KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF PERGURUAN TIN pdf

PERGURUAN TINGGI ISLAM

Ismail Suardi Wekke Hafidah Farwa

KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF PERGURUAN TINGGI ISLAM Ismail Suardi Wekke Hafidah Farwa

Hak Cipta 2018, Pada Penulis

Desain Cover : Maryadi Tata Letak Isi : Yanti

Cetakan Pertama: April 2018

Isi diluar tanggung jawab percetakan Hak Cipta dilindungi Undang-Undang No 19 Tahun 2002. Dilarang memfotokopi, atau memperbanyak isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Copyright © 2018 Penerbit Gawe Buku All Right Reserved

Penerbit Gawe Buku (group Penerbit CV. Adi Karya Mandiri)

Modinan Pedukuhan VIII, RT 034/RW 016 Brosot, Galur, KulonProgo, Yogyakarta 55661 Telp: 08562866766, e-mail: gawebuku86@gmail.com

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

WEKKE, Ismail Suardi

Kepemimpinan Transformatif Perguruan Tinggi Islam /oleh Ismail Suardi Wekke dan

Hafidah Farwa.--Ed.1, Cet. 1--Yogyakarta: Penerbit Gawe Buku, April 2008. viii, 119 hlm.; Uk:15,5x23 cm

ISBN 978-602-51306-9-4

1. Pendidikan I. Judul 370

PRAKATA

Teriring puji syukur ke hadirat Allah SWT, naskah buku ini dapat terselesaikan. Setelah melalui proses penyuntingan, perbaikan dan juga telaah ulang, naskah yang awalnya merupakan laporan penelitian dapat berada di tangan pembaca. Walaupun penelitian ini sudah berlangsung sejak embrio awal di tahun 2010, tetap saja memiliki relevansi sehingga menjadi daya dukung untuk diterbitkan. Penjaminan mutu di perguruan tinggi menjadi sebuah tuntutan dan sekaligus sebagai kebutuhan. Jikalau ini dipertahankan, maka akan menjadi sebuah upaya dalam mencapai sebuah kualitas, tentunya akan berdampak bagi dunia pendidikan dan peradaban umat manusia secara umum.

Penjenjangan pendidikan yang menempatkan perguruan tinggi sebagai bagian integral dalam pendidikan menjadi sebuah puncak bagi pengembangan keilmuan. Maka, dengan segenap potensi yang sudah dikuasai dan dicapai mahasiswa dalam jenjang sebelumnya memerlukan usaha dalam menggerakkannya menjadi sebuah kecakapan yang dapat digunakan dalam kehidupan yang lebih luas. Tidak semata-mata terbatas pada ruangan kelas saja, melainkan lebih diperlukan pada kehidupan di masyarakat. Dalam rangkaian inilah, pendidikan tinggi menemukan makna yang tepat. Dimana dengan segala sumber daya yang ada dapat digerakkan sebuah pembelajaran sehingga memiliki kesempatan untuk memaksimalkan interaksi dalam memunculkan sebuah potensi yang berdaya guna dan berhasil guna.

Sistem penjaminan mutu internal (SPMI) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen perguruan tinggi. Ini dilakukan untuk menyeimbangkan pendidikan tidak saja sebagai sebuah tuntutan, tetapi sekaligus menjadi perguruan tinggi sebagai bagian dari layanan masyarakat. Untuk itu, penjaminan mutu yang diadaptasi dari quality assurance dilaksanakan untuk memberikan kepastian kepada para pemangku kepentingan agar dapat menjadi bagian dari kemajuan

iii iii

Walaupun bukan menjadi tujuan adanya ranking yang diterbitkan oleh beberapa badan dunia, namun dengan rangking itu menjadi sebuah tolok ukur sejauh mana kiprah pendidikan tinggi kita di antara perguruan tinggi lainnya di dunia. Dengan demikian, adanya pemeringkatan tersebut tidak dapat dinafikan sehingga dapat menjadi salah satu acuan untuk pengembangan mutu pendidikan. Hanya saja, peringkat tersebut bukan satu-satunya instrumen yang dapat dipakai. Terlebih lagi indikator yang digunakan masing-masing lembaga berbeda. Untuk itu, dengan menggunakan total quality management dapat menjadi sebuah alternatif agar dalam mencapai mutu yang sebenarnya selalu memperhatikan keragaman aspek dan juga sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan tinggi itu sendiri.

Naskah ini tidak akan menjadi buku seperti jikalau saja tidak mendapatkan dukungan dan bantuan dari pelbagai pihak. Paling awal, dukungan dan pengertian dari keluarga. Mereka kadang-kadang merelakan waktu yang mestinya digunakan untuk berinteraksi dengan keluarga tidak dapat bersama karena membawa urusan penelitian dari kantor ke rumah. Sementara kolega di kampus juga senantiasa memberikan dukungan sampai pada hal yang kecil yaitu meminjamkan referensi untuk mendukung kelancaran penulisan laporan ini. Mulai dari dukungan pimpinan yang memberikan kelapangan untuk mengumpulkan data dan juga fasilitas kampus untuk merampungkan tugas-tugas penelitian. Tidak saja di jajaran pimpinan, kawan-kawan pegawai juga dengan porsinya masing-masing memberikan dukungan dalam bentuk penyediaan alat tulis kantor dan keperluan penulisan lainnya. Dengan semua itu, walaupun sejatinya

