang tercantum di Surat Al- Dzariat:56; Surat. ali Imran: 102).
ۡۡ ۡۡ ۡۡ ۡۡ ٥٥ لٱ ُت ِنوُدُب
لٱَو َّنِج قَلَخ اَمَو عَيِل َّلَِإ َسنِإ
“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku ” (QS Adz Dzariyat : 56)
ۡۡ َٰٓۡ ٨٠١ ۦ
َنوُمِل سُّم مُتنَأَو َّلَِإ َّنُتوَُتَ َلََو ِوِتاَقُػت َّقَح َوَّللٱ حاوُقَّػتٱ حاوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّػيَأ ََٰي
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-
“
benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam .” (Al Imran: 102)
Tujuan pendidikan Islam adalah tercapainya pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya.
Sedangkan menurut Zakiyah Dzarajat, tujuan pendidikan Islam yaitu membentuk insan kamil dengan pola taqwa dapat mengalami perubahan, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itulah tujuan pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan.
Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil „alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat Adz Dzariyat ayat 56 :
“ Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada- Ku”.
Jalal (2008: 43) menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah.
Menurut al Syaibani (2009: 45), tujuan pendidikan Islam adalah :
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat. Menurut al Abrasyi (2010: 24), merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi
1. Pembinaan akhlak. 2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.
3. Penguasaan ilmu.
4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.
Menurut Asma Hasan Fahmi (2008: 73), tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
1. Tujuan keagamaan.
2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
3. Tujuan pengajaran kebudayaan.
4. Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi (2008: 12), tujuan pendidikan islam menjadi
: 1. Bahagia di dunia dan akhirat.
2. Menghambakan diri kepada Allah.
3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat
4. Islam.
5. Akhlak mulia.
5. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam
Prinsip integrasi (tauhid)
Prinsip-prinsip pendidikan itu sebagaimana dikemukakan Abudin Nata (2012: 47) dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam: 1.
ذِإَو ۡۡ قُل َلاَق ۡۡ
بٱِل ُنََٰم ۡۡ ِوِنۦ ُوُظِعَي َوُىَو
ۥ شُت َلَ ََّنَُػبََٰي ۡۡ كِر
ۡۡ ِوَّللٱِب ٗۖۡ َّنِإ
رِّشلٱ ۡۡ لُظَل َك ۡۡ
ميِظَع ٌم ٞۡ ٨١
“
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar" (QS Luqman : 13)
Dunia ini merupakan jembatan menuju kampung akhirat, karena itu mempersiapkan diri secara utuh merupakan hal yang tidak dapat dihindari agar masa kehidupan ini benar-benar bermanfaat untuk bekal
Suatu prinsip yang seharusnya dianut adalah bahwa hanya ada satu tuhan saja yang berhak disembah dan sekali-kali jangan menyekutukanya dengan kesyirikan. diakhirat. Perilaku yang terididik dan nikmat Tuhan apapun yang didapat dalam kehidupan harus diabdikan untuk mencapai kelayakan- kelayakan itu terutama dengan mematuhi keinginan Tuhan. Pada surat Al-Qashash:77 Allah SWT berfirman:
ٗۖۡ َٰٓۡ ۡۡ َٰٓۡ ۡۡ أ َةَرِخ لٱ َراَّدلٱ ُوَّللٱ َكَٰىَتاَء اَميِف ِغَت بٱَو َنِم َكَبيِصَن َسنَت َلََو
ۡۡ ٗۖۡ ۡۡ ۡۡ َٰٓۡ ۡۡ ٗۖۡ ۡۡ
حَأ نُّدلٱ ِغ َكاَي بَت َلََو َلِإ ُوَّللٱ َنَس اَمَك نِس حَأَو ۡۡ ۡۡ ٗۖۡ ۡۡ ۡۡ ۡۡ ٧٧ ِض رَأ لٱ
لٱ ُّبُِيُ َلَ َوَّللٱ َّنِإ
فُم َنيِدِس لٱ ِفِ َداَسَف”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) kampung akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi.”(QS.Al-Qashash:77).
Ayat ini menunjukkan bahwa pendidikan akan meletakkan porsi yang seimbang untuk mencapai keseimbangan dunia dan akhirat.
