PERBEDAAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA WANITA MENIKAH YANG BEKERJA DAN YANG TIDAK BEKERJA DI YOGYAKARTA

  

PERBEDAAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA

WANITA MENIKAH YANG BEKERJA DAN YANG TIDAK

BEKERJA DI YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Nama : Cristina Sri Utami

  

NIM : 029114081

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

Skripsi ini kupersembahkan

untuk keluargaku dan orang-

orang yang kukasihi………

  

When God Prepares

To do Something Wonderful,

He begins with a difficulty.

  

When He Plans

To do Something Very Wonderful,

He Begins with an impossibility.

  

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,

bahkan ia memberikan kekekalan kepada hati mereka.

  

Pengkotbah 3: 11a

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Juni 2007 Penulis Cristina Sri Utami

  

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk

mengungkap perbedaan kecenderungan untuk melakukan perselingkuhan antara

wanita menikah bekerja dan yang tidak bekerja. Kecenderungan perselingkuhan

merupakan suatu keinginan atau dorongan seseorang yang diam-diam

melibatkan orang ketiga di luar pasangan sah dalam perkawinan untuk melakukan

hubungan emosional yang dapat mencapai hubungan seksual.

  Penelitian ini dilakukan pada wanita menikah bekerja dan yang tidak bekerja

di Yogyakarta Subyek penelitian ini adalah 56 wanita menikah bekerja dan 53

wanita menikah tidak bekerja. Penelitian dilakukan dengan menggunakan skala

kecenderungan perselingkuhan model Likert yang memiliki koefisien reliabilitas

0,973.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa t = 3,183 dengan p= 0,002 yang berarti

bahwa terdapat perbedaan kecenderungan perselingkuhan yang sangat signifikan

antara wanita menikah bekerja dan wanita yang tidak bekerja. Kecenderungan

perselingkuhan pada wanita menikah bekerja lebih tinggi daripada wanita

menikah yang tidak bekerja.

  

ABSTRACT

This research was aimed to examined the tendency distinction of

extramarital between working house wifes and non working. The tendency of

extramarital was an impulse and desire in one person to have an extramarital

relationship outside the legal marriage which involved emotional relation and

sexual activities.

  This research subjected to working and non working house wifes. The

research was applied to 56 working house wifes and 53 non working house wifes,

which used the tendency of extramarital scale of Likert model, with reliability of

coeficiency 0,973.

  The result of this research showed that t=3,183 with p=0,002. which mean

that there were significant in extramarital tendency between working and non

working house wifes. Extramarital tendency for working house wifes is higher

than working house wifes.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Allah atas terwujudnya karya penelitian ini. Karya ini

merupakan penelitian mengenai kecenderungan perselingkuhan yang dialami

wanita yang bekerja dan tidak bekerja di Yogyakarta. Semoga karya ini mampu

memberikan sumbangan perkembangan psikologi wanita dan psikologi sosial

dewasa ini.

  Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  2. Agnes Indar Etikawati, S.Psi., M.Si., Psi. selaku dosen pembimbing skripsi selama ini.

  3. Drs. H. Wahyudi, M.Si. dan Y. Heri Widodo, S.Psi selaku dosen penguji.

  4. Para dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang telah banyak menyumbangkan ilmunya kepada penulis.

  5. Bung Monty Satiadarma, terima kasih untuk bimbingan jarak jauh dan saran-saran dalam penulisan skripsi saya.

  6. Ibu-ibu baik yang bekerja maupun tidak bekerja, yang telah menyediakan waktunya untuk mau mengisi angket penelitian ini.

  7. Orang tua, kakak-kakak, dan adik-adikku yang telah banyak memberikan bantuan dukungan serta doa.

  8. Rahmat Dwi Atmoko, terima kasih untuk dukungan, perhatian, semangat, kasih sayang, doa, dan yang telah memberikan banyak warna kehidupan selama ini.

  

9. Sahabatku, Pras, Yudha, Hoho yang telah banyak memberikan banyak

perhatian, dukungan dan semangat.

  10. Kak Donda dan Ari, terimakasih ya untuk segala masukan dan doa selama ini.

  11. Teman-temanku dan sahabat-sahabatku seperjuangan, Cahya, Mitha, Eu, There. Eh inget lo kita punya kode etik, he he he.

  

12. Teman-teman KTB ku Kak Fona, Venti, Reni, terima kasih untuk segala

dukungan dan semangatnya

  

13. Ade-ade KTB ku Wini, Heni, Betha, Lita, hai terima kasih untuk keceriaan

dan persahabatan kita. Ok.

