Buku 2 Bidang Mineral Prosiding Hasil Kegiatan 2016 PSDMBP

Nomor : 11
ISSN : 0261-0811

PROSIDING
HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2016
PUSAT SUMBER DAYA MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI

BUKU 2
BIDANG MINERAL

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BADAN GEOLOGI
PUSAT SUMBER DAYA MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI

Editor

: Iwan Nursahan, S.T., M.T., Ir. Armin Tampubolon, M.Sc.,
Ir. Zulfikar, SP.1, dan Ir. Herry Rodiana Eddy, M.Si.

Layout & Desain


: Eko Suryanto, S.Kom

Daftar Isi

DAFTAR ISI
1. Eksplorasi Umum Endapan Logam Dasar di daerah Salopaku, Kecamatan
Sabbang, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan ..................................
2. Eksplorasi Endapan Nikel Laterit di Daerah Dosay, Kecamatan Sentani Barat,
Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua ......................................................................
3. Eksplorasi Umum Logam Dasar di Kecamatan Tombolo, Kabupaten Gowa, Provinsi
Sulawesi Selatan .....................................................................................................
4. Prospeksi Mineral Logam di Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah
5. Eksplorasi Umum Bijih Besi Dan Mangan di Kecamatan Pagelaran dan Pagelaran
Utara, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung ....................................................
6. Penyiapan Data dan Informasi Sumber Daya Geologi untuk Pengusulan Wilayah
Keprospekan Mineral Tahun 2016 ..........................................................................
7. Eksplorasi Umum Emas dan Logam Dasar untuk WPR Gunung Botak/Gogrea dan
Sekitarnya, Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku .......................
8. Eksplorasi Umum Emas dan Mineral Ikutannya di Kecamatan Noyan, Kabupaten
Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat .......................................................................

9. Prospeksi Logam Mulia dan Logam Dasar di Kabupaten Minahasa Tenggara,
Provinsi Sulawesi Utara ..........................................................................................
10. Pemutakhiran Data dan Neraca Sumber Daya Mineral Indonesia Status 2016 .......
11. Survei Geokimia Regional Bersistem Lembar Ternate A-2 di Pulau Halmahera,
Provinsi Maluku Utara .............................................................................................
12. Prospeksi Timah dan Rare Earth Element (REE) di Kabupaten Pelalawan, Provinsi
Riau ........................................................................................................................
13. Prospeksi Bijih Besi dan Mineral Ikutannya di Kabupaten Banjar, Provinsi
Kalimantan Selatan .................................................................................................
14. Eksplorasi Umum Logam Mulia dan Logam Dasar di Kecamatan Dolok Sigompulon,
Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara ....................................
15. Eksplorasi Umum Bijih Besi dan Mineral Ikutannya di Kecamatan Pelaihari,
Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan .............................................
16. Eksplorasi Umum Endapan Zirkon di Kecamatan Telawang, Kabupaten
Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah ....................................................
17. Prospeksi Endapan Bentonit Di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi ....................
18. Prospeksi Batuan Pembawa Kalium, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah .........
19. Eksplorasi Umum Endapan Zeolit, Kabupaten Tanggamus, Kecamatan Limau,
Provinsi Lampung ....................................................................................................
20. Eksplorasi Umum Batumulia, Kecamatan Amahai dan Sekitarnya, Kabupaten

Maluku Tengah, Provinsi Maluku .............................................................................
21. Prospeksi Endapan Kuarsit di Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh ...................
22. Prospeksi Endapan Batumulia di Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh ........
23. Pembuatan In House Standard Stream Sediment untuk Cu, Pb, Zn, dan Ag ...........
24. Penyusunan Atlas dan Metadata Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Indonesia ................................................................................................................
25. Kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Geografis Nasional Sumber Daya
Geologi Tahun 2016 ................................................................................................

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

1
21
37
55
73
83
93
107
121

137
157
177
185
197
211
225
235
245
253
259
269
279
289
299
313

i

Buku 2: Bidang Mineral


EKSPLORASI UMUM ENDAPAN LOGAM DASAR
DI DAERAH SALOPAKU, KECAMATAN SABBANG, KABUPATEN LUWU UTARA
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Bambang Nugroho Widi, Hartaja M. Hatta W dan Rudy Gunradi
Bidang Mineral
Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
SARI
Secara geologi daerah penyelidikan di susun oleh 3 satuan batuan terdiri dari satuan
batuan metamorf Filit menempati wilayah bagian selatan, satuan batuan granit (granit
Kambuno) menempati bagian tengah dan utara dan satuan batuan vulkanik dasitik
menempati sebagian daerah tengah dari daerah penyelidikan. Secara umum struktur geologi
yang berkembang adalah berupa struktur sesar yang berarah hampir barat-timur dan
baratlaut-tenggara. Sesar tersebut mengenai (memotong) semua satuan batuan.
Mineralisasi di wilayah ini ditandai dengan dijumpainya butiran emas dalam
lingkungan batuan metamorf yaitu metavulkanik (metaandesit) yang di apit oleh batuan filit.
Butiran emas memiliki ukuran dari halus FC hingga sangat kasar VFC, dijumpai dibeberapa
lokasi di kawasan Salopapa yang merupakan cabang dari Salosese.
Hasil analisis kimia menunjukkan adanya 3 titik anomali Au yaitu (LU/16/MN/002SS),
dengan kadar 29 ppb (LU/16/MN/081SS), dengan kadar 116 ppb dan (LU/16/MN/046SS),

dengan kadar 147 ppb. Ketiga anomali tersebut sungai mengarah ke Bukit Salopapa.
memiliki hulunya yang sungainya diperkirakan mengarah pada satu bukit yakni bukit
Salopapa. Sementara dari hasil pengamatan mineragrafi menunjukkan munculnya mineral
sulfida seperti kalkopirit (CuFeS2), pirit (FeS2) dan bornit (Cu5FeS4) serta mineral oksida
magnetit (Fe3O4) dan hidrous okside, terdapat di lingkungan batuan dimana emas ditemukan
(LU/16/MN/044R); (LU/16/MN/045R) dan (LU/16/MN/058R).
Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi antara keterdapatan emas dari dulang dan
mineralisasi dalam batuan (analisis mineragrafi) dan hasil analisis kimia sedimen sungai.
Dari hasil penyelidikan tersebut menunjukkan di wilayah ini masih dimungkinkan adanya
mineralisasi logam baik emas maupun mineralisasi logam lainnya.
Sejauh ini untuk menentukan apakah jenis mineralisasinya adalah mineralisasi
hidrotermal (epitermal) atau jenis mineralisasi lain yakni orogenic gold (epizonal) belum
dapat ditentukan. Namun demikian mineralisasi mengarah ke arah mineralisasi tipe orogenic
(Epizonal) kecenderungannya kearah tersebut dimungkinkan. Untuk memperjelas hal

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

1

Buku 2: Bidang Mineral


tersebut perlu dilakukan penyelidikan lebih rinci serta pengujian laboratorium dari contocontonya yang lebih spesifik.
Kata kunci: Mineralisasi logam dasar, Cu, Pb, Zn, Au, Ag.
9°15'00" hingga 2°23'10" Lintang Utara

PENDAHULUAN
Kegiatan

penyelidikan

mineral

(Gambar 1).

