ANALISIS HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI PIUTANG MURA<BAH{AH
ANALISIS HUKUM EKONOMI SYARIAH
TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI
PIUTANG MURA<BAH{AH
(Studi tentang Putusan Pengadilan Agama Purbalingga
Nomor:1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg)
S K R I P S I
Oleh:
KIKI FIRZIANTI PUTRI
NIM 210214084
Pembimbing:
IZA HANIFUDDIN, Ph.D.
NIP 196906241998031002
JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2018
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi atas nama saudara: Nama : Kiki Firzianti Putri NIM : 210214084 Jurusan : Muamalah Judul : Analisis Hukum Ekonomi Syariah terhadap Penyelesaian
Sengketa Wanprestasi Piutang Mura>bah}ah (Studi Putusan Pengadilan Agama Purbalingga Nomor:1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg) telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam ujian muna>qashah.
Ponorogo, 28 Mei 2018 Mengetahui: Menyetujui: Ketua Jurusan, Dosen Pembimbing, Atik Abidah, M.S.I. Iza Hanifuddin, Ph.D. NIP 197605082000032001 NIP 196906241998031002
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
PENGESAHAN
Skripsi atas nama saudara: Nama : Kiki Firzianti Putri NIM : 210214084 Jurusan : Muamalah Judul : Analisis Hukum Ekonomi Syariah terhadap Penyelesaian
Sengketa Wanprestasi Piutang Mura>bah}ah (Studi tentang Putusan Pengadilan Agama Purbalingga Nomor:1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg)
Skripsi ini telah dipertahankan pada sidang Muna>qashah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo pada:
Hari : Kamis Tanggal : 5 Juli 2018
Dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Syariah pada: Hari : Kamis Tanggal : 12 Juli 2018
Tim Penguji:
1. Ketua Sidang : Dr. Saifullah, M.Ag. ( )
2. Penguji : Udin Safala, M.H.I. ( )
3. Sekretaris : Iza Hanifuddin, Ph. D. ( ) Ponorogo, 12 Juli 2018 Mengesahkan Dekan Fakultas Syariah, Dr. H. Moh. Munir, Lc., M.Ag.
ABSTRAK
Kiki Firzianti Putri, 2018. Analisis Hukum Ekonomi Syariah Terhadap
Penyelesaian Sengketa Wanprestasi Piutang Mura<bah{ah (Studi Putusan
Pengadilan Agama Purbalingga Nomor:1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg). Skripsi.
Jurusan Muamalah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Iza Hanifuddin, Ph.D.
Kata Kunci: Hukum Ekonomi Syariah, Akad Mura<bah{ah, Penyelesaian Sengketa
Ekonomi Syariah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 telah meletakkan amanah dan tanggung jawab yang baru dilingkungan Peradilan Agama, antara lain berkaitan dengan kewenangan penyelesaian perkara ekonomi syariah. Untuk itu perlu kesiapan dalam mengantisipasi hal-hal tersebut, karena pada kenyataannya tidak cukup mengandalkan ketentuan materiil maupun acara yang sudah ada. Perkara- perkara ekonomi syariah dalam kenyataan tidak semata bersifat keperdataan, melainkan dapat juga bersifat pidana atau administrasi negara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: Bagaimana analisis hukum ekonomi syariah terhadap dasar pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara sengketa wanprestasi piutang Mura>bah}ah Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg, Bagaimana analisis hukum ekonomi syariah terhadap keputusan hakim menolak gugatan Rekonvensi sita jaminan pada putusan Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg, Bagaimana analisis hukum ekonomi syariah terhadap ketidaksesuaian fakta-fakta hukum kasus piutang Mura>bah}ah Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg dengan hukum ekonomi syariah.
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yang menggunakan metode kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan datanya dengan metode dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekata normatif dengan pola pikir deduktif, serta tinjauan yuridis yang bersifat logis dan sistematis, yaitu proses analisis yuridis dari hukum yang ada pada putusan Pengadilan Agama Purbalingga Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg tentang sengketa ekonomi syariah.
Dari analisis data diperoleh kesimpulan bahwa pertama, dasar pertimbangan hukum hakim dalam putusan Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg, jika berkaitan dengan akadnya hakim telah menggunakan hukum ekonomi syariah, namun masih kurang lengkap dasar pertimbangannya dan mengenai wanprestasi pertimbangan hakumnya juga kurang menggali dari sumber ekonomi syariah. Kedua, penolakan sita jaminan dalam gugatan rekonvensi, hukum ekonomi syariah belum mengatur secara khusus mengenai sita jaminan, sehingga hakim menggunakan dasar hukum KUHPerdata, namun mengenai jaminan telah ada ketentuannya baik dalam hukum ekonomi syariah maupun peraturan perundang-undangan bagi bank syariah. Ketiga, ketidaksesuaian fakta-fakta hukum kasus piutang mura>bah}ah dapat disimpulkan bahwa pihak Tergugat kurang memahami ekonomi syariah dan cenderung membuat penafsiran sendiri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan syariah ialah lembaga yang menjalankan aktivitas
di bidang keuangan yang berbasis syariat Islam. Lembaga keuangan syariah ada yang berbentuk lembaga bank dan lembaga nonbank. Salah satunya perbankan syariah yang merupakan lembaga keuangan berbentuk bank dan menjalankan aktivitasnya berdasarkan hukum Islam (syariah) yang mempunyai prinsip dalam menjalankan kegiatannya bertujuan membawa kemaslahatan bagi nasabah karena menjanjikan keadilan yang sesuai dengan
1
syariah dalam sistem ekonominya. Dan perkembangan perbankan syariah di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir sangat signifikan baik dilihat dari aspek kelembagaan maupun perkembangan asset.
