BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Kemandirian - UPAYA MENINGKATKAN SIKAP KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PENTINGNYA USAHA BERSAMA DALAM KOPERASI SISWA KELAS IV MELALUI PEMBELAJARAN AKTIF TEKNIK ASSESSMENT SEARCH DI MIM GENTAWANGI - re

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Kemandirian

  a. Pengertian Kemandirian Kemandirian adalah sifat yang harus dibentuk oleh orang tua dalam membangun kepribadian siswa (Mustari, 2014: 77).

  Kemandirian juga adalah suatu kondisi seseorang tidak memiliki ketergantungan dengan orang lain. Mandiri adalah karakter yang menunjukkan seseorang yang tidak mudah tergantung kepada orang lain, memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri, dan melakukan tugas serta tanggung jawab yang diembankan kepadanya (Elfindri dkk, 2012: 101). Orang yang mandiri didalam pekerjaannya tidak menunggu untuk diperintah atau disuruh. Karakter mandiri disini tidaklah diartikan sebagai orang yang tidak suka bekerja sama dalam tim karena di dalam tim itu juga harus fokus kepada peran setiap anggota tim. Anggota tim yang memiliki karakter mandiri akan mampu memberikan kontribusi yang baik dalam kerjasama tim.

  Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bawasannya kemandirian adalah suatu sikap dan kemampuan siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara sendiri maupun dibantu orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai

  7 kompetensi tertentu sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dijumpai di dunia nyata.

  b. Indikator Sikap Kemandirian Indikator kemandirian menurut Desmita, (2011: 185) sebagai berikut:

  1) Adanya hasrat atau keinginan kuat untuk belajar 2) Tanggung jawab pada setiap aktivitas belajar 3) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk menghadapi permasalahan 4) Percaya diri dan melaksanakan tugas-tugas secara mandiri

  c. Upaya-upaya pengembangan kemandirian siswa Upaya-upaya pengembangan kemandirian siswa menurut

  Desmita (2011: 190), di antaranya: 1) Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis, yang memungkinkan siswa merasa dihargai.

  2) Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah.

  3) Memberi kebebasan kepada siswa untuk mengekslorasi lingkungan, mendorong rasa ingin tahu mereka.

  4) Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan siswa, tidak membeda-bedakan siswa yang satu dengan siswa yang lain. 5) Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.

2. Pengertian Belajar

  Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Aunurrahman (.James O. Whittaker 2010: 35) secara rinci merumuskan pengertian belajar sebagai berikut:

  Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di interaksi dengan lingkungannya.

  Pendapat lain mengenai belajar oleh Oxf

  ord Advanced Learner’s

Dictionary (Suyono dan Harianto, 2014: 12 ) menyatakan bahwa belajar

  dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui studi, pengalaman, atau karena diajar. Jadi belajar disebut sebagai suatu kegiatan yang dilakukan guna memperoleh sebuah pengetahuan baru melalui pengalaman.

  Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman, yang relatif menetap, menuju kebaikan, perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang secara keseluruhan yang didapat dari interaksi individu dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut baik secara jasmaniah ataupun rokhaniah yang terjadi pada manusia yang dibentuk dari kebiasaan secara otomatis dan seterusnya.

3. Prinsip-prinsip Belajar

  Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas dapat berjalan secara efektif apabila guru mampu menerapkan prinsip-prinsip belajar sebagaimana mestinya. Prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran di kelas atau di luar kelas.

  Ada tujuh prinsip yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2009: 42-49) yaitu:

  a. Perhatian dan Motivasi Perhatian dan motivasi memiliki peranan penting dalam belajar. Perhatian siswa terhadap pelajaran akan timbul apabila bahan pelajaran yang ada sesuai dengan kebutuhannya. Jika bahan belajar sesuai dengan kebutuhan siswa dan dapat digunakan untuk belajar lebih lanjut maka secara tidak langsung akan membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajarinya.

  b. Keaktifan Keaktifan merupakan bagian dari aktivitas siswa dalam belajar. Dalam belajar keaktifan siswa nampak dalam kegiatan fisik yang mudah diamati dan bentuk psikis yang susah diamati. Bentuk kegiatan fisik dapat berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih, keterampilan-keterampilan dan sebagainya. Sedangkan, dalam bentuk psikis dapat berupa memecahkan permasalahan menggunakan ilmu pengetahuan yang dimiliki, membandingkan suatu konsep dengan konsep lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis lain.

  c. Keterlibatan Langsung atau Berpengalaman Belajar itu adalah proses yang dilakukan secara langsung oleh siswa, belajar adalah mengalami dan tidak dapat diwakilkan dengan orang lain. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh Jhon Dewey dalam (Dimayati dan Mudjiono, 2009: 46) menyatakan “learning by doing”. Jadi, diartikan bahwa belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah. Dalam hal ini keterlibatan atau peran guru sebagai pembimbing dan fasilitator.

