PENGEMBANGAN SUSTER MEDIOR PUTERI BUNDA HATI KUDUS DAERAH MALUKU DALAM BIDANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF SKRIPSI

  

PENGEMBANGAN SUSTER MEDIOR

PUTERI BUNDA HATI KUDUS DAERAH MALUKU

DALAM BIDANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:

  

Damiana Maria Farneubun

  NIM: 021124020

  

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  

PERSEMBAHAN

  SKRIPSI ini dipersembahkan kepada: Kongregasi Putri Bunda Hati Kudus (PBHK), orang tua, kaum kerabat, sahabat dan rekan- rekan seperjuangan dan Komunitas Studi Deresan –Yogyakarta.

  

MOTTO

  ”Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab jutru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna; ... aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku”

  ( 2 Kor 12 : 9 )

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 29 September 2008 Penulis, Damiana Maria Farneubun

  

ABSTRAK

  Judul skripsi ini adalah PENGEMBANGAN SUSTER MEDIOR PUTERI

  

BUNDA HATI KUDUS DAERAH MALUKU DALAM BIDANG

KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF. Judul ini dipilih berdasarkan kenyataan

  bahwa kepemimpinan memegang peranan penting dalam hidup bakti religius, dimana karya perutusan tarekat membutuhkan tenaga yang berkualitas secara khusus figur pemimpin yang tranformatif, pemimpin yang berlandaskan iman dan tradisi Gereja diharapkan tetap setia kepada tugas pokok dan tak berubah, yaitu pembawa otoritas Kristus yang melayani (1Tim 3 :13 ; Kol 3 :17). Berdasarkan pengamatan bahkan pengalaman penulis sebagai suster medior, pengembangan suster medior PBHK Daerah Maluku dalam berbagai bidang sangat minim, dimana program pembinaan lanjut juga kurang serius diupayakan termasuk yang menyangkut bidang kepemimpinan transformatif, padahal para suster medior sebagai anggota tarekat terbanyak dan tenaga produktif yang memegang peran penting dalam kepemimpinan maupun karya kerasulan perlu dipersiapkan dalam berbagai hal demi perkembangan pribadi mereka maupun tarekat.

  Persoalan mendasar yang menjadi keprihatinan penulisan skripsi ini adalah bagaimana meningkatkan dan mengembangkan kualitas para suster medior dalam bidang kepemimpinan transformatif secara efektif guna melaksanakan karya kerasulan melalui tugas perutusan yang dipercayakan. Untuk itu penulis memikirkan sebuah upaya yang diharapkan cukup efektif bagi peningkatan dan pengembangan suster medior dalam bidang yang dimaksud di atas.

  Untuk menanggapi persoalan tersebut, penulis menilai perlunya pengembangan spiritualitas kepemimpinan transformatif bagi para suster medior, terinspirasi dari nilai-nilai kepemimpinan yang ditawarkan oleh Injil. Untuk itu penulis melakukan studi pustaka, refleksi pribadi untuk menggali sekaligus mengembangkannya dalam penulisan ini. Ini semua dimaksudkan sebagai sumbangan pemikiran guna mengembangkan spiritualitas kepemimpinan transformatif para Suster Puteri Bunda Hati Kudus daerah Maluku dalam menghayati tugas perutusan tarekat.

  Pada bagian akhir, penulis mengusulkan suatu model pembinaan kerohanian sebagai salah satu upaya mengembangkan spiritualitas kepemimpinan transformatif dalam bentuk rekoleksi. Program rekoleksi dimaksud sebagai salah satu bagian dari pembinaan lanjut ( on going formation ) para suster medior PBHK Daerah Maluku. Program pembinaan kerohanian tersebut bertujuan mengembangkan spiritualitas kepemimpinan transformatif demi terwujudnya kedewasaan rohani dalam kehidupan komunitas dan tugas perutusan yang dipercayakan serta demi perkembangan PBHK Daerah Maluku, di tengah jaman yang semakin berubah ini.

  ABSTRACT

  The title of this paper is ‘’THE DEVELOPMENT OF THE MIDIOR

  NUNS OF THE DAUGHTERS OF OUR LADY OF THE SACRED HEART

  

IN MALUCCAS IN THE FIELD OF THE TRANSFORMATIF

LEADERSHIP’’. This title is chosen based on the fact that the leadership has an

  important role in religious life, in which the apostolic mission needs the quality of the human resources, especially the transformative leader figure, the leader in accordance to the faith and the tradition of the catholic church, namely the holder of the authority of Jesus Christ, who serves (1Tim 3 : 13; Kol 3 : 17). Based on the observation, and even the experience of the writer herself as a medior nuns, the development of the medior nuns of the DOLSH Congregation in Maluccas in many fields are so minimum, in which the on going formation program is not yet taken seriously, including the transformative leadership. Morever the medior nuns are biggest in number in the congregation and be productive resources who hold important roles in the leadership and apostolate, and for this purpose they have to be prepared for many things for their individual growth and congregation it self.

  The main concern of the writer in this paper is how to effectively upgrade and develop the quality of the medior nuns in the field of the transformative leadership for being able to carry out the apostolic work entrusted by the congregation. For this concern, the writer tried to think on an effort to upgrade and develop the medior nuns in the purpose above.

  To fulfill the task above, the writer thinks on the importance of developing the spirituality of the transformative leadership for the medior nuns, inspired by the leadership values of the Gospel by studied on the literatures and personal reflections to dig down and at the same to develop it in this paper. It is meant as a contribution to develop spirituality of the transformative leadership for the nuns of the Daughters of Our Lady of the Sacred Heart in Maluccas in order to carry out the missionary work of the congregation.