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bahwa perbankan syariah merupakan lembaga yang kegiatannya berdasarkan prinsip syariah atau hukum Islam, dimana antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan prinsip syariah. Diantara pembiayaan tersebut yaitu pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil ( mud{a>rabah), penyertaan modal ( musya>rakah), jual beli untuk mendapatkan keuntungan (mura>bah}ah),
2 atau pembiayaan barang modal ( ija>rah).
Konsekuensi bank sebagai lembaga perantara antara nasabah dan pengelola dana (intermediary), bank syariah akan selalu berhadapan dengan berbagai jenis risiko. Menurut Adiwarman A. Karim, risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu potensi, baik yang bisa diperkirakan (anticipated) atau tidak bisa diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank yang tidak bisa dihindari, namun bisa dikendalikan. Jenis-jenis risiko yang sering dihadapi bank syari’ah yaitu risiko pembiayaan, risiko pasar dan risiko operasional. Dari ketiga jenis risiko tersebut yang paling sering dialami adalah risiko pembiayaan, dimana nasabah lalai dalam melakukan angsuran pembayaran,
3 yaitu sering disebut kredit macet.
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan itu, potensi yang muncul untuk terjadinya sengketa dalam perbankan syariah juga semakin tinggi, sehingga menjadi penting bagi perbankan syariah maupun masyarakat pengguna jasa perbankan syariah untuk memahami secara benar bagaimana penyelesaian sengketa yang terjadi pada perbankan syariah. Dalam Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 55 disebutkan tentang Penyelesaian Sengketa, yang bunyi lengkapnya sebagai berikut: Ayat (1): “Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama 2 ”. Ayat (2): “Dalam hal para pihak telah
Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah: Teori Dan Praktik (Bekasi: Gramata Publising, 2014), 13. memperjanjikan penyelesaian sengketa selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad”. Ayat (3): “Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh
4 bertentangan dengan Prinsip Syariah”.
Wewenang Peradilan Agama di atur dalam pasal 49 UU Nomor 7 Tahun 1989 yang bunyinya di ubah dengan pasal 49 UU Nomor 3 Tahun 2006, yaitu Peradilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: Perkawinan, Kewarisan, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infak, Sedekah, dan Ekonomi syariah. Pasca lahirnya Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, beberapa Pengadilan Agama mulai dihadapkan dengan perkara-perkara sengketa ekonomi syariah,
5 diantaranya Pengadilan Agama Purbalingga.
Perluasan kompetensi peradilan agama, khususnya mengenai ekonomi syariah, Taufiq, Zain Badjeber dan Zainuddin Fajari mengakui bahwa perluasan kompetensi tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi. Untuk itu perlu kesiapan Peradilan Agama dalam mengantisipasi hal-hal tersebut. Pada kenyataannya tidak cukup mengandalkan ketentuan materiil maupun acara yang sudah ada. Perkara-perkara ekonomi syariah yang dirinci
4 5 Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 55.
Afandi Mansur, Peradilan Agama: Strategi & Taktik Membela Perkara di Pengadilan menjadi 11 objek dalam kenyataan tidak semata bersifat keperdataan,
6 melainkan dapat juga bersifat pidana atau administrasi negara.
Salah satu perkara sengketa ekonomi syariah yang telah diputus Pengadilan Agama Purbalingga adalah perkara wanprestasi dalam pembiayaan akad mura>bah}ah Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg. Sengketa ekonomi syariah dalam akad murabahah ini terjadi antara direktur utama PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Buana Mitra Perwira dengan salah satu nasabahnya, dengan mengajukan gugatan kepada Tergugat I dan Tergugat II (isteri Tergugat I), karena dinilai telah melakukan wanprestasi/cidera janji. Dengan dalil bahwa Penggugat telah memberikan piutang dengan Akad Mura>bah}ah kepada Tergugat I dan II sebesar Rp 136.000.000,- dengan jangka waktu piutang Mura>bah}ah tersebut selama 4 (empat) tahun yaitu sejak tanggal 4 Oktober 2012 sampai dengan tanggal 4 Oktober 2016. Ternyata dalam perjalanannya Para Tergugat telah
7 menunggak angsuran, sehingga mengakibatkan kerugian bagi Penggugat.
Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Bab I Ketentuan Umum
Pasal 20 angka 1 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu sedangkan pada Pasal 20 angka 6 pembiayaan akad mura>bah}ah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukam oleh sha>hibul ma>l dengan pihak yang membutuhkan memlaui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga 6 Hasbi Hasan, Kompetensi Peradilan Agama dalam Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari’ah (Jakarta: Gramata Publising, 2010), 73.
pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi sha>hibul ma>l dan pengembaliannya dilakukan
8 secara tunai atau angsur.