  Keterlibatan langsung ini berarti siswa aktif mengalami dan melakukan proses belajar sendiri. Keterlibatan langsung ini akan lebih membantu siswa melakukan kegiatan-kegiatan lain secara aktif dalam memecahkan masalah yang ada di sekitarnya.

  d. Pengulangan Pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar ialah untuk melatih daya-daya jiwa dan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan-kebiasaan. Salah satu metode belajar yang menggunakan prinsip pengulangan adalah metode drill dan

  stereotyping yang dikembangkan oleh Gage dan Briliner. e. Tantangan Belajar memerlukan tantangan agar dapat membangkitkan gairah siswa dalam belajar. Bahan belajar atau pelajaran yang di dalamnya mengandung materi yang banyak permasalahan membuat siswa untuk tertantang menyelesaikannya.

  f. Balikan dan penguatan Kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya.

  Sebagai contoh siswa yang memperoleh nilai baik mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. Sedangkan penguatan negatif, ketika siswa memperoleh nilai jelek dan takut jika tidak naik kelas juga bisa mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. Jika guru tepat dalam menerapkan metode belajar, mengajar dengan baik, memungkinkan siswa akan mendapatkan penguatan dan balikan dengan segera.

  g. Perbedaan Individual Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan lain. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Maka dari itu, hendaknya guru memperhatikan perbedaan-perbedaan tersebut sehingga dalam mengajar mampu memberikan porsi yang sesuai dengan masing-masing kemampuan siswa. Di samping itu dalam memberikan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa sehingga bagi siswa yang pandai, sedang, maupun kurang akan merasakan berhasil di dalam belajar.

  Prinsip belajar yang lain dikemukakan oleh Davies (Aunurrahman, 2010: 113) menjelaskan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut: 1) Semua hal apapun itu yang dipelajari oleh seorang siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. Kalimat di atas dapat dikatakan bahwa belajar merupakan keterlibatan siswa secara langsung untuk mengalaminya. 2) Setiap siswa memiliki tempo (kecepatan) sendiri dalam belajar.

  Setiap kelompok umur, terdapat perbedaan dalam kecepatan belajar.

  3) Seorang siswa belajar lebih banyak apabila setiap langkah dalam belajar segera diberi penguatan (reinforcement) 4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan siswa belajar secara lebih berarti atau biasa dikatakan belajar yang bermakna. 5) Apabila seorang siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia akan termotivasi untuk belajar dan siswa akan belajar dan mengingat lebih baik.

  Berdasarkan kedua pengertian mengenai prinsip-prinsip belajar dapat disimpulkan bahwa belajar mempunyai prinsip yang jelas yaitu (1) belajar adalah mengalami langsung, (2) adanya perbedaan sebuah penguatan, (3) belajar diperlukan adanya sebuah penguatan, (4) adanya pengulangan dalam belajar, (5) adanya perhatian dan motivasi, (6) adanya keaktifan dan tantangan dalam belajar.

4. Pengertian Prestasi Belajar

  Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok (dalam Hamdani 2011: 138).

  Menurut Arifin (2011: 12) kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia men jadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning autcome). Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.

  Berdasarkan dua pendapat di atas peneliti dapat simpulkan bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan yang dilihat dari tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Usaha-usaha tersebut berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam nilai setelah mengalami proses belajar mengajar.

5. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Slameto (2003: 54-72) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Berikut penjelasan Slameto mengenai faktor yang mempengaruhi prestasi belajar: a. Faktor Internal

  Faktor internal dibagi menjadi tiga, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

  1) Faktor jasmaniah

  a) Faktor kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit.

  Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga siswa akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan atau kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. b) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Keadaan cacat tubuh juga akan mempengaruhi proses belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu.