  On the last part of this paper, the writer suggests a religious formation model as an effort to develop the spirituality of the transformative leadership in a form of recollections. Recollection program is meant as a part of the on going formation for the DOLSH Medior nuns in Maluccas. The Religious formation is meant to develop spirituality of the transformative leadership for spiritual maturity in the community life and for the missionary work entrusted and for the development of the DOLSH in Maluccas, in the changing era nowadays.

KATA PENGANTAR

  Pujian dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kasih, atas segala berkat dan bimbingan tangan kasih-Nya yang penulis alami selama penulisan dan penyelesaian skripsi yang berjudul PENGEMBANGAN SUSTER MEDIOR PBHK DAERAH MALUKU DALAM BIDANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF.

  Skripsi ini diilhami oleh pengalaman penulis sebagai suster medior PBHK Daerah Maluku yang mejalani tugas perutusan studi, dimana pengembangan dan pembinaan para suster medior kurang serius diupayakan. Oleh karena itu penyusunan skripsi ini dimaksud sebagai sumbangan pemikiran sekaligus salah satu upaya mengembangkan spiritualitas kepemimpinan transformatif bagi para suster medior PBHK Daerah Maluku.

  Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari campur tangan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Segala bantuan yang diterima merupakan rahmat dan anugerah Allah yang memampukan penulis melihat dan mengalami kasih allah dan semakin dekat dan setia menjalankan panggilan dan perutusan sebagai religius PBHK. Pada kesempatan ini, penulis dengan penuh ketulusan hati menghaturkan limpah terima kasih kepada :

  1. Drs. H. J. Suhardiyanto, SJ. selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan perhatian dan meluangkan waktu dengan sabar membimbing, mengarahkan, memberi masukan serta memberi inspirasi kepada penulis pemahaman yang mendalam dalam penulisan skripsi ini.

  2. Drs. Y.a.C. H. Mardiraharjo, selaku pembimbing kedua dan sekaligus sebagai pembimbing akademik yang telah membimbing, memberikan semangat baru bagi penulis sehingga penulisan ini dapat terselesaikan dan berkenan menguji skripsi ini.

  3. P. Banyu Dewa H.S., S.Ag., M. Si., selaku pembimbing ketiga yang telah membimbing, memberikan semangat baru, serta masukan-masukan yang berarti bagi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan berkenan menguji tulisan ini.

  4. Bapak-Ibu dosen dan staf prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik, membimbing dan mendampingi dengan setia dan menjadi rekan selama penulis menjalankan studi di IPPAK-FKIP-USD Yogyakarta.

  5. Suster M. Madeleine Y. PBHK selaku Provinsial PBHK Provinsi Indonesia dan Para Dewan yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk memperkembangkan pengetahuan, kepribadian, kerohanian dan ketrampilan selama menyelesaikan tugas belajar sebagai tugas perutusan.

  6. Sr. M. Regina Tauwurutubun, PBHK selaku Supda Maluku, dan Sr. M.

  Christien S, PBHK selaku Supda Jawa dan Para Dewan yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

  7. Sr. M. Gaudentia PBHK selaku Pemimpin Komunitas dan rekan - rekan dukungan doa dan perhatian, motivasi dan persaudaraan sehingga penulis terbantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  8. Kedua orang tua, kakak dan adik, kaum kerabat yang setia mendukung dengan doa, memberi semangat cinta dan perhatian selama menempu studi baik secara material maupun spiritual.

9. Rekan-rekan seangkatan yang bersama mengalami jatuh bangun, suka duka selama menjalani tugas belajar pada Prodi IPPAK-FKIP-USD Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Karena itu dengan senang hati dan penuh keterbukaan penulis menerima segala kritik dan saran demi penyempurnaan dan pengembangan lebih lanjut. Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi sumbangan pemikiran bagi siapa saja yang merasa terbuka akan pengembangan spiritualitas kepemimpinan transformatif dan bermanfaat bagi suster Puteri Bunda Hati Kudus khususnya para pembina suster medior PBHK Daerah Maluku yang terpanggil untuk mendampingi para suster medior sehingga mereka semakin mampu mewartakan cinta Hati Kudus dan Bunda Hati Kudus dalam karya kerasulan tarekat serta kehidupan komunitas.

  Yogyakarta, 29 September 2008 Penulis

  Damiana Maria Farneuubun

  

DAFTAR ISI

  Halaman JUDUL ........................................................................................................... i

  PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii PENGESAHAN ............................................................................................. iii PERSEMBAHAN ..........................................................................................

  iv

  MOTTO ......................................................................................................... v PERYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................... vii ABSTRACT ...................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................. ix DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

  1 A.

  1 Latar Belakang Penulisan Skripsi .......................................................

  B.

  Rumusan Permasalahan ...................................................................... 13 C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 13 D.

  Metode Penulisan ................................................................................ 14 E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 14

  BAB II GAMBARAN UMUM HIDUP RELIGIUS DAN KEPEMIMPINAN RELIGIUS DALAM GEREJA ..................................................... 16 A. Vita Consecrata : Sebuah Perjalanan Hidup Dalam Kasih Tuhan ...... 16 1. Vita Consecrata Sebagai Panggilan Tuhan ................................... 17 2. Profesi dalam Hidup Religius Sebagai Penyerahan Diri ............... 19 3. Profesi dan Tantangannya Dalam Jaman Sekarang ...................... 21

  a.

  Kaul Kemurnian ...................................................................... 21 b. Kaul Kemiskinan ..................................................................... 23 c. Kaul Ketaatan .......................................................................... 26 4. Menghayati Profesi Religius Dalam Terang Tuhan ...................... 30 5. Hidup Berprofesi Religius Berarti Hidup yang Disucikan Demi

  Allah .............................................................................................. 31 B. Kedudukan Kaum Religius Dalam Gereja Menurut Hukum Gereja .. 32 1.