  

14. Teman-temanku Sutri, Winda, terima kasih telah menjadi tempat untuk

berdiskusi ya.

  

15. Teman-teman gerejaku, mas Sekum, Anof, Deni, Tery, Didik, terima kasih

ya sudah membantu aku selama ini.

  16. Terimakasih untuk adek-adeku, Chris, Yoga, ari, belajar yang rajin ya biar cepet jadi sarjana, he he he.

  17. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan yang tak dapat disebutkan satu-persatu.

  

Karya ini tentunya tidak sempurna tanpa masukan dan saran dari para

pembaca. Mohon maaf bila terdapat kesalahan baik dalam penulisan

maupun penjelasan.

  Yogyakarta, Juni 2007 Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………….................ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………...............iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………................iv

HALAMAN MOTTO …………………………………………………….............v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………............vi

ABSTRAK ………………………………………………………………............vii

ABSTRACT …………………………………………………………….............viii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………...........ix

DAFTAR ISI ……………………………………………………………..............xi

DAFTAR TABEL ……………………………………………………….............xv

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………............xvi

  

BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………………..............1

A. Latar Belakang Permasalahan………………………….....................1 B. Rumusan Masalah…………………………………………................7 C. Tujuan Penelitian…………………………………………….............7 D. Manfaat Penelitian………………………………………...................7

BAB II. LANDASAN TEORI…………………………………………................9

A. Perselingkuhan dalam Pernikahan…………………………..............9

  1. Pernikahan……………………………………………...................9

  2. Pengertian Kecenderungan Berselingkuh...……………...............10

  4. Penyebab Perselingkuhan Wanita……………..............................14

  Variabel Bebas………………………..………....…….................34

  F. Validitas, Reliabilitas dan Seleksi Item……………….....................39

  Metode dan Alat Pengumpulan Data………………….....................36

  D. Subyek Penelitian…………………………………….......................36 E.

  Wanita Bekerja dan Wanita yang Tidak Bekerja….…..................35

  1. Kecenderungan Berselingkuh...……………................................ 34 2.

  C. Definisi Operasional Penelitian………………..………....................34

  1. Variabel Tergantung………………….…………..........................34 2.

  5. Faktor-Faktor Terjadinya Perselingkuhan Wanita.........................20 B. Status Pekerjaan……………………………………….....................22

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………………….….............................34 A. Jenis Penelitian…………………………….…………......................34 B. Identifikasi Variabel Penelitian………….....……….........................34

  E. Skema Kecenderungan Perselingkuhan.............................................33

  D. Hipotesis Penelitian……………………………………....................32

  Bekerja….........................................................…..............................28

  2. Wanita Menikah Yang Tidak Bekerja……………........................26 C. Perbedaan Kecenderungan Berselingkuh Pada Wanita Menikah Yang Bekerja Dan Wanita Menikah yang Tidak

  1. Wanita Menikah Yang Bekerja ………………….........................22

  1. Validitas…………………………………………….....................39

  3. Seleksi Item…………………………………………....................40

  G. Prosedur Penelitian…………………………………….....................42 H.

  Teknik Analisi Data…………………………….……......................42

  

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……..……................... 43

A. Pelaksanaan Penelitian…………………………..……….................43 B. Deskripsi Subyek Penelitian………………….….………................44 C. Analisis Data Penelitian………………………..…………...............44 D. Pembahasan………………………………….….………..................49

BAB V. PENUTUP……………………………………….….....……..................55

A. Kesimpulan………………………………….…..……….................55 B. Saran…………………………………………...………....................55

DAFTAR PUSTAKA…………………………………….…..……….................56

LAMPIRAN………………………………………………...…………................59

  

DAFTAR TABEL

Table III. 1 Blue Print Skala Kecenderungan Perselingkuhan……………….......37

Tabel III. 2 Tabel Jumlah Item Skala Sebelum dan Setelah Digugurkan…….....41

Tabel IV. 1 Ringkasan Mean Empiris dan Teoritis Subyek Wanita yang Bekerja

dan Yang tidak Bekerja………………………………………………………......45

Tabel IV. 2 Kategori Kecenderungan Berselingkuh Pada Wanita yang Bekerja dan

Yang Tidak Bekerja…………………………………………………...................46

Tabel IV. 3 Hasil Analisa Data Uji t…………………………………………. ....49

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Penelitian……………………………………………….........60

