KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA PUTRI TUNARUNGU SKRIPSI

  KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA PUTRI TUNARUNGU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Program Studi Psikologi Disusun oleh :

  

Nama : Dianing Utami

NIM : 039114101

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  2009

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Karya ini kupersembahkan untuk :

  Yesus Kristus, Sang Penolong , Penghibur, dan Perencana hidupku (terima kasih Tuhan buat kesetiaan, kebaikan, tantangan, kekecewaan, kesusahan, kelegaan, sukacita, jalan keluar, dan kemenangan. Semuanya diijinkan terjadi supaya sebagai AnakMu, aku punya karakter Kristus yang luar biasa.) Orang tua terbaikku (terima kasih Papi dan Mami buat doa, kesabaran, rasa lelah dan keringatnya, juga cinta dan kasih sayangnya kepadaku.) Adikku tercinta, Ariani (terima kasih dukungan, doa, nasehat, dan sayangnya,. I’m so proud of you) Yosia Ongki (terima kasih buat doa, dukungan, cinta, dan warna-warna indah dalam hidupku.) Jalan menuju SUKSES dan BAHAGIA tidak selalu lurus Ada tikungan bernama KEGAGALAN Bundaran bernama KEBINGUNGAN Tanjakan bernama TEMAN Lampu merah bernama MUSUH Lampu kuning bernama KELUARGA Kamu akan mengalami ban kempes dan pecah, itulah hidup.

  Tapi jika kamu bawa ban serep bernama TEKAD Mesin bernama KETEKUNAN Asuransi bernama IMAN Dan pengemudi bernama Yesus, maka akan sampailah kamu di daerah yang disebut SUKSES dan BAHAGIA.

  Be a light in the darkness, not a light in the brightness. Firman Allah berisi 3 hal yaitu kebenaran, perintah, dan nasehat yang semuanya itu ditulis demi kebaikan orang yang melakukannya. Thanks God.

  Cintai Tuhan LEBIH daripada berkatNya Just be who you want to be, not what others wanna see Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun Yang lain dengan denyut jantung, keringat, dan air mata Tetapi ukuran sejati di bawah mentari adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini untuk orang lain Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka SEMUA akan ditambahkan kepadamu. Amen.

  SEMOGA KARYA INI BERMANFAAT BAGI SEMUA PIHAK

  

ABSTRAK

KEPERCAYAAN DIRI REMAJA PUTRI TUNARUNGU

  DIANING UTAMI Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  2009 Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kepercayaan diri remaja putri tunarungu karena individu tunarungu memiliki karakteristik khusus dibandingkan individu mendengar. Kepercayaan diri tersebut dideskripsikan melalui aspek-aspek kepercayaan diri. Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif kualitatif. Data penelitian diperoleh melalui teknik wawancara semi terstruktur pada tiga orang subjek penelitian yaitu remaja tunarungu berusia antara 18-19 tahun dan berjenis kelamin wanita. Analisis data berdasarkan respon verbal subjek penelitian.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putri tunarungu kurang memiliki rasa aman ditunjukkan dengan tidak bebas dari rasa takut dan cenderung kurang bebas dari rasa ragu-ragu. Mereka cukup yakin pada kemampuan dirinya yaitu tidak membanding-bandingkan diri dan tidak mudah terpengaruh. Mereka juga tidak mementingkan diri dan cukup toleran karena menyadari sulit berkomunikasi dan masyarakat jarang melibatkan mereka dalam pembicaraan sehingga mereka cenderung diam. Remaja putri tunarungu ini memiliki ambisi yang normal ditunjukkan dengan memiliki cita-cita sesuai dengan kemampuannya dan mampu mengerjakan tugas dengan baik asal instruksi jelas. Dalam penelitian ini remaja putri tunarungu kurang mandiri ditunjukkan dengan ketergantungannya dalam memerlukan bantuan orang lain. Mereka juga memerlukan dukungan orang lain untuk mengerjakan sesuatu. Remaja putri tunarungu dalam penelitian ini merupakan orang yang optimis ditunjukkan dengan memiliki harapan dan penilaian yang positif bagi dirinya dan masa depannya.

  Kata kunci : percaya diri, remaja putri, tunarungu

  

ABSTRACT

THE SELF CONFIDENCE of DEAF FEMALE ADOLESCENT

  DIANING UTAMI Psychology Faculty Sanata Dharma University

  2009 This was a description research which had a purpose to acknowledge the personal of the self confidence of deaf female adolescent, since this individual had a particular characteristic compared to the normal one. This self confidence was discribed through the aspects of the confidence itself. The research design that used was the study of qualitative description. The data was obtained through a semi structured interview technique on three people. The subject was deaf female adolescents between 18 – 19 years of age. The data analysis based on oral respond researched.

  The result showed that deaf female adolescent felt insecure that showed did not free from fear and had doubt tendency. They have enough ability assurance that no compared and not impressionable. They also unselfishness and tolerant because they realized difficult to communication and people rare to asked them in conversation. The deaf female adolescent have normal ability that showed with having aspiration according her ability and they could did the task as long as the instructions was clear. In this research deaf female adolescent dependent, it showed with needed help and support from others. The deaf female adolescent in this case were optimist that showed with having hope and positive value to herself and her future.