2. Prinsip Keseimbangan
Prinsip keseimbangan merupakan kemestian, sehingga dalam pengembangan dan pembinaan manusia tidak ada kepincangan dan kesenjangan. Keseimbangan ini diartikan sebagai keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan. Keseimbangan antara material dan spritual, unsur jasmani dan rohani. Pada banyak ayat al-
Qur‟an Allah menyebutkan iman dan amal secara bersamaan. Tidak kurang dari enam puluh tujuh ayat yang menyebutkan iman dan amal secara bersamaan, secara implisit menggambarkan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Diantaranya adalah QS.Al- „Ashr:1-3:
ۡۡ ۡۡ ۡۡ ۡۡ ١ ٍر لٱ َّنِإ ٨ ِر صَع
حاوُلِمَعَو حاوُنَماَء َنيِذَّلٱ َّلَِإ سُخ يِفَل َنََٰسنِإ لٱَو
ۡۡ ۡۡ ۡۡ ۡۡ ١ ِر بَّصلٱِب حا لٱِب حا وَصاَوَػتَو ِّقَح وَصاَوَػتَو ِتََٰحِلََّٰصلٱ
”Demi masa sesungguhnya manausia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh”.(QS Al „Ashr: 1-3).
3. Prinsip Kesetaraan
Prinsip ini menekankan agar di dalam pendidikan Islam tidak terdapat ketidakadilan perlakuan, atau diskriminasi. Tanpa membedakan suku, ras, jenis kelamin, status sosial, latar belakang, dsb. Karena manusia diciptakan oleh tuhan yang sama yaitu Allah SWT.
Tertulis dalam ayat al-Quran surat al-Hujurat ayat 13, yakni:
ۡ ۡۡ ۡۡ ۡۡ َٰٓۡ
ا ۡ مُكََٰن رَكَذ نِّم مُكََٰن بوُعُشلَعَجَو َٰىَثنُأَو قَلَخ اَّنِإ ُساَّنلٱ اَهُّػيَأ ََٰي ۡ ۡۡ ۡۡ ۡۡ ۡۡ ۡ َٰٓۡ َٰٓۡ كَأ َّنِإ حا
مُكَٰىَق تَأ ِوَّللٱ َدنِع َوَّللٱ َّنِإ مُكَمَر اَبَػقَو
وُفَراَعَػتِل َلِئ ٞۡ ٨١ يرِبَخ ٌميِلَع
“Wahai manusia!sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu disisi Allah SWT adalah yang paling bertaqwa. Sungguh , Allah SWT Maha Mengetahui, Maha Teliti”.(QS AL Hujurat: 13) 4.
Prinsip Pembaharuan
Prinsip pembaharuan merupakan perubahan baru dan kualitatif yang berbeda dari hal sebelumnya. Serta diupayakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu pendidikan. Menurut H.M,Arifin (2007 : 78) dalam proses pembaharuan umat Islam harus mampu menciptakan model-model pendidikan yang dapat menyentuh beberapa aspek, yaitu yang mampu mengembangkan agent
of technology and culture.
5. Prinsip Demokrasi
Berasal dari kata demos; rakyat, cratein: pemerintah, prinsip ini mengidealkan adanya partisipasi dan inisiatif yang penuh dari masyarakat. Segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pendidikan seperti sarana prasarana, infrastruktur, administrasi, penggunaan sarjana dan sumber daya manusia lainnya hanya akan diperoleh dari masyarakat.
Prinsip pendidikan yang berbasis masyarakat ini sejalan dengan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah, orang tua dan masyarakat.
6. Prinsip kesinambungan
Prinsip yang saling menghubungkan antara berbagai tingkat dan program pendidikan
7. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup (Long Life Education)
Prinsip ini bersumber dari pandangan mengenai kebutuhan dasar manusia dalam kaitan keterbatasan manusia di mana manusia dalam sepanjang hidupnya dihadapkan pada berbagai tantangan dan godaan yang dapat menjerumuskan dirinya sendiri kejurang kehinasaan.
