ANALISIS PERUBAHAN AMPLITUDO GEMPA GUNUNG RINJANI DAN KAITANNNYA DENGAN EVENT GEMPA TEKTONIK WILAYAH PULAU LOMBOK Analysis of Mount Rinjani’s Changes Amplitude and It’s Relazation to Tectonic Earthquake Event In Lombok Island Area Dody Alkaram, Bulkis Kan

  

ANALISIS PERUBAHAN AMPLITUDO GEMPA GUNUNG RINJANI DAN

KAITANNNYA DENGAN EVENT GEMPA TEKTONIK WILAYAH PULAU LOMBOK

Analysis of Mount Rinjani’s Changes Amplitude and It’s Relazation to Tectonic

Earthquake Event In Lombok Island Area

  

Dody Alkaram, Bulkis Kanata, Teti Zubaidah

  Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mataram Jl. Majapahit 62, Mataram 83125, Lombok – Indonesia

  

  

ABSTRAK

  Wilayah pulau Lombok merupakan wilayah yang rentan terhadap bencana gempabumi. Gempa-gempa tektonik yang terjadi di wilayah ini disebabkan karena Indonesia terletak antara pertemuan lempeng tektonik benua, yaitu lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Pulau Lombok juga termasuk dalam jalur pegunungan dunia, dengan adanya Gunung berapi yaitu Gunung Rinjani, yang mengakibatkan sering terjadinya gempa vulkanik. Pos pengamatan di Gunung Rinjani ditujukan untuk mengamati aktivitas vulkanik Gunung tersebut dan juga merekam aktivitas gempa tektonik di sekitarnya dengan alat ukur seismograf. Penelitian ini akan membahas ada tidaknya keterkaitan dari masing-masing tipe gempa yang terekam di pos pengamatan Gunung Rinjani dengan kejadian gempa tektonik, dengan mengambil data amplitudo untuk tipe gempa tektonik jauh, tektonik lokal, tremor, low frekuensi, vulkanik dalam dan vulkanik dangkal dalam 63 gempa yang terjadi pada kurun waktu 1 Oktober 2010 – 31 Desember 2012. Pola perubahan amplitudo diamati dengan cara melakukan proses penghalusan menggunakan metode Simple Moving Average dan Single Eksponensial

  

Smoothing. Hasil kecocokan penghalusan Simple Moving Average dan Single Eksponensial Smoothing untuk

  tiap tipe gempa berturut-turut yaitu, tektonik jauh 68,82% dan 75,44%, tektonik lokal 33,33 % (sama untuk kedua metode), tremor 41,27% dan 44,44%, low frekuensi 36,51% dan 38,09%, vulkanik dalam 31,75% dan 33,33%, serta vulkanik dangkal 19,05% (sama untuk kedua metode). Dengan mengacu pada persentase keberhasilan untuk suatu prediksi (perkiraan) adalah sebesar 50%-90%, maka tipe tektonik jauh memiliki kecocokan dan keterkaitan langsung dengan gempa tektonik. Sedangkan empat tipe gempa, yakni tremor, low frekuensi, vulkanik dalam dan vulkanik dangkal tidak memiliki kaitan langsung dengan gempa tektonik.

  Kata kunci: Gunung Rinjani, Simple Moving Average, Single Eksponensial Smoothing, gempa tektonik, Lombok.

