BAB II IMPLEMENTASI KURIKULUM PONDOK PESANTREN - IMPLEMENTASI KURIKULUM MADRASAH ALIYAH DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH AL-HIKMAH KECAPI TAHUNAN JEPARA - UNISNU Repository

BAB II IMPLEMENTASI KURIKULUM PONDOK PESANTREN A. Pengertian Implementasi Impelentasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

  rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap benar.

  Berikut ini pengertian implentasi menurut para pakar, Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.

  Nurdin Usman mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut: Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk

  1 mencapai tujuan kegiatan.

  Guntur Setiawan menyatakan bahwa Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang

  2 efektif.

  Hanifah Harsono juga mengartikan Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke

1 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada 2004), hlm. 70.

  dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan

  3 suatu program.

  Majone dan Wildavsky mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin Adapun Schubert mengemukakan bahwa implementasi adalah sistem

  4 rekayasa.

  Dalam kenyataannya, implementasi kurikulum menurut Fullan merupakan proses untuk melaksanakan ide, program atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan. Dalam konteks implementasi kurikulum pendekatan-pendekatan yang telah dikemukakan di atas memberikan tekanan pada proses. Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut. Masing-masing pendekatan itu mencerminkan tingkat pelaksanaan yang berbeda. Dalam kaitannya dengan pendekatan yang dimaksud, Nurdin dan Usman menjelaskan bahwa :

  Pendekatan pertama, menggambarkan implementasi itu dilakukan sebelum penyebaran (desiminasi) kurikulum desain. Kata proses dalam pendekatan ini adalah aktivitas yang berkaitan dengan penjelasan tujuan 3 Hanifah Harsono, Implementasi Kebijakan dan Politik, (Bandung:PT. Mutiara Sumber Widya.2002 ), .hlm. 67. program, mendeskripsikan sumber-sumber baru dan mendemosntrasikan

  5 metode pengajaran yang di gunakan.

  Pendekatan kedua, menurut Nurdin dan Usman menekankan pada fase penyempurnaan. Kata proses dalam pendekatan ini lebih menekankan pada interaksi antara pengembang dan guru (praktisi pendidikan). Pengembang melakukan pemeriksaan pada program baru yang direncanakan, sumber- sumber baru, dan memasukan isi/materi baru ke program yang sudah ada berdasarkan hasil uji coba di lapangan dan pengalaman-pengalaman guru.

  Interaksi antara pengembang dan guru terjadi dalam rangka penyempurnaan program, pengembang mengadakan lokakarya atau diskusi-diskusi dengan guru-guru untuk memperoleh masukan. Implementasi dianggap selesai manakala proses penyempurnaan program baru dipandang sudah lengkap.

  Pendekatan ketiga, Nurdin dan Usman. memandang implementasi sebagai bagian dari program kurikulum. Proses implementasi dilakukan dengan mengikuti perkembangan dan mengadopsi program-program yang sudah direncanakan dan sudah diorganisasikan dalam bentuk kurikulum desain (dokumentasi).

  Mengimplementasikan kurikulum Artinya melaksanakan kurikulum yang telah dirancang didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya. Kalau di ibaratkan dengan sebuah rancangan bangunan yang dibuat oleh seorang Insinyur bangunan tentang rancangan sebuah rumah pada kertas kalkirnya maka impelemntasi yang dilakukan oleh para tukang adalah rancangan yang telah dibuat dan sangat tidak mungkin atau mustahil akan melenceng atau tidak sesuai dengan rancangan, apabila yang dilakukan oleh para tukang tidak sama dengan hasil rancangan akan terjadi masalah besar dengan bangunan yang telah di buat karena rancangan adalah sebuah proses yang panjang, rumit, sulit dan telah sempurna dari sisi perancang dan rancangan itu. Maka implementasi kurikulum juga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang telah direncanakan dalam kurikulumnya untuk dijalankan dengan segenap hati dan keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah di rancang maka terjadilah kesia-sian antara rancangan dengan implementasi.

