Index of /ProdukHukum/kehutanan

LAMPI RAN I . PERATURAN MENTERI KEHUTANAN
NOMOR
: P.03/MENHUT-V/2004
TANGGAL : 22 JULI 2004
BAGI AN KESATU
PEDOMAN PENYUSUNAN RANCANGAN KEGIATAN
GERAKAN NASI ONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) merupakan upaya strategis
pembangunan nasional. Berdasarkan pengalaman masa lalu penyelenggaraan
RHL tidak mampu mengimbangi laju degradasi hutan dan lahan, sehingga
perlu dilakukan percepatan melalui program “Gerakan Nasional Rehabilitasi
Hutan dan Lahan (GN RHL/ Gerhan)”. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai
gerakan moral berskala nasional yang terencana dan terpadu, dengan
melibatkan berbagai pihak terkait baik pemerintah, badan usaha milik
pemerintah/ swasta, TNI , maupun masyarakat.
Agar kegiatan GN RHL/ Gerhan dapat mencapai sasaran sesuai dengan
tujuannya, maka diperlukan rencana teknis yang tepat-guna sebagai panduan

dalam pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan di lapangan. Sesuai dengan
hierarkhi perencanaan teknis RHL, maka dalam penyelenggaraan GN
RHL/ Gerhan mengacu kepada Rencana RHL 5 Tahun, Rencana Teknik Tahunan
dan Rancangan Kegiatan.
Untuk kesamaan persepsi para pihak terkait khususnya untuk pelaksanaan
kegiatan GN RHL/ Gerhan di lapangan tahun 2004 dan selanjutnya, perlu
diterbitkan Pedoman Penyusunan Rancangan Kegiatan Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
B. Tujuan
Tujuan disusunnya rancangan kegiatan adalah untuk memberikan acuan teknis
detil guna pelaksanaan kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan
Lahan di lapangan agar sesuai dengan kaidah teknis yang tepat guna baik dari
aspek fisik, sosial, ekonomi dan budaya wilayah setempat sehingga
pelaksanaan kegiatan dapat mencapai sasaran/tujuan yang ditetapkan.
C. Sasaran
Sasaran penyusunan rancangan kegiatan adalah semua kegiatan fisik – teknis
GN RHL/ Gerhan, yaitu reboisasi hutan lindung dan hutan produksi, hutan
rakyat, rehabilitasi hutan mangrove, penghijauan kota, turus jalan, dan
bangunan konservasi tanah.


I-1

D. Ruang Lingkup
Penyusunan rancangan ini diberlakukan pada kegiatan pembuatan tanaman
dan bangunan konservasi tanah GN RHL/ Gerhan mulai tahun 2004 dan
selanjutnya.
E. Pengertian-Pengertian
1.

Rencana RHL 5 Tahun adalah rencana teknik RHL semi detil untuk jangka
waktu 5 tahun yang disusun berdasar unit perencanaan DAS di seluruh
wilayah kerja BP DAS, dengan kedalaman analisis tingkat sub DAS.
Rencana RHL 5 tahun memuat a.l. kondisi wilayah dan sasaran RHL yang
diindikasikan dari kekritisan lahan wilayah DAS.

2.

Rencana Teknis Tahunan adalah rencana indikatif yang menunjukkan
lokasi, jenis dan volume kegiatan tahunan pada wilayah DAS,
Kabupaten/ Kota, sebagai acuan dalam penyusunan rancangan kegiatan.


3.

Rancangan Teknis (Rancangan) Kegiatan adalah design lapangan/ pola
kegiatan teknis rinci (bestek) dari setiap kegiatan yang meliputi rancangan
kegiatan fisik yang menggambarkan pembuatan tanaman dan bangunan
konservasi tanah serta rancangan anggarannya.

I-2

BAB I I
SI STEM PERENCANAAN

A. Hirarkhi Perencanaan
Pelaksanaan GN RHL/ Gerhan didasarkan pada Rencana Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (RHL) tingkat Nasional. Rencana kegiatan ini meliputi Rencana Umum
RHL, Rencana Lima Tahunan RHL, dan Rencana Tahunan RHL.
Sebagai dasar pelaksanaan kegiatan di lapangan, baik vegetatif (tanam
menanam) maupun pembuatan bangunan konservasi tanah disusun rencana
teknis, yang bersifat operasional yang meliputi Rencana Teknik Tahunan (RTT)

dan Rancangan Teknis (Rancangan) Kegiatan.
B. Rencana Teknis Tahunan (RTT)
1.

RTT kegiatan GN RHL/ Gerhan disusun dan dipersiapkan oleh Kepala Dinas
yang mengurusi Kehutanan Kabupaten/ Kota setempat mengacu kepada
Rencana RHL 5 tahun DAS dan memperhatikan acuan lain yang relevan.

2.

RTT GN RHL/ Gerhan merupakan rencana fisik pembuatan tanaman
(reboisasi dan penghijauan) dan bangunan konservasi tanah setiap tahun
pada satu atau lebih DAS yang berada dalam wilayah Kabupaten/ Kota.

3.

RTT GN RHL/ Gerhan memuat antara lain tentang letak dalam wilayah
Kabupaten/ Kota, DAS/ Sub DAS, luas lahan kritis, lokasi dan luas kegiatan,
jenis kegiatan, kondisi fisik lapangan, pola perlakuan, sarana prasarana,
jenis tanaman dan jumlah bibit per kegiatan/ Ha.


4.

Untuk kegiatan tertentu yang memerlukan kecermatan dan variasi
perlakuan misalnya pada bangunan konservasi tanah perlu dilengkapi
sasaran untuk tipe bangunannya.

5.

RTT dilengkapi peta kerja dengan skala 1 : 20.000 – 25.000 yang
merupakan jabaran dari peta Rencana RHL 5 tahun.

Format Rencana Teknik Tahunan :
Tabel 1. Lokasi dan Luas Lahan Kritis

No

Kab./ Kota/ Kec.

DAS/ SUB DAS


1

2

3

Luas Lahan Kritis (Ha)
Dalam Kawasan Hutan
Luar
Kws Ht
KPA
HL
HP
Jml.
4
5
6
7
8


Jumlah
9

Jumlah

I-3

Tabel 2. RTT Kegiatan Penanaman GN RHL/ Gerhan
No
1
1

Kab./ Kota/
Kec.

DAS/ Sub
DAS

Fungsi

Hutan/
Lahan

2

3

4

A

X1

HL

HP

APL

X2


Kegiatan
Jenis
Luas
Jenis
Jml
Keg.
(Ha)
Tan
bibit
5
6
7
8
9
- ……….. ………… ……….. ………… …………
………… …………
- ……….. …
………… …………
- ………..