  Keywords : the deaf, female adolescent, self confidence

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur tanpa batas penulis panjatkan kepada Yesus Kristus karena karya ini berhasil diselesaikan dengan baik. Banyak proses dan pengalaman baru telah dilewati sejak awal pembuatan skripsi hingga akhir. Selama proses pembuatan skripsi ini tentu banyak pihak yang membantu, mendukung, dan memotivasi penulis. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada : 1.

  Tuhan Yesus Kristus atas proses dan kemenangan yang gilang gemilang yang sudah disediakan bagi penulis selama menjalani setiap proses hidup termasuk pembuatan skripsi ini.

  2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi yang telah memberi kesempatan dan ijin pada penulis untuk melakukan penelitian.

  3. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi, M.Psi., selaku dosen pembimbing akademik atas kebaikan dan kesediaan konsultasinya.

  4. Ibu Sylvia Carolina, M. Y. M, S.Psi, M.Si., selaku kaprodi dan dosen pembimbing skripsi yang berdedikasi tinggi, yang telah memberikan waktu, dukungan, semangat, masukan, pengertian, kritik, dan teguran yang berarti bagi penulis dalam penyusunan skripsi sehingga karya ini berhasil saya selesaikan.

  5. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si dan Bapak Y. Heri Widodo, S. Psi., M.

  Psi. selaku dosen penguji skripsi, yang telah memberikan waktu, masukan, dan pengertian agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

  6. Semua dosen fakultas Psikologi yang pernah mengajar dan memberikan pengetahuan yang sangat berarti bagi penulis (Bu Ratri, Pak Priyo, Bu Titik, Pak Heri, Bu Ari, Bu Lusi, Pak Minto, Pak Wahyudi, Mba Eta, Bu Tanti, Pak Pratik, Pak Adi, Pak Cahyo, Rm.Purnomo, Bu Dewa, Pak Bagja, Alm. Drs.

  Indarto) 7. Kedua orang tua tercinta yang sudah memberikan dukungan material dan spiritual selama hidup penulis (sekarang saatnya aku melakukan sesuatu yang

  besar untuk kalian ) 8.

  Adikku, Ariani (aku banyak mencontoh kualitas hidupmu…bangga pol deh

  sama kamu ^^) 9.

  Kiki, my lovely boyfriend (thank u, honey…makasi y buat semuanya…) 10.

  Ketiga subjek penelitian, terus maju untuk mencapai masa depan yang indah.

  11. Mas Gandung, Mas Muji, Pak Gie, Mas Doni, Mba Nani yang telah banyak membantu segala hal tentang keperluan akademis (terima kasih banyak yaa…)

12. Temen-temen komsel (Ratih, Merry, Lisa, Riri, Shinta, dan Yohana…thanks

  guys for supporting n praying me ) 13.

  Budi Ardiyandhani (tengkyu y Dan..hehehe..udah ngajarin aku…) 14. Anak-anak kos Dewi (Novi, Erma, Lia, Renny, Cika, Dima, Ita, Selvi, Nike,

  Indah, Mita, Olin, Meidi, Lanny, Mellissa, c Meta, c Maria, c Listy, c Ricka, Mba Risa, Elsa) 15. Guru dan suster yang ada di SLB Dena Upakara Wonosobo, terima kasih sudah menerima saya dengan baik, membantu, dan memberi saya pemahaman dan pengetahuan lebih banyak tentang individu tunarungu

  16. Suster Magdalena dan guru-guru di SLB Hellen Keller Yogyakarta, terima kasih sudah membantu dan meminjamkan buku-buku tunarungu kepada peneliti

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................iv PERNYATAAN KEASLIAN DATA .......................................................vi ABSTRAK .......................................................................................................vii

  

ABSTRACT ......................................................................................................viii

  LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................ix KATA PENGANTAR ...............................................................................x DAFTAR ISI .......................................................................................................xii DAFTAR TABEL ...........................................................................................xv

  BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1 A. Latar Belakang ...............................................................................1 B. Rumusan Masalah ...............................................................................6 C. Tujuan Penelitian ...............................................................................6 D. Manfaat Penelitian ...............................................................................6

  1. Manfaat Praktis ...............................................................................6

  2. Manfaat Teoretis ...............................................................................7

  BAB II LANDASAN TEORI ...............................................................................8 A. Kepercayaan Diri ...............................................................................8

  1. Pengertian Kepercayaan Diri .......................................................8

  2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri .......................................................10

  3. Ciri-ciri Orang yang Percaya Diri .......................................................11

  4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri ...................12

  5. Proses Pembentukan Kepercayaan Diri ...........................................16

  6. Ciri-ciri Orang yang Tidak Percaya Diri ...........................................17

  8. Hal-hal yang Berkaitan dengan Kepercayaan Diri ...................18

  E. Skema Kepercayaan Diri Remaja Tunarungu ...............................44

  1. Kredibilitas ...............................................................................56

  H. Keabsahan Data ...............................................................................56

  3. Interpretasi ...............................................................................55

  2. Pengkodean ...............................................................................54

  1. Organisasi Data ...............................................................................54

  G. Metode Analisis Data ...................................................................54

  F. Prosedur Penelitian ...............................................................................53

  2. Observasi ...........................................................................................53

  1. Wawancara ...............................................................................48

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................45 A. Jenis Penelitian ...............................................................................45 B. Variabel Penelitian ...............................................................................46 C. Batasan Penelitian ...............................................................................46 D. Subjek Penelitian ...............................................................................47 E. Metode pengumpulan Data ...................................................................48