Lampiran 2. Data Penelitian………………………………………………….......62

Lampiran 3. Reliabilitas…………………………………………………….........74

Lampiran 4. Hasil Penelitian………………………………………………..........77

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang yang menikah sudah tentu mendambakan dan mencita-

  citakan dapat menempuh kehidupan pernikahan yang harmonis. Namun bagaimanapun juga sebuah pernikahan pada dasarnya terdiri dari dua orang yang mempunyai kepribadian, sifat, latar belakang keluarga, dan masalah yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kehidupan pernikahan pada kenyataan selanjutnya tidak seindah dan seromantis harapan pasangan tersebut. Persoalan demi persoalan dihadapi setiap hari, ditambah dengan keunikan masing-masing individunya, sering menjadikan kehidupan pernikahan menjadi sulit dan hambar. Hal ini membuka peluang bagi timbulnya ketidakharmonisan hubungan suami istri yang dapat berujung pada perselingkuhan.

  Fenomena mengenai perselingkuhan semakin marak akhir-akhir ini. Hampir setiap hari media cetak maupun elektronik sering menampilkan berita hangat mengenai kasus perselingkuhan. Perselingkuhan dalam pernikahan bersifat merusak dan dapat menimbulkan akibat negatif. Akibat negatif yang ditimbulkan dapat terjadi pada pelaku perselingkuhan maupun pasangan pelaku perselingkuhan. Pasangan pelaku perselingkuhan seringkali merasakan sakit hati yang mendalam karena merasa dikhianati dan ditinggalkan oleh

  

muncul akibat cedera yang dialami pada kesatuan lembaga perkawinannya,

atau pada kesatuan hubungan interpersonal yang selama ini diyakininya

sebagai selubung rasa aman dalam kehidupannya (Hedva, dalam Satiadarma,

2001).

  Widyawati (dalam Kompas, 2003), seorang psikolog, mengemukakan

bahwa pasangan yang menghadapi masalah perselingkuhan akan mengalami

kondisi depresi yang lebih berat daripada pasangan yang sedang mengalami

permasalahan lainnya. Jika salah satu pihak dari pasangan tidak tahan dengan

beban mental yang harus ditanggung, akibat yang terjadi adalah memutuskan

untuk bunuh diri atau pun membunuh pasangannya. Reaksi negatif yang

diberikan itu memang sangat ekstrim, tetapi kondisi ini sering terjadi di

Indonesia.

  Sebuah jajak pendapat yang diadakan NBC Wall Street Journal

mengenai sikap terhadap perselingkuhan mengungkapkan bahwa 74 %

responden berpendapat bahwa perselingkuhan tidak dapat dibenarkan. Hasil

penelitian lain juga mengemukakan hasil yang serupa (Debie Then, 1998).

  

Dalam Australian Institute of Family Profile beranggapan bahwa 98 %

responden berpendapat suami istri seharusnya saling setia (Debi Then, 1998).

  

Penelitian tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar orang masih

beranggapan kesetiaan adalah bagian penting dalam sebuah pernikahan.

  

Meskipun demikian, angka keterlibatan perselingkuhan tetap tinggi baik yang

  Data menunjukkan bahwa perselingkuhan wanita justru meningkat dari

tahun ke tahun. Hal tersebut terlihat dari data yang diperoleh di masyarakat

barat.

  

1. Pada tahun 1953 di Amerika Serikat, Kinsey melakukan penelitian

terhadap 5000 laki-laki dan 6000 perempuan. Data menunjukkan 50 % laki-laki dan 26 % perempuan mengemukakan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. Pada tahun 1987, penelitian yang dilakukan oleh Hite pada 7000 laki-laki dan 4500 perempuan, menghasilkan data 72 % laki-laki dan 70 % perempuan telah

melakukan hubungan seksual di luar pernikahan (Satiadarma, 2001).

  

2. Pada tahun 1998, penelitian lain menyebutkan 30 % hingga 60 %

perempuan pernah atau tengah melakukan hubungan gelap di luar pernikahan (Debi Then, 1998).

3. Vaughan (2003) menyatakan 60 persen % dan 40 % perempuan memiliki hubungan di luar pernikahannya.

  Di Indonesia tampaknya beberapa sumber menangkap hal yang sama,

seperti yang diutarakan oleh Ginanjar (dalam Sriwijaya Post, 2002), seorang

psikolog dan konsultan, yang menjelaskan bahwa beberapa tahun lalu sangat

jarang klien pria mendatanginya. Saat ini situasi berubah, pria mulai

berdatangan dengan keluhan yang sama, yaitu merasa dikhianati istri. Dari

angket majalah Femina (Oktober, 2003) yang diberikan kepada sejumlah

  

wanita menikah di Jakarta, diketahui bahwa 55 % responden wanita, mengaku

pernah melakukan hubungan seksual di luar pernikahan.

