KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

BAB 5 KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 5.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan

   agama. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan absolut Pemerintah Pusat:

  Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.

   Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar adalah Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian substansinya merupakan Pelayanan Dasar. iii.

   Urusan Pemerintahan Wajib terdiri atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar.

  Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.

   melimpahkan wewenang kepada Instansi Vertikal yang ada di Daerah atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat berdasarkan asas Dekonsentrasi. ii.

   melaksanakan sendiri; atau

  dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain : 1.

   Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah a.

   yustisi;

   keamanan;

   pertahanan;

   politik luar negeri;

  Urusan pemerintahan absolut : adalah Urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. Urusan pemerintahan absolut yaitu :

  Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. i.

   Pembagian Urusan Pemerintah

   moneter dan fiskal nasional; dan iv.

  Urusan pemerintahan umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.

  b.

   Kewenangan Pusat dan Daerah i.

  Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat adalah:  Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;  Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;  Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas

  Daerah provinsi atau lintas negara;  Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Pemerintah Pusat; dan/atau  Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan nasional.

ii. Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenanganDaerah provinsi

  adalah:  Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota;

  Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah  Urusan kabupaten/kota;  Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas

  Daerah kabupaten/kota; dan/atau  Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya iii. kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota adalah:  Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah kabupaten/kota;  Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah kabupaten/ kota;  Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam Daerah kabupaten/kota; dan/atau  Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah kabupaten/kota.

  Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren berwenang untuk:  menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan;dan  melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

  Norma, standar, prosedur, dan kriteria berupa ketentuan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai pedoman dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan yang menjadi kewenangan Daerah. Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Daerah dalam menetapkan kebijakan Daerah , wajib berpedoman pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

  c.

   Perencanaan Pembangunan Daerah

  Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencanapembangunan Daerah sebagai satu kesatuan dalam sistemperencanaan pembangunan nasional. Dokumen perencanaan pembangunan Daerah terdiri atas:

   RPJPD: merupakan penjabaran dari visi, misi, arah kebijakan, dan sasaran pokok pembangunan Daerah jangka panjang untuk 20 (dua puluh) tahun yang disusun dengan berpedoman pada RPJPN dan rencana tata ruang wilayah.

   RPJMD: merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, pembangunan Daerah dan keuangan Daerah, serta program Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah yang disertai dengan kerangka pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun dengan berpedoman pada RPJPD dan RPJMN

   RKPD : merupakan penjabaran dari RPJMD yang memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, serta rencana kerja dan pendanaan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah dan program strategis nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

  d.

   Keuangan Daerah

   Hubungan keuangan dalam penyelenggaraan UrusanPemerintahan yang diserahkan kepada meliputi:

  a. pemberian sumber penerimaan Daerah berupa pajakdaerah dan

  retribusi daerah;

  b. pemberian dana bersumber dari perimbangankeuangan antara

  Pemerintah Pusat dan Daerah; c. pemberian dana penyelenggaraan otonomi khususuntuk Pemerintahan Daerah tertentu yang ditetapkandalam undang- undang; dan

  d. pemberian pinjaman dan/atau hibah, dana darurat,dan insentif (fiskal).

   Hubungan keuangan antar daerah, meliputi : 1. bagi hasil pajak dan nonpajak antar-Daerah;

  2. pendanaan Urusan Pemerintahan yang menjadikewenangan

  Daerah yang menjadi tanggung jawabbersama sebagai konsekuensi dari kerja sama antar-Daerah;

  3. pinjaman dan/atau hibah antar-Daerah; 4. bantuan keuangan antar-Daerah; dan 5. pelaksanaan dana otonomi khusus yang ditetapkandalam Undang-Undang.

   Sumber Pendapatan Daerah terdiri atas :

  a. pendapatan asli Daerah meliputi: 1. pajak daerah; 2. retribusi daerah; 3. hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan 4. lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah;

  b. pendapatan transfer; dan c. lain-lain pendapatan Daerah yang sah. Pendapatan transfer meliputi:

  a. transfer Pemerintah Pusat terdiri atas: 1. dana perimbangan; 2. dana otonomi khusus; 3. dana keistimewaan; dan 4. dana Desa.

  b. transfer antar-Daerah terdiri atas: 1. pendapatan bagi hasil; dan 2. bantuan keuangan.

