LAPORAN SURVAI KEPURRAKALAAN KERAJAAN MATARAM ISLAM E JAWA TENGAH)

BERITA PENELITIAN ARKEOLOGI

LAPORAN SURVAI
KEPURRAKALAAN KERAJAAN MATARAM ISLAM
E JAWA TENGAH)

JAKARTA

1978

L A P O R A N SURVAI
KEPURBAKALAAN KERAJAAN MATARAM
(JAWA T E N G A H )

NO. 16

Penyusun Laporan :
Nurhadi B. A.
Armeini B. A.

Proyek Penelitian dan Penggalian Purbakala

Departemen P & K

ISLAM

Copyright
Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional
1978

D A F T A R

I S I
Halaman

L

PENDAHULUAN

1

II.


L A T A R B E L A K A N G SEJARAH MATARAM ISLAM

1

IH.

PELAKSANAAN PENELITIAN

2

IV.

HASIGHASIL PENELITIAN

3

Dewan Redaksi :

Sat yawat i Suleiman


ket ua

Rumbi Mulia

wakil ket ua

R. P. Soej ono

anggot a

Soej at ml Sat ari

anggot a

Hasan M. Ambary

anggot a

A.


KECAMATAN

B.

KECAMATAN PLERED

C.

KECAMATAN

KARTOSURO

3
8
11

V.

PENUTUP


13

VI.

SUMMARY

14

VII. LAMPIRAN-LAMPIRAN
A.
B.
C.

Percetakan Offset P T. " R O R A K A R Y A " - Jakarta.

KOTAGEDE

D A F T A R GAMBAR
GAMBAR

FOTO

15
DAN FOTO

15
16
22

I.

PENDAHULUAN.

Penelitian kepurbakalaan d i Kotagede, K e r t o ,
Plered dan Kartosuro dilaksanakan oleh Bidang
Arkeologi Islam dari Pusat Penelitian Purbakala
dan Peninggalan Nasional d i J a k a r t a . T u j u a n dari
penelitian i n i dimaksudkan mencari data mengenai
pemukiman
kerajaan

Mataram
Islam
yang
berlangsung dari abad ke 16 — 18 Masehi. Keempat
situs d i atas diutamakan dalam penelitian i n i
karena menurut kepercayaan penduduk merupakan
pusat-pusat pemerintahan kerajaan Mataram Islam
tersebut (gambar no. 1 ) .
Penelitian kepurbakalaan
ini
berlangsung
dari tanggal 29 Nopember 1976 sampai tanggal
9 Desember 1976. Pelaksana penelitian merupakan
suatu team yang terdiri dari petugas Pusat
Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional
di J a k a r t a dan petugas dari Suaka Sejarah dan
Purbakala, propinsi J a w a Tengah di Prambanan.
Pelaksana Survai :
Nurhadi B . A .


-

Pus. P 3 N

Armeini B.A.

-

Pus. P 3 N

Soeboeh

-

Pus. P 3 N

M. Romli B . A .




S u a k a Sejarah dan Purbakala di

Soemino



Prambanan.

Suaka Sejarah dan Purbakala d i Prambanan.

D a l a m pelaksanaan k e r j a n y a , team penelitian
ini telah banyak memperoleh bantuan dari Bidang
Permuseuman,
Sejarah dan Kepurbakalaan —
K a n . W i l . Departemen P dan K Propinsi Daerah
Istimewa Y o g y a k a r t a , dan berbagai pihak dan
instansi lain. T e a m penelitian merasa berterima
kasih atas bantuan yang telah diberikan sehingga
survai tersebut dapat berlangsung dengan baik.


II.

L A T A R BELAKANG SEJARAH MATARAM
ISLAM.

Meskipun penulisan mengenai raja-raja yang
memerintah
d i Kotagede, K e r t o , Plered dan
Kartosuro telah banyak dibuat orang, tetapi
penulisan mengenai kepurbakalaan yang dapat
dikaitkan dengan raja-raja yang
bersangkutan
masih langka sekali. Pada tahun 1 9 2 6 D r . van
Mook menuliskan mengenai masalah perkotaan

di Kotagede, terutama ditekankan pada masalah
kemasyarakatan
dan
perkembangannya
serta

menguraikan
kepurbakalaan d i bekas
ibukota
kerajaan Mataram i n i . Selain dari i t u , D r . L . A d a m ,
pembantu
residen
Yogyakarta
mengadakan
pengamatan dan perurutan kembali nama-nama
tempat yang disebutkan dalam Babad ataupun
cerita r a k y a t yang
dapat dikaitkan dengan
kepurbakalaan kerajaan Mataram Islam di daerah
Y o g y a k a r t a . Hasil-hasil pengamatan
i n i ditulis
dan diterbitkan dalam tahun 1 9 3 4 , dalam majalah
D JAWA.
Salah satu sumber sejarah yang dipergunakan
dalam menyusun rencana kerja penelitian oleh Pusat
Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional i n i
adalah b u k u Babad T a n a h J a w i . B u k u i n i ditulis dalam bahasa J a w a halus ( J a w a K r o m o ) dalam bentuk
prosa. D i dalam Babad T a n a h J a w i disebutkan
bahwa pusat/ibu kota kerajaan Mataram Islam
yang pertama ialah Kotagede sekarang. Sejak
kapan
nama
Kotagede dipergunakan
untuk
menyebut kota itu tidak begitu jelas. Kadangkadang kota i n i disebut pula Pasargede oleh
penduduk setempat, atau disingkat Sargede saja.
Selanjutnya ibukota direncanakan akan dipindahkan ke K e r t o . Sebelum pemindahan ibukota
kerajaan i n i terlaksana seluruhnya, ibukota telah
dipindahkan lagi ke Plered. T e r a k h i r kali ibukota
dipindahkan
ke
Kartosuro
yang
berlangsung
sebagai ibukota kerajaan Mataram sampai tahun
1745 Masehi. Dari keempat ibukota kerajaan
Mataram Islam tersebut, tiga ibukota yang pertama
terletak d i w i l a y a h Mataram ( Y o g y a k a r t a sekarang),
sedangkan Kartosuro menurut Babad terletak
d i luar w i l a y a h Mataram i n i . 1 )
T i t i k a w a l pendirian kerajaan Mataram Islam
dimulai pada saat penyerahan w i l a y a h Mataram
oleh Sultan Pajang kepada K i Ageng Pemanahan,
yang
selanjutnya dikenal sebagai K i Ageng
Mataram c i k a l bakal dinasti Mataram. Pemberian
wilayah Mataram i n i adalah sebagai hadiah atas
kemenangannya dalam
mengatasi
pertikaian
keluarga antara Sultan Pajang dengan A d i p a t i
Jipang y a i t u A r y a Penangsang.
Kotagede
yang
didirikan sebagai
pusat
pemerintahan Mataram i n i berkembang terus,
terutama pada masa pemerintahan penggantinya
1).