  Dari data diatas terlihat bahwa akhir-akhir ini jumlah perselingkuhan

wanita semakin meningkat, peningkatan jumlah perselingkuhan pada wanita

lebih banyak terjadi pada wanita yang bekerja. Dari hasil penelitian Travis

dan Sad yang dilakukan pada wanita menikah yang berusia di bawah 40 tahun

menyebutkan bahwa 27 % wanita yang tidak bekerja atau bekerja paruh waktu

melakukan perselingkuhan sedangkan 47 % wanita bekerja melakukan

perselingkuhan. Data mengenai jumlah perselingkuhan wanita tersebut

semakin dipertegas dengan hasil survei majalah New Women yang

menunjukkan bahwa 57 persen wanita bekerja menemukan pasangan

perselingkuhan mereka di tempat kerja dan selebihnya adalah dari luar tempat

kerja (dalam Satiadarma, 2001).

  Hal ini memberikan gambaran bahwa wanita yang bekerja memiliki

kecenderungan yang lebih besar untuk berselingkuh daripada mereka yang

lebih banyak berada di rumah dan melakukan pekerjaan sebagai ibu rumah

tangga. Wanita menikah bekerja yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah seorang wanita yang bekerja dalam suatu instansi, yang melakukan

pekerjaan secara formal, teratur dan memiliki penghasilan sendiri.

  

Kecenderungan berselingkuh yang tinggi pada wanita bekerja terjadi karena

wanita yang bekerja di kantor memiliki lebih banyak peluang untuk

  

tersebut akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi para wanita

untuk membina hubungan interpersonal yang lebih akrab dengan orang lain

disamping suaminya sendiri (Satiadarma, 2001).

  Putranto (dalam majalah Male Emporium, 2006) seorang psikolog

mengutarakan bahwa wanita modern saat ini lebih menginginkan hubungan

tanpa komitmen dan tidak menginginkan suatu keterikatan. Kemandirian

ekonomi dan stabilitas intelektual menjadi salah satu penyebab wanita untuk

berselingkuh. Seorang wanita yang bekerja lebih mandiri dari segi

penghasilannya dan berwawasan lebih luas. Situasi tersebut menjadikannya

tidak terlalu bergantung dengan suaminya sehingga tidak menutup

kemungkinan dirinya tidak takut mencari pria idaman lain ketika tidak

mendapatkan kepuasan dari suaminya.

  Kondisi tersebut cukup berbeda dengan wanita yang tidak bekerja.

Wanita yang bidak bekerja dalam penelitian ini adalah wanita yang tidak

memiliki mata pencaharian tertentu dan sama sekali tidak memiliki

penghasilan. Kecenderungan untuk berselingkuh pada wanita yang tidak

bekerja lebih rendah disebabkan karena wanita yang tidak bekerja memiliki

ketergantungan yang lebih besar kepada suaminya. Ketergantungan tersebut

salah satunya tampak dari pemenuhan kebutuhan ekonomi dalam keluarga.

  

Seorang wanita yang tidak bekerja mengandalkan suami sepenuhnya dalam

pemenuhan materi atau finansial. Dalam hal mengadakan relasi dan frekuensi

  

sedikit ketimbang dengan wanita bekerja yang sehari-harinya berada di kantor

bertemu dengan rekan-rekan kerjanya atau pun orang-orang baru di

lingkungan pekerjaannya. Dengan melihat berbagai fakta di atas terlihat

bahwa peluang bagi wanita yang tidak bekerja untuk berselingkuh lebih

sempit karena kesempatan dan “ power” yang dimilikinya tidak terlalu besar.

  Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini peneliti tertarik untuk

meneliti kecenderungan perselingkuhan pada wanita yang menikah dengan

menekankan pada faktor status pekerjaan. Faktor status pekerjaan wanita

menikah yang bekerja dan yang tidak bekerja memiliki peranan penting dalam

mendorong terjadinya perselingkuhan.