iv iv

Penelitian ini merupakan perhatian yang muncul dalam tugas sebagai kepala Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan STAIN Sorong. Selama mengemban amanah ini, maka sudah menjadi mandat dari statuta untuk menjadi bagian dari monitoring pembelajaran. Sehingga dalam bagian ini menjadi ketertarikan untuk mendalami sebuah model untuk dapat dijadikan sebagai benchmarking dalam memacu semangat kami mengupayakan akreditasi secara internal. Dalam beberapa kesempatan pula masih dalam kapasitas di penjaminan mutu ditugaskan untuk menjadi anggota tim pembukaan program studi. Hasil pengamatan dan juga wawancara yang dikumpulkan selama menjalankan kedua tugas menjadi bahan yang sesungguhnya lebih dari memadai untuk menjadi sebuah laporan penelitian. Dari hasil analisis dan penulisan kembali, maka laporan ini dapat terwujud dengan menumpukan pada Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dimana kami pernah mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan magister di sana. Atas segala pencapaian dan prestasi yang ditorehkan oleh UIN Maliki Malang, sebagai alumni ada kebanggan dan keharuan untuk menginspirasi dalam mengikuti jejak yang sudah ditapakkan. Semangat ini dimulai dengan kembali menuliskan apa yang menjadi praktik sebagai sebuah contoh yang dapat diteladani.

Sebuah pertanyaan senantiasa mengiringi kami ketika memperhatikan loncatan yang dilakukan UIN Maliki Malang. Selalu saja terngiang pertanyaan tentang apa yang menjadi faktor utama Sebuah pertanyaan senantiasa mengiringi kami ketika memperhatikan loncatan yang dilakukan UIN Maliki Malang. Selalu saja terngiang pertanyaan tentang apa yang menjadi faktor utama

Kepada buah hati kami, Putri Izzah Wekke dan Dwiani Marwah Wekke, ayah persembahkan karya ini. Di saat menemani kalian berdua, ayah masih sempat memperbaiki beberapa ketikan terutama di waktu kalian tidur. Dalam beberapa kesempatan justru berusaha untuk menidurkan kalian, sehingga ayah dapat membuka laptop kembali. Semoga karya ini bukanlah karya yang terakhir, tetapi justru memicu bagi lahirnya karya-karya berikutnya. Tentu sebagai karya manusia, sudah tentu buku ini memiliki kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati kami memohon kesediaan pembaca untuk memberikan sumbangsih dalam bentuk masukan untuk mengatasi kekurangan buku ini sehingga dapat dilakukan perbaikan seperlunya.

Sorong dan Malang, 3 April 2018

Ismail Suardi Wekke Hafidah Farwa

vi

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I ini dibahas beturut-turut latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, penegasan istilah dan sistematika pembahasan.

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yang mampu mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara optimal. Secara mendasar, dimensi kemanusiaan tersebut dijabarkan dalam fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab (UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003: ).

Tujuan tersebut pada hakikatnya menyentuh ranah afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia (termasuk budi pekerti luhur, dan kepribadian unggul), serta kompetensi estetis; ranah kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan ranah psikomotorik yang tercermin pada kemampuan keterampilan teknis, kecakapan praktis dan kompetensi kinestetis.

Dengan demikian, pendidikan nasional diarahkan pada peningkatan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi kemanusiaan paling elementer di atas dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu, lembaga pendidikan menjadi wahana strategis bagi upaya pengembangan segenap potensi individu, termasuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan bagi peserta didik, yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai.

Maka dewasa ini perkembangan pemikiran manajemen perguruan tinggi mengarah pada sistem manajemen yang disebut Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu (MMT). Pada prinsipnya sistem manajemen ini adalah pengawasan menyeluruh dari seluruh anggota organisasi (warga perguruan tinggi) terhadap kegiatan perguruan tinggi. Penerapan Total Quality

Management (TQM) berarti semua warga perguruan tinggi bertanggungjawab atas kualitas pendidikan. Sebagaimana organisasi industri, pendidikan tinggi juga

memiliki ”customers”, yaitu pemakai hasil didik. Adapun ”customers” tersebut merupakan ”internal customers”, yaitu pelaku-pelaku dalam rangkaian proses produksi, dan ”eksternal customers”, yaitu pemakai akhir hasil proses produksi. (Hardjosoedarmo, 2004: 129). Seperti pada gambar berikut:

Gambar 1 Pelanggan Pendidikan (Sallis, 2006:70)

Pendidikan

: Jasa

Pelajar : Pelanggan atau klien eksternal utama Orang tua/kepala daerah/ sponsor

: Pelanggan eksternal kedua Pemerintah/Masyarakat/ Bursa kerja

: Pelanggan Eksternal Ketiga Guru/staf

: Pelanggan Internal

Sebelum hal itu tercapai, maka semua pihak yang terlibat dalam proses akademis, mulai dari Ketua, Wakil Ketua, kabiro, kepala tata usaha, para dekan, dosen, mahasiswa dan karyawan harus benar – benar mengerti hakekat dan tujuan pendidikan. Dengan kata lain, setiap individu yang terlibat harus memahami apa tujuan penyelenggaraan pendidikan. Tanpa pemahaman yang menyeluruh dari individu yang terlibat, tidak mungkin akan diterapkan Total Quality Management (TQM).

Dalam ajaran Total Quality Management (TQM), lembaga pendidikan (perguruan tinggi) harus menempatkan mahasiswa sebagai “klien” atau dalam istilah perusahaan sebagai “stakeholders” yang terbesar, maka suara mahasiswa harus disertakan dalam setiap pengambilan keputusan strategis langkah organisasi perguruan tinggi. Tanpa suasana yang demokratis manajemen tidak mampu menerapkan Total Quality Management (TQM), yang terjadi adalah kualitas pendidikan didominasi oleh pihak –pihak tertentu yang seringkali memiliki kepentingan yang bersimpangan dengan hakekat pendidikan (Adnan Sandy Setiawan: 2000).

