executive summary neraca energi psdmbp 2016

(1)

EXECUTIVE SUMMARY

PEMUTAKHIRAN DATA DAN NERACA SUMBER DAYA ENERGI

TAHUN 2016


(2)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor energi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional, terutama dalam mendukung perekonomian nasional serta sebagai sumber penerimaan negara. Ketersediaan sumber daya energi mutlak diperlukan dalam seluruh kegiatan industri pertambangan yang pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan negara.

Kegiatan pemutakhiran data dan neraca sumber daya energi ini dilaksanakan untuk mengakomodir perubahan dan atau penambahan data yang terjadi setiap tahun. Kegiatan pemutakhiran data dan neraca energi ini meliputi komoditas batubara, bitumen padat (oil shale), gas metana batubara/GMB (coal Bed Methane/CBM), dan panas bumi.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk memperbaharui data sumberdaya dan cadangan energi sesuai dengan perkembangan data. Neraca sumber daya dan cadangan energi ini di buat dengan tujuan sebagai media informasi bagi kepentingan internal maupun eksternal (publik) agar dapat dijadikan dasar acuan perencanaan pengembangan komoditas energi fosil dan panas bumi berskala daerah ataupun nasional.

1.3. Lingkup Pekerjaan

Sistematika Pekerjaan yang dilakukan antara lain:

 Pencarian, pengumpulan dan pengelompokan data, baik dari laporan penyelidikan, informasi tertulis atau referensi lainnya serta diskusi.

 Pengisian formulir isian database yang telah disediakan.

 Pemasukan data dari formulir isian ke sistem database.

 Verifikasi data.

Integrasi data tekstual dan spasial sehingga membentuk kesatuan sistem informasi geografis (SIG).

 Penyiapan dan pengklasifikasian data dalam sistem database PSDMBP yang berada dalam sebuah server database yang terhubung dengan jaringan intranet kantor serta diaplikasikan (uploading) pada internet sistem web-database kantor untuk dipublikasikan sesuai tingkatan data (leveling-data) dan kebutuhan publik, sebagai sarana informasi sumber daya energi secara nasional.

 Kalkulasi data untuk penghitungan neraca sumber dayaenergi yang dituangkan dalam bentuk tabel neraca dan peta.


(3)

1.4. Sumber Data

Dalam melakukan kegiatan Pemutakhiran Data dan Neraca Energi tahun 2016, tentunya diperlukan terlebih dahulu pengumpulan data yang berasal dari berbagai sumber, diantaranya:

• Laporan penyelidikan batubara dan GMB yang dilakukan oleh PSDMBP (sebelumnya Pusat Sumber Daya Geologi) sebanyak 15 laporan.

• Rekapitulasi data sumber daya dan cadangan perusahaan pemegang PKP2B dan IUP yang didapat dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara sebanyak 74 PKP2B dan 655 IUP.

• Rekapitulasi data sumber daya dan cadangan perusahaan pemegang Wilayah Kerja GMB dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi.

• Laporan penyelidikan panas bumi yang dilakukan oleh PSDMBP (sebelumnya Pusat Sumber Daya Geologi) sebanyak 24 laporan.

• Rekapitulasi data sumber daya dan cadangan perusahaan pemegangizin panas bumi didapat dari Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi sebanyak 20 wilayah kerja panas bumi.

1.5.Evaluasi Data

Data yang telah diplot lokasinya pada peta dasar kemudian dipilah-pilah, apakah merupakan penambahan data baru atau update data yang telah ada. Untuk komoditas batubara, data tersebut dikelompokkan berdasarkan nilai kalorinya dengan mengacu pada Keppres No. 13 Tahun 2000 yang diperbaharui dengan PP No. 45 Tahun 2004 tentang: Tarif atas jenis penerimaan Negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Pertambangan dan Energi bidang Pertambangan Umum. Selain itu juga modifikasi dari

US System (ASTM (ASA), International System (UN-ECE) dan SNI 5015-2011 turut

dijadikan acuan. Berdasarkan acuan-acuan tersebut, maka pada neraca sumber daya dan cadanganbatubara Indonesia dikelompokkanmenjadi:

Batubara Kalori Rendah, yaitu batubara dengan nilai kalori kurang dari 5100

kal/gr (adb).

Batubara Kalori Sedang, yaitu batubara dengan nilai kalori 5100 – 6100 kal/gr

(adb).

Batubara Kalori Tinggi, adalah batubara 6100 - 7100 kal/gr (adb).

Batubara Kalori Sangat Tinggi, adalah batubara dengan nilai kalori lebih dari

7100 kal/gr (adb). Kelas kalori ini dibuat untuk membatasi batubara kalori tinggi. Untuk komoditas gambut dan GMB tidak ada pengelompokkan tertentu.Sebagaimana kita ketahui, keberadaan batubara dan GMB tidak lepas dari sejarah pembentukannya yaitu pada cekungan yang mengandung batubara.Karena itu,


(4)

penyelidikan dan pencarian data sekunder mengenai komoditas tersebut ditekankan pada cekungan-cekungan tersebut (Gambar 1.1).

Gambar 1.1. Cekungan yang mengandung batubara di Indonesia.