  Penelitian ini dilaksanakan di Yogyakarta yang tentunya memiliki

karakteristik budaya tertentu. Yogyakarta merupakan kota yang sebagian

besar penduduknya adalah orang-orang suku Jawa. Tata krama, etika, maupun

sopan santun merupakan contoh-contoh unsur budaya yang dimiliki oleh suku

bangsa Jawa. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam berperilaku maupun

berinteraksi, manusia Jawa mempunyai tata nilai yang dijadikan pedoman

(Ariani, dkk, 2002). Di dalam kebudayaan Jawa, juga memiliki suatu

idealisme tradisional tentang kesempurnaan wanita. Wanita di Jawa diberikan

gambaran bahwa mereka harus bersikap manis, lembut, nrimo, patuh, dan juga

bergantung dengan suaminya (Rizal, Husein, dan Margiani, 1993). Dari uraian

tersebut mengisyaratkan bahwa wanita di Jawa memiliki pedoman dan norma setiap tindakan agar tidak mendapat sanksi sosial dari masyarakat. Oleh karena itu di dalam masyarakat Jawa perselingkuhan menjadi suatu hal sensitif untuk diungkap mengingat norma dan aturan yang ada di dalam masyarakat. Selanjutnya dengan mempertimbangkan hal tersebut peneliti bermaksud membuktikan apakah wanita menikah yang bekerja di Yogyakarta memiliki kecenderungan perselingkuhan yang lebih tinggi daripada wanita menikah yang tidak bekerja di Yogyakarta.

  B. Rumusan Masalah Masalah yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah : Apakah wanita menikah yang bekerja di Yogyakarta memiliki kecenderungan berselingkuh

yang lebih tinggi daripada wanita menikah yang tidak bekerja di Yogyakarta?

  C. Tujuan Berdasarkan batasan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kecenderungan berselingkuh yang lebih tinggi pada wanita menikah yang bekerja di Yogyakarta daripada wanita menikah yang tidak bekerja di Yogyakarta.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan dalam bidang Psikologi sosial dan psikologi wanita.

  2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi

keluarga-keluarga, jika benar ditemukan adanya perbedaan kecenderungan

terhadap perselingkuhan karena faktor status wanita menikah yang bekerja

maka diharapkan sedini mungkin para istri dapat menyikapi dan

mencegahnya dengan baik sehingga dapat menjaga dan mempertahankan

keharmonisan suatu perkawinan.

BAB II LANDASAN TEORI A. Perselingkuhan dalam Pernikahan

1. Pernikahan

  Pernikahan adalah sebuah fase kehidupan yang akan dialami oleh sebagian besar orang. Menurut Undang–undang pernikahan no 1 tahun 1974 (dalam Walgito, 2004), yang dimaksud dengan pernikahan adalah ikatan lahir batin seorang pria dan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia kekal berdasarkan Tuhan YME.

  Hawari (2004) menyebutkan bahwa pernikahan adalah ikatan antara pria dan wanita sebagai suami-istri berdasarkan hukum (undang- undang), hukum agama atau adat istiadat yang berlaku. Diciptakan pria dan wanita, antara keduanya saling tertarik dan kemudian kawin, proses ini mempunyai dua aspek, yaitu aspek biologis agar manusia berketurunan dan aspek afeksional agar manusia merasa tenang dan tentram berdasarkan kasih sayang (security feeling ). Hornby (dalam Walgito, 2004) menyebutkan bahwa pernikahan adalah bersatunya dua orang sebagai suami isteri dalam ikatan hukum.

  Suami dan istri adalah 2 pribadi yang berbeda, oleh karena itu dalam pendapat, tata nilai, keinginan dan cara-cara juga berbeda, perbedaan tersebut dapat menyatu dengan harmonis apabila pasangan suami isteri dapat menyesuaikan diri. Pernikahan dikatakan harmonis memuaskan kebutuhan. Adapun kebutuhan dalam suatu pernikahan adalah kebersamaan, seks, pertumbuhan, kedewasaan, privacy, kebebasan dan pembagian yang adil dalam pendapatan (Hastuti & dkk, 2004).

  Dari beberapa pengertian pernikahan diatas, dapat disimpulkan bahwa pernikahan adalah bersatunya pria dan wanita sebagai suami istri dalam suatu ikatan hukum.

2. Pengertian Kecenderungan Berselingkuh

  Kartono (1992) menjelaskan bahwa kecenderungan adalah hasrat atau kesiapan reaktif yang tertuju pada objek konkrit dan selalu muncul berulang kali dan merupakan sesuatu yang memungkinkan timbulnya tingkah laku. Badudu dan Zain (1996) menjelaskan bahwa kecenderungan berarti kecondongan atau keinginan, berasal dari kata dasar cenderung yang mempunyai arti condong, miring lebih banyak ke arah atau mempunyai keinginan.