B a b a d T a n a h J a w i — h a l . 199

1

yang bergelar Panembahan Senopati.
Panembahan Senopati menggantikan a y a h n y a
dan memerintah dari tahun 1 5 8 4 — 1 6 0 1 Masehi. I a
mendirikan perbentengan dan tembok k o t a pada
saat i a m u l a i mengembangkan
kekuasaan dan
a k h i r n y a dapat merebut kekuasaan dari kesultanan
Pajang.
Kotagede sebagai ibukota kerajaan Mataram
berlangsung sampai pada masa pemerintahan
Sultan Agung, cucu dan pengganti kedua dari
Panembahan Senopati. Pada masa pemerintahann y a yang berlangsung dari tahun 1613—1646 Masehi, Sultan Agung merencanakan memindahkan
i b u k o t a kerajaan ke K e r t o . Rencana i n i tidak
sempat terselesaikan. Putra dan pengganti Sultan
Agung yang bergelar Sultan Amangkurat Agung ( I )
yang memerintah kerajaan dari tahun 1646—1677
Masehi, memindahkan ibukota kerajaan baik dari
Kotagede maupun dari K e r t o ke Plered. Plered
sebagai ibukota kerajaan berlangsung sampai tahun
1 6 8 1 Masehi, pada saat mana Sultan ing Alaga
(Pangeran Puger) menyerahkan kekuasaannya
kepada Sultan Amangkurat I I setelah kemelut
Trunajaya
teratasi.
Sultan
Amangkurat I I
meneruskan pemerintahan kerajaan Mataram dan
beribukota di Kartosuro yang d i d i r i k a n pada
tahun 1 6 8 0 .
Pada dekade ketiga dari abad ke 18, bekas
i b u k o t a kerajaan d i K e r t o untuk beberapa w a k t u
m u n c u l kembali dalam percaturan pertikaian
tahta kerajaan. K e r t o dijadikan i b u k o t a kerajaan
MataramutsrnmlkjigedaB
tandingan oleh Pangeran Purbaya dan
Pangeran Blitar. Pangeran yang terakhir i n i
naik tahta kerajaan tandingan i n i dan mengadakan
aksi militer u n t u k merebut tahta kerajaan Mataram
yang diduduki oleh Sultan Amangkurat I V ,
k a k a k n y a sendiri. N a m a K e r t o diubah menjadi
Kertosekar. Pada a k h i r n y a aksi militer i n i gagal
dan nama K e r t o tenggelam kembali.
D a r i keempat ibukota kerajaan Mataram
Islam i n i , hanyalah Kotagede saja yang dapat
diterima sebagai satu contoh dari suatu k o t a
lama yang masih bercorak J a w a . K e r t o dan Plered
saat i n i merupakan lingkungan pedesaan tanpa
memperlihatkan lagi adanya kegiatan suatu k o t a .
Kartosuro dalam perkembangannya telah pula
kehilangan c i r i n y a sebagai k o t a l a m a . Kelangsungan
Kotagede sebagai suatu k o t a lama dimungkinkan

karena k o t a i n i telah diterima sebagai k o t a
kelahiran
Kerajaan Mataram I s l a m , di mana
dimakamkan pendiri dinasti Mataram Islam dan
raja pertama dari dinasti i n i .
DL

PELAKSANAAN

PENELITIAN.

Penelitian kepurbakalaan d i Kotagede, K e r t o ,
Plered dan Kartosuro dalam tahap i n i merupakan
suatu survai pendahuluan. Pemilihan situs didasark a n atas identifikasi toponimis yang terdapat
dalam b u k u B a b a d , d i samping diadakan perurutan
kembali tradisi atau cerita r a k y a t yang terdapat
d i lingkungan masyarakat yang dapat dihubungkan
dengan
kepurbakalaan
tersebut.
Pengamatan
kepurbakalaan pada situs yang diteliti ditekankan
pada pengamatan bangunan-bangunan, h a l i n i
disebabkan
karena
situs-situs yang
diteliti
seluruhnya terletak di lingkungan pemukiman
penduduk
yang kadang-kadang sangat
padat.
Pengamatan dan pengumpulan temuan permukaan
dilakukan semaksimal mungkin pada area yang
agak bebas dari pemukiman penduduk.
Pengamatan
lingkungan
terbatas
pada
lingkungan geografis dan lingkungan alam (flora
dan fauna) saja. Pada tiap situs yang diteliti
diusahakan pemetaan denah kepurbakalaannya
dan penentuan
lokasi dalam peta
topografi.
Pengumpulan data demografi
masa k i n i sulit
dilaksanakan. K e s u l i t a n dalam pelaksanaan survai
tahap i n i terbentur masalah w a k t u yang sangat
terbatas, cuaca yang sangat tidak menguntungkan,
dan juga masalah administrasi.
SITUS YANG D I T E L I T I
A.

:

Wilayah kecamatan Kotagede,
kotamadya Yogyakarta :

kabupaten

1 . Situs kompleks mesjid dan m a k a m K o t a gede,
terletak di kampung K a u m a n ,
R K ( R u k u n Kampung) A l u n - a l u n .
2. Situs K e d a t o n
Kotagede,
terletak d i
kampung D a l e m , R K A l u n - a l u n .
3. Situs B a l u w a r t i Kotagede,
terletak d i
R K Kembang Basen.
B.

2. S i t u s K e d a t o n Plered, terletak d i desa
K e d a t o n , kelurahan Plered.
3. S i t u s Benteng K e d a t o n Plered, terletak d i
desa M a n a y u , desa Pungkuran, kelurahan
Plered.
4. Situs mesjid K a u m a n , terletak d i desa
K a u m a n , kelurahan Plered.
5. Situs m a k a m R a t u Malang, terletak d i
b u k i t G u n u n g K e l i r / G u n u n g Sentana.

Wilayah
kecamatan
Plered,
kabupaten
B a n t u l — Daerah Istimewa Y o g y a k a r t a :
1 . Situs K e d a t o n K e r t o , terletak d i desa
Kerto
Kanggotan,
kelurahan
Plered.

C.

Wilayah kecamatan
Sukaharjo :

Kartosuro,

kabupaten

Situs Kedaton K a r t o s u r o , terletak d i desa/
kampung
K r a p y a k , kelurahan Kartosuro
(gambar no. 2 ) .
D i samping situs-situs di atas, team survai
juga mengadakan kunjungan pengamatan ke situs
pemandian Banguntapan, kecamatan Banguntapan,
kabupaten B a n t u l — Daerah Istimewa Y o g y a k a r t a .
Situs pemandian i n i menurut cerita dibangun oleh
Sultan Hamengku B u w o n o ke I I .
IV.

HASIL-HASIL

PENELITIAN.

A.

KECAMATAN

KOTAGEDE

D a l a m perkembangan
administratif y a n g
terakhir kecamatan Kotagede dimasukkan ke
dalam w i l a y a h K o t a m a d y a Y o g y a k a r t a . Sebelumn y a w i l a y a h i n i terbagi menjadi bagian yang
kecil-kecil yang berada d i bawah
wewenang
Pemerintah Daerah Y o g y a k a r t a dan Surakarta.
Hal i n i merupakan sisa-sisa dari pelaksanaan
pembagian
wilayah
kerajaan
sesuai
dengan
perjanjian G i y a n t i 1 7 5 5 .
Kecamatan Kotagede terletak pada dataran
yang landai ke arah selatan dengan sudut yang
sangat k e c i l , karena secara morfologis w i l a y a h
ini masih termasuk daerah yang dipengaruhi
kegiatan
gunung
Merapi y a n g masih aktif.
Wilayah Kotagede sangat padat
penduduknya
dan sebagian besar penduduknya berpenghidupan
sebagai
pedagang besar/kecil, pengrajin
baik
kerajinan perak, emas ataupun batik. H a n y a
sebagian
kecil saja yang m e m p u n y a i
mata
pencaharian bertani, tanah pertanian w i l a y a h
kecamatan Kotagede i n i relatif sangat sempit.
Sasaran

survai dalam

tiga lokasi :


Situs mesjid dan m a k a m

w i l a y a h i n i meliputi




Situs K e d a t o n
Situs Baluwarti
1.