Untuk komoditas panas bumi, data tersebut dikelompokkan berdasarkan temperatur dengan mengacu kepada SNI 13-6171-1999 tentang metode estimasi potensi energi panas bumi dan SNI 13-6482-2000 tentang angka parameter dalam estimasi potensi energi panas bumi.Berdasarkan acuan tersebut panas bumi Indonesia dikelompokan temperatur rendah, sedang dan tinggi (Tabel 1.1)

Tabel 1.1.Klasifikasireservoirdanasumsiasumsi yang digunakandalamestimasipotensienergi

panasbumi berdasarkanSNI 13-6171-1999

Reservoar

Batas Temperatur

(◦ C)

Temperatur Akhir/cut off

(◦ C)

Daya per Satuanluas

(Mwe/km2)

Konservasi

Energi (%) Lain-lain **)

TemperaturRendah <125 90 10 10 ᴓ= 10 %

TemperaturSedang 125-225 120 12.5 10 1-30 th

TemperaturTinggi >225 180 15 15 SL= 100%

1.6. Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan 1.6.1 Batubara

Pengelompokkan neraca sumber daya dan cadangan batubara Indonesia berpedoman pada Standar Nasional Indonesia (SNI) yang diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional. SNI yang dimaksud berjudul KlasifikasiSumber daya dan


(5)

batubara dikelompokkan menjadi empat kelas berdasarkan tahapan eksplorasinya yaitu sumber daya hipotetik, tereka, tertunjuk dan terukur (Gambar1.2). Tahapan eksplorasi ini mencerminkan tingkat keyakinan geologi dari data teknis yang digunakan pada proses estimasi sumber daya batubara.

Gambar1.2. Klasifikasi Sumber daya dan Cadangan Batubara berdasarkan Amandemen 1 – SNI – 13-5014-1998.

Seiring dengan berjalannya waktu, SNI Klasifikasi Sumber daya dan cadangan ini mengalami proses tinjau ulang hingga akhirnya terbit SNI yang terbaru yaitu SNI Pedoman pelaporan, sumber daya, dan cadangan batubara (SNI 5015:2011). Substansi SNI ini lebih difokuskan bagi kepentingan para pelaku pengusahaan batubara. Seperti diketahui, setiap perusahaan batubara mempunyai kewajiban untuk melaporkan kegiatannya sesuai dengan kontrak yang sudah ditandatangani. SNI ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pengusaha dalam melaporkan kegiatannya. Mengingat SNI ini lebih ditujukan kepada pengusaha batubara, maka klasifikas sumber daya batubaranya pun mengalami sedikit perubahan (Gambar1.3) Pada SNI 2011 ini, kelas sumber daya hipotetik ditiadakan dengan asumsi sebagai berikut. Sumber daya hipotetik dihasilkan dari kegiatan Survei Tinjau yang bias any dilakukan oleh Pemerintah. Tidak seharusnya perusahaan batubara melakukan kegiatan Survei Tinjau. Perusahaan batubara seharusnya menindaklanjuti kegiatan yang telah dilakukan oleh Pemerintah dengan melakukan survei yang memiliki tingkat keyakinan geologi yang lebih tinggi. Perusahaan batubara tidak diperkenankan melaporkan sumber daya hipotetik. Oleh karena itu, kelas sumber daya hipotetik dihilangkan dalam SNI 2011 ini.


(6)

Gambar1.3.Klasifikasisumber dayadancadanganbatubaraberdasarkan SNI 5015:2011.

Namun, pemerintah mempunyai tugas dan kewenangan untuk melakukan kegiatan Survei Tinjau dalam upaya menginventarisasi potensi batubara di negeri ini. Sumber daya hipotetik yang dipublikasi oleh Pemerintah tidak hanya berdasarkan asumsi semata, melainkan didukung oleh berbagai data hasil dari peninjauan lapangan. Sumber daya hipotetik ini mencerminkan potensi Negara kita yang belum dimanfaatkan sampai saat ini. Pemanfaatannya kemungkinan terkendala oleh berbagai hal, misalnya lokasi endapan batubara di daerah marginal ataupun lokasi yang tumpang tindih dengan kawasan konservasi. Untuk endapan batubara yang saat ini tumpang tindih dengan kawasan konservasi, potensi ini dapat diperuntukkan bagi Wilayah Pencadangan Negara yang kelak dapat dimanfaatkan apabila kondisinya memungkinkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kelas sumber daya hipotetik tetap dilaporkan dalam pemutakhiran data ini.

1.6.2 Panas Bumi

Panas bumi merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dalam rangka mewujudkan kesehjateraan rakyat Indonesia. Data dan informasi terkini mengenai sebaran potensi panas bumi yang didalamnya terdapat data geosains ataupun data penunjang lainnya, sudah seharusnya terangkum dalam suatu sistem informasi yang dapat memudahkan pengguna (user) dalam memanfaatkan data tersebut.


(7)

A. Tahapan Penyelidikan dan Pengembangan Panas Bumi

Berdasarkan Standar Nasional “Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia”, SNI 03-5012-1998, terdapat beberapa tahapan penyelidikan dan pengembangan panas bumi yang terkait dengan pengklasifikasian potensi energi panas bumi. Setiap tahapan memiliki tingkat akurasi dan teknik yang berbeda-beda. Tahapan eksplorasi yang lebih rinci dan terpadu akan memberikan tingkat kepastian yang lebih tinggi dalam penentuan dan penghitungan potensi energi panas bumi pada suatu daerah tertentu.

1) Penyelidikan Pendahuluan/Rekonaisan

Kegiatan ini meliputi studi literatur dan peninjauan daerah (geologi, geokimia). Dari penyelidikan ini akan diperoleh peta geologi tinjau dan sebaran manifestasi (seperti: air panas, steaming ground, tanah panas, fumarol, solfatar), suhu fluida permukaan dan bawah permukaan serta parameter panas bumi lainnya yang berguna untuk panduan penyelidikan selanjutnya.