logam dasar di daerah Salupaku, Desa
Tandung,

Kecamatan

Sabbang,


METODOLOGI

Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi

Metode yang digunakan dalam

Selatan merupakan tindak lanjut dari

Penyelidikan ini adalah pemetaan geologi

penyelidikan yang dilakukan oleh Tim

permukaan, geokimia (pengambilan conto

Inventarisasi Pusat Sumber Daya Geologi

sediment sungai, pendulangan dan rock

Tahun 2009.


sampling). Hasil pengamatan dilapangan

Dari hasil penyelidikan tersebut
diketahui

ada

tiga

komoditi

mineral

telah

diperoleh

laboratorium


conto

30

conto

untuk

analisis

batuan

untuk

menarik yang perlu ditindak lanjuti untuk

analisis kimia, 6 conto tanah untuk analisis

dikembangkan yaitu emas (Au); logam


kimia (Major element), 85 conto stream

dasar terdiri dari (Cu), timah hitam (Pb)

sedimen, 88 conto mineralogy butir, 8

dan

ini

conto untuk mineragrafi, 11 conto untuk

dimaksudkan untuk mengetahui adanya

petrografi 9 conto batuan untuk analisis

indikasi dan sebaran Cu, Pb, Zn, Au dan

XRD.

seng

(Zn).

Penyelidikan

Analisis

Ag. Tujuannya adalah untuk mengetahui

kimia

menggunakan

daerah prospek dan potensi sumber daya

metoda AAS, unsur yang dianalisis Au,

endapan logam dasar di daerah Salupaku

Ag, Cu, Pb, Zn, Mo. Adapun di analisis

dan sekitarnya guna mendapatkan data

fisika mineral terdiri dari petrografi untuk

dalam

mengetahui

rangka

pengusulan

pembuatan

jenis

mineral

penyusun

batuan dan mineragrafi untuk mengetahui

Wilayah Pertambangan.
secara

jenis mineral logam atau mineral bijih yang

administrasi termasuk kedalam wilayah

membentuk endapan; Analisis di lakukan

Tandung,

Sabbang,

di Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara

Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi

dan Panas Bumi, Bandung. Sedangkan

Selatan. Secara geografis daerah ini

pengolahan data hasil analisis kimia dari

terletak pada posisi antara 120°00'0"

conto

hingga

dilakukan dengan statistik menggunakan

Daerah

2

penyelidikan
Kecamatan

120°6'47"

Bujur

Timur,

dan

sedimen

sungai

dan

batuan

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

Buku 2: Bidang Mineral

Secara stratigrafi batuan daerah

program excel dan program ArcGis 10
untuk

menggambarkan

pola

sebaran

penyelidikan dibagi menjadi tiga satuan
batuan

geokimia unsur.

satuan

metamorf

(Filit-gneis);

Satuan batuan intrusif (Diorit-mikrogranit);
Satuan batuan ekstrusif/vulkanik (Dasit

GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN
Berdasarkan

hasil

pengamatan

dan Andesit).
Batuan

dilapangan diketahui kondisi geomorfologi

Metamorf,

(bentang alam) daerah penyelidikan terdiri

megaskopis

dari

kehijauan s.d. abu-abu kecoklatan, keras,

daerah

perbukitan

dan

daerah

memiliki

secara

warna

abu-abu

memiliki perlapisan, terkadang terdapat

pedataran.

struktur semacam foliasi, butiran ukuran
halus hingga kasar. Dibeberapa tempat

Morfologi Perbukitan
di

memperlihatkan adanya perlapisan yang

dominasi oleh wilayah dengan elevasi

terkadang memiliki pola perlapisan yang

ketinggian antara 250 meter s.d. 1500

hampir

meter

Hasil

kemiringan lapisan hingga 80°. Salah satu

morfologi

dari batuan filit tersebut tersingkap secara

Momorfologi

diatas

pengamatan
perbukitan

Perbukitan

permukaan
di

laut.

lapangan

dicirikan

oleh

perbukitan

tegak

dan

dapat

mencapai

baik di Sungai Salopaku (Gambar 3).
Pengamatan

dengan topografi rapat dengan kemiringan

mikroskopis

pada

lereng dari 30° hingga 70°. Selain dicirikan

salah satu conto batuan menunjukkan

pula oleh adanya air terjun yang cukup

tekstur foliasi, sifat optik, kristal uehedral-

banyak dan tinggi terutama di beberapa

anhedral, mineral teridentifikasi adalah

bagian hulu anak sungai.

kuarsa, plagioklas, biotit, klorit serisit dan
opak, secara jelas ada pada (Gambar 4).

Morfologi Pedataran
Morfologi

pedataran

memiliki

Batuan intrusif (Diorit-mikrogranit)
Batuan intrusi teramati di daerah

penyebaran sangat terbatas tidak lebih
penyelidikan,

penyelidikan yaitu granit, mikrogranit dan

dijumpai disekitar sungai utama Salopaku.

diorit, masuk kedalam kelompok granit

Morfologi pedataran menempati wilayah

Kambuno.

tertentu

putih

dari

5%

dari

wilayah

terutama

daerah

pedataran

Secara

megaskopis

s.d. kecoklatan,

warna

berbutir kasar,

sungai Salopaku. Kenampakan morfologi

tekstur faneritik, mineral penyusun kuarsa,

perbukitan maupun pedataran di wilayah

biotit, minor garnet, epidot dan mineral

penyelidikan (Gambar 2).

opak. Salah satu singkapan granit di anak
sungai Salopapa (Gambar 5).

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

3

Buku 2: Bidang Mineral

Pengamatan mikroskopis menun-

basal. Secara regional kelompok batuan

jukkan tekstur faneritik, anhedral, mineral
penyusun kuarsa, plagioklas, biotit, klorit

gunungapi

merupakan

bagian

dari

epidot dan opak (Gambar 6).

Formasi Lamasi berumur Oligo-Miosen
(T.O. Simajuntak, dkk., 2007).

Batuan Gunungapi
Batuan gunungapi disini terdiri dari

Endapan Permukaan

lava andesit, breksi dan tufa bersifat

Endapan permukaan yang terdiri

andesitik hingga dasitik. Batuan andesit

dari lumpur, pasir, kerakal dan kerikil yang

secara megaskopis memiliki warna abu-

merupakan hasil rombakan batuan yang

abu kehijauan, kompak, keras, berbutir

telah ada sebelumnya.
Di wilayah penyelidikan endapan

halus hingga sedang tekstur porfiritik,
batuan

alluvial menempati daerah dataran tinggi

sebagian diapit diantara batuan metamorf

Dodolo, Bangko dan Tedeboek serta di

(filit).

bagian selatan daerah penyelidikan yang

setempat

mengalami

foliasi,

Pengamatan

mikroskopis

menunjukkan mineral penyusun andesit;
plagioklas,

feldspar,

sebagai

merupakan dataran pantai.

fenokris,

tertanam dalam masa dasar plagioklas

Struktur Geologi
Struktur

(Gambar 7).