  D. Dinamika Kepercayaan Diri Remaja Putri Tunarungu ...................40

  B. TUNARUNGU ...............................................................................20

  c. Segi Emosi dan Sosial ...................................................................35

  b. Segi Kognitif ...............................................................................33

  a. Segi Fisik ...............................................................................32

  3. Karakteristik Khusus Remaja Tunarungu ...........................................32

  2. Tahap-tahap Perkembangan Remaja ...........................................30

  1. Pengertian Remaja Putri Tunarungu ...........................................27

  C. REMAJA PUTRI TUNARUNGU .......................................................27

  3. Faktor-faktor Penyebab Ketunarunguan ...........................................26

  2. Klasifikasi tentang Ketajaman Pendengaran ...............................21

  1. Pengertian Tunarungu ...................................................................20

  2. Dependability ...............................................................................57

  A. Pelaksanaan Penelitian ...................................................................58

  1. Identitas Subjek Penelitian .......................................................59

  2. Pelaksanaan Penelitian pada Masing-masing Subjek ...................60

  B. Hasil Penelitian ...............................................................................63

  1. Subjek 1 ...........................................................................................63

  2. Subjek 2 ...........................................................................................89

  3. Subjek 3 ..........................................................................................114

  4. Kategorisasi Hasil Penelitian Ketiga Subjek ..............................135

  C. Pembahasan ..........................................................................................141

  BAB V KESIMPULAN dan SARAN ......................................................148 A. Kesimpulan ..........................................................................................148 B. Saran ......................................................................................................148 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................150 LAMPIRAN.........................................................................................................152

  

DAFTAR TABEL

  1. Tabel 1. Pedoman Umum Wawancara .....................................................49

  2. Tabel 2. Identitas Subjek Penelitian .....................................................59

  3. Tabel 3. Pelaksanaan Penelitian Wawancara 1 .........................................60

  4. Tabel 4. Pelaksanaan Penelitian Wawancara 2 .........................................61

  5. Tabel 5. Pelaksanaan Penelitian Wawancara 3 (cross check data) ...............61

  6. Tabel 6. Pelaksanaan Penelitian Observasi .........................................62

  7. Tabel 7. Persamaan Hasil Analisis Penelitian .........................................135

  8. Tabel 8. Perbedaan Hasil Analisis Penelitian .........................................138

  9. Tabel 9. Kategorisasi Hasil Wawancara Kepercayaan Diri Remaja Putri Tunarungu .....................................................153

  10. Tabel 10. Kategorisasi Hasil Wawancara Lengkap Kepercayaan Diri Remaja Putri Tunarungu ................................160

  11. Tabel 11.Hasil Penelitian Lengkap Persamaan dan Contoh Kasus Subjek 1, Subjek 2, dan Subjek 3 .............................177

  12. Tabel 12.Hasil Penelitian Lengkap Perbedaan dan Contoh Kasus Subjek 1, Subjek 2, dan Subjek 3 .............................183

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata-kata “tampil percaya diri” sepertinya mudah diingat dan diucapkan, namun sebenarnya hal tersebut merupakan sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Tidak hanya sekali atau dua kali kata-kata itu terdengar, tetapi sebagian orang tidak terpikir untuk melakukan hal itu. Ada satu kendala besar yang selalu menghalangi dan bahkan menghantui seseorang untuk tampil percaya diri. Kendala besar itu tidak lain adalah rasa malu. Ini yang selalu menghambat dan mengganggu kehidupan manusia dan

  menyisakan hal-hal yang kurang baik bagi pribadi tersebut. Hal itu menjelaskan bahwa orang-orang yang hidup normal masih sering merasa malu dengan keadaan dirinya, lalu bagaimana dengan orang yang memiliki cacat tubuh.

  Dalam hidup terkadang yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Semua orang ingin dilahirkan dengan sempurna. Tidak ada seorangpun yang ingin dilahirkan cacat ke dunia ini, meskipun banyak orang menderita cacat, apakah mereka mampu menjalani hidup dengan baik dan apakah mereka percaya diri terhadap keadaan dirinya.

  Seseorang dapat dikatakan memiliki rasa percaya diri jika ia mempunyai rasa optimis dalam arti dia mau untuk menghadapi lingkungan di sekitarnya.

  Kepercayaan diri menurut Koentjoro (2000) adalah aspek kepribadian yang dalam meraih keberhasilan hidup. Seseorang yang percaya diri akan mampu mengaktualisasikan potensi dan keinginannya. Sebaliknya seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan mengalami hambatan atau kesulitan untuk dapat mengekspresikan keinginan dan potensinya.

  Percaya diri menurut Thursan Hakim (2005) adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Orang yang mempunyai kepercayaan diri tidak memerlukan orang lain sebagai standar karena sudah dapat menentukan standar sendiri dan selalu mengembangkan motivasinya. Percaya diri atau tidak percaya diri banyak dijumpai pada masa remaja. Menurut Hall (dalam Santrock, 2003) remaja adalah masa antara usia 12 sampai 23 dan penuh dengan topan dan tekanan. Topan dan tekanan adalah konsep Hall tentang remaja sebagai masa goncangan yang ditandai dengan konflik dan perubahan suasana hati. Kehidupan remaja yang penuh dengan topan dan tekanan ini menarik perhatian peneliti untuk meneliti kepercayaan dirinya.