Situs mesjid dan m a k a m

(gambar no.3)

Terlepas dari perkembangan administratif
w i l a y a h kecamatan Kotagede, pada situs i n i
pembagian administratif dari dua K e r a t o n ( S u r a karta dan
Y o g y a k a r t a ) masih dipertahankan.
K o m p l e k s yang luasnya ± 2 h a i n i terbagi menjadi
bagian yang kecil-kecil seluas beberapa p u l u h /
ratus meter saja. Sampai saat i n i pengelolaan
bagian-bagian
yang
terpisah-pisah i t u masih
dilaksanakan oleh kedua pihak K e r a t o n yang
berwewenang. H a l i n i tampak pada perbedaan
pola
kerja pengelolaan yang d i l a k u k a n oleh
masing-masing pihak yang bersangkutan.
Dalam pelaksanaan survai di kompleks mesjid
dan m a k a m Kotagede, team telah mendapat
bantuan dari pihak K e r a t o n Y o g y a k a r t a , y a i t u
Kawedanan Hageng S r i Wandawa bagian Puralaya.
Pada garis besarnya di dalam
ini terdapat tiga bangunan utama :

kompleks

1 . 1 . Bangunan mesjid
1.2. Bangunan m a k a m
1.3. Bangunan sendang
K o m p l e k s mesjid dan m a k a m i n i terletak
di sebelah barat dari bekas alun-alun Kotagede,
yang sekarang telah merupakan
pemukiman
penduduk yang sangat padat. A r e a d i sebelah
selatan dari alun-alun merupakan lokasi situs
Kotagede yang k i n i h a n y a tinggal
Kedaton
tembok keliling/benteng K e r a t o n saja. Keramaian
Kotagede sekarang berpusat d i pasar, yang dikenal
sebagai Pasargede atau Sargede. Sisa B a l u w a r t i
atau tembok kota masih tampak d i sudut timur
dari w i l a y a h Kotagede di R K Kembang Basen.

1.1. Bangunan

mesjid

Bangunan mesjid i n i merupakan bangunan
terdepan dalam kompleks i n i (foto no. 2 ) . D i
sebelah t i m u r dari halaman mesjid terdapat sebuah
halaman
yang
merupakan
halaman
depan
kompleks.
Halaman depan
i n i berukuran :
58 m x 46 m membentang dari barat ke timur.
D i tengah halaman i n i terdapat jalan yang menuju
gapura masuk sisi t i m u r halaman mesjid. Sekarang
pada k i r i dan kanan jalan i n i telah banyak pemu3

kiman penduduk magersari ' yang bekerja sebagai
abdi dalem j u r u k u n c i di dalam kompleks i n i .
P e m u k i m a n di sebelah utara jalan dihuni oleh
abdi dalem dari pihak K e r a t o n Surakarta, sedangk a n di sebelah selatan jalan dihuni oleh abdi dalem
dari pihak Keraton Y o g y a k a r t a . Pada bagian timur
dari halaman i n i y a n g bebas dari pemukiman
magersari terdapat dua bangunan k a y u yang
terbuka pada sebelah-menyebelah jalan. K e d u a
bangunan yang berfungsi sebagai paseban luar
itu merupakan bangunan baru yang mungkin
didirikan atas dasar konsepsi lama. Pada halaman
depan i n i tidak terdapat sisa bangunan yang
m e n u n j u k k a n adanya bangunan gapura ataupun
tembok keliling. T e m b o k keliling yang sekarang
jelas merupakan tembok baru. K e k u n a a n yang
masih tersisa pada halaman i n i meskipun kurang
jelas fungsinya ialah sebuah susunan batu kapur
(limestone) yang terletak d i sebelah barat paseban
sisi selatan. Susunan i n i sangat mungkin merupakan
fondasi bangunan, tetapi sekarang d i tengahnya
tumbuh pohon beringin besar yang dianggap
keramat oleh penduduk.
Halaman depan dan halaman mesjid dipisahkan oleh tembok bata setinggi kurang lebih
2.5 m dan dihubungkan oleh sebuah gapura
paduraksa yang lengkap dengan k e l i r n y a . D a r i
pengamatan
bahan dan k o n s t r u k s i n y a gapura
dan tembok i n i merupakan pemugaran total
terhadap bangunan yang terdahulu, yang dilakukan
oleh pihak K e r a t o n Surakarta sebagai pengelolanya.
Dalam pemugaran tersebut telah dipergunakan
bahan bangunan baru dan dalam pemasangan
batu batanya telah pula dipergunakan spesi.
B a t u bata yang dipergunakan dalam pemugaran
ini lebih kecil dari ukuran batu bata aslinya.
Simbar (antefiks) pada bingkai tengah ataupun
hiasan yang lain merupakan cetakan baru yang
terbuat dari bahan semen. Ambang pintu dan
langit-langit p i n t u gapura terbuat dari beton
bertulang. Ambang bawah dari p i n t u yang semula,
tidak dipergunakan lagi. Ambang tersebut terbuat
dari batu andesit porfiritik yang masih dengan
hiasan pola kembang (floral motifs) pada bagian
atasnya. B a t u ambang tersebut sekarang diletakkan
di belakang kelir dari gapura yang bersangkutan.

D a l a m survai tidak ditemukan bagian asli y a n g
tersisa yang dapat m e n u n j u k k a n bahan bangunan
yang semula dipergunakan. C i r i kekunaan yang
masih dipertahankan dalam pemugaran i t u ialah
tidak
d i t u t u p n y a permukaan
dinding/tembok
dengan lepa, tetapi tetap terbuka.
Pada sisi utara halaman mesjid i n i terdapat
pula sebuah gapura yang berbentuk paduraksa
yang menghadap ke utara ke sebuah lorong d i
kampung K u d u s a n . Gapura pada tembok sisi
utara i n i dikelola oleh pihak K e r a t o n Y o g y a k a r t a .
Ambang
pintu dan sepasang daun p i n t u n y a
terbuat dari k a y u j a t i , berukiran dengan pola
kembang
merupakan hasil pemugaran
dekat
Keraton Y o g y a k a r t a . Bagian puncak dan sayapn y a masih utuh dengan hiasan pahatan dari bahan
batu kapur (limestone). Sejauh mana pemugaran
yang pernah diadakan sukar u n t u k dirunut
kembali,
karena dalam pemugarannya
tidak
dipergunakan bahan bangunan baru dan tidak
dipergunakan spesi. Pada dinding tembok sebelahmenyebelah gapura bagian dalam tidak tampak
adanya bekas bangunan kelir.
D i sebelah utara dan selatan bangunan mesjid
terdapat pula dua bangunan k a y u yang mungkin
pula merupakan bangunan paseban yang terbuka,
sedangkan d i tengah halaman didirikan sebuah
tugu peringatan baru. Bagian halaman dan serambi
mesjid dikelola oleh pihak K e r a t o n Surakarta,
bagian mesjid sebelah dalam dikelola oleh pihak
Keraton Y o g y a k a r t a .
Mesjid i n i pernah terbakar pada tahun 1919
dan selanjutnya dipugar kembali pada tahun
1 9 2 3 . Angka pemugaran i n i terdapat pada kuncung
serambi*). Sejauh mana pemugaran y a n g d i l a k u k a n
tidak dapat diketahui, karena tidak ditemukan
bagian
bangunan
yang
terkelupas.
Dinding
bangunan utama mesjid masih asli, terbuat dari
batu kapur yang dipotong sebesar bata. Bagian
depan dan dalam telah ditutup dengan lepa,
sedangkan bagian samping dan belakang tetap
terbuka dan terlihat dengan jelas susunan batu
lamanya. Mimbar k a y u yang terdapat di dalam
ruang mesjid masih asli dan dalam keadaan baik.
1.2. Bangunan
Kompleks

*)

magersari :
orang l a i n .