yang

berkembang

di

Salo

daerah penyelidikan adalah berupa kekar

Palimunang yang merupakan salah satu

dan sesar. Kekar terjadi pada batuan baik

anak

pada

Dasit

dijumpai

sungai

sepanjang

dibagian

hilir

Salopaku

intrusi

maupun

seperti

putih kecoklatan, afanitik-porfiritik, fenokris

seragam. Sementara sesar berdasarkan

berukuran besar, tertanam dalam masa

penafsiran peta rupa bumi (DEM), memiliki

dasar plagioklas, Sebagian batuan ini

arah umum baratlaut-tenggara, sebagian

telah mengalami ubahan menjadi argilik

mendekati arah timur-barat. Struktur sesar

disertai mineral sulfide pada beberapa

intensif

tempat. Batuan ini tersebar di bagian

baratlaut-tenggara.

timurlaut

struktur

baratlaut

daerah

dengan

lainnya

(Gambar 8). Secara megaskopis warna

dan

metamorf

batuan

berkembang

dengan

indikasi

oleh

bidang

tidak

arah

Dilapangan

ditunjukkan
atau

arah

adanya

gores

pada

penyelidikan. Tuf terdiri dari tuf Kristal,

slickenside

batupasir tuf dan tuf abu, penyebarannya

batuan, adanya air terjun yang dijumpai

di daerah tinggian yang umumnya pada

secara

puncak-puncak bukit breksi gunungapi,

Gambaran

yang

batuan dan struktur) daerah penyelidikan

disusun

oleh

breksi

gunungapi

berpola
kondisi

membentuk
geologi

tangga.
(startigrafi

bersifat andesitik, lava andesit dan lava
4

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

Buku 2: Bidang Mineral

Hasil

secara keseluruhan dapat dilihat pada

analisis

(pemeriksaan

Gambar 9.

laboratorium

mineralogi

butir)

yang

diambil dari lokasi lain (diluar Salopapa)
juga menunjukkan adanya butiran emas

Mineralisasi
Mineralisasi ditemukan pada dua

yang berasal dari lokasi anak Salo Sese

lingkungan geologi yang berbeda:
Mineralisasi

(1)

sebagaimana diperlihatkan pada conto

dijumpai

dalam

(LU/16/MN/003) (Gambar 12).

(meta-

Sementara dari hand specimen

andesit) yang diapit dalam batuan filit-

(LU/16/MN/58) menunjukkan sifat fisik

slate. Pada lingkungan ini mineralisasi

batuan berwarna metallic silver (perak

dicirikan oleh munculnya sejumlah mineral

atau

ubahan disertai hadirnya urat sulfida halus

tertanam dalam batuan silika (Gambar

memotong batuan dan disiminasi pirit

13).

halus dalam batuan metaandesit. Salah

ditemukan adanya butiran emas.

lingkungan

batuan

metamorf

galena),

bentuk

dimana

Pada

tidak

teratur,

lokasi

tersebut

Hasil pemeriksaan mineralogi butir

satu lokasinya dijumpai di Sungai Salo
Bangkele dimana ubahan metaandesit

dari

terjebak dalam filit. Secara megaskopis

(LU/16/MN/058) ditemukan butiran emas

batuan yang terubah warna abu-abu

berukuran halus hingga kasar. Kondisi dan

kecoklatan, struktur stockwork (coklat tua)

jenis butiran yang terdapat di dalamnya

dalam batuan (Gambar 10).

mencerminkan kondisi

Hasil

pendulangan

conto

di

sekitarnya

lokasi

(Gambar 14).

di

Salopapa

dan

anak

sungai

salopapa

(Thair

mikroskopis

dibagian hulu. Secara fisik butiran emas

(LU/16/MN/058)

dari berukuran halus (VFC), hingga kasar

adalah

(VCC), warna kuning terang (cemerlang),

(Gambar 15).

berbentuk

pipih

dengan

asosiasi

sama

Al-Ani

et.al,

2014)

Sedangkan dari hasil pemeriksaan

Salobangkele dan Salopangarusan yang
merupakan

yang

Mineralisasi di bagian hulu atau

ditemukan

butiran emas diperoleh dari beberapa
seperti

lokasi

bijih

magnetit,
Wilayah

pada

mineral

teridentifikasi

kalkopirot
Salopapa

lokasi
dan

pirit

merupakan

mineralnya adalah garnet, zirkon, kuarsa,

wilayah dari kelompok batuan metamorf.

piroksin, magnetit dan oksida besi. Salah

Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa

satu hasil pendulangan yang diperoleh

mineral ubahan yang teridentifikasi dari

dari

LU/16/MN/52

wilayah ini terdiri dari kaolinti, albit,

memperlihatkan butiran emas yang besar

montmorilonit, illite dan kuarsa. Hasil

dan sebagian berbentuk lancip dan pipih

pmeriksaan ini berasal dari conto lokasi

(Gambar 11).

LU/16/MN/034.

Salo

Bangkela

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

5

Buku 2: Bidang Mineral

(2) Mineralisasi dijumpai dalam

dengan di Salopalimunang. Dimana di

Pada

daerah Salopapa tidak dijumpai adanya

lingkungan ini mineralisasi dicirikan oleh

ubahan hidrotermal argilik sementara di

munculnya

daerah Salopalimunang alterasi argilik

lingkungan

vulkanik
sejumlah

(dasitik).
mineral

ubahan

disertai mineral sulfida halus dalam batuan

cukup

bersifat dasitik. Salah satu lokasi indikasi

batuannya yang berbeda.

batuan

dimana

vulkanik

ubahan

dasitik

dari

mengalami

disamping

kondisi

Adapun dari hasil analisis kimia

mineralisasi di lingkungan ini dijumpai di
Salopalimunang

dominan

diketahui
unsur

kandungan

diwilayah

masing

masing

penyelidikan

adalah

hadirnya

sebagai berikut: Ada enam unsur yang

mineral sulfida halus terdalam dalam

dianalisis yaitu Cu, Pb, Zn, Au, Ag dan Mo

batuan. Secara megaskopis batuan yang

dengan

terubah

kecoklatan,

sebagai berikut: kadar (ppm) maksimum

keputihan disusun secara dominan oleh

Cu 88 ppb; Pb 143 ppb; Ag 2,4 ppb; Zn

mineral kaolin dan argilik (Gambar 16).

166 ppb; Mo 2 ppb; Au 147 ppb. Dari hasil

Sementara

perhitungan statistik berdasarkan data

argilitisasi

di

sertai

warna

dari

dengan

abu-abu

hand

specimen

kadar

analisis

batuan berwarna putih keabuan, keras,

confidence level masing-masing unsur

disiminasi sulfide tertanam dalam batuan

adalah sebagai berikut Cu 3,8 ppb; Pb 3,9

silika (Gambar 17).

ppb; Zn 4,8 ppb dan Au 4,3 ppb.

pemeriksaan

mikroskopis

bijih pada lokasi (LU/16/MN/113) mineral

menunjukkan

unsur

(LU/16/MN/113) menunjukkan sifat fisik

Hasil

kimia

masing-masing

bahwa

Sementara Ag 0,085 ppb; dan Mo 0,090
ppb (Tabel 1).
Perhitungan

teridentifikasi adalah magnetit, kalkopirot

didasarkan

Vaughan, 1994) (Gambar 18).

laboratorium kimia di di lakukan PSDMBP
di

daerah

data

penyelidikan

hasil

yang

dan bornit (James R. Craig and David
Hal menarik lainnya di wilayah ini

pada

statistik

maka

analisis
untuk

adalah dijumpainya mata airpanas yang

sebaran geokimia masing masing unsur

berada

dapat digambarkan dalam bentuk peta

bersama sama

dengan zona

ubahan dan mineralisasi (Gambar 19).