  Berdasarkan faktor jasmaniah di atas, bahwa belajarnya seseorang akan mempengaruhi semangat siswa dalam mengikuti pelajaran. Selain itu, faktor kesehatan dan cacat tubuh seseorang akan berdampak pada hasil belajar siswa di sekolah. 2) Faktor Psikologis

  a) Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Siswa yang mempunyai tingkat intelensi normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika siswa belajar dengan baik. Sedangkan jika siswa memiliki inteligensi yang rendah, siswa tersebut perlu mendapat pendidikan di lembaga pendidikan khusus. b) Perhatian Perhatian menurut Gazali (Slameto 2003: 54) adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata- mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah guru membuat bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

  c) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

  Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.

  d) Bakat Bakat atau aptitude menurut Hilgart adalah: “the

  capacity to learn

  ”. Pengertian lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Bakat mempengaruhi belajar siswa. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena siswa senang belajar dan pastilah selanjutnya siswa tersebut lebih giat lagi dalam belajarnya itu. e) Motif Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya. Dari uraian di atas bahwa motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dan dengan adanya latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan atau kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar.

  f) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan siswa, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap utnuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksnakan kegiatn secara terus- menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Siswa yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika siswa sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar. g) Kesiapan Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah Preparedness to response atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

  Menurut penjelasan diatas faktor psikologi merupakan faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil belajar. Jadi, belajar sangat dipengaruhi oleh kesiapan siswa sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. 3) Faktor kelelahan

  Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Dari uraikan di atas bahwa kelemahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelemahan. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

  1) Faktor keluarga

  a) Cara Orang Tua Mendidik Cara orang tua mendidik besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo dengan pertanyaannya yang menyatakan bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.

  b) Relasi Antaranggota Keluarga Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu hubungan penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah sikap yang acuh tak acuh.

  c) Suasana Rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana rumah yang tegang, dan sering ribut, pertengkaran antaranggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak terjadi bosan di rumah. Suka keluar rumah, akibatnya belajarnya tidak maksimal.

  d) Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu.

  Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak.

  Akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar. Hal tersebut juga dapat mengganggu belajar anak.

  e) Pengertian Orang Tua Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas- tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya. f) Latar Belakang Kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

  Faktor keluarga sangat mempunyai keterkaitan hubungan yang besar untuk kelanjutan belajar siswa. Tingkah laku siswa paling dominan diajarkan langsung oleh orang tua dan saudaranya karena siswa tersebut mendapatkan pendidikan pertama dari lingkungan keluarga serta keadaan ekonomi dan pengertian orang tua juga mampu menjadi penyebab gagalnya belajar siswa di sekolah. 2) Faktor Sekolah

  Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Berikut ini dibahas faktor-faktor tersebut satu persatu: a) Metode Mengajar

  Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo Karo adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, mengusai, dan mengembangkannya. Metode mengajar yang dilakukan guru mempengaruhi belajar siswa akan menjadi aktif atau pasif.

  b) Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa agar siswa menerima, mengusai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.

  c) Relasi Guru dengan Siswa Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Hubungan interaksi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Siswa segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya mata pelajarannya tidak berjalan lancar dan menyebabkan proses belajar-mengajar kurang lancar.

  d) Relasi Siswa dengan Siswa Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin.

  Oleh karena hubungan antara siswa dan guru sangatlah penting, sebab guru menjadi pelayanan bimbingan dan penyuluhan pertama di kelas tersebut.

  e) Disiplin Sekolah Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar.

  Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan semua warga masyarakat sekolah dalam melaksanakan tata tertib. Disiplin sekolah mempengaruhi sikap siswa dalam belajar. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan.

  f) Alat Pelajaran Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar. Kenyataan saat ini banyak sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya.

  g) Waktu Sekolah Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa, oleh karena itu pilihlah waktu sekolah yang tepat agar prestasi belajar siswa maju. h) Standar Pelajaran di Atas Ukuran Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Hal ini mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa berbeda-beda. Misal: ada yang cepat dalam menerima materi dan yang lambat dalam menerima materi. i) Keadaan Gedung Keadaan gedung harus memadai di dalam setiap kelas.

  Jika keadaan gedung tidak memadai maka proses belajar akan terganggu dan belajar siswa menjadi tidak nyaman.