  Peneliti mempersempit penelitian dengan memilih remaja putri tunarungu sebagai subjeknya karena remaja putri tunarungu memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan remaja putri mendengar. Menurut Gross (dalam Santrock, 2003) mengungkapkan bahwa remaja putri seringkali memiliki rasa tidak puas dengan keadaan tubuhnya dibandingkan dengan remaja putra. Remaja putri memiliki sifat-sifat diantaranya, pasif dan menerima, cenderung untuk menerima perlindungan, mengagumi pribadi pujaannya, minat tertuju pada hal-hal yang bersifat emosionil konkrit, berusaha mengikut dan menyenangkan orang lain (Soerjabrata, 1969).

  Kartono (1997) menjelaskan bahwa remaja putri memiliki karakteristik yang khas dan spesifik yaitu memiliki kecenderungan yang kuat dalam mengidentifikasi dirinya, penghayatan batin yang dimilikinya cenderung kuat dan terkadang menyebabkan sifat tertutup dan introvert, serta remaja putri cenderung pasif. Seorang remaja putri yang tunarungu akan membuat bicaranya menjadi terganggu pula. Remaja putri tunarungu itu akan memiliki keyakinan yang kuat bahwa dirinya seorang tidak menarik, merepotkan, sehingga merasa malu dan kurang percaya diri. Hal tersebut membuat remaja putri tunarungu ini menjadi introvert. Ketidakmampuan untuk mendengar dan sulitnya berbicara membuat situasi yang ada di sekitarnya menjadi jauh, seolah ada jarak. Orang-orang normalpun terkadang kesulitan untuk melibatkan remaja tunarungu ke dalam situasi sosial walaupun mereka adalah keluarganya.

  Berdasarkan hasil penelitian Setyowati (2003) secara individual tentang kecenderungan kepribadian remaja tunarungu menggunakan tes DAP, didapatkan hasil bahwa remaja tunarungu memiliki ketidakpercayaan diri dalam kontak sosial, pengharapan kasih sayang, perhatian dan ketergantungan akan figur ibu serta kontrol diri terhadap dorongan/impuls.

  Remaja tunarungu memiliki karakteristik yang berbeda dengan remaja mendengar. Egosentrisme yang dimiliki remaja tunarungu lebih besar, remaja tunarungu juga mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas sehingga membuatnya tergantung dengan orang lain, selain itu remaja tunarungu juga memiliki sifat yang polos, sederhana, tetapi mudah marah.

  Dalam lingkungan sosialnya remaja putri tunarungu ini memandang dirinya seperti ada yang ”kurang” dibandingkan dengan orang-orang lain yang normal. Penilaian masyarakat terhadap remaja putri tunarungu ini mempengaruhi penilaian terhadap dirinya. Penilaian yang kurang baik akan membuat remaja putri tunarungu itu menilai dirinya kurang baik pula, sehingga akan membuat remaja putri tunarungu ini memiliki gambaran yang rendah akan dirinya.

  Gambaran yang rendah akan dirinya dapat menimbulkan kekecewaan yang akan berpengaruh negatif bagi hidupnya. Lingkungan seperti inilah yang sebenarnya bisa menimbulkan gangguan psikis pada remaja putri tunarungu yang juga mempengaruhi kepercayaan dirinya bahkan akan cenderung membuat remaja putri tunarungu menjadi rendah diri. Rendah diri diduga timbul karena remaja putri tunarungu merasa terhambat dalam berkomunikasi dengan orang lain yang disebabkan karena lemah dalam hal pendengaran.

  Kekurangan dalam hal pendengaran tersebut membuat remaja putri tunarungu ini terhambat dalam bahasa. Bloom & Lahey (dalam Paul & Quigley, 1993) mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol yang digunakan untuk komunikasi dan berpikir. Simbol-simbol yakni berupa bunyi, kata, frase, dan kalimat untuk mengungkapkan ide-ide pengetahuan tentang dunia. Simbol- simbol bahasa mengungkapkan pengetahuan yang berkaitan dengan objek, kejadian, orang, dan relasi antara pembicara dan pendengar. Bahasa berperan penting sebagai alat komunikasi yang utama dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Komunikasi merupakan hal yang penting yang perlu diperhitungkan untuk membangun rasa percaya diri pada remaja putri tunarungu ini. Remaja putri tunarungu tersebut dapat diberi suatu pendidikan khusus untuk dapat berkomunikasi sehingga dapat membantu remaja putri tunarungu dalam berinteraksi dengan orang lain.

  Komunikasi yang diajarkan dapat berupa bahasa isyarat, membaca gerak bibir, dan belajar mengucap kata-kata. Membaca bibir membantu untuk memahami pembicaraan dengan orang lain dan untuk melatih ucapan. Membaca bibir adalah suatu bentuk komunikasi individu tunarungu yang dikembangkan secara sengaja di sekolah.

  Kemampuan membaca bibir membutuhkan latihan yang cukup intensif. Somad dan Hernawati (1996) mengatakan bahwa kemampuan membaca dan menulis individu tunarungu walaupun sudah dididik secara khusus namun banyak yang tetap ketinggalan 2-4 tahun dibandingkan dengan individu normal. Keberhasilan dalam belajar dapat membuat remaja tunarungu merasa percaya diri karena ia mampu berkomunikasi dengan orang lain dan mengetahui lebih banyak hal yang ada di sekitarnya.

  Dalam kenyataan yang ada, ditemukan juga remaja putri tunarungu yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Kepercayaan diri yang tinggi itu didapat karena mereka memiliki bakat-bakat dimana remaja normal tidak mampu melakukannya seperti membuat keterampilan atau menguasai dengan baik suatu bidang olahraga tertentu.