Menurut pengertian Hukum Perdata Umum, sumber perikatan karena perjanjian, yaitu hubungan hukum itu terjadi karena diperjanjikan, misalnya jual beli, sewa menyewa, penitipan, perjanjian kredit, dan lain-lain. Apabila ada dua pihak yang telah mengikatkan diri dalam suatu perjanjian tetapi pihak yang satu tidak melaksanakan kewajibannya terhadap pihak yang lain, maka pihak yang tidak melaksanakan kewajibannya itu disebut wanprestasi (ingkar
9
janji). Akibat hukum wanprestasi antara lain debitur diharuskan membayar ganti rugi, kreditur dapat meminta pembatalan kontrak melalui pengadilan, kreditur dapat meminta pemenuhan kontrak, atau pemenuhan kontrak disertai
10
ganti rugi dan pembatalan kontrak dengan ganti rugi. Selain itu juga seperti yang telah jelaskan dalam QS Al-Maidah (5):1:
ذ َٰٓ َٰٓ َٰٓ ل َٰٓ اوُف َٰٓ و أ َٰٓ آَٰ َٰٓ وُن ما ء َٰٓ َٰٓ نيِ لَّ َٰٓٱ ا هُّي أ َٰٓ ي َٰٓ ِدوُقُع ََِٰٰٓٓبٱ
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad (perjanjian-
11 perjanjian) itu”.
Penggugat pun mengajukan beberapa tuntutan antara lain meminta majelis hakim menyatakan bahwa tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi serta membayar kerugian materiil sebesar Rp 88.087.497,- (delapan puluh delapan juta delapan puluh tujuh ribu empat ratus sembilan 8 Pasal 20, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. 9 10 Mansur, Peradilan Agama, 8.
Pasal 1243, 1266, 1267 KUHPerdata
puluh tujuh rupiah) kepada Penggugat, dan menyatakan sah dan berharga sita jaminan (Conservatoir Beslaag) atas barang tetap milik para Tergugat.
Majelis Hakim dalam putusannya mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian dan menolak gugatan Penggugat Rekonvensi mengenai sita jaminan
12
dengan dalih bahwa gugatan tidak berdasar. Dalam pasal 127 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, “Penjual dapat meminta kepada pembeli untuk
menyediakan jaminan atas benda yang dijualnya pada akad mura>bah}ah
”.Kemudian pada pasal 129
“akad murabahah dapat diselesaikan dengan cara menjual obyek akad kepada Lembaga Keuangan Syariah dengan harga pasar, atau nasabah melunasi sisa utangnya kepada Lembaga Keuangan
13 Syariah dari hasil penjualan obyek akad”.
Dengan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menganalisis putusan hakim tersebut dengan mengajukan judul skripsi yang berjudul:
Analisis Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Penyelesaian Sengketa Wanprestasi Piutang Mura>bah}ah (Studi Putusan Pengadilan Agama Purbalingga Nomor:1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg).
12 13 Ibid.
Pasal 127 dan pasal 129, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008 Tentang
B. Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang masalah diatas, maka dapat disusun beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis hukum ekonomi syariah terhadap dasar pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara sengketa wanprestasi piutang Mura>bah}ah Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg? 2. Bagaimana analisis hukum ekonomi syariah terhadap keputusan hakim menolak gugatan Rekonvensi sita jaminan pada putusan Nomor:
1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg? 3. Bagaimana ketidaksesuaian fakta-fakta hukum kasus piutang Mura>bah}ah
Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg dengan hukum ekonomi syariah? C.
Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, terdapat beberapa hal yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami analisis hukum ekonomi syariah terhadap dasar pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg dalam Perkara sengketa wanprestasi piutang Mura>bah}ah
2. Untuk mengetahui dan memahami analisis hukum ekonomi syariah terhadap dasar keputusan hakim menolak gugatan Rekonvensi sita jaminan pada putusan Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg
3. Untuk mengetahui dan memahami ketidaksesuaian fakta-fakta hukum kasus piutang Mura>bah}ah dengan hukum ekonomi syariah di Indonesia
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang penulis harapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis a.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu wacana ilmiah yang akan menambah khazanah keilmuan Islam khususnya di bidang Muamalah (Hukum Ekonomi Syariah).
b.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur kepustakaan khususnya mengenai putusan Pengadilan Agama dalam perkara sengketa ekonomi syariah serta hasil penelitian ini dapat menjadi acuan terhadap penelitian sejenis untuk tahap selanjutnya.
2. Manfaat praktis a.
Memberikan bahan pertimbagan bagi masyarakat pada umumnya dan nasabah Perbankan Syariah agar lebih memahami konsep pembiayaan mura>bah}ah serta resikonya.
b.
Para Praktisi Perbankan Syariah baik Bank Umum Syariah maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah agar lebih berhati-hati dalam menerapkan akad kepada nasabah dan memberikan pembiayaan, sehingga di kemudian hari tidak terjadi lagi kasus wanprestasi pada perjanjian pembiayaan mura>bah}ah.
E. Telaah Pustaka
Beberapa kajian mengenai analisis suatu putusan hakim terhadap penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah telah banyak dijadikan topik dalam pembuatan skripsi maupun karya tulis lainnya. Dari beberapa karya tulis tersebut, penulis menemukan beberapa karya tulis yang hampir sama dengan masalah yang akan penulis bahas dalam proposal skripsi ini.