sebaran Cu, Pb, Zn dan Au, Ag, masing

Sesuai penjelasan tersebut dapat

masing digambarkan dalam sebuah peta

diketahui kondisi geologi alterasi dan

sebaran geokimia unsur sebagai berikut

mineralisasi daerah di Salopapa berbeda

(Gambar 20 s.d. 25)

6

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

Buku 2: Bidang Mineral

mencerminkan dapat kondisi mineralisasi

PEMBAHASAN
Secara

geologi

daerah

penyelidikan di dominasi oleh batuan

di bagian hulu atau sekitarnya (Thair AlAni et.al, 2014).
Sementara

metamorfik (filit dan batu sabak), batuan
intrusi

(granit)

(andesit

hingga

dan

batuan

dasitik).

vulkanik

Ketiga

jenis

mineragrafi,

dari

hasil

mineral

analisis

teridentifikasi

magnetit, kalkopirit dan pirit (James R.

batuan tersebut memiliki peranan penting

Craig

dalam

di

diperkirakan terbentuk sebelum terjadinya

wilayah ini. Selain litologi batuan faktor

deformasi tektonik. Ini dapat dilihat dari

struktur

kondisi geologinya dimana meta-andesit

pembentukan
juga

mineralisasi

memberikan

peranan

et.al,

1994),.

Mineralisasi

terapit oleh batuan filit.

penting.
Ada beberapa faktor utama yang

Hasil analisis kimia menunjukkan

mengontrol terjadinya mineralisasi di suatu

anomali diwilayah sekitar bukit Salopapa

wilayah, diantaranya. adalah “hostrock”,

kecenderungan mengarah kesatu wilayah

intrusi (“heat sources”), struktur, ore fluids

(bukit) dimana pada dibeberapa lokasi

dan rentang proses mineralisasi.

sekeliling bukit dijumpai adanya butiran

Di daerah penyelidikan terdapat
dua

tipe

mineralisasi

terjadi

Mineralisasi

di

Jadi bukit tersebut diperkirakan

pada

sebagai

lingkungan geologi yang berbeda.
(1).

emas (LU/16/MN/003/081/43/45/46).

lingkungan

daerah

prospek

mineralisasi

dengan arah NE-SW.

metamorfik. Ini dicirikan oleh beberapa

Beberapa pendapat menyatakan

indikasi diantaranya adanya butiran emas

jika mineralisasi terjadi pada lingkungan

di beberapa lokasi pada meta-andesit

metamorfik,maka

yang diapit batuan filit. Alterasi di kawasan

bisa dikategorikan sebagai mineralisasi

Salopapa

tipe orogenic (D.I. Groves et.al, 1997).

adalah

mineral

quarzt,

albit,montmorilonit, kaolinit dan illit.
Yang menarik dari mineralisasi di

mineralisasi

tersebut

(2). Lingkungan batuan

vulkanik

Salopalimunang).

Indikasi

(Lok.

kawasan ini adalah butiran emas yang

mineralisasi

dijumpai berbentuk gepeng, membulat

hidrotermal

tanggung s.d runcing dari ukuran butir

mineral argilit dalam batuan vulkanik

FVC hingga VCC. Selai butiran emas juga

dengan

mineral

megaskopis

lain

arsenopirit,

seperti
(analisis

zircon,

magnetit,

mineralogi

butir)

tandai
dalam

oleh

ubahan

bentuk

komposisi
ubahan

kelompok

dasitik.
hidrotermal

Secara
yang

dijumpai di wilayah ini berwarna abu-abu

dengan bentuk yang sama (gepeng).

keputihan

Bentuk butiran mineral yang terdapat di

mengandung mineral kaolin dan argilik

dalamnya

yang di beberapa lokasi disertai dengan

konsentrat

dulang

hingga

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

kecoklatan,

7

Buku 2: Bidang Mineral

pemunculan

mineral

sulfida

pirit

dan

KESIMPULAN
1) Secara geologi daerah penyelidikan

markasit (kuning pucat metallik).
Berbeda dengan mineralisasi di

merupakan daerah perbukitan, disusun

Salopapa, mineralisasi di Salopalimunang

oleh satuan batuan metamorf (filit-

memiliki karakteristik alterasi jauh berbeda

sabak), batuan intrusi granit, batuan

dimana mineral ubahan yang muncul

vulkanik andesitic-dasitik dan endapan

memiliki sebaran alterasi

cukup luas

alluvium. Struktur geologi berupa sesar

disepanjang sungai Salopalimunang. Hasil

geser berarah NW-SE dan SE-SW.

XRD mineralnya adalah kuarsa, klorit,

Struktur tersebut mengontrol adanya

kaolinit, illit dan monmorilonit.

mineralisasi di wilayah ini.

Hasil analisis mineragrafi mineral

2) Indikasi

mineralisasi

hadirnya

bornit dan pirit (LU/16/MN/114). Bentuk

dalam batuan disertai butiran emas dari

mineralisasi yang terjadi karena aktifitas

hasil

hidrotermal. Hal menarik di wilayah ini

Berdasarkan tipenya mineralisasi di

adalah bahwa alterasi dan mineralisasi

daerah penyelidikan dibagi atas dua

terjadi pada lingkungan batuan vulkanik

tipe. (1) Tipe mineralisasi yang terjadi

yang merupakan manifestasi geothermal.

pada batuan metamorf (meta-andesit)

Keberadaan mineralisasi epitermal terkait

diapit batuan filit, Lokasi Salopapa.

dengan geothermal sangat memungkinkan

Mineralisasi

sebagai mana yang terjadi di wilayah

sebelum terjadinya deformasi tektonik.

geothermal di “Southern Kamchata (Victor

Ini dapat dilihat dari sifat fisik mineral

Okrugin

2015)

yang teridentifikasi dengan bentuk yang

Diperkirakan zona mineralisasi di batasi

gepeng. (2). Tipe mineralsasi yang

oleh kontrol struktur berarah NE-SW dan

terjadi pada batuan vulkanik bersifat

SE-NW (Gambar 25).

andesitik-dasitik.

Dari
wilayah

Ivan

kedua

mineralisasi

Chernev,

mineral

oleh

teridentifikasi adalah magnetit, kalkopirit

and

sejumlah

ditandai

pendulangan

diberapa

tersebut,

Salopalimunang.

yang

dianggap

ditandai

oleh

Mineralisasi
sebaran

hodrotermal

alasan daerah tersebut (1) ditemukan

manifestasi panasbumi.
kedua

terjadi

Lokasi

prospek adalah Salopapa (Au) dengan

3) Dari

lokasi.

diperkirakan

daerah

adanya butiran emas yang diperkuat

ubahan

yang
wilayah

luas

ini

ubahan
disertai

mineralisasi

dengan (2) anomali geokimia dengan pola

tersebut, maka wilayah mineralisasi

yang spesifik (Gambar 26).

yang dianggap prospek adalah wilayah

8

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

Buku 2: Bidang Mineral

Salopapa dengan alasan hasil survey

James R. Craig and David Vaughan,

lapangan menunjukkan adanya butiran

1994, Ore Microscopy and Ore

emas diperkuat dengan anomali kimia

Petrography, John Willey & Son, Inc,

yang memiliki bentuk anomali yang

New York, Toronto, Brisbane.
James R. Craig, 2001, Ore Mineral

terpola.