  ABSTRACT

  The Lombok island region is of earthquake disasters prone area. Tectonic earthquakes happened in this region because Indonesians region is located in junction of continental tectonic plates, i.e the Eurasian and Indo-Australian plates. While Lombok island is including within world mountain paths, with Mount Rinjani as volcanic one, volcanic earthquakes frequently occurred in this region. A monitoring station on the Mount rinjani is aimed to observe volcanic activity as well as to record tectonic activity in the vicinity with a seismograph as measurement instrument. This study will discuss whether a linkage between each type of earthquakes recorded at the monitoring station of Mount Rinjani and tectonic earthquakes occurrences exists by taking the data of amplitudes which are: tectonics, local tectonics, tremors, low-frequency, deep volcanic, shallow volcanic within 63 events during October 1, 2010 - December 31, 2012. The amplitudes change patterns are observed by applying smoothing process, using Simple Moving Average and Single Exponential Smoothing methods. Appropriate results for each type of earthquakes using Simple Moving Average and Single Exponential smoothing consecutively are: tectonics 68.82% and 75,44%, local tectonics 33,33 % (equal for both methods), tremors 41,27% dan 44,44%, low-frequency 36,51% dan 38,09%, deep volcanic 31,75% dan 33,33%, and shallow volcanic 19,05% (equal for both methods). Based on percentage of success for a prediction (estimation) as 50% - 90%, the type of tectonics is the best matching and has a direct relevancy to the tectonic earthquakes. While four types of earthquakes, which are: tremors, low-frequency, deep volcanic and shallow volcanic don’t have direct relevancy to the tectonic earthquakes.

  Key Words: Mount Rinjani, Simple Moving Average, Single Eksponensial Smoothing, tectonic earthquake, Lombok.

1. Pendahuluan

  Wilayah pulau Lombok merupakan wilayah yang rentan dengan bencana gempabumi. Hal ini disebabkan karena Lombok termasuk dalam wilayah pertemuan antara lempeng-lempeng tektonik dunia dan juga termasuk dalam barisan pegunungan api dunia (Ring of Fire). Ini dibuktikan dengan adanya Gunung berapi di pulau Lombok yaitu Gunung Rinjani yang menyebabkan wilayah pulau Lombok sering terjadi gempa vulkanik maupun gempa tektonik dan juga gunung meletus.

  50 100 A m p ( m m )

  30 ’ - 119 30’ BT. Berikut adalah informasi kejadian gempa tektonik wilayah pulau Lombok

  Gambar 1. Data gempa Gunung Rinjani pada kurun waktu 1 Oktober 2010 – 31 Desember 2012 untuk tiap event gempa Data amplitudo dari tiap tipe gempa Gunung rinjani tersebut akan dilihat keterkaitannya dengan kejadian gempa tektonik di wilayah pulau Lombok. Pada penelitian ini data gempa diambil dari data U.S Geological Survey (USGS) dengan batas geografis 8 – 11 LS dan 115

  Vulkanik dalam/ vA Vulkanik dangkal/ vB

  Tektonik jauh Tektonik lokal Tremor Low frekuensi

  A m p ( m m )

  50 100 Month/Year (M/yy)

  50 100 A m p ( m m )

  Gunung Rinjani yang berada di Pulau Lombok merupakan salah satu gunung berapi yang masih memiliki aktifitas dan berpotensi menimbulkan getaran dan gempa, terutama gempa vulkanik. Untuk memantau aktifitasnya, pemerintah mendirikan pos pemantauan yang berlokasi di kaki Gunung Rinjani dibawah pengelolaan Dinas ESDM bidang Vulkanologi. Di Pos ini telah dilengkapi dengan peralatan pengukur getaran dan gempa, yakni seismograf, hanya saja alat pengukur seismik ini masih beroperasi secara analog sehingga data-data sinyal yang yang terukur oleh seismograf analog ini masih bersifat catakan baku (hard copy). Salah satu parameter yang didapat dari data seismograf adalah amplitudo.

  50 100 A m p ( m m )

  50 100 A m p ( m m )

  50 100 A m p ( m m )

  Pengambilan data sinyal seismik berupa amplitudo dari masing-masing tipe gempa yang terekam di pos pengamatan Gunung Rinjani yaitu, tektonik jauh, tektonik lokal, tremor, low frekuensi, vulkanik dalam, dan vulkanik dangkal. Nilai amplitudo yang diambil berupa data harian dan merupakan amplitudo maksimum. Data diambil pada kurun waktu 1 Oktober 2010 – 31 Desember 2012. Berikut data amplitudo dari tiap tipe gempa.

