Buku 2 Bidang Mineral Prosiding Hasil Kegiatan 2016 PSDMBP
Nomor : 11
ISSN : 0261-0811
PROSIDING
HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2016
PUSAT SUMBER DAYA MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
BUKU 2
BIDANG MINERAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BADAN GEOLOGI
PUSAT SUMBER DAYA MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
Editor
: Iwan Nursahan, S.T., M.T., Ir. Armin Tampubolon, M.Sc.,
Ir. Zulfikar, SP.1, dan Ir. Herry Rodiana Eddy, M.Si.
Layout & Desain
: Eko Suryanto, S.Kom
Daftar Isi
DAFTAR ISI
1. Eksplorasi Umum Endapan Logam Dasar di daerah Salopaku, Kecamatan
Sabbang, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan ..................................
2. Eksplorasi Endapan Nikel Laterit di Daerah Dosay, Kecamatan Sentani Barat,
Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua ......................................................................
3. Eksplorasi Umum Logam Dasar di Kecamatan Tombolo, Kabupaten Gowa, Provinsi
Sulawesi Selatan .....................................................................................................
4. Prospeksi Mineral Logam di Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah
5. Eksplorasi Umum Bijih Besi Dan Mangan di Kecamatan Pagelaran dan Pagelaran
Utara, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung ....................................................
6. Penyiapan Data dan Informasi Sumber Daya Geologi untuk Pengusulan Wilayah
Keprospekan Mineral Tahun 2016 ..........................................................................
7. Eksplorasi Umum Emas dan Logam Dasar untuk WPR Gunung Botak/Gogrea dan
Sekitarnya, Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku .......................
8. Eksplorasi Umum Emas dan Mineral Ikutannya di Kecamatan Noyan, Kabupaten
Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat .......................................................................
9. Prospeksi Logam Mulia dan Logam Dasar di Kabupaten Minahasa Tenggara,
Provinsi Sulawesi Utara ..........................................................................................
10. Pemutakhiran Data dan Neraca Sumber Daya Mineral Indonesia Status 2016 .......
11. Survei Geokimia Regional Bersistem Lembar Ternate A-2 di Pulau Halmahera,
Provinsi Maluku Utara .............................................................................................
12. Prospeksi Timah dan Rare Earth Element (REE) di Kabupaten Pelalawan, Provinsi
Riau ........................................................................................................................
13. Prospeksi Bijih Besi dan Mineral Ikutannya di Kabupaten Banjar, Provinsi
Kalimantan Selatan .................................................................................................
14. Eksplorasi Umum Logam Mulia dan Logam Dasar di Kecamatan Dolok Sigompulon,
Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara ....................................
15. Eksplorasi Umum Bijih Besi dan Mineral Ikutannya di Kecamatan Pelaihari,
Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan .............................................
16. Eksplorasi Umum Endapan Zirkon di Kecamatan Telawang, Kabupaten
Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah ....................................................
17. Prospeksi Endapan Bentonit Di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi ....................
18. Prospeksi Batuan Pembawa Kalium, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah .........
19. Eksplorasi Umum Endapan Zeolit, Kabupaten Tanggamus, Kecamatan Limau,
Provinsi Lampung ....................................................................................................
20. Eksplorasi Umum Batumulia, Kecamatan Amahai dan Sekitarnya, Kabupaten
Maluku Tengah, Provinsi Maluku .............................................................................
21. Prospeksi Endapan Kuarsit di Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh ...................
22. Prospeksi Endapan Batumulia di Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh ........
23. Pembuatan In House Standard Stream Sediment untuk Cu, Pb, Zn, dan Ag ...........
24. Penyusunan Atlas dan Metadata Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Indonesia ................................................................................................................
25. Kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Geografis Nasional Sumber Daya
Geologi Tahun 2016 ................................................................................................
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
1
21
37
55
73
83
93
107
121
137
157
177
185
197
211
225
235
245
253
259
269
279
289
299
313
i
Buku 2: Bidang Mineral
EKSPLORASI UMUM ENDAPAN LOGAM DASAR
DI DAERAH SALOPAKU, KECAMATAN SABBANG, KABUPATEN LUWU UTARA
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Bambang Nugroho Widi, Hartaja M. Hatta W dan Rudy Gunradi
Bidang Mineral
Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
SARI
Secara geologi daerah penyelidikan di susun oleh 3 satuan batuan terdiri dari satuan
batuan metamorf Filit menempati wilayah bagian selatan, satuan batuan granit (granit
Kambuno) menempati bagian tengah dan utara dan satuan batuan vulkanik dasitik
menempati sebagian daerah tengah dari daerah penyelidikan. Secara umum struktur geologi
yang berkembang adalah berupa struktur sesar yang berarah hampir barat-timur dan
baratlaut-tenggara. Sesar tersebut mengenai (memotong) semua satuan batuan.
Mineralisasi di wilayah ini ditandai dengan dijumpainya butiran emas dalam
lingkungan batuan metamorf yaitu metavulkanik (metaandesit) yang di apit oleh batuan filit.
Butiran emas memiliki ukuran dari halus FC hingga sangat kasar VFC, dijumpai dibeberapa
lokasi di kawasan Salopapa yang merupakan cabang dari Salosese.
Hasil analisis kimia menunjukkan adanya 3 titik anomali Au yaitu (LU/16/MN/002SS),
dengan kadar 29 ppb (LU/16/MN/081SS), dengan kadar 116 ppb dan (LU/16/MN/046SS),
dengan kadar 147 ppb. Ketiga anomali tersebut sungai mengarah ke Bukit Salopapa.
memiliki hulunya yang sungainya diperkirakan mengarah pada satu bukit yakni bukit
Salopapa. Sementara dari hasil pengamatan mineragrafi menunjukkan munculnya mineral
sulfida seperti kalkopirit (CuFeS2), pirit (FeS2) dan bornit (Cu5FeS4) serta mineral oksida
magnetit (Fe3O4) dan hidrous okside, terdapat di lingkungan batuan dimana emas ditemukan
(LU/16/MN/044R); (LU/16/MN/045R) dan (LU/16/MN/058R).
Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi antara keterdapatan emas dari dulang dan
mineralisasi dalam batuan (analisis mineragrafi) dan hasil analisis kimia sedimen sungai.
Dari hasil penyelidikan tersebut menunjukkan di wilayah ini masih dimungkinkan adanya
mineralisasi logam baik emas maupun mineralisasi logam lainnya.
Sejauh ini untuk menentukan apakah jenis mineralisasinya adalah mineralisasi
hidrotermal (epitermal) atau jenis mineralisasi lain yakni orogenic gold (epizonal) belum
dapat ditentukan. Namun demikian mineralisasi mengarah ke arah mineralisasi tipe orogenic
(Epizonal) kecenderungannya kearah tersebut dimungkinkan. Untuk memperjelas hal
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
1
Buku 2: Bidang Mineral
tersebut perlu dilakukan penyelidikan lebih rinci serta pengujian laboratorium dari contocontonya yang lebih spesifik.
Kata kunci: Mineralisasi logam dasar, Cu, Pb, Zn, Au, Ag.
9°15'00" hingga 2°23'10" Lintang Utara
PENDAHULUAN
Kegiatan
penyelidikan
mineral
(Gambar 1).
logam dasar di daerah Salupaku, Desa
Tandung,
Kecamatan
Sabbang,
METODOLOGI
Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi
Metode yang digunakan dalam
Selatan merupakan tindak lanjut dari
Penyelidikan ini adalah pemetaan geologi
penyelidikan yang dilakukan oleh Tim
permukaan, geokimia (pengambilan conto
Inventarisasi Pusat Sumber Daya Geologi
sediment sungai, pendulangan dan rock
Tahun 2009.
sampling). Hasil pengamatan dilapangan
Dari hasil penyelidikan tersebut
diketahui
ada
tiga
komoditi
mineral
telah
diperoleh
laboratorium
conto
30
conto
untuk
analisis
batuan
untuk
menarik yang perlu ditindak lanjuti untuk
analisis kimia, 6 conto tanah untuk analisis
dikembangkan yaitu emas (Au); logam
kimia (Major element), 85 conto stream
dasar terdiri dari (Cu), timah hitam (Pb)
sedimen, 88 conto mineralogy butir, 8
dan
ini
conto untuk mineragrafi, 11 conto untuk
dimaksudkan untuk mengetahui adanya
petrografi 9 conto batuan untuk analisis
indikasi dan sebaran Cu, Pb, Zn, Au dan
XRD.
seng
(Zn).
Penyelidikan
Analisis
Ag. Tujuannya adalah untuk mengetahui
kimia
menggunakan
daerah prospek dan potensi sumber daya
metoda AAS, unsur yang dianalisis Au,
endapan logam dasar di daerah Salupaku
Ag, Cu, Pb, Zn, Mo. Adapun di analisis
dan sekitarnya guna mendapatkan data
fisika mineral terdiri dari petrografi untuk
dalam
mengetahui
rangka
pengusulan
pembuatan
jenis
mineral
penyusun
batuan dan mineragrafi untuk mengetahui
Wilayah Pertambangan.
secara
jenis mineral logam atau mineral bijih yang
administrasi termasuk kedalam wilayah
membentuk endapan; Analisis di lakukan
Tandung,
Sabbang,
di Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara
Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi
dan Panas Bumi, Bandung. Sedangkan
Selatan. Secara geografis daerah ini
pengolahan data hasil analisis kimia dari
terletak pada posisi antara 120°00'0"
conto
hingga
dilakukan dengan statistik menggunakan
Daerah
2
penyelidikan
Kecamatan
120°6'47"
Bujur
Timur,
dan
sedimen
sungai
dan
batuan
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Secara stratigrafi batuan daerah
program excel dan program ArcGis 10
untuk
menggambarkan
pola
sebaran
penyelidikan dibagi menjadi tiga satuan
batuan
geokimia unsur.
satuan
metamorf
(Filit-gneis);
Satuan batuan intrusif (Diorit-mikrogranit);
Satuan batuan ekstrusif/vulkanik (Dasit
GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN
Berdasarkan
hasil
pengamatan
dan Andesit).
Batuan
dilapangan diketahui kondisi geomorfologi
Metamorf,
(bentang alam) daerah penyelidikan terdiri
megaskopis
dari
kehijauan s.d. abu-abu kecoklatan, keras,
daerah
perbukitan
dan
daerah
memiliki
secara
warna
abu-abu
memiliki perlapisan, terkadang terdapat
pedataran.
struktur semacam foliasi, butiran ukuran
halus hingga kasar. Dibeberapa tempat
Morfologi Perbukitan
di
memperlihatkan adanya perlapisan yang
dominasi oleh wilayah dengan elevasi
terkadang memiliki pola perlapisan yang
ketinggian antara 250 meter s.d. 1500
hampir
meter
Hasil
kemiringan lapisan hingga 80°. Salah satu
morfologi
dari batuan filit tersebut tersingkap secara
Momorfologi
diatas
pengamatan
perbukitan
Perbukitan
permukaan
di
laut.
lapangan
dicirikan
oleh
perbukitan
tegak
dan
dapat
mencapai
baik di Sungai Salopaku (Gambar 3).
Pengamatan
dengan topografi rapat dengan kemiringan
mikroskopis
pada
lereng dari 30° hingga 70°. Selain dicirikan
salah satu conto batuan menunjukkan
pula oleh adanya air terjun yang cukup
tekstur foliasi, sifat optik, kristal uehedral-
banyak dan tinggi terutama di beberapa
anhedral, mineral teridentifikasi adalah
bagian hulu anak sungai.
kuarsa, plagioklas, biotit, klorit serisit dan
opak, secara jelas ada pada (Gambar 4).
Morfologi Pedataran
Morfologi
pedataran
memiliki
Batuan intrusif (Diorit-mikrogranit)
Batuan intrusi teramati di daerah
penyebaran sangat terbatas tidak lebih
penyelidikan,
penyelidikan yaitu granit, mikrogranit dan
dijumpai disekitar sungai utama Salopaku.
diorit, masuk kedalam kelompok granit
Morfologi pedataran menempati wilayah
Kambuno.
tertentu
putih
dari
5%
dari
wilayah
terutama
daerah
pedataran
Secara
megaskopis
s.d. kecoklatan,
warna
berbutir kasar,
sungai Salopaku. Kenampakan morfologi
tekstur faneritik, mineral penyusun kuarsa,
perbukitan maupun pedataran di wilayah
biotit, minor garnet, epidot dan mineral
penyelidikan (Gambar 2).
opak. Salah satu singkapan granit di anak
sungai Salopapa (Gambar 5).
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
3
Buku 2: Bidang Mineral
Pengamatan mikroskopis menun-
basal. Secara regional kelompok batuan
jukkan tekstur faneritik, anhedral, mineral
penyusun kuarsa, plagioklas, biotit, klorit
gunungapi
merupakan
bagian
dari
epidot dan opak (Gambar 6).
Formasi Lamasi berumur Oligo-Miosen
(T.O. Simajuntak, dkk., 2007).
Batuan Gunungapi
Batuan gunungapi disini terdiri dari
Endapan Permukaan
lava andesit, breksi dan tufa bersifat
Endapan permukaan yang terdiri
andesitik hingga dasitik. Batuan andesit
dari lumpur, pasir, kerakal dan kerikil yang
secara megaskopis memiliki warna abu-
merupakan hasil rombakan batuan yang
abu kehijauan, kompak, keras, berbutir
telah ada sebelumnya.