  Dana perimbangan terdiri atas : Dana Bagi Hasil;Dana Alokasi Umum; danDana Alokasi Khusus.Dana Bagi Hasil bersumber dari:

  a. pajak;

  b. cukai; dan c. sumber daya alam. Dana Alokasi Umum dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuankeuangan antar-Daerah untuk mendanai kebutuhanDaerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Alokasi Khusus bersumber dari APBN dialokasikan pada Daerah untukmendanai kegiatan khusus yang merupakan UrusanPemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah 1. Undang-Undang No. 14 Tahun 2015 Tentang Anggaran Pendapatan dan

  Belanja Negara Tahun 2016. Penerimaan ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

   Dana Alokasi Khusus Reguler untuk mendanai bidang infastruktur perumahan, permukiman, air minum dan sanitasi sebesar Rp

  infrastruktur telekomunikasi dan informatika;

  Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur yang selanjutnya disebut DAK Bidang Infrastruktur, adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada

  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.\ 4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 47/PRT/M/2015 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur.

  infrastruktur lembaga pemasyarakatan; dan u. infrastruktur perumahan rakyat.

  p. serta kesenian; q. infrastruktur kawasan; r. infrastruktur pariwisata; s. infrastruktur kesehatan; t.

  infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga,

  n. infrastruktur fasilitas pendidikan; o.

  infrastruktur fasilitas perkotaan;

  k. terbarukan; l. infrastruktur konservasi energi; m.

  infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi

  i. infrastruktur ketenagalistrikan; j.

  g. infrastruktur sistem pengelolaan persampahan; h.

  835.297.480.000,00

  f. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah setempat;

  infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat;

  d. infrastruktur air minum; e.

  infrastruktur sumber daya air dan irigasi;

  b. infrastruktur jalan; c.

  infrastruktur transportasi;

  a.

  Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan berdasarkanPeraturan Presiden ini adalah infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial, yang meliputi :

  2. Peraturan Presiden No 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.

   Dana Alokasi Khusus Afirmasi untuk mendanai bidang infastruktur perumahan, permukiman, air minum dan sanitasi sebesar Rp 512.099.000.000,00

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan

  Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional khususnya untuk membiayai kebutuhan prasarana dan sarana Bidang Infrastruktur masyarakat yang belum mencapai Standar Pelayanan Minimal atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah. Sebagai langkah konkrit dalam pembiayaan investasi infrastruktur sebagai fokus pembangunan sesuai amanat APBN, maka Pemerintah telah menerbitkan PP No. 1/2008 tentang Investasi Pemerintah, menggantikan PP No. 8/2007. PP No. 1/2008 memberikan perluasan cakupan investasi, tidak hanya dalam bentuk Public Private Partnership (PPP), melainkan investasi dalam bentuk surat berharga maupun investasi langsung. Investasi Pemerintah yang dimaksudkan PP No.1/2008 adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan Investasi Langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum. Investasi Pemerintah sesuai PP No. 1/2008 ini dilaksanakan oleh Badan Investasi Pemerintah dalam bentuk: 1.

  Investasi surat berharga, dan/atau, 2.

  Investasi langsung. Badan ini merupakan unit pelaksana investasi atau badan hukum yang kegiatannya melaksanakan investasi pemerintah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan.Investasi langsung dimaksudkan utuk mendapatkan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya. Investasi langsung dilakukan dengan cara :

  1. Public private partnership (PPP) yang dapat berupa Badan Usaha dan/atau BLU, 2.

  Non public private partnership yang dapat berupa Badan Usaha, BLU, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, BLUD, dan/atau badan hukum asing, 3. Investasi langsung meliputi bidang infrstruktur dan bidang lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Sedangkan investasi surat berharga dilakukan dengan cara pembelian saham dan/atau surat utang melalui pasar modal, yakni melalui :

  1. Investasi dengan cara pembelian saham dapat dilakukan atas saham yang diterbitkan perusahaan.

  2. Investasi dengan cara pembelian surat utang dapat dilakukan atas surat utang

  yang diterbitkan perusahaan, pemerintah, dan/atau negara lain (hanya dapat dilakukan apabila penerbit surat utang memberikan opsi pembelian surat utang kembali). Dalam pelaksanaannya, investasi dengan kedua cara tersebut dilakukan didasarkan pada penilaian kewajaran harga surat berharga yang dapat dilakukan oleh Penasihat Investasi. Investasi dalam bentuk surat berharga dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Hal ini diperlihatkan pada gambar berikut: Dari uraian diatas, maka dalam rencana pembiayaan investasi di bidang Cipta Karya, terdapat beberapa sumber dana untuk pembiayaan investasi tersebut, antara lain melalui: 1.

  APBN 2.

  APBD Provinsi 3. APBD Kabupaten/Kota 4. Pinjaman Perbankan 5. Pinjaman melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP) 6. Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan 7. Dana Hibah

  Dan Lain-Lain 5.2.