  Pengaruh dari keadaan gedung itu sendiri mempunyai hubungan yang besar dalam keberhasilan belajar siswa di sekolah tersebut. j) Metode Belajar

  Banyak siswa melakukan cara belajar yang salah, lebih suka belajar pada saat esok hari akan tes. Belajar siswa yang tidak tepat akan berpengaruh kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan prestasi belajar. k) Tugas Rumah Pemberian tugas rumah, guru diharapkan jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah.

  Beban dari tugas rumah bisa menjadi faktor penyebab gagalnya pembelajaran siswa di sekolah. Hal ini tidak saja dilihat dari faktor internal namun juga dilihat dari faktor eksternal bawasanya faktor eksternal di sekolah ini mempengaruhi segi kualitas dan kuantitasnya sekolah tersebut. Apabila banyak faktor ekstren di sekolah yang rendah maka kenyamanan siswa dengan guru, teman sebaya akan terganggu.

  3) Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat antara lain sebagai berikut: a) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat

  Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat terlalu banyak terlebih-lebihnya jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya akan menganggu waktu belajarnya. b) Mass media Mass media yang baik memberi pengaruh terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Contoh, siswa suka nonton film atau membca cerita-cerita detektif, pergaulan bebas, dan pencabulan. Maka perlulah kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidikan yang baik di dalam keluarga.

  c) Teman Bergaul Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.

  d) Bentuk Kehidupan Masyarakat Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ.

  Berdasarkan faktor yang mempengaruhi proses belajar point ke tiga yaitu faktor masyarakat. Faktor masyarakat tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan sekolah, oleh karena itu masyarakat mempunyai hubungan yang sama penting juga dengan faktor-faktor diatas. Hal itu disebabkan hasil akhir proses belajarnya siswa akan dipraktekkan langsung pada lingkungan siswa berada.

6. Hakikat IPS

  a. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, dan merupakan mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD/MI/SLB) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs/SMPLB). Hakikat

  IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga Negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya.

  Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada siswa menurut (Susanto 2013: 137). Menurut Trianto (2010: 171) Ilmu Pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Lebih jelasnya oleh Trianto (2010: 171 dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial.

  Dua pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bawasannya Ilmu Pengetahuan Sosial ini merupakan suatu hubungan manusia dengan lingkungannya berdasarkan kegiatan dasar yang dilakukan manusia itu sendiri.

  b. Tujuan Pembelajaran IPS di SD Tujuan dalam pembelajaran dapat dikatakan sebagai sebuah perilaku yang hendak dicapai yang diperoleh dalam kegiatan belajar siswa di sekolah. Dalam tujuan IPS tentu saja siswa diarahkan untuk menguasai kompetensi tertentu dalam mata pelajaran IPS sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.

  Pada dasarnya tujuan pendidikan IPS ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat menurut (Trianto, 2010: 176).

  Tujuan pembelajaran IPS di kelas IV Sekolah Dasar dalam KTSP ( Susanto, 2014: 31 ) dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, ras aingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

  Berdasarkan paparan tujuan IPS di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa tujuan IPS adalah memberikan bekal pengetahuan pada siswa agar dapat mengembangkan potensi dan menyesuaikan diri dengan baik serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

  c. Materi IPS di SD SK dan KD Mata Pelajaran IPS Kelas IV Semester II

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran IPS Kelas IV Semester II berdasarkan KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  2. Mengenal sumber

  2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang daya alam, berkaitan dengan sumber daya alam kegiatan ekonomi dan potensi lain di daerahnya dan kemajuan

  2.2 Mengenal pentingnya koperasi teknologi di dalam meningkatkan kesejahteraan lingkungan masyarakat kabupaten/kota

  2.3 Mengenal perkembangan teknologi dan provinsi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya

  2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya Berdasarkan keempat kompetensi dasar yang telah dipaparkan pada tabel 2.1 penelitian ini hanya akan menggunakan satu kompetensi dasar saja yaitu: 2.2 mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memfokuskan materi pentingnya usaha bersama dalam koperasi.

  7. Pembelajaran IPS Menggunakan Pembelajaran Aktif teknik Assessment Search

  Pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran menurut (Warsono, 2012: 12). Menurut Zaini, dkk (2008: 15) pembelajaran aktif teknik Assessment Search adalah suatu teknik yang cukup menarik untuk menilai kelas dalam waktu yang cepat dan sekaligus melibatkan siswa sejak awal pertemuan untuk saling mengenal dan bekerjasama.