  Perselingkuhan adalah bentuk ketidaksetiaan suami terhadap isteri atau sebaliknya, janji setia satu sama lain pada waktu pernikahan dikalahkan oleh godaan orang ketiga, hadirnya orang ketiga dalam suatu rumah tangga merupakan indikasi adanya perselingkuhan (Hawari, 2002).

  Pendapat tersebut sejalan dengan Moultroup (dalam Schneider,1999) yang mengutarakan bahwa perselingkuhan adalah suatu hubungan seseorang dengan orang lain di luar pasangannya yang sah dengan memberi atau menerima perlakuan yang seharusnya diberikan kepada pasangan yang

  

sah. Hubungan tersebut dapat berpengaruh pada emosi, tingkat keintiman

dan keseimbangan yang menyeluruh dalam sebuah pernikahan.

  Adimoelyo (dalam Yulianto, 2000) berpendapat bahwa

perselingkuhan adalah suatu hubungan seksual di luar perkawinan yang

disebut juga dengan extramarital sex. Hubungan itu dapat singkat atau

lama, dengan tingkat keterlibatan emosional yang rendah atau tinggi.

  

Sejalan dengan pendapat Torsina ( dalam Hastuti & dkk, 2001) menyebut

perilaku seksual extramarital dengan istilah perserongan yaitu sebagai

suatu tindakan diam-diam membagi cinta atau seks yang dilakukan dengan

pasangan barunya yang bukan pasangan sahnya, dengan mencurahkan

cinta dan mendapatkan cinta atau seks, termasuk meninggalkan pasangannya yang sah dengan alasan- alasan yang tidak jujur.

  Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

perselingkuhan adalah suatu tindakan diam-diam yang melibatkan orang

ketiga di luar pasangan sah dalam perkawinan untuk melakukan hubungan

emosional yang dapat mencapai hubungan seksual.

  Dengan demikian kecenderungan berselingkuh adalah suatu

keinginan atau dorongan seseorang yang diam-diam melibatkan orang

ketiga di luar pasangan sah dalam perkawinan untuk melakukan hubungan

emosional yang dapat mencapai hubungan seksual.

3. Indikator Perilaku Perselingkuhan

  Hastuti & dkk (2001) menjelaskan bahwa indikator perilaku a. Perilaku non seksual Bentuk kecenderungan perilaku non seksual dalam

perselingkuhan adalah berupa keinginan untuk memberi perhatian,

keinginan untuk diberi perhatian, keinginan untuk menjalin

hubungan interpersonal dengan lawan jenis di luar pernikahan, dan

keinginan untuk berbagi rasa.

  Hawari (2002) mengungkapkan bahwa beberapa contoh

keinginan untuk diberi ataupun memberi perhatian dalam

perselingkuhan adalah ingin mendapatkan atau memberi dukungan

kepada rekannya yang lawan jenis, ingin mendapatkan suatu pujian

atau sanjungan, saling menelpon, makan bersama, bahkan rela

membantu secara finansial. Dilain pihak bentuk keinginan untuk

menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain diwujudkan

dengan keinginannya untuk memiliki teman kencan. Mubayidh

(2005) menyatakan bahwa bentuk berbagi rasa dengan orang lain

yaitu dengan memiliki teman curhat. Berbagi rasa merupakan suatu interaksi psikologis antara pria dan wanita yang lama kelamaan dapat

menimbulkan rasa empati, simpati dan berlanjut pada kasih sayang

yang pada gilirannya terlibat perselingkuhan (Hawari, 2002). Keinginan untuk berbagi rasa yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keinginan seseorang untuk mencurahkan isi hati dengan orang

lain dimana dalam pembicaraan tersebut sudah melibatkan unsur emosional sehingga orang lain dijadikan tempat untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya (Ginting, dalam Kompas, 2001) Sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk perilaku non seksual dalam perselingkuhan adalah berupa keinginan untuk memberi perhatian, keinginan untuk diberi perhatian, keinginan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan lawan jenis di luar pernikahan, dan keinginan untuk berbagi rasa.

b. Perilaku seksual.

  Bentuk perilaku seksual dalam perselingkuhan adalah berupa sentuhan, ciuman, percumbuan, persetubuhan.