Pertama, Jurnal Tamwil Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2015 dari
Muhammad Fadhly ASE, dengan judul
“Analisis Yuridis Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Agama Purbalingga Nomor 1720/Pdt.
G/2013/Pa. Pbg Tentang Penyelesaian Gugatan Wanprestasi Dalam Pembiayaan Akad Mura>bah}ah ”. Masalah yang dibahas adalah
mendeskripsikan dan menganalisa secara kritis dan mendalam tentang putusan wanprestasi dalam pembiayaan akad Mura>bah}ah Nomor 1720/Pdt.
G/2013/PA. Pbg dan pertimbangan hukum yang dipergunakan majelis hakim dalam menjatuhkan putusan tersebut menurut peraturan perundang-undangan.
Kemudian mempelajari pendekatan norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktek hukum. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan motede penelitian hukum normatif. Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analisis. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan analisis (analitical appoach). Dengan hasil: Hakim dalam proses penyelesaian gugatan wanprestasi dalam pembiayaan akad mura>bah}ah di Pengadilan Agama Purbalingga perkara nomor 1720/Pdt. G/2013/PA. Pbg, Majelis Hakim telah berupaya memenuhi prosedur beracara dan asas kepastian hukum dalam menyelesaikan gugatan wanprestasi pembiayaan akad mura>bah}ah. Meskipun secara umum telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, pertimbangan hukum Majelis Hakim perkara Nomor 1720/Pdt.
14 G/2013/PA. Pbg masih kurang lengkap.
Perbedaan dengan permasalahan saya, dalam jurnal ini permasalahan yang diangkat adalah putusan Nomor 1720/Pdt. G/2013/PA. Pbg dan fokus yang dibahas adalah mendeskripsikan dan menganalisa secara kritis dan mendalam tentang putusan wanprestasi dalam pembiayaan akad mura>bah}ah Nomor 1720/Pdt. G/2013/PA. Pbg dan pertimbangan hukum yang dipergunakan majelis hakim dalam menjatuhkan putusan tersebut menurut peraturan perundang-undangan, sedangkan permasalahan yang saya angkat adalah putusan Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg dan fokusnya adalah menganalisa dari segi hukum ekonomi syariah mengenai sengketa piutang mura>bah}ah baik dalam hal wanprestasi, sita jaminan maupun kesesuaian pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara pada akad mura>bah}ah.
Kedua, Skripsi dari Pratami Wahyudya Ningsih, dengan judul
“Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Perkara Gugatan Pemenuhan KewajibanAkad Pembiayaan Al-Musya>rakah Di Pengadilan Agama Purbalingga (Studi 14 Muhammad Fadhly ASE, “Analisis Yuridis Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan
Agama Purbalingga Nomor 1720/Pdt. G/2013/Pa. Pbg Tentang Penyelesaian Gugatan Wanprestasi
Terhadap Putusan Nomor: 1047/Pdt.G/2006/Pa.Pbg) ”, Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Fakultas Hukum, 2010. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif atau doktrinal dengan pendekatan perundang-undangan serta teknik pengumpulan datanya yaitu studi pustaka. Teknik analisis dengan metode silogisme dan interpretasi. Masalah yang dibahas adalah dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara Nomor: 1047/Pdt.G/2006/PA.Pbg mengenai gugatan pemenuhan akad pembiayaan Al-Musya>rakah yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama Purbalingga, serta kesesuaian pertimbangan hakim dengan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.
Dengan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dasar pertimbangan hakim
15 telah sesuai undang-undang yang berlaku serta telah sesuai dengan KHES.
Perbedaan dengan permasalahan saya, dalam skripsi di atas permasalahan yang diangkat adalah putusan Nomor putusan Nomor: 1047/Pdt.G/2006/PA.Pbg dan fokus yang dibahas adalah akad pembiayaan
al-musyarakah sedangkan permasalahan yang saya angkat pada akad
pembiayaan mura>bah}ah mengenai wanprestasi serta penolakan sita jaminan serta kesesuaian pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara pada akad mura>bah}ah.
Ketiga, Skripsi dari
Nurus Sa’adah, dengan judul “Analisis Putusan
Hakim Dalam Perkara Ekonomi Syariah Di Pengadilan Agama Surakarta Tahun 2013- 15 2017 (Berbasis Nilai Keadilan)”, IAIN Surakarta, Jurusan Pratami Wahyudya Ningsih ,“Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Perkara Gugatan
Pemenuhan Kewajiban Akad Pembiayaan Al-Musyarakah Di Pengadilan Agama Purbalingga
(Studi Terhadap Putusan Nomor: 1047/Pdt.G/2006/Pa.Pbg) ”, Skripsi (Surakarta: UniversitasHukum Ekonomi Syariah (Muamalah), 2017. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah dasar pertimbangan hakimPengadilan Agama Surakarta dalam menyelesaikan perkara ekonomi syariah dan putusan hakim dalam memutus perkara ekonomi syariah di Pengadilan Agama Surakarta telah memenuhi asas keadilan.. Penulis mengambil tiga putusan untuk dianalisis (Perkara Nomor 0519/Pdt.G/2013/PA.Ska, Perkara Nomor 0644/Pdt.G/2015/PA.Ska dan Perkara Nomor 0176/Pdt.G/2016/PA.Ska).