4

menumpang

makam

makam

ini terletak d i

m e n d i r i k a n r u m a h di atas tanah
*)

K u n c u n g serambi : p e n a m p i l .

belakang

ke
bangunan
mesjid. D a r i halaman mesjid
kompleks m a k a m dan sendang dipisahkan oleh
dua halaman y a n g terletak d i sebelah selatan
dari halaman mesjid. K e d u a halaman i n i dipisahkan oleh tembok bata dan dihubungkan dengan
sebuah gapura.
Halaman yang pertama berukuran 27 x 27 m
persegi. Halaman pertama i n i dengan halaman
mesjid dipisahkan oleh tembok bata setinggi
kurang lebih 3 meter dan dihubungkan dengan
sebuah gapura yang berbentuk paduraksa (foto
no. 1 ) . Gapura dan halaman pertama i n i dikelola
oleh pihak K e r a t o n Y o g y a k a r t a . Gapura i n i terbuat
dari bahan batu kapur dan batu bata, lengkap
dengan kelir dan sepasang daun p i n t u n y a . Sejauh
mana pemugaran yang diadakan pada gapura i n i
tidak jelas. Dalam pemugarannya tidak ada
pemakaian bahan bangunan baru. Bagian atas
(puncak) ataupun sayap dan pahatan lain yang
terbuat dari bahan batu kapur merupakan bagian
bangunan yang asli. Hubungan batu yang terkorosi
dan melebar ditutup lagi dengan spesi pada bagian
luarnya.
Ambang, langit-langit dan daun pintu yang
terbuat dari k a y u j a t i berukir, yang merupakan
hasil pemugaran m e m p u n y a i pola hias yang sama
dengan pahatan pada gapura sisi utara halaman
mesjid. Ambang p i n t u bagian bawah yang asli
tidak dipergunakan lagi dan diletakkan d i belakang
kelir. Ambang pintu i n i terbuat dari batu andesit
yang masif dengan pahatan pola kembang (floral
motifs) pada bagian atasnya.
Pada sisi t i m u r halaman i n i terdapat sebuah
bangunan k a y u yang terbuka yang berfungsi
sebagai bangunan paseban dan disebut bangsal
duda. Bangunan i n i dipergunakan sebagai ruang
tamu pada hari-hari biasa (selain hari-hari Senin
dan J u m ' a t yang merupakan hari jiarah khusus).
Pada dinding sisi utara, selatan dan t i m u r
terdapat
bingkai tengah di mana ditemukan
simbar (antefiks) dari batu kapur dengan hiasan
pahatan fauna dan
flora. Simbar-simbar ini
sebagian terbesar masih dalam keadaan baik dan
tidak banyak penggantian baru.
Halaman kedua ke kompleks m a k a m dan
sendang terletak di sebelah barat dari halaman
yang pertama. Halaman kedua i n i berukuran
35 x 27 m persegi dan membujur dari barat ke
timur. Halaman pertama dan halaman kedua

ini dihubungkan dengan sebuah gapura. Gapura
dan halaman kedua i n i dikelola oleh pihak K e r a t o n
Surakarta. Pemugaran pada gapura i n i belum selesai
dan terhenti sampai bagian tubuh gapura saja.
Penundaan pemugaran gapura i n i disebabkan
karena invasi Jepang pada tahun 1 9 4 2 . Pemugaran gapura
i n i samasekali
mempergunakan
bahan bangunan baru dan spesi dalam pemasangan
batu batanya. K e l i r gapura yang dalam pemugaran
itu telah selesai secara k o n s t r u k t i f terpisah dari
dinding
dan
gapuranya.
Hiasan-hiasan kelir
gapura i n i bercorak baru dalam arti pola yang
dipergunakan tidak terdapat pada gapura-gapura
yang lain.
Di
dalam halaman i n i terdapat empat
bangunan k a y u tersusun dalam dua deret sebelah
menyebelah jalan dari gapura halaman kedua
ke gapura m a k a m . D i sebelah utara terdapat
bangunan gudang dan paseban lor, sedangkan d i
sebelah selatan terdapat bangunan kawedanan
Surakarta dan paseban k i d u l . Pada sisi barat
halaman terdapat gapura masuk ke m a k a m , pada
sisi selatan terdapat gapura masuk ke kompleks
sendang Seliran.
Gapura masuk ke halaman m a k a m i n i
berbentuk paduraksa (foto no. 3 ) . Pada bagian
dalamnya tidak terdapat kelir gapura. G a p u r a i n i
dikelola oleh pihak K e r a t o n Y o g y a k a r t a , dan
pernah diadakan pemugaran terhadapnya. Sejauh
mana pemugaran tersebut dilaksanakan sukar diurut
kembali karena bagian permukaannya telah ditutup
dengan lepa. Bagian puncak, sayap dan juga
simbar-simbar pada dindingnya dapat dikatakan
masih baik dan asli. Pada bagian tubuh gapura
ada penyederhanaan y a i t u tidak ada bingkai
ataupun mungkin bingkai tersebut telah dihilangkan dalam pemugaran. Ambang dan sepasang
daun p i n t u n y a dari k a y u j a t i dan masih dalam
keadaan baik. Hiasan pola kembang pada daun
pintu mempunyai pola yang lain dari pahatan
daun pintu gapura dinding sisi utara dan selatan
halaman mesjid.
D i tengah halaman m a k a m i n i terdapat
bangunan m a k a m yang menghadap ke selatan
dan
pada bagian depan, k i r i dan k a n a n n y a
dikelilingi oleh makam-makam yang terbuka
ataupun yang bercungkup k e c i l . Bangunan m a k a m
ini terdiri dari tiga bagian : bagian depan disebut
prabayaksa, bagian tengah disebut w i t a n a dan
5

bagian belakang disebut tajug.
Seperti bagian-bagian lain d i kompleks mesjid
dan m a k a m i n i , bangunan m a k a m inipun dibagi
oleh kedua pihak keraton : bangunan prabayaksa
dikelola oleh pihak K e r a t o n Surakarta, sedangkan
bangunan w i t a n a dan tajug dikelola oleh pihak
K e r a t o n Y o g y a k a r t a . Bangunan prabayaksa dalam
pemugarannya mengambil gaya E r o p a , sedangkan
bangunan w i t a n a dan tajug masih mempergunakan
pola bangunan J a w a , yang sangat mungkin masih
didasarkan atas konsepsi l a m a . Bangunan tajug
ini menurut keterangan abdi dalem j u r u k u n c i
merupakan bekas
bangunan langgar
sebelum
d i d i r i k a n n y a bangunan mesjid yang baru. D i
dalam bangunan prabayaksa terdapat 64 m a k a m ,
yang terutama adalah m a k a m
Sultan Seda
K r a p y a k , d i dalam bangunan w i t a n a terdapat
1 5 m a k a m dan yang terutama adalah m a k a m K i
Ageng dan N y i Ageng Pemanahan, Panembahan
Senopati dan J u r u Martani. D i dalam bangunan
tajug h a n y a terdapat tiga m a k a m yang sangat
mungkin bersifat mistis y a i t u N y a i Ageng E n i s
( i b u K i Ageng Pemanahan), m a k a m P. J a y a p r a n a
dan m a k a m D a t u k Palembang (guru K i Ageng
Pemanahan). Seluruh nisan yang terdapat d i dalam
bangunan m a k a m i n i sekarang telah diganti dengan
nisan batu marmar. B a t u nisan yang lama yang
terbuat dari batu andesit tidak dipergunakan lagi,
d i k u m p u l k a n d i sudut baratlaut halaman i n i
pada suatu tempat yang disebut peleburan.
Bangunan m a k a m yang lain yang terdapat
di dalam halaman m a k a m i n i adalah antara lain
bangunan m a k a m K P Pakualam I , I I dan I I I yang
terletak di sebelah t i m u r dan berasal dari periode
yang lebih muda.
Halaman
m a k a m i n i dikelilingi dengan
tembok batu bata yang masih utuh dan dalam
keadaan baik. T i d a k ada pemugaran pada tembok
keliling i n i . Pada tembok dinding sisi utara terdapat
bekas lubang yang menurut ceritera adalah bekas
jalan masuk pemakaman K i Ageng Mangir. Pada
w a k t u pemakaman K i Ageng Mangir, jenasah
tidak diperkenankan melalui gapura masuk dan
tidak diperkenankan seluruh jenasahnya d i m a k a m k a n di dalam bangunan makam i n i . Dapat
disaksikan sekarang batu nisan K i Ageng Mangir
ini separuh d i dalam dan sepanahnya lagi d i luar
bangunan m a k a m . H a l i n i ada k a i t a n n y a dengan

6

tradisi bahwa K i Ageng Mangir i t u sebenarnya
adalah musuh, meskipun dalam hubungan keluarga
diterima sebagai menantu Panembahan Senopati.
1.3.