2) Penyelidikan Pendahuluan Lanjutan

Dalam penyelidikan pendahuluan lanjutan ini dilakukan penyelidikan geologi, geokimia, dan geofisika.

Penyelidikan geologi dilakukan dengan analisis penginderaan jauh dan pendataan geologi permukaan yang menghasilkan peta geologi pendahuluan lanjutan, dilengkapi dengan penyelidikan geohidrologi dan hidrologi.

Penyelidikan geokimia meliputi pengamatan visual, pengambilan contoh dan analisis kimia air, gas serta tanah secara sistematis. Hasilnya berupa peta anomali unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam air, gas dan tanah, jenis fluida bawah permukaan, asal-usul fluida serta sistem panas bumi.

Penyelidikan geofisika yang digunakan adalah pemetaan geofisika dan menghasilkan peta anomali geofisika dalam interval yang memungkinkan untuk dibuat kontur.

3) Penyelidikan Rinci

Penyelidikan rinci dilakukan berdasarkan rekomendasi dari penyelidikan sebelumnya, yang lebih dititik-beratkan pada penyelidikan ilmu kebumian terpadu (geologi, geokimia, geofisika) dan dilengkapi pengeboran landaian suhu.

Pada penyelidikan geologi dilakukan pemetaan geologi rinci dengan skala yang lebih besar daripada peta pendahuluan lanjutan, termasuk di dalamnya pemetaan batuan ubahan.

Penyelidikan geokimia dilakukan dengan interval titik yang lebih rapat dan lokasi penyelidikannya lebih terarah dan sistematis berdasarkan hasil penyelidikan sebelumnya. Hasilnya berupa peta anomali unsur kimia dan model hidrologi.


(8)

Penyelidikan geofisika dilakukan dengan cara pemetaan dan pedugaan yang menghasilkan peta anomali dan penampang tegak pendugaan sifat fisis batuan. Pada sumur landaian suhu dilakukan juga penyelidikan geologi, geokimia, dan geofisika, yang menghasilkan penampang batuan, sifat fisis serta kimia batuan. Analisis data terpadu dalam tahap penyelidikan ini menghasilkan model panas bumi tentatif dan saran lokasi titik bor eksplorasi.

4) Pengeboran Eksplorasi (wildcat)

Pengeboran eksplorasi (wildcat) adalah kegiatan pengeboran yang dibuat sebagai upaya untuk mengindentifikasi hasil penyelidikan rinci sehingga diperoleh gambaran geologi, data fisis dan kimia bawah permukaan serta kualitas dan kuantitas fluida.

5) Prastudi Kelayakan

Kajian mengenai potensi panas bumi berdasarkan ilmu kebumian dan kelistrikan yang merupakan dasar untuk pengembangan selanjutnya.

6) Pengeboran Delineasi

Kegiatan pada tahap ini adalah pengeboran eksplorasi tambahan yang dilakukan untuk mendapatkan data geologi, fisik dan kimia reservoir serta potensi sumur dari suatu daerah panas bumi.

7) Studi Kelayakan

Kajian mengenai kelistrikan dan evaluasi reservoir untuk menilai kelayakan pengembangan daerah panas bumi dilengkapi dengan rancangan teknis sumur produksi dan perancangan sistem pembangkit tenaga listrik.

8) Pengeboran Pengembangan

Jenis kegiatan yang dilakukan adalah pengeboran sumur produksi dan sumur injeksi untuk mencapai target kapasitas produksi. Pada tahap pengeboran pengembangan ini dilakukan pengujian seluruh sumur yang ada sehingga menghasilkan data kapasitas produksi.

9) Pemanfaatan Panasbumi

Panas bumi dapat dimanfaatkan dengan dua cara yaitu dengan cara pemanfaatan langsung dan tidak langsung. Pemanfaatan langsung adalah pemanfaatan fluida panas bumi untuk kebutuhan non listrik sedangan pemanfaatan tidak langsung adalah untuk keperluan pembangkit tenaga listrik.

B. Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi

Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tahapan penyelidikan yang dilakukan pada suatu daerah panas bumi. Tahapan penyelidikan pendahuluan menghasilkan klasifikasi


(9)

sumber daya, sedangkan tahapan penyelidikan rinci menghasilkan klasifikasi cadangan.

1) Klasifikasi Sumber Daya

Sumber daya panas bumi dibagi dalam dua kelas yaitu kelas sumber daya spekulatif dan kelas sumber daya hipotetis.

• Sumber Daya Spekulatif

Kelas sumber daya spekulatif adalah kelas sumber daya yang estimasi potensi energinya didasarkan pada studi literatur serta penyelidikan pendahuluan.

• Sumber Daya Hipotetis

Kelas sumber daya hipotetis adalah kelas sumber daya yang estimasi potensi energinya didasarkan pada hasil penyelidikan pendahuluan lanjutan.

2) Klasifikasi Cadangan

Cadangan panas bumi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu kelas terduga, mungkin, dan terbukti.

• Cadangan Terduga

Kelas cadangan terduga adalah kelas cadangan yang estimasi potensi energinya didasarkan pada hasil penyelidikan rinci.

• Cadangan Mungkin

Kelas cadangan mungkin adalah kelas cadangan yang estimasi potensi energinya didasarkan pada hasil penyelidikan rinci dan telah diidentifikasi dengan bor eksplorasi (wildcat) serta hasil prastudi kelayakan.