   Potensi Pendanaan APBD

  Keuangan daerah dibagi menjadi 3 bagian yaitu pendapatan daerah, belanja daerah,dan pembiayaan pemerintah daerah.Pendapatan daerah adalah hak pemerintahdaerah yang diakui sebagai penambah nilaikekayaan bersih dalam periode tahunbersangkutan. Pendapatan daerah terdiridari pendapatan asli daerah (PAD), danaperimbangan, dan lain-lain pendapatandaerah yang sah PAD adalah pendapatan yang diperolehdaerah yang dipungut berdasarkanperaturan daerah sesuai dengan peraturanperundang-undangan untuk mengumpulkandana guna keperluan daerah yangbersangkutan dalam membiayaikegiatannya. PAD terdiri dari pajak daerah,retribusi daerah, hasil perusahaan milikdaerah dan pengelolaan kekayaan daerahyang dipisahkan, dan lain-lain pendapatanyang sah.Dana perimbangan adalah dana yangbersumber dari APBN yang dialokasikankepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaandesentralisasi. Dana perimbangan terdiridari bagi hasil pajak/ bagi hasil bukan pajak,bagi hasil sumber daya alam, dana alokasiumum, dan dana alokasi khususLain-lain pendapatan yang sah adalahpendapatan lainnya dari pemerintah pusatdan atau institusi pusat, serta dari daerahlainnya. Lain-lain pendapatan yang sahterdiri dari pendapatan hibah, dana darurat,dan bagi hasil dari provinsi dan pemerintahdaerah lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus, dan bantuan keuangan dariprovinsi atau pemerintah daerah lainnya.Belanja daerah adalah semua kewajibandaerah yang diakui sebagai pengurang nilaikekayaan bersih dalam periode tahunanggaran yang bersangkutan. Belanjadaerah terdiri dari belanja langsung danbelanja tak langsungBelanja langsungadalahbagian belanja yangdianggarkan terkait langsung denganpelaksanaan program. Belanja langsungterdiri dari belanja pegawai, belanja barangdan jasa, dan belanja modalbelanja tak langsungadalahbagian belanjayang dianggarkan tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program. belanja taklangsung terdiri dari belanja pegawai berupagaji dan tunjangan yang ditetapkan undangundang,belanja bunga, belanja subsidi,belanja hibah, belanja bantuan sosial,belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahdesa, belanja bantuan keuangan kepadaprovinsi/ kabupaten/ kota dan pemerintahdesa, serta belanja tidak terduga.Pembiayaan adalah bagian dari penerimaanpembiayaan daearh, pengeluaranpembiayaan daerah dan sisa lebihpembiayaan anggaran tahun berjalan.Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badanhukum koperasi dengan melandaskankegiatannya berdasarkan prinsip koperasisekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyatyang berdasar atas asas kekeluargaan.

Tabel 5.1. Realisasi dan Rencana Pendapatan Daerah Kota BaubauTahun Anggaran

  2015-2016 REALISASI TA

  URAIAN APBD 2016 (%) 2015

  713,377,781,4 934,172,823, PENDAPATAN

  100% 38 949 49,331,513,35 49,406,273,0

  PENDAPATAN ASLI DAERAH 5,29%

  5

  21 10,092,000,00 9,920,000,00

  Pendapatan Pajak Daerah 1,79%

  3,972,768,90 Hasil Retribusi Daerah 5,105,844,000 0,31% Hasil Pengelolaan Kekayaan 2,344,173,60

  2,674,592,706 0,29% Daerah yang Dipisahkan

  8 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 31,459,076,64 33,169,330,5 3,61% yang Sah

  9

  13 559,134,380,5 725,891,657, 79,71

  DANA PERIMBANGAN 55 000 % Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan 22,530,950,0

  21,719,162,555 3,15% Pajak

  00 485,032,228,0 518,115,287,0 56,39

  Dana Alokasi Umum

  00 00 % 52,382,990,00 185,245,420, 20,16

  Dana Alokasi Khusus 000 % LAIN-LAIN PENDAPATAN 104,911,887,52 158,874,893, 14,98 DAERAH YG SAH 8 928 %

  Pendapatan Hibah Dana Bagi Hasil Pajak Dari

  18,845,624,52 14,956,520,9 Provinsi dan Pemerintah Daerah 1,67%

  8

  28 Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi 85,301,263,00 143,153,373,

  9,23% Khusus

  000 Bantuan Keuangan Dari Provinsi

  765,000,000 765,000,000 1,00% atau Pemerintah Daerah Lainnya Dana Bagi Hasil Retribusi dari

  • Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Insentif Daerah - - 3,97%

  Sumber : RKPD Kota Baubau Tahun 2016

  9

  2.1 Bagi hasil pajak/bukan pajak 33.058.698.547,00 30.418.110.844,00 24.522.868.459,00 21.719.162.555,00 27.326.574.363,00

  3.4 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 3.756.772.000,00 1.172.976.000,00 - 765.000.000,00 1.921.772.000,00

  3.3 Dana Penyesuaian dan otonomi Khusus 48.419.518.000,00 86.908.001.000,00 89.407.741.000,00 85.301.263.000,00 93.514.219.000,00

  3.2 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 9.707.481.019,00 21.312.288.944,00 18.905.504.329,00 18.845.624.528,00 18.965.384.130,00

  3.1 Pendapatan Hibah 750.000.000,00 - - - -

  3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 62.700.277.276,00 109.960.389.337,00 109.361.172.729,00 104.911.887.528,00 115.930.106.537,00

