sni7651 4 2015sapibali
“Hak Cip
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
SNI 7651.4:2015
Standar Nasional Indonesia
ICS 65.020.30
Badan Standardisasi Nasional
(2)
“Hak Cip
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
© BSN 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN
BSN
Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id
(3)
“Hak Cip
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
SNI 7651.4:2015
© BSN 2015 i
Daftar isi
Daftar isi ... iPrakata ... ii
Pendahuluan... iii
1 Ruang lingkup ... 1
2 Istilah dan definisi ... 1
3 Kelas bibit ... 1
4 Persyaratan mutu ... 1
5 Cara pengukuran ... 3
Bibliografi ... 7
Tabel 1 - Persyaratan minimum kuantitatif bibit sapi bali jantan ... 3
Tabel 2 - Persyaratan minimum kuantitatif bibit sapi bali betina ... 4
Tabel 3 - Penentuan umur berdasarkan gigi seri permanen ... 4
Gambar 1 - Bibit sapi bali jantan ... 2
Gambar 2 - Bibit sapi bali betina ... 3
Gambar 3 - Cara pengukuran bibit sapi bali ... 5
(4)
“Hak Cip
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
SNI 7651.4:2015
© BSN 2015 ii
Prakata
Standar Nasional Indonesia (SNI) Bibit sapi potong ─ Bagian 4 : Bali merupakan revisi dari
SNI 7355:2008 Bibit sapi Bali dikarenakan:
1. Adanya perkembangan kebutuhan standar mutu bibit sebagai acuan di lapangan;
2. Amanah UU Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan juncto UU Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, tidak ada pengklasifikasian bibit (bibit dasar, bibit induk dan bibit sebar).
Standar ini disusun oleh Subkomite Teknis 67-03-S1 Bibit Ternak, bertujuan untuk : 1. Memberikan jaminan kepada konsumen dan produsen akan mutu bibit sapi bali; 2. Meningkatkan produktivitas sapi bali di Indonesia; dan
3. Meningkatkan kualitas genetik sapi bali.
Bagian- bagian yang mengalami revisi adalah istilah dan definisi serta persyaratan mutu. Standar ini telah dibahas dalam rapat teknis dan terakhir disepakati dalam rapat konsensus di Bogor pada tanggal 3 November 2014 yang dihadiri oleh Subkomite Teknis 67-03-S1 Bibit Ternak dan pemangku kepentingan lainnya.
Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal
3 Februari 2015
sampai2
(5)
“Hak Cip
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
SNI 7651.4:2015
© BSN 2015 iii
Pendahuluan
Sapi bali telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 325/Kpts/OT.140/ 1/2010, sebagai rumpun sapi asli Indonesia dan telah menyebar diseluruh wilayah Indonesia. Sapi bali mempunyai peran penting dalam penyediaan daging nasional.
Salah satu aspek penting dalam proses produksi usaha sapi potong adalah ketersediaan bibit yang sesuai standar. Oleh sebab itu standar bibit sapi bali perlu ditetapkan sebagai acuan bagi pelaku usaha dalam upaya mengembangkan sapi bali.
(6)
“Hak Cip
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
SNI 7651.4:2015
© BSN 2015 1 dari 7
Bibit sapi potong
─Bagian 4 : Bali
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan persyaratan mutu dan cara pengukuran bibit sapi bali.
2 Istilah dan definisi
Untuk penggunaan dalam dokumen ini, istilah dan definisi berikut digunakan.
2.1 sapi bali
rumpun asli sapi potong Indonesia, yang mempunyai karakteristik bentuk fisik dan komposisi genetik serta kemampuan beradaptasi pada berbagai lingkungan di Indonesia
2.2
bibit sapi bali
sapi bali yang mempunyai sifat unggul dan mewariskan serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan
2.3
dokter hewan berwenang
dokter hewan yang ditunjuk oleh menteri atau gubernur atau bupati atau walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka penyelenggaraan kesehatan hewan
2.4
penyakit hewan strategis
penyakit hewan yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi, keresahan masyarakat, dan/atau kematian hewan yang tinggi
3....Kelas bibit
Bibit sapi bali dibagi menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu:
- kelas I;
- kelas II;
- kelas III.
4 Persyaratan mutu 4.1 Persyaratan umum
4.1.1 Sehat dan bebas dari penyakit hewan strategis yang dinyatakan oleh dokter hewan berwenang untuk melaksanakan tindakan kesehatan hewan dan menerbitkan surat keterangan kesehatan hewan.
4.1.2 Bebas dari segala bentuk cacat fisik dan cacat organ reproduksi serta tidak mempunyai silsilah keturunan yang cacat secara genetik.