• Cadangan Terbukti

Kelas cadangan terbukti adalah kelas cadangan yang estimasi potensi energinya didasarkan pada hasil penyelidikan rinci, diuji dengan sumur eksplorasi, delineasi, dan pengembangan serta dilakukan studi kelayakan.

1.7. Tabulasi Data

Data yang sudah dikelompokkan kemudian disusun dalam bentuk tabel (selanjutnya disebut tabel neraca) yang dipisahkan berdasarkan lokasi administratifnya misalnya, tabel neraca Provinsi Aceh, tabel neraca Provinsi Kalimantan Barat, dan seterusnya. Setelah dibuat tabel neraca dari tiap provinsi kemudian disusun risalah tabel neraca per pulau, misalnya tabel neraca Pulau Sumatera, Jawa, dan seterusnya. Setelah tabel neraca tiap pulau dibuat, maka neraca sumber daya energi Indonesia dapat diketahui dari menyimpulkan nilai neraca dari tiap pulau. Tabel neraca untuk tiap komoditas formatnya dibuat sesuai dengan keberadaan datanya. Berikut uraian tabel neraca untuk setiap komoditas:


(10)

1.7.1. Tabel Neraca Sumber dayadan Cadangan Batubara

Kolom-kolom yang dibuat dalam tabel neraca batubara adalah sebagai berikut:

Lokasi, adalah tempat keterdapatan data batubara tersebut.

Sumber daya Batubara, dipisahkan menjadi sumber daya hipotetik, tereka, tertunjuk

dan terukur. Berdasarkan SNI, definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut:

- Sumber daya batubara adalah bagian dari endapan batubara dalam bentuk dan

kuantitas tertentu serta mempunyai prospek beralasan yang memungkinkan untuk ditambang secara ekonomis. Lokasi, kualitas, kuantitas karakteristik geologi dan kemenerusan dari lapisan batubara yang telah diketahui, diperkirakan atau diinterpretasikan dari bukti geologi tertentu. Sumber daya batubara dibagi sesuai dengan tingkat kepercayaan geologi ke dalam kategori tereka, tertunjuk, dan terukur.

- Sumber daya hipotetik adalah sumber daya yang kuantitas dan kualitasnya

diperoleh dari tahap penyelidikan Survei Tinjau.

- Sumber daya terekaadalah bagian dari total estimasi sumber daya batubara yang

kualitas dan kuantitasnya hanya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang rendah. Titik informasi yang mungkin didukung oleh data pendukung tidak cukup untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya. Estimasi dari kategori kepercayaan ini dapat berubah secara berarti dengan eksplorasi lanjut.

- Sumber daya tertunjuk adalah bagian dari total sumber daya batubara yang

kualitas dan kuantitasnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang masuk akal, didasarkan pada informasi yang didapatkan dari titik-titik pengamatan yang mungkin didukung oleh data pendukung. Titik informasi yang ada cukup untuk menginterpretasikan kemenerusan lapisan batubara, tetapi tidak cukup untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya.

- Sumber dayaterukur adalah bagian dari total sumber daya batubara yang kualitas

dan kuantitasnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan tinggi, didasarkan pada informasi yang didapat dari titik-titik pengamatan yang diperkuat dengan data-data pendukung. Titik-titik pengamatan jaraknya cukup berdekatan untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya.

Cadangan Batubara, yaitu bagian dari sumber daya batubara tertunjuk dan terukur

yang dapat ditambang secara ekonomis. Estimasi cadangan batubara harus memasukkan perhitungan dilution dan losses yang muncul pada saat batubara ditambang.Penentuan cadangan secara tepat telah dilaksanakan yang mungkin


(11)

faktor-faktor yang berkaitan seperti metode penambangan, ekonomi, pemasaran, legal, lingkungan, sosial, dan peraturan pemerintah. Penentuan ini harus dapat memperlihatkan bahwa pada saat laporan dibuat, penambangan ekonomis dapat ditentukan secara memungkinkan. Cadangan batubara dibagi sesuai dengan tingkat kepercayaannya ke dalam cadangan “terkira” dan ‘terbukti”. Definisi masing-masing istilah sesuai dengan SNI 5015:2011, adalah sebagai berikut:

- Cadangan batubara terkira adalah bagian dari sumber daya batubara tertunjuk

yang dapat ditambang secara ekonomis setelah faktor-faktor penyesuai terkait diterapkan, dapat juga sebagai bagian dari sumber daya batubara terukur yang dapat ditambang secara ekonomis, tetapi ada ketidakpastian pada salah satu atau semua faktor penyesuai yang terkait diterapkan.

- Cadangan batubara terbukti adalah bagian yang dapat ditambang secara

ekonomis darisumber daya batubara terukur setelah faktor-faktor penyesuai yang terkait diterapkan.

1.7.2. Tabel Neraca Sumber daya Batubara Tambang Dalam

Untuk komoditas batubara, sumber daya batubara pada kedalaman 100 – 500 meter dari muka air laut disajikan khusus dalam tabel sumber daya batubara Tambang Dalam.

1.7.3. Tabel Neraca Sumber daya Gas Metan Batubara

Terdapat perubahan format pada tabel neraca GMB, di desain untuk lebih menggambarkan karakteristik dan potensi GMB di Indonesia. Kolom yang terdapat pada tabel neraca sumber daya GMB adalah:

a) Cekungan, merupakan cekungan yang mengandung batubara dimana area

berada.

b) Area,merupakan nama lokasi khas tempat GMB berada.

c) Kedalaman target, merupakan titik kedalaman dimana lapisan batubara target

berada.

d) Tebal lapisan batubara, merupakan tebal dari lapisan batubara target.

e) Kandungan gas rata-rata, merupakan jumlah gas metana yang terkandung

dalam lapisan batubara target.

f) Sumber daya, kolom nilai sumber daya GMB dalam satuan Scf.