- ……….. ………… ……….. ………… …………
………… …………
- ……….. …
- ………..
………… …………
- ……….. ………… ……….. ………… …………
………… …………
- ……….. …
………… …………
- ………..
- ……….. ………… ……….. ………… …………
- ……….. …
………… …………
- ………..
………… …………
- ……….. ………… ……….. ………… …………
………… …………
- ……….. …
………… …………
- ………..

Kondisi
Fisik Lap.

Jumlah (1)
2

B

…………
Y1

-

………..
………..
………..
………..
………..
………..

Keter.
10
……………
……………
…………..
……………
……………
…………..
……………
……………
…………..
……………
……………
…………..
……………
……………
…………..

…………

………… ……….. ………… …………

………… …………
………… …………
………… ……….. ………… …………

………… …………
………… …………

Jumlah (2)

…………

…………

Tot al

…………

…………

……………
……………
…………..
……………
……………
…………..

Keterangan pengisian kolom :
Kolom 1 : Nomor urut
Kolom 2 : Wilayah administratif
Kolom 3 : Wilayah Daerah Aliran Sungai/ Sub Daerah Aliran Sungai
Kolom 4 : Jenis fungsi hutan atau APL berdasarkan paduserasi peta TGHK
dan RTRW lokasi rencana dilaksanakannya kegiatan.
Kolom 5 : Penutupan lahan, tingkat kekritisan, topografi.
Kolom 6 : Jenis kegiatan (reboisasi, Hutan Rakyat, penghijauan kota, dsb)
Kolom 7 : Luas kegiatan penanaman
Kolom 8 : Jenis tanaman (kayu-kayuan, MPTS, TUL, endemik)
Kolom 9 : Jumlah bibit yang diperlukan
Kolom 10 : Cantumkan hal-hal yang diperlukan a.l. kebutuhan sarana dan
prasarana

I-4

Tabel 3. RTT Kegiatan Pembuatan Bangunan Konservasi Tanah GN RHL/Gerhan
Kab/ Kota/
Kec

No.
1
1

DAS/ Sub
DAS

2
A

Fungsi
Hutan/
Lahan

3
X1

Kondisi
Fisik Lap

-

Jenis
Bang.
5
6
……….. ……………
………..
……….. ……………
………..
……….. ……………
………..
……….. ……………
………..
……….. ……………
………..
……….. ……………
………..

Keterangan
Jumlah
Kapasitas
Unit
7
8
9
……….. …………… …………………
…………… ………………….
……….. …………… …………………
…………… ………………….
……….. …………… …………………
…………… ………………….
……….. …………… …………………
…………… ………………….
……….. …………… …………………
…………… ………………….
……….. …………… …………………
…………… ………………….

-

……….. ……………
………..
……….. ……………
………..
……….. ……………
………..

……….. ……………
……………
……….. ……………
……………
……….. ……………
……………

4
HL
HP
APL

X2

Bangunan Konservasi Tanah

Jumlah (1)
2

B

…………
Y1

Jumlah (2)

…………

Tot al

…………

…………………
………………….
…………………
………………….
…………………
………………….

Keterangan pengisian kolom :
Kolom 1 : Nomor urut
Kolom 2 : Wilayah administratif
Kolom 3 : Wilayah Daerah Aliran Sungai/ Sub Daerah Aliran Sungai
Kolom 4 : Jenis fungsi hutan atau APL berdasarkan paduserasi peta TGHK
dan RTRW lokasi rencana dilaksanakannya kegiatan.
Kolom 5 : Penutupan lahan, tingkat kekritisan, topografi.
Kolom 6 : Jenis bangunan konservasi tanah (DPn, DPi, Gully plug, dsb)
Kolom 7 : Jumlah bangunan konservasi per jenis
Kolom 8 : Kapasitas (luas genangan, volume bangunan, daya tampung
sumur, dsb)
Kolom 9 : Cantumkan hal-hal yang diperlukan a.l. kebutuhan sarana dan
prasarana

I-5

C. Rancangan Teknis
1.

Jenis dan Muatan Rancangan
a.

Rancangan dibuat untuk setiap jenis kegiatan, yaitu pembuatan
tanaman reboisasi hutan lindung dan hutan produksi, rehabilitasi hutan
mangrove, hutan rakyat, penghijauan kota, turus jalan dan bangunan
konservasi tanah.

b. Rancangan kegiatan memuat rancangan kegiatan fisik dan rancangan
biaya, dituangkan dalam buku rancangan dan dilampiri dengan peta
rancangan dan peta situasi.
c.

Muatan Penunjang.

Dalam rancangan dapat dikembangkan untuk melengkapi acuan
operasional lapangan antara lain organisasi pengelola, pengelolaan
partisipatif, peserta dan hubungan tata kerja para pihak terkait.
2.

Rancangan kegiatan fisik menguraikan secara rinci mengenai :
a.

Lokasi, yaitu Propinsi, Kabupaten/ Kota, Kecamatan/KPH/ RPH,
desa/ kelurahan, DAS, register kawasan hutan, status kawasan, blok,
pet ak dan anak petak yang dituangkan dalam risalah lapangan dan
peta situasi (skala 1:250.000 - 1:100.000).

b. Uraian kegiatan, meliputi jenis kegiatan, risalah fisik lapangan, target
luas, cara pembuatan, volume/ jumlah dan jenis tanaman/ bangunan,
input fisik (saprodi), bahan, peralatan kerja, pemeliharaan tanaman,
sarana-prasarana kerja (gubug kerja, jalan hutan/ inspeksi) tenaga
kerja, pelaksana kegiatan dan jadwal waktu , pola sesuai dengan
kondisi lapangan.
c.

Peta rancangan memuat situasi lapangan, batas luar dan batas
petak/ anak petak, bangunan alam, tata-letak tanaman (tegakan sisa
dan yang akan ditanam baru), jalan masuk (rintisan) dan titik ikat,
jalan hutan/ in speksi, letak gubuk kerja dll. Skala peta 1:1.000-1:10.000
sesuai kondisi lapangan agar dapat dioperasionalkan sebagai acuan
pelaksanaan di lapangan.

d. Khusus untuk peta rancangan bangunan konservasi tanah merupakan
rancangan bangunan konservasi tanah (bestek) dengan skala 1:100 –
1: 1.000.
3.

Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
RAB ini memuat uraian secara rinci mengenai kebutuhan biaya per jenis
pekerjaan dan jumlah biaya keseluruhan yang didasarkan pada rancangan
fisik dan harga satuan dari setiap komponen pekerjaan. Dalam penyusunan
RAB perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

I-6

a.

Dana Bantuan yang tersedia untuk kegiatan prioritas,

b. Kebutuan bahan sejauh mungkin menggunakan bahan lokal.
c.

Harga bahan dan upah diperhitungkan secara rasional dan wajar
(sesuai HSPK yang berlaku).

d. Memperhatikan sumber dana partisipatif desa yang bersangkutan
4.

