KEDALAMAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ANGGOTA DENGAN PEMIMPIN BIARA DAN KEDALAMAN MODELING ANGGOTA TERHADAP PEMIMPIN BIARA

  

KEDALAMAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

ANTARA ANGGOTA DENGAN PEMIMPIN BIARA DAN

KEDALAMAN MODELING ANGGOTA

TERHADAP PEMIMPIN BIARA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Program Studi Psikologi

Oleh:

Swastika Adi Wibowo

  

NIM : 029114099

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2007

  Motto Non Mea sed Tan tum Volun tas Tua (bukan kehendakku, tetapi hanya kehendak-Mulah yang terjadi) Semua yang terjadi dalam diriku, serba tak pernah kuduga.

  Apa yang kuminta... Engkau tak penuhinya. Tapi... apa yang tak kuharap dan tak kuminta, Engkau limpahkan semuanya.

  

Rahasia Kecil Kebahagiaan

Kebahagiaan datan g kepada m ereka

yan g m em berikan cin tan ya secara bebas yan g tidak m em in ta oran g lain

m en cin tai m ereka terlebih dahulu

Berm urah hatilah seperti m en tari yan g m em an carkan sin arn ya tan pa terlebih dahulu bertan ya apakah oran g-oran g patut m en erim a kehan gatan n ya

  . J . Don ald Walters

  

Skripsi dengan Judul

KEDALAMAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

ANTARA ANGGOTA DENGAN PEMIMPIN BIARA DAN

KEDALAMAN MODELING ANGGOTA

TERHADAP PEMIMPIN BIARA

  

Saya  persembahkan kepada

:  

 

  

 

My Beloved, Jesus Christ

Bapak, H ardoy o

Ibu, Christiana Sri W ahy uni

  

Kakak Pertam aku, Ignatius Yudho Adi R iy aw an

Kakak Keduaku, Antonius Yanuar Adhi Prasety o

Serta tem an -tem an ku yan g sedan g m en apaki jalan

pan ggilan Tuhan , Para Frater Tk VI

di Sem in ari Tin ggi St. Paulus Ken tun gan

  

Semoga gagasan sederhana yang didapat dari penelitian ini

bermanfaat untuk pengolahan hidup

bagi mereka yang memilih hidup secara khusus

dan bagi kehendak Tuhan yang luar biasa.

  

 

 

 

Tuhan......Mohon

   berkat bagi mereka semua 

 

  

ABSTRAK

Swastika Adi Wibowo (2007). Kedalaman Komunikasi Interpersonal Anggota

dengan Pemimpin Biara dan Kedalaman Modeling Anggota Terhadap

Pemimpin Biara. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi

antara kedalaman komunikasi interpersonal anggota dengan pemimpin biara dan

kedalaman modeling anggota terhadap pemimpin biara. Hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah ada korelasi positif antara kedalaman komunikasi

interpersonal anggota dan pemimpin biara dengan kedalaman modeling anggota

terhadap pemimpin biara

  Subyek dalam penelitian ini berjumlah 66 orang, yakni para novis yang

berasal dari berbagai komunitas novisiat di daerah Yogyakarta. Metode

pengambilan data dilakukan melalui skala sikap yang dibagikan kepada para

subyek. Model skala yang dipakai adalah Interval Tampak Setara. Sebelum

penelitian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian reliabilitas atas skala

yang hendak dipakai penelitian. Pengujian tersebut menghasilkan bahwa kedua

skala tersebut memiliki reliabilitas skala sebesar 0,7977 untuk skala kedalaman

komunikasi interpersonal dan sebesar 0,8309 untuk skala kedalaman modeling.

Berdasar dua hal itu, alat ukur penelitian dapat dikatakan reliabel.

  Data yang telah terkumpul dianalisis melalui teknik korelasi Product

Moment pearson . Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa antara kedalaman

komunikasi interpersonal antara anggota dengan pemimpin biara dan kedalaman

modeling anggota terhadap pemimpin biara memiliki korelasi positif dan

signifikan ( rxy = 0,359 ; p<0,01).