  Peneliti memiliki pengalaman bertemu dengan beberapa remaja putri tunarungu yang memiliki bakat-bakat tertentu. Hal tersebut memberikan kesan tersendiri bagi peneliti karena remaja putri tunarungu itu memiliki karakteristik khusus dibandingkan remaja mendengar. Peneliti merasa bahwa remaja putri tunarungu sama seperti remaja lainnya yang pada umumnya memiliki keinginan untuk maju dan melewati keterbatasannya. Kesan khusus tersebut mengawali keinginan penulis untuk menjadikannya sebagai topik penulisan skripsi yaitu bagaimana gambaran kepercayaan diri remaja putri tunarungu.

  B. Rumusan Masalah

  Bagaimana gambaran kepercayaan diri yang dimiliki oleh remaja putri tunarungu?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian adalah peneliti ingin melihat gambaran kepercayaan diri yang dimiliki oleh remaja putri tunarungu.

  D. Manfaat Hasil Penelitian 1.

  Manfaat praktis :

  • Peneliti dapat secara langsung mengetahui kepercayaan diri remaja putri tunarungu untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri
  • Memberikan deskripsi kepada publik dan pihak-pihak yang berkompeten tentang kepercayaan diri remaja putri tunarungu
  • Memberikan bantuan bagi para remaja putri tunarungu agar mereka mampu menghadapi dan menerima realitas diri atas kondisi yang dihadapi 2.

  Manfaat teoretis Peneliti diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan dalam bidang psikologi anak luar biasa mengenai kepercayaan diri remaja putri tunarungu.

BAB II LANDASAN TEORI A. Kepercayaan Diri Burns (dalam Koentjoro, 2000) menyatakan bahwa kepercayaan diri

  merupakan bagian dari kepribadian manusia yang berkembang dan terbentuk melalui proses belajar individual dan sosial. Hambly (dalam Koenjtoro, 2000) menyatakan bahwa atribut yang paling berharga pada manusia dalam bermasyarakat adalah kepercayaan diri.

1. Pengertian Kepercayaan Diri

  Santrock (2003) mengungkapkan arti percaya diri yaitu dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Ia menyebut rasa percaya diri sebagai harga diri atau gambaran diri. Percaya diri menurut Thursan Hakim (2005) adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.

  Kepercayaan diri menurut Koentjoro (2000) adalah aspek kepribadian yang mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, khususnya dalam meraih keberhasilan hidup. Seseorang yang percaya diri akan mampu mengaktualisasikan potensi dan keinginannya. Sebaliknya seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan mengalami hambatan atau kesulitan untuk dapat mengekspresikan keinginan dan Lauster (1990) mengungkapkan bahwa seseorang yang percaya diri tidaklah berhati-hati secara berlebihan, dia yakin akan ketergantungan dirinya karena percaya pada diri sendiri tidak menjadi terlalu egois, lebih toleran karena dia tidak langsung melihat dirinya sedang dipersoalkan, dan cita-citanya normal karena tidak ada perlunya dia untuk menutupi kekurangpercayaan pada diri sendiri dengan cita-cita yang berlebihan.

  Kepercayaan pada diri sendiri juga mempengaruhi sikap hati-hati, ketaktergantungan, ketidakserakahan, toleransi, dan cita-cita.

  Nuryanti mengutip pendapat Maslow dan Lugo (dalam Koentjoro, 2000) bahwa kepercayaan diri adalah ciri pribadi yang kreatif, dan berangkat dari keyakinan akan kemampuan diri sendiri. Kepercayaan diri adalah ciri kepribadian yang mengandung arti keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Di dalam kepercayaan diri terkandung kemampuan untuk mengenal dan memahami diri.

  Afiatin dan Andayani (dalam Koentjoro, 2000) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian yang berisi keyakinan tentang kekuatan, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya.

  Jadi, kepercayaan diri berarti keyakinan terhadap kemampuan yang ada dalam diri yang mengandung kemampuan untuk mengenal, mengetahui, dan memahami diri yang akan membantunya mencapai keberhasilan hidup sesuai tujuan hidupnya.

  2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri Menurut Lauster (1990) aspek-aspek kepercayaan diri adalah: a.

  Aspek keamanan Perasaan aman berarti perasaan terbebas dari rasa takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang di sekelilingnya. Artinya adalah bebas menentukan dan memutuskan sesuatu yang menyangkut kehidupannya.

  b.

  Aspek keyakinan pada kemampuan diri Orang yang yakin pada kemampuan diri sendiri tidak memerlukan orang lain sebagai standar hidupnya sehingga tidak perlu membanding- bandingkan dirinya dengan orang lain. Yakin pada kemampuan diri juga berarti tidak mudah terpengaruh orang lain sekalipun berada pada keadaan yang menekan keinginan diri. Jadi dapat disimpulkan bahwa yakin pada kemampuan diri sendiri adalah tidak membanding- bandingkan diri sendiri dengan orang lain dan tidak mudah terpengaruh orang lain.

  c.