Di wilayah penyelidikan endapan
halus hingga sedang tekstur porfiritik,
batuan
alluvial menempati daerah dataran tinggi
sebagian diapit diantara batuan metamorf
Dodolo, Bangko dan Tedeboek serta di
(filit).
bagian selatan daerah penyelidikan yang
setempat
mengalami
foliasi,
Pengamatan
mikroskopis
menunjukkan mineral penyusun andesit;
plagioklas,
feldspar,
sebagai
merupakan dataran pantai.
fenokris,
tertanam dalam masa dasar plagioklas
Struktur Geologi
Struktur
(Gambar 7).
yang
berkembang
di
Salo
daerah penyelidikan adalah berupa kekar
Palimunang yang merupakan salah satu
dan sesar. Kekar terjadi pada batuan baik
anak
pada
Dasit
dijumpai
sungai
sepanjang
dibagian
hilir
Salopaku
intrusi
maupun
seperti
putih kecoklatan, afanitik-porfiritik, fenokris
seragam. Sementara sesar berdasarkan
berukuran besar, tertanam dalam masa
penafsiran peta rupa bumi (DEM), memiliki
dasar plagioklas, Sebagian batuan ini
arah umum baratlaut-tenggara, sebagian
telah mengalami ubahan menjadi argilik
mendekati arah timur-barat. Struktur sesar
disertai mineral sulfide pada beberapa
intensif
tempat. Batuan ini tersebar di bagian
baratlaut-tenggara.
timurlaut
struktur
baratlaut
daerah
dengan
lainnya
(Gambar 8). Secara megaskopis warna
dan
metamorf
batuan
berkembang
dengan
indikasi
oleh
bidang
tidak
arah
Dilapangan
ditunjukkan
atau
arah
adanya
gores
pada
penyelidikan. Tuf terdiri dari tuf Kristal,
slickenside
batupasir tuf dan tuf abu, penyebarannya
batuan, adanya air terjun yang dijumpai
di daerah tinggian yang umumnya pada
secara
puncak-puncak bukit breksi gunungapi,
Gambaran
yang
batuan dan struktur) daerah penyelidikan
disusun
oleh
breksi
gunungapi
berpola
kondisi
membentuk
geologi
tangga.
(startigrafi
bersifat andesitik, lava andesit dan lava
4
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Hasil
secara keseluruhan dapat dilihat pada
analisis
(pemeriksaan
Gambar 9.
laboratorium
mineralogi
butir)
yang
diambil dari lokasi lain (diluar Salopapa)
juga menunjukkan adanya butiran emas
Mineralisasi
Mineralisasi ditemukan pada dua
yang berasal dari lokasi anak Salo Sese
lingkungan geologi yang berbeda:
Mineralisasi
(1)
sebagaimana diperlihatkan pada conto
dijumpai
dalam
(LU/16/MN/003) (Gambar 12).
(meta-
Sementara dari hand specimen
andesit) yang diapit dalam batuan filit-
(LU/16/MN/58) menunjukkan sifat fisik
slate. Pada lingkungan ini mineralisasi
batuan berwarna metallic silver (perak
dicirikan oleh munculnya sejumlah mineral
atau
ubahan disertai hadirnya urat sulfida halus
tertanam dalam batuan silika (Gambar
memotong batuan dan disiminasi pirit
13).
halus dalam batuan metaandesit. Salah
ditemukan adanya butiran emas.
lingkungan
batuan
metamorf
galena),
bentuk
dimana
Pada
tidak
teratur,
lokasi
tersebut
Hasil pemeriksaan mineralogi butir
satu lokasinya dijumpai di Sungai Salo
Bangkele dimana ubahan metaandesit
dari
terjebak dalam filit. Secara megaskopis
(LU/16/MN/058) ditemukan butiran emas
batuan yang terubah warna abu-abu
berukuran halus hingga kasar. Kondisi dan
kecoklatan, struktur stockwork (coklat tua)
jenis butiran yang terdapat di dalamnya
dalam batuan (Gambar 10).
mencerminkan kondisi
Hasil
pendulangan
conto
di
sekitarnya
lokasi
(Gambar 14).
di
Salopapa
dan
anak
sungai
salopapa
(Thair
mikroskopis
dibagian hulu. Secara fisik butiran emas
(LU/16/MN/058)
dari berukuran halus (VFC), hingga kasar
adalah
(VCC), warna kuning terang (cemerlang),
(Gambar 15).
berbentuk
pipih
dengan
asosiasi
sama
Al-Ani
et.al,
2014)
Sedangkan dari hasil pemeriksaan
Salobangkele dan Salopangarusan yang
merupakan
yang
Mineralisasi di bagian hulu atau
ditemukan
butiran emas diperoleh dari beberapa
seperti
lokasi
bijih
magnetit,
Wilayah
pada
mineral
teridentifikasi
kalkopirot
Salopapa
lokasi
dan
pirit
merupakan
mineralnya adalah garnet, zirkon, kuarsa,
wilayah dari kelompok batuan metamorf.
piroksin, magnetit dan oksida besi. Salah
Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa
satu hasil pendulangan yang diperoleh
mineral ubahan yang teridentifikasi dari
dari
LU/16/MN/52
wilayah ini terdiri dari kaolinti, albit,
memperlihatkan butiran emas yang besar
montmorilonit, illite dan kuarsa. Hasil
dan sebagian berbentuk lancip dan pipih
pmeriksaan ini berasal dari conto lokasi
(Gambar 11).
LU/16/MN/034.
Salo
Bangkela
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
5
Buku 2: Bidang Mineral
(2) Mineralisasi dijumpai dalam
dengan di Salopalimunang. Dimana di
Pada
daerah Salopapa tidak dijumpai adanya
lingkungan ini mineralisasi dicirikan oleh
ubahan hidrotermal argilik sementara di
munculnya
daerah Salopalimunang alterasi argilik
lingkungan
vulkanik
sejumlah
(dasitik).
mineral
ubahan
disertai mineral sulfida halus dalam batuan
cukup
bersifat dasitik. Salah satu lokasi indikasi
batuannya yang berbeda.
batuan
dimana
vulkanik
ubahan
dasitik
dari
mengalami
disamping
kondisi
Adapun dari hasil analisis kimia
mineralisasi di lingkungan ini dijumpai di
Salopalimunang
dominan
diketahui
unsur
kandungan
diwilayah
masing
masing
penyelidikan
adalah
hadirnya
sebagai berikut: Ada enam unsur yang
mineral sulfida halus terdalam dalam
dianalisis yaitu Cu, Pb, Zn, Au, Ag dan Mo
batuan. Secara megaskopis batuan yang
dengan
terubah
kecoklatan,
sebagai berikut: kadar (ppm) maksimum
keputihan disusun secara dominan oleh
Cu 88 ppb; Pb 143 ppb; Ag 2,4 ppb; Zn
mineral kaolin dan argilik (Gambar 16).
166 ppb; Mo 2 ppb; Au 147 ppb. Dari hasil
Sementara
perhitungan statistik berdasarkan data
argilitisasi
di
sertai
warna
dari
dengan
abu-abu
hand
specimen
kadar
analisis
batuan berwarna putih keabuan, keras,
confidence level masing-masing unsur
disiminasi sulfide tertanam dalam batuan
adalah sebagai berikut Cu 3,8 ppb; Pb 3,9
silika (Gambar 17).
ppb; Zn 4,8 ppb dan Au 4,3 ppb.
pemeriksaan
mikroskopis
bijih pada lokasi (LU/16/MN/113) mineral
menunjukkan
unsur
(LU/16/MN/113) menunjukkan sifat fisik
Hasil
kimia
masing-masing
bahwa
Sementara Ag 0,085 ppb; dan Mo 0,090
ppb (Tabel 1).
Perhitungan
teridentifikasi adalah magnetit, kalkopirot
didasarkan
Vaughan, 1994) (Gambar 18).
laboratorium kimia di di lakukan PSDMBP
di
daerah
data
penyelidikan
hasil
yang
dan bornit (James R. Craig and David
Hal menarik lainnya di wilayah ini
pada
statistik
maka
analisis
untuk
adalah dijumpainya mata airpanas yang
sebaran geokimia masing masing unsur
berada
dapat digambarkan dalam bentuk peta
bersama sama
dengan zona
ubahan dan mineralisasi (Gambar 19).
sebaran Cu, Pb, Zn dan Au, Ag, masing
Sesuai penjelasan tersebut dapat
masing digambarkan dalam sebuah peta
diketahui kondisi geologi alterasi dan
sebaran geokimia unsur sebagai berikut
mineralisasi daerah di Salopapa berbeda
(Gambar 20 s.d. 25)
6
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
mencerminkan dapat kondisi mineralisasi
PEMBAHASAN
Secara
geologi
daerah
penyelidikan di dominasi oleh batuan
di bagian hulu atau sekitarnya (Thair AlAni et.al, 2014).
Sementara
metamorfik (filit dan batu sabak), batuan
intrusi
(granit)
(andesit
hingga
dan
batuan
dasitik).
vulkanik
Ketiga
jenis
mineragrafi,
dari
hasil
mineral
analisis
teridentifikasi
magnetit, kalkopirit dan pirit (James R.
batuan tersebut memiliki peranan penting
Craig
dalam
di
diperkirakan terbentuk sebelum terjadinya
wilayah ini. Selain litologi batuan faktor
deformasi tektonik. Ini dapat dilihat dari
struktur
kondisi geologinya dimana meta-andesit
pembentukan
juga
mineralisasi
memberikan
peranan
et.al,
1994),.
Mineralisasi
terapit oleh batuan filit.
penting.
Ada beberapa faktor utama yang
Hasil analisis kimia menunjukkan
mengontrol terjadinya mineralisasi di suatu
anomali diwilayah sekitar bukit Salopapa
wilayah, diantaranya. adalah “hostrock”,
kecenderungan mengarah kesatu wilayah
intrusi (“heat sources”), struktur, ore fluids
(bukit) dimana pada dibeberapa lokasi
dan rentang proses mineralisasi.
sekeliling bukit dijumpai adanya butiran
Di daerah penyelidikan terdapat
dua
tipe
mineralisasi
terjadi
Mineralisasi
di
Jadi bukit tersebut diperkirakan
pada
sebagai
lingkungan geologi yang berbeda.
(1).
emas (LU/16/MN/003/081/43/45/46).
lingkungan
daerah
prospek
mineralisasi
dengan arah NE-SW.
metamorfik. Ini dicirikan oleh beberapa
Beberapa pendapat menyatakan
indikasi diantaranya adanya butiran emas
jika mineralisasi terjadi pada lingkungan
di beberapa lokasi pada meta-andesit
metamorfik,maka
yang diapit batuan filit. Alterasi di kawasan
bisa dikategorikan sebagai mineralisasi
Salopapa
tipe orogenic (D.I. Groves et.al, 1997).
adalah
mineral
quarzt,
albit,montmorilonit, kaolinit dan illit.
Yang menarik dari mineralisasi di
mineralisasi
tersebut
(2). Lingkungan batuan
vulkanik
Salopalimunang).
Indikasi
(Lok.
kawasan ini adalah butiran emas yang
mineralisasi
dijumpai berbentuk gepeng, membulat
hidrotermal
tanggung s.d runcing dari ukuran butir
mineral argilit dalam batuan vulkanik
FVC hingga VCC. Selai butiran emas juga
dengan
mineral
megaskopis
lain
arsenopirit,
seperti
(analisis
zircon,
magnetit,
mineralogi
butir)
tandai
dalam
oleh
ubahan
bentuk
komposisi
ubahan
kelompok
dasitik.
hidrotermal
Secara
yang
dijumpai di wilayah ini berwarna abu-abu
dengan bentuk yang sama (gepeng).
keputihan
Bentuk butiran mineral yang terdapat di
mengandung mineral kaolin dan argilik
dalamnya
yang di beberapa lokasi disertai dengan
konsentrat
dulang
hingga
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
kecoklatan,
7
Buku 2: Bidang Mineral
pemunculan
mineral
sulfida
pirit
dan
KESIMPULAN
1) Secara geologi daerah penyelidikan
markasit (kuning pucat metallik).
Berbeda dengan mineralisasi di
merupakan daerah perbukitan, disusun
Salopapa, mineralisasi di Salopalimunang
oleh satuan batuan metamorf (filit-
memiliki karakteristik alterasi jauh berbeda
sabak), batuan intrusi granit, batuan
dimana mineral ubahan yang muncul
vulkanik andesitic-dasitik dan endapan
memiliki sebaran alterasi
cukup luas
alluvium. Struktur geologi berupa sesar
disepanjang sungai Salopalimunang. Hasil
geser berarah NW-SE dan SE-SW.
XRD mineralnya adalah kuarsa, klorit,
Struktur tersebut mengontrol adanya
kaolinit, illit dan monmorilonit.
mineralisasi di wilayah ini.
Hasil analisis mineragrafi mineral
2) Indikasi
mineralisasi
hadirnya
bornit dan pirit (LU/16/MN/114). Bentuk
dalam batuan disertai butiran emas dari
mineralisasi yang terjadi karena aktifitas
hasil
hidrotermal. Hal menarik di wilayah ini
Berdasarkan tipenya mineralisasi di
adalah bahwa alterasi dan mineralisasi
daerah penyelidikan dibagi atas dua
terjadi pada lingkungan batuan vulkanik
tipe. (1) Tipe mineralisasi yang terjadi
yang merupakan manifestasi geothermal.
pada batuan metamorf (meta-andesit)
Keberadaan mineralisasi epitermal terkait
diapit batuan filit, Lokasi Salopapa.
dengan geothermal sangat memungkinkan
Mineralisasi
sebagai mana yang terjadi di wilayah
sebelum terjadinya deformasi tektonik.
geothermal di “Southern Kamchata (Victor
Ini dapat dilihat dari sifat fisik mineral
Okrugin
2015)
yang teridentifikasi dengan bentuk yang
Diperkirakan zona mineralisasi di batasi
gepeng. (2). Tipe mineralsasi yang
oleh kontrol struktur berarah NE-SW dan
terjadi pada batuan vulkanik bersifat
SE-NW (Gambar 25).
andesitik-dasitik.
Dari
wilayah
Ivan
kedua
mineralisasi
Chernev,
mineral
oleh
teridentifikasi adalah magnetit, kalkopirit
and
sejumlah
ditandai
pendulangan
diberapa
tersebut,
Salopalimunang.
yang
dianggap
ditandai
oleh
Mineralisasi
sebaran
hodrotermal
alasan daerah tersebut (1) ditemukan
manifestasi panasbumi.
kedua
terjadi
Lokasi
prospek adalah Salopapa (Au) dengan
3) Dari
lokasi.
diperkirakan
daerah
adanya butiran emas yang diperkuat
ubahan
yang
wilayah
luas
ini
ubahan
disertai
mineralisasi
dengan (2) anomali geokimia dengan pola
tersebut, maka wilayah mineralisasi
yang spesifik (Gambar 26).
yang dianggap prospek adalah wilayah
8
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Salopapa dengan alasan hasil survey
James R. Craig and David Vaughan,
lapangan menunjukkan adanya butiran
1994, Ore Microscopy and Ore
emas diperkuat dengan anomali kimia
Petrography, John Willey & Son, Inc,
yang memiliki bentuk anomali yang
New York, Toronto, Brisbane.