  

ABSTRACT

Swastika Adi Wibowo (2007). The Depth of Interpersonal Communication of

The Member with The Leader of Monastery and The Depth of Modeling of

The Member to The Leader of Monastery. Yogyakarta: Faculty of Psychology

of The Sanata Dharma University The objective of this research is to examine the existence of the correlation

between depth of interpersonal communication of the member with the leader of

monastery and depth of modeling of the member to the leader of monastery. The

assumption is that there is a positive correlation between depth of interpersonal

communication of the member with the leader of monastery and depth of

modeling of the member to the leader of monastery.

  The subjects were 66 novis from 9 novisiat communities around

Yogyakarta. Data was taken by attitude scale that given to the subjects. The

attitude scale model used was equal appearing interval. Before research was held,

researher examined the scale and gained that the scale have reliability 0,7977 for

the depth of interpersonal communication scale and 0,8309 for the depth of

modeling scale. From this, we could say that both of scales are reliabel.

  The data was analyzed by correlation Product Moment Pearson technique.

The result shown that between depth of interpersonal communication of the

member with the leader of monastery and depth of modeling of the member to the

leader of monastery have a positive and significant correlation (rxy = 0,359 ;

p<0,01).

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Allah Yang Baik karena berkat kasih-Nya yang

begitu besar, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Tanpa

bimbingan-Nya, tentulah skripsi ini tidak akan tersusun dengan baik.

  Skripsi ini disusun selama lebih dari satu tahun, dan selama itu pula penulis

mengalami berbagai dinamika yang tentunya sangat berharga. Semua tantangan

dan hambatan itu sudah dilalui dan kini tiba saatnya bagi peneliti untuk

mempertanggungjawabkannya. Meskipun demikian, peneliti menyadari berbagai

kekurangan yang masih ada dalam skripsi ini, oleh karenanya berbagai masukan

sangat diharapkan untuk menjadikannya semakin baik dan sempurna.

  Untuk semuanya itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah memberikan waktu, informasi, dan dukungan hingga

selesainya penyusunan skripsi ini, secara khusus kepada:

  

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi kesempatan dalam penyusunan skripsi ini

  

2. Bapak Dr. A. Supratiknya selaku pembimbing skripsi, yang dengan teliti

memeriksa dan senantiasa memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini

  

3. Bapak Y Agung Santoso, S. Psi dan Ibu Nimas Eki Suprawati, S.Psi, Psi

selaku dosen pembimbing akademik dan atas berbagai ide yang saya terima lewat diskusi kami

  

4. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi, M.Si dan Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi,

M.Si yang telah memberikan masukan saat presentasi dan proses revisi.

  

5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi USD Yogyakarta; Ibu MB.

  Rohaniwati, Mas Gandung Widiyantoro, Mas P. Mujiono, Mas Doni, dan

Bpk Giyono yang dengan setia senantiasa melayani kami para mahasiswa

  

6. Para Suster magistra di Novisiat CB, ADM, KFS, SFD, PPYK, dan OP;

Bruder magister di Novisiat CSA dan MTB; dan Romo magister di Novisiat

OMI yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan pengambilan data.

  

7. Para suster, bruder, dan frater novis di berbagai komunitas novisiat di

Yogyakarta yang telah mengisi skala penelitian

  8. Sr. Hedwig, CB yang telah memberikan dukungan dan meminjamkan buku- bukunya, memberi banyak informasi, dan memberi kebaikan yang sudah saya terima selama ini.

  

9. Bapak dan Ibu di rumah serta kedua kakakku, yang berada di Semarang dan

Solo, yang senantiasa memberiku semangat untuk menyelesaikan skripsi ini

  

10. Dewi, seorang teman dan sekaligus sahabat terbaikku yang senantiasa

berbagi hati baik dalam suka maupun duka.