  Kedudukan Khusus Dalam Gereja ................................................ 32 2. Profesi Sebagai Kekhasan Religius ............................................... 33 3. Anugerah Yang Berbeda-beda ...................................................... 37 4. Perlunya Pembaharuan dalam Hidup Religius .............................. 40 C. Profil Kepemimpinan Dalam Lembaga Hidup Bakti ( Kan. 618 – 619 ) 42 1.

  Profil Pemimpin Dalam Lembaga Hidup Bakti ........................... 43 2. Yang Harus Dilaksanakan ............................................................ 49

  BAB III SUSTER MEDIOR PBHK DAERAH MALUKU DAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF ..................................... 53 A. Suster Medior PBHK Daerah Maluku ................................................ 54 1. Nama dan Pendiri Tarekat ............................................................. 54 2. Karisma, Spiritualitas dan Tugas Perutusan Tarekat .................... 57 3. Visi dan Misi tarekat ..................................................................... 61 a. Visi Tarekat ............................................................................ 61 b. Misi Tarekat ............................................................................ 62 4. Ciri Khas dan Cara Hidup PBHK ................................................ 65 5. Karya Kerasulan PBHK ................................................................ 69 a. Karya Pendidikan .................................................................... 70 b. Karya Kesehatan .................................................................... 71 c. Karya Sosial ............................................................................ 71

  6. Profil Suster Medior ...................................................................... 73 a.

  Situasi dan Pemasalahan Hidup Religius Jaman Sekarang ..... 74 b. Mengapa Para Religius memerlukan Bina lanjut ....................

  76 c. Makna Pembinaan dan Bina Lanjut Para Religius ..................

  81 d. Profil Suster Medior PBHK .....................................................

  84 B. Kepemimpinan Transformatif ............................................................. 92 1.

  Spiritualitas Kepemimpinan Transformatif .................................. 94 a.

  Kepemimpinan Sebagai Gembala............................................ 94 b. Kepemimpinan Sebagai pelayan.............................................. 96 c. Kepemimpinan Sebagai Pengurus Rumah Tangga.................. 97 d. Pelayanan paulus Sebagai Teladan Kepemimpinan................. 100 2. Makna dan Arah Kepemimpinan transformatif ............................ 105 a.

  Kemampuan Dasar Kepemimpinan Transformatif .................. 108 b. Model-Model Kepemimpinan Yang baik ............................... 110 c. Fungsi Kepemimpinan Secara Umum .................................... 113 3. Memimpin Seperti Yesus Suatu Perjalanan Kepemimpinan

  Transformatif ................................................................................ 115 a.

  Memimpin Seperti Yesus Model Kepemimpinan Transformasi ........................................................................... 115 1)

  Kepemimpinan Personal ................................................... 116 2)

  Kepemimpinan Satu Lawan Satu....................................... 121 3)

  Kepemimpinan Tim/Keluarga ........................................... 123 4)

  Kepemimpinan Organisasi/Komunitas ............................. 123 b. Belajar dan Menginternalisasi Empat Ranah Kepemimpinan 127

  1) Empat Ranah Memimpin Seperti Yesus ............................ 127

  a) Hati ............................................................................. 128

  b) Kepala .......................................................................... 129

  c) Tangan ......................................................................... 129

  2) Belajar dan Menginternalisasi Ranah kepemimpinan........ 131

  a) Hati Seorang Pemimpin Pelayan.................................. 131

  b) Kepala Seorang Pemimpin Pelayan ............................ 142

  c) Tangan Seorang Pemimpin Pelayan............................. 153

  d) Kebiasaan Seorang Pemimpin Pelayan........................ 164

  

BAB IV SUMBANGAN PEMIKIRAN PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN

TRANSFORMATIF SUSTER MEDIOR PBHK DAERAH MALUKU MELALUI REKOLEKSI .............................................................. 192 A. Rekoleksi dan Katekese Sebagai Upaya Pengembangan Spiritualitas Kepemimpinan Transformatif.............................................................. 194

  1. Rekoleksi Sebagai salah Satu Alternatif Memelihara, Mengembangkan, Memperdalam Hidup Rohani dan Meningkatkan Spiritualitas......... 194

  2. Katekese Sebagai Komunikasi Iman Dalam Penghayatan Karya Perutusan Gereja ............................................................................. 195

  a. Pengertian Katekese .................................................................. 197

  b. Tujuan Katekese ........................................................................ 199

  c. Tugas katekese ........................................................................... 204

  d. Unsur-Unsur katekese ................................................................ 204

  e. Isi Katekese ............................................................................... 206

  f. Metode Katekese ....................................................................... 207

  g. Sumber katekese ....................................................................... 208

  h. Proses Katekese ........................................................................ 208

  B. Usulan Program Rekoleksi sebagai Upaya Pembinaan Lanjut dalam Pengembangan Suster Medior PBHK Daerah Maluku Dalam Bidang Kepemimpinan Transformatif ............................................................. 209

  1. Pengertian Program ........................................................................ 209

  2. Latar Belakang Penyusunan Program ............................................ 209

  4. Tujuan Program .............................................................................. 213

  5. Isi Program ...................................................................................... 214 C. Upaya Pengembangan Suster Medior Dalam Bidang Kepemimpinan

  Transformatif Dalam Rekoleksi dan Katekese ................................... 216 1.