  Aspek tidak mementingkan diri sendiri dan cukup toleran Tidak mementingkan diri berarti mengerti kekurangan dirinya, dengan mengerti kekurangan dirinya remaja tunarungu mampu menyadari dan menerima siapa dirinya. Bersikap cukup toleran berarti kesadaran bahwa perbedaan pandangan bukanlah sesuatu yang ditakutkan, tetapi merupakan gejala yang normal. Kesadaran ini membuat sikap toleransi lebih mudah diperoleh. Dapat disimpulkan bahwa tidak mementingkan diri sendiri dan cukup toleran berarti mengerti kekurangan diri dan menerima pandangan orang lain terhadap dirinya.

  d.

  Aspek kepemilikan ambisi yang normal Ambisi yang normal adalah ambisi yang disesuaikan dengan kemampuannya, dapat menyelesaikan tugas dengan baik, dan dapat bertanggung jawab.

  e.

  Aspek kemandirian Mandiri adalah tidak memerlukan bantuan dan dukungan orang lain dalam melakukan suatu hal. Tidak memerlukan bantuan orang lain berarti mampu melakukan sesuatu sendirian tanpa dibantu orang lain. Tidak memerlukan dukungan orang lain berarti bebas bertindak sesuai dengan keinginan tanpa peduli pandangan orang lain terhadap diri.

  f.

  Aspek optimisme Manusia menyadari bahwa kehidupan manusia selalu menghadapi masa depan yang belum diketahui. Akal tidak dapat memberikan suatu pengetahuan yang pasti tentang masa depan. Akal membangun pengharapan yang diharapkan atau penuh dengan keraguan. Orang yang optimis memiliki harapan dan secara tidak sadar memiliki pandangan yang positif mengenai diri dan masa depannya.

  3. Ciri-ciri Orang yang Percaya Diri Menurut Hakim (2005) ciri-ciri orang yang percaya diri adalah:

  a. Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu

  b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi d. Mampu menyesuaikan diri di berbagai situasi

  e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang menunjang penampilannya

  f. Memiliki kecerdasan yang cukup g.

  Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya h.

  Memiliki kemampuan bersosialisasi i. Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup j.

  Selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar, sabar, dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup. Dengan sikap ini, adanya masalah hidup yang berat justru semakin memperkuat rasa percaya diri seseorang.

  4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpercayaan Diri Menurut Hakim (2005) ada berbagai kelemahan pribadi yang bisa menjadi sumber rasa tidak percaya diri yaitu : a. Kondisi fisik

  Cacat atau rusaknya salah satu indera merupakan kekurangan yang jelas terlihat oleh orang lain. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa rendah diri yang akan berkembang menjadi rasa tidak percaya diri jika orang tersebut tidak bisa bereaksi secara positif. b. Sering gagal Kegagalan yang terlalu sering dialami biasanya akan menimbulkan kecemasan pada seseorang ketika mencoba untuk memperoleh sukses di bidang yang sama. Kecemasan tersebut akan menimbulkan rasa tidak percaya diri dalam bentuk keraguan apakah masih mampu mempunyai harapan untuk mengatasi kegagalan.

  c. Kalah bersaing Kekalahan di dalam persaingan dalam bidang apapun, seperti olahraga atau bisnis, bisa mengakibatkan seseorang menjadi patah semangat dan mengalami rasa tidak percaya diri yang berat. Krisis rasa percaya diri membuat seseorang menjadi ragu dengan kemampuannya sendiri dan selalu dihantui oleh perasaan takut gagal.

  d. Kurang cerdas Kecerdasan seseorang akan tampak setiap kali orang tersebut menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia berada terutama pada saat ia mengadakan interaksi sosial dengan orang lain melalui komunikasi lisan. Kecerdasan dan wawasan, serta kemampuan berbahasa yang kurang akan menyulitkan seseorang untuk bisa berkomunikasi dengan baik dengan kelompok orang lain yang lebih cerdas sehingga dapat menyebabkan seseorang merasa tidak percaya diri.

  e. Perbedaan lingkungan Seseorang yang berasal dari keluarga sederhana dengan kondisi- kondisi tertentu, seperti ekonomi lemah, adat istiadat kedaerahan, lingkungan kumuh, dan berbagai norma yang sangat jauh berbeda dengan lingkungan perkotaan, bisa saja akan mengalami kesulitan untuk mengadakan penyesuaian diri.

  Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk merasa diri tidak berada di dalam satu level yang sama sehingga menimbulkan seseorang merasa tidak percaya diri untuk bisa berperan dan mencapai tujuan di dalam lingkungan tertentu.

  f. Tidak supel Sikap tidak supel atau tidak fleksibel di dalam bergaul dapat disebabkan oleh banyak hal. Berbagai penyebabnya antara lain latar belakang keluarga, asal usul daerah, tingkat pendidikan, dan watak tertentu dari sisi pribadi seseorang. Ada orang tertentu yang tidak supel dalam bergaul karena orang tersebut memang sulit menyesuaikan diri, dapat juga karena orang tersebut mempunyai watak buruk yang tidak disenangi orang, seperti egois, angkuh, merasa lebih dari orang lain, suka meremehkan, kurang menghargai, atau pemarah.