  

11. Buat keluarga besar P2TKP; Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si, Bapak

Ant. Soesilastanto, Ibu Yuliana Pratiwi, dan Mbak Ertina Kusumawati yang

senantiasa memberikan dukungan, serta semua temen-temen asisten P2TKP

yang pernah berjuang bersama; Tyo, Deasy, Nita, Etik, Kobo, Desta, Lisna,

Katrin, Elvin, Ina, Tita, Puthe, Otik, Abe, dan Obeth

  

12. Kedua sahabat kecilku yang setia, Chinghe dan Fanny, kehadiranmu

senantiasa membuatku bahagia dan tertawa

  

13. Temen-temen Kost Wism@Em.Com; Arfi, Aji, Ardi, Dimas, Nofan, Nug,

Yuki, dulu ada Bertus dan Dita, Kang Heri, kalian semua berkat bagiku

14. Temen-teman di Geng Banyak: Tyas, Elen, Wedha, Barjo, Arba, Desta, Lisna, dan Dedy.

  

15. Para Frater Tingkat VI di Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarta

yang senantiasa mengunjungi dan memberikan semangat kepada saya

  

16. Serta semua dosen, karyawan, dan teman-teman mahasiswa Fakultas

Psikologi USD yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu namun yang senantiasa menyemangati saya dalam tugas ini Akhirnya, saya sampaikan salam bangga kepada semua yang pernah

memperkaya hidup saya. Karena merekalah, saya dapat menjadi pribadi yang

semakin bertumbuh dari hari ke hari. Tuhan, mohon berkat bagi mereka semua.

  Yogyakarta,

  14 September 2007 Hormat saya, Swastika Adi Wibowo

  

DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................iii

MOTTO .................................................................................................................iv

PERSEMBAHAN ...................................................................................................v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................vi

ABSTRAK …...................................................................................................... vii

ABSTRACT ....................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR BAGAN ..............................................................................................xvi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xviii

  

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 10

A. Tingkat Kedalaman Komunikasi Interpersonal ....................................... 10

  

1. Komunikasi Interpersonal ................................................................. 10

  a. Pengertian Komunikasi Interpersonal ......................................... 10

  b. Motif Komunikasi Interpersonal ................................................ 12

  c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Komunikasi Interpersonal ... 13

  2. Tingkat Kedalaman Komunikasi Interpersonal ................................. 16

  a. Pengertian Kedalaman Komunikasi Interpersonal ...................... 16

  b. Taraf/ Tingkat Kedalaman Komunikasi Interpersonal ................ 17

  

B. Kedalaman Modeling .............................................................................. 20

  1. Pengertian Modeling ......................................................................... 20

  2. Kedalaman Modeling ......................................................................... 23

  

3. Tahapan-tahapan dalam Modeling .................................................... 28

  4. Karakteristik Model yang Mempengaruhi Terjadinya Modeling ..... 30

  

C. Biara ........................................................................................................ 32

  

1. Pengertian Biara ................................................................................ 32

  2. Pemimpin dan Anggota:Peran sebagai Pendamping dan Yang Didampingi dalam Proses Formatio .................................................. 34

  3. Komunikasi: Elemen penting dalam Proses Pendampingan Anggota Biara .................................................................................................. 37

  4. Modeling Melalui komunikasi Interpersonal Yang Mendalam Di Komunitas Biara ................................................................................ 40

D. Korelasi Antara Kedalaman Komunikasi Interpersonal dan Kedalaman

  

Modeling dalam Komunitas Biara ........................................................... 42

  

E. Hipotesis .................................................................................................. 45

  

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 46

A. Jenis Penelitian: Penelitian Korelasional ................................................. 46 B. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................ 47

  1. Variabel Bebas ................................................................................... 48

  2. Variabel Tergantung .......................................................................... 48

  C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................. 48

  1. Kedalaman Komunikasi Interpersonal .............................................. 48

  2. Kedalaman Modeling ......................................................................... 51

  D. Subyek Penelitian ..................................................................................... 53

  E. Metode dan Alat Pengumpul Data ........................................................... 54

  1. Pengembangan Alat Ukur Penelitian.................................................. 54

  a. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 54

  b. Alat Pengumpul Data ................................................................... 54

  c. Langkah-langkah Penyusunan Skala ............................................ 55

  2. Reliabilitas Alat Ukur ........................................................................ 67

  F. Metode Pengambilan Sampel ................................................................... 68

  G. Analisis Data ............................................................................................ 69

  

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 70

A. Orientasi Kancah Penelitian ..................................................................... 70 B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................. 72 C. Hasil Uji Asumsi ...................................................................................... 73