  Master dan Johnson (1986) menambahkan bahwa seksualitas mencakup pengertian yang lebih luas dari hanya sekedar seks yaitu seksual mengacu kepada semua kehidupan seksual, oleh karena itu pembicaraan mengenai seksualitas dapat dibedakan kedalam aktivitas seks (misal : masturbasi, ciuman atau sexual intercourse) dan perilaku seksual meliputi tidak hanya aktivitas seks secara spesifik tetapi termasuk didalamnya adalah perilaku menggoda dan berkencan.

  Dari beberapa bentuk perilaku seksual maka dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk perilaku seksual dalam perselingkuhan adalah bersentuhan, berciuman, bercumbu, bersetubuh.

4. Penyebab Terjadinya Perselingkuhan Wanita

  Suatu tindakan perselingkuhan terjadi pastilah terdapat beberapa

hal yang menjadi pendorong atau penyebabnya. Moore (2005) menyatakan

bahwa pada masa kini situasi cukup berbeda dengan 30 tahun yang lalu,

wanita masa kini adalah wanita yang lebih mandiri, hal tersebut terjadi

karena pada masa kini banyak wanita yang dapat mencari penghasilan

sendiri dengan bekerja. Kondisi tersebut menjadikan wanita memiliki

kesempatan yang sama dengan laki-laki baik dari segi penghasilan maupun

dalam bersosialisasi dengan orang lain. Wanita sekarang lebih emosional

dan lebih kuat bersosialisasi dibanding dengan sebelumnya, para wanita

kini menyadari jika pernikahan mereka berantakan, mereka punya uang

yang diperlukan untuk bertahan hidup. Penyebab perselingkuhan pada

wanita saat ini juga tidak terlepas dengan adanya alat kontrasepsi.

  

Pemakainan kontrasepsi menjadikan wanita memiliki kebebasan seksual

dengan pria lain.

  Chapman (dalam Normant, 1998) menyebutkan bahwa penyebab

seorang wanita berselingkuh adalah untuk mendapatkan dukungan dari

orang lain, mendapatkan kasih sayang, dan untuk memuaskan hasrat.

Terkadang wanita merasa terabaikan dan merasa kurang dihargai dan

hanya dilihat sebagai ibu rumah tangga, perawat anak, pesuruh dan

penyedia jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Dari

uraian di atas tampak bahwa wanita tersebut tidak mendapatkan kepuasan

  Rose (dalamYulianto, 2000) mengatakan bahwa munculnya pria idaman lain adalah karena:

1. Terjadinya perselingkuhan wanita tidak seperti masa silam yaitu akibat perempuan kesepian dan tidak mendapat kepuasan seksual.

  Kini pria lain muncul karena aktivitas perempuan yang ikut dalam percaturan politik, sosial dan budaya, sehingga menyebabkan alasan munculnya lelaki lain dalam kehidupan seorang isteri makin beragam.

  

2. Masalah ekonomi. Biasanya berkaitan dengan penampilan seorang

perempuan yang terus dipacu agar dapat seiring dengan prototype seorang perempuan masa kini. Tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut membuka peluang munculnya pria idaman lain

  

3. Pertengkaran suami isteri. Apabila pertengkaran antara suami dan

isteri terjadi terus menerus, akan menyebabkan wanita tidak tenang dan ingin mendapatkan ketenangan dari pria lain.

  

4. Persamaan dalam minat dan profesi. Di kantor, perempuan

mempunyai sederetan kegiatan, sedangkan di rumah dengan suami sendiri kegiatannya terbatas, sehingga pembicaraannya hanya itu-itu saja. Hal tersebut dapat menyebabkan kebosanan sehingga memunculkan pria lain.

  

5. Mencari kepastian diri. Perempuan yang tidak memiliki identitas diri akan merasa kurang, antara lain merasa kurang dicintai, kurang apabila ia berjumpa dengan seseorang yang dapat membuatnya bangga pada dirinya sendiri, ia pun akan mempunyai pria lain.

  

6. Masalah seksual, yaitu perempuan yang tidak mendapatkan

kepuasan seksual.

  

7. Sebagai kebanggaan. Ada juga wanita yang bangga apabila memiliki

teman berselingkuh.

  

8. Balas dendam. Biasanya hal ini dilakukan terhadap suami yang

pernah memiliki wanita idaman lain.

  

9. Kebiasaan. Seringnya berjumpa di kantor, atau tugas bersama di luar

kota menjadi suatu kebiasaan yang rutin. Kebiasaan ini terus berkembang dan akhirnya saling mencari untuk melepas rindu, terlebih apabila di rumah tangga masing-masing terjadi pertengkaran.