Bangunan

sendang

K o m p l e k s bangunan sendang yang disebut
sendang Seliran i n i terletak d i sebelah selatan
dari kompleks m a k a m . Jalan masuk ke kompleks
sendang melalui sebuah gapura yang berbentuk
paduraksa yang terletak pada dinding sisi selatan
halaman kedua. Gapura i n i dipugar oleh pihak
Keraton Surakarta, dalam pemugaran i n i termasuk
pula pemugaran tangga t u r u n bagian dalam yang
seluruhnya terbuat dari bahan batu bata. Bagian
puncak, baik sayap k i r i ataupun kanan tidak
ada lagi. Ambang dan langit-langit p i n t u n y a
merupakan cetakan beton, demikian pula simbarsimbarnya. D a u n p i n t u tidak ada lagi.
Permukaan tanah pada kompleks i n i lebih
rendah dari permukaan tanah d i sekitarnya, lebihlebih pada sisi barat, sehingga memungkinkan air
tanah m u n c u l ke permukaan. D i dalam kompleks
sendang
i n i ada sebuah
halaman dan dua
pemandian. Halaman i n i terletak di sebelah selatan
dari gapura dan juga sebagai pemisah kedua
pemandian
y a i t u pemandian
sendang
Seliran
laki-laki ( J a w a : kakung) yang terletak d i sebelah
barat, dan sendang Seliran p u t r i yang terletak
d i sebelah selatan dari halaman i n i . Masing-masing
bagian i n i dikelilingi oleh tembok batu bata
setinggi 2 m, dengan p i n t u yang berkelir. Pada
dinding sisi timur dan utara bagian dalam berundak
setinggi 1 m dengan lebar 1.5 m. Undak i n i merupakan susunan batu kapur sebagai penguat tembok
dinding
tersebut.
Seluruh bagian d i
dalam
kompleks i n i dikelola oleh pihak K e r a t o n Y o g y a k a r t a , dan dalam pengelolaannya tidak banyak
pemugaran yang d i l a k u k a n .
Halaman kompleks i n i berukuran 16 x 2 5 m
persegi membujur dengan arah barat-timur. D a r i
halaman i n i terdapat tangga t u r u n ke barat ke
sendang Seliran laki-laki. D i atas permukaan
tanahnya yang berundak-undak t u r u n tersebut
tidak ditemukan sebuah bangunanpun. R u a n g
pemandian Seliran laki-laki berukuran 13 x 2 1 m
persegi
membujur
dengan
arah utara-selatan.
Ruang-ruang m a n d i n y a terletak pada sisi barat memanjang dengan arah utara-selatan dan merupakan

bangunan baru. Pada k e l i r n y a yang terletak d i
luar tembok pemisah terdapat suatu sengkalan
memet yang sangat aus terbuat dari bahan batu
kapur (foto no. 4 ) . T e m p a t mandi sendang Seliran
putri berukuran 2 1 x 15 m persegi membujur
dengan arah barat-timur. Halaman sendang Seliran
putri i n i berundak pula ke arah barat. Pada
undak yang kedua (tengah) terdapat bangunan
k a y u yang terbuka semacam bangunan paseban.
D i sebelah barat terdapat kolam d i mana dipelihara
kura-kura putih yang dianggap keramat i t u . Ruang
pemandian terdapat pada sudut baratdaya dari
halaman i n i .
Pemugaran pada tempat mandi Seliran p u t r i
agak b a n y a k d i l a k u k a n , termasuk pula kolam
tempat kura-kura. Pada dinding yang menghadap
ke utara dan ke t i m u r terdapat pula sengkalan
memet. Sengkalan i n i telah diperbaharui dan
sekarang sangat aus, apakah sengkalan i t u reproduksi dari yang lama atau sengkalan hasil
pemugaran tidak diketahui dengan pasti.

2.

Situs K e d a t o n

Y a n g tersisa dari kompleks K e d a t o n Kotagede
ini hanyalah tembok kelilingnya saja. Menurut
keterangan penduduk setempat, m a k a m A s t a rengga yang sekarang adalah lokasi d i mana
K e d a t o n i t u d i d i r i k a n . Makam Astarengga i n i
terletak d i sebelah tenggara dari kompleks mesjid
dan m a k a m , dan dari masa yang lebih muda.
Bagian yang masih lengkap dari bangunan
benteng i n i sudah tidak ada lagi. Bagian yang
paling utuh (tinggi) adalah bagian sisi utara d i mana
terdapat lubang y a n g menurut tradisi dinamakan
Babahan Raden Rangga. Pada w a k t u R a d e n Rangga
lari dari K e r a t o n karena malu ia tidak melewati
p i n t u gerbang, tetapi menabrak benteng keraton
sehingga berlubang. Bagian benteng yang tersisa
setinggi kurang lebih 3.75 m, sedangkan tebal
t e m b o k n y a sekitar 2 m. Bahan bangunan yang
dipergunakan
u n t u k mendirikan benteng i n i
terdiri dari batu kapur yang dipotong sebesar
batu bata yang dipergunakan pada kompleks
mesjid dan m a k a m .
D a l a m survai i n i tidak berhasil ditemukan
sisi yang m e n u n j u k k a n adanya p i n t u gerbang
(gapura) pada benteng i n i . R u p a - r u p a n y a h a n y a
ada satu pintu saja pada sisi utara. Pada sisi yang

l a i n , bagian yang paling baik keadaannya h a n y a
tinggal setinggi 1.25 — 1.5 m saja pada sisi dalamn y a , sedangkan dari sisi l u a r n y a setinggi 3 — 3.5 m.
H a l i n i disebabkan permukaan tanah di sisi luar
benteng cenderung lebih rendah dari permukaan
d i sebelah dalamnya.
D i luar benteng pada sisi t i m u r , selatan dan
barat nyata sekali adanya bekas parit pertahanan
atau y a n g disebut jagang. Jagang i n i sekarang
sebagian digunakan sebagai tanah persawahan
penduduk.
Dari
tinggi-rendahnya
permukaan
tanah, jagang i n i diperkirakan selebar 30 — 40 m
dengan kedalaman antara 1 — 2 m. Pada sisi
utara tidak jelas adanya jagang i n i , karena
permukaan tanahnya tidak m e n u n j u k k a n ke arah
i t u . D i kampung Dalem terlihat adanya pemakaian
batu kapur bekas bahan bangunan benteng oleh
penduduk
sebagai perumahan mereka. Mereka
melakukan h a l i n i karena mereka tidak tahu
adanya peraturan pengamanan benda purbakala
yang dimuat dalam Monumenten
Ordonansi.
D i tengah area benteng atau kampung Dalem
ini terdapat dua pohon beringin yang konon
berasal dari masa Panembahan Senopati dan
dianggap keramat sampai sekarang. D i bawah
pohon i n i terdapat bangunan cungkup yang baru
d i mana d i dalamnya tersimpan :
1.

Watu gilang; menurut penuturan penduduk
setempat batu i n i merupakan bekas singgasana
dari Panembahan
Senopati.
Batu
tersebut berupa batu andesit y a n g berbentuk
persegi panjang dengan u k u r a n : 1 4 0 . 5 cm x
119 c m x 12.5 c m .
Pada sisi sebelah t i m u r ada bagian yang pecah
yang sudah sangat aus, menurut tradisi
bagian i n i adalah bekas benturan dengan
kepala K i Ageng Mangir pada w a k t u K i
Ageng
Mangir
datang
menghadap dan
d i h u k u m mati oleh Panembahan Senopati.
Pada permukaan atas batu i n i terdapat
coretan huruf-huruf L a t i n yang dituliskan
dalam bahasa L a t i n , Belanda, Perancis dan
Italia.

2.