Penerapan Total Quality Management (TQM) berarti pula adanya kebebasan untuk berpendapat. Kebebasan berpendapat akan menciptakan iklim yang dialogis antara mahasiswa dengan dosen, antara mahasiswa dengan rektor, antara dosen dan rektor, singkatnya Penerapan Total Quality Management (TQM) berarti pula adanya kebebasan untuk berpendapat. Kebebasan berpendapat akan menciptakan iklim yang dialogis antara mahasiswa dengan dosen, antara mahasiswa dengan rektor, antara dosen dan rektor, singkatnya

Selain kebebasan berpendapat juga ada kebebasan informasi. Harus ada informasi yang jelas mengenai arah organisasi perguruan tinggi, baik secara internal organisasi maupun secara nasional. Secara internal, manajemen harus menyediakan informasi seluas-luasnya bagi warga perguruan tinggi. Termasuk dalam hal arah organisasi adalah program –program, serta kondisi finansial.

Singkatnya, Total Quality Management (TQM) adalah sistem menajemen yang menjunjung tinggi efisiensi. Sistem manajemen ini sangat meminimalkan proses birokrasi. Sistem perguruan tinggi yang birokratis akan menghambat potensi perkembangan perguruan tinggi itu sendiri.

Adapun Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang merupakan Perguruan Tinggi Islam yang telah menerapkan Total Quality Management (TQM) yang dikoordinir oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP). Yang mana hal tersebut belum dilakukan oleh perguruan tinggi yang sama khususnya di Jawa Timur.

Sebagai lembaga pendidikan yang bernafaskan Islam, UIN Maliki Malang kegiatan utama dalam melaksanakan kegiatan pendidikan untuk menghasilkan kompetensi yang sesuai dengan empat pilar kompetensi lulusan UIN Malang, yaitu lulusan yang memiliki kedalaman spritual, keluhuran akhlak, keluasan ilmu dan kematangan profesional. Berdasarkan pada tugas utama terbut UIN Maliki malang mengembangkan konsep dasar pengembangan keilmuan yang merupakan konsep integrasi antara ilmu dan agama.

Dalam implikasi dari model pengembangan keilmuan di UIN Maliki Malang adalah keharusan bagi seluruh civitas akademika menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris. Melalui bahasa Arab, diaharpkan mereka mampu melakukan kajian melalui sumber aslinya yaitu al- Qur‟an dan al-Hadis dan melalui bahasa Inggris mereka Dalam implikasi dari model pengembangan keilmuan di UIN Maliki Malang adalah keharusan bagi seluruh civitas akademika menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris. Melalui bahasa Arab, diaharpkan mereka mampu melakukan kajian melalui sumber aslinya yaitu al- Qur‟an dan al-Hadis dan melalui bahasa Inggris mereka

Dalam melaksanakan beberapa hal tersebut di atas tidak luput dari system manajemen yang diterapkan di UIN Maliki Malang yaitu konsep manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management (TQM).

Sebagaimana peningkatan kualitas mutu di perguruan tinggi melalui Total Quality Management (TQM), maka akan diditeksi tentang penelitian-penelitian sebelumnya yang masih relevan dengan penelitian yang akan diteliti. Sebenarnya penelitian tentang manajemen perguruan tinggi, sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, walaupun tema yang berbeda. Sedangkan kajian yang pernah dilakukan antara lain:

Pertama, Sanusi Uwes yang meneliti tentang Manajemen Pengembangan Mutu Dosen desertasi Pascasarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (IKIP) Bandung pada tahun 1995 dan sekarang dijadikan buku yang diterbitkan di Jakarta dengan penerbit Logos.

Dalam penelitiannya menghasilkan bahwa pengembangan mutu dosen terkait dengan manajemen, organisasi, dan kepribadian personil. Adapun manajemen meliputi penentuan kebijakan, program, teknis, serta bentuk dan batasan tugas institusi. Sementara strategi organisasi adalah tugas, tujuan, fungsi, otoritas, dan peran yang dimainkan organisasi. Sedangkan keadaan personil berkenaan dengan kemampuan awal, motif dan cita-cita, etos kerja, serta keterikatan tugas.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh A. Zuhdi yang merupakan Tesisl di Universitas Muhammadiyah Malang pada tahun 2009 dengan judul Dinamisasi Perguruan Tinggi Dengan Sumber Daya Manusia (SDM) di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Kepanjen Kab. Malang.

Sebagaimana yang dihasilkan oleh peneliti bahwa dinamisasi perguruan tinggi salah satunya adalah meningkatkan kualitas perguruan tinggi secara universal; baik dengan meningkatkan mutu perguruan tinggi, para dosen, pelayanan karyawan, prasarana dan Sebagaimana yang dihasilkan oleh peneliti bahwa dinamisasi perguruan tinggi salah satunya adalah meningkatkan kualitas perguruan tinggi secara universal; baik dengan meningkatkan mutu perguruan tinggi, para dosen, pelayanan karyawan, prasarana dan

Penelitian yang dilakukan oleh A. Zuhdi ini juga berbicara tentang peningkatan perguruan tinggi melalui dinamisasi Sumber Daya Manusia (SDM), namun tidak disifikasikan pada peningkatan mutu perguruan tinggi dengan Total Quality Management (TQM).

Ketiga, penelitian ini dilakukan oleh Laila Anisa dengan judul tentang Implementasi Total Quality Manajement (TQM) di Sekolah: Studi Kasus di SMK PGRI 3 Tlogomas Kota Malang Skripsi Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang pada tahun 2009.

Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Laila Anisa hanya mendeskripsikan apa-apa yang menjelaskan tentang implementasi tentang Implementasi Total Quality Management (TQM) di Sekolah. Sebagaimana dalam penelitiaannya diungkapkan bahwa implementasi Total Quality Management tersebut benar-benar diterapkan di lembaga itu. Meskipun masih belum maksimal dalam pelaksanaannya. Meskipun belum sesuai dengan apa yang diharapkan, sudah ada titik terang dalam meningkatkan kualitas manajemen yang ada.

Keempat, penelitian berikut dilakukan oleh Ahmad Sanusi dengan Judul Manajemen Perguruan Tinggi dalam Peningkatan Kualitas Mutu hasil penelitian di Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang pada tahun 2007.

Sebagaimana hasil dari laporan penelitian yang dilakukan oleh Sanusi menjelaskan bahwa manajemen perguruan tinggi di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang mulai berangsur-angsur membenah diri dari perubahan status STAIN-UIN. Sehingga dengan perubahan itulah sampai hari ini UIN Maliki selalu membenah diri baik manajemen dari tingkat bawah maupun tingkat atas. Bahkan Sebagaimana hasil dari laporan penelitian yang dilakukan oleh Sanusi menjelaskan bahwa manajemen perguruan tinggi di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang mulai berangsur-angsur membenah diri dari perubahan status STAIN-UIN. Sehingga dengan perubahan itulah sampai hari ini UIN Maliki selalu membenah diri baik manajemen dari tingkat bawah maupun tingkat atas. Bahkan

Sebagaimana peneliti amati bahwa Perguruan Tinggi yang ada di Malang Raya sangatlah banyak kurang lebih 50, baik Perguruan Tinggi Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta, di antaranya adalah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Universitas Brawijaya (UB), Universitas Negeri Malang (UNM), Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN), dan Politeknik Negeri Malang, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Merdeka Malang (UNMER), Universitas Islam Malang (UNISMA), Universitas Gajayana Malang (UNIGA), Universitas Tribuana Tungga Dewi (UNITRI), ITN Malang, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE), Universitas Widyagama Malang, Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing (STIBA), IKIP Budi Utomo, Universitas Kanjuruhan Malang, Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKI), termasuk Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Kepanjen Kabupaten Malang, Universitas Wisnuwardhana, Sekolah Tinggi Teknik Malang (STTM), Wearnes, School Of Business (SOB), Unversitas Kristen Ciptawacana, Universitas Kristen Widyakarya, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi, Sekolah Tinggi Design, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sunan Giri Malang, sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Koperasi Malang, Universitas Ma-chung, Sekolah Tinggi Teknik Atlas Nusantara Malang, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Malang, Ilmu Ekonomi Jaya Negara Malang, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kertanegara Malang, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Dharma, Sekolah Tinggi Ilmu Perikanan Malang, Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik Waskita Darma, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indocaki, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi PEMNAS Malang, Institut Pertanian Malang (IPM), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maharani, Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang, Akademi Keperawatan Ken Dedes, Sekolah Tinggi Filsafat

Theologi Widya Sasana, Akademi Analisis Farmasi dan Makanan Putra Indones, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Asia, STIE Malangkucecwara, dan lain-lain.

Dari beberapa kampus tersebut di atas, peneliti memilih untuk diteliti pada Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri yang merupakan satu-satunya di Malang Raya yaitu Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Karena Perguruan Tinggi Islam ini selalu melakukan sebuah perubahan-perubahan, utama pada manajemennya.

Dari perubahan itulah, maka Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri ini yang sekarang bernama Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang sudah jelas membenah diri, terutama dalam model manajemennya, baik itu dari kalangan rektorat maupun di kalangan tataran mahasiswa untuk menjadikan yang lebih baik. Karena yang peneliti amati Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri ini memiliki perkembangan yang sangat luar biasa.

Keberhasilan dalam sebuah proses produksi tidak dapat dilepaskan dari pola penjaminan produk. Dalam teori manajemen, disebut dengan konsep penjaminan mutu. Dalam aplikasihnya dunia pendidikan juga melaksanakan penjaminan mutu yang dimulai dari sektor recruitment (input), yang selanjutnya dilakukan pelakuan- perlakuan khusus (process), sehingga hasilnya dapat maksimal (out put ). Inilah praktik penggunaan konsep Total Quality Management (TQM) dalam dunia pendidikan khususnya Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahin Malang.

Fenomena yang peneliti amati bahwa Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri di Malang Raya yang benar-benar menerapkan Total Quality Management (TQM) adalah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Karena telah terbukti dari semua fakultas dan unit yang berada di bawah naungan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang melakukan Total Quality Management (TQM) dengan adanya ISO 9000, sekaligus telah berhasil menarik perhatian, mengingat Total Quality Management (TQM) adalah sebuah filosofi peningkatan mutu yang relatif baru di lingkungan Fenomena yang peneliti amati bahwa Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri di Malang Raya yang benar-benar menerapkan Total Quality Management (TQM) adalah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Karena telah terbukti dari semua fakultas dan unit yang berada di bawah naungan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang melakukan Total Quality Management (TQM) dengan adanya ISO 9000, sekaligus telah berhasil menarik perhatian, mengingat Total Quality Management (TQM) adalah sebuah filosofi peningkatan mutu yang relatif baru di lingkungan

Berdasarkan pemikiran dan pandangan-pandangan tersebut, peneliti bermaksud mengkaji lebih lanjut tentang Implementasi Total Quality Management (TQM) dalam Peningkatan Mutu di Perguruan Tinggi di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

B. Fokus Penelitian

Untuk dapat mengetahui secara global gambaran penulisan tesis ini, maka berikut yang dapat penulis ajukan:

1. Apakah yang melatarbelangi diimplementasikannya Total Quality Management (TQM) di Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang?

2. Bagaimanakah proses implementasi Total Quality Management (TQM) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang?