1.7.4. Tabel Neraca Sumber dayaPanas Bumi

Kolom yang terdapat pada tabel neraca sumber dayacadangan panas bumi adalah:


(12)

Nomor, adalah nomor urutan pemasukan data.

Nama Lapangan, merupakan nama lokasi lapangan panas bumi tersebut berada.

Kabupaten, menggambarkan lokasi administratif potensi panas bumi tersebut.

Sumber dayaPanas Bumi dipisahkan menjadi Sumber daya Spekulatif dan hipotetis

berdasarkan SNI 13-6171-1999 dengan definisi sebagai berikut :

- Spekulatif,

- Hipotesis,

Cadangan Panas Bumi dipisahkan menjadi Cadangan terduga, mungkin, dan

terbukti berdasarkan SNI 13-6171-1999 dengan definisi sebagai berikut :

- Terduga,

- Mungkin,

- Terbukti,

Kapasitas Terpasang merupakan besarnya daya listrik yang dapat dibangkitkan


(13)

2. HASIL KEGIATAN

2.1. Neraca Sumber daya Batubara

Hingga tahun 2016, database batubara terdiri dari 1029 lokasi yang tersebar di Pulau Sumatera, Pulau Jawabagian barat, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi bagian selatan, dan Pulau Papua. Hasil perhitungan keseluruhan menunjukkan bahwa sumber daya batubara Indonesia sampai dengan tahun 2016 ini adalah sebesar 128.062,64 juta tonbatubara, sedangkan cadangan batubara sebesar28.457,29juta ton (Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Kualitas, Sumber daya dan Cadangan Batubara Indonesia, 2016.

Apabila dibandingkan dengan neraca tahun 2015 terdapat kenaikansumber daya batubara sebesar 1.453,30 juta ton, begitu juga dengan cadangan batubara pada tahun ini mengalami penurunan sebanyak 3.806,39 juta ton (Gambar 2.1). Bertambahnya angka sumber daya batubara dikarenakan oleh penambahan data yang dikumpulkan pada tahun ini dan juga adanya perubahan status dari cadangan ke sumber daya.


(14)

Penurunan angka cadangan batubara sangat terkait dengan kondisi ekonomi global yang dipicu oleh melemahnya harga minyak bumi. Harga batubara secara tidak langsung ikut turun seiring turunnya hanga minyak bumi. Hal ini mempengaruhi perhitungan cadangan batubara yang sangat tergantung pada berbagai faktor penentu

(modifying factor), diantaranya harga jual batubara. Sebagai gambaran, pada kisaran

harga batubara US$ 80/ton, suatu wilayah prospek seluas 25 Ha dinilai sangat ekonomis untuk ditambang. Namun, disaat harga batubara turun menjadi US$ 40/ton wilayah tersebut bisa saja dianggap tidak ekonomis untuk ditambang dengan asumsi nilai jual tidak lebih besar dari biaya produksi. Oleh karena itu potensi batubara tersebut tidak dapat dikategorikan lagi sebagai cadangan yang dapat ditambang, sehingga statusnya akan dikembalikan ke sumber daya terunjuk atau terukur. Sumber daya dan cadangan batubara per provinsi di Indonesia tahun 2016 adalah seperti terdapat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2.Sumber daya dan cadangan batubara per provinsi tahun 2016.

No. Pulau Provinsi Hipotetik TerekaSumberdaya (Juta Ton)Tertunjuk Terukur Total TerkiraCadangan (Juta Ton)Terbukti Total 1

JAWA

Banten 5,47 38,98 28,45 25,10 98,00 0,00 0,00 0,00

2 Jawa Tengah 0,00 0,82 0,00 0,00 0,82 0,00 0,00 0,00

3 Jawa Timur 0,00 0,08 0,00 0,00 0,08 0,00 0,00 0,00

4

SUMATERA

Aceh 0,00 423,65 163,69 662,93 1250,27 95,30 321,38 416,68

5 Sumatera Utara 0,00 7,00 1,84 25,75 34,59 0,00 0,00 0,00

6 Riau 3,86 209,85 587,82 689,28 1490,81 85,57 523,32 608,88

7 Sumatera Barat 19,90 304,25 278,78 347,38 950,30 1,67 196,17 197,84 8 Jambi 129,16 1216,54 896,04 1038,02 3279,77 314,09 351,62 665,71

9 Bengkulu 0,00 117,33 171,74 126,48 415,54 16,20 62,92 79,12

10 Sumatera Selatan 3.290,98 10.859,38 14.826,24 12.020,27 40.996,88 5.557,53 5.509,45 11.066,98

11 Lampung 0,00 122,95 8,21 4,47 135,63 11,74 0,00 11,74

12

KALIMANTAN

Kalimantan Barat 2,26 477,69 6,85 4,70 491,50 0,00 0,00 0,00 13 Kalimantan Tengah 22,54 11299,92 3805,64 2849,22 17977,32 910,76 1090,57 2001,33 14 Kalimantan Selatan 0,00 4.739,10 4.402,79 5.893,65 15.035,53 1.308,49 3.961,76 5.270,25 15 Kalimantan Timur 909,95 13680,45 13049,18 15401,10 43040,68 2760,01 4434,93 7194,94 16 Kalimantan Utara 25,79 795,83 595,37 1041,20 2458,19 423,34 520,36 943,70 17