Texture and the tales they tell, The

4) Berdasarkan poin (3) diatas disarankan
untuk

dilakukan

guna

penyelidikan

mengetahui

Canadian

lanjut

Vol.39.

pp.937-956.

keberadaan

mineralisasi di Bukit Salopapa (bukit

Mineralogist,

Frank T. Dulong, 1997, X-Ray Powder

yang mengarah ke anomali geokimia)

Diffraction,

Eastern

Energy

dengan cara melaku kan studi geologi

Resources

TeamU.S.

Geological

detil, soil sampling dan paritan jika

Survey, MS956 Reston, VA 20192.

ditemukan adanya zona bijih.

Scott A Speakman, 2002, Introduction to
X-Ray

UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis

menyampaikan

terima

Powder

Analysis,

Center

Science

and

kasih kepada Kabid dan Kasie Mineral

Massachusset

serta tim

Technology, USA.

editor yang telah memberikan

saran dan koreksinya terhadap makalah

Diffraction
for

Data

Materials

Engineering,
Institute

of

Simandjuntak T.O., Rusmana E., Surono

ini sehingga dapat diterbitkan.

dan Supandjono J.B., 2007; Peta
Geologi Lembar Malili,

Sulawesi

DAFTAR PUSTAKA

1:250.000, Pusat Survey Geologi,

Anonim, 1996. Analytical Methods for

Bandung.

Atomic
The

Absorption

Spectroscopy,

Perkin-Elmer

Corporation,

United States of America.

Thair

Al-Ani

&

Mineralogical

Timo,

Ahtola,

Analysis

of

2014,
Heavy

Minerals from Selected Till Samples

C.D.Gribble, and A.J. Hall,1985, Optical
Mineralogy, Principle & Practice

of Häme Belt, Southern Finland.
Victor Okrugin and Ivan Chernev,2015,

George Allen & Unwin, London,

Correlation

Sydney, Boston.

Geothermal Deposits (an Example of

D.I. Groves, et.al, 1997, Orogenic gold

Mutnovsky

of

Epithermal

Geothermal

and
Area,

deposits: A proposed classification in

Southern Kamchatka) Proceedings

the

World

context

of

their

crustal

distribution and relationship to other

Geothermal

Congress,

Mebourne, Australia.

gold deposit types, Ore Geology
Reviews 13 _pp 7-27.
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

9

Buku 2: Bidang Mineral

Daerah Penyelidikan

Gambar 1. Peta lokasi daerah penyelidikan

10

Gambar 2. Morfologi perbukitan dan

Gambar 3. Batuan metamorf (filit) di sungai

pedataran di wilayah penyelidikan

Salopaku. Tampak terlihat adanya

nampak latar belakang Sungai Salopaku.

pola perlapisan

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

Buku 2: Bidang Mineral

Gambar 4. Fotomikrograf kenampakan sayatan tipis batuan metamorf.

Gambar 5. Intrusi granit tersingkap di bagian bawah Salopapa.
Tampak terlihat warna putih keabuan, berbutir kasar, equigranular.

Gambar 6. Batuan granit pada sayatan tipis tampak mineral plagioklas dan biotit.
Batuan ini memiliki sebaran di bagian tengah.Secara regional batuan ini berumur Pliosen
(T.O. Simajuntak, dkk., 2007).

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

11

Buku 2: Bidang Mineral

Gambar 7. Andesit tersingkap di antara filit lokasi di Salo Bangkele, Salopapa.
Tampak terlihat warna abu-abu kehijauan, mengalami foliasi

Gambar 8. Singkapan dasit dijumpai di Sungai Salo Palimunang.

Gambar 9. Peta geologi daerah Salupaku, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara,
Provinsi Sulawesi Selatan
12

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

Buku 2: Bidang Mineral

Gambar 10. Batuan andesit terubah dan terfoliasi, struktur stockwork terjebak diantara
batuan metamorf filit Lokasi Salo Bangkele

Gambar 11. Butiran emas yang berasal dari sari dulang Salobangkele

Gambar 12. Butiran emas dan pirit berasosiasi dengan kuarsa dan zircon

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

13

Buku 2: Bidang Mineral

Gambar 13. Hand specimen batuan termineralisasi Salo Bangkele (Lok MN/58)

Gambar 14. Butiran emas berasosiasi dengan kuarsa, ilmenit dan zircon

Gambar 15. Mineral magnetit, kalkopirit dan pirit dalam masa dasar gangue mineral

14

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

Buku 2: Bidang Mineral

Gambar 16. Batuan dasitik terubah menjadi argilik warna abu-abu kecoklatan,
setempat dijumpai mineral sulfida tersebar. Lokasi Salo Palimunang

Gambar 17. Hand specimen batuan termineralisasi Salo Palimunang (Lok MN/113).

Gambar 18. Mineral magnetit, kalkopirit dan bornit dalam masa dasar gangue mineral.

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

15

Buku 2: Bidang Mineral

Gambar 19. Mata air panas di Sungai Palimunang
sebagai manifestasi panas bumi (hidrothermal)

Gambar 20. Peta sebaran geokimia unsur Cu wilayah Salopaku, Desa Tandung,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara

16

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

Buku 2: Bidang Mineral

Gambar 21. Peta sebaran geokimia unsur Pb wilayah Salopaku, Desa Tandung,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara

Gambar 22. Peta sebaran geokimia unsur Zn wilayah Salopaku, Desa Tandung,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

17

Buku 2: Bidang Mineral

Gambar 23. Peta sebaran geokimia unsur Au wilayah Salopaku, Desa Tandung,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara

Gambar 24. Peta sebaran geokimia unsur Ag wilayah Salopaku, Desa Tandung,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara

18

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

Buku 2: Bidang Mineral

Gambar 25. Peta hubungan antara geologi dan daerah prospek di wilayah Salopaku,
Desa Tandung, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara

BUKIT SALOPAPA

Gambar 26. Bukit Salopapa sebagai daerah prospek mineralisasi logam (Au)
di wilayah Salopaku, Desa Tandung, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara,
Provinsi Sulawesi Selatan

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

19

Buku 2: Bidang Mineral

Tabel 1. Hasil perhitungan statistic hasil analisis kimia Cu, Pb, Zn, Au, Ag dan Mo.
Kolom terbawah adalah confidence level
Descriptive
Mean
Standard Error
Median
Mode
Standard Deviation
Sample Variance
Kurtosis
Skewness
Range
Minimum
Maximum
Sum
Count
Confidence Level(95.0%)
Kelas Interval
Kls1
Kls2
Kls3
Kls4

20

Cu_ppm

Pb_ppm

Zn_ppm

Ag_ppm

Au_ppb

Mo_ppm

27,07059
1,984307
23
40
18,29441
334,6854
1,169553
1,083623
85
3
88
2301
85
3,889171
3
27,07
45,36
63,66
88

55,87059
2,012064
54
61
18,55031
344,114
4,788934
1,348541
121
22
143
4749
85
3,943572
22
55,87
74,42
92,97
143

77,42353
2,481775
76
51
22,88084
523,5328
1,153529
0,456174
137
23
160
6581
85
4,86419
23
77,42
100,30
123,19
160