3. Bagaimanakah dampak setelah diimplementasikan Total Quality Management (TQM) di Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini akan mengkaji secara mendalam tentang Implementasi Total Quality Management (TQM) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, adapun tujuan tersebut secara rinci sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui

dan mendalam, mendeskripsikan secara empirik, serta mampu menganalisa

secara

utuh utuh

2. Untuk mengetahui, memahami, membuktikan, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan tentang proses implementasi Total Quality Management (TQM) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang?

3. Untuk mengetahui secara utuh dan mendalam, memahami, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan tentang dampak terhadap implementasi Total Quality Management (TQM) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini terbagi atas manfaat secara praktis dan manfaat secara teoritis. Ditinjau dari manfaat secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara deskriptif tentang Implementasi Total Quality Management (TQM) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Sedangkan manfaat praktisnya adalah sebagai berikut:

a. Bagi Pimpinan Perguruan Tinggi/Rektor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dalam upaya peningkatan mutu di Perguruan Tinggi Melalui Total Quality Management (TQM).

b. Bagi Dosen dan Karyawan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam peningkatan mutu perguruan tinggi.

c. Bagi para pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan para pembaca dalam melaksanakan Total Quality Management (TQM) di perguruan tinggi.

E. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan yang terdiri atas: 1). latarbelakang dan pelaksanaan Total Quality Management (TQM) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2). Proses implementasi Total Quality Management (TQM) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dan 3). Dampak dari implementasi Total Quality Management (TQM) sebagai peningkatan mutu perguruan tinggi.

F. Penegasan Istilah

1. Implementasi merupakan suatu proses penerapan, ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, ketrampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam oxford Advance Learner‟s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah “put something into effect” (penerapan sesuatu yang memberikan

efek atau dampak).

2. Mutu, dalam pengertian umum mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam definisi yang lain kata mutu berasal dari bahasa Inggris yaitu Quality yang berarti kualitas. John M. Echols & Hasan Sadily, 1996:460). Dari pendapat tersebut diperoleh pengertian bahwa mutu adalah tingkat dari baik-

3. Total Quality Management (TQM), dalam pengertian TQM atau Total Quality Management (manajemen kualitas menyeluruh) adalah strategi manajemen yang ditujukan untuk menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses dalam organisasi. Sesuai dengan definisi dari ISO, TQM adalah "suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta masyarakat.

G. Sistematika Pembahasan

Pembahasan penelitian dalam bentuk tesis ini akan disusun dalam beberapa bab, dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub-bab sesuai dengan keperluan kajian yang akan dilakukan.

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, penegasan istilah, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua adalah kajian pustaka yang mendeskripsikan tentang sejarah Total Quality Management (TQM), konsep dasar Total Quality Management (TQM), peningkatan mutu perguruan tinggi, dan hubungan perbaikan perguruan tinggi dengan kultur.

Bab ketiga merupakan bab metode penelitian yang menjelaskan tentang; pendekatan penelitian, jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data dan informan (Rektor, dose, karyawan, mahasiswa, dan orang tua mahasiswa), analisis data, pengecekan keabsahan data (triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi, ketekunan pengamatan), tahap-tahap penelitian (tahap pra-lapangan, tahap kegiatan lapangan, tahap analisis data dan tahap penulisan laporan).

Bab keempat merupakan hasil penelitian tentang latar belakang implementasi Total Quality Management (TQM) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, proses impementasi Total Quality Management (TQM) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan dampak implementasi Total Quality Management (TQM) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Bab kelima adalah diskusi hasil penelitian yang meliputi; latar belakang implementasi Total Quality Management (TQM) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, proses impementasi Total Quality Management (TQM) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan dampak implementasi Total Quality Management (TQM) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Bab keenam adalah bab terakhir yang memuat kesimpulan dan uraian-uraian yang telah dibahas dan diperbincangkan dalam keseluruhan penulisan penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka dalam bab ini meliputi: sejarah Total Quality Management (TQM), Konsep Dasar Total Quality Mangement, peningkatan mutu perguruan tinggi, dan hubungan perbaikan perguruan tinggi dengan kultur.

A. Sejarah Total Quality Management (TQM)

Gerakan mutu terpadu dalam pendidikan masih tergolong baru, hanya ada sedikit literatur yang memuat referensi tentang hal ini sebelum 1980-an. Beberapa upaya reorganisasi terhadap praktek kerja dengan konsep Total Quality Management (TQM) telah dilaksanakan oleh beberapa universitas di Amerika, dan beberapa pendidikan tinggi lainnya di Inggris. Ada banyak gagasan yang dihubungkan dengan mutu juga dikembangkan dengan baik oleh institusi-institusi pendidikan tinggi. Peningkatan mutu menjadi semakin penting bagi institusi yang digunakan untuk memperoleh kontrol yang lebih baik melalui usahanya sendiri. Kebebasan yang baik harus disesuaikan dengan akuntabilitas yang baik. Perguruan tinggi-perguruan tinggi harus mendemonstrasikan bahwa mereka mampu memberikan pendidikan yang bermutu pada peserta didik.

Total Quality Management (TQM) yang dalam bahasa (istilah) Indonesia disebut Total Manajemen Mutu atau Manajemen Mutu Terpadu (integrated quality kontrol) mempunyai sejarah yang agak panjang. Hampir lima dekade yang lalu istilah Total Quality Management (TQM) telah tumbuh dan berkembang sebagai hasil sintesis dari berbagai sumber. Semula ide Total Quality Management (TQM) muncul pertama kali di Amerika Serikat, tetapi kemudian diorganisasikan dan dilaksanakan dibeberapa perusahaan Jepang. Khususnya setelah perang dunia II, Total Quality Management (TQM)

“suhu” Total Quality Management (TQM), baik di Jepang maupun di Amerika Serikat adalah W. Edward Deming dan Joseph M. Juran

(Prawirosentono, 2007: 89).