SULAWESI

Sulawesi Barat 8,13 15,13 0,78 0,16 24,20 0,00 0,00 0,00 18 Sulawesi Selatan 5,16 48,81 128,90 53,09 235,96 0,06 0,06 0,12

19 Sulawesi Tengah 0,52 1,98 0,00 0,00 2,50 0,00 0,00 0,00

20 MALUKU Maluku Utara 8,22 0,00 0,00 0,00 8,22 0,00 0,00 0,00 21

PAPUA Papua Barat 93,66 32,82 0,00 0,00 126,48 0,00 0,00 0,00

22 Papua 7,20 2,16 0,00 0,00 9,36 0,00 0,00 0,00

TOTAL INDONESIA 4.532,79 44.394,72 38.952,31 40.182,81 128.062,64 11.484,76 16.972,53 28.457,29

Sesuai dengan SNI 5015 tahun 2011, sumber daya hipotetik ditiadakan karena merupakan tanggungjawab pemerintah untuk melaksanakan penyelidikan pendahuluan yang menghasilkan sumber daya hipotetik (Sub bab 2.3). Jadi nilai sumber daya dan cadangan yang ditampilkan adalah nilai yang dihasilkan oleh perusahaan pemegang izin PKP2B dan IUP (tabel 2.3).


(15)

Kualitas Tereka Tertunjuk TerukurSumberdaya (Juta Ton) Total Terkira TerbuktiCadangan (Juta Ton)Total Kalori Rendah 11.263,95 15.913,98 16.420,26 43.598,19 7.108,27 7.121,47 14.229,74 Kalori Sedang 27.436,16 19.822,35 20.357,92 67.616,43 3.570,70 6.841,66 10.412,36

Kalori Tinggi 3.967,88 2.480,65 2.804,63 9.253,15 541,60 2.769,20 3.310,80

Kalori Sangat Tinggi 1.726,74 735,33 600,00 3.062,07 264,19 240,21 504,39

JUMLAH 44.394,72 38.952,31 40.182,81 123.529,84 11.484,76 16.972,53 28.457,29 Tabel 2.3.Sumber Daya dan Cadangan Batubara sesuai dengan SNI 5015 tahun 2011

Catatan :

1 Kualitas Batubara berda sarkan kelas nilai kalori ( 2 Kelas Sumberda ya batubar 3 Kelas Cadangan No. 13 Tahun 2000 diperba harui denga n PP No. 45 Tahun 2003) a. Hipoteti k Hasil Survey Tinjau Terki ra a. Kalori Renda h < 5100 kal/gr b. Tereka Hasil Prospeks i Terbukti b. Kalori Sedang 5100 - 6100 kal/gr c. Tertunj uk Hasil Eksplorasi Penda huluan c. Kalori Tinggi 6100 - 7100 kal/gr d. Terukur Hasil Eksplorasi Rinci d. Kalori Sangat Tinggi > 7100 kal/gr

2.2. Neraca Sumber daya Batubara Tambang Dalam

Sumber daya batubara tambang dalam (deep seated coal) adalah potensi batubara yang diperkirakan berada pada kedalaman lebih dari 100 meter di bawah permukaan. Sumber dayaBatubara untuk Tambang Dalam adalah sebesar 43,37milyar ton. Naik sebesar 0,41 milyar ton dari tahun 2015. Grafik perubahan nilai sumber daya batubara tambang dalam dapat dilihat berikut ini.

Gambar 2.2. Grafik perubahan nilai sumber daya batubara tambang dalam.

2.2.3. Sumber daya Gambut

Sumber daya Gambut berdasarkan hasil penyelidikan SDM/DIM/PSDG, hingga tahun 2011 sebesar 9.396,54 juta ton gambut kering dengan nilai kalori berkisar dari 1405 – 5950 kal/adb.


(16)

Tabel 2.4Sumber daya gambut status 2011

NO PROVINSI NILAI KALORI( kal / gr ) LUAS( ha ) ( juta m3 )VOLUME SUMBERDAYA( juta ton )

1 Aceh 1545 - 5035 57.700 2.260,00 239,82

2 Sumatera Utara 4455 - 5540 27.041 30.966,00 166,76

3 Riau 4395 - 5950 717.060 24.805,00 2.537,60

4 Jambi 1405 - 5220 260.407 13.393,00 1.648,68

5 Sumatera Selatan 3018 - 5540 281.557 12.962,20 1.094,61

Sumatera 1.343.764,63 84.386,20 5.687,47

6 Kalimantan Barat 3210 - 5670 429.163 6.071,54 752,86

7 Kalimantan Tengah 3395 - 5330 461.152 26.154,32 2.689,42

8 Kalimantan Selatan 2362 - 5320 250.963 1.267,83 223,07

9 Kalimantan Timur 3400 - 5480 16.579 442,37 42,48

Kalimantan 1.157.857 33.936,06 3.707,83

10 Sulawesi Selatan 4680 - 5220 1.250 9,50 1,25

Sulawesi 1.250 9,50 1,25

Sumberdaya Gambut Indonesia 2.502.871,17 118.331,76 9.396,54

Gambar 3.2. Grafik perubahan nilai sumber daya gambut tahun 2009 – 2011.

2.2.4. Sumber daya Gas Metana Batubara (GMB)

Pada tahun 2016, terdapat beberapa perubahan dalam neraca sumber

daya GMB, yaitu:

1) Perubahan format. Format baru didesain untuk lebih menggambarkan

karakteristik dan potensi GMB di Indonesia. Pada neraca 2016 data yang

ditampilkan tidak hanya berupa data sumber daya tetapi juga meliputi data


(17)

kedalaman dan ketebalan lapisan batubara target GMB serta data

kandungan gas dalam batubara.

