sni7651 5 2015.peranakanongol

(1)

“H

a

k

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

SNI 7651.5:2015

Standar Nasional Indonesia


(2)

“H

a

k

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

u

n

tu

k

d

i k

o

m

e

rs

ia

lk

a

n

© BSN 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN

BSN

Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id


(3)

“H

a

k

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

Daftar isi

Daftar isi ... i

Prakata ... ii

Pendahuluan... iii

1 Ruang lingkup ... 1

2 Istilah dan definisi ... 1

3 Kelas bibit ... 1

4 Persyaratan mutu ... 1

5 Cara pengukuran ... 4

Bibliografi ... 8

Tabel 1 - Persyaratan minimum kuantitatif bibit sapi peranakan ongole jantan ... 3

Tabel 2 - Persyaratan minimum kuantitatif bibit sapi peranakan ongole betina ... 4

Tabel 3 - Penentuan umur berdasarkan gigi seri permanen ... 4

Gambar 1 - Bibit sapi peranakan ongole jantan ... 2

Gambar 2 - Bibit sapi peranakan ongole betina ... 3

Gambar 3 - Cara pengukuran bibit sapi peranakan ongole ... 6


(4)

“H

a

k

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

u

n

tu

k

d

i k

o

m

e

rs

ia

lk

a

n

SNI 7651.5:2015

© BSN 2015 ii

Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) Bibit sapi potong - Bagian 5 : Peranakan ongole ini merupakan revisi dari SNI 7356:2008 Bibit sapi peranakan Ongole dikarenakan :

1. Adanya perkembangan kebutuhan standar mutu bibit sebagai acuan di lapangan;

2. Amanah UU Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan juncto UU Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, tidak ada pengklasifikasian bibit (bibit dasar, bibit induk dan bibit sebar).

Standar ini disusun oleh Subkomite Teknis 67-03-S1 Bibit ternak, bertujuan untuk :

1. Memberikan jaminan kepada konsumen dan produsen akan mutu bibit sapi peranakan ongole

2. Meningkatkan produktivitas sapi peranakan ongole di Indonesia; 3. Meningkatkan kualitas genetik sapi peranakan ongole.

Bagian-bagian yang mengalami revisi adalah istilah dan definisi serta persyaratan mutu. Standar ini telah dibahas dalam rapat teknis dan terakhir disepakati dalam rapat konsensus di Bogor pada tanggal 3 November 2014 yang dihadiri oleh Subkomite Teknis 67-03-S1 Bibit ternak dan pemangku kepentingan lainnya.

Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal

3 Februari 2015

sampai

2

April 2015

dengan hasil Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia (RASNI).


(5)

“H

a

k

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

Pendahuluan

Sapi peranakan ongole merupakan salah satu rumpun yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian nomor 2907/Kpts/OT.140/6/2011, yang merupakan sapi lokal Indonesia dan telah menyebar di sebagian besar wilayah Indonesia. Sapi peranakan ongole mempunyai peran dalam penyediaan daging nasional.

Salah satu aspek penting dalam proses produksi usaha sapi potong adalah ketersediaan bibit yang sesuai standar. Oleh sebab itu standar bibit sapi peranakan ongole perlu ditetapkan sebagai acuan bagi pelaku usaha dalam upaya mengembangkan sapi peranakan ongole.


(6)

“H

a

k

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

u

n

tu

k

d

i k

o

m

e

rs

ia

lk

a

n

SNI 7651.6:2015

© BSN 2015 1 dari 8

Bibit sapi potong - Bagian 5 : Peranakan ongole

1 Ruang lingkup

Standar ini menetapkan persyaratan mutu dan cara pengukuran bibit sapi peranakan ongole.

2 Istilah dan definisi

Untuk penggunaan dalam dokumen ini, istilah dan definisi berikut digunakan. 2.1

sapi peranakan ongole

rumpun sapi potong lokal Indonesia, yang mempunyai karakteristik bentuk fisik dan komposisi genetik serta kemampuan beradaptasi pada berbagai lingkungan di Indonesia 2.2

bibit sapi peranakan ongole

sapi peranakan ongole yang mempunyai sifat unggul dan mewariskan serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan

2.3

dokter hewan berwenang

dokter hewan yang ditunjuk oleh menteri atau gubernur atau bupati atau walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka penyelenggaraan kesehatan hewan

2.4

penyakit hewan strategis

penyakit hewan yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi, keresahan masyarakat, dan/atau kematian hewan yang tinggi

3 Kelas bibit

Bibit sapi peranakan ongole dibagi menjadi 3 (tiga) kelas mutu, yaitu: - kelas I

- kelas II - kelas III

4 Persyaratan mutu

4.1 Persyaratan umum

4.1.1 Sehat dan bebas dari penyakit hewan strategis yang dinyatakan oleh dokter hewan berwenang untuk melaksanakan tindakan kesehatan hewan dan menerbitkan surat keterangan kesehatan hewan

4.1.2 Bebas dari segala bentuk cacat fisik dan cacat organ reproduksi serta tidak


(7)