B. Konsep Dasar Total Quality Mangement

1. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu

Difinisi MMT (TQM), seperti definisi-definisi lainnya, berbeda-beda tergantung sudut pandang orang yang mendefinisikannya. Akar dari MMT ialah Quality Control (QC), kemudian berkembang menjadi Quality Assurance (QA) dan akhirnya menjadi MMT (Usman, 2006: 458).

Manajemen Mutu Terpadu (MMT) menurut Fandy Tjiptono & Anastasia Diana ialah suatu pendekatan dalam usaha memaksimalkan daya saing melalui perbaikan terus menerus atas jasa, manusia, produk, dan lingkungan (1995). MMT merupakan sebuah konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen mutu kelas dunia.

Sedangkan menurut West Burnham, Manajemen Mutu Terpadu (MMT) adalah semua fungsi dari organisasi sekolah ke dalam falsafah holistis yang dibangun berdasarkan konsep mutu, kerja tim, produktifitas, dan prestasi serta kepuasan pelanggan. Manajemen Mutu Terpadu (MMT) berupakan suatu sistem manajemen yang menyangkut mutu sebagai strategi usaha dan berorentasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi (dalam Usman, 2006: 458).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Mutu Terpadu (MMT) merupakan budaya peningkatan mutu pendidikan secara terus menerus, fokus pada pelanggan perguruan tinggi demi kepuasan jangka panjangnya dan partisipasi warga Perguruan tinggi, keluarga, masyarakat,

2. Prinsip-Prinsip TQM

Adapun menurut Prawirosentono (2007) terdapat prinsip utama dari MMT atau TQM sebagai berikut:

a. Tanggung jawab utama manajemen puncak (top management ), manajemen harus menciptakan struktur organisasi, rancangan suatu produk (product design), proses produksi dan insentif untuk mendorong staf bekerja lebih baik.

b. Mutu harus difokuskan pada konsumen dan evaluasinya harus berbasis kepentingan konsumen.

Sedangkan prinsip-prinsip Total Quality Management (TQM) menurut Nasution ada empat sebagai berikut yang di antaranya adalah:

a. Kepuasan Pelanggan Mutu tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pendidikan adalah pelayanan jasa. Perguruan tinggi harus memberikan yang sebaik- baiknya pada pelanggannya. Pelanggan perguruan tinggi meliputi pelanggan internal dan pelanggan eksternal perguruan tinggi. Pelanggan eksternal sekolah adalah orang tua siswa, pemerintah dan masyarakat termasuk komite sekolah. Pelanggan internal perguruan tinggi adalah mahasiswa, dosen dan staf tata usaha. Dalam arti lain, perguruan tinggi mempunyai pelanggan primer, skunder dan tertier. Pelanggan primer perguruan tinggi adalah mahasiswa. Pelanggan sekunder perguruan tinggi adalah orang tua. Pelanggan tertier adalah pemerintah dan masyarakat. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk harga keamanan

b. b. Respek terhadap setiap orang Dalam Perguruan tinggi yang bermutu kelas dunia, setiap orang di perguruan tinggi dipandang memiliki potensi. Orang yang ada di organisasi dipandang sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai dan dipandang sebagai aset organisasi. Oleh karena itu, setiap orang diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk berprestasi,

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

berkarier,

dan

c. Manajemen Berdasarkan Fakta Sekolah kelas dunia bororientasi pada fakta, maksudnya setiap keputusan selalu didasarkan pada fakta, bukan pada feeling. Ada dua konsep yang berkaitan dengan hal ini: (1) prioritasisasi, yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Dengan menggunakan data, manajemen dan tim dalam organisasi dapat menfokuskan usahanya pada situasi tertentu; (2) variasi atau variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi.

d. Perbaikan Terus Menerus Agar dapat sukses setiap perguruan tinggi perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku adalah siklus plan, do, check, action (PDCA), yang terdiri langkah perencanaan, melaksanakan rencana, memeriksa hasil

PLAN DO Rencanakan Lakukan perubahan

perubahana untuk Perbaikan untuk perbaikan

yang direncanakan

ACT

Laksanakan Uji efek perubahan

CHECK

perubahan yang ACT laksanakan

sudah diuji

Gambar 2 Siklus PDCA (Gaspersz, 2005:57)

3. Konponen Manajemen Mutu Terpadu

Adapun komponen-komponen Total Quality Management (TQM) mempunyai 10 unsur utama (Goetsch & Davis dalam Usman, 2006) sebagai berikut:

a. Fokus Pada Kepuasan Pelanggan Dalam Total Quality Management (TQM), baik pelanggan internal maupun eksternal merupakan driven. Pelanggan eksternal menentukan mutu lulusan, sedangkan pelanggan internal menentukan mutu, proses dan lingkungan yang berhubungan dengan lulusan. Karena pelanggan adalah orang yang menerima hasil pekerjaan seseorang atau suatu organisasi, maka hanya merekalah yang dapat menentukan kualitasnya seperti apa dan hanya mereka yang dapat menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan mereka. Hal inilah yang meyebabkan slogan gerakan kualitas yang populer

berbunyi: ”kualitas dimulai dari pelanggan”. (Tjipto & Diana, 2000:103)

Taylor dan Hill (1997) berpendapat bahwa, dalam pendidikan, pelanggan bukan hanya individu yang menerima hasil dari proses pendidikan, tapi hubungan pelanggan-penyuplai, juga termasuk interaksi antara staf administratif dan staf akademik, antara staf administratif dan mahasiswa.