  Rancangan kurikulum dan impelemntasi kurikulum adalah sebuah sistem dan membentuk sebuah garis lurus dalam hubungannya (konsep linieritas) dalam arti impementasi mencerminkan rancangan, maka sangat penting sekali pemahaman guru serta aktor lapangan lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar sebagai inti kurikulum untuk memahami perancangan

  6 kuirkulum dengan baik dan benar.

  Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu kurikulum.

B. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

  Istilah kurikulum (curriculum), yang pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga, berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu). Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus

  7 ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish.

  Kemudian istilah Kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni

  Curriculae artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada

  waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu buktibahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir

  8 dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.

7 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 1.

  Kemudian pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk

  9 memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.

  Di Indonesia istilah kurikulum boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah “rencana pelajaran” pada hakikatnya kurikulum sama sama artinya dengan

  10 rencana pelajaran.

  Pengertian kurikulum seperti disebutkan di atas dianggap memiliki pengertian yang sempit atau sederhana. Jika kita mempelajari literatur tentang kurikulum, maka akan ditemukan banyak pengertian kurikulum yang luas dan beragam. Kurikulum tidak terbatas hanya pada sejumlah mata pelajaran saja, tetapi mencakup semua pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya.

  Menurut Doll Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mengemukakan kurikulum adalah Seluruh pengalaman yang di tawarkan

  11

  peserta didik di bawah arahan dan bimbingan sekolah. Kurikulum sebagaimana yang di kemukakan oleh Sukmadinata memiliki beberapa 9 karaktreristik :

  Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Prenada Media Grup. 2008), hlm. 4. 10 S. Nasution, M.A, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara 2006),hlm 2.

  1. Kurikulum sebagai suatu subtensi yaitu sebuah rencana kegiatan belajar para siswa di sekolah, yang mencakup rumusan rumusan tujuan, bahan ajar, proses kegiatan pembelajaran, jadwal dan evaluasi.

  2. Kurikulum sebagai sebuah sistem yaitu kurikulum merupakan rangkaian konsep tentang berbagai pembelajaran yang masing masiang unit kegiatan memiliki keterkaitan.

  3. Kurikulum merupakan sebuah konsep yang dinamis yakni kurikulum merupakan konsep yang terbuka dengan berbagai gagasan

  12 perubahan.

  Menurut Saylor, Alexander dan Lewis, kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk memengaruhi siswa agar dapat belajar, baik dalam ruangan kelas maupun di luar kelas. Sedangkan menurut Harold B. Alberty memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities that

  13 are provided for the students by the school ).

  Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

  14 pendidikan tertentu.

  Kurikulum adalah suatu sistem yang mimiliki komponen komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain mengenai

12 Dede Rosyada, MA. Paradikma Pendidikan Demokratis (Jakarta: Kencana, 2004) hlm.

  26. komponen, tujuan, isi atau bahan ajar, setrategi atau metode,organisasi

  15 dan evaluasi.

  Kurikulum dapat diumpamakan sebagai organisme yang mempunyai bagian-bagian tertentu. Bagian tersebut dinamakan komponen-komponen kurikulum terdiri dari empat komponen yaitu

  16 tujuan, isi atau materi, proses atau penyampaian, media atau penilaian.

  Pengertian kurikulum dalam undang-undang Republik indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengandung unsur komponen kurikulum yang meliputi tujuan, isi, bahan pelajaran dan cara penyampaian.

  Kurikulum adalah progam pendidikan yang di sediakan oleh

  17

  lembaga pendidikan ( sekolah ) bagi siswa Kurikulum merupakan bagian dari proses pendidikan. Untuk menunjang proses pendidikan yang lebih baik, diperlukan adanya

  Implementasi kurikulum yang baik pula. Menurut mulyasa, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Implementasi kurikulum adalah perencanaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum dan penilaian terhadap

  18 pelaksanaan kurikulum.