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan yuridis normatif. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif lapangan. Penelitian ini menunjukkan bahwa sumber hukum dari tiga perkara yang diteliti menggunakan sumber hukum dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) dan Pasal 181 HIR. Ketiga putusan tersebut mengandung asas keadilan, karena sebelum penjatuhan putusan hakim telah menimbang duduk perkaranya dan dasar pertimbangan yang digunakan oleh hakim telah sesuai dengan dasar gugatan
16 yang diajukan oleh Penggugat (nasabah).
Perbedaan dengan permasalahan saya, dalam skripsi ini permasalahan yang diangkat adalah tiga putusan: Perkara Nomor 0519/Pdt.G/2013/PA.Ska, Perkara Nomor 0644/Pdt.G/2015/PA.Ska dan Perkara Nomor 0176/Pdt.G/2016/PA.Ska). dan fokus yang dibahas adalah hanya menjelaskan dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara tersebut dan menganalisa putusan tersebut telah memenuhi asas keadilan atau tidak, sedangkan 16 Nurus Sa’adah, “Analisis Putusan Hakim Dalam Perkara Ekonomi Syariah Di Pengadilan
Agama Surakarta Tahun 2013- 2017 (Berbasis Nilai Keadilan)”, Skripsi (Surakarta: IAIN permasalahan yang saya angkat adalah putusan Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg dan fokusnya adalah menganalisa dari segi hukum ekonomi syariah sengketa piutang akad mura>bah}ah.
Sepengetahuan penulis, dari telaah pustaka di atas belum ada penelitian yang meneliti tentang analisis Hukum Ekonomi Syariah terhadap Penyelesaian Sengketa Wanprestasi Piutang Mura<bah{ah (Studi Putusan Pengadilan Agama Purbalingga Nomor:1039/Pdt.G/2014/Pa.Pbg).
F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research).
Dengan menggunakan bahan pustaka sebagai sumber data meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku, skripsi-skripsi terdahulu, jurnal ilmiah dan karya tulis lainnya yang berkaitan dengan objek yang akan peniliti teliti, sehingga menghasilkan data-data yang jelas dan akurat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif yaitu penyusunan menguraikan secara sistematik dasar hukum putusan Pengadilan Agama Purbalingga Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg dalam Perkara Sengketa Ekonomi Syariah yang kemudian di analisis lebih lanjut dengan menggunakan Hukum Ekonomi Syariah dan membuat kesimpulan dengan menjabarkan kata-kata.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam skripsi ini yaitu data yang diperoleh dari putusan Pengadilan Agama Purbalingga Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg tentang sengketa ekonomi syariah.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah dengan metode dokumentasi yaitu pengumpulan data-data dan variabel berupa catatan tentang penyelesaian sengketa ekonomi syariah, artikel, internet sebagai pendukung buku, jurnal, skripsi terdahulu, dan sebagainya. Dalam hal ini penulis menggunakan putusan Pengadilan Agama Purbalingga Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg tentang sengketa ekonomi syariah.
4. Analisis Data
Mengingat jenis penelitian ini adalah normatif, maka teknik analisis yang penulis gunakan adalah dengan metode silogisme dan interpretasi, dengan menggunakan pola pikir deduktif serta tinjauan yuridis yang bersifat logis dan sistematis, yaitu proses analisis yuridis dari hukum yang ada pada putusan Pengadilan Agama Purbalingga Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg tentang sengketa ekonomi syariah.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab, setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Untuk mempermudah pemahaman, maka susunannya dapat dijelaskan dibawah ini:
BAB I : PENDAHULUAN Bab ini meliputi sub bab: pertama, latar belakang masalah untuk
menjelaskan faktor-faktor yang menjadi dasar atau mendukung timbulnya masalah yang diteliti. Kedua, rumusan masalah yang disusun secara spesifik tentang ruang lingkup masalah yang akan diteliti. Ketiga, tujuan penelitian untuk menjawab permasalahan yang diteliti sesuai rumusan masalah yang disusun. Keempat, manfaat penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi masyarakat. Kelima, kajian pustaka sebagai tinjauan ulang atas karya-karya yang sudah diteliti dan berhubungan dengan skripsi ini serta menjelaskan perbedaannya dengan skripsi ini. Keenam, metode penelitian memuat langkah- langkah dalam mengumpulkan dan menganilisis data. Ketujuh, sistematika pembahasan untuk menerangkan alur pembahasan analisis hukum ekonomi syariah terhadap penyelesaian sengketa wanprestasi piutang m ura>bah}ah studi putusan Pengadilan
Agama Purbalingga Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg.
BAB II : KAJIAN TEORI Memuat landasan teoritis membahas mengenai ekonomi syariah,
ketentuan umum akad m ura>bah}ah, wanprestasi, ganti rugi, sita jaminan, penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama yang memuat tentang: kewenangan pengadilan agama, penemuan hukum oleh hakim, pembuktian.