b. Obsesi Terhadap Mutu Dalam organisasi yang menerapkan Total Quality Management (TQM), pelanggan menentukan mutu, dengan mutu tersebut, organisasi harus teropsesi untuk memenuhi yang diinginkan pelanggan yang berarti bahwa semua karyawan

melaksanakan setiap aspek pekerjaannya. Apabila suatu organisasi terobsesi dengan mutu maka berlaku prinsip good enough is never good enaugh.

berusaha

d. Komitmen Jangka Panjang Total Quality Management (TQM), merupakan paradigma baru, untuk itu dibutuhkan budaya sekolah yang baru pula. Komitmen jangka panjang sangat diperlukan guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan Total Quality Management (TQM) dapat berjalan dengan baik.

e. Kerja Sama Tim (Teamwork) Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional sering tercipta persaingan antar dosen. Akan tetapi, pesaingan internal ini cenderung hanya menghabiskan energi saja, yang pada gilirannya tidak meningkatkan daya saing eksternal. Sebaliknya, organisasi Total Quality Management (TQM) merupakan kerjasama tim, kemitraan dijalin dan dibina, baik antar warga perguruan tinggi maupun luar perguruan tinggi.

f. Perbaikan Sistem Secara Terus Menerus Setiap produk memanfaatkan proses tertentu dalam suatu sistem sehingga sistem yang ada perlu diperbaiki terus menerus agar mutu dapat meningkat.

g. Pendidikan dan Pelatihan Dewasa ini banyak perguruan tinggi yang menutup mata akan arti pentingnya pendidikan dan pelatihan. Mereka beranggapan bahwa sekolah bukanlah perusahaan sehingga perguruan tinggi yang demikian ini hanya memberikan pelatihan sekedarnya untuk memenuhi persyaratan formal atau perintah atasannya. Sedangkan dalam perguruan tinggi yang menerapkan Total Quality

Management (TQM), pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang mendasar, dengan pendidikan dan pelatihan setiap guru dan staf tata usaha akan meningkat keterampilan teknisnya. Esensi dari diklat bagi guru adalah untuk menigkatkan keterampilan dan profesionalismenya.

h. Kebebasan Tak Terkendali Keterlibatan dan pemberdayaan dosen dan staf tata usaha dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah sangat penting karena dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggungjawab terhadap keputusan yang dibuat serta dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena

pemberdayaan tersebut merupakan

keterlibatan

dan

yang terencana. Pengendalian dilakukan terhadap metode pelaksanaan setiap proses, dalam hal ini karyawan yang melakukan standarisasi proses dan mereka yang berusaha mencari cara untuk meyakinkan setiap oarang agar bersedia mengikuti prosedur tersebut.

hasil pengendalian

i. Kesatuan Tujuan Agar Total Quality Management (TQM) dapat diterapkan dengan baik maka perguruan tinggi harus memiliki kesatuan tujuan yang jelas. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang jelas. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti harus selalu ada persetujuan antara pihak ketua dengan dosen dan staf tata usaha mengenai upah dan kondisi kerja.

j. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Dosen dan Staf Tata Usaha Keterlibatan dosen dan staf tata usaha merupakan hal yang penting dalam penerapan Total Quality Management (TQM), usaha dalam melibatkan mereka mempunyai manfaat: 1) dapat menghasilkan keputusan yang baik dan

dengan situasi kerja, 2) meningkatkan “rasa memiliki” dan tanggungjawab atas keputusan dengan melibatkan orang yang harus melaksanakan.

Komponen-komponen dasar Total Quality Management (TQM) menurut Sashkin dan Kiser (1993: 24) antara lain (1) perhitungan (counting), (2) pelanggan, dan (3) kultur. Perhitungan artinya menggunakan salah satu dari tujuh alat seperti yang telah diuraikan terdahulu. Sedangkan

Total Quality Management (TQM), menurut Joseph & Beck (1995) seperti gambar berikut:

komponen-komponen

(Sumber : Bill Creech, 1996: 89)

Dilihat dari gambar di atas, maka sangat jelas bahwa komponen komponen Total Quality Management (TQM), perlu adanya kesinambu-ngan antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga peningkatan mutu akan lebih baik.

4. Metode Total Quality Management (TQM)

a. Metode W.Edwards Deming Banyak yang menganggap bahwa Deming adalah bapak dari gerakan total quality management. Deming mencatat kesuksesan dalam memimpin revolusi kualitas di Jepang, yaitu dengan memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan masalah dan pengendalian proses statistik (statistical process control = SPC). Atas jasanya yang besar bagi perguruan tinggi Jepang maka satiap tahun diberikan penghargaan bernama Deming Prize kepada setiap perguruan tinggi yang berprestas dalam hal kualitas. Deming Prize sendiri terbagi dala dua ketegori, yaitu Hadiah Deming bagi individu yang berjasa dalam pengendalian kualitas da metode statistika Jepang serta Deming Application Prize yang diberikan kepada Perguruan tinggi yang melaksanakan dengan baik pengendalian kualitas dan mutu statistiknya. Selain hal tersebut di atas, Deming menganjurkan penggunaan SPC (yang dikembangkan pertama kali oleh Shewhart) agar perusahaan dapat membedakan penyebab sistematis dan penyebab khusus dalam menangani kualitas. Ia bekeyakinan bahwa perbedaan atau variasi merupakan suatu fakta yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan peningkatan.