  2. Pengambilan dan pengolahan data

  Pada tugas akhir ini penulis akan melakukan pengolahan data amplitudo dari setiap jenis event gempa yang terjadi atau terekam pada pos pengamatan Gunung Rinjani. Data yang diambil dari seismograf analog gunung Rinjani tersebut berupa amplitudo dari event gempa dari kurun waktu oktober 2010 sampai dengan desember 2012. Hal ini karena pada kurun waktu tersebut banyak terjadi kejadian gempa pada wilayah NTB, khususnya kawasan pulau lombok.

  Amplitudo yang dijadikan referensi adalah amplitudo maksimal yang merupakan rentang terjauh yang terukur dari gelombang seismik yang tercatat di data seismograf. Sedangkan variable lain yang tampak adalah nilai P-S yang berkaitan dengan jenis getaran sinyal, primer atau sekunder. Dari variable-variable tersebut akan diketahui tipe event dari setiap gempa yang teramati di pusat pengamatan Gunung Rinjani.

O/10 N/10 D/10 J/11 F/11 M/11 A/11 M/11 J/11 J/11 A/11 S/11 O/11 N/11 D/11 J/12 F/12 M/12 A/12 M/12 J/12 J/12 A/12 S/12 O/12 N/12 D/12

  Tabel 1. Informasi kejadian gempa wilayah pulau Lombok pada kurun waktu 1 Oktober 2010 - 31 Desember 2012 Dibawah ini adalah titik-titik lokasi gempa pada peta wilayah pulau Lombok