2)

Hingga tahun 2015, perhitungan sumber daya GMB yang diinput kedalam

neraca sumber daya energi, hanya berasal dari hasil kegiatan eksplorasi

PSDMBP. Pada neraca 2016, perhitungan sumber daya GMB Indonesia

sudah melibatkan data hasil kegiatan WK GMB komersial. Sesuai suplai

data dari Dirjen Migas, data sumber daya hasil eksplorasi WK GMB

komersial ditampilkan dalam bentuk gabungan per pulau (Sumatra dan

Kalimantan).

3) Pada neraca GMB tahun 2016, beberapa parameter ditentukan sebagai

dasar untuk memilih wilayah prospek yang datanya dapat diinput kedalam

tabel neraca sumber daya GMB. Parameter tersebut adalah wilayah

prospek memiliki lapisan batubara dengan ketebalan ≥1m dan kedalaman

target GMB (150-500). Dengan kriteria tersebut dari 21 lokasi eksplorasi

hanya 15 lokasi yang diinput ke dalam neraca sumber daya GMB 2016

(Tabel 2.5).

Berdasarkan input data terbaru, total sumber daya GMB Indonesia yang

tercatat pada tahun 2016 adalah sebesar 99.9 Tcf dengan kandungan gas

berkisar antara 0.07 hingga 440 Scf/ton. Dari total 99.9 Tcf tersebut, sebanyak

11,94

Bcf

(0.01 Tcf)

adalah

hasil

kegiatan

PSDMBP

sementara

sisanyamerupakan data rekapitulasi sumber daya WK GMB yang didapat dari

Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas).

Sebagai catatan, sumber daya GMB hasil eksplorasi PSDMBP dihitung dari

data yang didapat dari satu titik pemboran dengan luas area pengaruh maksimum

3 km

2

, sehingga menghasilkan sumber daya yang relatif kecil tapi memiliki tingkat

keakuratan yang lebih tinggi. Berdasarkan klasifikasi sumber daya

contingent

SKK

Migas, sumber daya GMB yang dihasilkan dari kegiatan eksplorasi Badan Geologi

(kegiatan eksplorasi yang mencakup kegiatan pemboran dalam, analisa kualitas

core

batubara serta pengukuran gas secara langsung pada

coring

batubara) dapat

digolongkan kedalam sumber daya

contingent

C3.


(18)

Tabel 2.5Sumber daya GMB Status 2016.

Hasil Kegiatan Badan Geologi (1)

Cekun gan Area Kedalaman t arget

(m)

T ebal lap bat ubara (m)(3 )

Kandungan gas rat a-rat a (Scf/t on)

(4) Sumber Daya GMB (Scf)

B

a

rit

o

Jangkang (2010) 200-250 2,58 12,86 51.758.928,00

Upau (2015) 2 lokasi 250-500 1.30-29.20 7.27-48.04 1.523.766.530,00

P aser (2014) 2 lokasi 300-450 1.00-2.20 49.55-93.56 340.929.768,00

T amiang Layang (2015) 150-200 2,72 36,56 57.418.683,00

Balangan (2012) 200-250 16,70 44,04 478.054.200,00

Ampah (2016) 2 lokasi 150-500 1.00-15.35 0.77-5.73 52.138.696,00

S u m at er a S el a ta n

T anjung Enim (2009) 250-300 1,30 33,88 880.244.004,64

Nibung (2010) 250-300 1-13.64 35.10-40.10 3.966.863.551,86

Lahat (2012) 250-450 2.40-10.15 1.87-28.90 957.856.567,78

Bayung Lincir (2012) 250-400 1.00-4.55 4.78-13.83 82.259.255,00

Muara Kilis (2013) 350-450 1.00-1.70 6.77-13.83 21.196.700,00

Srjaya Makmur (2014) 300-500 1.00-1.90 13.64-23.99 164.899.800,00

O

m

b

ili

n

Air Dingin (2010) 350-400 1.30-15.31 216.32-355.97 2.796.001.884,00

Bukit Sibant ar (2011) 200-250 5,9 98,81 569.749.564,00

Total hasil eksp lorasi Badan Geologi (a)

11.943.138.132,28 11.94 Bcf (0.01 Tcf)

Hasil Kegiatan WK GMB Indonesia (2)

na Sumat ra dan Kalimant an 300-800 1.00-23.00 26.67-440.00 99,890.00 Bcf

Total hasil eksp lorasi WK GM B (b) 99.89 T cf

Total Indonesia (a+b) 99.90Tcf

(1)Hasil eksplorasi BadanGeologi. Sumber daya dihitung dari luas areal eksplorasi maksimum 3 km2,

ketebalan lapisan ≥ 1m, kedalaman > 150m dengan data kandungan gas berasal dari pengukuran langsung pada coring batubara (metoda desorption).Sumber daya diklasifikasikan sebagai sumber

dayacontingentC3.

(2) Hasilkegiatan WK GMB komersial di Sumatra dan Kalimantan hinggaDesember 2016. Sumber

data SKK Migas.Tidak ada keterangan klasifikasi sumber daya dan luas area.

(3) Data disajikan dalam kisaran ketebalan, kecuali untuk area yang hanya memiliki satu lapisan

batubara denganketebalan ≥1m.