  Nana Sudjana mengartikan kurikulum sebagai program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang diharapkan, yang 15 diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara

  Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013 ), hlm. 51 16 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 103. 17 Qemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara 2013), hln. 65. sistematis, diberikan kepada peserta didik di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan

  19 kompetensi sosial peserta didik.

  Ada dua hal yang tersirat dalam pengertian kurikulum di atas:

  pertama adalah program atau rencana, kedua adalah pengalaman belajar atau kegiatan nyata.

  Aspek yang pertama, yakni rencana atau program belajar yang dikenal dengan kurikulum petensial. Wujud nyata dari kurikulum potensial ini adalah buku kurikulum yang berisi tentang garis-garis besar program pembelajaran (silabus).

  Aspek yang kedua, yakni progam pengalaman belajar peserta didik yang dikenal dengan kurikulum actual.

  Namun pandangan yang sampai saat ini masih lazim dipakai dalam pengertian kurikulum di dunia pendidikan Indonesia, yakni sebagaimana yang tertera dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:

  “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

  20 pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” .

  Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus menerus sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan. Dengan 19 beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum, maka secara

  Nana Sudjana, Pembinaan dan pengembangan Kurikulum di Sekolah. Cet. III, teoritis kita agak sulit menentukan satu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Pada saat sekarang istilah kurikulum memiliki tujuh dimensi pengertian, satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan. Ketujuh dimensi kurikulum tersebut yaitu:

  1. Kurikulum sebagai program studi,

  2. Kurikulum sebagai konten,

  3. Kurikulum sebagai kegiatan berencana,

  4. Kurikulum sabagai hasil belajar,

  5. Kurikulum sebagai reproduksi kultural

  6. Kurikulum sebagai pengalaman belajar dan

  21 7. Kurikulum sebagai produksi.

  Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut : 1.Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran.

  Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata Pelajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisis materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya.

  2.Kurikulum sebagai rencana pembelajaran.

  Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.

  Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar- gambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu kurikulum.

  3.Kurikulum sebagai pengalaman belajar.

  Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini menyatakan sebagai berikut: Curriculum

  

is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and

experiences which pupils have under direction of the school, whether in

22 the classroom or not (Romine, 1945, hlm. 14).

  Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum.

  Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Undang-Undang No. 20 TH. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

  Dari berbagai macam pengertian kurikulum diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa kurikulum adalah: Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta evaluasi yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

  Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi.Kesesuaian yang meliputi dua hal, Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan,

  23 demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.

2.Komponen-Komponen Kurikulum

  Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia yang memiliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah tujuan, isi atau materi, metode organisasi kurikulum serta evaluasi.

  Komponen kurikulum terdiri dari empat komponen pengembangan kurikulum yaitu : a) . Tujuan komponen kurikulum

  Tujuan pendidikan nasional digali dari falsafah Pancasila dan dituangkan dalam UU Sisdiknas 2003 Pasal 3:

  “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab”.

24 Tujuan kurikulum pada tiap satuan pendidikan harus mengacu

  kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana di tetapkan dalam Undang Undang No 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional.

25 Kurikulum pada hakekatnya adalah alat untuk mencapai tujuan,

  maka tujuan kurikulum sebenarnya adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang akan ditanamkan pada diri peserta didik.

  Penjenjangan tujuan pendidikan dirumuskan dengan hierarki sebagai berikut:

  1. Tujuan pendidikan nasional;

  2. Kompetensi lintas kurikulum;

  3. Kompetensi lulusan;

  4. Kompetensi rumpun mata pelajaran;

  5. Kompetensi mata pelajaran;

  6. Kompetensi dasar mata pelajaran dan

  26 7. Indikator hasil belajar.

  b) .Komponen Isi atau bahan Ajar Komponen isi atau bahan ajar berkenaan dengan pengetahuan ilmiah dan jenis pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

  Dalam menentukan isi kurikulum baik yang berkenaan dengan tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Ada beberapa kriteria yang bisa digunakan dalam merancang isi kurikulum, yaitu: 1) Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa, artinya sejalan dengan tahap perkembangan anak

  2) Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat 3) Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang komprehensif, artinya mengandung aspek intelektual, moral, sosial, dan skills secara integral

  4) Isi kurikulum harus berisikan bahan pelajaran yang jelas, teori, prinsip, bukan hanya sekedar informasi yang teorinya masih samar- samar 5) Isi kurikulum harus dapat menunjang tujuan pendidikan.