أ ِدحهَّللا َلَِا ِدحهَمحلا َنِم َمحلِعحلا اوُبُلحط
“ Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat” (Al
Haditts) Dalam hal ini dituntut kedewasaan manusia berupa kemampuan untuk mengakui dan menyesali kesalahan dan kejahatan yang dilakukan, di samping selalu memperbaiki kualitas dirinya, sebagaimana firman Allah:
”Maka siapa yang bertaubat sesudah kezhaliman dan memperbaiki dirinya maka Allah menerima tubatnya (QS.Al- Maidah:39).
Dari prinsip-prinsip tersebut bisa ditambahkan lagi dengan prinsip persamaan yang berakar dari konsep dasar tentang manusia yang mempunyai kesatuan asal yang tidak membedakan derajat, baik anatar jenis kelamin, kedudukan sosial, bangsa maupun suku, ras, atau warna kulit dan prinsip keutamaan ditegaskan bahwa pendidikan bukanlah hanya proses mekanik melainkan merupakan proses yang mempunyai ruh di mana segala kegiatannya diwarnai dan ditujukan kepada keutamaan-keutamaan. Keutamaan-keutamaan tersebut terdiri dari nilai-nilai moral yang paling tinggi adalah tauhid. Sedangkan nilai moral yang paling buruk dan rendah adalah syirik. Sehingga dengan prinsip ini pendidik bukan hanya bertugas menyediakan kondisi belajar bagi subjek didik, tetapi lebih dari itu turut membentuk kepribadiannya dengan perlakuan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh pendidik tersebut.
C. Kepemimpinan Islam
Secara umum, konsep kepemimpinan dalam Islam sebenarnya memiliki dasar-dasar yang sangat kuat dan kukuh.ia dibangun tidak saja oleh nilai-nilai transcendental, namun telah dipraktikan sejak berabad-abad yang lalu oleh Nabi Muhammad SAW.,para sahabat dan al Khulafa al Ar rasyidin. Pijakan kuat yang bersumber dari Al Qur‟an dan sunnah serta dengan bukti empiriknya telah menempatkan konsep kepemimpinan dalam Islam sebagai salah satu model kepemimpinan yang diakui dan dikagumi oleh dunia Internasional.
Dalam Islam, mengangkat seorang pemimpin sangat dianjurkan, bahkan ketika dalam suatu kelompok yang berjumlah dua atau tiga orang diperintahkan untuk mengangkat salah satunya untuk dijadikan seorang pemimpin dalam membangun keserasian social,sebab dengan peranti inilah sebuah tatanan social mampu diciptakan dengan tertib. Dari titik tolak ini, figur seorang pemimpin menjadi sorot tajam dari semua pihak sehingga segala perilaku, karakter, kapabilitas dan kemampuan menjadi sisi-sisi urgen untukan menentukan sosok pemimpin.
Secara etimologi kepemimpinan Islam adalah khilafah, imamah dan
imarah yang mempunyai makna daya memimpin, kualitas seorang pemimpin
atau tindakan dalam memimpin.sedangkan secara terminology kepemimpinan adalah suatu kemampuan untuk mengajak orang lain untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu yang telah ditetapkan. (Baharuddin dan Umiarso, 2012 : 80). Dengan kata lain kepemimpinan adalah upaya untuk mentransformasikan semua potensi yang terpendam menjadi kenyataan. Akan tetapi term yang sudah lazi dipakai dalam khazanah Islam adalah term seperti khalifah, ulul
amri, imam dan malik.(Baharuddin dan umiarso, 2012 : 81).
ِوِنيِمَيِب ۦ ََٰلحوُأَف َٰٓۡ
” (QS Al Isra‟: 71) Berulangkali juga kata Imam dihubungkan dengan kata shalat dan
(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun
“
ليِتَف َنوُمَل
ۡ
ا ٧٨مُهَػبََٰتِك َنوُءَر ۡۡ ظُي َلََو ۡۡ
َكِئ قَي ۡۡ
نَمَف ۡۡ ُوَبََٰتِك َ ِتِوُأ ۥ
Ada beberapa gelar simbolik pemimpin dalam Islam menurut DR. M. Dhiauddin Rais dalam bukunya teori politik Islam (2011 : 18).