BAB III : GAMBARAN UMUM PUTUSAN PERKARA NOMOR:
1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg TENTANG SENGKETA WANPRESTASI PIUTANG MURA<BAH{AH DI PENGADILAN AGAMA PURBALINGGAMemuat tentang deskripsi perkara, pertimbangan hukum hakim dalam penyelesaian sengketa wanprestasi piutang mura>bah}ah, problematika penolakan gugatan rekonvensi mengenai sita jaminan dan fakta-fakta hukum yang ada dalam putusan Pengadilan Agama Purbalingga Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg dengan hukum ekonomi syariah.
BAB IV : ANALISA HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA PURBALINGGA DALAM PERKARA SENGKETA EKONOMI SYARIAH NOMOR: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg Merupakan pembahasan secara menyeluruh dari laporan hasil
penelitian, berisi analisis hukum ekonomi syariah terhadap terhadap dasar pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara Nomor: 1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg dalam Perkara sengketa wanprestasi piutang m ura>bah}ah, analisis hukum ekonomi syariah terhadap keputusan hakim menolak gugatan Rekonvensi sita jaminan, ketidaksesuaian fakta-fakta hukum kasus piutang m ura>bah}ah dengan hukum ekonomi syariah di
Indonesia dalam memutus perkara pada putusan Nomor:
1039/Pdt.G/2014/PA.Pbg dalam Perkara sengketa wanprestasi piutang m ura>bah}ah.
BAB V : PENUTUP Dalam bab terakhir ini akan ditarik kesimpulan dari semua
materi yang telah dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya, yang meliputi dua ide pokok, yaitu kesimpulan dan saran.
BAB II KAJIAN TEORI A. Memahami Hukum Ekonomi Syariah 1. Pengertian Ekonomi Syariah Istilah “Ekonomi Islam” sering menjadi masalah atau beragam
sebutannya. Tapi, sebenarnya tidak harus mewajibkan nama “Ekonomi Islam”, sehingga sebutan-sebutan tersebut boleh-boleh saja, di dalam Al- Quran pun tidak ada istilah yang khusus, hanya saja sebutan tersebut
17
untuk lebih mengidentifikasinya dari ekonomi lainnya. Istilah “ekonomi syariah” merupakan sebutan yang khas digunakan di Indonesia. Semua istilah ini mengacu pada suatu konsep sistem ekonomi dan kegiatan usaha berdasarkan hukum Islam atau ekonomi berdasarkan prinsip syariah. Perbedaan penggunaan istilah ini pada dasarnya menunjukkan bahwa istilah “ekonomi Islam” bukanlah nama baku dalam
18
terminologi Islam. Pengertian Ekonomi Syariah sendiri adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh orang perorangan, kelompok orang, badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan tidak komersial
19 menurut prinsip syariah.
17 18 Sa’adah, “Analisis Putusan Hakim Dalam Perkara Ekonomi Syariah, 21-23.
Hasbi Hasan, Pemikiran dan Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah di Dunia Islam Kontemporer (Jakarta: Gramatika Publishing, 2011), 19. 19 Pasal 1, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum
2. Sumber Hukum Ekonomi Syariah
Para ulama bersepakat bahwa sumber hukum dalam Islam adalah Al- Qur’an, As-Sunnah, Ijma>’ dan qiya>s. Al-Qur’an merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan melalui Rasulullah saw yang disampaikan kepada umat manusia untuk menentukan kehidupan di dunia. As-sunnah secara harfiah berarti cara, adat istiadat, kebiasaan hidup yang mengacu kepada perilaku Nabi saw yang dijadikan teladan, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, maupun pengakuan dan sifat Nabi. Ijma>’ menurut istilah ahli ushul fiqih adalah kesepakatan para imam mujtahid diantara umat Islam pada suatu masa setelah Rasulullah wafat, terhadap hukum shara’ tentang
20 suatu masalah.
Di dalam syariat Islam, diajarkan berbagai persoalan yang terkait dengan bidang Muamalah, sehingga dasar hukum pelaksanaan ekonomi syariah di Indonesia terdiri dari dua kategori, yaitu dasar hukum normatif dan dasar hukum formal. Dasar hukum normatif berasal dari hukum Islam yang bersumber dari al-
Qur’an, Sunah, dan ijtiha>d. Secara teknis ketentuan-ketentuan yang digunakan dalam praktik ekonomi syariah dirancang dan ditetapkan melalui ijtiha>d kolektif oleh MUI dan DSN. Sedangkan dasar hukum formal berdasarkan pada konstitusi dan peraturan perundang-undangan. Secara konstitusional, dasar hukum ekonomi syariah berpijak pada Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 Pasal 29. Sementara itu, sumber hukum tertulis sebagai sandaran ekonomi syariah yang utama dan pertama yaitu ketentuan UU No. 10 tahun 1998 dengan segala produk peraturan pelaksanaannya berupa PP,
21 PBI, atau KBI dan lain sebagainya.
3. Kedudukan Fatwa DSN-MUI dalam Hukum Positif Indonesia
MUI merupakan wadah para alim ulama, dan cendekiawan muslim yang concern dalam bidang dakwah dan fatwa. Fatwa adalah pendapat atau nasihat mengenai hukum Islam yang diberikan oleh mufti kepada mustafti yang bersifat terbuka dan tidak mengikat. Memang fatwa yang
dikeluarkan bukan merupakan hukum positif yang memiliki kekuatan mengikat bagi seluruh warganegara. Fatwa hanya mengikat dari aspek agama dan apabila diharapkan dapat memiliki kekuatan hukum sebagaimana halnya hukum positif, maka terlebih dahulu fatwa harus ditrasnformasikan kedalam hukum positif dalam bentuk berbagai peraturan perundangan-undangan. Contoh konkrit adalah apa yang dilakukan oleh DSN, begitu banyak fatwa dalam bidang ekonomi syariah yang telah ditransformasi kedalam Peraturan Bank Indonesia, sehingga memiliki kekuatan mengikat dan fatwa yang dikeluarkan DSN-MUI telah
22 diterapkan secara internal didalam aktivitas bank syariah.