  2.3 Dana Alokasi Khusus 34.663.270.000,00 36.286.080.000,00 41.601.960.000,00 52.382.990.000,00 47.067.110.000,00

  2.2 Dana Alokasi umum 370.653.915.000,00 427.509.763.000,00 465.583.877.000,00 485.032.228.000,00 504.480.579.000,00

  2 Dana Perimbangan 438.375.883.547,00 494.213.953.844,00 531.708.705.459,00 559.134.380.555,00 578.874.263.363,00

  5.2. Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kota Baubau Tahun 2012-2016

  1.4 Lain-lain PAD yang sah 4.146.510.678,00 8.464.809.055,13 11.176.826.652,62 31.459.076.649,00 13.495.125.029,75

  1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 2.162.194.444,00 3.067.753.442,00 2.701.397.502,00 2.674.592.706,00 3.606.956.500,00

  1.2 Retribusi Daerah 10.488.579.219,00 15.500.398.593,00 27.125.143.534,00 5.105.844.000,00 22.512.217.967,00

  1.1 Pajak Daerah 5.227.987.502,00 8.340.435.351,00 11.451.160.445,00 10.092.000.000,00 14.563.608.294,00

  1 Pendapatan Asli Daerah 27.388.790.250,00 35.373.396.441,13 52.454.528.133,62 49.331.513.355,00 54.177.907.790,75

  No Uraian Realisasi 2012 Realisasi 2013 Realisai 2014 Rencana 2015 Proyeksi 2016 Rp Rp Rp Rp Rp

  Sumber : RKPD Tahun 2015

  3.5 Pendapatan Lainnya 66.506.257,00 567.123.393,00 1.047.927.400,00 - 1.528.731.407,00 Jumlah Pendapatan Daerah 528.464.951.073,00 639.547.739.622,13 693.524.406.321,62 713.377.781.438,00 748.982.277.690,75

  Kapasitas fiskal daerah mempunyai implikasi langsung terhadap kemampuan daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan kepada masyarakat dan keberlangsungan pembangunan daerah. Kemampuan pemerintah dapat diukur penerimaan pendapatan daerah. Pendapatan daerah menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pasal 1 ayat 13 merupakan hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun terkait. Berdasarkan ketentuan tersebut, dijelaskan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas: 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; 2) Dana Perimbangan yang meliputi: Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dana Bagi Hasil, dan; 3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, meliputi: Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus, Dana Bantuan Keuangan dari Provinsi/Kabupaten/Kota Lainnya, Lain-lain Penerimaan, Dana Transfer Pusat dan Dana Insentif Daerah. Sedangkan penerimaan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Secara keseluruhan Pendapatan Daerah Kota Baubau dari tahun ke tahunmeningkat, hal tersebut terlihat dari kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari tahun ketahun senantiasa menunjukkan peningkatan, sedangkan kelompok Dana Perimbanganmenunjukkan kecenderungan penurunan khususnya pada komponen Dana AlokasiUmum. Dari berbagai komponen Pendapatan Daerah, sumber utama penerimaanDaerah adalah Pajak Kendaraan Bermotor. Hal ini sebagai pertanda bahwa perlu segeradilakukan upaya-upaya terobosan untuk mencari sumber-sumber alternatif pendapatanlainnya yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi sumber penerimaandaerah, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap penerimaan dari pajak daerahyang bersifat “limitative”. Hal yang sama juga terjadi pada penerimaan dana perimbanganyang menunjukkan kecenderungan menurun.Realisasi dan target Pendapatan Daerah Kota Baubau pada kurun waktutahun 2013

  ‐2016, tercantum pada

tabel 3.5 diatas

  5.3 Arah Kebijakan Keuangan Daerah

  5.3.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Pendapatan Daerah menurut Permendagri Nomor 13 tahun 2006 diartikan sebagai hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih daerah, meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendapatan daerah terdiri atas 3 sumber penerimaan yaitu : (i) Pendapatan Asli Daerah (ii) Dana perimbangan, dan (iii)Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan daerah adalah unsur terpenting dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah karena merupakan sumber pendanaan yang sangat strategis.

  Pendapatan daerah merupakan sumber pendapatan bagi daerah maka setiap tahunnya terintegrasi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sebagai instrument kebijakan operasional dari strategi pembangunan Pemerintah Daerah yang telah di tetapkan. sehingga sering dilakukan upaya melalui peningkatan Pendapatan Daerah melalui PAD (khususnya pajak daerah dan retribusi daerah), Dana Perimbangan serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Kebijakan pendapatan sebagaimana telah digariskan dalam RPJMD Kota Baubau tahun 2013-2018 diarahkan pada upaya :

  Meningkatkan kualitas kebijakan pengembangan pendapatan Asli daerah (PAD)

   Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat dan provinsi dalam rangka

   meningkatkan pendapatan daerah Melaksanakan intensifikasi pendapatan asli daerah

   Mengoptimalkan pemanfaatan aset daerah dalam meningkatkan PAD

   Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan tetap diarahkan pada upaya peningkatan pendapatan daerah melalui optimalisasi pengelolaan pendapatan daerah sesuai potensi dan kewenangan yang ada berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan tetap mengedepankan pertimbangan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Optimalisasi pengelolaan pendapatan daerah dilakukan dengan mensinergikan program intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatandaerah .Intensifikasi difokuskan pada upaya peningkatan kualitas pelayanan pajakdan retribusi daerah, penyederhanaan birokrasi, peningkatan tertib administrasi, penegakan sanksi, peningkatan komunikasi dan informasi kepada masyarakat serta reformasi sistem perpajakan daerah sebagai salah satu tujuan implementasi peraturan daerah yang baru di sektor pajak daerah. Sedangkan ekstensifikasi difokuskan pada upaya penyesuaian regulasi atas pemungutan retribusi daerah menyusul ditetapkannnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang PajakDaerah dan Retribusi Daerah. Dalam rangka pencapaian Arah Kebijakan Umum pendapatan daerah, makaditetapkan program strategi dan prioritas di bidang pendapatan daerah yaitu sebagai berikut : Optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah berdasarkan potensi yang ada

   dan prospek pengembangannya (Intensifikasi dan Ekstensifikasi) Peningkatan kapasitas SDM Aparatur dan Pemberdayaan SDM secara tepat dan

   kondusif.

   prasarana pelayanan pajak dan retribusi.

  Peningkatan aktivitas dan kualitas pelayanan serta pengadaan sarana dan

  Peningkatan kualitas, transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan keuangan daerah.

   Peningkatan kesadaran masyarakat yang tertib dan taat hukum, melalui Penegakan  Perda.

   Pusat, Pemerintah Provinsi Sultra dan Unit Kerja Pengelola pendapatan Daerah.

  Peningkatan kualitas dan intensitas koordinasi dan kerjasama dengan Pemerintah Lebih lanjut kebijakan pendapatan berdasarkan komposisinya dapat dijabarkan sebagai berikut : A.

   Kebijakan Pendapatan Asli Daerah

  PAD memiliki peran penting dalam rangka pembiayaan pembangunan di daerah. Berdasarkan pada potensi yang dimiliki masing-masing daerah, peningkatan dalam penerimaan PAD ini akan dapat meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Kebijakan Anggaran Pendapatan Daerah tahun 2016 diarahkan melalui upaya peningkatan pendapatan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah terutama sektor pajak daerah yaitu PBB-P2. Perencanaan pendapatan daerah dilakukan melalui optimalisasi pendapatan daerah dengan tetap memperhatikan efektifitas dan efisiensi pelaksanaannya serta mendapat dukungan dari masyarakat yang dilakukan secara terencana, dengan memperhatikan kondisi perkembangan perekonomian dan segala aspek kendala, potensi dan cakupan pelayanan yang ada sehingga tidak membebani masyarakat dan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.

  Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan Kebijakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun anggaran 2016 adalah sebagai berikut:  Pendapatan asli daerah (PAD) yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan terukur secara rasional dan dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, dengan berpedoman pada perda Kota Baubau Nomor 11 tahun 2012 ( Pajak Hotel), Perda Kota Baubau nomor 12 tahun 2012 (Pajak Restoran), Perda Kota Baubau Nomor 13 tahun 2012 (Pajak Hiburan), Perda Kota Baubau Nomor 7 Tahun 2011 (Pajak Penerangan Jalan), Perda Kta Baubau Nomor 8 tahun 2011 (pajak mineral bukan logam dan batuan lainnya), perda Kota Baubau Nomor 7 tahun 2013 (Pajak Bumi dan Bangunan pedesaan dan perkotaan) dan Perda Kota Baubau nomor 5 tahun 2011 (bea perolehan hak atas tanah dan bangunan) serta beberapa perda yang telah ditetapkan sebagai acuan dalam pemungutan retribusi daerah.

  Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan memperhatikan rasionalitas dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan memperhatikan perolehan manfaat ekonomi, social dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu. Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan berpedoman pada Perda Kota Baubau Nomor 9 Tahun 2012 dan UU Nomor 28 Tahun 2008.

  Penganggaran lain – lain PAD yang sah berpedoman pada Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan Peraturan Presiden Republik Indonesia No.

  32 Tahun 2009.

   Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 yang berpotensi terhadap target pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah serta realisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah tahun sebelumnya..

   Guna meningkatkan intensifikasi pendapatan daerah perlu diefektifkan penerapan peraturan daerah yang sudah ada serta peningkatan mutu pelayanan kepada para pengguna jasalayanan pemerintah.

   Pendapatan BLUD diasumsikan sesuai dengan Rencana Bisnis Anggaran dan dikelola langsung ole BLUD untuk membiayai pengeluaran BLUD sesuai Rencana Bisnis Anggaran.