  Ketidakmampuan untuk bersikap supel dalam bergaul dapat menyebabkan seseorang tidak percaya diri, khususnya ketika orang tersebut memiliki suatu tujuan yang berkaitan dengan lingkungan sosial tertentu tetapi tidak mampu untuk mencapai tujuannya itu.

  g. Tidak siap menghadapi situasi tertentu Rasa tidak percaya diri yang muncul karena seseorang tidak siap menghadapi suatu situasi merupakan gejala yang sering terjadi dan normal, misalnya seseorang diminta secara mendadak untuk berpidato, bernyanyi, atau memimpin suatu upacara.

  h. Sulit menyesuaikan diri Dalam setiap kegiatan pokok biasanya seseorang akan terikat dalam lingkungan tertentu dan berkaitan dengan orang-orang disekitarnya, misalnya dalam suatu lingkungan kerja. Dalam hal ini, setiap orang dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan orang lain. Kesulitan di dalam menyesuaikan diri dengan orang lain dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Seseorang dapat diliputi keraguan apakah orang disekitarnya dapat menerimanya sebagai mitra kerja yang baik. i. Mudah cemas dan penakut

  Mudah cemas dan penakut, terutama yang tertanam sejak kecil merupakan bibit percaya diri yang sangat parah. Penyebab utama masalah ini adalah pola pendidikan keluarga di masa kecil yang terlalu keras atau terlalu melindungi, serta sering ditakuti oleh orang disekitarnya. j. Bicara gagap

  Ketidakmampuan untuk dapat berbicara lancar dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri untuk berkomunikasi dengan orang lain.

  Seseorang akan merasa malu ketika kegagapannya menjadi perhatian orang lain sehingga mengakibatkan timbulnya rasa malu atau rendah diri yang dapat menambah rasa tidak percaya diri. k.

  Sering menghindar Seseorang yang percaya diri tidak akan menghindar tetapi akan menerima tugas yang mampu dikerjakan oleh dirinya ketika tugas tersebut ditujukan kepadanya. Sering menghindar merupakan salah satu gejala rasa tidak percaya diri. l.

  Mudah menyerah Mudah menyerah berarti tidak mampu bertahan dalam menghadapi suatu masalah dan tidak mau untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Setiap orang seharusnya selalu berusaha untuk tetap percaya diri bahwa dirinya akan selalu mendapat jalan keluar dari masalah yang dialaminya. m.

  Tidak bisa menarik simpati orang Gejala tidak percaya diri dapat muncul jika seseorang tidak mendapat simpati dari orang lain yang artinya orang tersebut kehilangan dukungan orang lain itu. Orang tersebut bahkan akan mendapat hambatan dari orang lain di dalam mencapai tujuan hidup yang diinginkan.

  5. Proses Pembentukan Kepercayaan Diri Hakim (2005) mengatakan bahwa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang. Ada proses tertentu di dalam pribadi seseorang sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri. Secara garis besar, terbentuknya rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses sebagai berikut : a.

  Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu b.

  Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya c. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan- kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan diri d. Pengalaman di dalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya

  6. Ciri-ciri Orang yang Tidak Percaya Diri Ciri-ciri orang yang tidak percaya diri menurut Hakim (2005) adalah: a.

  Mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat kesulitan tertentu b.

  Memiliki kelemahan atau kekurangan dari segi mental, fisik, sosial, atau ekonomi c.

  Sulit menetralisasi timbulnya ketegangan di dalam suatu situasi d.

  Gugup dan terkadang bicara gagap e. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga kurang baik f. Memiliki perkembangan yang kurang baik sejak masa kecil g.

  Kurang memiliki kelebihan pada bidang tertentu dan tidak tahu bagaimana cara mengembangkan diri untuk memiliki kelebihan tertentu h. i.

  Mudah putus asa j. Cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah k.

  Pernah mengalami trauma l. Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah, misalnya dengan menghindari tanggung jawab atau mengisolasi diri

  7. Proses Pembentukan Ketidakpercayaan Diri Hakim (2005) berpendapat bahwa rasa tidak percaya diri bisa terjadi melalui proses panjang yang dimulai dari pendidikan dalam keluarga. Awal dari proses tersebut terjadi sebagai berikut : a.

  Terbentuknya berbagai kekurangan atau kelemahan dalam berbagai aspek kepribadian seseorang yang dimulai dari kehidupan keluarga dan meliputi berbagai aspek, seperti aspek mental, fisik, sosial, atau ekonomi b.

  Pemahaman negatif seseorang terhadap dirinya sendiri yang cenderung selalu memikirkan kekurangan tanpa pernah meyakini bahwa ia juga memiliki kelebihan c. Kehidupan sosial yang dijalani dengan sikap negatif, seperti merasa rendah diri, suka menyendiri, lari dari tanggung jawab, mengisolasi diri dari kelompok, dan reaksi negatif lainnya yang justru semakin memperkuat rasa tidak percaya diri

  8. Hal-hal yang Berkaitan dengan Kepercayaan Diri Ada empat cara untuk meningkatkan percaya diri remaja menurut

  Santrock (2003), yaitu : a) Mengidentifikasikan penyebab dari rendahnya rasa percaya diri dan domain-domain kompetensi diri yang penting b)

  Dukungan emosional dan penerimaan sosial

  c) Prestasi

  d) Mengatasi masalah (coping)

  Damon mengatakan bahwa bagi sebagian besar remaja, rendahnya rasa percaya diri hanya menyebabkan rasa tidak nyaman secara emosional yang bersifat sementara. Damon & Hart, 1988; Fenzel, 1994; Harter & Marold, 1992; Markus & Nurius, 1986; Pfeffer, 1986 berujar bahwa bagi beberapa remaja, rendahnya rasa percaya diri bisa menyebabkan depresi, bunuh diri, anoreksia nervosa, delinkuensi, dan masalah penyelesaian diri lainnya (dalam Santrock, 2003).