“H

a

k

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

4.1.3 Bibit sapi peranakan ongole jantan memiliki libido, kualitas dan kuantitas semen yang baik

4.1.4 Bibit sapi peranakan ongol betina memiliki ambing dan organ reproduksi normal. 4.2 Persyaratan khusus

4.2.1 Persyaratan kualitatif

a) warna tubuh putih sampai abu-abu, ujung ekor dan bulu sekitar mata berwarna hitam; b) badan besar, gelambir panjang menggantung dari leher sampai belakang kaki depan,

punuk besar (jantan), punuk kecil (betina) dan leher pendek; c) memiliki tanduk; dan

d) telinga kecil dan tegak kesamping

Contoh bibit sapi peranakan ongole jantan dan betina sebagaimana Gambar 1 dan Gambar 2.


(8)

“H

a

k

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

u

n

tu

k

d

i k

o

m

e

rs

ia

lk

a

n

SNI 7 © BS 4.2.2 Pers Tabe > Pers Tabe 7651.5:201 SN 2015 2 Persyar

yaratan kua el 1.

Tabel 1 - P

Umur (Bulan)

18 – 24

>24 – 36

yaratan kua el 2. 5 Gambar 2 ratan kuant antitatif bib Persyarata Pa Tinggi p Panjang Lingkar Lingkar Tinggi p Panjang Lingkar Lingkar antitatif bib

2 – Contoh

titatif it sapi pera

n minimum arameter undak g badan dada skrotum undak g badan dada skrotum

it sapi pera

3 dari 8 h bibit sapi

anakan ong m kuantitat Satu cm cm cm cm cm cm cm cm anakan ong peranakan gole jantan

if bibit sap

uan I

m 12

m 13

m 15 m

m 13

m 13

m 17

m

gole betina

n ongole be

sebagaima pi peranaka Kela II 28 125 34 127 52 148 26 33 130 39 133 75 160 26 sebagaima etina ana ditunjuk

an ongole j as III 5 122 7 124 8 144 0 127 3 129 0 149 ana ditunjuk kkan dalam antan kkan dalam m m


(9)

“H

a

k

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

Tabe Umu (Bula 18 - >24

-5 Cara p

5.1 Prins Penentuan permukaan 5.2 Umu Menentuka pergantian terlihat pad

No

1

el 2 - Persya

ur an) 24 T P Li 36 T P Li pengukura sip

n umur da n yang rata ur

an umur da n gigi seri pe

da Tabel 3. Tabel Gigi se perman 1 pasan aratan min Param inggi punda anjang bad ingkar dada inggi punda anjang bad ingkar dada an n penguku . pat dilakuka ermanen. C

3 - Penent eri nen ng imum kuan eter ak dan a ak dan a uran dilaku

an melalui d Cara penent

tuan umur Taksira

(Ta

18 – 2

ntitatif bibi Satuan cm cm cm cm cm cm kan pada

dua cara ya tuan umur b

berdasarka an umur ahun)

24 bulan

t sapi pera

I 119 120 138 129 132 161 posisi sap aitu berdasa berdasarkan

an gigi ser

anakan ong Kelas II 116 118 134 125 129 156

pi berdiri s

arkan catata n gigi seri p

ri permanen Contoh ga gole betina III 113 117 130 121 127 139

sempurna d

an kelahiran permanen se n ambar a diatas n dan eperti


(10)

“H

a

k

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

u

n

tu

k

d

i k

o

m

e

rs

ia

lk

a

n

SNI 7651.5:2015

© BSN 2015 5 dari 8

5.3 Tinggi pundak

Mengukur jarak dari permukaan yang rata sampai bagian tertinggi pundak melewati bagian scapulla secara tegak lurus, menggunakan tongkat ukur, sebagaimana ditunjukkan Gambar 3.

5.4 Panjang badan

Mengukur jarak dari bongkol bahu (tuberositas humeri) sampai ujung tulang duduk (tuber

ischii), menggunakan tongkat ukur, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.

5.5 Lingkar dada

Cara mengukur lingkar dada dengan melingkarkan pita ukur pada bagian dada dibelakang punuk, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.


(11)

“H

a

k

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a


(12)

“H

a

k

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

u

n

tu

k

d

i k

o

m

e

rs

ia

lk

a

n

SNI 7651.5:2015

© BSN 2015 7 dari 8

5.6 Lingkar skrotum

Mengukur lingkar skrotum dengan melingkarkan pita ukur pada bagian terbesar skrotum, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.


(13)

“H

a

k

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

Bibliografi

Undang – Undang nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan juncto Undang – Undang nomor 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Bijma, P. dan M. J. M. Rutten. 2002. Selaction: Software for Optimisation of Breeding Programs. Procceding of 7th World Congress on Genetics Applied to Livestock Production. Montpellier, 19-23 Agustus 2002.

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2907/Kpts/OT.040/11/2011 tentang Penetapan Rumpun Sapi Peranakan Ongole.