   Kebijakan Dana Perimbangan Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Dana Perimbangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan merupakan pendanaan pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena masing-masing jenis dana perimbangan tersebut saling mengisi dan melengkapi.

  Dalam rangka untuk meningkatkan pendapatan daerah dari komponen dana perimbangan, maka kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh pada tahun anggaran 2016 adalah sebagai berikut:

   Rencana alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan mengenai DAU Dearah Provinsi, Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2016.

   Rencana alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan mengenai DAK Dearah Provinsi, Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2016.

   Mengefektikan hubungan koordinasi/konsultasi dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dan pemerintah pusat agar tetap mendapatkan dana-dana transfer seperti DAU, DAK, Dana Hibah, Dana Penyesuaian, dan dana bagi hasil dalam porsi yang maksimal, khususnya untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur daerah yang sangat bersentuhan dengan kepentingan masyarakat dan kelancaran perekonomian.

  B.

   Kebijakan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

  Adapun kebijakan yang berkaitan dengan upaya peningkatan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah pada tahun anggaran 2016 adalah sebagai berikut:

   Penerimaan pendapatan Tunjangan Sertifikasi Guru dan Tunjangan Profesi Guru dialokasikan pada jenis Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus.

   dengan pelaksanaan program/kegiatan yang didanai dari pemerintah pusat dan penetapan alokasi definitifnya disesuaikan dengan penetapan dari Kementerian Keuangan atau Kementerian Teknis lainnya sesuai peruntukannya.

  Alokasi Dana Penyesuaian diasumsikan sebagai penerimaan daerah berkaitan

   mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara tentang APBD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Anggaran 2016.

  Alokasi Bantuan keuangan dari pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara

   sumber-sumber pendapatan daerah lainnya.

  Peningkatan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi dalam rangka penggalian

  Mengupayakan kerjasama dengan dunia usaha, para investor dan donatur dalam dan luar negeri sesuai peraturan perundang-undangan, dalam pendanaan pembangunan yang mendukung percepatan pencapaian visi dan misi serta memiliki daya ungkit yang tinggi terhadap perekonomian/ kesejahteraan masyarakat

  C.

   Rencana Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2016

  Pendapatan daerah Kota Baubau dalam struktur APBD Kota Baubau masih merupakan elemen yang cukup penting peranannya baik untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan maupun pemberian pelayanan kepada publik. Apabila dikaitkan dengan pembiayaan, maka pendapatan daerah masih merupakan alternatif pilihan utama dalam mendukung program dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik di Kota Baubau.

  Sumber pendapatan daerah yang dapat dipantau dan dikendalikan secara baik adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sementara dana perimbangan yang berupa dana bagi hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) relatif sulit dipantau dan ditentukan oleh Kota Baubau sendiri karena faktor eksternal atau variabel eksogen yang turut menentukan besaran dana perimbangan. Lebih lanjut, penerimaan pendapatan daerah juga secara tidak langsung berkaitan dengan kondisi ekonomi global maupun ekonomi nasional dan Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara langsung, pendapatan daerah Kota Baubau sangat dipengaruhi oleh perkiraan laju pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan penyerapan tenaga kerja atau tingkat pengangguran terbuka.

  Lain-Lain Asli Daerah, Pendapatan Pendapatan Lain-Lain [15.71%] Yg Sah, Pendapatan REALISASI APBD 2014 APBD 2015 Asli Daerah, [7.9%] Pendapatan [13.28%] Yg Sah, [5.98%]

Perimbanga Perimbanga

n, [76.38%] n, [80.73%]

Dana Dana

Gambar 3.7 Komposisi Pendapatan APBD Kota Baubau Tahun Anggaran 2014-2016

  Keterangan : Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2014 adalah angka setelah di audit BPK dan nilai pendapatan Tahun Anggaran 2016 adalah angka proyeksi

  • Peraturan Daerah Kota Baubau Nomor…. Tahun 2015 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kota Baubau Tahun Anggaran 2014;
  • Peraturan Daerah Kota Baubau Nomor 5 Tahun 2014 tentang APBD Kota Baubau Tahun Anggaran 2015; - Rencana Pendapatan APBD Kota Baubau Tahun Anggaran 2016; diolah.

  Pendapatan daerah Kota Baubau pada atahun anggaran 2016 direncanakan meningkat sebesar 28,83% sehingga mencapai nilai Rp918,706,131,536 Sumber pendapatan tersebut diperkirakan masih didominasi oleh dana perimbangan yang terdiri atas bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Berdasarkan Gambar, pada Tahun Anggaran 2016 diperkirakan kontribusi dana perimbangan dalam pendapatan daerah sebesar 79,71% atau Rp. 732,314,944,889 Sementara Pendapatan Asli Daerah (PAD) diperkirakan memberikan kontribusi sebesar 5,29% atau Rp. 48,677,692,119 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah diprediksi memberikan kontribusi sebesar 14,98% atau Rp. 137,713,494,528 pada Tahun Anggaran 2016.