James R. Craig, 2001, Ore Mineral
terpola.
Texture and the tales they tell, The
4) Berdasarkan poin (3) diatas disarankan
untuk
dilakukan
guna
penyelidikan
mengetahui
Canadian
lanjut
Vol.39.
pp.937-956.
keberadaan
mineralisasi di Bukit Salopapa (bukit
Mineralogist,
Frank T. Dulong, 1997, X-Ray Powder
yang mengarah ke anomali geokimia)
Diffraction,
Eastern
Energy
dengan cara melaku kan studi geologi
Resources
TeamU.S.
Geological
detil, soil sampling dan paritan jika
Survey, MS956 Reston, VA 20192.
ditemukan adanya zona bijih.
Scott A Speakman, 2002, Introduction to
X-Ray
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis
menyampaikan
terima
Powder
Analysis,
Center
Science
and
kasih kepada Kabid dan Kasie Mineral
Massachusset
serta tim
Technology, USA.
editor yang telah memberikan
saran dan koreksinya terhadap makalah
Diffraction
for
Data
Materials
Engineering,
Institute
of
Simandjuntak T.O., Rusmana E., Surono
ini sehingga dapat diterbitkan.
dan Supandjono J.B., 2007; Peta
Geologi Lembar Malili,
Sulawesi
DAFTAR PUSTAKA
1:250.000, Pusat Survey Geologi,
Anonim, 1996. Analytical Methods for
Bandung.
Atomic
The
Absorption
Spectroscopy,
Perkin-Elmer
Corporation,
United States of America.
Thair
Al-Ani
&
Mineralogical
Timo,
Ahtola,
Analysis
of
2014,
Heavy
Minerals from Selected Till Samples
C.D.Gribble, and A.J. Hall,1985, Optical
Mineralogy, Principle & Practice
of Häme Belt, Southern Finland.
Victor Okrugin and Ivan Chernev,2015,
George Allen & Unwin, London,
Correlation
Sydney, Boston.
Geothermal Deposits (an Example of
D.I. Groves, et.al, 1997, Orogenic gold
Mutnovsky
of
Epithermal
Geothermal
and
Area,
deposits: A proposed classification in
Southern Kamchatka) Proceedings
the
World
context
of
their
crustal
distribution and relationship to other
Geothermal
Congress,
Mebourne, Australia.
gold deposit types, Ore Geology
Reviews 13 _pp 7-27.
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
9
Buku 2: Bidang Mineral
Daerah Penyelidikan
Gambar 1. Peta lokasi daerah penyelidikan
10
Gambar 2. Morfologi perbukitan dan
Gambar 3. Batuan metamorf (filit) di sungai
pedataran di wilayah penyelidikan
Salopaku. Tampak terlihat adanya
nampak latar belakang Sungai Salopaku.
pola perlapisan
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 4. Fotomikrograf kenampakan sayatan tipis batuan metamorf.
Gambar 5. Intrusi granit tersingkap di bagian bawah Salopapa.
Tampak terlihat warna putih keabuan, berbutir kasar, equigranular.
Gambar 6. Batuan granit pada sayatan tipis tampak mineral plagioklas dan biotit.
Batuan ini memiliki sebaran di bagian tengah.Secara regional batuan ini berumur Pliosen
(T.O. Simajuntak, dkk., 2007).
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
11
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 7. Andesit tersingkap di antara filit lokasi di Salo Bangkele, Salopapa.
Tampak terlihat warna abu-abu kehijauan, mengalami foliasi
Gambar 8. Singkapan dasit dijumpai di Sungai Salo Palimunang.
Gambar 9. Peta geologi daerah Salupaku, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara,
Provinsi Sulawesi Selatan
12
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 10. Batuan andesit terubah dan terfoliasi, struktur stockwork terjebak diantara
batuan metamorf filit Lokasi Salo Bangkele
Gambar 11. Butiran emas yang berasal dari sari dulang Salobangkele
Gambar 12. Butiran emas dan pirit berasosiasi dengan kuarsa dan zircon
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
13
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 13. Hand specimen batuan termineralisasi Salo Bangkele (Lok MN/58)
Gambar 14. Butiran emas berasosiasi dengan kuarsa, ilmenit dan zircon
Gambar 15. Mineral magnetit, kalkopirit dan pirit dalam masa dasar gangue mineral
14
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 16. Batuan dasitik terubah menjadi argilik warna abu-abu kecoklatan,
setempat dijumpai mineral sulfida tersebar. Lokasi Salo Palimunang
Gambar 17. Hand specimen batuan termineralisasi Salo Palimunang (Lok MN/113).
Gambar 18. Mineral magnetit, kalkopirit dan bornit dalam masa dasar gangue mineral.
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
15
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 19. Mata air panas di Sungai Palimunang
sebagai manifestasi panas bumi (hidrothermal)
Gambar 20. Peta sebaran geokimia unsur Cu wilayah Salopaku, Desa Tandung,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara
16
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 21. Peta sebaran geokimia unsur Pb wilayah Salopaku, Desa Tandung,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara
Gambar 22. Peta sebaran geokimia unsur Zn wilayah Salopaku, Desa Tandung,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
17
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 23. Peta sebaran geokimia unsur Au wilayah Salopaku, Desa Tandung,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara
Gambar 24. Peta sebaran geokimia unsur Ag wilayah Salopaku, Desa Tandung,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara
18
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 25. Peta hubungan antara geologi dan daerah prospek di wilayah Salopaku,
Desa Tandung, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara
BUKIT SALOPAPA
Gambar 26. Bukit Salopapa sebagai daerah prospek mineralisasi logam (Au)
di wilayah Salopaku, Desa Tandung, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara,
Provinsi Sulawesi Selatan
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
19
Buku 2: Bidang Mineral
Tabel 1. Hasil perhitungan statistic hasil analisis kimia Cu, Pb, Zn, Au, Ag dan Mo.
Kolom terbawah adalah confidence level
Descriptive
Mean
Standard Error
Median
Mode
Standard Deviation
Sample Variance
Kurtosis
Skewness
Range
Minimum
Maximum
Sum
Count
Confidence Level(95.0%)
Kelas Interval
Kls1
Kls2
Kls3
Kls4
20
Cu_ppm
Pb_ppm
Zn_ppm
Ag_ppm
Au_ppb
Mo_ppm
27,07059
1,984307
23
40
18,29441
334,6854
1,169553
1,083623
85
3
88
2301
85
3,889171
3
27,07
45,36
63,66
88
55,87059
2,012064
54
61
18,55031
344,114
4,788934
1,348541
121
22
143
4749
85
3,943572
22
55,87
74,42
92,97
143
77,42353
2,481775
76
51
22,88084
523,5328
1,153529
0,456174
137
23
160
6581
85
4,86419
23
77,42
100,30
123,19
160
1,116471
0,043574
1,1
1,2
0,401736
0,161392
0,198286
0,559168
1,9
0,5
2,4
94,9
85
0,085404
0,5
1,12
1,52
1,92
2,4
7,094118
2,195719
3
0
20,24353
409,8006
36,80153
5,930735
147
0
147
603
85
4,303531
0
7,09
27,34
47,58
147
0,094118
0,046211
0
0
0,426043
0,181513
17,37448
4,355011
2
0
2
8
85
0,090572
0
0,09
0,52
0,95
2
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
EKSPLORASI ENDAPAN NIKEL LATERIT
DI DAERAH DOSAY, KECAMATAN SENTANI BARAT
KABUPATEN JAYAPURA, PROVINSI PAPUA
Bambang Nugroho Widi, Sulaeman dan Rudy Gunradi
Bidang Mineral
Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
SARI
Daerah penyelidikan secara tektonik termasuk ke dalam Jalur Sesar Sorong,
memanjang dari Pegunungan Cyclop, Jayapura, menerus ke Kepala Burung hingga
Banggai-Sula. Secara administrasi termasuk kedalam wilayah Desa Dosay, Kecamatan
Sentani Barat, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Berdasarkan geologi regional
merupakan bagian dari geologi Pegunungan Cyclop, disusun oleh batuan ophiolit yang terdiri
dari batuan ultraba, basa, dan batuan metamorfik, setempat endapan alluvium. Endapan
nikel terjadi dan terbentuk dalam lingkungan batuan ultrabasa dan basa Pegunungan Cyclop
yang telah mengalami proses serpentinisasi dan lateritisasi.
Kegiatan eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran, dan geometri
endapan nikel, dengan metoda pemetaan geologi semi rinci untuk penentuan batas sebaran,
dimensi dan potensinya serta pemboran dangkal menggunakan “hand Auger”. Kegiatan
pemboran “hand Auger” dilakukan dengan interval berkisar 100 meter s.d. 150 meter
sebanyak 35 titik bor.
Hasil analisis laboratorium dari beberapa lokasi menunjukkan adanya anomali Ni, Cr,
Co, Fe yang signifikan. Ni memiliki kadar tertinggi mencapai 2.538 ppm pada kedalaman 3
meter s.d. 4 meter. Pola anomali menonjol
terdapat dibagian tenggara dan barat laut,
anomali dominan muncul di level 0 meter s.d. 1 meter. Co memiliki kadar tertinggi mencapai
855 ppm pada kedalaman 1 meter s.d. 2 meter. Pola anomali menonjol terdapat di bagian
tenggara dan barat laut. Polanya memiliki kemiripan dengan Co. Fe memiliki kadar tertinggi
mencapai 55,72% pada kedalaman 1 meter s.d. 2 meter. Pola sebaran Fe menonjol dibagian
tenggara dan barat laut dengan anomali dominan muncul dekat permukaan. Sedangkan Cr
memiliki kadar tertinggi mencapai 4,7% pada kedalaman 4 meter s.d. 5 meter. pola ini agak
berbeda, yang menonjol terdapat dibagian tenggara dan barat laut, tidak hanya di level dekat
permukaan namun menerus hingga kedalaman 4 meter s.d. 5 meter.
Sesuai pola tersebut, dapat ditarik suatu gambaran krom (Cr) merupakan unsur yang
memiliki anomali paling menonjol dengan kadar mencapai 47.000 ppm atau 4,7%.
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
21
Buku 2: Bidang Mineral
Ni, kelimpahan unsur Ni di kerak bumi meningkat antara 4 hingga 12 kali lipat lebih
tinggi dari kelimpahan unsur di kerak bumi. Untuk bauksit dari analisis nilianya tidak
memperlihat hasil yang baik. Cr jika kita bandingkan dengan kelimpahan kerak bumi maka
nilai kelimpahannya meningkat antara 37 hingga 130 kali lipat lebih tinggi.
Adapun sumber daya masing-masing komoditi yang diperoleh terdiri dari Ni memiliki
luas 23,7000 m2, tebal 3 meter, sumber daya tereka Ni adalah 1800 Ton dengan kadar pada
kisaran 1480 ppm s.d. 2900 ppm. Unsur lainnya yaitu cobalt (Co) luas sebaran 10,2000 m2,
ketebalan 3 meter, berat jenis 2,6 ton/m3 sumber daya tereka adalah 795 ton, kadar
dikisaran 384 ppm s.d. 780 ppm, namun kearah lebih dalam kadar mengalami penurunan
drastik.Cr memiliki luas sebaran 79000 m2 ketebalan 3 meter, sumber daya tereka 616 Ton
dengan kadar dari 0,7% s.d. 2,2%. Fe memiliki luas sebaran 100000 m2, jika diasumsikan
tebal 3 meter, maka sumber daya tereka Fe adalah 780 Ton dengan kadar antara 19% s.d.
27%.
Secara keseluruhan dari seluruh komoditi yang ada (Ni, Co, Fe dan Cr), Cr memiliki
kadar paling tinggi, disamping itu pola sebarannya yang lebih teratur. Dari hasil penyelidikan
ini, maka untuk penyelidikan lanjut lebih direkomendasikan untuk komoditas krom (Cr)
dilakukannya eksplorasi lanjut dengan metoda penyelidikan geofisika yaitu salah satunya
adalah dengan metoda georadar.
Kata kunci: serpentinisasi, lateritisasi, nikel, krom
Penyelidikan nikel di daerah Dosay,
PENDAHULUAN
Jalur
Pegunungan
Cycloop
Kecamatan
Sentani
Barat,
Kabupaten
merupakan salah satu bagian dari jalur
Jayapura, Papua oleh Pusat Sumber Daya
tektonik yang cukup komplek di Papua
Geologi, tahun 2016, adalah merupakan
dimana di dalamnya terkandung potensi
tindak lanjut dari hasil penyelidikan yang
sumber daya mineral sangat potensial dan
telah dilakukan oleh Pusat Sumber Daya di
beragam. Jalur ini dikenal dengan nama
wilayah ini Geologi tahun 2010. diketahui
Sesar Sorong.
adanya anomali nikel (Ni); kromit (Cr) dan
Secara geologi Jalur ini memiliki
karakteristik
dimana
terbentuknya
besi
(Fe)
(saphrolit)
dari
di
lapukan
wilayah
batuannya
Sentani
Barat.
dimaksudkan
untuk
kelompok batuan ofioliti sebagai host rock
Penyelidikan
mineralisasi nikel (Ni), kobalt (Co), besi
mengetahui
(Fe), platinum (Pt), Paladium (Pd) dan
endapan nikel dengan cara melakukan
kromit (Cr).
pemetaan
ini
sebaran,
semi
rinci
dan
dalam
geometri
upaya
penentuan batas sebaran, dimensi dan
22
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
potensinya di daerah tersebut. Tujuannya
dan
pemboran
dangkal
adalah untuk mengetahui wilayah prospek
“hand Auger”, untuk mengetahui kondisi
dan sumber daya endapan nikel di daerah
perlapisan
ini,
laterit mulai
menggunakan
dari
top soil,
bahan
masukan
untuk
saphrolit hingga batuan dasar. Selain itu
Wilayah
Ijin
Usaha
juga digunakan “stripping” atau kupasan
Pertambangan (WIUP) di wilayah ini, yaitu
pada singkapan yang tersingkap lebar dan
wilayah
luas (Gambar 2).
sebagai
pengusulan
Kabupaten
Jayapura,
Provinsi
Untuk conto soil setelah di ambil
Papua.
baik dari hand auger maupun stripping,
untuk
Lokasi Penyelidikan
Secara
administratif
lokasi
penyelidikan berada di Daerah Dosay,
keperluan
laboratorium
conto
dilakukan pemercontohannya dengan cara
quartering (Gambar 3).