Organisasi Pelaksanaan
Secara umum, organisasi pelaksanaan pembuatan rancangan kegiatan GN
RHL/ Gerhan meliputi Penyusun, Penilai dan Pengesah Rancangan.
a.

Rancangan pembuatan tanaman reboisasi hutan lindung dan hutan
produksi, rancangan pembuatan tanaman rehabilitasi hutan mangrove,
rancangan pembuatan tanaman hutan rakyat, rancangan pembuatan
tanaman penghijauan kota dan rancangan pembuatan bangunan
konservasi tanah disusun oleh Kepala Sub Dinas yang mengurusi
Kehutanan Kabupaten/ Kota selaku Atasan Langsung Atasan Langsung
Bendaharawan (ALB), dinilai oleh Kepala BP DAS dan disahkan oleh
Kepala Dinas yang mengurusi Kehutanan Kabupaten/ Kota setempat.

b. Rancangan pembuatan tanaman turus jalan (negara) disusun oleh
Kepala Sub Dinas yang mengurusi Kehutanan Propinsi (Atasan
Langsung ALB) atas hasil konsultasi dengan Kepala Perwakilan Proyek
Jalan Pantura (untuk wilayah Jawa) atau Dinas Kimpraswil di Propinsi
yang bersangkutan, dinilai oleh Kepala BP DAS setempat (apabila
sasaran lokasi dalam rancangan tersebut mencakup lebih dari 1
wilayah kerja Balai Pengelolaan DAS, maka BPDAS yang bersangkutan
melakukan penilaian rancangan secara bersama-sama), dan disahkan
Kepala Dinas yang mengurusi Kehutanan Propinsi.
5.

Waktu penyusunan rancangan
Rancangan disusun pada tahun sebelum pelaksanaan (T-1 ), namun dalam
kondisi tertentu, penyusunan rancangan dapat disusun pada tahun
berjalan (T -0 ).

6.

Tahapan Penyusunan Rancangan.
a.

Orientasi lapangan

b. Penyiapan bahan dan rencana kerja
c.

Pengumpulan data bio-fisik melalui pengamatan dan pengukuran
lapangan

d. Pengumpulan data sosial-ekonomi melalui wawancara dan data
sekunder.
e.

Pengolahan dan analisa data

f.

Pengukuran kembali dan pemasangan patok batas.

g. Penyusunan naskah
h. Pembuatan peta rancangan dan gambar rancangan.
I-7

7.

Format rancangan secara umum sebagai berikut:
a.

Judul

:

RANCANGAN …. (kegiatan yang sesuai) ….
GERAKAN NASI ONAL REHABI LI TASI HUTAN DAN LAHAN
TAHUN ……………………
Lokasi
: ………………………
Luas
: ………………………
Desa/ Kelurahan/RPH : ………………………
Kecamatan/ BKPH
: ………………………
Kabupaten/ Kota/ KPH : ………………………
Propinsi
: ………………………
DAS
: ………………………

b. Format :
1) Bentuk

: Buku, ukuran A4/ folio, memanjang (landscape)

2) Warna sampul : Orange, kertas buffalo
3) Penyajian

c.

: Uraian, tabel/daftar, diagram, gambar
bagan/ pola tanam, gambar konstruksi, peta
rancangan, peta lokasi/ peta situasi

Muatan : Rancangan Fisik dan Rancangan Biaya (RAB)

d. Kerangka I si :
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR I SI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I.

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

B. Maksud dan Tujuan
I I . RISALAH UMUM
A.

Biofisik
1.

Letak dan Luas

2.

Penggunaan dan Status Lahan

3.

Jenis dan Kesuburan Tanah

4.

Type I klim dan Curah Hujan

5.

Ketinggian Tempat dan Topografi

6.

Vegetasi

7.

Zona Mangrove
mangrove)

dan

Salinitas

(khusus

rehabilitasi

I-8

B. Sosial Ekonomi
1.

Demografi

2.

Mata pencaharian

3.

Tenaga kerja

4.

Kelembagaan Masyarakat

5.

Sosial Budaya (teknologi lokal, dll)

I I I . RANCANGAN TEKNIS DAN BI AYA
A.

Penggunaan Lahan

B. Pola Tanam/ Bangunan Konservasi Tanah
C.

Sarana dan Prasarana

D. Kebutuhan dan Jenis Bibit
E.

Kebutuhan Bahan dan Peralatan

F.

Kebutuhan Tenaga Kerja

G. Kebutuhan Biaya
H. Jadwal Pelaksanaan
IV. RANCANGAN KELEMBAGAAN
A.

Kelembagaan Kelompok (bentuk organisasi, jumlah anggota,
pembagian tugas, peran dan tanggung jawab, administrasi
kelompok, dll)

B. Kelembagaan Usaha
permodalan dll)

(sistem

usaha,

sistem

pemasaran,

LAMPI RAN-LAMPIRAN

Ø Gambar/ design konstruksi
Ø Peta rancangan.
8.

Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan penyusunan rancangan teknik adalah berupa buku
rancangan telah ditetapkan dan disahkan oleh yang berwenang,
diperbanyak sesuai kebutuhan, yang dikirim antara lain kepada :
a.

Bupati/ Walikota cq. Kepala Dinas yang mengurusi Kehutanansetempat,

b. Balai Pengelolaan DAS setempat,
c.

I nstansi Pelaksana kegiatan yang bersangkutan,

d. Pemimpin Pelaksana Lapangan
e.

Kelompok Tani kegiatan yang bersangkutan,

f.

Arsip.

I-9

9.

Perubahan dalam Rancangan.
Perubahan rancangan dapat dilakukan sesuai prosedur penyusunan
rancangan, dan merupakan dokumen yang tidak terpisahkan dengan
rancangan semula sesuai dengan bidang/ kegiatannya

I-10

BAB I I I
RANCANGAN KEGI ATAN PEMBUATAN TANAMAN REBOI SASI HUTAN LI NDUNG DAN
HUTAN PRODUKSI

A. Prosedur Pelaksanaan
1.

Penetapan Calon Lokasi
a.

Sebelum rancangan disusun, terlebih dahulu dilakukan pemantapan
calon lokasi tersebut yang dilaksanakan oleh Dinas terkait dan BP DAS
setempat, sebagaimana tertuang dalam RTT. Sasaran lokasi reboisasi
adalah kawasan hutan terdegradasi/ terbuka diutamakan di wilayah
hulu DAS yang tidak dapat berfungsi secara optimal dalam berproduksi
dan perlindungan DAS. Lokasi definitif ditetapkan oleh Kepala Dinas
yang mengurusi Kehutanan Kabupaten/ Kota dan BP DAS setempat.

b. Lokasi yang telah definitif, dilakukan prakondisi terhadap masyarakat
setempat. Khusus untuk reboisasi yang remote dilakukan sosialisasi
kepada calon pelaksana kerjasama.
2.