  Ellis (dalam Hastuti & dkk, 2001) mengemukakan bahwa beberapa penyebab perilaku perselingkuhan adalah :

  1. Keinginan untuk bervariasi dalam aktivitas seks

  

2. Pemenuhan hasrat avonturir. Kehidupan manusia seringkali

dihinggapi oleh rutinitas dan kebosanan bisa diatasi dengan berbagai cara, misalnya rekreasi, olahraga, bahkan melakukan affair.

  

3. Seksual curriosity. Adanya keinginan untuk mengetahui apakah ada

perbedaan atau tidak dalam hal rasa dan keintiman seksual orang melakukan affair diluar nikah.

  

4. Peningkatan cinta romantis. Adanya keinginan untuk memperoleh

cinta romantis menyebabkan terjadinya hubungan seksual di luar nikah.

  

5. Rasa benci pasangan. Pasangan yang merasa rumah tanggaanya

penuh ketidak bahagiaan akan lebih mudah tergoda untuk terlibat affair dengan wanita atau pria lain yang bukan pasangan resminya.

  Kebencian dengan pasangan bisa bersumber dari beberapa sebab antara lain dasar kepribadian orang yang suka membenci, kurang toleransi, menyalahkan orang lain, sifat pemberang dan terlalu menuntut.

  

6. Perasaan kesepian. Suami atau isteri yang sering bepergian sendiri-

sendiri mudah mengalami kesepian, baik yang ditinggal di rumah maupun yang berpergian merasa kesepian. Hal ini akhirnya

membuka peluang dan alasan seseorang untuk melakukan affair.

  

7. Gangguan seksual. Hubungan suami isteri yang penuh konflik dan

ketegangan emosional tidak jarang mengakibatkan impotensi dan frigiditas.

  

8. Rangsangan erotis. Sering dijumpai rangsangan erotis melaui film,

majalah, cara berpakaian atau media massa lainnya. Yang bercerita tentang affair suami isteri. Hal ini menyebabkan masyarakat menjadi mudah permisif terhadap affair.

9. Partisipasi wanita yang semakin meningkat. Interaksi antara pria dan

  partisipasi wanita di berbagai bidang kehidupan dan hal ini memungkinkan terjadinya perilaku perselingkuhan.

  Normant (1998) berpendapat bahwa beberapa hal yang menyebabkan wanita berselingkuh adalah :

  1. Sebagai pendorong kepercayaan diri Karena berbagai alasan, wanita membutuhkan kedekatan emosi yang lebih. Para wanita mencari kebutuhan seksual di luar pernikahan untuk memastikan bahwa mereka cantik, menggairahkan, dan patut diingini. Mereka juga tidak ingin dianggap sebagai tukang memasak, tukang membersihkan rumah, dan merawat anak.

  2. Emosi yang terabaikan Masyarakat sekarang lebih menitikberatkan pada pemenuhan berbagai barang berharga seperti mobil mewah, rumah indah, perhiasan, alat elektronik, dan sebagainya, oleh karena itu pada masa kini orang-orang bekerja keras bahkan terkadang mengabaikan emosi mereka. Ketika seseorang pulang ke rumah setelah bekerja, energi mereka habis untuk membangun kehidupan rumah tangga yang berkualitas, padahal bagi seorang wanita membutuhkan suatu kedekatan emosi dan sebuah relasi suami isteri yang lebih mendalam.

  3. Balas dendam Seorang wanita berselingkuh karena keinginannya untuk balas

dendam kepada suaminya yang terlebih dahulu mengkhianatinya.

  Para wanita berselingkuh karena ingin mencari sebuah ketegangan, ingin merasakan seksual yang bervariasi, mereka juga lelah hidup dalam sebuah perkawinan yang monoton.

  5. Rayuan dan romantisme Banyak wanita menginginkan hidup yang bergairah dan sesuatu hal yang romantis seperti, makan malam berdua, mendapatkan suatu sanjungan, perhatian, orang yang mau mendengarkannya, dan mau berbicara serta yang lebih bisa mengerti dirinya. Ketika kebutuhan tersebut tidak didapatkan dari suaminya, maka hal tersebut membuat dirinya mencari di luar.

  6. Keinginan mendapatkan kepuasan materi Penyebab wanita berselingkuh hanya ingin mendapatkan kekayaan, perhiasan uang, posisi atau jabatan

  7. Tidak mendapatkan kepuasan dalam kebutuhan seksual Seorang wanita yang terlibat dalam suatu perselingkuhan hanya untuk seks karena ia tidak merasa puas dengan suaminya.