Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelengketan Biaya di Bank Perkreditan Rakyat (BPR ) Pemerintah Daerah T1 232009065 BAB I

PENDAHULUAN
Dalam volume produksi, perilaku biaya dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap
dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang bersifat konstan secara total dengan
rentang yang relevan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah secara
proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan, dimana biaya
akan meningkat secara proporsional terhadap peningkatan aktivitas dan menurun secara
proporsional terhadap penurunan aktivitas (Carter et al, 2006: 43). Akan tetapi terdapat
biaya dimana peningkatan biayanya lebih tinggi saat volume aktivitas meningkat
dibanding penurunan biaya saat volume aktivitas menurun, perilaku ini disebut sebagai
biaya lengket( sticky cost).
Penelitian Anderson et al (2003) mengungkapkan bahwa biaya penjualan, biaya
umum dan biaya administrasi menghasilkan respon yang berbeda terhadap perubahan
kenaikan dan penurunan dalam aktivitas, hal ini disebut sebagai biaya lengket.
Anderson et al (2003) juga menemukan bahwa biaya penjualan, umum, dan administasi
meningkat rata-rata 0,55% untuk setiap 1% kenaikan penjualan, tetapi menurun hanya
0,35% untuk penurunan penjualan 1 %. Dalam penelitian Putri (2013) tidak
menemukan adanya biaya lengket dalam perbankan khususnya BPR (BPR pemerintah
daerah dan BPR swasta) di Jawa Tengah dimana biaya mengalami peningkatan sebesar
0,582% untuk peningkatan pendapatan sebesar 1%. Sedangkan perubahan biaya ketika
pendapatan mengalami penurunan tidak berpengaruh signifikan. Alasan adanya biaya
lengket adalah ketidakpastian tentang permintaan masa depan dari produk perusahaan

yang memimpin manajer untuk menunda pengurangan biaya sampai mereka yakin
dengan penurunan volume.
Timbulnya biaya lengket dapat berpengaruh terhadap penilaian manajer, analisis
keuangan, calon investor, serta pemakai laporan keuangan lainnya. Hasil penelitian
yang dilakukan Weiss (2010) dalam Herliansyah et al (2010), menemukan bahwa
perilaku biaya lengket dapat mengurangi tingkat akurasi dalam permalan laba akibat
situasi ketidakpastian. Ditemukan bahwa peramalan laba para analis, secara absolut

1

untuk perusahaan yang memiliki biaya lengket rata-rata 25% kurang akurat
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki perilaku biaya lengket.
Perilaku biaya lengket juga dapat disebabkan oleh hubungan kuat antara biaya dan
isu-isu governance, salah satu isu governance yang dapat mempengaruhi kemunculan
biaya lengket adalah kepemilikan negara. Budiwiyono (2011), mengatakan bahwa
kepemilikan pemerintah dan intervensi pemerintah terhadap perbankan berpengaruh
buruk terhadap kinerja perbankan, intervensi pemerintah di Bank BUMN terjadi dalam
bentuk kolusi, korupsi dan nepotisme. Kegiatan yang sering diintervensi oleh
pemerintah ialah perekrutan karyawan, penentuan komisaris dan direksi, pengadaan
barang dan jasa serta penyaluran kredit. Intervensi menyebabkan manajemen bank tidak

berjalan dengan baik, karena merusak gaya kepemimpinan dan budaya kerja sehingga
dapat mempengaruhi kesehatan kinerja bank itu sendiri.
Pada BPR terdapat kendala dalam pengambilan keputusan yang cepat karena
terdapat pola yang birokratis yang menghambat proses pengambilan keputusan. Padahal
dalam dunia bisnis kecepatan pengambilan keputusan yang akurat dapat mempengaruhi
keberlangsungan usaha (Hakim, 2011). Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada
BPR penelitian ini berfokus pada BPR pemerintah daerah di Jawa Tengah yang dimiliki
pemerintah provinsi dan kabupaten untuk mengetahui adanya perilaku biaya lengket
(sticky cost). Alasan dibedakan antara BPR kabupaten dan BPR provinsi dimana BPR
kabupaten berada dalam taraf yang lebih rendah dibandingkan dengan BPR provinsi
sehingga pemerintah lebih leluasa untuk melakukan intervensinya kepada BPR
kabupaten, hal ini akan memperkuat dugaan tingkat kelengketan biaya (sticky cost) akan
lebih tinggi pada BPR kabupaten. Pada BPR di Jawa Tengah sendiri memiliki peran
yang sangat penting terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah dimana BPR
dituntut untuk mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya membantu
usaha skala mikro hingga menengah di Jawa Tengah.
Penelitian ini mereplikasi dari penelitian Anderson et al (2003) dengan
menggunakan sampel data yang berbeda dengan yang digunakan peneliti sebelumnya.
Pada penelitian Anderson et al (2003) menggunakan biaya penjualan, umum dan


2

administrasi, dimana biaya tersebut mengacu pada beban penjualan, umum dan
administrasi pada perusahaan manufaktur. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti akan
menguji perilaku biaya lengket pada biaya administrasi dan umum, personalia,dan biaya
operasional lainnya pada BPR karena variabel tersebut berhubungan secara langsung
dengan volume aktivitas BPR. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
Anderson et al (2003) adalah objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah industri
perbankan khusunya BPR pemerintah daerah yang ada di Jawa Tengah dimana pada
BPR pemerintah daerah masih jarang dilakukan penelitian terutama dalam hal
kepemilikan pemerintah yang dapat berpotensi mempengaruhi tingkat kelengketan
biaya. Untuk secara lebih rinci artikel ini berupaya untuk mengetahui apakah perilaku
biaya lengket terjadi pada konteks perbankan khususnya di BPR pemerintah daerah
yang terdapat di Jawa Tengah dan untuk mengetahui apakah kepemilikan pemerintah
terhadap BPR kabupaten dapat mempengaruhi tingkat kelengketan biaya. Setiap BPR
sendiri memiliki tingkat kepemilikan pemerintah yang berbeda-beda terlebih setelah
adanya pemberitahuan oleh pemerintah dimana BPR dapat membuka diri untuk
mendapatkan mitra yang strategis, dengan ini diharapkan bahwa BPR dapat
meningkatkan modal dan kinerja.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi BPR pemerintah daerah,

jika terbukti terdapat kelengketan biaya maka hal ini dapat dijadikan pertimbangan
lebih lanjut bagi manajer BPR dalam membuat perencanaan biaya, karena biaya tidak
selalu berubah secara proporsional. Jika kepemilikan pemerintah terbukti memiliki
pengaruh terhadap tingkat kelengketan biaya di BPR hal ini dapat dijadikan
pertimbangan bagi pemerintah dalam melakukan intervensinya di BPR, karena
intervensi yang dilakukan oleh pemerintah tidak selalu memberikan dampak yang baik
bagi BPR pemerintah daerah. Pemerintah dapat mengurangi kepemilikan sahamnya di
BPR pemerintah daerah secara bertahap dan menyerahkan kepada pihak-pihak yang
dapat bertanggung jawab dan mampu mengelola bank secara professional sehingga hal
ini dapat membuat kinerja BPR semakin baik. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam literatur masalah biaya lengket dengan menambahkan

3

satu variabel yaitu kepemilkan pemerintah yang berpotensi dapat mempengaruhi
perilaku biaya pada BPR pemerintah daerah.

4