Kabupaten
Pengeboran hand auger dilakukan
Jayapura, Provinsi Papua (Gambar 1).
dengan interval 100 meter hingga 150
Lokasi ini dari Jakarta dapat ditempuh
meter, sebanyak 35 titik dan terkumpul
dengan
penerbangan
sebanyak 144 conto tanah laterit dan 10
komersial selama kurang lebih 7 jam s.d. 8
conto batuan untuk dianalisis unsur nikel,
Jam. Selanjutnya dari ibu kota Jayapura
krom, kobal dan besi.
Kecamatan
Sentani
Barat,
menggunakan
perjalanan
dilanjutkan
menuju
daerah
penyelidikan melalui jalan darat dengan
Laboratorium
Setelah pelaksanaan pemercontoan
waktu tempuh selama ± 1,5 jam.
dilapangan selesai, conto terpilih diambil
untuk analisis laboratorium.
Metoda Penyelidikan.
Pemeriksaan
Penyelidikan Lapangan
di
laboratorium
dalam
dilakukan secara kimia (geokimia), metoda
batuan ultrabasa (peridotit-dunit) sampai
yang digunakan adalah cara AAS. Conto
basa (gabbro). Untuk mengetahui adanya
yang diperiksa berupa tanah maupun
indikasi dari mineral ini diperlukan adanya
batuan,
beberapa pendekatan (metode).
kandungan unsur yang ada didalamnya
Nikel terbentuk di alam
Beberapa
metoda
pendekatan
dilakukan
untuk
mengetahui
yang meliputi unsur kobalt (Co), nikel (Ni),
indikasi
besi (Fe) dan krom (Cr). Sementara untuk
mineralisasi khususnya nikel, umumnya
analisis fisika mineral metoda analisis yang
mineral lain sebagai mineral pengikutnya
digunakan yaitu pemeriksaan petrografi,
pada
mineragrafi dan XRD
untuk
mengetahui
daerah
laterit,
adanya
metoda
yang
digunakan dalam penyelidikan ini adalah
Conto yang dianalisis 144 conto
“surface mapping” (pemetaan permukaan),
tanah (Ni. Co, Cr, Fe, Fe3O4, Fe2O3, SiO2,
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
23
Buku 2: Bidang Mineral
Al2O3, CaO, MgO, TiO2, P, total, S total,
Hampir
seluruh
H2O dan HD dan major elemen). dan 10
terserpentinkan
conto batuan dengan jenis analisis (Ni. Co,
selanjutnya mengalami pelapukan lanjut
Cr, dan Fe, Fe3O4, Fe2O3, SiO2, Al2O3,
menjadi laterit (Gambar.4b).
Adapun
CaO, MgO, TiO2, P, total, S total, H2O dan
batuan
yang
kuat
(Gambar.4a),
sebaran
telah
litologi
batuan
major elemen). 4 conto untuk analisis XRD,
yang terdapat diwilayah penyelidikan dapat
3 conto untuk petrografi dan 1 conto untuk
dilihat pada (Gambar.5). Litologi batuan
analisis
analisis
pada gambar tersebut memperlihatkan
dilakukan di Pusat Daya Mineral, Batubara
batuan ultrabasa-basa menempati bagian
dan Panas Bumi, Badan Geologi Bandung.
utara timur. Sementara dibagian selatan
Seluruh hasil pengamatan lapangan dan
dan
analisis laboratorium kemudian dilakukan
alluvium-endapan rawa yang merupakan
data prosesing untuk mengetahui adanya
endapan alluvium.
mineragrafi.
Seluruh
tengah
secara
terpisah
Berdasarkan
sebaran dan anomaly unsur agar dapat
hasil
adalah
analisis
dibuatkan peta wilayah potensi mineral di
petrografi menunjukkan batuannya adalah
daerah penyelidikan.
gabbro
yang
telah
terubah
dengan
sebagian mineral telah mengalami retakan
yang diisi oleh mineral sekunder silika.
GEOLOGI
Secara
tektonik
wilayah
Mineral
penyusunnya
batuan
adalah
penyelidikan Dosay merupakan bagian dari
plagioklas 87%, olivine 7%, serpentin
kelompok “Ofiolit Pegunungan Cycloop”,
(antigorit) 4%, klorit dan mineral opak
dimana itu sendiri merupakan bagian sistim
masing-masing 1% (Gambar 6).
subduksi besar yang membentang dari
Sementara dari hasil pemeriksaan
arah tenggara (bagian utara Jayapura)
XRD
hingga ke arah barat laut (utara kepala
menunjukkan mineral ubahannya adalah
burung).
berupa kaolinit dan klinoklor (Gambar 7).
terhadap
beberapa
conto
Secara geologi daerah penyelidikan
disusun oleh batuan terdiri dari batuan
ultrabasa
(peridotit-dunit),
dan
Mineralisasi
basa
Indikasi mineralisasi ditandai oleh
(gabbro) yang sebagian besar terubah
adanya ubahan pada batuan ultrabasa baik
menjadi serpentin kemudian mengalami
peridotit, dunit maupuan batuan basa
lateritisasi. Peridotit-dunit maupun gabbro
gabbro yang terserpentinkan dengan kuat.
memiliki sebaran cukup luas, menempati
Oleh
hampir ±80% dari wilayah yang ada,
mengalami
selebihnya endapan alluvium (rawa).
menjadi
gaya
eksogen
pelapukan
laterit.
Proses
dari
batuan
serpentin
tersebut
yang
dinamakan proses lateritisasi.
24
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Secara megaskopis ciri-ciri fisik
yang dapat dilihat antara lain warna soil
unsur nya khususnya nikel dapat dijelaskan
sebagai berikut.
kekuningan,
Tabel 1. Sebagian dari hasil analisis
peruba- han warna terjadi secara gradasi
laboratorium berasal dari conto tanah
coklat
kemerahan
hingga
kearah kedalaman hingga batas saphrolit,
dari kuning kecoklatan, coklat tua hingga
coklat kemerahan (Gambar 8a).
Selain dari pada itu di beberapa
tempat selain sikuen tanah laterit, terdapat
pula
indikasi
“boxwork”
lainnya
dimana
yakni
tanah
struktur
laterit
pada
kondisi saphrolit sebagian terisi urat-urat
silica, ketebalan beberapa cm hingga ada
yang mencapai 1 cm lebih ada pada
(Gambar.8b).
Daerah dengan intensitas proses
lateritisasi tinggi ada pada lokasi bagian
Kadar nikel tertinggi mencapai 4000
tengah mengarah kearah utara (barat laut
ppm atau sekitar 0,4% Ni, kadar terendah
dan tenggara). Wilayah dengan kondisi
sekitar 34 ppm, kadar rata-rata adalah
laterit
627,2
tebal
adalah
wilayah
dengan
ppm
Ni.
Kadar
kobal tertinggi
kemiringan topografi tidak curam dan tidak
mencapai 855 ppm Co, kadar terendah
landai sekali.
sekitar 34 ppm, kadar rata-rata adalah
Dosay,
134,43 ppm Co. Kadar besi tertinggi
merupakan
mencapai 55,72% Fe, kadar terendah
sebagian dari daerah mineralisasi komplek
sekitar 3,76%, kadar rata-rata adalah
ofiolit
24,82% Fe. Kadar krom tertinggi mencapai
Mineralisasi
Sentani
Barat
Peg.
ini
di
wilayah
adalah
Cycloop
yang
luas,
4,7% Cr, kadar terendah sekitar 34 ppm,
membentang arah timur ke barat.
kadar rata-rata adalah 0,1854% Cr.
Berikut
Hasil analisis kimia
adalah
beberapa
Hasil analisis sebagian unsur dari
perbandingan hasil analisis unsur nikel
conto tanah dengan empat jenis unsur
dengan unsur lainnya (sebagian) yang
logam
dilakukan di Pusat Laboratorium Kimia
memberikan
gambaran
sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Dari
Mineral,
Pusat
Sumber
Daya
Mineral
sejumlah conto yang dianalisis, nilai unsur-
Batubara, dan Panas Bumi (PSDMPB),
ada pada Tabel 2
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
25
Buku 2: Bidang Mineral
Tabel 2. Perbandingan kandungan nikel
Pada batuan ultra basa memiliki
elemen tersebut paling banyak dibanding
dan 3 unsur logam lainnya
batuan lainnya.
Batuan tersebut mineral yang paling
mudah
lapuk
(olivin
dan
piroksen),
komponen-komponennya mudah larut dan
memberikan lingkungan pengen dapan
cukup baik.
b. Struktur
Struktur yang umum dijumpai pada
Pada tabel tersebut tampak terlihat
zona laterit nikel adalah struktur kekar
jelas adanya perbedaan antara nikel dan
(joint)
dibandingkan
struktur
patahan.
kobal, besi maupun krom. Nikel hasil
Seperti diketahui, batuan beku memiliki
analisisnya berada pada kisaran paling
porositas dan permeabilitas yang sangat
tinggi sekitar 4285 ppm atau 0,4%.
kecil sekali sehingga penetrasi air sangat
sulit. Maka dengan terjadinya rekahan-
PEMBAHASAN
rekahan,
Interpretasi Model Endapan
memudahkan
Berdasarkan
bentukannya,
proses
pem-
laterit
memiliki
endapan
beberapa zona lateritisasi dengan ketebalan
hal
tersebut
masuknya
akan
air
lebih
sehingga
proses pelapukan lebih intensif terjadi.
c. Iklim
dan kadar yang bervariasi di satu daerah
Adanya pergantian musim seperti
dengan daerah lainnya. Daerah dengan
musim kemarau dan musim penghujan
intensitas
akan
pengkekaran
tinggi
sebagai
mneningkatkan
terjadi
intensitas
contoh, akan memiliki ketebalan soil dan
penaikan dan penurunan permukaan air
saphrolit lebih tebal di bandingkan dengan
tanah,
intensitas pengkekaran yang rendah.
peningkatan
Faktor-faktor
yang
berpengaruh
tinggi
Batuan asal ultra basa misalnya
utama
proses
terjadinya
pemisahan
dan
Perbedaan temperatur yang cukup
a. Batuan asal
syarat
menyebabkan
akumulasi unsur-unsur.
terhadap proses pembentukan laterit:
merupakan
dapat
untuk
pembentukan Co, Ni, Fe, Cr, Pt, dan Pd.
akan
terjadinya
dimana
membantu
proses
akan
mempercepat
pelapukan
mekanis,
rekahan-rekahan
dalam
batuan yang akan mempermudah proses
atau reaksi kimia pada batuan.
26
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
d. Topografi
maupun kobal tidak memiliki pola korelasi
Pengaruh
dampak
topografi
cukup
memberi
signifikan
yang baik (Tabel 3).
bagi
pembentukan endapan laterit.
Adapun terkait dengan kedalaman
pola
kandungan
nikel
di
wilayah
Pada kondisi topografi yang curam
penyelidikan tidak memiliki pola anomali
sangat
terbentuknya
yang teratur. Di lokasi tertentu dimana
akumulasi laterit dimana faktor air bawah
terkait dengan krom misalnya kedalaman
permukaan memiliki “run off” yang tinggi
laterit
sehingga
peningkatan
akan
sulit
sulit
untuk
terjadinya
pengendapan
yang baik.
tidak
diikuti
dengan
adanya
kadar
yang
teratur
(Gambar 9).
Sementara
datar
Adapun sebaran secara horizontal
proses pelapukan berjalan sangat lambat,
nikel pada kedalaman 0 meter s.d. 1 meter
sirkulasi
cukup tinggi. Namun pada kedalaman dari
air
pada
bawah
daerah
permukaan
tidak
berjalan baik.
Hal
1 meter s.d. 2 meter dan 2 meter s.d. 3
terbaik
endapan laterit
bagi
pembentukan
meter terjadi penurunan cukup dratis.
seperti nikel misalnya
Perubahan tersebut dapat dilihat pada
adalah pada kondisi topografi menengah
(Gambar 10).
tidak curam dan tidak landai sekali (datar).
Kondisi
ideal
adalah
undulating
atau
Genesis endapan nikel.
melandai dengan kemiringan lereng antara
Endapan
nikel
terjadi
pada
10° hingga 20°sekitar tidak curam dan tidak
lingkungan batuan ultrabasa s.d. basa
datar.
(dunit
Secara
genesis
proses
hasburgit
lingkungan
s.d
gabbro)
Gaya
ofiolite.
dalam
endogen
pembentukan laterit yang terjadi karena
menyebabkan batuan mengalami rekahan
faktor tersebut diatas, telah membentuk
dan ubahan serpentin. Selanjutnya gaya
horizon
menurut
eksogen membentuk proses lateritisasi
(Ahmad.W, 2000) dapat dibagi menjadi
yang menyebabkan adanya pengayaan
zona yaitu zona limonit terletak bagian
unsur logam Ni, Co, Cr dlsb. Beberapa
atas, zona saprolit berada dibagian tengah
faktor
dan batuan dasar berada pada bagian
lateritisasi yaitu adanya sirkulasi air tanah,
paling bawah (Gambar 8).
kemiringan
lateritisasi
yang
Hasil analisis kimia menunjukkan Ni
penyebab
terjadinya
topografi.
proses
(Samama,1986)
(Gambar 11)
memiliki asosiasi kuat dengan krom. Jika
Secara tektonik mineralisasi nikel
kandungan nikel tinggi, kandungan krom
didaerah Dosay terjadi dan terbentuk dari
juga
batuan induk ultrabasa kelompok “Ofiolit
meningkat.