  Savin-Williams & Demo (dalam Santrock 2003) menceritakan tentang beberapa ahli pengukuran berpendapat bahwa kombinasi dari beberapa metode dapat digunakan untuk mengukur rasa percaya diri. Sebagai tambahan untuk pengukuran lapor diri, pengukuran rasa percaya diri remaja yang dilakukan oleh orang lain dan observasi perilaku remaja pada berbagai situasi dapat memberikan gambaran rasa percaya diri yang lebih lengkap dan akurat. Sebuah penelitian yang menggunakan observasi tingkah laku untuk mengukur rasa percaya diri menunjukkan bahwa beberapa tingkah laku positif dan juga negatif dapat memberikan petunjuk tentang rasa percaya diri remaja.

  Somad dan Hernawati (1996) berpendapat bahwa pengalaman- pengalaman yang dapat membangkitkan kepercayaan pada diri sendiri perlu ditanamkan kepada remaja tunarungu karena remaja tunarungu ada kemungkinan menghadapi kegagalan yang lebih besar dari anak yang normal.

  B.

  Tunarungu 1.

  Pengertian Tunarungu Banyak istilah bagi remaja yang mengalami kelainan pendengaran, misalnya : tuli, bisu, cacat dengar, kurang dengar, tunarungu, dan tunawicara.

  Istilah yang sekarang lazim digunakan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan anak luar biasa adalah tunarungu.

  Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Seseorang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu atau kurang mampu mendengar suara.

  Sutjihati Somantri (2006) berpendapat bahwa tunarungu adalah suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya.

  Choirul Anam (dalam Sudjadi, 2003) mengatakan bahwa tuna rungu adalah orang yang mempunyai kekurangan pendengaran sedemikian rupa sehingga membutuhkan pendidikan khusus.

  Mufti Salim (dalam Somantri, 2006) menyimpulkan bahwa orang yang tunarungu adalah orang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya.

  Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang tunarungu adalah orang yang memiliki kekurangan dalam fungsi pendengaran karena adanya kerusakan pada alat pendengaran yang menyebabkan perkembangan bahasanya terhambat.

2. Klasifikasi tentang Ketajaman Pendengaran

  Klasifikasi ketunarunguan menurut Samuel A. Kirk (dalam Somad dan Hernawati, 1996) : a.

  0 dB : menunjukkan pendengaran yang optimal b. 0 – 26 dB

  : menunjukkan seseorang yang masih mempunyai pendengaran yang normal c.

  27 – 40 dB : mempunyai kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara (tergolong tunarungu ringan).

  d.

  41 – 55 dB : mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengan dan terapi bicara (tergolong tunarungu sedang) e. 56 – 70 dB : hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus (tergolong tunarungu agak berat). f.

  71 – 90 dB: hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang- kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan luar biasa yang intensif, membutuhkan alat bantu dengar dan latihan bicara secara khusus (tergolong tunarungu berat).

  g.

  91 dB keatas: mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak tergantung pada penglihatan daripada pendengaran untuk proses menerima informasi, dan yang bersangkutan dianggap tuli (tergolong tunarungu berat sekali).

  Penguraian klasifikasi tentang tunarungu menurut Streng (dalam Somad dan Hernawati, 1996) sebagai berikut : i)

  Kehilangan kemampuan mendengar 20-30 dB (Mild Losses) mempunyai ciri-ciri : a.

  Sukar mendengar percakapan yang didengar lewat percakapan melalui pendengaran. Tidak mendapat kesukaran mendengar dalam suasana kelas biasa asalkan tempat duduk diperhatikan b. Mereka menuntut sedikit perhatian khusus dari sistem sekolah dan kesadaran dari pihak guru tentang kesulitannya.

  c.

  Tidak mempunyai kelainan bicara d. Kebutuhan dalam pendidikan perlu latihan membaca ujaran, perlu diperhatikan mengenai perkembangan penguasaan perbendaharaan katanya.

  e.

  Jika kehilangan pendengaran melebihi 20 dB dan mendekati 30 dB perlu alat bantu dengar. ii) Kehilangan kemampuan mendengar 30-40 dB (Marginal Losses) ciri- cirinya : a.

  Mereka mengerti percakapan biasa pada jarak 1 meter. Mereka sulit menangkap percakapan dengan pendengaran pada jarak normal dan kadang-kadang mereka mendapat kesulitan dalam menangkap percakapan kelompok.

  b.

  Percakapan lemah hanya bisa ditangkap 50%, dan bila si pembicara tidak terlihat yang ditangkap akan lebih sedikit atau dibawah 50%.

  c.

  Mereka akan mengalami sedikit kelainan dalam bicara dan perbendaharaan kata terbatas.

  d.

  Kebutuhan dalam proram pendidikan antara lain belajar membaca ujaran, latihan mendengar, penggunaan alat bantu dengar, latihan bicara, latihan artikulasi dan perhatian dalam perkembangan perbendaharaan kata.

  e.

  Bila kecerdasannya di atas rata-rata dapat ditempatkan di kelas biasa asalkan tempat duduk diperhatikan. Bagi yang kecerdasannya kurang memerlukan kelas khusus. iii)

  Kehilangan kemampuan mendengar 40-60 dB (Moderat Losses), ciri- cirinya : a.

  Mereka mempunyai pendengaran yang cukup untuk mempelajari bahasa dan percakapan, memerlukan alat bantu mendengar.

  b.