  Maksud dan Tujuan Program Rekoleksi ....................................... 218 2. Penjabaran Tema dan Tujuan sebagai Materi Rekoleksi .............. 218 3. Pedoman Pelaksanaan Program Rekoleksi ................................... 221

  a. Jadwal Acara ............................................................................ 222

  b. Matriks Program Tahunan Rekoleksi On Going Formation Suster Medior PBHK Daerah Maluku 2009-2010 ................. 225

  c. Matriks Program Rekoleksi On Going Formation Suster Medior PBHK Daerah Maluku 28-29 Juni 2009 ..................... 234 4. Contoh Persiapan Materi Katekese Model Shared Chirstian Praxis 239

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 283

A. Kesimpulan ......................................................................................... 283 B. Saran .................................................................................................... 285

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 287

LAMPIRAN Lampiran 1 : Cerita ’’A Pencil In The Hand Of God’’ ............................ (1) Lampiran 2 : Cerita ’’Kerohanian Sejati’’ ................................................ (3)

DAFTTAR SINGKATAN

  A. Singkatan Kitab Suci

  Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Deoterokanonika, penerbit Lembaga Alkitab Indonesia, Ciluar – Bogor, terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi Waligereja Indonesia, Jakarta: 1987.

  B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

  CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa, 16 Oktober 1979. KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus

  Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983 LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.

  PC : Perfectae Caritatis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius, 28 Oktober 1965

  VC : Vita Consecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Hidup Bakti bagi para religius, 25 Maret 1996.

C. Singkatan lain

  ACTS : Adoratio Confession Thankgiving Supplication Ams : Kitab Amsal Art : Artikel DOLS : Daughthers of Our Lady of The Sacred Heart Ef : Surat Rasul Paulus kepada jemaat Efesus FDNSC : Filia Domina Nostra Sacro Corde Flp : Surat Rasul Paulus kepada jemaat Filipi Gal : Surat Rasul Paulus kepada jemaat Galatia Hal : Halaman Ibr : Surat kepada orang Ibrani Im : Kitab Imamat Kis : Kisah Para Rasul Konst. : Konstitusi Para Suster Puteri Bunda Hati Kudus Kol : Surat Rasul Paulus kepada jemaat Kolose Kor : Surat Rasul Paulus kepada jemaat Korintus KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Luk : Injil Lukas Mat : Injil Matius MSC : Missionarium Sacratisimum Cor Mrk : Injil Markus

  PBHK : Puteri Bumda Hati Kudus Pkh : Kitab Pengkhotbah PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia Ptr : Surat Rasul Petrus Raj : Kitab Raja - Raja Rom : Surat Rasul Paulus kepada jemaat Roma SCP : Shared Christian Praxis Taw : Kitab Tawarikh Tim : Surat Rasul Paulus kepada Timotius Ul : Kitab Ulangan Why : Kitab Wahyu Yoh : Injil Yohanes

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kepemimpinan dalam arti yang paling mendasar adalah masalah dan tugas

  setiap orang. Setiap orang suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, sadar atau tidak sadar, tentu harus menjalankan suatu kepemimpinan. Paling tidak, kepemimpinan itu adalah kepemimpinan atas diri sendiri. Demikianlah sebenarnya kepemimpinan pertama-tama tidak bersangkut paut dengan tokoh-tokoh tertentu tetapi berkaitan dengan masalah mengarahkan, membuat pilihan, dan mengambil keputusan. Setiap pemimpin tentu harus bisa mengarahkan yang dipimpin agar bisa mencapai tujuan yang ada. Maka pemimpin juga harus mampu membuat pilihan dan mengambil keputusan. Hal ini juga berlaku atas diri sendiri. Seseorang hanya bisa memimpin dengan baik bilamana ia sudah bisa memimpin dirinya sendiri. Bayangkan saja bila seorang pemimpin tidak pernah yakin dengan dirinya dan pendapatnya sendiri; pikiran dan keputusannya mudah sekali berubah dan tidak konsisten; maka dapat dipastikan kelompoknya akan kacau dan gagal mencapai tujuan kebersamaan mereka ( Martasudjita, 2001 : 11 ).

  Memimpin dalam tarekat berarti memimpin sekelompok umat Allah yang memiliki Kristus sebagai Gembala (Yoh 10:1-21) dan Guru-Nya (Yoh 13:12-17), dan Roh Kudus yang akan memimpin menuju kebenaran (Yoh 16:12-13). Maka memimpin umat Allah, entah itu dalam Gereja atau dalam tarekat religius, perlu memiliki sikap dan ketrampilan khusus. Dengan demikian kepemimpinannya justru mewujudkan kepemimpinan Kristus dan Roh Kudus dalam diri mereka sendiri dan bukan menggantikan atau mewakili apalagi menyaingi. Diharapkan lewat kepemimpinannya, Kristus dan Roh Kudus sendiri yang semakin memimpin warga tarekat (Darminta, 2004:11). Supaya seorang pemimpin tidak menyaingi kepemimpinan Kristus dan Roh Kudus, dapat meneladan semangat Santo Paulus yang mengatakan: “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan “ (1Kor 3:6-7). Dengan mencontoh semangat Santo Paulus, seorang pemimpin akan berusaha sekuat tenaga, menggunakan segala bakat dan kertampilan manusiawi untuk mengembangkan serta memilih cara-cara kepemimpinan yang tepat.

  Kemudian menyerahkan kepada Tuhan dalam doa dan permohonan supaya Tuhan sendiri yang akhirnya memimpin menuju yang benar menurut kehendak-Nya (Darminta, 2004:11).