Pada UU No. 3 Tahun 2006 Tentang Pengadilan Agama disebutkan bahwa Pengadilan Agama berwenang untuk menyelesaikan sengketa 21 ekonomi syariah, maka sebelum adanya perundang-undangan tentang 22 Hasan, Kompetensi Peradilan Agama, 104-105.
Andi Fariana, Fatwa dalam Sistem Hukum Nasional, ekonomi syariah, pengadilan menggunakan fatwa MUI sebagai dasar untuk memutus. Dalam perkembangannya, pemerintah, Bank Indonesia,
Kementerian Keuangan atau OJK seringkali melibatkan DSN dalam menyusun peraturan. DSN kerap diminta membuat fatwa terlebih dahulu ketika pemerintah akan membuat aturan. Hampir semua peraturan kegiatan ekonomi syariah di bidang perbankan, asuransi syariah, pasar modal syariah menyebutkan prinsip syariah sesuai Al- Qur’an dan Hadits yang terdapat dalam fatwa DSN-MUI.
Dengan demikian, fatwa DSN-MUI menjadi pedoman atau dasar keberlakuan kegiatan ekonomi syariah tertentu bagi pemerintah dan LKS.
Jadi fatwa DSN itu bersifat mengikat karena diserap ke dalam peraturan perundang-undangan. Terlebih, adanya keterikatan antara DPS dan DSN karena anggota DPS direkomendasikan oleh DSN. Keterikatan itu juga ketika melakukan tugas pengawasan, DPS harus merujuk pada fatwa
23 DSN.
B. Tinjauan Umum Akad Mura<bah{ah 1. Pengertian Akad Mura>bah{ah
Secara bahasa, kata Mura>bah{ah berasal dari perkataan Ribh yang berarti pertambahan. Secara istilah atau dalam pengertian umum 23 diartikan sebagai suatu penjualan barang seharga awal pembelian barang
Rizal Taufiq Rahman, Positifisasi Fatwa DSN dalam Sistem Hukum Nasional,
di aksep pada tersebut ditambah dengan keuntungan yang telah disepakati bersama. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu. Dalam ungkapan lain, Ibn Rusyd mengartikan mura>bah}ah sebagai jual beli barang pada harga asal dengan
24 tambahan keuntungan yang disepakati.
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, akad mura>bah}ah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukam oleh sha>hibul ma>l dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi sha>hibul ma>l dan
25 pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur. Menurut UU No.
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah y ang dimaksud dengan “Akad mura>bah}ah
” adalah Akad Pembiayaan suatu barang dengan menegaskan
harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga
26 yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.
Dalam aplikasi bank syariah, bank merupakan penjual atas objek barang dan nasabah merupakan pembeli. Bank menyediakan barang yang dibutuhkan oleh nasabah dengan membeli barang dari supplier, kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga beli yang dilakukan oleh bank syariah. Perbedan 24 antara harga beli dan harga jual barang disebut dengan margin
Syukri Iska, Sistem Perbankan Syariah Di Indonesia (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2014), 200. 25 Pasal 20 ayat 6, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. keuntungan. Pembayaran atas transaksi mura>bah}ah dapat dilakukan dengan cara membayar sekaligus pada saat jatuh tempo atau melakukan
27 pembayaran angsuran selama jangka waktu yang disepakati.
2. Dasar Hukum Akad Mura>bah{ah
Al- Qur’an tidak memuat acuan langsung berkenaan dengan mura>bah}ah, walaupun ada beberapa acuan di dalamnya untuk menjual, keuntungan, kerugian, dan perdagangan. Demikian juga tidak ada hadis yang memiliki acuan langsung kepada mura>bah}ah. Para ulama awal Islam seperti Malik dan Syafi’i secara khusus menyatakan bahwa penjualan mura>bah}ah berlaku, tetapi tidak menyebutkan referensi hadis
28
yang jelas. Dasar hukum yang dapat dijadikan dasar penerapan jual beli mura>bah}ah, sebagai berikut: a.