1,116471
0,043574
1,1
1,2
0,401736
0,161392
0,198286
0,559168
1,9
0,5
2,4
94,9
85
0,085404
0,5
1,12
1,52
1,92
2,4

7,094118
2,195719
3
0
20,24353
409,8006
36,80153
5,930735
147
0
147
603
85
4,303531
0
7,09
27,34
47,58
147

0,094118
0,046211
0
0
0,426043
0,181513
17,37448
4,355011
2
0
2
8
85
0,090572
0
0,09
0,52
0,95
2

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

Buku 2: Bidang Mineral

EKSPLORASI ENDAPAN NIKEL LATERIT
DI DAERAH DOSAY, KECAMATAN SENTANI BARAT
KABUPATEN JAYAPURA, PROVINSI PAPUA
Bambang Nugroho Widi, Sulaeman dan Rudy Gunradi
Bidang Mineral
Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
SARI
Daerah penyelidikan secara tektonik termasuk ke dalam Jalur Sesar Sorong,
memanjang dari Pegunungan Cyclop, Jayapura, menerus ke Kepala Burung hingga
Banggai-Sula. Secara administrasi termasuk kedalam wilayah Desa Dosay, Kecamatan
Sentani Barat, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Berdasarkan geologi regional
merupakan bagian dari geologi Pegunungan Cyclop, disusun oleh batuan ophiolit yang terdiri
dari batuan ultraba, basa, dan batuan metamorfik, setempat endapan alluvium. Endapan
nikel terjadi dan terbentuk dalam lingkungan batuan ultrabasa dan basa Pegunungan Cyclop
yang telah mengalami proses serpentinisasi dan lateritisasi.
Kegiatan eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran, dan geometri
endapan nikel, dengan metoda pemetaan geologi semi rinci untuk penentuan batas sebaran,
dimensi dan potensinya serta pemboran dangkal menggunakan “hand Auger”. Kegiatan
pemboran “hand Auger” dilakukan dengan interval berkisar 100 meter s.d. 150 meter
sebanyak 35 titik bor.
Hasil analisis laboratorium dari beberapa lokasi menunjukkan adanya anomali Ni, Cr,
Co, Fe yang signifikan. Ni memiliki kadar tertinggi mencapai 2.538 ppm pada kedalaman 3
meter s.d. 4 meter. Pola anomali menonjol

terdapat dibagian tenggara dan barat laut,

anomali dominan muncul di level 0 meter s.d. 1 meter. Co memiliki kadar tertinggi mencapai
855 ppm pada kedalaman 1 meter s.d. 2 meter. Pola anomali menonjol terdapat di bagian
tenggara dan barat laut. Polanya memiliki kemiripan dengan Co. Fe memiliki kadar tertinggi
mencapai 55,72% pada kedalaman 1 meter s.d. 2 meter. Pola sebaran Fe menonjol dibagian
tenggara dan barat laut dengan anomali dominan muncul dekat permukaan. Sedangkan Cr
memiliki kadar tertinggi mencapai 4,7% pada kedalaman 4 meter s.d. 5 meter. pola ini agak
berbeda, yang menonjol terdapat dibagian tenggara dan barat laut, tidak hanya di level dekat
permukaan namun menerus hingga kedalaman 4 meter s.d. 5 meter.
Sesuai pola tersebut, dapat ditarik suatu gambaran krom (Cr) merupakan unsur yang
memiliki anomali paling menonjol dengan kadar mencapai 47.000 ppm atau 4,7%.

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

21

Buku 2: Bidang Mineral

Ni, kelimpahan unsur Ni di kerak bumi meningkat antara 4 hingga 12 kali lipat lebih
tinggi dari kelimpahan unsur di kerak bumi. Untuk bauksit dari analisis nilianya tidak
memperlihat hasil yang baik. Cr jika kita bandingkan dengan kelimpahan kerak bumi maka
nilai kelimpahannya meningkat antara 37 hingga 130 kali lipat lebih tinggi.
Adapun sumber daya masing-masing komoditi yang diperoleh terdiri dari Ni memiliki
luas 23,7000 m2, tebal 3 meter, sumber daya tereka Ni adalah 1800 Ton dengan kadar pada
kisaran 1480 ppm s.d. 2900 ppm. Unsur lainnya yaitu cobalt (Co) luas sebaran 10,2000 m2,
ketebalan 3 meter, berat jenis 2,6 ton/m3 sumber daya tereka adalah 795 ton, kadar
dikisaran 384 ppm s.d. 780 ppm, namun kearah lebih dalam kadar mengalami penurunan
drastik.Cr memiliki luas sebaran 79000 m2 ketebalan 3 meter, sumber daya tereka 616 Ton
dengan kadar dari 0,7% s.d. 2,2%. Fe memiliki luas sebaran 100000 m2, jika diasumsikan
tebal 3 meter, maka sumber daya tereka Fe adalah 780 Ton dengan kadar antara 19% s.d.
27%.
Secara keseluruhan dari seluruh komoditi yang ada (Ni, Co, Fe dan Cr), Cr memiliki
kadar paling tinggi, disamping itu pola sebarannya yang lebih teratur. Dari hasil penyelidikan
ini, maka untuk penyelidikan lanjut lebih direkomendasikan untuk komoditas krom (Cr)
dilakukannya eksplorasi lanjut dengan metoda penyelidikan geofisika yaitu salah satunya
adalah dengan metoda georadar.
Kata kunci: serpentinisasi, lateritisasi, nikel, krom
Penyelidikan nikel di daerah Dosay,

PENDAHULUAN
Jalur

Pegunungan

Cycloop

Kecamatan

Sentani

Barat,

Kabupaten

merupakan salah satu bagian dari jalur

Jayapura, Papua oleh Pusat Sumber Daya

tektonik yang cukup komplek di Papua

Geologi, tahun 2016, adalah merupakan

dimana di dalamnya terkandung potensi

tindak lanjut dari hasil penyelidikan yang

sumber daya mineral sangat potensial dan

telah dilakukan oleh Pusat Sumber Daya di

beragam. Jalur ini dikenal dengan nama

wilayah ini Geologi tahun 2010. diketahui

Sesar Sorong.

adanya anomali nikel (Ni); kromit (Cr) dan

Secara geologi Jalur ini memiliki
karakteristik

dimana

terbentuknya

besi

(Fe)

(saphrolit)

dari
di

lapukan

wilayah

batuannya

Sentani

Barat.

dimaksudkan

untuk

kelompok batuan ofioliti sebagai host rock

Penyelidikan

mineralisasi nikel (Ni), kobalt (Co), besi

mengetahui

(Fe), platinum (Pt), Paladium (Pd) dan

endapan nikel dengan cara melakukan

kromit (Cr).

pemetaan

ini

sebaran,
semi

rinci

dan
dalam

geometri
upaya

penentuan batas sebaran, dimensi dan
22

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

Buku 2: Bidang Mineral

potensinya di daerah tersebut. Tujuannya

dan

pemboran

dangkal

adalah untuk mengetahui wilayah prospek

“hand Auger”, untuk mengetahui kondisi

dan sumber daya endapan nikel di daerah

perlapisan

ini,

laterit mulai

menggunakan
dari

top soil,

bahan

masukan

untuk

saphrolit hingga batuan dasar. Selain itu

Wilayah

Ijin

Usaha

juga digunakan “stripping” atau kupasan

Pertambangan (WIUP) di wilayah ini, yaitu

pada singkapan yang tersingkap lebar dan

wilayah

luas (Gambar 2).

sebagai

pengusulan

Kabupaten

Jayapura,

Provinsi

Untuk conto soil setelah di ambil

Papua.

baik dari hand auger maupun stripping,
untuk

Lokasi Penyelidikan
Secara

administratif

lokasi

penyelidikan berada di Daerah Dosay,

keperluan

laboratorium

conto

dilakukan pemercontohannya dengan cara
quartering (Gambar 3).