  Gereja dan hidup religius zaman dahulu selalu memiliki kecenderungan kuat untuk menghayati persekutuan dalam suasana demokratis. Namun perjalanan sejarah membawa Gereja dan tarekat-tarekat religius ke sistem sentralisasi dalam menghayati realitas diri dalam segi institusionalnya. Puncak sentralisasi terjadi pada abad 18 dan

  19. Mulai abad 20, ada gerakan untuk menghayati hidup menggereja dan juga hidup religius secara partisipatif lebih besar, secara konsultatif lebih luas dan berbagi tanggung jawab. Semua ini menyingkapkan kecenderungan yang ada di dalam gereja dan masyarakat. Gereja bagaikan berada pada suatu peralihan dari otoritas yang menuntut adanya wibawa yang tidak melulu karena jabatan tetapi terutama karena hidup yang sungguh berkualitas kristiani dan religius (Darminta, 2004:17). Ungkapan konkrit kepemimpinan dan pemerintahan membentuk pribadi seorang pemimpin. Sebaliknya, pribadi seorang pemimpin juga akan membentuk atau menciptakan gaya kepemimpinan dan pemerintahan. Bisa saja paham serta gaya kepemimpinan mengalami perubahan, namun tugas seorang pemimpin pada hakikatnya tetap sama. Pemimpin yang berlandaskan iman dan kerohanian Gereja diharapkan tetap setia kepada tugas pokok dan tak berubah, yaitu pembawa otoritas Kristus yang melayani (1Tim 3 :13 ; Kol 3 :17), (Darminta, 2004:20).

  Dalam konteks seperti itu, pelaksanakan otoritas kepemimpinan menjadi tantangan dalam membangun gambaran tentang kepemimpinan serta pemimpin.

  Untuk itu, diperlukan adanya seorang pemimpin yang memiliki keyakinan akan peran dan tugas hakiki sekaligus mampu menerapkan dan menerjemahkan dalam sistem nilai modern. Manusia tidak hanya memiliki daya tahan untuk menanggung beban perjalanan kehidupan. Manusia juga mampu membedakan mana yang memiliki nilai langgeng dan mana yang hanya sementara dan bersifat sarana belaka. Pemimpin zaman sekarang digambarkan sebagai pribadi yang memiliki kemampuan untuk mengadakan penegasan, mampu pula untuk menilai tanda-tanda zaman dan menyesuaikan dengan kesadaran akan peran dan tugasnya. Seorang pemimpin, pada zaman transisi menuju ke era baru, haruslah bagaikan seorang guru yang membawa nilai-nilai dari masa lalu serta menjadi pemrakarsa perubahan ke masa depan. lagi menuntut suatu kekuasaan dan previlegi-previlegi tetapi sebagai otoritas dalam pelayanan yang terlaksana melalui kepemimpinan. Kesadaran seperti itu ternyata bersumber dari inspirasi Kitab Suci, yaitu bahwa Yesus datang untuk melayani bukan untuk dilayani (Mat 20:28), karena Aku berada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan (Luk 22:27). Kita yakin bahwa kepemimpinan sebagai pelayanan sungguh berasal dari Roh Kudus, karena itu membawa kita kembali kepada hidup Yesus dan sabda-sabda yang lama tertutup oleh corak hidup menggereja dan hidup religius yang terlalu institusional dan organisatoris (Darminta, 2004:22).

  Dokumen Konsili Vatikan ke II dalam Perfectae Caritatis art. 2 menegaskan bahwa semua tarekat hendaklah ikut serta dalam kehidupan Gereja. Maka dengan mengindahkan coraknya sendiri hendaklah melibatkan diri dalam prakarsa-prakarsa serta rencana-rencana Gereja dan ikut mengembangkannya menurut kemampuannya, misalnya di bidang Kitab Suci, liturgi, teologi dogmatik, pastoral, ekumene, misioner dan sosial. Hendaknya tarekat-tarekat mengembangkan pada para anggotanya pengertian yang memadai tentang kenyataan orang-orang pada zamannya pun juga tentang kebutuhan–kebutuhan gereja : maksudnya supaya dengan demikian mereka mampu menilai dalam terang iman dan dengan bijaksana kenyataan dunia zaman sekarang, dan dikobarkan oleh semangat kerasulan mampu membantu orang-orang secara lebih tepat guna.

  Komunitas hidup bakti PBHK Provinsi Indonesia yang terdiri dari 3 (tiga) daerah, yaitu : daerah Jawa, daerah Maluku dan daerah Papua setelah mengalami Maluku Tenggara. Tiap daerah memiliki kelompok-kelompok etnis dengan keunikan budayanya. Ini merupakan kekayaan sebagai pendukung terbentuknya PBHK Provinsi Indonesia, yang bersatu dalam keanekaragaman (Konst. no. 59).

  Sebagai komunitas hidup bakti, PBHK Indonesia memiliki warisan Karisma dan Spiritualitas Hati dari Pendiri Pater Jules Chevalier. Inilah kekuatan yang menjiwai tiap anggota, untuk bersama Maria Bunda Hati Kudus, membantu umat manusia mengalami kasih Allah (Konst. no. 1-2). Panggilan hidup sebagai PBHK merupakan anugerah Allah, yang membawa kita semakin menemukan Hati Yesus sebagai pewahyuan kelembutan tak terbatas cinta kasih Allah, Bapa kita (Konst.no.

  1).

  Hidup bakti para religius dibaktikan bagi perutusan. Kewajiban membaktikan diri seutuhnya bagi misi tercakup dalam panggilan religius. Misi utama kongregasi PBHK adalah untuk mewartakan cinta Hati Kudus Yesus kepada semua orang agar mereka percaya akan kasih Allah yang berbelas kasih. Para Suster PBHK dipanggil dan diutus melalui karya kerasulan yang dipercayakan oleh tarekat kepada mereka untuk mewartakan cinta Hati Kudus dalam berbagai bidang karya kerasulan. Karya kerasulan para Suster PBHK antara lain dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan pastoral. Perutusan bagi para religius berarti menjalankan misi Yesus Kristus.