Namun
dengan
Fe
Pegunungan Cycloop”, yang merupakan
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
27
Buku 2: Bidang Mineral
bagian
sistim
subduksi
besar
yang
Dengan menggunakan metode sederhana
membentan
ISSN : 0261-0811
PROSIDING
HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2016
PUSAT SUMBER DAYA MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
BUKU 2
BIDANG MINERAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BADAN GEOLOGI
PUSAT SUMBER DAYA MINERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
Editor
: Iwan Nursahan, S.T., M.T., Ir. Armin Tampubolon, M.Sc.,
Ir. Zulfikar, SP.1, dan Ir. Herry Rodiana Eddy, M.Si.
Layout & Desain
: Eko Suryanto, S.Kom
Daftar Isi
DAFTAR ISI
1. Eksplorasi Umum Endapan Logam Dasar di daerah Salopaku, Kecamatan
Sabbang, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan ..................................
2. Eksplorasi Endapan Nikel Laterit di Daerah Dosay, Kecamatan Sentani Barat,
Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua ......................................................................
3. Eksplorasi Umum Logam Dasar di Kecamatan Tombolo, Kabupaten Gowa, Provinsi
Sulawesi Selatan .....................................................................................................
4. Prospeksi Mineral Logam di Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah
5. Eksplorasi Umum Bijih Besi Dan Mangan di Kecamatan Pagelaran dan Pagelaran
Utara, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung ....................................................
6. Penyiapan Data dan Informasi Sumber Daya Geologi untuk Pengusulan Wilayah
Keprospekan Mineral Tahun 2016 ..........................................................................
7. Eksplorasi Umum Emas dan Logam Dasar untuk WPR Gunung Botak/Gogrea dan
Sekitarnya, Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku .......................
8. Eksplorasi Umum Emas dan Mineral Ikutannya di Kecamatan Noyan, Kabupaten
Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat .......................................................................
9. Prospeksi Logam Mulia dan Logam Dasar di Kabupaten Minahasa Tenggara,
Provinsi Sulawesi Utara ..........................................................................................
10. Pemutakhiran Data dan Neraca Sumber Daya Mineral Indonesia Status 2016 .......
11. Survei Geokimia Regional Bersistem Lembar Ternate A-2 di Pulau Halmahera,
Provinsi Maluku Utara .............................................................................................
12. Prospeksi Timah dan Rare Earth Element (REE) di Kabupaten Pelalawan, Provinsi
Riau ........................................................................................................................
13. Prospeksi Bijih Besi dan Mineral Ikutannya di Kabupaten Banjar, Provinsi
Kalimantan Selatan .................................................................................................
14. Eksplorasi Umum Logam Mulia dan Logam Dasar di Kecamatan Dolok Sigompulon,
Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara ....................................
15. Eksplorasi Umum Bijih Besi dan Mineral Ikutannya di Kecamatan Pelaihari,
Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan .............................................
16. Eksplorasi Umum Endapan Zirkon di Kecamatan Telawang, Kabupaten
Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah ....................................................
17. Prospeksi Endapan Bentonit Di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi ....................
18. Prospeksi Batuan Pembawa Kalium, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah .........
19. Eksplorasi Umum Endapan Zeolit, Kabupaten Tanggamus, Kecamatan Limau,
Provinsi Lampung ....................................................................................................
20. Eksplorasi Umum Batumulia, Kecamatan Amahai dan Sekitarnya, Kabupaten
Maluku Tengah, Provinsi Maluku .............................................................................
21. Prospeksi Endapan Kuarsit di Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh ...................
22. Prospeksi Endapan Batumulia di Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh ........
23. Pembuatan In House Standard Stream Sediment untuk Cu, Pb, Zn, dan Ag ...........
24. Penyusunan Atlas dan Metadata Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Indonesia ................................................................................................................
25. Kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Geografis Nasional Sumber Daya
Geologi Tahun 2016 ................................................................................................
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
1
21
37
55
73
83
93
107
121
137
157
177
185
197
211
225
235
245
253
259
269
279
289
299
313
i
Buku 2: Bidang Mineral
EKSPLORASI UMUM ENDAPAN LOGAM DASAR
DI DAERAH SALOPAKU, KECAMATAN SABBANG, KABUPATEN LUWU UTARA
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Bambang Nugroho Widi, Hartaja M. Hatta W dan Rudy Gunradi
Bidang Mineral
Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
SARI
Secara geologi daerah penyelidikan di susun oleh 3 satuan batuan terdiri dari satuan
batuan metamorf Filit menempati wilayah bagian selatan, satuan batuan granit (granit
Kambuno) menempati bagian tengah dan utara dan satuan batuan vulkanik dasitik
menempati sebagian daerah tengah dari daerah penyelidikan. Secara umum struktur geologi
yang berkembang adalah berupa struktur sesar yang berarah hampir barat-timur dan
baratlaut-tenggara. Sesar tersebut mengenai (memotong) semua satuan batuan.
Mineralisasi di wilayah ini ditandai dengan dijumpainya butiran emas dalam
lingkungan batuan metamorf yaitu metavulkanik (metaandesit) yang di apit oleh batuan filit.
Butiran emas memiliki ukuran dari halus FC hingga sangat kasar VFC, dijumpai dibeberapa
lokasi di kawasan Salopapa yang merupakan cabang dari Salosese.
Hasil analisis kimia menunjukkan adanya 3 titik anomali Au yaitu (LU/16/MN/002SS),
dengan kadar 29 ppb (LU/16/MN/081SS), dengan kadar 116 ppb dan (LU/16/MN/046SS),
dengan kadar 147 ppb. Ketiga anomali tersebut sungai mengarah ke Bukit Salopapa.
memiliki hulunya yang sungainya diperkirakan mengarah pada satu bukit yakni bukit
Salopapa. Sementara dari hasil pengamatan mineragrafi menunjukkan munculnya mineral
sulfida seperti kalkopirit (CuFeS2), pirit (FeS2) dan bornit (Cu5FeS4) serta mineral oksida
magnetit (Fe3O4) dan hidrous okside, terdapat di lingkungan batuan dimana emas ditemukan
(LU/16/MN/044R); (LU/16/MN/045R) dan (LU/16/MN/058R).
Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi antara keterdapatan emas dari dulang dan
mineralisasi dalam batuan (analisis mineragrafi) dan hasil analisis kimia sedimen sungai.
Dari hasil penyelidikan tersebut menunjukkan di wilayah ini masih dimungkinkan adanya
mineralisasi logam baik emas maupun mineralisasi logam lainnya.
Sejauh ini untuk menentukan apakah jenis mineralisasinya adalah mineralisasi
hidrotermal (epitermal) atau jenis mineralisasi lain yakni orogenic gold (epizonal) belum
dapat ditentukan. Namun demikian mineralisasi mengarah ke arah mineralisasi tipe orogenic
(Epizonal) kecenderungannya kearah tersebut dimungkinkan. Untuk memperjelas hal
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
1
Buku 2: Bidang Mineral
tersebut perlu dilakukan penyelidikan lebih rinci serta pengujian laboratorium dari contocontonya yang lebih spesifik.
Kata kunci: Mineralisasi logam dasar, Cu, Pb, Zn, Au, Ag.
9°15'00" hingga 2°23'10" Lintang Utara
PENDAHULUAN
Kegiatan
penyelidikan
mineral
(Gambar 1).
logam dasar di daerah Salupaku, Desa
Tandung,
Kecamatan
Sabbang,
METODOLOGI
Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi
Metode yang digunakan dalam
Selatan merupakan tindak lanjut dari
Penyelidikan ini adalah pemetaan geologi
penyelidikan yang dilakukan oleh Tim
permukaan, geokimia (pengambilan conto
Inventarisasi Pusat Sumber Daya Geologi
sediment sungai, pendulangan dan rock
Tahun 2009.
sampling). Hasil pengamatan dilapangan
Dari hasil penyelidikan tersebut
diketahui
ada
tiga
komoditi
mineral
telah
diperoleh
laboratorium
conto
30
conto
untuk
analisis
batuan
untuk
menarik yang perlu ditindak lanjuti untuk
analisis kimia, 6 conto tanah untuk analisis
dikembangkan yaitu emas (Au); logam
kimia (Major element), 85 conto stream
dasar terdiri dari (Cu), timah hitam (Pb)
sedimen, 88 conto mineralogy butir, 8
dan
ini
conto untuk mineragrafi, 11 conto untuk
dimaksudkan untuk mengetahui adanya
petrografi 9 conto batuan untuk analisis
indikasi dan sebaran Cu, Pb, Zn, Au dan
XRD.
seng
(Zn).
Penyelidikan
Analisis
Ag. Tujuannya adalah untuk mengetahui
kimia
menggunakan
daerah prospek dan potensi sumber daya
metoda AAS, unsur yang dianalisis Au,
endapan logam dasar di daerah Salupaku
Ag, Cu, Pb, Zn, Mo. Adapun di analisis
dan sekitarnya guna mendapatkan data
fisika mineral terdiri dari petrografi untuk
dalam
mengetahui
rangka
pengusulan
pembuatan
jenis
mineral
penyusun
batuan dan mineragrafi untuk mengetahui
Wilayah Pertambangan.
secara
jenis mineral logam atau mineral bijih yang
administrasi termasuk kedalam wilayah
membentuk endapan; Analisis di lakukan
Tandung,
Sabbang,
di Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara
Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi
dan Panas Bumi, Bandung. Sedangkan
Selatan. Secara geografis daerah ini
pengolahan data hasil analisis kimia dari
terletak pada posisi antara 120°00'0"
conto
hingga
dilakukan dengan statistik menggunakan
Daerah
2
penyelidikan
Kecamatan
120°6'47"
Bujur
Timur,
dan
sedimen
sungai
dan
batuan
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Secara stratigrafi batuan daerah
program excel dan program ArcGis 10
untuk
menggambarkan
pola
sebaran
penyelidikan dibagi menjadi tiga satuan
batuan
geokimia unsur.
satuan
metamorf
(Filit-gneis);
Satuan batuan intrusif (Diorit-mikrogranit);
Satuan batuan ekstrusif/vulkanik (Dasit
GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN
Berdasarkan
hasil
pengamatan
dan Andesit).
Batuan
dilapangan diketahui kondisi geomorfologi
Metamorf,
(bentang alam) daerah penyelidikan terdiri
megaskopis
dari
kehijauan s.d. abu-abu kecoklatan, keras,
daerah
perbukitan
dan
daerah
memiliki
secara
warna
abu-abu
memiliki perlapisan, terkadang terdapat
pedataran.
struktur semacam foliasi, butiran ukuran
halus hingga kasar. Dibeberapa tempat
Morfologi Perbukitan
di
memperlihatkan adanya perlapisan yang
dominasi oleh wilayah dengan elevasi
terkadang memiliki pola perlapisan yang
ketinggian antara 250 meter s.d. 1500
hampir
meter
Hasil
kemiringan lapisan hingga 80°. Salah satu
morfologi
dari batuan filit tersebut tersingkap secara
Momorfologi
diatas
pengamatan
perbukitan
Perbukitan
permukaan
di
laut.
lapangan
dicirikan
oleh
perbukitan
tegak
dan
dapat
mencapai
baik di Sungai Salopaku (Gambar 3).
Pengamatan
dengan topografi rapat dengan kemiringan
mikroskopis
pada
lereng dari 30° hingga 70°. Selain dicirikan
salah satu conto batuan menunjukkan
pula oleh adanya air terjun yang cukup
tekstur foliasi, sifat optik, kristal uehedral-
banyak dan tinggi terutama di beberapa
anhedral, mineral teridentifikasi adalah
bagian hulu anak sungai.
kuarsa, plagioklas, biotit, klorit serisit dan
opak, secara jelas ada pada (Gambar 4).
Morfologi Pedataran
Morfologi
pedataran
memiliki
Batuan intrusif (Diorit-mikrogranit)
Batuan intrusi teramati di daerah
penyebaran sangat terbatas tidak lebih
penyelidikan,
penyelidikan yaitu granit, mikrogranit dan
dijumpai disekitar sungai utama Salopaku.
diorit, masuk kedalam kelompok granit
Morfologi pedataran menempati wilayah
Kambuno.
tertentu
putih
dari
5%
dari
wilayah
terutama
daerah
pedataran
Secara
megaskopis
s.d. kecoklatan,
warna
berbutir kasar,
sungai Salopaku. Kenampakan morfologi
tekstur faneritik, mineral penyusun kuarsa,
perbukitan maupun pedataran di wilayah
biotit, minor garnet, epidot dan mineral
penyelidikan (Gambar 2).
opak. Salah satu singkapan granit di anak
sungai Salopapa (Gambar 5).
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
3
Buku 2: Bidang Mineral
Pengamatan mikroskopis menun-
basal. Secara regional kelompok batuan
jukkan tekstur faneritik, anhedral, mineral
penyusun kuarsa, plagioklas, biotit, klorit
gunungapi
merupakan
bagian
dari
epidot dan opak (Gambar 6).
Formasi Lamasi berumur Oligo-Miosen
(T.O. Simajuntak, dkk., 2007).
Batuan Gunungapi
Batuan gunungapi disini terdiri dari
Endapan Permukaan
lava andesit, breksi dan tufa bersifat
Endapan permukaan yang terdiri
andesitik hingga dasitik. Batuan andesit
dari lumpur, pasir, kerakal dan kerikil yang
secara megaskopis memiliki warna abu-
merupakan hasil rombakan batuan yang
abu kehijauan, kompak, keras, berbutir
telah ada sebelumnya.