Penataan Areal
Tujuan pekerjaan ini adalah untuk menentukan batas areal, luas, batas
blok, petak dan anak petak, serta mengindentifikasi permasalahan yang
berkaitan dengan penguasaan lahan.
Kegiatan penataan areal terdiri dari kegiatan :
a.

Pengumpulan data dan informasi lapangan (biofisik-sosek), yang
dituangkan dalam risalah umum.

b. Pengukuran, penataan dan pemancangan patok batas luar, batas blok,
petak dan anak petak yang dituangkan dalam peta rancangan dengan
polygon tertutup.
c.

Penataan pola tanaman, tata letak dan jarak tanam dalam kaitannya
dengan teknis konservasi dan tegakan yang ada di lapangan.

d. Pembuatan sket lapangan (tanpa skala), buku ukur dan peta
rancangan skala 1:1.000 s/ d 1:10.000 sesuai kegiatan dan operasional
pelaksanaan.
e.

Pengukuran batas petak
1) Satuan blok tanaman (200 Ha) terbagi kedalam petak (25 Ha) dan
anak petak menurut kondisi hamparan.
2) Batas petak dapat menggunakan batas alam seperti alur-alur, anak
sungai, jalan setapak dan patok bambu/ kayu dan lain -lain yang
sifatnya relatif permanen.

I-11

3.

I nformasi Bio-Fisik Sosial-Ekonomi.
I nformasi ini ditujukan untuk memperoleh keseuaian tanaman, pola kerja,
tata waktu dan tata – norma kehidupan masyarakat sekitar calon lokasi,
sehingga dapat diperoleh rancangan, pelaksana dan sistem pelaksanaan
yang sesuai. I nformasi ini antara lain :
a.

Bio-Fisik, meliputi situasi lapangan a.l. topografi, curah hujan/ musim
tanam, tanah/ lahan, jenis tanaman, sarana prasarana, pola tanam
setempat.

b. Sosial-ekonomi, a.l. Demografi, hak kepemilikan lahan/ tanaman/ pohon ,
budaya kerja, adat-I stiadat , Organisasi Sosial, keadaan harga, sarana
prasarana, termasuk transportasi dan komunikasi.
4.

Pengolahan dan Analisa Data
Berdasarkan hasil survei, dilakukan tabulasi, sortasi dan validasi informasi
sebagai bahan untuk penyusunan rancangan. Pola tanam dirancang sesuai
dengan kaidah teknis RHL dan teknik konservasi tanah.

5.

Rencana Anggaran Biaya (RAB)
a.

Sesuai dengan analisa rencana pekerjaan/ komponen kegiatan yang
dihasilkan atas hasil survey dan pengolahan data, maka dilakukan
analisa kebutuhan dan peralatan per komponen pekerjaan.

b. Berdasarkan analisa rencana pekerjaan dihitung kebutuhan tenaga
kerja, kemudian berdasarkan survey sosial dan ekonomi dilakukan
analisa untuk menentukan ketersediaan tenaga kerja dari desa sekitar
dan pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan.
c.

6.

Berdasarkan butir a dan b tersebut diatas, dibuat analisa kebutuhan
(bahan, peralatan dan tenaga kerja) dan harga pasar yang wajar,
disajikan dalam Rencana Anggaran Biaya per komponen kegiatan.

Pembuatan Gambar dan Peta
Hasil pengumpulan data, sket lapangan dan buku ukur, dilakukan
pengolahan dan analisa data dan dituangkan dalam gambar dan peta.
a.

Peta situasi skala 1 : 100.000 – 1 : 250.000 yang menunjukkan situasi
dan letak lokasi kegiatan pada wilayah DAS, Kabupaten/Kota.

b. Peta rancangan yang menggambarkan peta kerja dengan memuat
batas-batas blok, petak, rencana jalan inspeksi, rencana tanaman,
dengan skala 1 : 1.000 – 1 : 10.000
c.

Peta rancangan dibuat sesuai dengan kaidah perpetaan dengan inzet
lokasi dan ruang penilaian dan pengesahan peta.

d. Gambar/ bestek yang perlu dibuat adalah :
1) Gubuk Kerja
2) Papan nama
3) Tata ruang/ tata letak pertanaman (pola tanam)

I-12

B. Hasil Kegiatan.
Hasil kegiatan pembuatan rancangan adalah buku rancangan pembuatan
tanaman reboisasi hutan lindung dan hutan produksi, yang telah dinilai oleh
Kepala Balai Pengelolaan DAS setempat dan disahkan oleh Kepala Dinas yang
mengurusi Kehutanan Kabupaten/ Kota.

I-13

BAB I V
RANCANGAN KEGI ATAN REHABILITASI HUTAN MANGROVE

A. Prosedur Pelaksanaan.
1.

Pemilihan Lokasi
Dalam menentukan lokasi kegiatan rehabilitasi hutan mangrove, perlu
mempertimbangkan aspek teknis dan sosial ekonomi sebagai berikut :
a.

Aspek Teknis
1) Kawasan hutan mangrove yang dicirikan oleh :
a)

Tidak berfungsi sebagai habitat biota laut

b) Hutan mangrove yang mengalami degradasi (rusak) yang
dicirikan oleh tumbuhnya berbagai jenis semak seperti warakas
(Achrosticum aurum ) dan jerujen (Acanthus ilicefelius)
c)

Ada/ potensial terjadi abrasi

2) Daerah pantai yang berfungsi lindung yang memenuhi persyaratan
biofisik untuk pertumbuhan mangrove
a)

Kondisi dan type tanah yaitu berlumpur, sedikit berpasir dan
dipengaruhi pasang surut air laut

b) Salinitas antara 10 - 30 per mil, tetapi juga harus diperhatikan
iklim, kondisi pasang surut karena akan menyebabkan kadar
tinggi rendahnya salinitas
c)

Ketahanan jenis mangrove terhadap pasang surut

3) Kawasan pantai berhutan mangrove dengan lebar minimal 130 kali
nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah
tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat (sesuai
PP Nomor 47 tahun 1997)
4) Luas lokasi sasaran penyusunan rancangan rehabilitai hutan
mangrove minimal 10 ha dalam satu hamparan yang kompak.
b. Aspek Sosial ekonomi
1) Adanya ketergantungan masyarakat terhadap keberadaan hutan
mangrove sebagai mata pencaharian
2) Adanya ketergantungan berkembangannya pola usahatani
perikanan (laut)
2.

Prakondisi
Petani nelayan/ tambak yang akan terlibat dalam kegiatan rehabilitasi hutan
mangrove, diprakondisikan terlebih dahulu melalui sosialisasi/ penyuluhan
untuk menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
hutan mangrove

I-14

3.

Pengumpulan data biofisik dan sosial ekonomi serta analisa data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
Primer diperoleh melalui wawancara dengan responden atau sumber data
atau dengan mendatangi langsung obyek yang akan diambil datanya. Data
sekunder dapat diperoleh melalui pencatatan data-data yang resmi (hasil
laporan, penelitian dan lain -lain).
Jenis data yang dikumpulkan berupa data biofisik (letak dan luas, status
lahan, tanah, salinitas, jenis tanaman, iklim dan zone hutan mangrove) dan
data sosial ekonomi (demografi, mata pencaharian dan pendapatan,
tenaga kerja dan rekayasa sosial) kemudian diolah dan dianlisa untuk
memperoleh informasi yang diperlukan dalam penyusunan rancangan.

4.

Pengukuran lahan, rancangan perlakuan dan pemetaan
a.

Pengukuran dan pemetaan batas luar seperti batas lokasi, zonasi dan
pemilikan lahan

b. Rancangan Perlakuan
Pola tanam yang dapat diterapkan yaitu sistem penanaman murni dan
sistim tumpang sari tambak.
1) Sistim penananam murni yaitu penanaman dengan menggunakan
satu jenis tanaman atau lebih pada lokasi tertentu yang ditujukan
untuk perlindungan atau prod uksi kayu.
Tahapan pekerjaan system penananan murni :
a)

Persiapan lapangan
(1) Pembuatan jalur tanam (melintang terhadap arah pasang
surut)
(2) Pemasangan ajir, pembuatan gubug kerja dan papan
pengenal

b) Pengangkutan bibit
c)

Penanaman

2) Sistim tumpang sari tambak (Sylvofishery) yaitu pembuatan
tanaman pokok (mangrove) yang dig abungkan dengan usaha
perikanan. Sistim ini biasanya dilaksanakan pada daerah yang
ketergantungan masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove
sebagai mata pencaharian cukup tinggi dan yang potensial untuk
berkembangannya pola usahatani perikanan (laut)
3) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sistem tumpang
tambak :
a)

Untuk
penentuan
lokasi
diperlukan
data mengenai
kemungkinan genangan pasang surut tertinggi, kesuburan
tanah, salinitas dan ketersediaan tenaga kerja

b) Tambak dibuat sesuai dengan gambar rancangan (bestek)

I-15

c)

c.

Pengaturan pemasukan air pasang surut ke dalam tambak
melalui pintu air, harus dilakukan setiap hari dan diusahakan
setiap lantai hutan yang ada tanamannya dapat digenangi air
pasang secara periodik.

4)

Jangka waktu tumpang sari adalah lima tahun atau disesuaikan
dengan masa permudaan hutan mangrove

5)

Penggarap tambak diwajibkan memelihara tanaman dalam jangka
waktu tersebut

Pemetaan.
Peta yang disajikan meliputi peta situasi skala 1 : 100.000 dan peta
rancangan (peta kerja ) skala 1 : 5000 – 1 : 10.000 yang memuat jenis
perlakuan, rancangan blok, petak tanaman dan letak tanaman.

5.

Pembuatan Buku Rancangan
Seluruh hasil kegiatan perancangan disusun dalam buku rancangan yang
memuat dan merinci sebagai berikut :
a.

Lokasi rencana rehabilitasi hutan mangrove, mencakup lokasi,
letak/ tapak dan luas kegiatan yang dituangkan dalam risalah lapangan.

b. Rincian kegiatan dan biaya yang diperlukan untuk kegiatan penyiapan
lahan, penyediaan bibit, penataaan batas, ajir, penanaman,
pemeliharaan ( tahun berjalan, tahun I dan tahun I I ) serta pengadaan
sarana dan prasarana.
c.

Kebutuhan bahan dan tenaga

d. Rekayasa sosial
e.

Jadwal kegiatan

B. Hasil Kegiatan.
Hasil kegiatan pembuatan rancangan adalah buku rancangan rehabilitasi hutan
mangrove, yang telah dinilai oleh Kepala Balai Pengelolaan DAS setempat dan
disahkan oleh Kepala Dinas yang mengurusi Kehutanan Kabupaten/ Kota.

I-16

BAB V
RANCANGAN PEMBUATAN TANAMAN PENGHIJAUAN KOTA

A. Prosedur Pelaksanaan
1.

Pemilihan lokasi
Lokasi yang direncanakan untuk pembuatan tanaman penghijauan kota :
a.

Merupakan bagian dari ruang terbuka hijau sesuai peruntukan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP)

b. Luas minimal 0.25 ha dalam satu hamparan yang kompak (hamparan
yang menyatu dengan), dengan pertimbangan teknis bahwa pohon pohon yang tumbuh dapat menciptakan iklim mikro
c.

berada pada tanah negara atau tanah hak.
Penentuan lokasi dan luas didasarkan pada :
1) Luas wilayah
2) Jumlah penduduk
3) Tingkat polusi
4) Kondisi fisik kota

2.

Dalam proses perancangan penghijauan kota
perancangan hutan kota (PP Nomor 63 Tahun 2002).

3.

Rancangan pembuatan tanaman penghijauan kota disusun berdasarkan
kajian :
a.

diarahkan

kepada

Aspek biofisik, yaitu memperhatikan kesiapan lahan, jenis tanaman,
bibit, dan teknologi.

b. Aspek ekologis, yaitu memperhatikan keserasian hubungan manusia
dengan lingkungan alam kota.
c.

Aspek ekonomis, yaitu berkaitan dengan biaya dan manfaat yang
dihasilkan.

d. Aspek sosial dan budaya setempat yaitu memperhatikan nilai dan
norma sosial serta budaya setempat.
4.

Pembuatan tanaman penghijauan kota diarahkan pada bentuk yang
kompak, yaitu yang dibangun dalam satu kesatuan lahan/ hamparan.

5.

Selain itu bentuk penghijauan kota dapat disesuaikan dengan karakteristik
lahan, yaitu bentuk jalur (tanaman ditanam memanjang yang terdiri dari 35 baris tanaman) antara lain berupa jalur peneduh jalan raya, jalur hijau di
tepi jalan kereta api, sempadan sungai dan sempadan pantai.

I-17

6.

Penentuan tipe penghijauan kota sesuai dengan fungsi yang ditetapkan
dalam RTRWP dan diatur tersendiri dalam Pedoman Pembuatan Tanaman
Penghijauan Kota.

7.

Rancangan penghijauan kota disusun dalam satu kecamatan dengan luas
hamparan kelompok tanaman minimal 0,25 ha.

8.

Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh langsung dari lapangan. Sedangkan data sekunder
diperoleh melalui pencatatan data-data yang resmi (hasil laporan,
penelitian, dll). Jenis data yang dikumpulkan meliputi : rencana
pembangunan wilayah (RTRWP), data biofisik (letak, topografi, tanah,
iklim, dll).
Data selanjutnya diolah dan dan dianalisa untuk memperoleh informasi
yang diperlukan dalam penyusunan rancangan.

9.

Pengukuran dan pemetaan
a.

Pengukuran antara lain : batas lokasi, desain fisik serta tata letaknya.

b. Pemetaan meliputi peta situasi dan peta rancangan.
1) Peta rancangan memuat : batas areal, desain fisik dan tata
tanaman (jenis dan letak tanaman). Peta rancangan dibuat dengan
skala 1 : 1.000 – 1 : 10.000.
2) Sedangkan peta lokasi/ situasi, memuat lokasi sasaran pembuatan
tanaman penghijauan kota dalam peta administratif pemerintahan
kabupaten/ kota dengan skala 1 : 100.000 – 1 : 200.000.
10. Pembuatan Buku Rancangan
Rancangan Pembuatan Tanaman Penghijauan Kota memuat :
a.

Lokasi pembuatan tanaman penghijauan kota, yang meliputi letak
(kabupaten/ kota) dan luas pembuatan tanaman.

b. Rincian kegiatan dan biaya untuk kegiatan persiapan, pembuatan
tanaman, dan pemeliharaan (tahun berjalan, tahun I dan I I ).
c.

Peta rancangan dan peta situasi.

d. Komposisi tanaman
e.

Kebutuhan bahan, alat dan tenaga kerja.

f.

Jadwal kegiatan

B. Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan perencanaan adalah buku rancangan pembuatan tanaman
penghijauan kota, yang telah disahkan oleh Kepala Dinas Kehutanan
Kabupaten/ Kota. Format rancangan sebagaimana tercantum pada BAB I I .

I-18

BAB VI
RANCANGAN KEGI ATAN HUTAN RAKYAT

A. Prosedur Pelaksanaan
1. Pemilihan Lokasi
Dalam menentukan lokasi pembuatan
mempertimbangkan sebagai berikut :
a.

tanaman

hutan

rakyat,

Tanah milik rakyat menurut kemampuannya kurang cocok untuk
pertanian tanaman pangan, tetapi baik untuk hutan rakyat.

b. Tanah milik rakyat yang menurut pertimbangan ekonomis lebih
menguntungkan daripada untuk kegiatan lainnya.
c.

Tanah milik rakyat yang terlantar yang berada di bagian hulu sungai

d. Tanah milik rakyat yang menurut pertimbangan
dihutankan untuk perlindungan mata air.

khusus perlu

e.

Tanah desa, tanah marga/ adat, tanah negara bebas serta tanah
lainnya yang bukan kawasan hutan yang terlantar.

f.

Tanah milik rakyat/ tanah desa/ tanah lainnya yang sudah ada tanaman
kayu kayuan tetapi masih perlu dilakukan pengkayaan tanaman.

g. Lahan tegal dan lahan pekarangan yang luasnya memenuhi syarat
sebagai hutan rakyat.
2.

Rancangan teknis pembuatan tanaman hutan rakyat disusun berdasarkan
kajian :
a.

Aspek biofisik, yaitu memperhatikan kesiapan lahan, curah hujan, tipe
iklim, ketinggian dan topografi, vegetasi.

b. Aspek Sosial Ekonomi, meliputi :
1) Merupakan daerah yang tingkat pendapatan masyarakatnya masih
relatif rendah.
2) Merupakan daerah yang tingkat pengetahuan dan keterampilan
masyarakatnya masih relatif rendah
3) Merupakan suatu daerah yang masyarakatnya sudah mengenal
hutan rakyat dan manfaatnya serta mempunyai keinginan untuk
mengembangkan hutan rakyat.
4) Terdapat akses pasar cukup baik.
3.

Pola tanam dilahan terbuka (lahan pengembangan hutan rakyat)
a.

Pola tanam di lahan terbuka dapat berupa :

I-19

1). Baris dan larikan tanaman lurus.
Pola tanam ini sesuai untuk lahan dengan kelerengan landai/ datar
tanah peka erosi. Larikan tanaman dibuat lurus dengan jarak
tanam teraturb dan jumlah tanaman minimal 400 batang/ Ha.

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

2). Pola tanam jalur.
Pola tanam ini sesuai untuk lahan dengan kelerengan datar sampai
dengan landai tidak peka terhadap erosi. Larikan tanaman dibuat
lurus dengan jarak tanam teratur. Sistem penanaman tumpangsari,
jarak tanaman antar jalur perlu lebih longgar dengan jumlah
tanaman maksimal 400 batang/ Ha.

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

3). Pola tanam countur.
Pola tanam ini sesuai untuk lahan dengan kelerengan agak curam
sampai dengan curam. Sistim penanaman cemplongan dengan
jumlah tanaman minimal 400 btg per Ha.

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι
ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

I-20

b. Pola tanam di lahan tegalan dan pekarangan.
Pada umumnya di lahan pekarangan dan tegalan sudah terdapat
tanaman kayu-kayuan maupun tanaman MPTS dalam rangka
pengembangan hutan rakyat pada lahan pekarangan dan tegalan
tersebut apabila masih memmungkinkan dapat dilakukan pengkayaan
tanaman.
Pola tanam di lahan tegalan dan pekarangan dapat berupa :
1) Penanaman pada batas pemilikan lahan.
Pada umumnya tegalan dan pekarangan sudah terdapat tanaman
kayu-kayuan/ MPTS, maka tanaman baru sebagai tanaman
pembatas maksimal 200 btg per Ha.
ι

ι

ι
ι
ι
ι
ι
ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

η
η
η
η η η η
η
η η
η η η
η
η η η
η
η η

η
η
η η
η η
η η
η
η

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι

ι
ι

ι
ι
ι
ι
ι

ι

ι

Keterangan :

η
ι

: Tanaman kayu kayuan yang sudah ada.
: Tanaman kayu kayuan pada batas pemilikan lahan

2) Penanaman pengkayaan
Pada lahan tegalan dan pekarangan sudah terdapat tanaman kayukayuan/ MPTS yang tersebar di seluruh hamparan lahan, maka
tanaman baru sebagai tanaman pengkayaan maksimal 200 btg per
Ha.

η
ι
ι

η
η

η
η

ι

ι

η

ι

ι

ι

η

ι

ι

η

η
η
ι

η
η

ι
ι

η
η

ι

ι

ι

ι

η

ι

ι

ι

η

ι

ι

η
η

ι

ι

ι

ι

η
η

η
η
η
ι

ι

Keterangan :
η : Tanaman kayu kayuan yang sudah ada
ι : Tanaman pengkayaan kayu kayuan

I-21

4.

Perancangan Kelembagaan
Petani/ masyarakat yang akan terlibat dalam kegiatan hutan rakyat,
diprakondisikan terlebih dahulu melalui sosialisasi/ penyuluhan untuk
menumbuhkembangkan kelembagaan kelompok tani yang meliputi
kelembagaan kelompok dan kelembagaan usaha.

5.

Penentuan luas areal
Areal hutan rakyat untuk setiap satu unit rancangan minimal mencakup
lahan satu kelompok tani hutan rakyat dengan luas areal minimal 25 Ha.

6.

Partisipasi masyarakat
Dalam pemilihan lokasi, pemilihan jenis tanaman, perumusan jenis
kegiatan hutan rakyat harus dilakukan secara partisipatif dengan
masyarakat desa/ kelurahan setempat calon peserta hutan rakyat.

7.

Pembuatan peta rancangan
Peta situasi hutan rakyat dibuat dengan skala 1 : 100.000 dan untuk peta
rancangan skala 1 : 5.000. Pada peta rancangan harus dilengkapi dengan
batas luar berbentuk poligon tertutup, nama petani pemilik serta batas
kepemilikan lahan masing masing peserta.

8.

Penyusunan Naskah Buku Rancangan
Hasil pengolahan data dan pembuatan peta, kemudian dirumuskan dan
diuraikan dalam buku naskah rancangan.
Naskah rancangan dib uat dalam bentuk buku ukuran A4 dengan
susunan/ outline tersebut pada Bab I I .

B. Hasil Kegiatan.
Hasil kegiatan pembuatan rancangan adalah buku rancangan pembuatan
tanaman hutan rakyat, yang telah dinilai oleh Kepala Balai Pengelolaan DAS
setempat dan telah disahkan oleh Kepala Dinas yang mengurusi Kehutanan
Kabupaten/ Kota.

I-22

BAB VI I
PENYUSUNAN RANCANGAN TEKNI S PENANAMAN TURUS JALAN

A. Prosedur Pelaksanaan
1.

Pemilihan Lokasi
Sasaran lokasi penanaman turus jalan adalah jalan nasional lintas
Sumatera, Jawa, Bali dan Sulawesi dengan kondisi kosong dan perlu
dilakukan penanaman pohon sebagai peneduh.

2.

Persiapan
a.

Konsultasi dan koordinasi
Konsultasi dan koordinasi dengan Dinas Kimpraswil Propinsi dan
Kabupaten, Kepala Perwakilan Proyek Jalan Pantura (untuk wilayah
pantura Jawa), serta instansi terkait lainnya untuk memperoleh
informasi yang digunakan dalam penetapan lokasi sasaran penanaman
turus jalan serta sinkronisasi dengan program pembangunan lainnya
pada loaksi tersebut.

b. Sosialisasi
Sosialisasi dimaksudkan untuk menyampaikan informasi dan
persamaan persepsi tentang rencana penanaman turus jalan kepada
masyarakat disepanjang jalan. Kegiatan sisialisasi dapat diwujudkan
dalam bentuk pertemuan mulai tingkat desa, kecamatan dan
kabupaten.
3.

Pengumpulan Data
a.

Data primer
Data primer diperoleh melalui hasil wawancara dengan responden atau
sumber data dan mendatangi langsung lokasi sasaran penanaman
turus jalan.
Data primer meliputi :
1) Kondisi lingkungan turus (kanan-kiri) jalan,
2) Status lahan,
3) Kondisi topografi,
4) Tanah
5) Kondisi lahan, dll.

b. Data sekunder
Data sekunder dapat diperoleh melalui pencatatan data yang resmi
(hasil laporan, peta, dan lain-lain).
Data sekunder meliputi:
1) Panjang jalan,

I-23

2) Kegiatan penanaman yang pernah dilakukan,
3) I klim antara lain data curah hujan, dll.
4) Tingkat UMR
5) Harga bahan dan barang yang dibutuhkan
4.

Pengolahan Data dan Pembuatan Peta
Data-data yang berhasil dihimpun baik data primer maupun data sekunder
dianalisa untuk menentukan :
a.

panjang ruas jalan

b. jenis tanaman,
c.

kebutuhan bibit,

d. bahan (ajir, steger, srumbung, pupuk dan peralatan lainnya)
e.

Kebutuhan biaya ,

f.

tenaga kerja yang dihitung berdasarkan standar yang berlaku di
daerah untuk setiap jenis pekerjaan,

g. alternatif jenis perlakuan sesuai dengan kondisi lahan,
h. teknik penanaman.

5.

i.

Rencana pemeliharaan

j.

Jadwal waktu

Penyusunan Rancangan
Hasil analisa dirumuskan dan diuraikan dalam buku rancangan yang
memuat dan merinci hal-hal sebagai berikut :
a.

Lokasi pembuatan tanaman,
dituangkan dalam peta situasi

mencakup

letak

(Kabupaten/ Kota)

b. Panjang ruas jalan (Km) untuk setiap kabupaten/ kota,
c.

Jenis dan Jumlah tanaman
Penanaman untuk daerah yang tergenang secara periodic dapat
ditanam jenis Jelutung (Dyera costulata), pule rawa (Alstonia
angustifolia) dan keranji (Dialium indicum). Daerah yang sangat dekat
dengan laut, sehingga intrusi air laut diperkirakan terjadi dapat
ditanam jenis ketapang (Terminalia catapa) dan bintangor laut
(Callophyllum inophyllum). Daerah yang mempunyai drainase yang
baik dapat ditanam jenis meranti, keruing, kapur, kenari, mahoni dan
trembesi.

d. Kebutuhan tenaga dan upah.
Tenaga untuk penanaman turus jalan dirancang berasal dari
masyarakat sekitar lokasi penanaman sesuai dengan HSPK setempat.

I-24

e.

Rincian kegiatan dan biaya
Rancangan biaya dalam pembuatan turus jalan meliputi penyiapan dan
pembersihan lahan, pembuatan lubang tanaman, penanaman,
pemeliharaan (tahun berjalan, tahun I dan tahun I I ) serta pengadaan
bahan (pupuk, obat-obatan).

f.

Peta rancangan, memuat landskap bahu jalan, tata tanaman, jenis,
arah larikan dan jarak tanam.

g. Jadwal kegiatan.
h. Gambar pemasangan srumbung,
menggambarkan antara lain :

steger

dan

bronjong

yang

1) Bahan, ukuran, dan bentuk
2) Posisi/ tata letak pemasangan srumbung, steger, dan bronjong
terhadap letak tanaman.
B. Hasil Kegiatan.
Hasil kegiatan pembuatan rancangan adalah buku rancangan pembuatan
tanaman turus jalan, yang telah disahkan oleh Kepala Dinas Propinsi yang
mengurusi Kehutanan.

I-25

BAB VI I I
PENYUSUNAN RANCANGAN BANGUNAN KONSERVASI TANAH

A. Prosedur Pelaksanaan
1.

Penetapan calon lokasi
Berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikaisi maka calon lokasi
pembuatan bangunan konservasi tanah ditetapkan oleh kepala dinas
instansi yang membidangi kegiatan konservasi tanah.

2.

Persiapan
a.

Konsultasi dan koordinasi dilakukan kepada in stansi terkait dan
masyarakat setempat untuk memperoleh calon lokasi bangunan
konservasi.

b. Penyiapan bahan dan alat
Bahan-bahan yang diperlukan dalam peyusunan rancangan bangunan
konservasi tanah antara lain : peta calon lokasi, peta topografi. Alat
yang diperlukan dalam penyusunan rancangan bangunan konservasi
tanah antara lain : alat gali, alat angkut, alat ukur, alat tulis dsb
c.

Orientasi lapangan
Orientasi lapangan dilakukan oleh tim penyusun rancangan untuk
mengetahui calon lokasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
dalam petunjuk pelaksanaan.

d. Penyiapan administrasi
Meliputi administrasi kegiatan, keuangan, maupun surat menyurat
yang diperlukan dalam rangka koordinasi antar instansi terkait.
e.

Penyusunan Jadwal
Memuat tahapan dan jadwal kegiatan penyusunan rancangan
bangunan
konservasi tanah
mulai persiapan,
pelaksanaan,
pemantauan/ pengawasan sampai pemeliharaan.

3.

Rancangan teknis pembuatan
berdasarkan kajian :
a.

bangunan

konservasi

tanah

disusun

Aspek biofisik, yaitu memperhatikan kesiapan lahan, curah hujan, tipe
iklim, ketinggian dan topografi, vegetasi, tanah, sarana prasarana, pola
tanam setempat.

b. Aspek Sosial Ekonomi, meliputi : demografi (jumlah penduduk, mata
pencaharian pendidikan, pendapatan dll), transportasi, kepemilikan
lahan, dsb.

I-26

4.

Rancangan teknis bangunan konservasi tanah.
a.

Kedudukan letak dan bentuk rancang bangunan konservasi tanah
didasarkan hasil pemetaan lokasi yang telah mempertimbangkan
berbagai aspek.

b. Hasil pembuatan rancang bangun berupa gambaran lengkap bangunan
konservasi tanah dengan ukuran pasti, skala yang jelas serta
kenampakan dari berbagai arah (tampak depan, samping) serta
potongan-potongan penampang yang dianggap penting.
c.

Penataan pola tanam, tata letak dan jarak tanam.

d. Dalam rancangan teknis dicantumkan
konservasi tanah yang akan dibuat.
e.
5.

pula

manfaat

bangunan

Rencana prakondisi lokasi dan masyarakat sekitar.

Rancangan biaya
Berdasarkan rancangan teknis kemudian dibuat rancangan biaya yang
dihitung mulai dari pengadaan alat, bahan serta upah tenaga kerja yang
diperlukan untuk menyelesaikan setiap jenis pekerjaan.
Tahapan dalam menyusun kebutuhan biaya antara lain :
a.

Menghitung volume tiap jenis pekerjaan.
Volume pekerjaan dihitung dari setiap jenis pekerjaan mulai dari
pesiapan sampai penyelesaian. Berdasarkan volume tiap jenis
pekerjaan, kemudian dihitung jenis dan kebutuhan bahan serta tenaga
yang diperlukan. Kebutuhan bahan sejauh mungkin menggunakan
bahan lokal.

b. Menganalisis kebutuhan bahan dan tenaga kerja
Kebutuhan biaya untuk setiap jenis pekerjaan dihitung berdasarkan
perkalian antara jumlah kebutuhan bahan dan tenaga kerja yang
berlaku. Total biaya dihitung dengan cara menjumlah seluruh rincian
biaya, pengadaan bahan dan tenaga kerja tiap jenis pekerjaan. Biaya
setiap jenis pekerjaan didasarkan pada standar yang berlaku.
6.

Penyusunan naskah rancangan dan pembuatan peta.
Dari hasil orientasi lapangan dan pengukuran disusun buku rancangan
bangunan konservasi tanah beserta peta situasi dan gambar rancangan
bangunan konservasi tanah.
Tahapan pembuatan gambar bangunan konservasi tanah sebagai berikut:
a.

Pengukuran
Pengukuran lapangan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
mengenai situasi lapangan calon lokasi. Pengukuran meliputi :
1) pengukuran batas lokasi dialakukan untuk menentukan batas areal,
luas, batas blok/ bangunan konservasi tanah serta permasalahan
yang berkaitan dengan penguasaan lahan.
I-27

2) pengukuran di dalam lokasi antara lain : jarak, luas, kedalaman
dsb, kemudian diberi tanda letak (patok) yang dituangkan dalam
peta rancangan dengan polygon tertutup. Hasil pengukuran
tersebut dituangkan dalam peta rancangan bangunan konservasi
tanah dengan skala 1: 1.000.
3) Peta
Jenis peta yang dibuat antara lain :
a)

peta lokasi skala 1 : 100.000 yang menunjukkan letak lokasi
kegiatan pada wilayah kabupaten/ DAS.

b) Peta rancangan bangunan kon servasi atanah dengan skala
1:100 - 1: 1000 dibuat seseuai ketentuan perpetaan dengan
inset dan ruang penilaian dan pengesahan.
4) Gambar/ bestek
Gambar/ bestek yang dibuat adalah :
a)

Dam Pengendali

b) Pengendali jurang/ Gully Plug
c)

Embung

d) sumur resapan
e)

dam penahan

B. Hasil kegiatan
Hasil kegiatan penyusunan rancangan bangunan konservasi tanah berbentuk
buku yang telah dinilai oleh BP DAS setempat dan disahkan oleh kepala Dinas
yang mengurusi KehutananKabupaten/ Kota.

I-28

BAB I X
PENUTUP
Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan
Lahan ini disusun untuk menjadi Pedoman Teknis Pelaksanaan Penyusunan
Rencana Teknik Tahunan (RTT) dan Rancangan Teknis Kegiatan Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Hal-hal yang belum cukup diatur dapat di jabarkan
lebih lanjut oleh instansi Dinas yang mengurusi Kehutanan Propinsi/ Kabupaten/
Kota dan BP DAS/ BKSDA/ BTN sepanjang tidak bertentangan dengan pedoman ini.
Dengan diterbitkannya petunjuk pelaksanaan ini, surat Direktur Jenderal RLPS
Nomor 463/ V-DAS/ 2003 tanggal 10 Oktober 2003 tidak berlaku lagi untuk kegiatan
GN RHL/ Gerhan 2004 dan seterusnya.

MENTERI KEHUTANAN

MUHAMMAD PRAKOSA

I-29