  Tujuan perutusan para religius pertama-tama menghadirkan Kristus bagi dunia melalui kesaksian pribadi. Sasaran utama proses pembinaan adalah menyiapkan orang-orang untuk membaktikan diri seutuhnya kepada Allah dengan mengikuti

  Di Indonesia saat ini masih terjadi peristiwa-peristiwa yang sungguh dramatik. Arus globalisasi menawarkan kemudahan, kecepatan dan kenyamanan, namun sekaligus juga kecemasan, ketidak-amanan dan ancaman. Kebijakan pemerintah yang berubah-ubah dan otonomi daerah, yang masih belum jelas aturan mainnya, memungkinkan gampang terjadinya penyalagunaan kekuasaan. PBHK Indonesia, saat ini menghadapi situasi masyarakat yang “Chaos”, terjadi krisis kepercayaan terhadap para pemimpin, menjerit karena dilecehkan martabatnya sebagai manusia serta mengalami penderitaan yang berkepanjangan.

  Spiritualitas kepemimpinan yang digariskan dalam KHK berbunyi: Para pemimpin hendaknya melaksanakan kuasa yang diterima dari Allah lewat pelayanan Gereja dalam semangat pengabdian. Maka dalam melaksanakan tugasnya hendaknya mereka peka terhadap kehendak Allah, memimpin bawahannya sebagai putera-puteri Allah, serta mengusahakan ketaatan sukarela mereka dengan menghargai pribadi manusiawi mereka, dengan senang hati mendengarkan mereka serta memajukan peranserta mereka demi kesejateraan tarekat dan Gereja, tetapi dengan tetap memelihara wewenang mereka sendiri untuk memutuskan dan memerintahkan apa yang harus dilaksanakan ( KHK. Kan 618 ). Disadari bahwa kuasa yang diembannya adalah kuasa dari Allah. Kuasa itu diterimanya melalui pelayanan Gereja dan haruslah dilaksanakan dalam rangka mengabdi kepada Allah, dan melayani sesama manusia. Kuasa yang diterima berasal dari Allah, mau menunjukkan bahwa tugas perutusannya sebagai pemimpin itu adalah tugas suci, tugas yang melibatkan kuasa Ilahi, dan bukan kuasa politik duniawi saja. Oleh karena itu bobot kuasa yang diemban oleh pemimpin religius adalah kuasa ilahi yang harus dilaksanakan dan ditunaikan dalam pelayanan yang suci pula.

  Dari sini kita dapat melihat bahwa kalau kepemimpinannya itu diperoleh secara tidak wajar entah dengan memalsu kartu pemilihan atau manipulasi yang licik, maka dapatlah dipertanyakan bagaimanakah misi kepemimpinannya itu. Kepemimpinan religius mengemban tugas suci, tugas kesempurnaan dan tugas atau bahkan kewajiban yang semuanya harus bermuara ke kesucian. Kalau ada tindak jahat dengan pemalsuan atau manipulasi, sebenarnya pimpinan itu sudah tidak layak menduduki kursi kepemimpinan. Oleh karena itu nilai kepemimpinan religius sebenarnya terletak dalam kelayakan pimpinan itu melaksanakan tugas sucinya. Arah kepemimpinan religius yang hanya memikirkan masalah program ekonomi, sosial atau pembangunan gedung, rumah-rumah, lalu melupakan berbagai aspek kerohanian dalam hidup religius sendiri, kepemimpinan demikian itu sudah jauh dari yang dikehendaki oleh Allah. Sebab pemimpin religius mengemban tugas Allah sendiri, karena mandatnya berasal dari Allah, yang diterimanya melalui pelayanan Gereja.

  Selain mengemban tugas yang suci, berbagai syarat lainnya pun harus dipenuhi untuk dilaksanakannya. Pemimpin religius “dalam melaksanakan tugasnya hendaklah peka terhadap kehendak Allah, memimpin bawahannya itu selaku putera-putera Allah”. Tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemimpin religius adalah peka akan kehendak Allah. Hal ini tidaklah dapat ditawar-tawar, sebab ciri khas kepemimpinan religius itu mengarah pada kehendak Allah saja. Peka akan kehendak Allah, berarti mampu membaca tanda-tanda zaman dan mengartikannya dalam terang cahaya Tuhan. Dengan demikian profil pemimpin religius tak lain dari pada sebagai manusia dalam hidupnya, di dalam memimpin para religius lain yang dipercayakan kepadanya. Pemimpin religius yang kehilangan kepekaan akan kehendak Allah, dapat dinilai sebagai pemimpin yang tidak layak lagi. Dalam sejarah ordo atau kongregasi religius, tidaklah mengherankan kalau ada pemimpin religius yang diturunkan dari jabatannya, atau yang diminta mengundurkan diri dari jabatan kepemimpinannya; atau mengundurkan diri karena merasa tidak layak lagi sebagai pemimpin religius.

  Justru ukuran kepekaan akan kehendak Allah ini sangat penting.

  Hakekat Kepemimpinan Kristiani adalah kegembalaan dan kualifikasi Gembala yang baik dapat digali dari Yohanes 10:11-15 sebagai gambaran kepemimpinan kristiani yang ideal. Dengan demikian pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bersikap seperti “gembala” yang baik terhadap “domba-dombanya”, atau rakyat/umat/anak buah yang harus dilayaninya sedangkan yang berkaitan dengan teknik kepemimpinan bisa mengambil inspirasi dari Keluaran 18 :13-27. Nasihat mertua Musa yang menganjurkan kaderisasi dan pendelegasian wewenang demi tugas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pemimpin yang ditafsirkan dari Yohanes 10 : 11-15 adalah sebagai berikut :

  Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. Seorang upahan yang bukan gembala, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari sehingga serigala itu menerkam dan mencerai- beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku, sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa (Yoh 10 : 11-15). Sikap utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah rela umat/anak buah yang dipimpin sehingga mereka merasa aman dalam pimpinannya. Dekat dengan umat/anak buah yang dipimpin karena bisa menyesuaikan diri dengan mereka, sehingga dicintai dan dipercaya oleh mereka. Dekat dengan Allah/Bapa karena senantiasa berhubungan dengan Allah, sehingga tindakan-tindakannya pun sesuai dengan kehendak Allah. Selain itu karena ia dekat dan mersa dikenal Allah, maka ia amat berani karena merasa selalu disertai Allah dalam tindakan-tindakan melayani umat/anak buah yang dipercayakan kepadanya.