  Pendapatan Pajak Rencana PAD TA 2016 Hasil Retribusi Daerah

  Daerah (20,37%) (5,98%) Lain-Lain PAD Yang Sah (68,14%)

  Hail Pengelolaan Daerah Yang Di Pisahkan (5,49%) Gambar 3.8.

  Komposisi Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2014-2016 Keterangan: Realisasi Pendapatan tahun anggaran 2014 adalah angka setelah diaudit BPK dan nilai pendapatan tahun anggaran 2016 adalah angka proyeksi Sumber:

  Peraturan Daerah Kota Baubau Nomor …….. Tahun 2015 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kota Baubau Tahun  Anggaran 2014;  Peraturan Daerah Kota Baubau Nomor 5 Tahun 2014 tentang APBD Kota Baubau Tahun Anggaran 2015;  Rencana Pendapatan APBD Kota Baubau Tahun Anggaran 2016;diolah.

  Berdasarkan sub-komponennya, dari Rp. 48.677.692.119,- komponen PAD pada Tahun Anggaran 2016, diprediksi sekitar 68,14%atau Rp. 33.169.330.513,- disumbangkan oleh sub-komponen lain lain pendapatan asli daerah yang sah diikuti oleh sub-komponenPajak Daerah (20,37% atau Rp. 9.920.000.000,-)dan sub-komponen Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan (5,49% atau Rp.2.674.592.706,-),dan sub-komponen Retribusi Daerah (5,98% atau Rp. 2.913.768.900,-) [Gambar 3.8].

Gambar 3.9 Komposisi Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2014-2016

  Keterangan: Realisasi Pendapatan tahun anggaran 2014 adalah angka setelah diaudit BPK dan nilai pendapatan tahun anggaran 2016 adalah angka proyeksi Sumber:  Peraturan Daerah Kota Baubau Nomor …… Tahun 2015 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kota Baubau Tahun

  Anggaran 2014;  Peraturan Daerah Kota Baubau Nomor 5 Tahun 2014 tentang APBD Kota Baubau TA 2015;  Rencana Pendapatan APBD Kota Baubau Tahun Anggaran 2016;diolah. Dilihat berdasarkan sub-komponennya, Dana Perimbangan pada Tahun Anggaran 2016 diperkirakan sekitar 70,75% disumbangkan oleh Dana Alokasi Umum (DAU),sekitar 25,29 % dari dana alokasi khusus (DAK),dan sekitar 3,95 % dari bagi hasil pajak /bukan pajak (Gambar 4.3).

Tabel 3.7 Lain lain PendapataDaerah yag Sah TA 2014-2016 Gambar 3.10 Komposisi Lain lain Pendapatan Daerah yang Sah Tahun Anggaran 2014-2016

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH REALISASI TA 2014 APBD TA 2015 RENCANA TA 2016

  • 18,845,624,528 15,430,623,528 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 89,407,741,000 85,301,263,000 84,857,263,000 Bantuan Keuangan Dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 765,000,000 762,000,000 926,964,000 Dana Bagi Hasil Retribusi dari Provinsi dan
  • Dana Insentif Daerah (DID) - - 36,498,644,000

  Keterangan: Realisasi Pendapatan tahun anggaran 2014 adalah angka setelah diaudit BPK dan nilai pendapatan tahun anggaran 2016 adalah angka proyeksi Sumber: Peraturan Daerah Kota Baubau Nomor …. Tahun 2015 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kota Baubau Tahun Anggaran 2014; Peraturan Daerah Kota Baubau Nomor 5 Tahun 2014 tentang APBD Kota Baubau TA 2015; Rencana Pendapatan APBD Kota Baubau Tahun Anggaran 2016;diolah .

  Sementara itu, untuk proyeksi komponen Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah pada Tahun Anggaran 2016, dari Rp. 137,713,494,528,-,sekitar 61,61% atau Rp. 84.857.263.000,-disumbangkan oleh sub-komponen Dana Penyesuaian dan Otonomi Daerah, sisanya sekitar 26,05% atau sekitar Rp 36,498,644,000,- disumbangkan oleh sub komponen Dana Insentif Daerah, sekitar 11,02% atau Rp 15,430,623,528,- disumbangkan oleh Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnnya, serta 0,67% atau Rp 926,964,000 disumbangkan oleh sub komponen Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Penerintah Daerah Lainnya

  Pendapatan Hibah 282,927,400 Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

  Pemerintah Daerah Lainnya

18,905,504,329

  JUMLAH 109,361,172,729 104,908,887,528 137,713,494,528

  Tabel 3.7 Komposisi Pendapatan Daerah Kota Baubau Tahun 2012-2016

REALISASI TA URAIAN APBD 2015 TARGET APBD 2016 (%) 2014 PENDAPATAN 696,059,676,821 713,377,781,438 918,706,131,536 100% PENDAPATAN ASLI DAERAH 54,989,798,633 49,331,513,355 48,677,692,119 5,29%