  1. Uji Normalitas .................................................................................... 73

  2. Uji Linearitas ...................................................................................... 74

  D. Hasil Penelitian ........................................................................................ 74

  1. Deskripsi Data Penelitian ................................................................... 74

  2. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 76

  E. Pembahasan .............................................................................................. 78

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 84

A. Kesimpulan ...............................................................................................84 B. Saran ......................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 87

LAMPIRAN ......................................................................................................... 91

  

DAFTAR BAGAN

  

1. Bagan 1: Bagan munculnya perilaku modeling dalam komunitas biara ........ 45

  

DAFTAR TABEL

  

1. Tabel 1: Blue Print Skala Kedalaman Komunikasi Interpersonal ................. 58

  

2. Tabel 2: Blue Print Skala Kedalaman Modeling ............................................ 59

  3. Tabel 3: Nilai Skala dan Distribusi Skala Uji Coba Kedalaman Komunikasi Interpersonal ................................................................................................... 61

  4. Tabel 4: Nilai Skala dan Distribusi Skala Uji Coba Kedalaman Modeling ......................................................................................................................... 63

  

5. Tabel 5: Sebaran aitem Skala Penelitian Kedalaman Komunikasi Interpersonal

........................................................................................................................ 65

  

6. Tabel 6: Sebaran aitem Skala Penelitian Kedalaman Modeling .................... 66

  

7. Tabel 7: Jadwal Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 72

  

8. Tabel 8: Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................ 75

  

9. Tabel 9: Hasil Uji Korelasi ............................................................................ 77

  10. Tabel 10: Hasil sumbangan efektif variabel kedalaman komuniaksi interpersonal.................................................................................................... 78

  DAFTAR LAMPIRAN

  

1. Skala untuk uji coba ( yang dinilai kelompok panel ) ........................ 91

  

2. Hasil penilaian semua anggota kelompok panel (uji coba) .............. 105

  3. Penilaian kelompok panel (uji coba) setelah diurutkan dari derajat terkecil .............................................................................................. 111

  

4. Hasil penilaian kelompok panel (uji coba) yang dianggap lolos untuk

dianalisis ............................................................................................117

  

5. Tabel deskripsi masing-masing aitem hasil penilaian seluruh kelompok

panel ..................................................................................................123

  6. Tabel Nilai Skala (S), Penyebaran (Q), dan daftar aitem yang dipilih untuk penelitian ................................................................................ 162

  7. Reliabilitas sebelum dan sesudah pemilihan aitem untuk penelitian ...........................................................................................................164

  

8. Skala penelitian (skala final) ............................................................ 172

  

9. Data hasil penelitian masing-masing responden .............................. 176

  

10. Skor sikap variabel penelitian .......................................................... 184

  

11. Deskripsi empiris dan teoretis hasil penelitian ................................ 186

  

12. Tabel hasil uji normalitas ................................................................ 187

  

13. Tabel hasil uji linearitas .................................................................. 188

  

14. Tabel hasil uji korelasi product moment pearson ............................ 191

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, banyak ditemukan berbagai macam kelompok

  

sosial. Pada setiap kelompok sosial tersebut, setiap individu yang menjadi anggota

di dalamnya memiliki peran yang berbeda satu dengan yang lain. Mereka saling

berinteraksi satu dengan yang lain guna memperkaya kehidupan mereka. Menurut

Sherif dan Sherif (dalam Ahmadi, 1991), kelompok dimengerti sebagai suatu unit

sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi

sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga di antara individu itu sudah

terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma tertentu yang khas bagi

kelompok itu. Hidup bersama dalam kelompok-kelompok sosial seperti ini

memiliki bentuk yang bermacam-macam.

  Salah satu bentuk kehidupan berkelompok yang ada di tengah-tengah kita

ialah biara. Biara dapat disebut kelompok sosial karena memiliki beberapa

karakteristik seperti yang diungkapkan oleh Sherif dan Sherif; memiliki anggota

yang lebih dari satu individu, ada interaksi anggota yang intensif, ada struktur,

pembagian tugas, dan tata hidup bersama sebagai norma kelompoknya.

Komunitas biara adalah komunitas dimana para anggotanya, yakni biarawan atau

biarawati, secara khusus menghayati cara hidup kristiani untuk menjawab

panggilan Tuhan. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Salim dan Salim, 1991)

mendefinisikan biara sebagai tempat tinggal para pertapa atau bangunan tempat

  

tinggal orang laki-laki atau perempuan yang mengkhususkan diri terhadap

pelaksanaan ajaran Injil di bawah pimpinan seorang ketua menurut aturan

tarikatnya.