Nurgiartiningsih,V. M. A. 2009. Peran Rekording Dalam Rangka Peningkatan Mutu Bibit Ternak Sapi. Orasi Ilmiah Dies Natalis Universitas Brawijaya. Malang

Peraturan Pemerintah nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak.


(1)

“H

a

k

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

u

n

tu

k

d

i k

o

m

e

rs

ia

lk

a

n

4.2.2 Pers Tabe

>

Pers Tabe

2 Persyar yaratan kua el 1.

Tabel 1 - P

Umur (Bulan)

18 – 24

>24 – 36

yaratan kua el 2.

Gambar 2

ratan kuant antitatif bib

Persyarata

Pa Tinggi p Panjang Lingkar Lingkar Tinggi p Panjang Lingkar Lingkar

antitatif bib

2 – Contoh

titatif it sapi pera

n minimum

arameter undak g badan

dada skrotum undak g badan

dada skrotum

it sapi pera

h bibit sapi

anakan ong

m kuantitat

Satu cm cm cm cm cm cm cm cm

anakan ong

peranakan

gole jantan

if bibit sap

uan I

m 12

m 13

m 15

m

m 13

m 13

m 17

m

gole betina

n ongole be

sebagaima

pi peranaka Kela II 28 125 34 127 52 148 26 33 130 39 133 75 160 26

sebagaima etina

ana ditunjuk

an ongole j as

III 5 122 7 124 8 144

0 127 3 129 0 149

ana ditunjuk

kkan dalam

antan

kkan dalam m


(2)

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

u

n

tu

k

d

i k

o

m

e

rs

ia

Tabe Umu (Bula 18 - >24

-5 Cara p

5.1 Prins Penentuan permukaan 5.2 Umu Menentuka pergantian terlihat pad No 1 2

el 2 - Persya

ur an) 24 T P Li 36 T P Li pengukura sip

n umur da n yang rata ur

an umur da n gigi seri pe

da Tabel 3. Tabel Gigi se perman 1 pasan 2 pasan aratan min Param inggi punda anjang bad ingkar dada inggi punda anjang bad ingkar dada an n penguku . pat dilakuka ermanen. C

3 - Penent eri nen ng ng imum kuan eter ak dan a ak dan a uran dilaku

an melalui d Cara penent

tuan umur Taksira

(Ta

18 – 2

> 24 – 3

ntitatif bibi Satuan cm cm cm cm cm cm kan pada

dua cara ya tuan umur b

berdasarka an umur ahun)

24 bulan

36 bulan

t sapi pera

I 119 120 138 129 132 161 posisi sap aitu berdasa berdasarkan

an gigi ser

anakan ong Kelas II 116 118 134 125 129 156

pi berdiri s

arkan catata n gigi seri p

ri permanen Contoh ga gole betina III 113 117 130 121 127 139

sempurna d

an kelahiran permanen se n ambar a diatas n dan eperti


(3)

“H

a

k

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

u

n

tu

k

d

i k

o

m

e

rs

ia

lk

a

n

5.3 Tinggi pundak

Mengukur jarak dari permukaan yang rata sampai bagian tertinggi pundak melewati bagian scapulla secara tegak lurus, menggunakan tongkat ukur, sebagaimana ditunjukkan Gambar 3.

5.4 Panjang badan

Mengukur jarak dari bongkol bahu (tuberositas humeri) sampai ujung tulang duduk (tuber ischii), menggunakan tongkat ukur, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.

5.5 Lingkar dada

Cara mengukur lingkar dada dengan melingkarkan pita ukur pada bagian dada dibelakang punuk, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.


(4)

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

u

n

tu

k

d

i k

o

m

e

rs

ia

Keterangan :

a : Tinggi pundak b : Panjang badan c : Lingkar dada


(5)

“H

a

k

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

u

n

tu

k

d

i k

o

m

e

rs

ia

lk

a

n

5.6 Lingkar skrotum

Mengukur lingkar skrotum dengan melingkarkan pita ukur pada bagian terbesar skrotum, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.


(6)

C

ip

ta

B

a

d

a

n

S

ta

n

d

a

rd

is

a

si

N

a

si

o

n

a

l, C

o

p

y s

ta

n

d

a

r i

n

i d

ib

u

a

t u

n

tu

k

p

e

n

a

ya

n

g

a

n

d

i w

w

w

.b

sn

.g

o

.id

d

a

n

t

id

a

k

u

n

tu

k

d

i k

o

m

e

rs

ia

Bibliografi

Undang – Undang nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan juncto Undang – Undang nomor 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Bijma, P. dan M. J. M. Rutten. 2002. Selaction: Software for Optimisation of Breeding Programs. Procceding of 7th World Congress on Genetics Applied to Livestock Production. Montpellier, 19-23 Agustus 2002.

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2907/Kpts/OT.040/11/2011 tentang Penetapan Rumpun Sapi Peranakan Ongole.

Nurgiartiningsih,V. M. A. 2009. Peran Rekording Dalam Rangka Peningkatan Mutu Bibit Ternak Sapi. Orasi Ilmiah Dies Natalis Universitas Brawijaya. Malang

Peraturan Pemerintah nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak.