ProdukHukum BankIndonesia
FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ)
PERATURAN BANK INDONESIA NO.10/26/PBI/2008
TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK
1.
Apa latar belakang penerbitan Peraturan Bank Indonesia (PBI) ini?
Dampak dari krisis keuangan global yang berlangsung saat ini berimbas pada
berbagai negara termasuk Indonesia. Hal tersebut secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi stabilitas sistem keuangan Indonesia termasuk sistem
perbankan. Salah satu pengaruh dari krisis keuangan global tersebut adalah
meningkatnya potensi keraguan masyarakat terhadap sistem perbankan yang dapat
ditandai antara lain dengan meningkatnya kepanikan masyarakat dalam menyikapi
krisis.
2.
Apa saja tujuan yang ingin dicapai dalam pengaturan PBI ini?
Untuk membantu Bank yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek agar
kelangsungan kegiatan usaha Bank dapat dipelihara.
3.
Bank yang bagaimana yang dapat mengajukan FPJP?
Bank yang dapat mengajukan FPJP adalah Bank yang mengalami kesulitan
pendanaan jangka pendek dan memiliki rasio kewajiban penyediaan modal
minimum paling kurang sebesar 8% (delapan persen).
4.
Bagaimana dasar penentuan jumlah FPJP yang di terima oleh Bank?
Berdasarkan proyeksi arus kas Bank yang telah diverifikasi oleh Bank Indonesia,
Bank Indonesia akan menetapkan Plafon pemberian FPJP kepada Bank. Jumlah
pemberian FPJP akan diberikan berdasarkan perkiraan kebutuhan likuiditas Bank
untuk memenuhi kebutuhan GWM sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5.
Apakah FPJP harus dijamin oleh Bank?
FPJP wajib dijamin oleh bank dengan agunan yang berkualitas tinggi yang nilainya
memadai
6.
Agunan apa saja yang dapat dijaminkan oleh Bank?
Agunan yang dapat dijaminkan oleh Bank untuk memperoleh FPJP antara lain
dapat berupa
a. Surat berharga;
b. Aset Kredit
2
7.
Surat berharga yang bagaimana yang dapat dijadikan agunan?
a. Surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia atau Bank
Indonesia yang meliputi SUN, SBSN, SBI, dan SBI Syariah
b. Surat berharga yang diterbitkan oleh badan hukum lainnya yang pada saat
permohonan FPJP memiliki peringkat paling kurang peringkat investasi
(investment grade), aktif diperdagangkan, dan sisa jangka waktu surat berharga
paling kurang 90 (sembilan puluh) hari.
8.
Apa kriteria aset kredit yang dapat diagunkan?
Aset kredit yang akan diagunkan harus memiliki kriteria sebagai berikut:
a.
Kolektibilitas lancar selama 12 (dua belas) bulan terakhir;
b.
Bukan merupakan kredit konsumsi kecuali kredit pemilikan rumah (KPR);
c.
Kredit dijamin dengan agunan yang memiliki nilai paling kurang 110%
(seratus sepuluh persen) dari plafon kredit;
d.
Bukan merupakan kredit kepada pihak terkait Bank;
e.
Kredit belum pernah direstrukturisasi;
f.
Sisa jangka waktu jatuh tempo kredit paling cepat 3 (tiga) bulan dari saat
persetujuan FPJP;
g.
Baki debet (Outstanding) kredit tidak melebihi
plafon kredit dan batas
maksimum pemberian kredit; dan
h.
Memiliki perjanjian kredit dan pengikatan agunan yang mempunyai kekuatan
hukum.
9.
Apakah ada urutan tertentu dalam memberikan agunan?
Ada. Dalam pengajuan FPJP, Bank harus mengagunkan surat berharga yang
diterbitkan pemerintah terlebih dahulu. Apabila agunan surat berharga tersebut
tidak mencukupi maka Bank baru dapat mengagunkan surat berharga yang
diterbitkan oleh badan hukum lainnya. Dan apabila ternyata masih tidak mencukupi
maka Bank dapat mengagunkan aset kreditnya.
10.
Berapa jangka waktu pemberian FPJP?
Pengajuan jangka waktu pemberian FPJP maksimal sepanjang 14 hari. Apabila
dalam waktu 14 hari Bank masih memerlukan FPJP dapat diperpanjang. Total
3
jangka waktu pemberian FPJP termasuk perpanjangannya adalah 90 hari.
11.
Apakah ada bunga yang dibebankan kepada Bank terkait pemberian FPJP?
Tingkat suku bunga FPJP yang dikenakan kepada Bank adalah sebesar BI rate
ditambah dengan 100 (seratus) basis poin.
12.
Apakah ada sanksi apabila terjadi pelanggaran?
Apabila Bank tidak melunasi FPJP dan/atau melakukan pelanggaran atas ketentuan
dalam Peraturan Bank Indonesia ini dan/atau berdasarkan pemeriksaan oleh Bank
Indonesia diketahui adanya penyimpangan penggunaan FPJP, maka Bank dapat
dikenakan sanksi berupa:
a.
Tidak dapat menerima FPJP dalam jangka waktu tertentu; dan
b.
Sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat (2) UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 antara lain berupa teguran
tertulis, larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring, pembekuan
kegiatan usaha tertentu dan atau pemberhentian Pengurus Bank.
Apabila Pengurus Bank, Pemegang Saham Pengendali dan pejabat eksekutif Bank
dengan sengaja
tidak melaksanakan langkah-langkah
yang diperlukan untuk
memastikan ketaatan Bank terhadap ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini
dan atau memberikan keterangan atau dokumen yang diwajibkan dalam Peraturan
Bank Indonesia ini secara tidak benar, selain dikenakan sanksi sebagaimana pada
Pasal 19 dikenakan juga sanksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 49 UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
PERATURAN BANK INDONESIA NO.10/26/PBI/2008
TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK
1.
Apa latar belakang penerbitan Peraturan Bank Indonesia (PBI) ini?
Dampak dari krisis keuangan global yang berlangsung saat ini berimbas pada
berbagai negara termasuk Indonesia. Hal tersebut secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi stabilitas sistem keuangan Indonesia termasuk sistem
perbankan. Salah satu pengaruh dari krisis keuangan global tersebut adalah
meningkatnya potensi keraguan masyarakat terhadap sistem perbankan yang dapat
ditandai antara lain dengan meningkatnya kepanikan masyarakat dalam menyikapi
krisis.
2.
Apa saja tujuan yang ingin dicapai dalam pengaturan PBI ini?
Untuk membantu Bank yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek agar
kelangsungan kegiatan usaha Bank dapat dipelihara.
3.
Bank yang bagaimana yang dapat mengajukan FPJP?
Bank yang dapat mengajukan FPJP adalah Bank yang mengalami kesulitan
pendanaan jangka pendek dan memiliki rasio kewajiban penyediaan modal
minimum paling kurang sebesar 8% (delapan persen).
4.
Bagaimana dasar penentuan jumlah FPJP yang di terima oleh Bank?
Berdasarkan proyeksi arus kas Bank yang telah diverifikasi oleh Bank Indonesia,
Bank Indonesia akan menetapkan Plafon pemberian FPJP kepada Bank. Jumlah
pemberian FPJP akan diberikan berdasarkan perkiraan kebutuhan likuiditas Bank
untuk memenuhi kebutuhan GWM sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5.
Apakah FPJP harus dijamin oleh Bank?
FPJP wajib dijamin oleh bank dengan agunan yang berkualitas tinggi yang nilainya
memadai
6.
Agunan apa saja yang dapat dijaminkan oleh Bank?
Agunan yang dapat dijaminkan oleh Bank untuk memperoleh FPJP antara lain
dapat berupa
a. Surat berharga;
b. Aset Kredit
2
7.
Surat berharga yang bagaimana yang dapat dijadikan agunan?
a. Surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia atau Bank
Indonesia yang meliputi SUN, SBSN, SBI, dan SBI Syariah
b. Surat berharga yang diterbitkan oleh badan hukum lainnya yang pada saat
permohonan FPJP memiliki peringkat paling kurang peringkat investasi
(investment grade), aktif diperdagangkan, dan sisa jangka waktu surat berharga
paling kurang 90 (sembilan puluh) hari.
8.
Apa kriteria aset kredit yang dapat diagunkan?
Aset kredit yang akan diagunkan harus memiliki kriteria sebagai berikut:
a.
Kolektibilitas lancar selama 12 (dua belas) bulan terakhir;
b.
Bukan merupakan kredit konsumsi kecuali kredit pemilikan rumah (KPR);
c.
Kredit dijamin dengan agunan yang memiliki nilai paling kurang 110%
(seratus sepuluh persen) dari plafon kredit;
d.
Bukan merupakan kredit kepada pihak terkait Bank;
e.
Kredit belum pernah direstrukturisasi;
f.
Sisa jangka waktu jatuh tempo kredit paling cepat 3 (tiga) bulan dari saat
persetujuan FPJP;
g.
Baki debet (Outstanding) kredit tidak melebihi
plafon kredit dan batas
maksimum pemberian kredit; dan
h.
Memiliki perjanjian kredit dan pengikatan agunan yang mempunyai kekuatan
hukum.
9.
Apakah ada urutan tertentu dalam memberikan agunan?
Ada. Dalam pengajuan FPJP, Bank harus mengagunkan surat berharga yang
diterbitkan pemerintah terlebih dahulu. Apabila agunan surat berharga tersebut
tidak mencukupi maka Bank baru dapat mengagunkan surat berharga yang
diterbitkan oleh badan hukum lainnya. Dan apabila ternyata masih tidak mencukupi
maka Bank dapat mengagunkan aset kreditnya.
10.
Berapa jangka waktu pemberian FPJP?
Pengajuan jangka waktu pemberian FPJP maksimal sepanjang 14 hari. Apabila
dalam waktu 14 hari Bank masih memerlukan FPJP dapat diperpanjang. Total
3
jangka waktu pemberian FPJP termasuk perpanjangannya adalah 90 hari.
11.
Apakah ada bunga yang dibebankan kepada Bank terkait pemberian FPJP?
Tingkat suku bunga FPJP yang dikenakan kepada Bank adalah sebesar BI rate
ditambah dengan 100 (seratus) basis poin.
12.
Apakah ada sanksi apabila terjadi pelanggaran?
Apabila Bank tidak melunasi FPJP dan/atau melakukan pelanggaran atas ketentuan
dalam Peraturan Bank Indonesia ini dan/atau berdasarkan pemeriksaan oleh Bank
Indonesia diketahui adanya penyimpangan penggunaan FPJP, maka Bank dapat
dikenakan sanksi berupa:
a.
Tidak dapat menerima FPJP dalam jangka waktu tertentu; dan
b.
Sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat (2) UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 antara lain berupa teguran
tertulis, larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring, pembekuan
kegiatan usaha tertentu dan atau pemberhentian Pengurus Bank.
Apabila Pengurus Bank, Pemegang Saham Pengendali dan pejabat eksekutif Bank
dengan sengaja
tidak melaksanakan langkah-langkah
yang diperlukan untuk
memastikan ketaatan Bank terhadap ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini
dan atau memberikan keterangan atau dokumen yang diwajibkan dalam Peraturan
Bank Indonesia ini secara tidak benar, selain dikenakan sanksi sebagaimana pada
Pasal 19 dikenakan juga sanksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 49 UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.