  Seperti halnya kelompok masyarakat yang lain, setiap anggota di dalam

biara mengalami dinamika berkomunikasi dengan anggota lain. Melalui

komunikasi mereka dapat saling bertukar pemikiran, saling berbagi pengalaman,

dan saling mendukung satu dengan yang lain dalam hal panggilan mereka. Semua

itu adalah bentuk komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah

sebuah bentuk dari komunikasi manusia yang terjadi ketika kita berinteraksi

secara simultan dengan orang lain dan menguntungkan satu dengan yang lain

(Beebee, dkk,1996). Komunikasi semacam itu akan sangat membantu

perkembangan intelektual dan sosial seseorang (Johnson dalam Supratiknya,

1995). Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibat dalam

komunikasi dapat saling memberi inspirasi, semangat, dan dorongan untuk

mengubah pemikiran, perasaan, dan sikap yang sesuai dengan topik yang dibahas

bersama (Hardjana. 2003).

  Di dalam komunitas biara, terdapat istilah formatio atau pembinaan.

Pembinaan dalam konteks kehidupan biara ini secara sederhana dapat diartikan

sebagai usaha pendampingan bagi para anggota dalam biara. Pembinaan memiliki

tujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk membatinkan nilai-nilai

panggilan (internalisasi) dan mewujudkannya dalam kesaksian hidup yang efektif

(Prasetyo,1992). Pembinaan ini tidak lain adalah untuk membantu para biarawan-

biarawati agar mereka memiliki sifat atau karakter tertentu sehingga mereka

  

memiliki kualitas pribadi yang baik sesuai harapan ordo atau kongregasi bagi

pelayanannya kelak.

  Dalam komunitas biara, terdapat satu orang pemimpin. Peran pemimpin

sangatlah penting karena harus mampu mengusahakan supaya kelompok yang

dipimpinnya dapat merealisasikan tujuannya dengan sebaik-baiknya dalam kerja

sama yang produktif dan dalam keadaan-keadaan bagaimana pun yang dihadapi

kelompoknya (Gerungan, 1980). Misalnya saja, seorang pemimpin dalam sebuah

biara harus mampu memberi inspirasi bagi anggotanya (Darminto, 2005).

  

Demikian juga dalam sebuah kelompok yang disebut biara, peranan pemimpin

cukup penting karena dari dialah muncul berbagai kebijakan pembinaan yang

akan mengatur segala dinamika kehidupan biara agar benar-benar mengarahkan

para anggotanya untuk dapat membangun karakter kepribadiannya ke arah yang

lebih baik menurut spiritualitas ordo atau kongregasinya.

  Dalam melaksanakan tugas pendampingannya, pemimpin biara melakukan

komunikasi dengan para anggotanya. Komunikasi tersebut memiliki taraf

kedalaman yang berbeda, ada yang mendalam ada pula yang dangkal, meskipun

semua anggotanya tentu diharapkan mampu komunikasi secara mendalam. Bagi

pihak anggota biara, dengan komunikasi yang mendalam ia akan lebih mudah

untuk mengungkapkan segala yang dialaminya, baik uneg-uneg, kesedihan,

kegembiaraan, dan berbagai pengalaman lain tanpa ragu kepercayaannya disia-

siakan. Dengan keterbukaan semacam itu, anggota biara akan mendapatkan

masukan dari pemimpinnya untuk pengolahan panggilannya. Dari pihak

pemimpin biara, komunikasi yang mendalam dengan anggota memiliki peran yang cukup penting karena dapat menjadi jalan untuk menanamkan nilai-nilai keutamaan bagi para anggotanya. Lewat komunikasi ia dapat memberi kritik dan

masukan kepada para anggotanya, misalnya saat ia memberikan bimbingan

rohani, saat mendengarkan curhat, mendengarkan permasalahan, dan lain

sebagainya. Dengan mendengar pengalaman hidup anggotanya secara mendalam, pemimpin biara dapat mengetahui perkembangan panggilan anggotanya itu. Dari sini, pemimpin biara dapat menentukan langkah-langkah apa selanjutnya demi perkembangan panggilan anggotanya.