Watu gateng; semula berjumlah 4 buah
k i n i tinggal 3 buah saja. K e t i g a n y a adalah
batu kalsit yang bulat penuh ( w e l l rounded)
karena proses alam. K e t i g a batu tersebut
berwarna kuning dan diletakkan d i atas
7

semacam lapik dari batu andesit y a n g sangat
mirip dengan lapik patung klasik (foto no. 5 ) .
L a p i k tersebut berukuran 67 x 82 cm dengan
tinggi 5 1 cm. Ketiga batu gateng tersebut
tidak sama u k u r a n n y a , karena memang
tidak ada bekas pengerjaan manusia. Y a n g
pertama m e m p u n y a i diameter 3 1 c m , kedua
28 cm, ketiga 15 cm.
Menurut cerita w a t u gateng i n i adalah mainan
dari Panembahan Senopati.
3.

T e m p a y a n b a t u ; tempayan batu i n i terbuat
dari
batu
andesit, penampangnya
oval
dengan tinggi 50 cm, dan diameter 57 cm.
Fungsi dari tempayan batu i n i kurang jelas.
Ketiga macam benda i n i seperti h a l n y a
dengan
p o h o n beringin dianggap sangat
keramat, terutama w a t u gilang.

3.

Situs B a l u w a r t i

Menurut keterangan penduduk
setempat
pada beberapa tahun yang lalu d i sudut timurlaut R K Kembang Basen masih terdapat susunan
batu kapur sisa dari bangunan baluwarti/tembok
k o t a Kotagede. D a l a m survai i n i sisa tersebut
sudah tidak ditemukan lagi. D i atas tanah d i
mana d u l u batu-batu tersebut terdapat sekarang
telah berdiri sebuah bangunan S D Inpres. Tinggi
rendahnya permukaan tanah pada sebelah utara
dan timur dari w i l a y a h i n i memang menunjukk a n suatu alur yang memanjang yang mungkin
bekas jagang dari baluwarti i n i .
D i sudut
tanah sekitar
kurang lebih
dipergunakan
B.

timurlaut selisih tinggi permukaan
2.5 m. L e b a r alur bekas jagang i n i
30 m. Sekarang tanah i t u telah
sebagai tanah pertanian penduduk.

KECAMATAN

PLERED

Secara geografis kecamatan Plered i n i terletak
pada daerah aliran sungai Opak yang setiap kali
melimpahkan material dari gunung Merapi ke
aliran
hilirnya.
Wilayah Plered i n i
daerah
merupakan dataran yang landai ke arah selatan
dengan sudut yang sangat k e c i l , beberapa bagian
dari
wilayahnya
dapat
dimasukkan
dalam
rangkaian b u k i t patahan yang membentang d i
seberang t i m u r dari sungai Opak. Wilayah i n i
tidak padat penduduknya dan sebagian besar
8

penduduknya
hidup
dari bidang
pertanian.
Pertanian d i daerah i n i sangat baik karena d i
samping t a n a h n y a yang datar, irigasi yang baik
sistemnya, juga karena air tanah yang tidak
dalam sehingga debit air u n t u k pertanian c u k u p
melimpah. D i samping tanaman padi dan palawija
yang
merupakan
tanaman
baku
penduduk,
beberapa bagian dari tanah pertaniannya sering
disewakan u n t u k ditanami tebu oleh pabrik gula
Madukismo.
Sasaran survai d i w i l a y a h i n i meliputi
1.
2.
3.
4.
5.

:

Situs K e d a t o n K e r t o
Situs K e d a t o n Plered
Situs benteng K e d a t o n Plered
Situs mesjid K a u m a n Plered
Situs m a k a m R a t u Malang

H a m p i r semua dari situs-situs kepurbakalaan
y a n g terdapat d i w i l a y a h Plered i n i terletak d i
atas tanah m i l i k penduduk, h a n y a sebagian kecil
saja y a n g terdapat di atas tanah kas desa.
1.

Situs K e d a t o n K e r t o

Kepurbakalaan dari situs kedaton K e r t o i n i
terletak d i atas tanah m i l i k penduduk bernama
Pak D u l Manap dan m B o k *> Sirat. T a n a h i n i tidak
dikerjakan dengan baik. D i antara tanaman kelapa
ditanami pohonan garut/ganyong,
ketela dan
lain-lain, tanpa dipelihara sehingga mirip dengan
kebun kosong saja. T a n a h seluas 50 x 60 m persegi
ini lebih tinggi dari daerah sekitarnya dengan
selisih sekitar 1 — 1.5 m . Sekeliling dari petak
tanah i n i telah merupakan tanah pekarangan
dengan rumah-rumah penduduk d i atasnya.
Semula d i atas tanah i n i terdapat tiga buah
umpak b a t u * * ) , sekarang tinggal dua umpak saja.
U m p a k yang pertama (umpak A ) telah dipindahkan
ke mesjid Saka Tunggal T a m a n sari — Y o g y a k a r t a .
U m p a k pertama i n i semula terletak di tanah
m i l i k m B o k Sirat, sedangkan umpak yang kedua
dan ketiga terletak d i atas tanah m i l i k Pak D u l
Manap. U m p a k dari kedaton K e r t o i n i berbentuk
limas terpancung, pada keempat sisinya dipahatkan
daun yang distilir dengan sederhana. B e n t u k dan
pola umpak semacam i t u sampai sekarang masih
banyak dijumpai d i istana Sultan atau pangeran*)

mBok (Jawa) = Ibu.

**)

C F . D J A W A X 1934 -

umpak A B C

pangeran dengan u k u r a n yang lebih k e c i l . Pada
bagian atasnya terdapat lubang u n t u k meletakkan
tiang k a y u n y a . P e r m u k a a n n y a berukuran : 70 x 70
cm, bagian alasnya 85 x 85 cm dengan tinggi
67 cm. Semula umpak yang pertama terletak
d i sebelah barat dari umpak kedua, umpak y a n g
ketiga d i sebelah selatan dari umpak kedua pada
jarak 19.70 m dengan orientasi utara - selatan.
Menurut keterangan penduduk yang tinggal
di sebelah utara dari situs i n i y a i t u Pak Samsuri,
pernah ditemukan sebuah jalur susunan batu-batu
andesit y a n g berbentuk persegi. Batu-batu tersebut
sampai sekarang sebagian masih terpendam kurang
lebih 40 cm d i bawah permukaan jalan desa di
sebelah utara dari petak tanah i n i . Sebagian dari
batu-batunya telah diambil penduduk. Jalur i n i
membujur dengan arah barat-timur pada j a r a k
± 47 m dari umpak B . D a r i contoh-contoh yang
telah tergali, batu-batu yang tersusun berukuran
24 x 4 0 x 70 c m . B i l a semula susunan i n i terdiri
dari dua deret b a t u , j a d i tebal susunan batu
tersebut sekitar 80 c m .
Pada tanah pekarangan penduduk d i sebelah
t i m u r dari petak situs i n i pernah pula ditemukan
susunan batu kapur. D a r i keterangan Pak H u m m a n
pemilik tanah i n i susunan batu putih tersebut
membujur dengan arah utara-selatan pada j a r a k
30 m dari umpak kedua ( B ) , pada kedalaman
7 5 c m dari permukaan tanah setempat. L u a s n y a
susunan batu kapur tersebut tidak jelas. Sebagian
batu-batu yang tergali telah dipergunakan sebagai
lantai. U k u r a n batu kapur tidak sama, c o n t o h
yang diambil dan terbesar berukuran 4 5 x 26 x 8
c m . D i atas permukaan petak tanah situs kedaton
K e r t o i n i tidak ditemukan batu bata lagi.

2.