  Isi kurikulum berupa program pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru dalam menghantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan.

  Jadi kurikulum tidak hanya berisikan pengetahuan ilmiah berupa daftar mata pelajaran semata tanpa memperhatikan pengalaman belajar yang bermakna, justru sebaliknya mata pelajaran itu hanyalah merupakan kemasan pengalaman belajar yang bermakna yang sangat dibutuhkan oleh anak didik dalam hidupnya.

  c) .Metode kurikulum Metode adalah cara yang di gunakan untuk menyampaikan materi pelajaran

  27 dalam upaya mencapai tujuan kurikulim.

  Strategi pembelajaran dalam melaksanaan suatu kurikulum adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Suatu strategi pembelajaran mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses

  28 pembelajaran.

  Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk

  1. Mata pelajaran terpisah pisah ( isolalated subjects )

  2. Mata ajaran – mata ajaran berkorelasi (correlated)

  3. Bidang studi

  4. Progam yang berpusat pada anak

  5. Core program

  29 6. Eclectic program.

  d) .Evaluasi kurikulum Evaluasi kurikulum ini yang dimaksud adalah menilai suatu kurikulum sebagai program pendidikan untuk mengetahui efisiensi, efektivitas, relevansi, dan produktivitas program dalam mencapai tujuan pendidikan. Sekolah ada karena dibutuhkan oleh masyarakat, oleh karena itu sekolah harus selalu mengacu pada kebutuhan masyarakat maka kurikulum harus ditinjau ulang dan dievaluasi dalam waktu tertentu.

  Di samping itu, evaluasi kurikulum dimaksudkan sebagai feedback terhadap tujuan, materi, metode dan sarana, dalam rangka mengembangkan kurikulum lebih lanjut. Kurikulum sebagai program pendidikan untuk anak didik dapat dinilai dari sudut sistem. Kurikulum sebagai sistem dapat diidentifikasi: 1) masukan (input) program,

  2) proses pelaksana program, 3) hasil/output/outcome program, dan

30

4) dampak dari program. Ringkasnya evaluasi kurikulum bertujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pendidikan dan strategi bagaimana program itu dilaksanakan.

29 Ibid . hlm 27

  

Gambar 1.1

  MASUKAN HASIL PELAKSANAAN PROGRAM PROGRAM PROGRAM

  (INPUT) (OUTPUT)

  BALIKAN Evaluasi terhadap input kurikulum mencakup evaluasi sumber daya yang dapat menunjang program pendidikan, seperti; dana, sarana, tenaga, konteks sosial,dan penilaian terhadap siswa sebelum menempuh program (pre tes).

  Evaluasi proses mencakup penilaian terhadap strategi pelaksanaan kurikulum, yang berkenaan dengan proses belajar mengajar, bimbingan dan penyuluhan,administrasi supervisi, sarana pengajaran, dan penilaian

  31 hasil belajar.

  Dalam melakukan penilaian, yang harus diperhatikan adalah:

  1. Sasaran penilaian Sasaran atau objek evaluasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor seimbang.

  Masing-masing bidang berdiri sejumlah aspek dan aspek tersebut hendaknya dapat diungkapkan melalui penilaian tersebut.Dengan demikian dapat diketahui tingkah laku mana yang sudah dikuasainya dan mana yang belum sebagai bahan perbaikan dan penyusunan program pengajaran selanjutnya.