  Pemimpin biara senantiasa mengajak para anggotanya untuk terus menerus memperkembangkan hidup rohani mereka agar para anggota biara, secara bahasa rohani, makin bertemu dengan Kristus dan Roh Kudus sendiri (Darminto, 2005). Memang benar bahwa setiap pribadi anggota biara memiliki haknya sendiri untuk berkembang secara unik. Dengan berbagai karakter kepribadian masing-masing, mereka akan mencoba menjawab panggilan Tuhan itu dengan cara-cara mereka

yang berbeda satu dengan yang lain. Keragaman ini juga ditegaskan oleh

Darminto (2005) yang mengungkapkan bahwa seorang pemimpin yang

memimpin bahkan memerintah dalam situasi-situasi tertentu tetap

memperhitungkan dan menghormati pribadi anggota-anggotanya. Ini

memperlihatkan keharusan akan adanya pengenalan dan kesediaan

memperhitungkan ide-ide, perasaan, kualitas, dan sifat-sifat positif yang ada

dalam diri para anggotanya. Hal ini menunjukkan makna bahwa pemimpin biara juga turut bertanggung jawab terhadap kemajuan kepribadian mereka.

  Pada proses pembinaan, pemimpin biara melakukan pendampingan kepada

para biarawan-biarawati yang menjadi tanggung jawabnya sehingga kelak mereka

akan dapat memenuhi kebutuhan tarekatnya. Proses belajar yang dilakukan oleh

para anggota biara tentu akan berbeda satu dengan yang lainnya. Modeling adalah

salah satu cara yang dapat dipakai seseorang, termasuk anggota biara, dalam

proses belajar itu. Dalam ilmu psikologi, peranan faktor imitasi (salah satu bentuk

modeling ) sebagai salah satu bentuk belajar tidaklah kecil karena seringkali orang

mempelajari sikap dan perilaku sosial dengan meniru sikap dan perilaku yang

menjadi model (Sears, dkk, 1999), seperti halnya pada anak yang mengimitasi

perilaku orang tuanya sejak ia belajar menirukan bahasa hingga mengikuti

perilaku orang tuanya (Ahmadi, 1991).

  Dalam konteks kehidupan biara, modeling dapat terjadi pada para anggota

terhadap pemimpinnya. Ada yang melakukan modeling secara dangkal saja,

misalnya meniru cara berbicara atau dalam berperilaku namun ada pula yang

mendalam dengan menginternalisasi nilai-nilai keutamaan yang diajarkan dari

pemimpinnya. Dengan modeling, anggota biara dilatih untuk hidup sesuai harapan

ordo atau kongregasinya. Namun demikian, modeling yang diharapkan terjadi

tidak hanya pada hal-hal lahiriah, melainkan juga pada nilai-nilai keutamaan yang

ditawarkan pemimpinnya. Usaha menanamkan nilai-nilai spiritualitas, keutamaan,

atau teladan yang diberian oleh pemimpinnya ke dalam diri mereka adalah bentuk

yang mendalam. Berbagai nilai yang dipelajarinya itu akan modeling

digunakannya sebagai roh dalam mengolah panggilan sehingga tercapai cita-

citanya, hidup sesuai spiritualitas ordo atau kongregasi untuk semakin dekat

  

dengan Tuhan. Inilah yang menjadikan modeling yang mendalam memiliki peran

penting bagi para anggota biara dalam proses formatio.

  Modeling dalam suatu biara memiliki karakteristik kedalaman yang

berbeda-beda pula meski semua anggota diharapkan dapat melakukan modeling

yang mendalam. Perbedaan ini dapat disebabkan karena bermacam-macam faktor,

misalnya persepsi terhadap pemimpinnya itu. Pemimpin yang dihormati banyak

orang, lebih diminati dijadikan model (Hergenhahn dan Olson, 1997).

  

Kemungkinan lain misalnya anggota biara lebih mengidolakan seorang pemimpin

yang berwibawa dari pada yang kurang memiliki wibawa, atau karena yang lebih

akrab dengan anggota, yang lebih mengerti dan menerima anggota apa adanya,

atau yang lebih nyaman saat diajak membicarakan sesuatu.