  Menurut Hamzah (2014:1) Pembelajaran ini sebagai sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan, metode atau instrumen pendidikan lainnya oleh suatu badan, lembaga, organisasi atau institusi resmi yang menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu.

  Langkah-langkah pembelajaran Assessment Search menurut Zaini yaitu: (1) Buatlah tiga atau empat pertanyaan untuk mengetahui kondisi kelas (2) Bagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil terdiri dari tiga atau empat siswa tergantung pada jumlah soal yang sudah dibuat. Beri masing-masing siswa satu pertanyaan dan minta masing-masing untuk menginterview teman satu kelompok untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang siswa lain miliki (3) Pastikan bahwa setiap siswa mempunyai pertanyaan sesuai dengan bagiannya. Jika jumlah siswa 18, yang dibagi menjadi kelompok tiga, maka akan ada 6 orang yang mempunyai pertanyaan yang sama (4) Mintalah masing-masing sub kelompok mengumpulkan data setiap siswa dan meringkasnya (5) Mintalah masing-masing sub-kelompok untuk melaporkan kepada seluruh kelas apa yang telah mereka pelajari tentang peserta lainnya.

  Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli, maka dapat disimpulkan langkah-langkah Assessment Search yang akan digunakan adalah:

  1. Pembelajaran diawali dengan guru membuat pertanyaan mengenai materi yang akan diajarkan kemudian guru membagi kelompok kecil yang terdiri dari 3 siswa. Pembagian kelompok dalam pembelajaran harus bersifat heterogen. Di sini guru harus benar-benar teliti dalam membagi kelompok sesuai dengan kemampuan siswa.

  2. Pembagian kelompok selesai, guru memberikan lembar soal pertanyaan pada masing-masing siswa dalam kelompok yang sudah dibagi di awal. Masing-masing dari siswa bertanya terhadap teman satu kelompok untuk mendapatkan jawaban sesuai dengan lembar soal pertanyaan.

  3. Setiap kelompok ditugaskan untuk menyeleksi dan meringkas data dari hasil bertanya terhadap teman satu kelompok.

  4. Setiap kelompok bertugas untuk melaporkan hasil dari diskusi yang telah siswa pelajari dari temannya. Di sini guru membimbing semua kelompok untuk berpikir bersama menyimpulkan hasil diskusi yang telah di dapat pada saat belajar menggunakan pembelajaran aktif teknik Assessment Search yang telah diterapkan.

  Lima langkah pembelajaran Assessment Search menurut Zaini yang telah dijelaskan di atas akan peneliti gunakan dalam pembelajaran

  IPS. Penggunaan pembelajaran aktif tersebut dengan tujuan dan harapan dapat mempermudah dan memperbaiki kualitas pembelajaran IPS yaitu dengan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MIM Gentawangi.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

  Peneliti menemukan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan variabel yang sama yaitu:

  1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Etina Asaroh (2013: 71-73) dengan judul Peningkatan sikap kemandirian dan prestasi belajar IPS siswa kelas

  IV pada materi mengenal aktivitas ekonomi melalui pembelajaran kooperatif teknik ASAMBA dengan menggunakan media gambar di SDN 2 Sokaraja. Penelitian dengan pembelajaran kooperatif teknik ASAMBA membuktikan bahwa sikap kemandirian dan prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dengan kriteria positif.

  2. Penelitian yang dilakukan oleh Riyana Abriyani (2012: 10-11) dengan judul Peningkatan Kemandirian Belajar dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V Melalui Strategi Pembelajaran Assessment Search di SDN 04 Tegalgede. Penelitian dengan variabel kemandirian pada mata pelajaran IPA membuktikan bahwa penerapan strategi pembelajaran Assessment Search dapat meningkatkan kemandirian siswa yaitu menyiapkan buku, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengerjakan soal latihan, mengerjakan soal latihan di depan kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Kemandirian belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas V melalui strategi pembelajaran

  Assessment Search di SD Negeri 04 Tegalgede Tahun 2011 atau 2012.

  Dengan konstribusi sebesar 37,40%; 2) Lingkungan belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V melalui strategi pembelajaran Assessment Search di SD Negeri 04 Tegalgede Tahun Pelajaran 2011 atau 2012, dengan konstribusi sebesar 55,90%; 3) Kemandirian belajar dan Lingkungan belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas V Melalui Strategi Pembelajaran Assessment Search di SD Negeri 04 Tegalgede Tahun Pelajaran 2011 atau 2012, dengan kontribusi sebesar 46,30%.