Kabupaten

Pengeboran hand auger dilakukan

Jayapura, Provinsi Papua (Gambar 1).

dengan interval 100 meter hingga 150

Lokasi ini dari Jakarta dapat ditempuh

meter, sebanyak 35 titik dan terkumpul

dengan

penerbangan

sebanyak 144 conto tanah laterit dan 10

komersial selama kurang lebih 7 jam s.d. 8

conto batuan untuk dianalisis unsur nikel,

Jam. Selanjutnya dari ibu kota Jayapura

krom, kobal dan besi.

Kecamatan

Sentani

Barat,

menggunakan

perjalanan

dilanjutkan

menuju

daerah

penyelidikan melalui jalan darat dengan

Laboratorium
Setelah pelaksanaan pemercontoan

waktu tempuh selama ± 1,5 jam.

dilapangan selesai, conto terpilih diambil
untuk analisis laboratorium.

Metoda Penyelidikan.

Pemeriksaan

Penyelidikan Lapangan

di

laboratorium

dalam

dilakukan secara kimia (geokimia), metoda

batuan ultrabasa (peridotit-dunit) sampai

yang digunakan adalah cara AAS. Conto

basa (gabbro). Untuk mengetahui adanya

yang diperiksa berupa tanah maupun

indikasi dari mineral ini diperlukan adanya

batuan,

beberapa pendekatan (metode).

kandungan unsur yang ada didalamnya

Nikel terbentuk di alam

Beberapa

metoda

pendekatan

dilakukan

untuk

mengetahui

yang meliputi unsur kobalt (Co), nikel (Ni),

indikasi

besi (Fe) dan krom (Cr). Sementara untuk

mineralisasi khususnya nikel, umumnya

analisis fisika mineral metoda analisis yang

mineral lain sebagai mineral pengikutnya

digunakan yaitu pemeriksaan petrografi,

pada

mineragrafi dan XRD

untuk

mengetahui

daerah

laterit,

adanya

metoda

yang

digunakan dalam penyelidikan ini adalah

Conto yang dianalisis 144 conto

“surface mapping” (pemetaan permukaan),

tanah (Ni. Co, Cr, Fe, Fe3O4, Fe2O3, SiO2,

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

23

Buku 2: Bidang Mineral

Al2O3, CaO, MgO, TiO2, P, total, S total,

Hampir

seluruh

H2O dan HD dan major elemen). dan 10

terserpentinkan

conto batuan dengan jenis analisis (Ni. Co,

selanjutnya mengalami pelapukan lanjut

Cr, dan Fe, Fe3O4, Fe2O3, SiO2, Al2O3,

menjadi laterit (Gambar.4b).
Adapun

CaO, MgO, TiO2, P, total, S total, H2O dan

batuan

yang

kuat

(Gambar.4a),

sebaran

telah

litologi

batuan

major elemen). 4 conto untuk analisis XRD,

yang terdapat diwilayah penyelidikan dapat

3 conto untuk petrografi dan 1 conto untuk

dilihat pada (Gambar.5). Litologi batuan

analisis

analisis

pada gambar tersebut memperlihatkan

dilakukan di Pusat Daya Mineral, Batubara

batuan ultrabasa-basa menempati bagian

dan Panas Bumi, Badan Geologi Bandung.

utara timur. Sementara dibagian selatan

Seluruh hasil pengamatan lapangan dan

dan

analisis laboratorium kemudian dilakukan

alluvium-endapan rawa yang merupakan

data prosesing untuk mengetahui adanya

endapan alluvium.

mineragrafi.

Seluruh

tengah

secara

terpisah

Berdasarkan

sebaran dan anomaly unsur agar dapat

hasil

adalah

analisis

dibuatkan peta wilayah potensi mineral di

petrografi menunjukkan batuannya adalah

daerah penyelidikan.

gabbro

yang

telah

terubah

dengan

sebagian mineral telah mengalami retakan
yang diisi oleh mineral sekunder silika.

GEOLOGI
Secara

tektonik

wilayah

Mineral

penyusunnya

batuan

adalah

penyelidikan Dosay merupakan bagian dari

plagioklas 87%, olivine 7%, serpentin

kelompok “Ofiolit Pegunungan Cycloop”,

(antigorit) 4%, klorit dan mineral opak

dimana itu sendiri merupakan bagian sistim

masing-masing 1% (Gambar 6).

subduksi besar yang membentang dari

Sementara dari hasil pemeriksaan

arah tenggara (bagian utara Jayapura)

XRD

hingga ke arah barat laut (utara kepala

menunjukkan mineral ubahannya adalah

burung).

berupa kaolinit dan klinoklor (Gambar 7).

terhadap

beberapa

conto

Secara geologi daerah penyelidikan
disusun oleh batuan terdiri dari batuan
ultrabasa

(peridotit-dunit),

dan

Mineralisasi

basa

Indikasi mineralisasi ditandai oleh

(gabbro) yang sebagian besar terubah

adanya ubahan pada batuan ultrabasa baik

menjadi serpentin kemudian mengalami

peridotit, dunit maupuan batuan basa

lateritisasi. Peridotit-dunit maupun gabbro

gabbro yang terserpentinkan dengan kuat.

memiliki sebaran cukup luas, menempati

Oleh

hampir ±80% dari wilayah yang ada,

mengalami

selebihnya endapan alluvium (rawa).

menjadi

gaya

eksogen

pelapukan

laterit.

Proses

dari

batuan
serpentin

tersebut

yang

dinamakan proses lateritisasi.
24

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

Buku 2: Bidang Mineral

Secara megaskopis ciri-ciri fisik
yang dapat dilihat antara lain warna soil

unsur nya khususnya nikel dapat dijelaskan
sebagai berikut.

kekuningan,

Tabel 1. Sebagian dari hasil analisis

peruba- han warna terjadi secara gradasi

laboratorium berasal dari conto tanah

coklat

kemerahan

hingga

kearah kedalaman hingga batas saphrolit,
dari kuning kecoklatan, coklat tua hingga
coklat kemerahan (Gambar 8a).
Selain dari pada itu di beberapa
tempat selain sikuen tanah laterit, terdapat
pula

indikasi

“boxwork”

lainnya

dimana

yakni

tanah

struktur

laterit

pada

kondisi saphrolit sebagian terisi urat-urat
silica, ketebalan beberapa cm hingga ada
yang mencapai 1 cm lebih ada pada
(Gambar.8b).
Daerah dengan intensitas proses
lateritisasi tinggi ada pada lokasi bagian

Kadar nikel tertinggi mencapai 4000

tengah mengarah kearah utara (barat laut

ppm atau sekitar 0,4% Ni, kadar terendah

dan tenggara). Wilayah dengan kondisi

sekitar 34 ppm, kadar rata-rata adalah

laterit

627,2

tebal

adalah

wilayah

dengan

ppm

Ni.