Di wilayah penyelidikan endapan
halus hingga sedang tekstur porfiritik,
batuan
alluvial menempati daerah dataran tinggi
sebagian diapit diantara batuan metamorf
Dodolo, Bangko dan Tedeboek serta di
(filit).
bagian selatan daerah penyelidikan yang
setempat
mengalami
foliasi,
Pengamatan
mikroskopis
menunjukkan mineral penyusun andesit;
plagioklas,
feldspar,
sebagai
merupakan dataran pantai.
fenokris,
tertanam dalam masa dasar plagioklas
Struktur Geologi
Struktur
(Gambar 7).
yang
berkembang
di
Salo
daerah penyelidikan adalah berupa kekar
Palimunang yang merupakan salah satu
dan sesar. Kekar terjadi pada batuan baik
anak
pada
Dasit
dijumpai
sungai
sepanjang
dibagian
hilir
Salopaku
intrusi
maupun
seperti
putih kecoklatan, afanitik-porfiritik, fenokris
seragam. Sementara sesar berdasarkan
berukuran besar, tertanam dalam masa
penafsiran peta rupa bumi (DEM), memiliki
dasar plagioklas, Sebagian batuan ini
arah umum baratlaut-tenggara, sebagian
telah mengalami ubahan menjadi argilik
mendekati arah timur-barat. Struktur sesar
disertai mineral sulfide pada beberapa
intensif
tempat. Batuan ini tersebar di bagian
baratlaut-tenggara.
timurlaut
struktur
baratlaut
daerah
dengan
lainnya
(Gambar 8). Secara megaskopis warna
dan
metamorf
batuan
berkembang
dengan
indikasi
oleh
bidang
tidak
arah
Dilapangan
ditunjukkan
atau
arah
adanya
gores
pada
penyelidikan. Tuf terdiri dari tuf Kristal,
slickenside
batupasir tuf dan tuf abu, penyebarannya
batuan, adanya air terjun yang dijumpai
di daerah tinggian yang umumnya pada
secara
puncak-puncak bukit breksi gunungapi,
Gambaran
yang
batuan dan struktur) daerah penyelidikan
disusun
oleh
breksi
gunungapi
berpola
kondisi
membentuk
geologi
tangga.
(startigrafi
bersifat andesitik, lava andesit dan lava
4
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Hasil
secara keseluruhan dapat dilihat pada
analisis
(pemeriksaan
Gambar 9.
laboratorium
mineralogi
butir)
yang
diambil dari lokasi lain (diluar Salopapa)
juga menunjukkan adanya butiran emas
Mineralisasi
Mineralisasi ditemukan pada dua
yang berasal dari lokasi anak Salo Sese
lingkungan geologi yang berbeda:
Mineralisasi
(1)
sebagaimana diperlihatkan pada conto
dijumpai
dalam
(LU/16/MN/003) (Gambar 12).
(meta-
Sementara dari hand specimen
andesit) yang diapit dalam batuan filit-
(LU/16/MN/58) menunjukkan sifat fisik
slate. Pada lingkungan ini mineralisasi
batuan berwarna metallic silver (perak
dicirikan oleh munculnya sejumlah mineral
atau
ubahan disertai hadirnya urat sulfida halus
tertanam dalam batuan silika (Gambar
memotong batuan dan disiminasi pirit
13).
halus dalam batuan metaandesit. Salah
ditemukan adanya butiran emas.
lingkungan
batuan
metamorf
galena),
bentuk
dimana
Pada
tidak
teratur,
lokasi
tersebut
Hasil pemeriksaan mineralogi butir
satu lokasinya dijumpai di Sungai Salo
Bangkele dimana ubahan metaandesit
dari
terjebak dalam filit. Secara megaskopis
(LU/16/MN/058) ditemukan butiran emas
batuan yang terubah warna abu-abu
berukuran halus hingga kasar. Kondisi dan
kecoklatan, struktur stockwork (coklat tua)
jenis butiran yang terdapat di dalamnya
dalam batuan (Gambar 10).
mencerminkan kondisi
Hasil
pendulangan
conto
di
sekitarnya
lokasi
(Gambar 14).
di
Salopapa
dan
anak
sungai
salopapa
(Thair
mikroskopis
dibagian hulu. Secara fisik butiran emas
(LU/16/MN/058)
dari berukuran halus (VFC), hingga kasar
adalah
(VCC), warna kuning terang (cemerlang),
(Gambar 15).
berbentuk
pipih
dengan
asosiasi
sama
Al-Ani
et.al,
2014)
Sedangkan dari hasil pemeriksaan
Salobangkele dan Salopangarusan yang
merupakan
yang
Mineralisasi di bagian hulu atau
ditemukan
butiran emas diperoleh dari beberapa
seperti
lokasi
bijih
magnetit,
Wilayah
pada
mineral
teridentifikasi
kalkopirot
Salopapa
lokasi
dan
pirit
merupakan
mineralnya adalah garnet, zirkon, kuarsa,
wilayah dari kelompok batuan metamorf.
piroksin, magnetit dan oksida besi. Salah
Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa
satu hasil pendulangan yang diperoleh
mineral ubahan yang teridentifikasi dari
dari
LU/16/MN/52
wilayah ini terdiri dari kaolinti, albit,
memperlihatkan butiran emas yang besar
montmorilonit, illite dan kuarsa. Hasil
dan sebagian berbentuk lancip dan pipih
pmeriksaan ini berasal dari conto lokasi
(Gambar 11).
LU/16/MN/034.
Salo
Bangkela
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
5
Buku 2: Bidang Mineral
(2) Mineralisasi dijumpai dalam
dengan di Salopalimunang. Dimana di
Pada
daerah Salopapa tidak dijumpai adanya
lingkungan ini mineralisasi dicirikan oleh
ubahan hidrotermal argilik sementara di
munculnya
daerah Salopalimunang alterasi argilik
lingkungan
vulkanik
sejumlah
(dasitik).
mineral
ubahan
disertai mineral sulfida halus dalam batuan
cukup
bersifat dasitik. Salah satu lokasi indikasi
batuannya yang berbeda.
batuan
dimana
vulkanik
ubahan
dasitik
dari
mengalami
disamping
kondisi
Adapun dari hasil analisis kimia
mineralisasi di lingkungan ini dijumpai di
Salopalimunang
dominan
diketahui
unsur
kandungan
diwilayah
masing
masing
penyelidikan
adalah
hadirnya
sebagai berikut: Ada enam unsur yang
mineral sulfida halus terdalam dalam
dianalisis yaitu Cu, Pb, Zn, Au, Ag dan Mo
batuan. Secara megaskopis batuan yang
dengan
terubah
kecoklatan,
sebagai berikut: kadar (ppm) maksimum
keputihan disusun secara dominan oleh
Cu 88 ppb; Pb 143 ppb; Ag 2,4 ppb; Zn
mineral kaolin dan argilik (Gambar 16).
166 ppb; Mo 2 ppb; Au 147 ppb. Dari hasil
Sementara
perhitungan statistik berdasarkan data
argilitisasi
di
sertai
warna
dari
dengan
abu-abu
hand
specimen
kadar
analisis
batuan berwarna putih keabuan, keras,
confidence level masing-masing unsur
disiminasi sulfide tertanam dalam batuan
adalah sebagai berikut Cu 3,8 ppb; Pb 3,9
silika (Gambar 17).
ppb; Zn 4,8 ppb dan Au 4,3 ppb.
pemeriksaan
mikroskopis
bijih pada lokasi (LU/16/MN/113) mineral
menunjukkan
unsur
(LU/16/MN/113) menunjukkan sifat fisik
Hasil
kimia
masing-masing
bahwa
Sementara Ag 0,085 ppb; dan Mo 0,090
ppb (Tabel 1).
Perhitungan
teridentifikasi adalah magnetit, kalkopirot
didasarkan
Vaughan, 1994) (Gambar 18).
laboratorium kimia di di lakukan PSDMBP
di
daerah
data
penyelidikan
hasil
yang
dan bornit (James R. Craig and David
Hal menarik lainnya di wilayah ini
pada
statistik
maka
analisis
untuk
adalah dijumpainya mata airpanas yang
sebaran geokimia masing masing unsur
berada
dapat digambarkan dalam bentuk peta
bersama sama
dengan zona
ubahan dan mineralisasi (Gambar 19).
sebaran Cu, Pb, Zn dan Au, Ag, masing
Sesuai penjelasan tersebut dapat
masing digambarkan dalam sebuah peta
diketahui kondisi geologi alterasi dan
sebaran geokimia unsur sebagai berikut
mineralisasi daerah di Salopapa berbeda
(Gambar 20 s.d. 25)
6
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
mencerminkan dapat kondisi mineralisasi
PEMBAHASAN
Secara
geologi
daerah
penyelidikan di dominasi oleh batuan
di bagian hulu atau sekitarnya (Thair AlAni et.al, 2014).
Sementara
metamorfik (filit dan batu sabak), batuan
intrusi
(granit)
(andesit
hingga
dan
batuan
dasitik).
vulkanik
Ketiga
jenis
mineragrafi,
dari
hasil
mineral
analisis
teridentifikasi
magnetit, kalkopirit dan pirit (James R.
batuan tersebut memiliki peranan penting
Craig
dalam
di
diperkirakan terbentuk sebelum terjadinya
wilayah ini. Selain litologi batuan faktor
deformasi tektonik. Ini dapat dilihat dari
struktur
kondisi geologinya dimana meta-andesit
pembentukan
juga
mineralisasi
memberikan
peranan
et.al,
1994),.
Mineralisasi
terapit oleh batuan filit.
penting.
Ada beberapa faktor utama yang
Hasil analisis kimia menunjukkan
mengontrol terjadinya mineralisasi di suatu
anomali diwilayah sekitar bukit Salopapa
wilayah, diantaranya. adalah “hostrock”,
kecenderungan mengarah kesatu wilayah
intrusi (“heat sources”), struktur, ore fluids
(bukit) dimana pada dibeberapa lokasi
dan rentang proses mineralisasi.
sekeliling bukit dijumpai adanya butiran
Di daerah penyelidikan terdapat
dua
tipe
mineralisasi
terjadi
Mineralisasi
di
Jadi bukit tersebut diperkirakan
pada
sebagai
lingkungan geologi yang berbeda.
(1).
emas (LU/16/MN/003/081/43/45/46).
lingkungan
daerah
prospek
mineralisasi
dengan arah NE-SW.
metamorfik. Ini dicirikan oleh beberapa
Beberapa pendapat menyatakan
indikasi diantaranya adanya butiran emas
jika mineralisasi terjadi pada lingkungan
di beberapa lokasi pada meta-andesit
metamorfik,maka
yang diapit batuan filit. Alterasi di kawasan
bisa dikategorikan sebagai mineralisasi
Salopapa
tipe orogenic (D.I. Groves et.al, 1997).
adalah
mineral
quarzt,
albit,montmorilonit, kaolinit dan illit.
Yang menarik dari mineralisasi di
mineralisasi
tersebut
(2). Lingkungan batuan
vulkanik
Salopalimunang).
Indikasi
(Lok.
kawasan ini adalah butiran emas yang
mineralisasi
dijumpai berbentuk gepeng, membulat
hidrotermal
tanggung s.d runcing dari ukuran butir
mineral argilit dalam batuan vulkanik
FVC hingga VCC. Selai butiran emas juga
dengan
mineral
megaskopis
lain
arsenopirit,
seperti
(analisis
zircon,
magnetit,
mineralogi
butir)
tandai
dalam
oleh
ubahan
bentuk
komposisi
ubahan
kelompok
dasitik.
hidrotermal
Secara
yang
dijumpai di wilayah ini berwarna abu-abu
dengan bentuk yang sama (gepeng).
keputihan
Bentuk butiran mineral yang terdapat di
mengandung mineral kaolin dan argilik
dalamnya
yang di beberapa lokasi disertai dengan
konsentrat
dulang
hingga
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
kecoklatan,
7
Buku 2: Bidang Mineral
pemunculan
mineral
sulfida
pirit
dan
KESIMPULAN
1) Secara geologi daerah penyelidikan
markasit (kuning pucat metallik).
Berbeda dengan mineralisasi di
merupakan daerah perbukitan, disusun
Salopapa, mineralisasi di Salopalimunang
oleh satuan batuan metamorf (filit-
memiliki karakteristik alterasi jauh berbeda
sabak), batuan intrusi granit, batuan
dimana mineral ubahan yang muncul
vulkanik andesitic-dasitik dan endapan
memiliki sebaran alterasi
cukup luas
alluvium. Struktur geologi berupa sesar
disepanjang sungai Salopalimunang. Hasil
geser berarah NW-SE dan SE-SW.
XRD mineralnya adalah kuarsa, klorit,
Struktur tersebut mengontrol adanya
kaolinit, illit dan monmorilonit.
mineralisasi di wilayah ini.
Hasil analisis mineragrafi mineral
2) Indikasi
mineralisasi
hadirnya
bornit dan pirit (LU/16/MN/114). Bentuk
dalam batuan disertai butiran emas dari
mineralisasi yang terjadi karena aktifitas
hasil
hidrotermal. Hal menarik di wilayah ini
Berdasarkan tipenya mineralisasi di
adalah bahwa alterasi dan mineralisasi
daerah penyelidikan dibagi atas dua
terjadi pada lingkungan batuan vulkanik
tipe. (1) Tipe mineralisasi yang terjadi
yang merupakan manifestasi geothermal.
pada batuan metamorf (meta-andesit)
Keberadaan mineralisasi epitermal terkait
diapit batuan filit, Lokasi Salopapa.
dengan geothermal sangat memungkinkan
Mineralisasi
sebagai mana yang terjadi di wilayah
sebelum terjadinya deformasi tektonik.
geothermal di “Southern Kamchata (Victor
Ini dapat dilihat dari sifat fisik mineral
Okrugin
2015)
yang teridentifikasi dengan bentuk yang
Diperkirakan zona mineralisasi di batasi
gepeng. (2). Tipe mineralsasi yang
oleh kontrol struktur berarah NE-SW dan
terjadi pada batuan vulkanik bersifat
SE-NW (Gambar 25).
andesitik-dasitik.
Dari
wilayah
Ivan
kedua
mineralisasi
Chernev,
mineral
oleh
teridentifikasi adalah magnetit, kalkopirit
and
sejumlah
ditandai
pendulangan
diberapa
tersebut,
Salopalimunang.
yang
dianggap
ditandai
oleh
Mineralisasi
sebaran
hodrotermal
alasan daerah tersebut (1) ditemukan
manifestasi panasbumi.
kedua
terjadi
Lokasi
prospek adalah Salopapa (Au) dengan
3) Dari
lokasi.
diperkirakan
daerah
adanya butiran emas yang diperkuat
ubahan
yang
wilayah
luas
ini
ubahan
disertai
mineralisasi
dengan (2) anomali geokimia dengan pola
tersebut, maka wilayah mineralisasi
yang spesifik (Gambar 26).
yang dianggap prospek adalah wilayah
8
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Salopapa dengan alasan hasil survey
James R. Craig and David Vaughan,
lapangan menunjukkan adanya butiran
1994, Ore Microscopy and Ore
emas diperkuat dengan anomali kimia
Petrography, John Willey & Son, Inc,
yang memiliki bentuk anomali yang
New York, Toronto, Brisbane.