Situs Kedaton Plered

Pada situs kedaton Plered i n i dapat dikatakan
tidak ada lagi kekunaan yang tersisa. D i tengah
desa Kedaton ditemukan suatu susunan batu bata
y a n g menurut keterangan penduduk merupakan
sisa dari bangsal manis keraton Plered. Susunan
batu bata i n i sampai sekarang dianggap keramat
oleh penduduk sebagai makam gajah putih m i l i k
raja, demikian pula dengan pohon beringin yang
tumbuh pada sudut susunan batu bata i n i .
Masih termasuk dalam lingkungan keraton
i n i terdapat sebuah bangunan batu bata yang

telah dipugar oleh penduduk ( j u r u - k u n c i ) setempat
y a i t u bangunan sumur yang dikenal dengan nama
sumur G u m u l i n g . Menurut cerita,
bangunan
sumur i n i adalah tempat memandikan pusakapusaka keraton. Bangunan sumur i n i berupa sumur
yang biasa dengan diameter 1 m dan dikelilingi
pagar ( t e m b o k ) batu bata seluas 2 x 2 m persegi.
Sumur i n i diperkuat dengan susunan batu bata
pada lubangnya. B a t u bata pada sumur dan pada
tembok kelilingnya berukuran 33 x 17 x 6 c m
dan dipasang tanpa spesi.
3.

Benteng Kedaton Plered

Sisa benteng kedaton Plered sisi t i m u r
ditemukan d i desa Manayu sisi selatan d i desa
Pungkuran dan sisi barat di desa K e d a t o n , sisa
benteng sisi utara tidak jelas lagi. D a r i sisa
benteng kedaton Plered i n i tidak dapat ditemuk a n suatu susunan batu bata lagi. Pada situs i n i
telah diadakan penggalian liar yang besar-besaran
dan terkoordinir
terhadap
batu bata bahan
bangunan benteng. Batu-batu bata yang tergali
ini selanjutnya d i t u m b u k dan dijual sebagai semen
merah. Penggalian telah berlangsung l a m a dan
nyaris menghabiskan benteng kedaton Plered
samasekali. Bagian yang masih tersisa adalah
benteng sisi selatan yang mana sebagian berada
d i bawah permukaan jalan desa. Penggalian sepanjang benteng i n i sampai selebar 20 — 25 m dan
sampai kedalaman 3.5 m dari permukaan tanah
setempat.
Pada w a k t u penggalian batu bata benteng
sisi selatan d i w i l a y a h desa Pungkuran ditemukan
dua buah jaladwara dari batu andesit. Sekarang
kedua batu tersebut ditempatkan d i halaman S D
setempat dan telah dalam keadaan aus. Jaladwara
tersebut berbentuk kepala ular dengan mahkotan y a yang berciri khas Islam (foto no. 9 ) . D a r i
contoh yang paling lengkap jaladwara tersebut
berukuran : panjang 112 c m , lebar 27 c m , tinggi
59 c m . Pemakaian batu andesit selain pada jaladw a r a terlihat pula pada bagian sudut-sudut dari
bangunan benteng, seperti terlihat pada sudut
baratdaya.

4.

Situs mesjid K a u m a n Plered

Situs mesjid K a u m a n Plered i n i terletak d i
atas tanah kebun m i l i k K e t u a D u k u h K a u m a n .
9

(gambar no. 4 ) .
Sekarang d i atas tanah i n i ditanami pohon
cengkeh d i samping pohon kelapa yang telah
lama t u m b u h . D i sebelah selatan situs i n i terdapat
pula kuburan yang nisan-nisannya dari masa yang
lebih kemudian. Bagian dari bangunan mesjid
yang masih tersisa h a n y a sisi utara dan bagian
dari
ruang pengimaman
saja. Dinding dari
bangunan mesjid i n i terbuat dari batu kapur
setebal 110 cm (foto no. 7 ) . Bagian yang tersisa
y a n g paling u t u h setinggi 7 5 cm pada bagian
dalam atau setinggi ± 2 5 0 c m pada bagian luar.
Ketinggian permukaan tanah area mesjid i n i
lebih tinggi d a r i daerah sekitarnya. Batu-batu
kapur y a n g dipergunakan tidak banyak berbeda
u k u r a n n y a dengan batu bata yang ditemuk a n d i sekitar situs tersebut. U k u r a n batu kapur
yang diambil sebagai contoh : 38 x 24 x 7 c m ,
sedangkan u k u r a n batu bata : 32 x 2 0 x 7 cm.
Pemakaian batu bata pada bangunan mesjid i n i
tidak jelas, karena tidak ada batu bata yang
d i t e m u k a n in situ.
U k u r a n bangunan mesjid i n i kurang lebih
persegi dengan sisinya sepanjang 40 x 4 0 m.
Pada bagian barat bagian pengimaman yang tersisa
tidak diketahui seberapa jauh menonjol ke luar
dari dindingnya. Bagian pengimaman i n i tebal
t e m b o k n y a h a n y a 7 0 cm saja dan panjang sisi
baratnya 2 8 0 cm, dengan tebal 100 cm (foto
no. 6 ) . Pada pertengahan sisi utara terdapat tangga
t u r u n yang menuju ke luar yang terbuat dari batu
andesit. K a r e n a bagian sisinya tidak lengkap,
tidak dapat lagi direkonstruksi lebar tanggga
tersebut. Meskipun tidak jelas, menurut keterangan penduduk pada situs i n i pernah ditemukan
susunan batu kapur. D a r i adanya sisa-sisa susunan
batu kapur yang terlihat di antara akar tunjang
pohon randu alas yang tumbuh d i sebelah selatan
dari mesjid i n i , rupa-rupanya masih ada lagi
kelanjutan dinding barat mesjid ke selatan.
Di
sebelah timur dari bangunan mesjid
ini
masih
dapat
ditemukan bangunan
bak
air dan sumur y a n g lama y a n g terbuat dari
batu kapur pula. Bagian lain dari bangunan mesjid
y a n g ditemukan dalam situs mesjid i n i adalah
sejumlah u m p a k batu y a n g terbuat dari batu
andesit sebanyak
14 buah. D a r i keterangan
penduduk d i samping j u m l a h i t u masih ada umpak
10

lagi yang sekarang masih terpendam dalam tanah,
d i samping dua buah umpak yang sekarang
ditempatkan d i mesjid Saka Tunggal di T a m a n s a r i
Y o g y a k a r t a . Umpak-umpak i n i m e m p u n y a i bentuk
yang sama dan u k u r a n n y a tidak berbeda j a u h .
U m p a k dari mesjid K a u m a n Plered i n i penampang
horisontalnya berbentuk bulat dengan contoh
diameter maksimum 8 5 c m , diameter m i n i m u m
57 c m . Penampang tegaknya berbentuk oval,
tingginya 4 9 c m (foto no. 8 ) .
D i samping umpak yang berbentuk bulat
oval i t u , ditemukan pula umpak yang berbentuk
limas terpancung seperti umpak dari kedaton
K e r t o , dalam u k u r a n yang lebih kecil. K a r e n a
umpak yang berbentuk seperti i n i h a n y a ada
satu saja, a p a k a h umpak i n i berasal dari situs
mesjid
agak diragukan. Pada permukaannya
umpak-umpak tersebut berlubang persegi guna
menempatkan k a y u tiang.
D i sebelah utara dan barat dari situs mesjid
ini terdapat kuburan lama. D a l a m kompleks
m a k a m i t u terdapat antara lain m a k a m Kanjeng
R a t u L a b u h a n y a i t u isteri dari Sultan Pajang.
M a k a m R a t u L a b u h a n i n i sudah dipugar dalam
arti telah diberi cungkup dan nisannya telah
diganti dengan nisan baru. D i sebelah utara
mesjid masih terdapat beberapa m a k a m k u n o
dengan nisan lama d i samping m a k a m baru atau
m a k a m lama yang telah diperbaharui.