  Berdasarkan hasil penelitian relevan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan dua variabel yang sama terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Ada keterkaitan antara peneliti yang relevan dengan peneliti yang akan diteliti sehingga dapat dijadikan sebuah landasan dalam melakukan penelitian. Ada perbedaan dalam penelitian ini dengan yang relevan dari segi kelas dan mata pelajaran yang akan diteliti.

C. Kerangka Pikir

  Perkembangan karakter siswa mempengaruhi prestasi belajarnya. Hal ini dapat terlihat dari hasil observasi awal dalam pembelajaran, guru belum menerapkan teknik pembelajaran yang bervariasi menyebabkan munculnya masalah-masalah dalam pembelajaran IPS. Hambatan yang muncul bukan saja materi yang banyak penghafalannya dan teknik yang digunakan belum bervariasi namun disertai juga dengan rendahnya sikap kemandirian dan prestasi belajar siswa dan adanya sikap siswa yang meremehkan kegiatan pembelajaran IPS, sehingga interaksi antara siswa dan guru kurang maksimal.

  Kurangnya sikap kemandirian siswa dan mata pelajaran IPS yang banyak materi untuk dihafal dan mencermati materi sehingga menjadi penghambat pemahaman siswa dalam mendalami materi. Peningkatan sikap kemandirian sangatlah dibutuhkan dalam proses pembelajaran dan diharapkan dengan adanya peningkatan karakter dapat meningkatkan pula prestasi belajar siswa.

  Tindakan yang seperti ini maka diperlukan adanya pemilihan teknik pembelajaran yang tepat sehingga akan terdapat interaksi antara guru dengan siswa. Penggunaan teknik pembelajaran yang tepat, menyenangkan, membuat fokus, termotivasi dan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran perlu diterapkan. Langkah strategis mengatasi permasalahan di atas dengan menerapkan pembelajaran aktif teknik Assessment Search didukung dengan penelitian yang sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Riyana Abriyani dengan judul peningkatan kemandirian dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V melalui strategi pembelajaran Assessment

  Search di SDN 04 Tegalgede tahun pelajaran 2011 atau 2012 bahwa Assessment Search dapat meningkatkan kemandirian dan lingkungan belajar

  terhadap prestasi belajar IPA, maka peneliti mencoba menggunakan metode tersebut.

  Sikap kemandirian dan

  Kondisi Awal

  prestasi belajar masih rendah Pembelajaran Siklus I menggunakan menggunakan

  Tindakan

  Pembelajaran Pembelajaran teknik teknik

  Asessment Asessment Search Search Siklus II

  menggunakan Pembelajaran teknik

  Asessment Search

  Meningkatkan sikap

  Kondisi Akhir

  kemandiriandan prestasi belajar IPS siswa

Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kajian terori dan kerangka berpikir, dapat peneliti kemukakan hipotesis tindakan atas penelitian terdiri dari:

  1. Assessment Search dapat meningkatkan sikap kemandirian siswa pada mata pelajaran IPS materi Pentingnya Usaha Bersama dalam Koperasi MIM Gentawangi.

  2. Assessment Search dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata

  pelajaran IPS materi Pentingnya Usaha Bersama dalam Koperasi MIM Gentawangi.

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LEMATANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 36

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD 4 DERSALAM TAHUN 2012 2013

0 0 20

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KEBUMEN

0 0 8

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE BERBANTU MEDIA KARTU KATA PADA SISWA KELAS IV SD 4 GETASSRABI GEBOG KUDUS

0 0 21

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIQIH MATERI HARAM BERPUASA MELALUI METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SEMESTER II MI KENTENGSARI 02 CANDIROTO TEMANGGUNG TAHUN 2008 - Test Repository

0 1 87

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV - Repository Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

0 0 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Pustaka 1. Keterampilan Membaca - UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DI MI NU BAITUL MUKMININ GETAS PEJATEN JATI KUDUS - STAIN Kudus Repository

0 0 30

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Pustaka 1. Pengertian Kurikulum - FILE 5 BAB II

0 0 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Pustaka 1. Aṣ-Ṣalātu al-Wus ṭ - FILE 5 BAB II

0 0 42

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar - PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBASIS INKUIRI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 14 SUR

0 0 25