James R. Craig, 2001, Ore Mineral
terpola.
Texture and the tales they tell, The
4) Berdasarkan poin (3) diatas disarankan
untuk
dilakukan
guna
penyelidikan
mengetahui
Canadian
lanjut
Vol.39.
pp.937-956.
keberadaan
mineralisasi di Bukit Salopapa (bukit
Mineralogist,
Frank T. Dulong, 1997, X-Ray Powder
yang mengarah ke anomali geokimia)
Diffraction,
Eastern
Energy
dengan cara melaku kan studi geologi
Resources
TeamU.S.
Geological
detil, soil sampling dan paritan jika
Survey, MS956 Reston, VA 20192.
ditemukan adanya zona bijih.
Scott A Speakman, 2002, Introduction to
X-Ray
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis
menyampaikan
terima
Powder
Analysis,
Center
Science
and
kasih kepada Kabid dan Kasie Mineral
Massachusset
serta tim
Technology, USA.
editor yang telah memberikan
saran dan koreksinya terhadap makalah
Diffraction
for
Data
Materials
Engineering,
Institute
of
Simandjuntak T.O., Rusmana E., Surono
ini sehingga dapat diterbitkan.
dan Supandjono J.B., 2007; Peta
Geologi Lembar Malili,
Sulawesi
DAFTAR PUSTAKA
1:250.000, Pusat Survey Geologi,
Anonim, 1996. Analytical Methods for
Bandung.
Atomic
The
Absorption
Spectroscopy,
Perkin-Elmer
Corporation,
United States of America.
Thair
Al-Ani
&
Mineralogical
Timo,
Ahtola,
Analysis
of
2014,
Heavy
Minerals from Selected Till Samples
C.D.Gribble, and A.J. Hall,1985, Optical
Mineralogy, Principle & Practice
of Häme Belt, Southern Finland.
Victor Okrugin and Ivan Chernev,2015,
George Allen & Unwin, London,
Correlation
Sydney, Boston.
Geothermal Deposits (an Example of
D.I. Groves, et.al, 1997, Orogenic gold
Mutnovsky
of
Epithermal
Geothermal
and
Area,
deposits: A proposed classification in
Southern Kamchatka) Proceedings
the
World
context
of
their
crustal
distribution and relationship to other
Geothermal
Congress,
Mebourne, Australia.
gold deposit types, Ore Geology
Reviews 13 _pp 7-27.
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
9
Buku 2: Bidang Mineral
Daerah Penyelidikan
Gambar 1. Peta lokasi daerah penyelidikan
10
Gambar 2. Morfologi perbukitan dan
Gambar 3. Batuan metamorf (filit) di sungai
pedataran di wilayah penyelidikan
Salopaku. Tampak terlihat adanya
nampak latar belakang Sungai Salopaku.
pola perlapisan
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 4. Fotomikrograf kenampakan sayatan tipis batuan metamorf.
Gambar 5. Intrusi granit tersingkap di bagian bawah Salopapa.
Tampak terlihat warna putih keabuan, berbutir kasar, equigranular.
Gambar 6. Batuan granit pada sayatan tipis tampak mineral plagioklas dan biotit.
Batuan ini memiliki sebaran di bagian tengah.Secara regional batuan ini berumur Pliosen
(T.O. Simajuntak, dkk., 2007).
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
11
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 7. Andesit tersingkap di antara filit lokasi di Salo Bangkele, Salopapa.
Tampak terlihat warna abu-abu kehijauan, mengalami foliasi
Gambar 8. Singkapan dasit dijumpai di Sungai Salo Palimunang.
Gambar 9. Peta geologi daerah Salupaku, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara,
Provinsi Sulawesi Selatan
12
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 10. Batuan andesit terubah dan terfoliasi, struktur stockwork terjebak diantara
batuan metamorf filit Lokasi Salo Bangkele
Gambar 11. Butiran emas yang berasal dari sari dulang Salobangkele
Gambar 12. Butiran emas dan pirit berasosiasi dengan kuarsa dan zircon
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
13
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 13. Hand specimen batuan termineralisasi Salo Bangkele (Lok MN/58)
Gambar 14. Butiran emas berasosiasi dengan kuarsa, ilmenit dan zircon
Gambar 15. Mineral magnetit, kalkopirit dan pirit dalam masa dasar gangue mineral
14
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 16. Batuan dasitik terubah menjadi argilik warna abu-abu kecoklatan,
setempat dijumpai mineral sulfida tersebar. Lokasi Salo Palimunang
Gambar 17. Hand specimen batuan termineralisasi Salo Palimunang (Lok MN/113).
Gambar 18. Mineral magnetit, kalkopirit dan bornit dalam masa dasar gangue mineral.
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
15
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 19. Mata air panas di Sungai Palimunang
sebagai manifestasi panas bumi (hidrothermal)
Gambar 20. Peta sebaran geokimia unsur Cu wilayah Salopaku, Desa Tandung,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara
16
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 21. Peta sebaran geokimia unsur Pb wilayah Salopaku, Desa Tandung,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara
Gambar 22. Peta sebaran geokimia unsur Zn wilayah Salopaku, Desa Tandung,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
17
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 23. Peta sebaran geokimia unsur Au wilayah Salopaku, Desa Tandung,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara
Gambar 24. Peta sebaran geokimia unsur Ag wilayah Salopaku, Desa Tandung,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara
18
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 25. Peta hubungan antara geologi dan daerah prospek di wilayah Salopaku,
Desa Tandung, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara
BUKIT SALOPAPA
Gambar 26. Bukit Salopapa sebagai daerah prospek mineralisasi logam (Au)
di wilayah Salopaku, Desa Tandung, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara,
Provinsi Sulawesi Selatan
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
19
Buku 2: Bidang Mineral
Tabel 1. Hasil perhitungan statistic hasil analisis kimia Cu, Pb, Zn, Au, Ag dan Mo.
Kolom terbawah adalah confidence level
Descriptive
Mean
Standard Error
Median
Mode
Standard Deviation
Sample Variance
Kurtosis
Skewness
Range
Minimum
Maximum
Sum
Count
Confidence Level(95.0%)
Kelas Interval
Kls1
Kls2
Kls3
Kls4
20
Cu_ppm
Pb_ppm
Zn_ppm
Ag_ppm
Au_ppb
Mo_ppm
27,07059
1,984307
23
40
18,29441
334,6854
1,169553
1,083623
85
3
88
2301
85
3,889171
3
27,07
45,36
63,66
88
55,87059
2,012064
54
61
18,55031
344,114
4,788934
1,348541
121
22
143
4749
85
3,943572
22
55,87
74,42
92,97
143
77,42353
2,481775
76
51
22,88084
523,5328
1,153529
0,456174
137
23
160
6581
85
4,86419
23
77,42
100,30
123,19
160
1,116471
0,043574
1,1
1,2
0,401736
0,161392
0,198286
0,559168
1,9
0,5
2,4
94,9
85
0,085404
0,5
1,12
1,52
1,92
2,4
7,094118
2,195719
3
0
20,24353
409,8006
36,80153
5,930735
147
0
147
603
85
4,303531
0
7,09
27,34
47,58
147
0,094118
0,046211
0
0
0,426043
0,181513
17,37448
4,355011
2
0
2
8
85
0,090572
0
0,09
0,52
0,95
2
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
EKSPLORASI ENDAPAN NIKEL LATERIT
DI DAERAH DOSAY, KECAMATAN SENTANI BARAT
KABUPATEN JAYAPURA, PROVINSI PAPUA
Bambang Nugroho Widi, Sulaeman dan Rudy Gunradi
Bidang Mineral
Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
SARI
Daerah penyelidikan secara tektonik termasuk ke dalam Jalur Sesar Sorong,
memanjang dari Pegunungan Cyclop, Jayapura, menerus ke Kepala Burung hingga
Banggai-Sula. Secara administrasi termasuk kedalam wilayah Desa Dosay, Kecamatan
Sentani Barat, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Berdasarkan geologi regional
merupakan bagian dari geologi Pegunungan Cyclop, disusun oleh batuan ophiolit yang terdiri
dari batuan ultraba, basa, dan batuan metamorfik, setempat endapan alluvium. Endapan
nikel terjadi dan terbentuk dalam lingkungan batuan ultrabasa dan basa Pegunungan Cyclop
yang telah mengalami proses serpentinisasi dan lateritisasi.
Kegiatan eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran, dan geometri
endapan nikel, dengan metoda pemetaan geologi semi rinci untuk penentuan batas sebaran,
dimensi dan potensinya serta pemboran dangkal menggunakan “hand Auger”. Kegiatan
pemboran “hand Auger” dilakukan dengan interval berkisar 100 meter s.d. 150 meter
sebanyak 35 titik bor.
Hasil analisis laboratorium dari beberapa lokasi menunjukkan adanya anomali Ni, Cr,
Co, Fe yang signifikan. Ni memiliki kadar tertinggi mencapai 2.538 ppm pada kedalaman 3
meter s.d. 4 meter. Pola anomali menonjol
terdapat dibagian tenggara dan barat laut,
anomali dominan muncul di level 0 meter s.d. 1 meter. Co memiliki kadar tertinggi mencapai
855 ppm pada kedalaman 1 meter s.d. 2 meter. Pola anomali menonjol terdapat di bagian
tenggara dan barat laut. Polanya memiliki kemiripan dengan Co. Fe memiliki kadar tertinggi
mencapai 55,72% pada kedalaman 1 meter s.d. 2 meter. Pola sebaran Fe menonjol dibagian
tenggara dan barat laut dengan anomali dominan muncul dekat permukaan. Sedangkan Cr
memiliki kadar tertinggi mencapai 4,7% pada kedalaman 4 meter s.d. 5 meter. pola ini agak
berbeda, yang menonjol terdapat dibagian tenggara dan barat laut, tidak hanya di level dekat
permukaan namun menerus hingga kedalaman 4 meter s.d. 5 meter.
Sesuai pola tersebut, dapat ditarik suatu gambaran krom (Cr) merupakan unsur yang
memiliki anomali paling menonjol dengan kadar mencapai 47.000 ppm atau 4,7%.
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
21
Buku 2: Bidang Mineral
Ni, kelimpahan unsur Ni di kerak bumi meningkat antara 4 hingga 12 kali lipat lebih
tinggi dari kelimpahan unsur di kerak bumi. Untuk bauksit dari analisis nilianya tidak
memperlihat hasil yang baik. Cr jika kita bandingkan dengan kelimpahan kerak bumi maka
nilai kelimpahannya meningkat antara 37 hingga 130 kali lipat lebih tinggi.
Adapun sumber daya masing-masing komoditi yang diperoleh terdiri dari Ni memiliki
luas 23,7000 m2, tebal 3 meter, sumber daya tereka Ni adalah 1800 Ton dengan kadar pada
kisaran 1480 ppm s.d. 2900 ppm. Unsur lainnya yaitu cobalt (Co) luas sebaran 10,2000 m2,
ketebalan 3 meter, berat jenis 2,6 ton/m3 sumber daya tereka adalah 795 ton, kadar
dikisaran 384 ppm s.d. 780 ppm, namun kearah lebih dalam kadar mengalami penurunan
drastik.Cr memiliki luas sebaran 79000 m2 ketebalan 3 meter, sumber daya tereka 616 Ton
dengan kadar dari 0,7% s.d. 2,2%. Fe memiliki luas sebaran 100000 m2, jika diasumsikan
tebal 3 meter, maka sumber daya tereka Fe adalah 780 Ton dengan kadar antara 19% s.d.
27%.
Secara keseluruhan dari seluruh komoditi yang ada (Ni, Co, Fe dan Cr), Cr memiliki
kadar paling tinggi, disamping itu pola sebarannya yang lebih teratur. Dari hasil penyelidikan
ini, maka untuk penyelidikan lanjut lebih direkomendasikan untuk komoditas krom (Cr)
dilakukannya eksplorasi lanjut dengan metoda penyelidikan geofisika yaitu salah satunya
adalah dengan metoda georadar.
Kata kunci: serpentinisasi, lateritisasi, nikel, krom
Penyelidikan nikel di daerah Dosay,
PENDAHULUAN
Jalur
Pegunungan
Cycloop
Kecamatan
Sentani
Barat,
Kabupaten
merupakan salah satu bagian dari jalur
Jayapura, Papua oleh Pusat Sumber Daya
tektonik yang cukup komplek di Papua
Geologi, tahun 2016, adalah merupakan
dimana di dalamnya terkandung potensi
tindak lanjut dari hasil penyelidikan yang
sumber daya mineral sangat potensial dan
telah dilakukan oleh Pusat Sumber Daya di
beragam. Jalur ini dikenal dengan nama
wilayah ini Geologi tahun 2010. diketahui
Sesar Sorong.
adanya anomali nikel (Ni); kromit (Cr) dan
Secara geologi Jalur ini memiliki
karakteristik
dimana
terbentuknya
besi
(Fe)
(saphrolit)
dari
di
lapukan
wilayah
batuannya
Sentani
Barat.
dimaksudkan
untuk
kelompok batuan ofioliti sebagai host rock
Penyelidikan
mineralisasi nikel (Ni), kobalt (Co), besi
mengetahui
(Fe), platinum (Pt), Paladium (Pd) dan
endapan nikel dengan cara melakukan
kromit (Cr).
pemetaan
ini
sebaran,
semi
rinci
dan
dalam
geometri
upaya
penentuan batas sebaran, dimensi dan
22
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
potensinya di daerah tersebut. Tujuannya
dan
pemboran
dangkal
adalah untuk mengetahui wilayah prospek
“hand Auger”, untuk mengetahui kondisi
dan sumber daya endapan nikel di daerah
perlapisan
ini,
laterit mulai
menggunakan
dari
top soil,
bahan
masukan
untuk
saphrolit hingga batuan dasar. Selain itu
Wilayah
Ijin
Usaha
juga digunakan “stripping” atau kupasan
Pertambangan (WIUP) di wilayah ini, yaitu
pada singkapan yang tersingkap lebar dan
wilayah
luas (Gambar 2).
sebagai
pengusulan
Kabupaten
Jayapura,
Provinsi
Untuk conto soil setelah di ambil
Papua.
baik dari hand auger maupun stripping,
untuk
Lokasi Penyelidikan
Secara
administratif
lokasi
penyelidikan berada di Daerah Dosay,
keperluan
laboratorium
conto
dilakukan pemercontohannya dengan cara
quartering (Gambar 3).