Kontribusi utama yang membuatnya terkenal adalah Deming cycle, siklus ini dikembangkan untuk menghubungkan input dengan kebutuhan pelanggan dan memfokuskan seumber daya semua departemen (riset, desain, output, dan pemasaran)

b. Metode Joseph M. Juram Adapun dalam metode ini Juran yang memiliki dua gelar kesarjaan (teknik dan hukum) merupakan pendiri dari Juran Institute, Inc. Di Wilton, Connecticut. Instiute ini bergerak dalam bidang pelatihan, penelitian, dan knsultasi manajemen jualitas. Juran mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang cocok atau sesuai untuk digunakan (fitness for use ). Hal ini mengandung pengertian bahwa suatu barang atau jasa harus dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh para pemakainya. Pengertian tersebut cocok untuk digunakan mengandung lima dimensi utama, yaitu; kualitas desain, kualitas kesesuaian, ketersediaan, keamanan, dan field use. Juran pernah menapa penghargaan dari Kaisar Jepang berupa medali Order of the Sacred Treasure atas usahanya dalam mengembangkan kualitas di Jepang dan membina persahabatan antara Jepang dan Amerika Serikat. Kontribusi Juram yang paling terkenal antara lain Juran‟s three basic steps to progress, Juran‟s ten steps to quality improvement, the pareto principle, dan the Jura trilogy.

c. Metode Philip b.Crosby Crosby terkenal dengan anjuran manajemen zero defect dan pencegahan, yang menentang tingkt kualitas yang dapat

imprvement. Pandangan-pandangan Crosby dirangkumnya dalam ringkasan yang ia sebut sebagai dalil- dalil manajemen kualitas.

5. Pola Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah unsur penting dalam Total Quality Management (TQM). Pemimpin harus memiliki visi dan mampu menerjemahkan visi tersebut ke dalam kebijakan yang jelas dan tujuan yang spesifik.

Sebagaimana dalam Sallis (2006:169) bahwa mutu terpadu merupakan sebuah gairah dan pandangan hidup bagi organisasi yang menerapkannya. Pertanyaannya adalah bagaimana membangkitkan keinginan dan hasrat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Peters dan Austin pernah meneliti karakteristik tersebut dalam bukunya A Passion for Excellence. Penelitian tersebut meyakinkan mereka bahwa yang menentukan mutu

institusi adalah kepemimpinan.

dalam

sebuah

berpendapat bahwa gaya kepemimpinan tertentu dapat mengantarkan institusi pada revolusi mutu-sebuah gaya yang mereka singkat dengan MBWA atau management by walking about (manajemen dengan melaksanakan). Keinginan untuk unggul tidak bisa dikomunikasikan dari balik meja. MBWA menekankan pentingnya kehadiran pemimpin dan pemahaman atau pandangan mereka terhadap karyawan dan proses institusi. Gaya kepemimpinan ini mementingkan komunikasi visi dan nilai-nilai institusi kepada pihak-pihak lain, serta berbaur dengan para staf dan pelanggan.

Mereka

Selanjutnya Peter dan Austin memberi pertimbangan spesifik pada kepemimpinan pendidikan dalam sebuah bab

yang berjudul “Excellence in School Ledership”. Anjuran mereka

Signifikansi pemimpin untuk melakukan transformasi Total Quality Management (TQM) tidak boleh diremehkan. Tanpa kepemimpinan, pada semua level institusi, proses peningkatan tidak dapat dilakukan dan diwujudkan. Komitmen terhadap mutu harus menjadi peran utama bagi seorang pemimpin, karena TQM adalah proses atas ke bawah (top-down). Selain ini, telah diperkirakan bahwa 80 persen inisiatif mutu gagal dalam masa dua tahun awal. Alasan utama kegagalan tersebut adalah bahwa manajer senior kurang mendukung proses dan kurang memiliki komitmen untuk inisiatif tersebut. Kiranya, masalah peningkatan mutu ini merupakan hal yang amat sangat berat dilakukan oleh manajer.

6. International Standard Organization (ISO)

Salah satu, bentuk implementasi konsep Total Quality Management (TQM) dalam sistem manajemen adalah Quality

Management System ISO 9000. International Standard Organization (ISO) ini merupakan sistem manajemen yang mensyaratkan bahwa manajemen organisasi harus memiliki standar (klausul) seperti yang disyaratkan oleh ISO ini (Nasution, 2001:218). Klausul-klausul sistem manajemen ini terdiri dari klausul-tanggungjawab manajemen, klausul- pengelolaan sumberdaya, klausul realisasi produk, klausul pengukuran dan evaluasi, dan klausul-sistem dokumentasi.

Internasional Organization for Standardization (ISO) didirikan tahun 1946 di Geneva-Swiss. ISO bertanggungjawab dalam penyusunan/ pengembangan standar untuk system manajemen mutu dan jaminan mutu (Hantoro,2006). Standar ISO memberikan pedoman mengenai struktur dan elemen system kualitas yang komprehensif serta standarisasi kualitas di seluruh dunia. Standar ini berperan besar dalam revitalisasi sumber daya manusia, sikap mereka, dan rancangan terhadap pekerjaan. Hal ini sangat dibutuhkan dalam rangka menghadapi persaingan global (Tjiptono, 2000:19).

Gambar 4. Baldrige Education Criteria for Performance Excellence framework

Profile Organisasi: Lingkungan, relasi dan tantangan

Perencanaan Focus fakultas

Strategis

Dan staf

1 7 Kepemimpinan

Hasil Performa organisasi

Proses Stakeholder dan

Pengukuran, Analisis, dan Knowledge Management

(Sumber: MBNQA: Education criteria for excellence 2003)

Lebih lanjut Tjibtono dan Diana (2003:87), menjelaskan bahwa tujuan utama dari ISO 9000 adalah:

1. Organisasi harus mencapai dan mempertahankan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, sehingga secara berkesinambungan dapat memenuhi kebutuhan para pembeli.