ِساَنُأ َّلُك حاوُع ۡ مِهََِٰمَِإِب ٗۖۡ ۡۡ
وَي ۡۡ دَن َم ۡۡ
berarti tujuan atau maksud. Imam berarti yang diikuti, baik sebagai kepala atau selainya.
Al Amm
Lisanul Arab , mengatakan dalam materi atau kata dasar a-ma-ma sebagai
berikut.1. Imam Laqab atau gelar yang pertama ialah Imam. Ibnu Manzhur, pengarang
Islam, sehingga mendapatkan suatu makna dan konotasi yang spesifik, ditambah dengan makna-makna terdahulu, bahkan konotasi inilah yang lebih banyak beredar. Kemudian meluas sampai mencakup kepemimpinan dalam melaksanakan segala kewajiban agama. Oleh karena itu, Ar Razi telah mendefinisikan kata Al Imam sebagai “semua yang diteladani dalam agama” (ar Razi hlm. Jilid 1 hlm. 710)
2. Khalifah Awal penyebutanya adalah kepada Abu Bakar As Sidiq ra., ketika terpilih setelah baiat di as Saqifah, untuk menggantikan Rasulullah SAW. dalam memimpin umat Islam dan memelihara kemaslahatan mereka. Ibnu Khaldun dalam Al Muqaddimah hlm 159 pasal ke 26 mengatakan “Adapun penamaanya sebagai khalifah (penerus atau pengganti), karena dia menggantikan Nabi Muhammad SAW. dalam mengurus ummatnya.
Maka dikatakan khalifah secara mutlak dan juga khalifah rasulullah.
3. Amirul Mu’minin
Pertama kali diberikan kepada khalifah Islam ke dua yaitu „Ummar Ibnul Khattab ra. Dikatakan bahwa ada seorang kurir membawa berita kemenagan Islam dari beberapa delegasi dan masuk madinah menanyakan Umar, “Mana Amirul Mu‟minin?. Dan didengarkan oleh sahabat- sahabatnya.mereka menganggap baik dan men gatakan, “Demi Allah kamu tepat sekali menyebutkan namanya. Sungguh itu benar-benar Amirul
Mu‟minin”. (M. Dhiauddin Rais, 2012 : 73).
Lantas mereka memanggilnya dengan gelar tersebut dan tersebar luas dalam pergaulan rakyat, serta diwarisi oleh khalifah-khalifah setelahnya.
D. Penelitian Terdahulu
Dalam sebuah kajian literatur kitab-kitab klasik, terhadap kepemimpinan Islam di UIN, dapat dielaborasi 30 dimensi kepemimpinan Islami. Jika dibandingkan dengan teori kepemimpinan transformasional yang baru berkembang abad 20, ternyata teori tersebut mempunyai item-item yang relevan dengan kepemimpinan Islami. Kepemimpinan transformasional menggunakan pendekatan dari unsur atasan, bawahan dan interaksi.
Kepemimpinan Islam mempunyai keunggulan, yaitu menggunakan pendekatan ketuhanan dan moral spiritual, selain tiga unsur dalam kepemimpinan transformasional, yaitu : 1.
Pengaruh idealisasi (Idealize influence)
Yaitu suatu sikap yang dekat dengan kharisma yang ditunjukkan dengan sikap, tujuan, tekad dan kepercayaaan pada orang lain. Ini ditunjukkan oleh kriteria para ulama bahwa pemimpin harus mempunyai kewibaan, kejujuran, keadilan, keberanian dan ketegasan.
2. Motivasi inspirasional (Inspirational motivation)
Yaitu perilaku yang menunjukkan motivasi yang memberikan inspirasi kepada bawahan. Seorang pemimpin memiliki kemampuan berbicara secara menarik dan menyenangkan. Ini ditunjukkan oleh kriteria para ulama bahwa pemimpin harus chusnul ibaraoh seperti yang disampikan al Farabi, yaitu baik cara berkomunikasi dengan bawahannya, sehingga mereka termotivasi. Begitu pula al Ghazali dan Ibnu Khaldun yang mengharuskan pemimpin dapat mengayomi anak buahnya supaya termotivasi mengembangkan diri. Karena tugas pemimpin adalah menciptakan kebaikan dalam urusan dunia di samping urusan akhirat.