Kabupaten
Pengeboran hand auger dilakukan
Jayapura, Provinsi Papua (Gambar 1).
dengan interval 100 meter hingga 150
Lokasi ini dari Jakarta dapat ditempuh
meter, sebanyak 35 titik dan terkumpul
dengan
penerbangan
sebanyak 144 conto tanah laterit dan 10
komersial selama kurang lebih 7 jam s.d. 8
conto batuan untuk dianalisis unsur nikel,
Jam. Selanjutnya dari ibu kota Jayapura
krom, kobal dan besi.
Kecamatan
Sentani
Barat,
menggunakan
perjalanan
dilanjutkan
menuju
daerah
penyelidikan melalui jalan darat dengan
Laboratorium
Setelah pelaksanaan pemercontoan
waktu tempuh selama ± 1,5 jam.
dilapangan selesai, conto terpilih diambil
untuk analisis laboratorium.
Metoda Penyelidikan.
Pemeriksaan
Penyelidikan Lapangan
di
laboratorium
dalam
dilakukan secara kimia (geokimia), metoda
batuan ultrabasa (peridotit-dunit) sampai
yang digunakan adalah cara AAS. Conto
basa (gabbro). Untuk mengetahui adanya
yang diperiksa berupa tanah maupun
indikasi dari mineral ini diperlukan adanya
batuan,
beberapa pendekatan (metode).
kandungan unsur yang ada didalamnya
Nikel terbentuk di alam
Beberapa
metoda
pendekatan
dilakukan
untuk
mengetahui
yang meliputi unsur kobalt (Co), nikel (Ni),
indikasi
besi (Fe) dan krom (Cr). Sementara untuk
mineralisasi khususnya nikel, umumnya
analisis fisika mineral metoda analisis yang
mineral lain sebagai mineral pengikutnya
digunakan yaitu pemeriksaan petrografi,
pada
mineragrafi dan XRD
untuk
mengetahui
daerah
laterit,
adanya
metoda
yang
digunakan dalam penyelidikan ini adalah
Conto yang dianalisis 144 conto
“surface mapping” (pemetaan permukaan),
tanah (Ni. Co, Cr, Fe, Fe3O4, Fe2O3, SiO2,
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
23
Buku 2: Bidang Mineral
Al2O3, CaO, MgO, TiO2, P, total, S total,
Hampir
seluruh
H2O dan HD dan major elemen). dan 10
terserpentinkan
conto batuan dengan jenis analisis (Ni. Co,
selanjutnya mengalami pelapukan lanjut
Cr, dan Fe, Fe3O4, Fe2O3, SiO2, Al2O3,
menjadi laterit (Gambar.4b).
Adapun
CaO, MgO, TiO2, P, total, S total, H2O dan
batuan
yang
kuat
(Gambar.4a),
sebaran
telah
litologi
batuan
major elemen). 4 conto untuk analisis XRD,
yang terdapat diwilayah penyelidikan dapat
3 conto untuk petrografi dan 1 conto untuk
dilihat pada (Gambar.5). Litologi batuan
analisis
analisis
pada gambar tersebut memperlihatkan
dilakukan di Pusat Daya Mineral, Batubara
batuan ultrabasa-basa menempati bagian
dan Panas Bumi, Badan Geologi Bandung.
utara timur. Sementara dibagian selatan
Seluruh hasil pengamatan lapangan dan
dan
analisis laboratorium kemudian dilakukan
alluvium-endapan rawa yang merupakan
data prosesing untuk mengetahui adanya
endapan alluvium.
mineragrafi.
Seluruh
tengah
secara
terpisah
Berdasarkan
sebaran dan anomaly unsur agar dapat
hasil
adalah
analisis
dibuatkan peta wilayah potensi mineral di
petrografi menunjukkan batuannya adalah
daerah penyelidikan.
gabbro
yang
telah
terubah
dengan
sebagian mineral telah mengalami retakan
yang diisi oleh mineral sekunder silika.
GEOLOGI
Secara
tektonik
wilayah
Mineral
penyusunnya
batuan
adalah
penyelidikan Dosay merupakan bagian dari
plagioklas 87%, olivine 7%, serpentin
kelompok “Ofiolit Pegunungan Cycloop”,
(antigorit) 4%, klorit dan mineral opak
dimana itu sendiri merupakan bagian sistim
masing-masing 1% (Gambar 6).
subduksi besar yang membentang dari
Sementara dari hasil pemeriksaan
arah tenggara (bagian utara Jayapura)
XRD
hingga ke arah barat laut (utara kepala
menunjukkan mineral ubahannya adalah
burung).
berupa kaolinit dan klinoklor (Gambar 7).
terhadap
beberapa
conto
Secara geologi daerah penyelidikan
disusun oleh batuan terdiri dari batuan
ultrabasa
(peridotit-dunit),
dan
Mineralisasi
basa
Indikasi mineralisasi ditandai oleh
(gabbro) yang sebagian besar terubah
adanya ubahan pada batuan ultrabasa baik
menjadi serpentin kemudian mengalami
peridotit, dunit maupuan batuan basa
lateritisasi. Peridotit-dunit maupun gabbro
gabbro yang terserpentinkan dengan kuat.
memiliki sebaran cukup luas, menempati
Oleh
hampir ±80% dari wilayah yang ada,
mengalami
selebihnya endapan alluvium (rawa).
menjadi
gaya
eksogen
pelapukan
laterit.
Proses
dari
batuan
serpentin
tersebut
yang
dinamakan proses lateritisasi.
24
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
Secara megaskopis ciri-ciri fisik
yang dapat dilihat antara lain warna soil
unsur nya khususnya nikel dapat dijelaskan
sebagai berikut.
kekuningan,
Tabel 1. Sebagian dari hasil analisis
peruba- han warna terjadi secara gradasi
laboratorium berasal dari conto tanah
coklat
kemerahan
hingga
kearah kedalaman hingga batas saphrolit,
dari kuning kecoklatan, coklat tua hingga
coklat kemerahan (Gambar 8a).
Selain dari pada itu di beberapa
tempat selain sikuen tanah laterit, terdapat
pula
indikasi
“boxwork”
lainnya
dimana
yakni
tanah
struktur
laterit
pada
kondisi saphrolit sebagian terisi urat-urat
silica, ketebalan beberapa cm hingga ada
yang mencapai 1 cm lebih ada pada
(Gambar.8b).
Daerah dengan intensitas proses
lateritisasi tinggi ada pada lokasi bagian
Kadar nikel tertinggi mencapai 4000
tengah mengarah kearah utara (barat laut
ppm atau sekitar 0,4% Ni, kadar terendah
dan tenggara). Wilayah dengan kondisi
sekitar 34 ppm, kadar rata-rata adalah
laterit
627,2
tebal
adalah
wilayah
dengan
ppm
Ni.
Kadar
kobal tertinggi
kemiringan topografi tidak curam dan tidak
mencapai 855 ppm Co, kadar terendah
landai sekali.
sekitar 34 ppm, kadar rata-rata adalah
Dosay,
134,43 ppm Co. Kadar besi tertinggi
merupakan
mencapai 55,72% Fe, kadar terendah
sebagian dari daerah mineralisasi komplek
sekitar 3,76%, kadar rata-rata adalah
ofiolit
24,82% Fe. Kadar krom tertinggi mencapai
Mineralisasi
Sentani
Barat
Peg.
ini
di
wilayah
adalah
Cycloop
yang
luas,
4,7% Cr, kadar terendah sekitar 34 ppm,
membentang arah timur ke barat.
kadar rata-rata adalah 0,1854% Cr.
Berikut
Hasil analisis kimia
adalah
beberapa
Hasil analisis sebagian unsur dari
perbandingan hasil analisis unsur nikel
conto tanah dengan empat jenis unsur
dengan unsur lainnya (sebagian) yang
logam
dilakukan di Pusat Laboratorium Kimia
memberikan
gambaran
sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Dari
Mineral,
Pusat
Sumber
Daya
Mineral
sejumlah conto yang dianalisis, nilai unsur-
Batubara, dan Panas Bumi (PSDMPB),
ada pada Tabel 2
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
25
Buku 2: Bidang Mineral
Tabel 2. Perbandingan kandungan nikel
Pada batuan ultra basa memiliki
elemen tersebut paling banyak dibanding
dan 3 unsur logam lainnya
batuan lainnya.
Batuan tersebut mineral yang paling
mudah
lapuk
(olivin
dan
piroksen),
komponen-komponennya mudah larut dan
memberikan lingkungan pengen dapan
cukup baik.
b. Struktur
Struktur yang umum dijumpai pada
Pada tabel tersebut tampak terlihat
zona laterit nikel adalah struktur kekar
jelas adanya perbedaan antara nikel dan
(joint)
dibandingkan
struktur
patahan.
kobal, besi maupun krom. Nikel hasil
Seperti diketahui, batuan beku memiliki
analisisnya berada pada kisaran paling
porositas dan permeabilitas yang sangat
tinggi sekitar 4285 ppm atau 0,4%.
kecil sekali sehingga penetrasi air sangat
sulit. Maka dengan terjadinya rekahan-
PEMBAHASAN
rekahan,
Interpretasi Model Endapan
memudahkan
Berdasarkan
bentukannya,
proses
pem-
laterit
memiliki
endapan
beberapa zona lateritisasi dengan ketebalan
hal
tersebut
masuknya
akan
air
lebih
sehingga
proses pelapukan lebih intensif terjadi.
c. Iklim
dan kadar yang bervariasi di satu daerah
Adanya pergantian musim seperti
dengan daerah lainnya. Daerah dengan
musim kemarau dan musim penghujan
intensitas
akan
pengkekaran
tinggi
sebagai
mneningkatkan
terjadi
intensitas
contoh, akan memiliki ketebalan soil dan
penaikan dan penurunan permukaan air
saphrolit lebih tebal di bandingkan dengan
tanah,
intensitas pengkekaran yang rendah.
peningkatan
Faktor-faktor
yang
berpengaruh
tinggi
Batuan asal ultra basa misalnya
utama
proses
terjadinya
pemisahan
dan
Perbedaan temperatur yang cukup
a. Batuan asal
syarat
menyebabkan
akumulasi unsur-unsur.
terhadap proses pembentukan laterit:
merupakan
dapat
untuk
pembentukan Co, Ni, Fe, Cr, Pt, dan Pd.
akan
terjadinya
dimana
membantu
proses
akan
mempercepat
pelapukan
mekanis,
rekahan-rekahan
dalam
batuan yang akan mempermudah proses
atau reaksi kimia pada batuan.
26
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
Buku 2: Bidang Mineral
d. Topografi
maupun kobal tidak memiliki pola korelasi
Pengaruh
dampak
topografi
cukup
memberi
signifikan
yang baik (Tabel 3).
bagi
pembentukan endapan laterit.
Adapun terkait dengan kedalaman
pola
kandungan
nikel
di
wilayah
Pada kondisi topografi yang curam
penyelidikan tidak memiliki pola anomali
sangat
terbentuknya
yang teratur. Di lokasi tertentu dimana
akumulasi laterit dimana faktor air bawah
terkait dengan krom misalnya kedalaman
permukaan memiliki “run off” yang tinggi
laterit
sehingga
peningkatan
akan
sulit
sulit
untuk
terjadinya
pengendapan
yang baik.
tidak
diikuti
dengan
adanya
kadar
yang
teratur
(Gambar 9).
Sementara
datar
Adapun sebaran secara horizontal
proses pelapukan berjalan sangat lambat,
nikel pada kedalaman 0 meter s.d. 1 meter
sirkulasi
cukup tinggi. Namun pada kedalaman dari
air
pada
bawah
daerah
permukaan
tidak
berjalan baik.
Hal
1 meter s.d. 2 meter dan 2 meter s.d. 3
terbaik
endapan laterit
bagi
pembentukan
meter terjadi penurunan cukup dratis.
seperti nikel misalnya
Perubahan tersebut dapat dilihat pada
adalah pada kondisi topografi menengah
(Gambar 10).
tidak curam dan tidak landai sekali (datar).
Kondisi
ideal
adalah
undulating
atau
Genesis endapan nikel.
melandai dengan kemiringan lereng antara
Endapan
nikel
terjadi
pada
10° hingga 20°sekitar tidak curam dan tidak
lingkungan batuan ultrabasa s.d. basa
datar.
(dunit
Secara
genesis
proses
hasburgit
lingkungan
s.d
gabbro)
Gaya
ofiolite.
dalam
endogen
pembentukan laterit yang terjadi karena
menyebabkan batuan mengalami rekahan
faktor tersebut diatas, telah membentuk
dan ubahan serpentin. Selanjutnya gaya
horizon
menurut
eksogen membentuk proses lateritisasi
(Ahmad.W, 2000) dapat dibagi menjadi
yang menyebabkan adanya pengayaan
zona yaitu zona limonit terletak bagian
unsur logam Ni, Co, Cr dlsb. Beberapa
atas, zona saprolit berada dibagian tengah
faktor
dan batuan dasar berada pada bagian
lateritisasi yaitu adanya sirkulasi air tanah,
paling bawah (Gambar 8).
kemiringan
lateritisasi
yang
Hasil analisis kimia menunjukkan Ni
penyebab
terjadinya
topografi.
proses
(Samama,1986)
(Gambar 11)
memiliki asosiasi kuat dengan krom. Jika
Secara tektonik mineralisasi nikel
kandungan nikel tinggi, kandungan krom
didaerah Dosay terjadi dan terbentuk dari
juga
batuan induk ultrabasa kelompok “Ofiolit
meningkat.
Namun
dengan
Fe
Pegunungan Cycloop”, yang merupakan
Prosiding Hasil Kegiatan Tahun 2016 Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi
27
Buku 2: Bidang Mineral
bagian
sistim
subduksi
besar
yang
Dengan menggunakan metode sederhana
membentan