  2. Alat penilaian Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif, yang meliputi tes dan non tes,sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang objektif. Demikian pula bentuk tes tidak hanya tes objektif tetapi juga tes essay, sedangkan jenis nontes digunakan untuk menilai aspek tingkah laku,seperti aspek minat dan sikap. Alat evaluasi non tes,antara lain: observasi, wawancara, study kasus dan rating scale (skala penilaian).

  Penilaian hasil belajar dalam KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat dilakukan antara lain:

  a) Penilaian kelas Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum

  32 dan ujian akhir.

  Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemampuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar,memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran dan penentuan kenaikan kelas.

  b) Tes kemampuan dasar Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (programremedial).Tes kemampuan dasar dilakukan padasetiap tahun akhir kelas tiga. c) Penilaian akhir satuan pendidikan Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar pesertadidik dalam satuan waktu tertentu.

  d) Benchmarking

  Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja

  yang sedang berjalan,proses dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan.Ukuran keunggulan dapat di tentukan di tingkat sekolah,daerah, atau nasional.Penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga peserta didik dapat mencapai satuan tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan usaha keuletannya.

  e) Penilaian program Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinu dan berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan

  33 masyarakat, dan kemajuan zaman.

  Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum pun akan terganggu pula. Komponen-komponen kurikulum dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

  

Tujuan

Evaluasi Isi

Metode

3.Pengembangan Kurikulum

  Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas, Menurut Sukmadinata, pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Selanjutnya beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro

  curriculum ).

  Pada sisi lainnya berkenaan dengan penjabaran kurikulum (GBPP) yang telah disusun oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan-persiapan mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru-guru di sekolah, seperti penyusunan rencana tahunan, caturwulan, satuan pelajaran, dan lain-lain

  34 (micro curriculum).

  Sedangkan Seller dan Miller, mengatakan bahwa proses pengembangan kurikulum merupakan bagian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus, rangkaian kegiatan itu digambarkan sebagai berikut:

  Orientasi Evaluasi P Pengembangan

  Implementasi Gambar 2

  Siklus Pengembangan Kurikulum Dari gambar siklus pengembangan kurikulum di atas, bahwa pengembangan kurikulum harus dimulai dari menentukan orientasi kurikulum, yakni kebijakan-kebijakan umum, misalnya arah tujuan dan pandangan pendidikan tentang hakekat belajar, anak didik, keberhasilan implementasi kurikulum dan lain sebagainya. Berdasarkan orientasi tersebut, selanjutnya dikembangkan kurikulum menjadi pedoman pembelajaran, kemudian diimplementasikan dalam proses pembelajaran dan dievaluasi. Hasil evaluasi itulah kemudian dijadikan bahan dalam menentukan orientasi, begitu seterusnya. Mengacu pada siklus pengembangan kurikulum di atas, maka tampak bahwa pengembangan kurikulum itu pada hakikatnya adalah pengembangan komponen-komponen yang membentuk sistem kurikulum itu sendiri serta pengembangan komponen pembelajaran sebagai implementasi kurikulum.

  Dengan demikian, maka pengembangan kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi kurikulum sebagai pedoman yang kemudian membentuk kurikulum tertulis (written curriculum atau document curriculum) dan sisi kurikulum sebagai implementasi (curriculum implementation) yang tidak lain adalah sistem pembelajaran.

  Proses pengembangan berbeda dengan dengan perubahan dan pembinaan kurikulum. Perubahan kurikulum adalah kegiatan atau proses yang disengaja manakala berdasarkan hasil evaluasi ada salah satu atau beberapa komponen yang harus diperbaiki atau diubah, sedangkan pembinaan adalah proses untuk mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang sedang dilaksanakan. Dengan demikian, pengembangan menunjuk pada proses merancang dan pembinaan adalah implementasi dari hasil pengembangan. Oleh sebab itu, pengembangan dan pembinaan kurikulum merupakan dua kegiatan yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan. Justru makna suatu kurikulum akan dapat dirasakan manakala diimplementasikan, dan hasil implementasi itu selanjutnya akan memberikan masukan untuk menyempurnaan rancangan. Inilah hakikat pengembangan kurikulum yang

  35 membentuk siklus.

