Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kelengketan Biaya di Bank Perkreditan Rakyat (BPR ) Pemerintah Daerah T1 232009065 BAB V

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama, nilai dari koefisien

sebesar 0,654

yang dapat diartikan bahwa biaya administrasi dan umum, personalia, dan biaya
operasional lainnya meningkat sebesar 0,654% untuk setiap peningkatan pendapatan
sebesar 1%. Sedangkan penurunan biaya administrasi dan umum, personalia,dan
operasional lainnya pada saat terjadi penurunan pendapatan tidak berpengaruh
signifikan. Hal ini terjadi karena pada periode 2009-2012 BPR mengalami
perkembangan kinerja yang cukup baik terutama dalam menjaga kualitas kredit,
sehingga menyebabkan pendapatan yang diperoleh selama tahun 2009-2012 mengalami
peningkatan. Sehingga untuk pengujian hipotesis pertama dapat disimpulkan bahwa
kelengketan biaya (sticky cost) tidak terjadi di BPR pemerintah daerah untuk wilayah
Jawa Tengah.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua, dimana ditambahkan variabel
kepemilikan pemerintah sebagai variabel pengendali untuk menentukan tingkat
kelengketan biaya. Biaya administrasi dan umum, personalia dan biaya operasional
lainnya meningkat sebesar 0,650% untuk setiap kenaikan pendapatan sebesar 1%
sedangkan penurunan biaya administrasi dan umum, personalia dan biaya operasional
lainnya saat terjadi penurunan pendapatan tidak dapat disimpulkan karena hasil dari

koefisien

yang tidak signifikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepemilikan

pemerintah pada BPR kabupaten berpengaruh terhadap perubahan biaya, hal ini terbukti
dari nilai koefisien

yang negatif dan signifikan. Biaya administrasi dan umum,

personalia dan biaya operasional lainnya mengalami penurunan sebesar 0,161% ketika
pendapatan menurun sebesar 1% . Hal ini menunjukan bahwa perbedaan intervensi
yang dilakukan oleh pemerintah terhadap BPR milik kabupaten dan BPR milik provinsi
berpengaruh terhadap tingkat kelengketan biaya di BPR pemerintah daerah untuk
wilayah Jawa Tengah, dikarenakan BPR milik pemerintah kabupaten berada dalam taraf
yang lebih rendah dibandingkan BPR milik pemerintah provinsi, sehingga membuat
pemerintah secara leluasa melakukan intervensinya terhadap BPR milik pemerintah
kabupaten. Hasil pengujian menunjukan bahwa hipotesis kedua dapat diterima.

21


Tidak ditemukannya biaya lengket pada BPR milik pemerintah daerah hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Putri (2013) yang menyatakan bahwa total biaya
meningkat sebesar 0,582% ketika total pendapatan meningkat sebesar 1% pada seluruh
BPR di Jawa Tengah. Sedangkan perubahan total biaya ketika total pendapatan
mengalami penurunan tidak berpengaruh signifikan. Dengan tidak adanya kelengketan
biaya di BPR milik pemerintah daerah dapat dijadikan acuan manajer untuk membuat
perencanaan anggaran yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan kinerja yang lebih
baik. Perbedaan intervensi yang dilakukan oleh pemerintah pada kedua BPR ini
menimbulkan adanya perilaku kelengketan biaya pada BPR milik pemerintah
kabupaten. Intervensi yang dilakukan oleh pemerintah tidak sepenuhnya dapat dihindari
oleh BPR milik pemerintah, sehingga pengendaliannya hanya dapat dilakukan pada
BPR milik kabupaten itu sendiri. Adanya biaya lengket pada BPR kabupaten dapat
dijadikan evaluasi bagi BPR kabupaten dalam membuat perencanaan biaya administrasi
dan umum, personalia dan operasional lainnya dengan lebih baik.
Pada penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu hanya membandingkan BPR milik
kabupaten dan BPR milik provinsi. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat
membandingkan BPR milik swasta dan BPR milik pemerintah ( tanpa melihat BPR
tersebut milik pemerintah kabupaten/provinsi) untuk melihat intervensi yang dilakukan
oleh pemerintah dapat mempengaruhi tingkat kelengketan biaya di BPR pemerintah
lebih tinggi dibandingkan BPR milik swasta. Yang kedua pada pengambilan sampel

dilakukan pada periode penelitian yang relatif pendek dari tahun 2009-2012, untuk
penelitian selanjutnya diharapkan menambah waktu periode penelitian dengan metode
times series data sehingga hasilnya diharapkan lebih relevan untuk melakukan
pengujian kelengketan biaya.

22