  Kepemimpinan kristiani yang efektif, seperti yang dilakukan Yesus sang Guru, selalu berusaha memberdayakan orang-orang untuk dapat menghidupi dan menghayati hidup yang dijanjikan Yesus itu sepenuhnya. Para pemimpin itu akan menunjukkan menurut aneka gaya dan cara mereka masing-masing lain, supaya dapat berkembang menuju kepenuhannya “menurut kepenuhan Kristus” (Ef 4:13). Seluruh hidup Yesus menunjukkan keprihatinan-Nya atas orang-orang lain. Bagi-Nya pribadi- pribadi selalu dinomor satukan. Sumber paling penting bagi seorang pemimpin ialah pribadi manusia. Tanpa orang/manusia sumber materiil ataupun keuangan tidak ada gunanya! Meskipun ada pabrik, mesin, aparat otomatis yang paling mutahir pun, seorang pemimpin yang baik akan memperhatikan sesama. Berbeda dengan sumber- sumber lainnya, manusia mempunyai kebutuhan, perasaan, ada yang disukai dan tidak disukai, dan dapat hanya memikirkan diri sendiri.

  Sambil berusaha mengembangkan diri pribadi orang lain, seorang pemimpin harus juga berusaha mengembangkan suatu gambaran diri (self-image) yang sehat mengenal dirinya yang sebenarnya. Banyak pula orang yang menilai dirinya secara negatif, mungkin karena pengalaman-pengalaman yang negatif. Pengenalan diri yang negatif menimbulkan kecenderungan mengambil keputusan yang negatif dan merugikan keputusan. Sesungguhnya kita dipanggil untuk mengembangkan diri, bukan untuk mengurangi diri, yang justru merugikan orang lain, yang sebenarnya dapat dan harus kita tolong (Manuskrip, September 2006).

  Kapitel Umum PBHK dalam pernyataan kapitel tentang Jati diri dan Misi PBHK mengakui bahwa sebagai Puteri-puteri Bunda Hati Kudus, para suster mengakui diri sering gagal menghayati kharisma cinta kasih dalam komunitas dan karya-karya kerasulan tarekat (Kapitel Provinsi I PBHK, 1998; hal.3). Dalam kapitel ini dikemukakan bahwa cukup banyak suster belum memiliki kesadaran yang jelas mengenai identitas dirinya sebagai PBHK, arti spiritualitas hati dan panggilan PBHK di tengah masyarakat. Spiritualitas hati masih belum menjadi milik yang kuat dalam diri para suster PBHK (Kapitel Provinsi II, 2004: hal. 29).

  Realitas yang ditemui bahwa dari kepengurusan paroki, yayasan-yayasan yang katanya bernafas kristiani, sampai di kalangan religius, suasana yang tidak sehat dalam hal kepemimpinan sering terdengar. Kita mungkin mengelus dada, ketika mendengar orang ini itu tidak mau turun dari jabatannya. Padahal jabatan itu tidak mendatangkan uang. Tetapi jabatan itu memang memberikan prestise, status dan martabat ’orang besar’ terkadang masih ada juga religius yang meski sudah S3 (alias sampun sepuh sanget, artinya : sudah sangat sepuh atau tua) masih ingin terus yang muda dan potensial sudah banyak, ia tak mau mundur. Alasannya, Tanpa saya karya ini akan mati. Yang muda belum mempunyai pengalaman dan belum siap.

  Provinsial tidak berani memundurkan dia, entah karena budaya pekewuh (enggan atau tidak enak), atau karena takut saja. Kadang-kadang ada yang berucap ’Hanya Tuhan saja yang mampu memundurkan dia.’ Orang yang sedang memimpin dan tidak mau mundur entah apapun alasannya tentu memahami gambaran kepemimpinan yang salah. Mereka mengira bahwa sekai menjadi pemimpin tentunya juga harus terus menjadi pemimpin. Mereka beranggapan bahwa mereka memang dilahirkan untuk menjadi pemimpin dan akan bisa terus memipin untuk segala macam kelompok dan segala macam situasi dan tantangan jaman. Pikiran seperti itu tentu tidak benar (Martasudjita, 2001 : 17-18 ).

  Yang benar, kepemimpinan hanyalah bersifat fungsional. Seorang ditunjuk atau diangkat menjadi pemimpin untuk suatu fungsi dan tugas tertentu. Kepemimpinan dalam kelompok tidak melekat pada dirinya seumur hidup. Dinamika kelompok akan terus berubah dan berkembang sesuai dengan tantangan jaman dan perkembangan internal kelompok itu. Akibatnya sifat dan bentuk kepemimpinan dalam kelompok juga harus berkembang dan menyesuaikan diri dengan keadaan. Pada giliranya, figur- figur pemimpin kelompok juga perlu mentransformasi (mengubah) diri dan kalau perlu diubah alias diganti. Demikian pula kekuasaan dan wewenang tidak pernah melekat pada diri seseorang sebagai sifat. Kuasa dan wewenang hanya selalu ada dalam konteks hubungannya dengan kelompok. Kepemimpinan Transformatif adalah oleh Injil. Menurut hati dan rohnya, kita harus mengembangkan spiritualitas kepemimpinan Injili (Martasudjita, 2001 : 19-20).