(7)
“Hak Cip
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
© BSN 201 4.1.4 Bib
4.2 Pers 4.2.1 Pe
4.2.1.1 B
a) warna ujung b) tanduk c) bentuk Contoh bib
4.2.1.2 B
a) warna ujung b) tanduk c) bentuk Contoh bib
5
bit sapi bal
syaratan kh rsyaratan k Bibit sapi b
badan keh ekor hitam; k tumbuh ba k kepala leb bit sapi bali
Bibit sapi b
a badan kem ekor hitam k pendek; k kepala pa bit sapi bali
i betina m
husus kualitatif bali jantan hitaman, lut ; aik, menga bar dengan jantan seba Gamba bali betina merahan, lu dan ada ga anjang dan l
betina seba
2 d
emiliki amb
tut ke bawa rah ke teng
leher komp agaimana G
ar 1 – Conto
tut ke bawa aris belut wa
eher rampi agaimana G
dari 7
bing dan or
ah putih, pa gah dan ber pak dan kua Gambar 1.
oh bibit sap
ah putih, pa arna hitam ng. Gambar 2. rgan reprod antat putih rwarna hita at.
pi bali janta
ntat putih b pada pungg
SN
uksi norma berbentuk m; an berbentuk se gung;NI 7651.4:
l.setengah b
etengah bu
2015
bulan,
(8)
“Hak Cip
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
SNI
© BS 4.2.2 Pers ( 1 >2 Pers7651.4:20
SN 2015 2 Persyarayaratan min
Ta Umur (Bulan)
8 – 24
24 – 36
yaratan min
015
G
atan kuanti
nimum kuan
bel 1 - Pers Parame Tinggi pun Panjang ba Lingkar da Lingkar skr Tinggi pun Panjang ba Lingkar da Lingkar skr nimum kuan
Gambar 2 –
itatif ntitatif pada syaratan m eter S dak adan da rotum dak adan da rotum ntitatif pada
3 dari 7 Contoh bi
a bibit sapi b
minimum ku Satuan cm cm cm cm cm cm cm cm
a bibit sapi b
bit sapi ba
bali jantan s
uantitatif b I 115 125 155 127 133 179
bali betina s
ali betina
sesuai deng
ibit sapi ba Kelas II 110 120 147 25 120 124 158 26 sesuai deng
gan Tabel 1
ali jantan III 105 119 142 113 115 148
gan Tabel 2 .
(9)
“Hak Cip
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
SNI 7651.4:2015
© BSN 2015 4 dari 7
Tabel 2 - Persyaratan minimum kuantitatif bibit sapi bali betina Umur
(Bulan)
Parameter
Satuan
Kelas
I II III
18 - 24
Tinggi pundak cm 107 104 100
Panjang badan cm 112 105 101
Lingkar dada cm 139 130 124
>24 - 36
Tinggi pundak cm 110 106 104
Panjang badan cm 114 110 105
Lingkar dada cm 147 135 130
5 Cara pengukuran 5.1 Prinsip
Penentuan umur dan pengukuran dilakukan pada posisi sapi berdiri sempurna diatas permukaan yang rata.
5.2 Umur
Menentukan umur dapat dilakukan melalui dua cara yaitu berdasarkan catatan kelahiran dan pergantian gigi seri permanen. Cara penentuan umur berdasarkan gigi seri permanen seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3 - Penentuan umur berdasarkan gigi seri permanen
No Gigi seri permanen Taksiran umur
(Tahun) Contoh gambar
1 1 pasang 18 – 24 bulan
2 2 pasang > 24 – 36 bulan
5.3 Tinggi pundak
Mengukur jarak dari permukaan yang rata sampai bagian tertinggi pundak melewati bagian scapulla secara tegak lurus, menggunakan tongkat ukur, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.
(10)
“Hak Cip
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
SNI
© BS 5.4 Meng ischii 5.5 Cara bahu Kete a : T b : P c : L7651.4:20
SN 2015 Panjang b
gukur jarak
ii), menggun
Lingkar d a mengukur u, sebagaim rangan : Tinggi punda Panjang bada Lingkar dada
015
badank dari bong nakan tongk
dada
r lingkar da mana ditunju
ak an a
Ga
kol bahu (t
kat ukur, se
da dengan ukkan pada
mbar 3 - Ca
5 dari 7
tuberositas
ebagaimana
melingkark Gambar 3.
ara penguk
humeri) sa
a ditunjukka
kan pita uk
kuran bibit
ampai ujung an pada Gam
kur pada ba
t sapi bali
g tulang du mbar 3.
agian dada
uduk (tuber
dibelakang
r
(11)
“Hak Cip
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
SNI 7651.4:2015
© BSN 2015 6 dari 7
5.5 Lingkar skrotum
Mengukur lingkar skrotum dengan melingkarkan pita ukur pada bagian terlebar skrotum, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.
(12)
“Hak Cip
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
SNI 7651.4:2015
© BSN 2015 7 dari 7
Bibliografi
Undang – Undang nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan juncto Undang – Undang nomor 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 2907/Kpts/OT.040/11/2011 tentang Penetapan Rumpun Sapi bali.
Kumpulan data uji performan sapi bali, Jakarta, Tahun 2014.
Peraturan Pemerintah nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak.
Thalib C 2004, Penyusunan standar bibit sapi bali di Indonesia, Jurnal pengembangan peternakan tropis, Special edition, Oktober 2004, Undip.
(1)
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
4.1.4 Bib 4.2 Pers 4.2.1 Pe
4.2.1.1 B a) warna
ujung b) tanduk c) bentuk Contoh bib
4.2.1.2 B a) warna
ujung b) tanduk c) bentuk Contoh bib
bit sapi bal syaratan kh
rsyaratan k Bibit sapi b
badan keh ekor hitam; k tumbuh ba k kepala leb bit sapi bali
Bibit sapi b a badan kem
ekor hitam k pendek; k kepala pa bit sapi bali
i betina m husus kualitatif bali jantan hitaman, lut ; aik, menga bar dengan jantan seba Gamba bali betina merahan, lu
dan ada ga anjang dan l
betina seba
emiliki amb
tut ke bawa rah ke teng
leher komp agaimana G
ar 1 – Conto
tut ke bawa aris belut wa
eher rampi agaimana G
bing dan or
ah putih, pa gah dan ber pak dan kua Gambar 1.
oh bibit sap
ah putih, pa arna hitam ng. Gambar 2. rgan reprod antat putih rwarna hita at.
pi bali janta
ntat putih b pada pungg uksi norma berbentuk m; an berbentuk se gung; l.
setengah b
etengah bu bulan,
(2)
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
4.2.2 Pers ( 1 >2 Pers
2 Persyara yaratan min Ta Umur (Bulan)
8 – 24
24 – 36
yaratan min
G
atan kuanti nimum kuan
bel 1 - Pers Parame Tinggi pun Panjang ba Lingkar da Lingkar skr Tinggi pun Panjang ba Lingkar da Lingkar skr nimum kuan
Gambar 2 –
itatif ntitatif pada syaratan m eter S dak adan da rotum dak adan da rotum ntitatif pada Contoh bi
a bibit sapi b minimum ku Satuan cm cm cm cm cm cm cm cm
a bibit sapi b
bit sapi ba
bali jantan s uantitatif b I 115 125 155 127 133 179
bali betina s
ali betina
sesuai deng ibit sapi ba
Kelas II 110 120 147 25 120 124 158 26 sesuai deng
gan Tabel 1 ali jantan III 105 119 142 113 115 148
gan Tabel 2 .
(3)
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
Tabel 2 - Persyaratan minimum kuantitatif bibit sapi bali betina Umur
(Bulan)
Parameter
Satuan
Kelas
I II III
18 - 24
Tinggi pundak cm 107 104 100
Panjang badan cm 112 105 101
Lingkar dada cm 139 130 124
>24 - 36
Tinggi pundak cm 110 106 104
Panjang badan cm 114 110 105
Lingkar dada cm 147 135 130
5 Cara pengukuran 5.1 Prinsip
Penentuan umur dan pengukuran dilakukan pada posisi sapi berdiri sempurna diatas permukaan yang rata.
5.2 Umur
Menentukan umur dapat dilakukan melalui dua cara yaitu berdasarkan catatan kelahiran dan pergantian gigi seri permanen. Cara penentuan umur berdasarkan gigi seri permanen seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3 - Penentuan umur berdasarkan gigi seri permanen No Gigi seri permanen Taksiran umur
(Tahun) Contoh gambar
1 1 pasang 18 – 24 bulan
2 2 pasang > 24 – 36 bulan
5.3 Tinggi pundak
Mengukur jarak dari permukaan yang rata sampai bagian tertinggi pundak melewati bagian scapulla secara tegak lurus, menggunakan tongkat ukur, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.
(4)
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
5.4 Meng ischii
5.5 Cara bahu
Kete a : T b : P c : L
Panjang b gukur jarak ii), menggun
Lingkar d a mengukur u, sebagaim
rangan : Tinggi punda Panjang bada Lingkar dada
badan k dari bong
nakan tongk
dada r lingkar da mana ditunju
ak an a
kol bahu (t kat ukur, se
da dengan ukkan pada
tuberositas ebagaimana
melingkark Gambar 3.
humeri) sa a ditunjukka
kan pita uk
ampai ujung an pada Gam
kur pada ba
g tulang du mbar 3.
agian dada
uduk (tuber
dibelakang r
(5)
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
5.5 Lingkar skrotum
Mengukur lingkar skrotum dengan melingkarkan pita ukur pada bagian terlebar skrotum, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.
(6)
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
tan
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
dan tidak untuk di komersialkan”
Bibliografi
Undang – Undang nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan juncto Undang – Undang nomor 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 2907/Kpts/OT.040/11/2011 tentang Penetapan Rumpun Sapi bali.
Kumpulan data uji performan sapi bali, Jakarta, Tahun 2014.
Peraturan Pemerintah nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak.
Thalib C 2004, Penyusunan standar bibit sapi bali di Indonesia, Jurnal pengembangan peternakan tropis, Special edition, Oktober 2004, Undip.