Kadar

kobal tertinggi

kemiringan topografi tidak curam dan tidak

mencapai 855 ppm Co, kadar terendah

landai sekali.

sekitar 34 ppm, kadar rata-rata adalah
Dosay,

134,43 ppm Co. Kadar besi tertinggi

merupakan

mencapai 55,72% Fe, kadar terendah

sebagian dari daerah mineralisasi komplek

sekitar 3,76%, kadar rata-rata adalah

ofiolit

24,82% Fe. Kadar krom tertinggi mencapai

Mineralisasi
Sentani

Barat
Peg.

ini

di

wilayah

adalah

Cycloop

yang

luas,

4,7% Cr, kadar terendah sekitar 34 ppm,

membentang arah timur ke barat.

kadar rata-rata adalah 0,1854% Cr.
Berikut

Hasil analisis kimia

adalah

beberapa

Hasil analisis sebagian unsur dari

perbandingan hasil analisis unsur nikel

conto tanah dengan empat jenis unsur

dengan unsur lainnya (sebagian) yang

logam

dilakukan di Pusat Laboratorium Kimia

memberikan

gambaran

sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Dari

Mineral,

Pusat

Sumber

Daya

Mineral

sejumlah conto yang dianalisis, nilai unsur-

Batubara, dan Panas Bumi (PSDMPB),
ada pada Tabel 2

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

25

Buku 2: Bidang Mineral

Tabel 2. Perbandingan kandungan nikel

Pada batuan ultra basa memiliki
elemen tersebut paling banyak dibanding

dan 3 unsur logam lainnya

batuan lainnya.
Batuan tersebut mineral yang paling
mudah

lapuk

(olivin

dan

piroksen),

komponen-komponennya mudah larut dan
memberikan lingkungan pengen dapan
cukup baik.
b. Struktur
Struktur yang umum dijumpai pada
Pada tabel tersebut tampak terlihat

zona laterit nikel adalah struktur kekar

jelas adanya perbedaan antara nikel dan

(joint)

dibandingkan

struktur

patahan.

kobal, besi maupun krom. Nikel hasil

Seperti diketahui, batuan beku memiliki

analisisnya berada pada kisaran paling

porositas dan permeabilitas yang sangat

tinggi sekitar 4285 ppm atau 0,4%.

kecil sekali sehingga penetrasi air sangat
sulit. Maka dengan terjadinya rekahan-

PEMBAHASAN

rekahan,

Interpretasi Model Endapan

memudahkan

Berdasarkan
bentukannya,

proses

pem-

laterit

memiliki

endapan

beberapa zona lateritisasi dengan ketebalan

hal

tersebut
masuknya

akan
air

lebih

sehingga

proses pelapukan lebih intensif terjadi.
c. Iklim

dan kadar yang bervariasi di satu daerah

Adanya pergantian musim seperti

dengan daerah lainnya. Daerah dengan

musim kemarau dan musim penghujan

intensitas

akan

pengkekaran

tinggi

sebagai

mneningkatkan

terjadi

intensitas

contoh, akan memiliki ketebalan soil dan

penaikan dan penurunan permukaan air

saphrolit lebih tebal di bandingkan dengan

tanah,

intensitas pengkekaran yang rendah.

peningkatan

Faktor-faktor

yang

berpengaruh

tinggi

Batuan asal ultra basa misalnya
utama

proses

terjadinya

pemisahan

dan

Perbedaan temperatur yang cukup

a. Batuan asal
syarat

menyebabkan

akumulasi unsur-unsur.

terhadap proses pembentukan laterit:

merupakan

dapat

untuk

pembentukan Co, Ni, Fe, Cr, Pt, dan Pd.

akan

terjadinya
dimana

membantu

proses
akan

mempercepat

pelapukan

mekanis,

rekahan-rekahan

dalam

batuan yang akan mempermudah proses
atau reaksi kimia pada batuan.

26

Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

Buku 2: Bidang Mineral

d. Topografi

maupun kobal tidak memiliki pola korelasi

Pengaruh
dampak

topografi

cukup

memberi

signifikan

yang baik (Tabel 3).

bagi

pembentukan endapan laterit.

Adapun terkait dengan kedalaman
pola

kandungan

nikel

di

wilayah

Pada kondisi topografi yang curam

penyelidikan tidak memiliki pola anomali

sangat

terbentuknya

yang teratur. Di lokasi tertentu dimana

akumulasi laterit dimana faktor air bawah

terkait dengan krom misalnya kedalaman

permukaan memiliki “run off” yang tinggi

laterit

sehingga

peningkatan

akan

sulit

sulit

untuk

terjadinya

pengendapan

yang baik.

tidak

diikuti

dengan

adanya

kadar

yang

teratur

(Gambar 9).

Sementara

datar

Adapun sebaran secara horizontal

proses pelapukan berjalan sangat lambat,

nikel pada kedalaman 0 meter s.d. 1 meter

sirkulasi

cukup tinggi. Namun pada kedalaman dari

air

pada

bawah

daerah

permukaan

tidak

berjalan baik.
Hal

1 meter s.d. 2 meter dan 2 meter s.d. 3
terbaik

endapan laterit

bagi

pembentukan

meter terjadi penurunan cukup dratis.

seperti nikel misalnya

Perubahan tersebut dapat dilihat pada

adalah pada kondisi topografi menengah

(Gambar 10).

tidak curam dan tidak landai sekali (datar).
Kondisi

ideal

adalah

undulating

atau

Genesis endapan nikel.

melandai dengan kemiringan lereng antara

Endapan

nikel

terjadi

pada

10° hingga 20°sekitar tidak curam dan tidak

lingkungan batuan ultrabasa s.d. basa

datar.

(dunit
Secara

genesis

proses

hasburgit

lingkungan

s.d

gabbro)
Gaya

ofiolite.

dalam
endogen

pembentukan laterit yang terjadi karena

menyebabkan batuan mengalami rekahan

faktor tersebut diatas, telah membentuk

dan ubahan serpentin. Selanjutnya gaya

horizon

menurut

eksogen membentuk proses lateritisasi

(Ahmad.W, 2000) dapat dibagi menjadi

yang menyebabkan adanya pengayaan

zona yaitu zona limonit terletak bagian

unsur logam Ni, Co, Cr dlsb. Beberapa

atas, zona saprolit berada dibagian tengah

faktor

dan batuan dasar berada pada bagian

lateritisasi yaitu adanya sirkulasi air tanah,

paling bawah (Gambar 8).

kemiringan

lateritisasi

yang

Hasil analisis kimia menunjukkan Ni

penyebab

terjadinya

topografi.

proses

(Samama,1986)

(Gambar 11)

memiliki asosiasi kuat dengan krom. Jika

Secara tektonik mineralisasi nikel

kandungan nikel tinggi, kandungan krom

didaerah Dosay terjadi dan terbentuk dari

juga

batuan induk ultrabasa kelompok “Ofiolit

meningkat.

Namun

dengan

Fe

Pegunungan Cycloop”, yang merupakan
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi

27

Buku 2: Bidang Mineral

bagian

sistim

subduksi

besar

yang

Dengan menggunakan metode sederhana

membentan