3. Motivasi intelektual (Intelektual motivation)
Yaitu perilaku pemimpin yang memberikan ide-ide baru, inovatif dalam menyelesaikan persoalan. Karena itu pemimpin harus berilmu dan cerdas seperti yang disyaratkan semua ulama.
4. Pertimbangan individu (Individualized consideration)
Yaitu perilaku yang menunjukkan perhatian kepada bawahannya dengan mendengar secara aktif, mengetahui kebutuhan anak buah, serta memberdayakannya. Ini ditunjukkan oleh kriteria para ulama tentang kedekatan dengan rakyat/bawahannya. Kedekatan tersebut dalam rangka mengetahui persoalan yang dihadapi, kemudian dicarikan solusi dan momotivasinya, selain itu juga seorang pemimpin harus menjadi tauladan, sehingga masyarakat merasa kagum, percaya, setia, hormat terhadap pemimpinnya.
Factor atau indikator kepemimpinan Islam:
1. Kemampuan Manajerial Faktor/indikator kemampuan manajerial ini merupakan indikator yang paling menonjol dalam mengukur variabel kepemimpinan Islami
2. Etos kerja Nabi menganjurkan umat Islam selalu bekerja keras agar dapat menjadi tangan yang di atas, karena sebagaimana sabdanya,
“Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”, termasuk memberikan zakat dan sedekah. Seseorang tidak dapat menjadi posisi muzaki (tangan di atas) jika tidak mempunyai harta yang banyak sebagai hasil dari kerja kerasnya. Kerja kerasini dapat dibudayakan sejak dini. Adapun proses pembudayaan kerja keras dapat dilakukan dengan banyak cara (Shein 2004: 300-301) antara lain dengan pemodelan peran, yakni keteladanan, seorang pemimpin yang bekerja keras akan ditiru oleh bawahannya.
3. Kemuliaan Akhlak Indikator kemulyaan akhlak ini dapat mengukur kepemimpinan
Islami. Indikator ini meliputi item kejujuran, kesantunan dalam berkata, dan kerendahan hati.
4. Pengetahuan Agama Faktor/indikator pengetahuan agama dapat digunakan untuk mengukur kepemimpinan Islami. Jika merujuk pendapat al Ghazali, bahwa ilmu agama merupakan ilmu fardu ain yang wajib dipelajari oleh setiap mukmin, dan semua ulama mensyaratkan seorang pemimpin harus memahami pengetahuan agama sebagai sumber dalam bertindak dan berperilaku.
5. Kemampuan Intelektual Al Quran menekankan pentingnya ilmu, baik itu ilmu yang fardlu ain maupun yang fardlu kifayah. Dalam tafsir al Misbah
(Shihab,2005,vol.4:362) dijelaskan bahwa Allah menjadikan manusia sebagai khalifah dengan meninggikan derajat akal, ilmu, dan lain-lain.
Jadi, ayat tersebut menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus mempunyai keunggulan, agar dapat mempengaruhi orang lain.
6. Perhatian Pada Bawahan Nabi menganjurkan agar setiap muslim saling menasihati
(HR.Muslim) Tidak dikatakan sempurna Islamnya jika seorang pemimpin tidak mengembangkan bawahannya untuk menambah pengetahuan baru.
Hadits Nabi ”Islam yang sempurna adalah menyelamatkan saudara sesama muslim dengan lisan dan tangannya” (HR.Muslim).
Menyelamatkan dapat diartikan menyelamatkan dari ketidaktahuan dan ketertinggalan, baik meningkatkan pengetahuannya maupun keterampilannya.
7. Pengendalian Emosi.
Ekspresi kesal, ini sangat tidak dianjurkan dalam Islam. Bahkan Islam mengajarkan bersikap sabar dalam kondisi apapun, dan memerangi hawa nafsu termasuk emosi merupakan jihad yang terbesar. Allah memberikan konsep agar berhati lemah-lembut, karena jika bersikap keras dan kasar maka mereka pasti akan menjauh, jika mereka berbuat kesalahan maka seorang pemimpin hendaknya memaafkannya (QS.3:159).