  Daya hidup tarekat sangat tergantung dari pembinaan lanjut yang konsisten sesudah kaul kekal. Pada dasarnya suster sendiri bertanggung jawab atas pembinaan lanjutnya. Pada setiap tahap apostoliknya ia akan mengutamakan pengembangan hidup doa yang makin mendalam, suatu penghayatan kaul yang semakin mengakar, dan suatu keterlibatan semakin berkobar dalam tugas perutusan dalam Gereja… (Konst,1983:101). Suster medior diharapkan dapat diserahi tanggung jawab penuh dalam tugas perutusan membutuhkan pengembangan kepemimpinan transformatif sebagai pembinaan lanjut sebagai mana yang digariskan dalam konstitusi sebagai pedoman hidup religius. Subyek Pembinaan adalah individu pada setiap tahap hidupnya. Dan obyek pembinaan adalah seluruh pribadi yang diapnggil untuk mencari dan mengasihi Allah “dengan segenap hati, dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatannya” (Ul 6:5) dan sesama seperti dirinya sendiri (Im 19:18; Mat 22:37-39). Cinta akan Allah dan sesame itu kekuatan besar yang dapat mengilhami proses perkembangan dan kesetiaan (VC. 71).

  Kesadaran akan pentingnya kepemimpinan transfomatif bagi para suster Medior PBHK, perlu terus dikembangkan. Untuk mengembangkan kepemimpinan trasformatif para Suster Medior PBHK sebagai sumbangan pemikiran guna mengembangkan kualitas para suster Medior PBHK Daerah Maluku, maka dalam tulisan ini penulis mengambil judul “Pengembangan Suster Medior Puteri Bunda

B. RUMUSAN PERMASALAHAN

  Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan bagaimanakah yang harus dimiliki oleh para suster medior Puteri

  Bunda Hati Kudus Daerah Maluku demi efektivitas pelaksanaan karya perutusan tarekat ?

  2. Apa makna kepemimpinan transformatif terhadap pelaksanaan karya perutusan tarekat ?

  3. Bagaimana cara mengembangkan kepemimpinan transformatif para suster medior demi efektivitas pelaksanaan karya perutusan tarekat ?

C. TUJUAN PENULISAN 1.

  Menjelaskan Kepemimpinan yang harus dimiliki para suster medior PBHK Daerah Maluku demi efektivitas pelaksanaan karya perutusan tarekat.

  2. Menjelaskan makna kepemimpinan transformatif terhadap pelaksanaan karya perutusan tarekat.

  3. Menjelaskan cara mengembangkan kepemimpinan transformatif para suster medior demi efektivitas pelaksanaan karya perutusan tarekat.

  4. Memenuhi prasyarat kelulusan sarjana pendidikan strata -1 (S1) di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  D. METODE PENULISAN

  Metode penulisan yang digunakan ini adalah metode deskriptif analitis dengan memanfaatkan studi pustaka sebagai kajian teori, berkaitan dengan pengembangan kepemimpinan transformatif yang menyangkut spiritualitas, pengetahuan dan kertampilan. Untuk melengkapi itu, penulis juga melakukan refleksi pribadi dalam upaya memikirkan pengembangannya.

  E. SISTEMATIKA PENULISAN

  Bab I menguraikan pendahuluan yang berisi gambaran umum penulisan yang terdiri dari latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab II berbicara tentang gambaran umum Hidup Religius dan Kepemimpinan Religius dalam Gereja. Hidup Religius dalam Gereja meliputi : Vita Consecrata: sebuah perjalanan hidup dalam kasih Tuhan; Kedudukan Religius dalam Gereja menurut Hukum Gereja; Profil Kepemimpinan dalam Lembaga Hidup Bakti (Kanon 618-619).

  Bab III berbicara tentang Suster Medior PBHK Daerah Maluku dan Kepemimpinan Transformatif. Suster Medior PBHK Daerah Maluku meliputi : Nama dan Pendiri Tarekat, Karisma, Spiritualitas dan Tugas Perutusan, Visi dan Misi Tarekat, Ciri Khas dan Cara Hidup PBHK, Karya Kerasulan PBHK dan Profil suster Medior. Kepemimpinan Transformatif meliputi : Spiritualitas Kepemimpinan Yesus Suatu Perjalanan Kepemimpinan Transformatif yang terdiri dari: Memimpin Seperti Yesus Model Kepemimpinan Transformasi dan Belajar Menginternalisasi Empat Ranah Kepemimpinan.

  Bab IV memberikan sumbangan pemikiran pengembangan spiritualitas kepemimpinan transformatif suster medior Puteri Bunda Hati Kudus Daerah Maluku melalui rekoleksi, maka pada bab IV ini akan dipaparkan: Rekoleksi dan katekese sebagai upaya pengembangan spiritualitas kepemimpinan transformatif yang terdiri dari Rekoleksi sebagai salah satu alternatif memelihara, mengembangkan, memperdalam hidup rohani dan meningkatkan spiritualitas dan Katekese sebagai komunikasi iman dalam keseluruhan karya perutusan Gereja: pengertian katekese, tujuan katekese, tugas katekese, unsur-unsur katekese, isi katekese, metode katekese, sumber katekese, proses katekese; Usulan program rekoleksi sebagai upaya pembinaan lanjut pengembangan suster medior PBHK yang meliputi: pengertian program, latar belakang penyusunan program, pemikiran dasar, tujuan program, dan isi program; Upaya pengembangan dalam rekoleksi: maksud dan tujuan program rekoleksi, Penjabaran tema dan tujuan sebagai materi rekoleksi, pedoman pelaksanaan program dan contoh satuan persiapan katekese.