  Ada beberapa karakteristik model spesifik yang dapat dijadikan

pertimbangan seperti kompeten, menarik, disukai, dan berwibawa (Chance, 1979).

  

Dalam biara, pemimpin yang dijadikan model tentunya memiliki beberapa

karakterstik tertentu yang dianggal ‘bernilai’, termasuk bagaimana ia membangun

komunikasi interpersonal dengan setiap anggota biara, untuk dijadikan model bagi

anggotanya. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Krech, Crutchfield,

dan Ballachey (dalam Ahmadi, 1991) mengenai fungsi pemimpin. Menurut

mereka, salah satu fungsi “pemimpin adalah sebagai contoh atau teladan”.

  

Pemahaman ini menjelaskan bahwa pemimpin akan menjadi contoh bagi

anggotanya dalam bersikap. “Teladan menggambarkan bagaimana seseorang

terpengaruh oleh apa yang dilihat dari apa yang dilakukan oleh orang lain”

(Meadow,1989).

  Dalam konteks komunitas biara, pemimpin biara memiliki pengaruh yang

besar bagi perkembangan kepribadian anggotanya sebab dialah yang menentukan

arah pengolahan kehidupan mereka, salah satunya lewat teladan yang dia berikan.

“Pemimpin adalah orang yang memiliki pengaruh paling besar terhadap perilaku

dan kepercayaan kelompok” (Sears, dkk, 2004). Oleh karena itu peran pemimpin

biara sangatlah penting mengingat pemimpin biara diandaikan tahu lebih banyak

dan diharapkan dapat mendampingi para anggotanya, supaya bersama sama dapat

mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, kepemimpinan yang baik mestinya

menampakkan model pemimpin yang berbuah baik, pemimpin yang melayani dan

dan pemimpin yang sungguh-sungguh mencerminkan nilai injili (Triyono, 2005).

Pemimpin biara adalah figur yang dapat menjadi teladan atau panutan bagi para

anggotanya. Oleh karenanya, kita bisa melihat pentingya peranan modeling dalam

biara. Apabila pemimpin bisa memberikan contoh yang baik, tentu anggota juga

akan mempelajari sesuatu yang baik pula.

  Dengan pemahaman bahwa komunikasi interpersonal yang mendalam

punya peran penting dalam proses formatio, karena dapat menjadi sarana untuk

menggali perkembangan panggilan anggotanya sekaligus dapat menawarkan

berbagai nilai-nilai keutamaan, sehingga para anggota biara nantinya dapat

melakukan modeling sebagai salah satu cara belajar dalam mengolah

panggilannya, penelitian ini ingin mengetahui apakah kedalaman komunikasi

interpersonal yang ada antara pemimpin biara memiliki korelasi dengan

kedalaman modeling para anggota biara terhadap pemimpinnya. Penelitian ini

mengasumsikan adanya korelasi positif antara kedalaman komunikasi

  

interpersonal dengan kedalaman modeling para biarawan-biarawati terhadap

pemimpin di biaranya.

B. Rumusan Masalah

  Dari uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah yaitu “apakah ada

korelasi positif antara kedalaman komunikasi interpersonal antara anggota dan

pemimpin biara dengan kedalaman modeling anggota terhadap pemimpin biara”.

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara

kedalaman komunikasi interpersonal antara anggota dan pemimpin biara dengan

kedalaman modeling anggota biara terhadap pemimpin biara di komunitasnya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

  a. Penelitian ini dapat menyumbangkan pemikiran baru bagi kajian psikologi sosial khususnya mengenai hubungan antar pribadi b. Penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian-penelitian berikutnya yang menyangkut kedalaman komunikasi interpersonal dan kedalaman modeling