1. Landasan Pengembangan Kurikulum

  Beragam pendapat para ahli tentang asas-asas atau landasan pengembangan kurikulum, menurut Nana Sudjana menyebutkan ada tiga landasan, yaitu landasan filosofis, landasan sosial budaya dan landasan

  36 psikologis.

  S. Nasution menyebutkan ada empat landasan, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, dan landasan

  37

  organisatoris. Nana Syaodih Sukmadinata menyebutkan ada empat landasan, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial

  38

  budaya dan landasan perkembangan ilmu teknologi . Sedangkan Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany menyebutkan empat landasan yaitu landasan agama, landasan falsafah, landasan psikologis, dan landasan

  39 sosiologis.

  Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa landasan pengembangan kurikulum ada empat, yaitu:

a. Landasan Agama

  Landasan agama ini muncul terutama dari pemikir pendidikan Islam, yang umumnya mempunyai pendirian bahwa segala sistem yang 36 ada dalam masyarakat, termasuk sistem pendidikan Islam, harus 37 Nana Sudjana, Pembinaan …, hlm. 3.

  S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Edisi Kedua, Cet. Kelima (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 14. 38 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), hlm. 58. 39 Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumya pada ajaran agama Islam. dalam Islam, sumber ajaran agama yang pokok adalah al-Qur’an dan as-Sunnah, dan sumber lainnya adalah ijtihad. Dari sumber-sumber inilah aspek-aspek atau unsure-unsur pendidikan dikembangkan, seperti

  40 rumusan tujuan pendidikan, materi dan strategi pelaksanaannya.

b. Landasan Filosofis

  Istilah filsafat berasal dari kata philein yang berarti cinta atau suka sekali sesuatu. Kata shopia berarti kebajikan atau kebijaksanaan.

  Dengan demikian jelas bahwa orang yang mempelajari filsafat

  41 diharapkan akan menjadi orang bijaksana dalam tingkah lakunya.

  Dasar falsafah, dasar ini memberi arah dan kompas tujuan pendidikan. Dengan dasar filosofis sehingga susunan kurikulum mengandung satu kebenaran terutama kebenaran dibidang nilai nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini dari suatu kebenaran. Hal tersebut karena satu kajian filsafat adalah sistem nilai, baik yang berkaitan dengan cara hidup dan kehidupan, norma norma yang muncul dari individu sekelompok masyarakat ataupun bangsa yang dilatarbelakangi pengaruh agama, adat istiadat dan konsep individu

  42 tentang pendidikan.

  40 41 Ibid. , hlm. 524.

  Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2002), hlm.12.

  c. Landasan Psikologis

  Dasar Psikologis, dasar ini mempertimbangkan tahapan psikis anak didik yang berkaitan dengan perkembangan jasmaniah, kematangan, bakat bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi, sosial, kebutuhan dan keinginan individu, minat dan kecakapan. Dasar psikologis terbagi kepada dua macam, yaitu: pertama psikologi belajar, hakikat anak itu dapat dididik, dibelajarkan dan diberikan sejumlah materi dan pengetahuan. Disamping itu hakikat anak dapat merubah sikapnya serta dapat menerima norma norma, dapat mempelajari keterampilan keterampilan berpijak dari kemampuan anak tersebut. Oleh karena itu bagaimana kurikulum memberikan peluang belajar bagi anak tersebut dan bagaimana proses belajar berlangsung, serta dalam keadaan bagaimana anak itu memberi hasil yang sebaik baiknya.

  Kedua psikologi anak, setiap anak mempunyai kepentingan yakni untuk mendapatkan situasi situasi belajar kepada anak anak untuk mengembangkan bakatnya. Oleh karena itu wajarlah bila anak merupakan faktor penentu dalam pembinaan kurikulum yang

  43 berlangsung selama proses belajar mengajar.

  d. Landasan Sosial Budaya

  Yang dimaksud dengan landasan sosial budaya adalah pentingnya aspek-aspek sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat dijadikan acuan dalam pengembangan kurikulum. Hal ini berangkat dari satu premis bahwa pendidikan lahir dari, oleh, dan untuk masyarakat dan budaya. Di sini ada hubungan timbal balik yang harmonis antara pendidikan, masyarakat dan budaya.

  Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, ada tiga sifat penting pendidikan dalam hubungannya dengan masyarakat. Pertama, pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai. Hal itu disebabkan karena pendidikan diarahkan pada pengembangan pribadi anak agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan diharapkan masyarakat. Karena tujuan pendidikan mengandung nilai, maka isi pendidikan harus memuat nilai. Kedua, pendidikan diarhkan pada kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan, tetapi menyiapkan anak untuk kehidupan dalam masyarakat. Generasi muda perlu mengenal dan memahami apa yang ada dalam masyarakat, memiliki kecakapan-kecakapan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat. Ketiga, pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung.

  Kehidupan masyarakat berpengaruh terhadap proses pendidikan, karena pendidikan sangat melekat dengan kehidupan masyarakat. Proses pendidikan merupakan bagian dari proses kehidupan masyarakat. Pelaksanaan pendidikan membutuhkan dukungan dari lingkungan masyarakat, penyediaan fasilitas, personalia, sistem sosial budaya,

  

44

politik, keamanan dan lain-lainnya.

  2. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

  Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru.

  Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.

  Dalam buku-buku yang membahas tentang pengembangan kurikulum disebutkan adanya sejumlah prinsip umum: yaitu prinsip berorientasi pada tujuan, relevansi, efektivitas, praktis atau efisiensi,

  45 fleksibilitas, dan kontinuitas, belajar seumur hidup, dan sinkronisasi.

  3. Pendekatan Pengembangan Kurikulum

  Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses 45 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum …, hlm. 150-152; Hendyat

  

Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Bina

Aksara, 1986), hlm. 48-53; Burhan Nurgiyantoro, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum: pengembangan kurikulum. Dilihat dari cakupan pengembangannya, ada empat pendekatan yang diterapkan dalam pengembangan kurikulum.

  a. Pendekatan Subyek Akademik

  Pendekatan ini merupakan pendekatan kurikulum yang berpusat pada pengetahuan yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu.

  Penekanannya diarahkan untuk pengembangan intelektual siswa. Kurikulum ini dikembangkan oleh para ahli mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Mereka menyusun materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa baik menyangkut data dan fakta, konsep maupun teori yang ada dalam setiap disiplin ilmu mereka masing- masing. Materi pembelajaran tentu saja disusun sesuai dengan tingkat

  46 perkembangan siswa.

  b. Pendekatan Humanistik

  Pendekatan humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide “mamanusiakan manusia”. Penciptaan konteks yang akan member peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar

  47 evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan humanistik.

  Konsep kurikulum yang humanistik ini memindahkan titik berat pendidikan dari bahan pelajaran kepada anak sebagai individu keseluruhan. Untuk itu diusahakan integrasi antara aspek afektif 46 (perasaan, sikap, nilai-nilai) dengan aspek kognitif (pengetahuan dan 47 Rusman, Manajemen …, hlm. 51 Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Teori Pendidikan Pelaku kemampuan intelektual), sehingga apa yang dipelajari mempunyai makna pribadi bagi anak. Maka karena itu, lebih banyak diberi kesempatan kepada anak untuk memilih dari berbagai alternatif sesuai dengan maknanya bagi kehidupannya dengan bertanggung jawab atas pilihannya

  48 itu.

c. Pendekatan Kurikulum Rekonstruksi Sosial Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional.

  Aliran pendidikan tersebut berpijak pada asumsi bahwa pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, dan kerja sama. Kerja sama atau inetraksi bukan hanya terjadi antara peserta didik dengan pendidik, tetapi juga antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan orang-orang di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerja sama ini peserta didik berusaha memecahkan problem-problem yang dihadapi dalam

  49 masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.