  10 4.6 21/08/2012 -8.8 118.43 125.5

  61.4 4 08/10/2012 -8.66 116.096

  4.5 30/09/2011 -9.687 119.442

  35

  46.2 5.2 14/09/2012 -8.002 117.26

  4.2 21/09/2011 -9.587 117.82

  41.1

  63.8 4.4 26/08/2012 -10.028 116.843

  4 12/09/2011 -9.768 117.743

  4.1 01/09/2011 -12.064 117.377

  4.2 05/10/2011 -8.58 118.373 131.9 4.2 02/11/2012 -9.906 118.787

  35

  30.5 4.2 18/08/2012 -11.628 116.485

  5.3 06/07/2011 -8.205 117.824

  4.4 26/06/2011 -8.054 117.291 200.2 4.1 09/08/2012 -8.718 116.363 107.2

  70.4

  21.1 4.8 08/07/2012 -9.832 119.1

  4.7 24/05/2011 -10.577 117.199

  35

  47.9

  10

  19.9

  4.8

  2.7

  4.3 04/01/2012 -11.131 119.053

  42.6

  44.1 4 16/12/2012 -8.376 117.737

  4 01/01/2012 -8.3 118.724

  57.2

  39.8 4 02/12/2012 -9.826 118.856

  4.8 25/12/2011 -10.618 119.311

  5.4 05/12/2011 -8.096 118.68 173.9 4.7 22/11/2012 -11.45 117.928

  4.5 23/10/2011 -9.805 118.867

  25

  4.5 04/12/2011 -8.139 117.487 191.4 4.7 21/11/2012 -11.359 117.931

  4 30/11/2011 -8.058 118.47 197.5 5 11/11/2012 -8.531 118.423 131.2

  52.1

  35 4.1 09/11/2012 -9.953 118.12

  4 02/11/2011 -11.389 118.173

  25.1

  51.3 4.1 03/11/2012 -9.739 118.926

  4.7 16/05/2011 -8.751 119.475 132 4.4 05/07/2012 -10.885 116.984

  45.5 4.3 30/06/2012 -10.159 118.192

  Tanggal Latitude Longitude Depth

  95.9 4 14/02/2012 -9.609 117.541

  3.5 04/12/2010 -9.669 117.031

  10

  20.8 4.2 18/02/2012 -9.18 118.772

  4.8 11/11/2010 -8.282 116.044

  49.3

  76.3 4.6 16/02/2012 -8.281 118.27

  4.3 09/11/2010 -9.343 119.29

  57.5

  4.1 30/10/2010 -9.403 119.347

  4.5 11/12/2010 -8.924 119.164 139.3 4.9 15/03/2012 -9.587 119.332

  26.2

  80.3 4 28/01/2012 -10.176 116.285

  5.1 08/10/2010 -9.48 119.23

  7

  05/10/2010 -8.487 118.498 156.6 4.4 27/01/2012 -10.369 116.013

  Mag (SR)

  Depth (km)

  (km) Mag (SR) Tanggal Latitude Longitude

  17.9 4.3 04/03/2012 -8.555 118.311 138.5

  59.6

  4.2 01/04/2011 -10.528 118.636

  43.2 4 11/05/2012 -8.869 119.1 117.9

  11.1

  22.1 4.5 09/06/2012 -11.388 116.281

  4.3 31/03/2011 -8.128 117.808

  85

  4.7 20/03/2011 -8.598 118.345 126.3 4.5 04/06/2012 -9.178 118.44

  35

  88 4.5 14/05/2012 -8.051 117.085

  4.5 06/03/2011 -9.258 119.352

  4 20/02/2011 -9.965 116.268

  4.5 06/01/2011 -11.564 117.939

  45.7

  35 4.4 23/04/2012 -9.713 118.223

  4.1 18/02/2011 -11.199 116.861

  59

  10 4.6 07/04/2012 -9.828 118.998

  4.4 07/01/2011 -8.002 117.908

  81.6

  10 4.3 28/03/2012 -9.298 118.41

  4.9

  • – 31 Desember 2012

1 M

  50 100 150 200 250

  6

  8 M a g n it u d e g e m p a ( S R ) perubahan amplitudo tektonik lokal (m etode moving average) 1 304 334 364

  29

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  24

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  1 304 334 364

  K e d a la m a n g e m p a ( k m )

  2

  29

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  24

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354 200 400 600 800 1000

  J a r a k g e m p a ( k m )

  274 304 334 364

  4

  24

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  40

  J a r a k g e m p a ( k m )

  274 304 334 364

  29

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  24

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  20

  60

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  80 100 Day O f Years (DOY) 1 O kt 2010 - 31 Des 2012

  A m p li t u d o ( m m )

  Gambar 3. Perubahan amplitudo tektonik jauh dengan metode simple moving average dan single eksponensial smoothing.

  2. Tektonik lokal dengan 6 kejadian gempa

  1 304 334 364

  29

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  29

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  24

  29

  1 304 334 364

  29

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  24

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354 200 400 600 800 1000

  J a r a k g e m p a ( k m )

  274 304 334 364

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  50 100 150 200 250

  24

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  20

  40

  60

  80 100 Day Of Years (DOY) 1 Okt 2010 - 31 Des 2012

  A m p li t u d o ( m m )

  K e d a la m a n g e m p a ( k m )

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  24

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  20

  40

  60

  80 100 Day Of Years (DOY) 1 Okt 2010 - 31 Des 2012

  A m p li t u d o ( m m )

  1 304 334 364

  29

  24

  24

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  2

  4

  6

  8 M a g n it u d e g e m p a ( S R ) perubahan amplitudo tektonik lokal (metode eksponensial smoothing) 1 304 334 364

  29

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354 200 400 600 800 1000

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  1 304 334 364

  50 100 150 200 250

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  24

  29

  29

  1 304 334 364

  8 M a g n it u d e g e m p a ( S R ) Trend perubahan am plit udo tekt onik jauh (metode m oving average)

  6

  4

  2

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  24

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  29

  1. Tektonik jauh dengan 57 kejadian gempa

  1 304 334 364

  gempa dan keterkaitannya dengan kejadian gempa tektonik.