2. Manfaat Praktis bagi Para Pemimpin Komunitas Biara

  a. Para pemimpin komunitas biara dapat mempelajari hubungan antara kedalaman komunikasi interpersonal dengan kedalaman modeling para anggotanya

  b. Para pemimpin komunitas biara juga dapat mengevaluasi dan merefleksikan seberapa mendalam komunikasi mereka dengan para anggotanya sehingga dapat dibangun berbagai usaha yang lebih baik sebagai sarana dalam melakukan pendampingan

c. Para pemimpin novisiat juga dapat melihat sejauh mana perilaku

  modeling para anggotanya sebagai salah satu dinamika dalam proses formatio

3. Manfaat Praktis bagi Para Biarawan-Biarawati anggota komunitas

  a. Para anggota komunitas biara dapat mempelajari hubungan antara kedalaman komunikasi interpersonal dengan kedalaman modeling terhadap pemimpinnya

  b. Para anggota komunitas biara dapat mempelajari salah satu variabel

yang berperan dalam kehidupan mereka akan perilaku modeling

c. Sebagai sarana merefleksikan seberapa mendalam komunikasi mereka dengan para pemimpin biara di komunitasnya sehingga dapat dibangun berbagai usaha yang lebih baik, khususnya sikap dalam berkomunikasi dengan pemimpinnya, demi perkembangan panggilan mereka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kedalaman Komunikasi Interpersonal

1. Komunikasi Interpersonal a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

  Komunikasi adalah salah satu proses penting yang terjadi dalam kehidupan

manusia karena lewat komunikasi setiap individu dapat saling memberikan dan

menerima berbagai macam informasi yang nantinya berguna bagi kehidupan

mereka. Komunikasi merupakan suatu proses dimana individu-individu

membagikan informasi, ide-ide, dan perasaan-perasaan (Hybels dan Weaver,

2004). Berbagai informasi, baik ide maupun perasaan tersebut, selanjutnya akan

diolah dan disampaikan kepada orang lain dan diharapkan orang itu akan mengerti

isi pesan yang disampaikan tersebut (Hardjana, 2003). Komunikasi terjadi saat

seseorang mencoba memberitahu orang lain tentang apa yang dia pikirkan,

rasakan, dan percayai (Tjosvold dan Tjosvold, 1995). Dengan demikian, dalam

sebuah komunikasi terdapat suatu transfer (perpindahan) dan pemahaman akan

suatu pengertian tertentu (DeCenzo dan Silhanek, 2002).

  

Salah satu bentuk komunikasi ialah komunikasi interpersonal atau komunikasi

antar pribadi. Hardjana (2003) menyebutkan bahwa komunikasi interpersonal

adalah komunikasi yang terjadi antara satu pengirim dengan satu orang penerima

pesan. Artinya adalah bahwa komunikasi interpersonal hanya terjadi di antara dua

orang dan tidak lebih. Dalam komunikasi ini, satu orang berperan sebagai

  

pembicara dan seorang lagi sebagai pendengar dimana mereka akan saling

bertukar peran secara bergantian. Namun, pendapat agak berbeda dikemukakan

Hybels dan Weaver (2004) yang menyatakan bahwa komunikasi interpersonal

adalah komunikasi dengan satu orang atau lebih. Definisi lain yang lebih

menekankan pentingnya kehadiran individu yang hadir dalam komunikasi itu

diungkapkan oleh DeCenzo dan Silhanek (2002). Menurut mereka, komunikasi

interpersonal adalah berbagai interaksi yang ada antara dua orang atau lebih

dimana masing-masing pihak yang terlibat diperlakukan sebagai pribadi (Jawa:

nguwongke ) daripada hanya suatu benda atau obyek saja. Maksudnya,

penghargaan terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi interpersonal

sangat dijunjung tinggi sebab mereka adalah pribadi yang perlu untuk dimengerti

dan dihormati dengan segala keunikannya.

  Komunikasi interpersonal sangat banyak terjadi dalam kehidupan kita,

misalnya pada saat seseorang melakukan curhat dengan teman atau sahabat

dekatnya, saat bimbingan rohani, atau antara orang tua yang sedang mendidik

anaknya, saat seorang melakukan pengakuan dosa (salah satu bentuk ajaran yang

terdapat di dalam Gereja Katolik), saat klien berkonsultasi dengan konselor,

proses belajar mengajar di sekolah atau kampus, saat saling bertegur sapa, dan

sebagainya. Dari berbagai uraian tersebut, penelitian ini menyimpulkan bahwa

komunikasi interpersonal terjadi saat dua orang atau lebih saling menyampaikan

berbagai informasi satu dengan yang lain atas berbagai informasi yang mereka

miliki.