4. Model-Model Pengembangan Kurikulum

  Model-model pengembangan kurikulum merupakan bagian integral dalam studi pengembangan kurikulum, bahkan sering dianggap bagian yang lebih penting dibandingkan dengan dimensi lain, karena hasil akhir dari proses pengembangan kurikulum adalah kurikulum yang siap dan layak pakai.

48 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum. Cet. Keenam (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 21.

  Kegiatan pengembangan kurikulum perlu ditempuh melalui langkah- langkah tertentu secara sistematis sehingga dapat dihasilkan kurikulum yang baik. Oleh karenanya kegiatan pengembangan kurikulum memerlukan suatu model yang dapat dijadikan landasan teoritis untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dalam pengembangan kurikulum, model merupakan ulasan teoritis

  50

  tentang proses pengembangan kurikulum. Dengan perkataan lain, model pengembangan kurikulum merupakan teori-teori tentang langkah-langkah pengembangan kurikulum.

  Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, menjelaskan bahwa “Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikannya serta pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan system pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut, serta model konsep pendidikan mana yang digunakan”.

  Ada banyak model pengembangan kurikulum yang telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan khususnya bidang kurikulum.

  Dalam uraian berikut akan dikemukakan di antara model-model tersebut yang dianggap cukup berpengaruh pada praktek penyusunan kurikulum dewasa ini.

  Banyak model dalam pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan dalam pelaksanaannya. Namun ada hal yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menerapkan model pengembangan kurikulum yang mungkin dapat diterapkan. Hal tersebut adalah penerapan model model tersebut sebaiknya didasarkan pada faktor faktor yang konstan sehingga ulasan ulasan tentang model model yang dibahas dapat terungkapkan secara konsisten. Model model pengembangan kurikulum antara lain model pengembangan kurikulum menurut Robet S. Zails, yaitu:

  1) Model Administrative (line-staff) Model

  Model ini dikenal dengan adanya garis staf atau model dari atas ke bawah. Kerjanya model ini adalah pejabat pendidikan membentuk panitia pengarah yang biasanya terdiri atas pengawas pendidikan, kepala sekolah dan staf pengajar inti. Panitia pengarah ini bertugas merencanakan memberikan pengarahan tentang garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah dan tujuan umum pendidikan. Selesai pekerjaan tersebut mereka menunjuk kelompok kelompok kerja sesuai dengan keperluan anggota. Kelompok kerja umumnya terdiri atas staf pengajar dan spesialis kurikulum. Tugasnya adalah menyusun tujuan khusus, isi dan kegiatan belajar. Hasil pekerjaan direvisi oleh panitia pengarah. Bila dipandang perlu dan meskipun hal ini jarang terjadi, akan diadakan uji

  51 coba untuk meneliti kelayakan pelaksanaannya.

  2) The Grass Roots Model.

  Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru atau sekolah. Model ini akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan yang bersifat grass roots ini seorang guru, sekelompok guru, atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum.

  Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan sutu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi atau seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum. Apabila kondisinya telah memungkinkan baik dilihat dari kemampuan guru, fasilitas, biaya maupun bahan kepustakaan, pengembangan kurikulum model grass roots akan lebih baik. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana dan penyempurna dari pengajaran kelas. Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots mungkin hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk bidang studi sejenis pada sekolah lain, atau

  52 keseluruhan bidang studi pada sekolah atau daerah lain .

4.Evaluasi Kurikulum

  Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penelitian kebijaksanaan pendidikan pada umumnya maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil hasil evalusai kurikulum dapat dipergunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.

  Evaluasi kurikulum sukar dirumuskan secara tegas. Hal ini

  

53

  disebabkan oleh beberapa faktor: a.Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus berubah. b.Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah ubah sesuai dengan konsep kurikulum yang digunakan. c.Evaluasi kurikulum merupakan sautu usaha yang dilakukan oleh manusia yang sifatnya juga berubah.