bata dari situs yang sejaman. Pada situs i n i terdapat
dua unit bangunan y a i t u : unit bangunan m a k a m
dan unit bangunan sendang
(gambar n o . 5 ) .
T i d a k ditemukan sisa yang m e n u n j u k k a n adanya
bangunan beratap pada situs i n i .
U n i t pertama yang merupakan bangunan
m a k a m terdiri dari tiga bagian, y a i t u : bagian
depan, bagian m a k a m dan bagian m a k a m utama.
Bagian depan adalah bangunan yang berukuran
18.70 m x 32 m persegi dan membujur dengan
arah barat-timur. Bangunan tembok yang tebalnya
1.25 m i n i tidak diketahui lagi berapa tingginya
semula. Sekarang pada bagian yang paling u t u h
tinggi tembok i n i tinggal 1 m saja.
Pada bangunan depan i n i terdapat tiga buah
p i n t u yang d u l u selebar 1.90 m. P i n t u pertama
adalah p i n t u masuk yang terdapat pada t e m b o k
sisi barat, p i n t u kedua adalah p i n t u masuk ke
bangunan m a k a m pada sisi utara, pada sisi t i m u r
terdapat p i n t u ke luar menuju ke U n i t bangunan
sendang. Pada bangunan depan tidak ditemukan
sisa bangunan yang l a i n . P i n t u masuk ke bangunan
m a k a m i n i tidak m e n u n j u k k a n adanya bekas
gapura, adanya pemasangan daun p i n t u terlihat
pada ambang bawah yang terbuat dari batu andesit
dan berlubang sebagai engselnya.

B u k i t d i mana terletak m a k a m R a t u Malang
ini dapat dimasukkan dalam rangkaian pegunungan
G u n u n g K i d u l . Batuan dasar dari b u k i t i n i berupa
batuan endapan breksi vulkanis dan batuan pasir.
T a n a m a n d i atasnya merupakan hasil program
penghijauan pada bukit yang semula gundul y a i t u
berupa tanaman pohon sanakeling. Pada beberapa
tempat yang masih mengandung tanah lapukan
dari erosi dikerjakan oleh penduduk sebagai tanah
tegalan. Ketinggian b u k i t i n i + 99 D P A L .

Bangunan bagian m a k a m m e m p u n y a i denah
huruf
L , karena disesuaikan dengan
tinggi
rendahnya permukaan tanah, kedua ujungnya
ke arah utara dan barat. Bangunan m a k a m i n i
berukuran 32 x 3 5 m persegi membujur dengan
arah utara-selatan. Bagian bangunan yang paling
u t u h setinggi 3 2 5 c m . Tinggi tembok tidak sama,
karena disesuaikan dengan permukaan t a n a h n y a
yang berbukit-bukit i n i . Pada bangunan m a k a m
ini m a k a m yang terutama adalah m a k a m yang
menurut cerita adalah m a k a m K i Panjang Mas,
y a i t u dalang keraton yang pertama, dan suami
dari R a t u Malang yang diambil selir oleh
Amangkurat Agung ( I ) . Nisan dari m a k a m K i
Dalang Panjang Mas i n i sudah diperbaharui.

Pada bagian
kaki
bukit i n i tidak dit e m u k a n bekas-bekas adanya tangga naik, bekas
tangga i n i baru ditemukan pada bagian atas d i
sebelah baratdaya dari kompleks i n i . Bahan bangunan yang dipergunakan pada bangunan m a k a m
ini adalah batu kapur yang dipotong dalam
u k u r a n yang kurang lebih sama dengan batu

D i dalam bangunan m a k a m i n i terdapat
bangunan
susunan batu kapur keliling yang
merupakan bagian utama dalam situs i n i y a i t u
bangunan m a k a m R a t u Malang. L e t a k bangunan
utama i n i tidak tepat pada tengah bangunan
m a k a m , melainkan agak ke sudut t i m u r laut
dan berdiri sendiri (foto no. 1 0 ) . Bangunan i n i

5.

Situs Makam R a t u Malang

berukuran 8,5 x 1 1 m persegi dan membujur
dengan arah utara-selatan dengan p i n t u n y a pada
sisi selatan selebar 157 c m . Pada bangunan m a k a m
utama i n i ada 8 buah m a k a m dan kebanyakan
telah diperbaiki ataupun dipugar. D i tengah-tengah
dari bangunan utama i n i terdapat m a k a m R a t u
Malang yang batu nisannya berukuran lebih besar
dari batu nisan yang lain dan terbuat dari batu
andesit. Ambang p i n t u bawah dibuat dari batu
tanpa lubang engsel. D a r i bagian yang paling
u t u h tinggi tembok bangunan u t a m a i n i 2 m
dengan tebal t e m b o k n y a 58 cm saja.
U n i t bangunan sendang terletak d i sebelah
timurlaut dari u n i t pertama dengan jarak antar
sudutnya 25.5 m. Bangunan i n i berukuran :
24.5 x 20.5 m persegi dan membujur dengan arah
barat-timur. Pada p i n t u n y a yang terdapat pada
sisi selatan tidak ada tanda adanya bangunan
gapura. Pada ambang bawah y a n g terbuat dari
batu andesit terdapat
lubang u n t u k
engsel
p i n t u n y a . Lebar p i n t u masuk i n i 135 c m . Bagian
yang paling utuh dari bangunan i n i tingginya
3 m pada bagian l u a r n y a dengan tebal tembok
2 1 0 cm.
Y a n g dimaksud dengan sendang ialah sebuah
kolam y a n g berukuran 3.5 x 5 m yang menampung
air hujan pada musim hujan saja. D i depan
bangunan i n i sebenarnya masih ada lagi sebuah
kolam yang berukuran 6 x 6 m persegi, air dalam
kolam i n i merupakan air hujan y a n g ditadahnya.
Pada sudut tenggara dari bangunan sendang M o y o
terdapat sebuah balok batu andesit yang dikenal
penduduk sebagai k o t a k w a y a n g dari dalang
Panjang Mas. Balok batu i n i berukuran 170 x
55 x 49 c m , pada kedua ujungnya m e m p u n y a i
tonjolan yang berfungsi sebagai pasak. Mungkin
balok batu i n i adalah bagian dari ambang p i n t u
bagian atas dari salah satu bangunan dalam
kompleks i n i . U n i t sendang M o y o i n i keletakannya
lebih tinggi dari u n i t m a k a m .
C.

KECAMATAN

KARTOSURO

Kartosuro dalam perkembangannya sekarang
merupakan semacam daerah pinggiran (satelit)
dari k o t a Surakarta, meskipun secara administratif
masih d i luar dari w i l a y a h kotamadya i n i .
Keramaian Kartosuro berpusat d i sekitar jalan
negara dan pertigaannya yang menghubungkan
11

kota Surakarta — Y o g y a k a r t a — Semarang. Situs
kepurbakalaan dari Mataram i n i terletak d i luar
dari pusat keramaian k o t a K a r t o s u r o , agak ke
sebelah selatan ke daerah pinggiran yang lebih
sepi dan lebih banyak penduduknya yang hidup
dari pertanian.
D a r i situs kepurbakalaan di Kartosuro y a n g
sempat diteliti dalam survai tahap i n i hanyalah
tembok keliling halaman keraton dan benteng
keraton Kartosuro saja (gambar no. 6 ) . Situssitus yang lain tidak sempat diteliti karena
sempitnya w a k t u pelaksanaan. T e m b o k keliling
halaman keraton i n i dapat d i k a t a k a n masih dalam
keadaan sangat u t u h . Halaman keraton berukuran
114 x 1 1 8 m persegi membujur dengan arah baratt i m u r , pada bagian b a r a t , sisi selatan dan utara
agak menggeser ke utara sampai 5 m. T e m b o k
keliling i n i dibuat dari batu bata dan dalam
pemasangannya
tidak
mempergunakan
spesi.
B a t u bata yang dipergunakan rata-rata berukuran
33 x 18 x 6 c m . Bangunan tembok yang tebalnya
2 m dan setinggi 3.5 — 4 m i n i mempunyai dua
p i n t u pada sisi utara dan selatan dala