QS. An-Nisa (4): 29
ذ ذ َٰٓ َٰٓ ة ر َٰٓ جِت َٰٓ َٰٓ نوُك ت َٰٓ ن أ َٰٓ َٰٓ َٰٓ َٰٓ ب َٰٓ ل مُك ن َٰٓ ي ب َٰٓ مُك ل َٰٓ و َٰٓ م أ َٰٓ آَٰ َٰٓ وُلُك أ ت ََٰٰٓٓ ل َٰٓ َٰٓ َٰٓ اوُن ما ء َٰٓ َٰٓ نيِ لَّ َٰٓٱ ا هُّي أ َٰٓ ي
لِإ ََِٰٰٓٓبٱ َِٰٓلِط ٖ
ٖ ٢٩ آَٰ َٰٓ َٰٓ َٰٓ ن كَ َٰٓ َٰٓ ذللّ َٰٓٱ َٰٓ أ َٰٓ آَٰ َٰٓ وُلُت َٰٓ ق ت َٰٓ ل و َٰٓ َٰٓ َٰٓ ضا ر ت َٰٓ ن ع ميِح ر َٰٓذنِإ َٰٓ مُك سُفن َٰٓ مُكنِ م
َٰٓ مُكِب "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu". (Q.S
29 An Nisa : 29)
27 28 Ismail, Perbankan Syariah ed. 1, (Jakarta: Kencana, 2011), 138-139. 29 Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), 124.
Departemen Agama Republik Indonesia, AL- Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: b.
QS. Al-Baqarah (2): 275 .....
َٰٓ آَٰ َٰٓٱ َٰٓ مذر ح و َٰٓ عَٰٓ َٰٓ ي ل َٰٓ َٰٓٱ َُٰٓ ذللّ َٰٓٱ َٰٓذل ح أ و َٰٓ و بِ رل "....dan Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba."
30 (Q.S Al Baqarah: 275) c.
Dalil Hadis
،ُةَضَراَقُمْلاَو ،ٍلَجَأ ىَلِإ ُعْيَبْلَا :ُةَكَرَبْلا َّنِهْيِف ٌثَلاَث :َلاَق َمَّلَسَو ِهِلآَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص َّيِبَّنلا َّنَأ ( بيهص نع هجام نبا هاور(
ِعْيَبْلِل َلا ِتْيَبْلِل ِرْيِعَّشلاِب ِّرُبْلا ُطْلَخَو “Nabi bersabda, ‘Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqa>rad{ah (mud{a>rabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.’”
31
(HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).3. Aplikasi Pembiayaan Mura>bah}ah di Bank Syariah
Mura>bah}ah merupakan salah satu skim pembiayaan yang paling banyak digunakan oleh bank syariah. Mura>bah}ah sesuai untuk pembiayaan sebagian dan investasi oleh nasabah dalam bidang industri atau perdagangan. Mura>bah}ah memungkinkan nasabah/investor untuk membeli barang jadi, bahan baku, mesin-mesin, atau peralatan di pasar
32 local maupun impor.
a.
Penggunaan akad Mura>bah}ah 1)
Pembiayaan mura>bah}ah merupakan jenis pembiayaan yang 30 sering diaplikasikan dalam bank syariah, yang pada umumnya 31 Ibid, 69.
Sunan Ibn Majah Juz 1 (Beirut: Darul Fikr), 720. digunakan dalam transaksi jual beli barang investasi dan barang- barang yang diperlukan individu.
2) Jenis penggunaan pembiayaan mura>bah}ah lebih sesuai untuk pembiayaan investasi dan konsumsi. Dalam pembiayaan investasi, akad mura>bah}ah sangat sesuai karena ada barang yang akan diinvestasi oleh nasabah atau akan ada barang yang menjadi objek investasi. Dalam pembiayaan konsumsi, biasanya barang yang akan dikonsumsi oleh nasabah jelas dan terukur.
3) Pembiayaan mura>bah}ah kurang cocok untuk pembiayaan modal kerja yang diberikan langsung dalam bentuk uang.
b.
Barang yang boleh digunakan sebagai Objek Jual Beli 1)
Rumah 2)
Kendaraan bermotor dan/atau alat transportasi 3)
Pembelian alat-alat industri 4)
Pembelian pabrik, gudang, dan aset tetap lainnya
5) Pembelian aset yang tidak bertentangan dengan syari’ah Islam.
c.
Bank 1)
Bank berhak menentukan dan memilih supplier dalam pembelian barang. Bila nasabah menunjuk supplier lain, maka bank syariah berhak melakukan penilaian terhadap supplier untuk menentukan kelayakannya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh bank syariah
2) Bank menerbitkan purchase order (PO) sesuai dengan kesepakatan antara bank syariah dan nasabah agar barang dikirimkan ke nasabah.
3) Cara pembayaran yang dilakukan oleh bank syariah yaitu dengan mentransfer langsung kepada rekening supplier.
d.
Nasabah Nasabah harus sudah cakap menurut hukum. Nasabah memiliki kamauan dan kemampuan dalam melakukan pembayaran.
e.
Supplier Dalam kondisi tertentu bank syariah memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli barang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam akad. Purchase Order (PO) atas pembelian barang tetap diterbitkan oleh bank syariah, dan pembayarannya tetap dilakukan oleh bank kepada supplier. Namun penyerahan barang dapat dilakukan langsung oleh supplier kepada nasabah atas kuasa dari bank syariah.
f.
Lain-Lain Denda atas tunggakan nasabah (bila ada), diperkenankan dalam aturan perbankan syariah dengan tujuan untuk mendidik nasabah agar disiplin dalam melakukan angsuran atas piutang mura>bah}ah. Namun pendapatan yang diperoleh bank syariah karena denda
33 keterlambatan dikelompokkan dalam pendapatan non halal.
4. Risiko Pembiayaan Mura>bah}ah a.
Default atau kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
b.
Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut.
c.