  Pendapatan Pajak Daerah 11,451,160,445 10,092,000,000 9,920,000,000 1,79% Hasil Retribusi Daerah 27,125,143,534 5,105,844,000 2,913,768,900 0,31% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang 2,701,397,502 2,674,592,706 2,674,592,706 0,29% Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 13,712,097,153 31,459,076,649 33,169,330,513 3,61%

DANA PERIMBANGAN 531,708,705,459 559,134,380,555 732,314,944,889 79,71%

  Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 24,522,868,459 21,719,162,555 28,954,237,889 3,15% Dana Alokasi Umum 465,583,877,000 485,032,228,000 518,115,287,000 56,39% Dana Alokasi Khusus 41,601,960,000 52,382,990,000 185,245,420,000 20,16%

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YG SAH 109,361,172,729 104,911,887,528 137,713,494,528 14,98%

  Pendapatan Hibah 282,927,400 Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan

18,845,624,528 15,430,623,528 1,67% -

Pemerintah Daerah Lainnya

  Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 89,407,741,000 85,301,263,000 84,857,263,000 9,23% Bantuan Keuangan Dari Provinsi atau 765,000,000 765,000,000 926,964,0000 1,00% Pemerintah Daerah Lainnya

  Dana Bagi Hasil Retribusi dari Provinsi dan

  • 18,905,504,329 Pemerintah Daerah Lainnya

  36,498,644,000 - - Dana Insentif Daerah 3,97% Keterangan: Realisasi Pendapatan tahun anggaran 2014 adalah angka setelah diaudit BPK dan nilai pendapatan tahun anggaran 2016 adalah angka proyeksi Sumber:

  Perda Kota Baubau Nomor …… Tahun 2015 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kota Baubau Tahun Anggaran  2014;  Perda Kota Baubau Nomor 5 Tahun 2014 tentang APBD Kota Baubau Tahun Anggaran 2015;  Rencana Pendapatan APBD Kota Baubau Tahun Anggaran 2016;diolah.

  D.

  

Upaya-Upaya Pemerintah Kota Baubau dalam Mencapai Target Pendapatan Daerah

  Tahun Anggaran 2016 Dengan memperhatikan arah kebijakan pendapatan daerah Kota Baubau pada Tahun

  Anggaran 2016, maka upaya-upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan pendapatan daerah antara lain adalah sebagai berikut.

   hasil retribusi daerah melalui peningkatan pengawasan pemungutan; Meningkatkan koordinasi dengan SKPD penghasil PAD dalam upaya optimalisasi

  Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemungutan pendapatan pajak daerah dan

   pendapatan daerah; Struktur ekonomi kota diarahkan untuk mewujudkan struktur perekonomian Kota

   yang kokoh dimana perdagangan dan jasa menjadi basis aktivitas perekonomian dengan tanpa mengabaikan pengembangan sektor pertanian; Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi dalam

   upaya peningkatan dana perimbangan dan dana bagi hasil pajak/dana bagi hasil bukan pajak;

   Meningkatkan peran PDAM sehingga berkontribusi terhadap pendapatan daerah. Optimalisasi kinerja apartur daerah yang tekait dengan upaya peningkatan PAD

   melalui percepatan pengelolaan Izin Membangun (IMB) dan kebijakan pemutihan IMB.

  5.3.2. Arah Kebijakan Belanja Daerah Belanja Daerah menurut Permendagri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman

  Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih, meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Lebih lanjut dalam Pasal 32 – Pasal 36 disebutkan bahwa belanja pemerintah daerah dapat dikelompok menjadi lima kategori, sebagai berikut : (i) Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan, yaitu urusan wajib dan urusan pilihan; (ii) Klasifikasi belanja menurut fungsi, yaitu klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama pemerintah pusat/daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat; (iii) Klasifikasi belanja menurut organisasi, yaitu klasifikasi berdasarkan unit organisasi pengguna anggaran; (iv) Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan; (v) Klasifikasi belanja menurut kelompok belanja, yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung.

  Belanja daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas social dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Pelaksanaan urusan wajib dimaksud berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan. Pemerintah daerah menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun program dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran. Program dan kegiatan harus memberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan target kinerjanya.

  A.

   Kebijakan Perencanaan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016

  Kebijakan perencanaan belanja daerah sangat erat kaitannya dengan sistem manajemen keuangan daerah, sistem penganggaran maupun sistem akuntansi. Seiring dengan dilaksanakannya reformasi dibidang keuangan, maka menuntut perlunya dilakukan pengelolaan keuangan yang transparan, bertanggungjawab serta didasarkan pada prinsip efisiensi, efektivitas dan ekonomis atau dikenal dengan prinsip value for money. Hal ini menuntut bahwa pengelolaan belanja daerah harus digunakan sebesar- besarnya untuk kepentingan publik terutama untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.