  eksponensial smoothing untuk tiap tipe

  4 Berikut adalah hasil penghalusan dari metode simple moving average dan single

  29

  1 2012

  22

  Gambar 2. Titik lokasi gempa tektonik di wilayah pulau Lombok pada kurun waktu 1 Oktober 2010

  Untuk mengetahui perubahan amplitudo pada saat kejadian gempa tektonik maka data amplitudo dari masing-masing tipe gempa akan dihaluskan dengan metode penghalusan simple moving average dan

  single eksponensial smoothing. Persamaan

  dari kedua metode tersebut adalah sebagai berikut: a. simple moving average

  y [ i ] =

  ∑ j=0 M−1 x [i+ j]

  Dimana: y[i]: data output (keluaran) x[i]: data masuk M : jumlah titik data yang dirata-ratakan i : Periode data (N) j : Periode data yang dirata-rata (M)

  b. single eksponensial smoothing

  K e d a la m a n g e m p a ( k m )

  29

  = αX t

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  1 304 334 364

  K e d a la m a n g e m p a ( k m )

  50 100 150 200 250

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  24

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  29

  1 304 334 364

  8 M a g n it u d e g e m p a ( S R ) Trend perubahan amplitudo t ektonik jauh (metode eksponensial sm oothing)

  6

  4

  2

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  24

  29

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  1 304 334 364

  A m p li t u d o ( m m )

  80 100 Day O f Years (D OY) 1 Okt 2010 - 31 Des 2012

  60

  40

  20

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  24

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  29

  274 304 334 364

  J a r a k g e m p a ( k m )

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354 200 400 600 800 1000

  24

  S’ t

  • (1- α)S’

  t-1

  Dimana: S’ t : nilai penghalusan pada saat t

  X

  t

  : nilai data aktual pada saat t S’ t-1 : nilai penghalusan saat t-1 (waktu sebelumnya) α : konstanta ( antara 0 sampai 1).

3. Hasil dan analisa

  Analisa keterkaitan gempa tektonik didasarkan pada ada tidaknya perubahan amplitudo pada tipa tipe gempa Gunung Rinjani. Perubahan ini didasarkan adanya kenaikan amplitudo sebelum terjadi gempa dan penurunan amplitudo setelah gempa tektonik. Untuk gempa tektonik akan dilakukan analisa berdasarkan jarak gempa, dimana jumlah gempa dibedakan seperti berikut ini.

  Tabel 2. Jumlah kejadian gempa tektonik di wilayah pulau Lombok Tahun Jumlah kejadian gempa

  Tektonik jauh Tektonik lokal 2010

  6

  1 2011 Gambar 4. Perubahan amplitudo tektonik lokal dengan metode simple moving average dan single eksponensial smoothing

  3. Tremor, low frekuensi, vulkanik dalam dan vulkanik dangkal dengan 63 kejadian gempa

8 M

  20

  21 31,7 5 33,3

  3 Vulkanik dangkal / vB

  12

  12 19,0 5 19,0

  5

  Tremor Low frekuensi Vulkanik dalam Vulkanik dangkal 1 304 334 364

  Trend perubahan amplitudo (metode eksponensial smoothing) 1 304 334 364

  A m p li t u d o ( m m )

  50 100 Day Of Years (DOY) 1 Okt 2010 - 31 Des 2012

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  24

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  29

  274 304 334 364

  9 Vulkanik dalam / vA

  24 36,5 1 38,0

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  6

  Tipe gempa (Gunung Rinjani) Jumlah gempa tektonik (USGS ) kecocokan jumlah

  Persentase (%) SMA SES SMA SES Tektonik jauh

  57

  39

  43 68,8 2 75,4

  4 Tektonik lokal

  2

  23

  2 33,3 3 33,3

  3 Tremor

  63

  26

  1 304 334 364

  28 41,2 7 44,4

  4 Low frekuensi

  50 100 A m p li t u d o ( m m )

  24

  Gambar 5. Perubahan amplitudo empat tipe gempa dengan metode simple moving average dan single eksponensial smoothing Hasil dari jumlah dan persentase kecocokan atau keterkaitan dari masing- masing tipe gempa Gunung Rinjani dengan jumlah kejadian gempa tektonik pada kurun waktu 1 Oktober 2010 – 31 Desember 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.