(4) Kandungan gas rata-rata ditampilkan dalam bentuk kisaran untuk area yang memiliki lebih dari

satu lapisan target GMB

2.2.5. Sumber daya Bitumen Padat

Bitumen padat merupakan batuan sedimen yang mengandung material organik yang apabila dipanaskan sampai dengan suhu 550°C akan menghasilkan minyak.

Endapan bitumen padat dapat berupa oil shale (serpih minyak) ataupun tar sand. Kenyataan di lapangan, Indonesia memiliki kedua jenis endapan bitumen padat tersebut. Oleh karena itu, untuk perhitungan neraca sumber daya bitumen padat, data oil shaledan

tar sand disajikan dalam tabel yang terpisah, walaupun pada akhirnya nilai total sumber

daya bitumen padat adalah penjumlahan dari kedua jenis ini. Pemisahan tabel tersebut bertujuan untuk memudahkan pihak yang ingin memanfaatkan komoditas tersebut.

Hingga tahun 2016, sumber daya oil shale Indonesia adalah sebesar 12.281,94

juta ton batuan yang terdiri dari 11.004,28 juta ton sumber daya hipotetik dan 1.277,67

juta ton sumber daya tereka. Kandungan minyak pada batuan bitumen padat berkisar antara 1-360 liter/ton. Penambahan sumber daya berasal dari penyelidikan Pusat Sumber


(19)

Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (dahulu PSDG) di dua lokasi, yaitu daerah Dusun Panjang (Provinsi Jambi) dan Pujon Baru (Provinsi Kalimantan Tengah).

Sumber daya tar sand Indonesia belum berubah dari tahun 2013, yaitu masih sebesar153,53 juta tonbatuan yang terdiri dari 76,74 juta ton sumber daya hipotetik dan 76,79 juta ton sumber daya tereka dengan kisaran kandungan minyak 5 - 248 liter/ton. Hal dikarenakan belum ada penambahan data lapangan terkait tar sand, yang menarik dari endapan tar sandini adalah lokasinya yang terpusat di satu pulau yaitu Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.

Total sumber daya bitumen padat adalah sebesar12.435,47 juta ton batuan. Naik sebesar 57,53 juta ton dari tahun 2015. Grafik perubahan nilai sumber daya bitumen padat dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3.Grafik perubahan nilai sumber daya Bitumen Padat (Oil ShaledanTar Sand) tahun 2012 – 2016.


(20)

(21)

(22)

(23)

2.3. Neraca Sumber daya Panas Bumi

Hingga Desember 2016, terdapat penambahan jumlah daerah potensi panas bumi Indonesia sebanyak satu lokasi dari 330 lokasi menjadi 331 lokasi yang tersebar di sepanjang jalur vulkanik yang membentang dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua. Berdasarkan hasil penyelidikan geologi, geokimia, geofisika dan pengeboran, perkiraan sumber daya panas bumi di Indonesia sekitar11073 Mwedan cadangan17506 Mwe, serta kapasitas terpasang sebesar 1533,5 Mwe.

Terdapat perubahan potensi sumber daya spekulatif dari 7054.5 Mwe mengalami penurunan menjadi 6596 Mwe dikarenakan adanya peningkatan kelas dari sumber daya hipotetis menjadi kelas cadangan terduga. Dengan adanya penambahan unit PLTP menyebabkan terjadinya penambahan nilai kapasitas terpasang dari 1438,5 Mwe menjadi 1533,5 Mwe, cadangan mungkin dari 823 Mwe menjadi 2493 Mwe, dan cadangan terbukti dari 2288 Mwe menjadi 2493 Mwe. Penurunan sumber daya cadangan terduga dari 14435 Mwe menjadi 12046 Mwe dikarenakan penggabungan potensi beberapa daerah kajian dan wilayah kerja.

Tabel 2.5.Status Potensi Panas Bumi Tahun 2016


(24)

16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0

2012 2013 2014 2015 2016

Spekulatif Hipotesis Terduga Mungkin Terbukti


(25)

(1)

(2)

(3)

(4)

2.3. Neraca Sumber daya Panas Bumi

Hingga Desember 2016, terdapat penambahan jumlah daerah potensi panas bumi Indonesia sebanyak satu lokasi dari 330 lokasi menjadi 331 lokasi yang tersebar di sepanjang jalur vulkanik yang membentang dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua. Berdasarkan hasil penyelidikan geologi, geokimia, geofisika dan pengeboran, perkiraan sumber daya panas bumi di Indonesia sekitar11073 Mwedan cadangan17506 Mwe, serta kapasitas terpasang sebesar 1533,5 Mwe.

Terdapat perubahan potensi sumber daya spekulatif dari 7054.5 Mwe mengalami penurunan menjadi 6596 Mwe dikarenakan adanya peningkatan kelas dari sumber daya hipotetis menjadi kelas cadangan terduga. Dengan adanya penambahan unit PLTP menyebabkan terjadinya penambahan nilai kapasitas terpasang dari 1438,5 Mwe menjadi 1533,5 Mwe, cadangan mungkin dari 823 Mwe menjadi 2493 Mwe, dan cadangan terbukti dari 2288 Mwe menjadi 2493 Mwe. Penurunan sumber daya cadangan terduga dari 14435 Mwe menjadi 12046 Mwe dikarenakan penggabungan potensi beberapa daerah kajian dan wilayah kerja.

Tabel 2.5.Status Potensi Panas Bumi Tahun 2016


(5)

16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0

2012 2013 2014 2015 2016

Spekulatif Hipotesis Terduga Mungkin Terbukti Gambar 2.8.Grafik Potensi Panas Bumi 2012-2016


(6)