  Trend perubahan amplitudo (metode moving average) 1 304 334 364

  1 304 334 364

  K e d a la m a n g e m p a ( k m )

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354 100 200

  24

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  29

  a g n it u d e g e m p a ( S R )

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  6

  4

  2

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  24

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  29

  29

  24

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  29

  29

  1 304 334 364

  50 100 A m p li t u d o ( m m )

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  24

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  1 304 334 364

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354 500 1000

  50 100 A m p li t u d o ( m m )

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  24

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  29

  1 304 334 364

  

J

a

r

a k

g

e m

p

a

( k

m

)

  Tabel 3. Tingkat kecocokan tiap tipe gempa dengan kejadian gempa tektonik Menurut Jiyo (2009), rentang persentase keberhasilan atau tingkat kecocokan suatu prediksi antara 50%-90%. Jika dari memprediksikan keterkaitan tipe gempa Gunung Rinjani dengan kejadian gempa tektonik memperoleh persentase keberhasilan dalam rentang 50%-90%, maka prediksi sesuai. Sedangkan persentase dibawah rentang 50%-90%, maka prediksi tidak sesuai. Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari berbagai tipe gempa yang terekam di pos pengamatan Gunung Rinjani yang memiliki keterkaitan yang cukup besar dengan data gempa dari USGS adalah tipe gempa tektonik jauh. Ini dapat dilihat dari besar persentase kecocokan dengan kejadian gempa tektonik, yakni sebesar 68,82% dengan metode Simple moving average dan 75,44% dengan metode Single eksponensial

8 M

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  24

  29

  1 304 334 364

  J a r a k g e m p a ( k m )

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354 500 1000

  24

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  29

  1 304 334 364

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354 100 200

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  24

  29

  a g n it u d e g e m p a ( S R )

  6

  4

  2

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  24

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  29

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  24

  29

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  50 100 A m p li t u d o ( m m )

  1 304 334 364

  29

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  24

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  50 100 A m p li t u d o ( m m )

  274 304 334 364

  59 89 119 149 179 209 239 269 299 329 359

  50 100 A m p li t u d o ( m m )

  24

  54 84 114 144 174 204 234 264 294 324 354

  50 100 Day Of Years (DOY) 1 Okt 2010 - 31 Des 2012

  A m p li t u d o ( m m )

  Tremor Low frekuensi Vulkanik dalam Vulkanik dangkal

  29

  1 304 334 364

  smoothing. Dengan tingkat kecocokan atau

  kesesuaian yang besar, artinya bahwa kejadian gempa tektonik yang terjadi pada wilayah pulau Lombok dapat terekam dengan

  K e d a la m a n g e m p a ( k m ) baik pada pos pengamatan Gunung Rinjani sebagai tipe gempa tektonik jauh. Adapun untuk tipe gempa lainnya (yakni tremor, low frekuensi, vulkanik dalam, vulkanik dangkal dan tektonik lokal) memiliki tingkat kesesuaian rata-rata kurang dari 50%. Khusus untuk empat tipe gempa (tremor, low frekuensi, vulkanik dalam dan vulkanik dangkal) memiliki tingkat kesesuaian yang kecil terhadap kejadian gempa tektonik. Keempat tipe tersebut merupakan gempa yang disebabkan oleh aktivitas magma di dalam tubuh Gunung berapi. Hasil diatas dapat menunjukkan pula bahwa peningkatan aktivitas vulkanik tidak serta-merta diiringi dengan peningkatan aktivitas seismik gempa tektonik. Demikian pula kejadian gempa tektonik di wilayah sekitar Lombok belum tentu memicu peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Rinjani. Dengan melihat besar kecilnya persentase kecocokan masing-masing tipe gempa yang terekam di pos pengamatan Gunung Rinjani, maka tipe gempa tektonik jauh merupakan tipe gempa yang dapat dijadikan salah satu parameter dalam penentuan terjadinya gempa di wilayah Lombok. Sebagaimana diketahui bahwa gempabumi khususnya gempa tektonik merupakan suatu kejadian alam yang tidak dapat diprediksi secara pasti kapan dan dimana terjadinya. Namun dengan penelitian mengenai amplitudo tipe gempa Gunung Rinjani ini diharapkan dapat dijadikan acuan awal dalam proses mitigasi bencana gempabumi. Pada penelitian ini terdapat beberapa hal yang belum dapat ditentukan seperti:

  1. Kapan mulai terjadi trend kenaikan amplitudo sampai waktu terjadinya gempa.

  Daftar Pustaka

  Processing, Newnes, United States of

  VE., 1999, Metode dan Aplikasi Peramalan, Binarupa aksara Publisher, Jakarta [4] Smith, SW., 2003, Digital Signal

  Dirgantara, Vol 10, No 4. LAPAN [3] Makridakis, S., Wheelwright, SC., McGee,

  Frekuensi HF Pada Sirkit Komunikasi Radio di Lingkungan Kohanudnas. Berita

  Kerja Lapangan, Universitas Mataram [2] Jiyo., 2009, Kajian Hasil Uji Prediksi

  Vulkanik Gunung Rinjani dari Data Seismograf PS-2 Kinemetrics Selama Aktivitas pada Bulan Januari 2005. Laporan

  [1] Ernawati, I., 2012, Analisis Tipe-Tipe

  3. Dengan persentase kecocokan yang cukup kecil dari keempat tipe gempa yaitu, tremor, low frekuensi, vulkanik dalam dan vulkanik dangkal dengan kejadian gempa tektonik menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik dari Gunung Rinjani tidak menunjukkan pengaruh akan terjadinya gempa tektonik. Sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas tektonik tidak memiliki hubungan secara langsung dengan aktivitas vulkanik, atau sebaliknya.

  2. Pengaruh kedalaman dan jarak gempa terhadap trend perubahan amplitudo.

  dengan Single eksponensial smoothing sebesar 33,33%, 44,44%, 38,09%, 33,33% dan 19,05%.

  Simple moving average, sedangkan

  2. Lima tipe gempa lainnya (tektonik lokal, tremor, low frekuensi, vulkanik dalam dan vulkanik dangkal) memiliki tingkat kecocokan yang rendah, masing-masing sebesar 33,33%, 41,27%, 36,51%, 31,75% dan 19,05% dengan metode

  average dan 75,44% dengan Single eksponensial smoothing.

  1. Dari enam tipe gempa yang terekam pada pos pengamatan Gunung Rinjani dalam rentang waktu Oktober 2010 – Desember 2012 yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan kejadian gempa tektonik adalah tektonik jauh, dengan persentase kecocokan mencapai 68,82% dengan menggunakan metode Simple moving

  Dari hasil pengolahan dan analisa data amplitudo masing-masing tipe gempa yang terekam pada pos pengamatan Gunung Rinjani dengan informasi kejadian gempa tektonik dari USGS , dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

  4. Kesimpulan

  3. Besar magnitude atau kekuatan gempa hanya dengan melihat besar kecilnya amplitudo.

  America [5] Wiriasto, GW., Misbahuddin., Akbar, SI., Zubaidah, T., 2013, Tabulasi Data Dari

  Seismograf Analog Gn. Rinjani tahun 1994- 1998 Sebagai Tahap Perancangan Sistem Informasi Monitoring Seismograf Online (SIMline). Prosiding Conference on Smart-

  Green Technologi and Electrical and Information System, Bali.